• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

USAHA KECIL DAN MENENGAH

ASHRI INDRIATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

(4)

Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah. Dibimbing oleh M SYAMSUL MAARIF dan AJI HERMAWAN.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian terpenting di dalam perekonomian suatu negara. Hal tersebut dikarenakan UKM mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Salah satu faktor penting di dalam suatu usaha yaitu sumber daya manusia (SDM). SDM memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan, karena fasilitas yang canggih dan lengkap belum merupakan jaminan akan berhasilnya suatu usaha tanpa diimbangi oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. Pengembangan SDM khususnya di UKM masih sangat kurang. SDM menjadi salah satu masalah yang mempengaruhi peningkatkan kinerja UKM.

Tujuan dari penelitian yaitu: (1) mengaudit kinerja UKM; (2) menganalisis dan memformulasikan arah pengembangan UKM; (3) menganalisis dan memformulasikan strategi untuk meningkatkan kinerja UKM melalui peningkatan kualitas SDM.

Penelitian dimulai dengan mengaudit kinerja UKM. Pemilihan UKM berdasarkan data keuangan dan manajemen yang telah diaplikasikan di UKM. Sampel pada penelitian ini berjumlah delapan UKM. Hasil audit kinerja UKM menghasilkan skor yang mengelompokan UKM menjadi empat kelompok berdasarkan kinerja. Selain itu data audit dianalisis untuk diperoleh kekuatan dan kelemahan UKM. Hasil analisis menjadi bahan pertimbangan pengumpulan asumsi untuk peningkatan kualitas SDM beserta tingkat kepentingan dan kepastiannya. Metode yang digunakan yaitu Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST). Pakar yang terlibat sebanyak tiga orang yang berasal dari lembaga yang terkait dengan peningkatan SDM UKM. Pakar paad tahap ini memberikan asumsi dan memperikan bobot asumsi berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastiannya. Selanjutnya, asumsi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi dipilih untuk dilakukan pemrioritasan asumsi.

Penentuan prioritas asumsi dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Pemilihan pakar dilakukan berdasarkan reputasi, kedudukan, dan pemahaman terhadap UKM sebagai objek penelitian. Pakar mengisi kuesioner yang dibuat berdasarkan asumsi strategi dan hal terkait pemilihan kebijakan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Software Expert Choice 11. Hasil analisis menunjukan diklat berbasis kebutuhan menjadi prioritas alternatif. Diklat berbasis kebutuhan merupakan strategi prioritas untuk peningkatan kualitas SDM sehingga akan berdampak pada peningkatan kinerja di UKM Manisan Cianjur.

(5)

Improve Small and Medium Enterprises’ Performance. Supervised by M. SYAMSUL MAARIF and AJI HERMAWAN.

Small and Medium Enterprise (SMEs) is one of the substantial part in a

country’s economy. It can take up labor and alleviate unemployment. One of

important factors of production is that human resources (HR). HR play an important role in achieving goals since sophisticated and complete facility cannot guarantee goals achievements without qualified HR that are going to utilize those. Capacity building particularly in SMEs is yet to meet requirements. HR is one of problems affecting SMEs’ performance improvement.

The objective of the research is to (1) audit SMEs performances; (2) analyse and formulate SMEs development; (3) analyse and formulate the strategy of

enhancing SMEs’ performance by HR quality improvement.

The study began with a performance audit of SMEs. Selection of SMEs based on financial data and management that has been applied in SMEs. The sample in this study of eight SMEs. The results of a performance audit of SMEs generate scores that classify SMEs into four groups based on performance. In addition, the audit data obtained were analyzed for strengths and weaknesses of SMEs. The results of the analysis into consideration the collection of assumptions for improving the quality of human resources and their level of importance and certainty. The method used is Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST). Experts involved as many as three people from institutions related to human resource development of SMEs. Expert swampland this stage provide memperikan assumptions and assumptions based on the weight of the interest rate and certainty. Furthermore, assuming that has a level of interest and high certainty chosen to be prioritizing assumptions.

Prioritization of assumptions made by the Analytic Hierarchy Process (AHP). Selection of experts conducted by reputation, position, and understanding of SMEs as an object of research. Expert fill out a questionnaire designed based on the assumption of strategy and policy matters relating to the election. Data were analyzed using Expert Choice Software 11. Analysis result shows requisite-based training is alternative priority. Requisite-requisite-based training is priority strategy to enhance HR’ quality improvement so that it can implicate on performance improvement of Manisan Cianjur SMEs.

.

(6)

©

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA

MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

USAHA KECIL DAN MENENGAH

ASHRI INDRIATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Titi Candra Sunarti, MS.

(9)

NIM : F351124111

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir M Syamsul Maarif, MEng Ketua

Dr Ir Aji Hermawan, MM Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Prof Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 4 Februari 2015

(10)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilik dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah Sumber Daya Manusia, dengan judul Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk Meningkatkan Kinerja Usaha Kecil dan Menengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Syamsul Maarif, M.Eng dan Dr. Ir. Aji Hermawan, MM selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pelaku UKM Cianjur, Dinas Koperasi dan UMKM Cianjur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Cianjur, Inkubator Bisnis Cianjur, Dosen-Dosen yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, kakak dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan mahasiswa pascasarjana S2 TIP IPB angkatan 2012 atas segala dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermafaat.

Bogor, Februari 2015

(11)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Usaha Kecil Menengah 3

Sumber Daya Manusia 4

Kinerja 4

Kinerja dan Sumber Daya Manusia 7

METODOLOGI PENELITIAN 7

Kerangka Berpikir 7

Penelitian Terdahulu 8

Waktu dan Tempat Penelitian 9

Pengumpulan Data 9

Metode 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Kinerja Usaha Kecil dan Menengah 17

Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia 21

Asumsi Strategi 21

Formulasi Strategi 26

Strategi Operasional 28

Implikasi Manajerial 30

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 35

(12)

1 Kualifikasi kinerja perusahaan menurut Malcolm Baldige Criteria 6

2 Kualifikasi usaha kecil 6

3 Pakar SAST 12

4 Skala nilai perbandingan berpasangan 14

5 Pakar AHP 15

6 Pengelompokan Kinerja UKM 17

7 Kelemahan dan Keunggulan UKM Manisan Cianjur 18

8 Asumsi Strategi Peningkatan Kualitas SDM 21

9 Pembobotan asumsi strategi peningkatan kualitas SDM 22

DAFTAR GAMBAR

1 Langkah penelitian 8

2 Peringkat grafik asumsi 12

3 Diagram alir Metoda AHP 16

4 Pemeringkatan asumsi strategis 23

5 Sebaran Asumsi pada Kuadran I 24

6 Sebaran Asumsi Kuadran Penting (rendah-tinggi)-Pasti (rendah) 25

7 Hierarki AHP 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh kuesioner audit kinerja UKM 35

2 List pertanyaan wawancara 42

3 Contoh kuesioner SAST 43

4 Kuesioner AHP 44

5 Hasil audit UKM 50

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bagian terpenting di dalam perekonomian suatu negara. UKM mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena UKM mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Hingga saat ini, UKM di Indonesia merupakan pelaku usaha terbesar dari sisi jumlah unit usaha yang mencapai 99% dari total pelaku usaha nasional tahun 2012. Sebanyak 54.559 unit usaha atau 98.82% diantaranya merupakan usaha mikro dengan aset maksimal Rp50 juta dan omzet per tahun maksimal Rp300 juta.

Kinerja yang merupakan real value bagi perusahaan akan berdampak pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Ketika kinerja UKM meningkat maka peningkatan akan terjadi pada PDB nasional. Kontribusi UKM terhadap penciptaan PDB nasional menurut harga berlaku, tercatat mencapai 54% (Suarja 2007).

UKM merupakan sektor riil yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja. UKM harus memiliki daya saing agar terus berkembang. Kendala yang umumnya dihadapi UKM di Indonesia yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah, kelemahan dalam struktur permodalan, kelemahan dalam mengakses permodalan, termasuk dalam manajemen modal kerja (Jan 2008). Hal tersebut juga dijelaskan oleh Dharma (2010) mengenai masalah yang sering dihadapi UKM yaitu pemasaran produk, teknologi, pengelolaan keuangan, kualitas SDM, dan pemodalan.

Survai yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan adanya beberapa kendala yang dihadapi UKM. Kendala berdasarkan prioritasnya yaitu kurangnya permodalan, kesulitan pemasaran, persaingan usaha yang ketat, kesulitan bahan baku, kurang teknis produksi dan keahlian, kurangnya keterampilan manajerial (SDM) dan kurangnya pengetahuan masalah manajemen keuangan dan akutansi (Hadiyati 2010).

SDM memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan, karena fasilitas yang canggih dan lengkap belum merupakan jaminan akan berhasilnya suatu organisasi tanpa diimbangi oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. Oleh karena itu, individu-individu yang terlibat dalam suatu usaha dapat mempengaruhi keberhasilan dari usaha tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Ardiana et al (2010) menjelaskan bahwa kualitas SDM yang ada di UKM akan berpengaruh terhadap kinerja UKM. Manajemen SDM sangat dipengaruhi oleh kinerja karyawan dalam jangka waktu beberapa lama untuk menentukan baik tidaknya pekerjaan mereka.

(14)

Pengembangan sumber daya manusia merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) yang dimiliki sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang dilakukan (Saydam 2000). Pengembangan SDM harus dilakukan secara terus menerus dan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan organisasi baik secara eksternal maupun lingkungan internal organisasi. Selain itu, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar setiap waktu mengalami perubahan. Manajemen SDM pada dasarnya merupakan perencanaan, pengembangan, perbaikan atau evaluasi kinerja karyawan dengan tujuan efektivitas dan bersifat langsung pada semua karyawan.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap dinas terkait menunjukan adanya beberapa kendala yang dihadapi UKM di Cianjur. Kendala yang dihadapi diantaranya modal, SDM, pemasaran, tingkat inovasi yang masih rendah, dll. Selain itu, dilakukan observasi ke UKM untuk melihat kondisi real di lapangan. Teknologi yang digunakan untuk memproduksi produk UKM masih sederhana, beberapa UKM masih menggunakan kemasan yang seadanya padahal produk yang ditawarkan cukup diminati pasar, pengetahuan yang dimiliki beberapa pelaku UKM masih sangat terbatas, kegiatan dari pengembangan UKM yang diadakan oleh dinas terkait serta swasta masih sedikit yang diaplikasikan secara nyata.

Salah satu faktor yang berperan penting di dalam suatu usaha yaitu SDM. Pengembangan SDM khususnya di UKM terlihat masih sangat kurang. Sehingga berdampak pada kemajuan UKM yang masih sangat rendah. Mayoritas pelaku UKM di Indonesia masih didominasi oleh tamatan SMA/SMK (44.1%), S-1 (17.9%), D-3 (7.4%), dan sisanya di bawah SMA (Ardiana et al. 2010). Dilihat dari tingkat pendidikan pelaku UKM terbilang tidak rendah namun peningkatan kualitas SDM harus terus dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan dari konsumen. Kesesuaian produk yang dihasilkan dengan kebutuhan konsumen akan berdampak pada daya beli produk tersebut. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja dari UKM.

Tambunan (2003) menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara seperti Korea Selatan, Singapura dan Taiwan dikenal dengan Newly Industrial Countires (NIC’s). Kinerja UKM pada negara tersebut sangat efisien, produktif dan memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, UKM di negara tersebut responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Tujuan Penelitian

(15)

Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada strategi untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Cianjur merupakan tempat pelaksanaan penelitian karena termasuk daerah yang memiliki jumlah UKM yang cukup banyak. UKM manisan Cianjur adalah objek penelitian UKM manisan merupakan salah satu UKM yang menggunakan bahan baku lokal yang harus ditingkatkan kinerjanya.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Kecil Menengah

Pengertian UKM dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UURI 2008) yaitu: 1. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria. Kriteria usaha kecil yaitu kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).

2. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan memenuhi kriteria. Kriteria usaha menengah yaitu kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

(16)

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan potensi manusiawi yang merupakan aset non material/non financial. SDM berfungsi sebagai penggerak suatu organisasi untuk mewujudkan eksistensi organisasi tersebut. SDM merupakan modal yang memiliki kedudukan penting dalam suatu organisasi, bukan sekedar sumber daya organisasi yang dibutuhkan dan dipekerjakan karena memiliki kompetensi intelektual. Kualitas SDM berkenaan dengan keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja seseorang. Menurut Matutina (2001) kualitas SDM (karyawan) mengacu pada :

1. Pengetahuan (knowledge) yaitu penguasaan ilmu dan teknologi yang diperoleh melalui proses pembelajaran serta pengalaman

2. Keterampilan (skill) untuk memanipulasi suatu objek secara fisik,

3. Kemampuan (abilities) yaitu sikap untuk mengerjakan tugas dalam berwirausaha juga mempengaruhi kualitas suatu SDM

Indikator yang digunakan oleh Ardiana et al (2010) untuk mengetahui kualitas SDM yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge) yaitu pengetahuan manajemen bisnis, pengetahuan produk atau jasa, pengetahuan tentang konsumen, promosi dan strategi pemasaran.

2. Keterampilan (skill) yaitu keterampilan produksi, berkomunikasi, kerjasama dan organisasi, pengawasan, keuangan, administrasi dan akuntansi.

3. Kemampuan (ability) yaitu kemampuan mengelola bisnis, mengambil keputusan, memimpin, mengendalikan, berinovasi, situasi dan perubahan lingkungan bisnis.

Peningkatan kualitas SDM menurut Ruhana (2012) dapat dilakukan melalui: 1. Jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk membekali seseorang dengan dasar pengetahuan, teori dan logika,pengetahuan umum, kemampuan analisis, serta pengembangan watak dan kepribadian.

2. Jalur latihan kerja yaitu meningkatkan kemampuan profesional dan mengutamakan praktek daripada teori.

3. Jalur pengalaman kerja yaitu seseorang dapat meningkatkan pengetahuan tekhnis maupun keterampilan kerjanya dengan mengamati orang lain, menirukan dan melakukannya sendiri tugas-tugas pekerjaan yang ditekuninya sehingga seseorang akan mahir dalam melakukan pekerjaannya dan dapat menemukan cara-cara yang lebih praktis, efisien dan lebih baik dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kinerja

(17)

Result yang dihasilkan dapat berupa jumlah penjualan, jumlah produksi, tingkat kualitas, efisiensi biaya, profit, dan sebagainya.

Penilaian kinerja merupakan cara untuk mengetahui seberapa baik pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan yang dibandingkan dengan seperangkat standar yang hasilnya akan dikomunikasikan terhadap karyawan. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan,pengendalian, dan proses transaksional (Tita dan Aulia 2007).

Kriteria yang digunakan untuk melihat kinerja suatu perusahaan (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2013) yaitu:

1. Kepemimpinan

Pemimpin perusahaan yang mempunyai pandangan ke depan (visioner leadership) dan berjiwa salesmenship yaitu pemimpin yang mampu menuntun perusahaan menetapkan nilai-nilai, arah dan kinerja yang diharapkan. Pemimpin mampu berkomunikasi dan memahami karyawan, mampu mereview kinerja perusahaan, mampu menciptakan situasi yang kondusif untuk mendorong kearah kinerja unggul.

2. Perencanaan Strategis

Pemimpin mempunyai visi, misi, nilai-nilai dan sasaran strategis yang didukung secara terpadu oleh semua. Mampu menterjemahkan strategi ke dalam rencana kegiatan (action plan) dan target serta pencapaian target tersebut. Memiliki strategi kunci agar kualitas hasil produk sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki pelanggan.

3. Fokus sumber daya manusia

Memiliki sistem pengelolaan SDM, pengembangan keterampilan, karier, motivasi sehingga tercipta kinerja tempat kerja unggul dan karyawan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan.

4. Fokus pelanggan

Selalu memuaskan pelanggan, mencari pemahaman terhadap harapan pelanggan dan pasar, mengelompokan pelanggan dan pasar, meningkatkan loyalitas pelanggan. Mengetahui siapa yang jadi pesaing utama, dimana, kapan dan bilamana, apa keunggulan dan kelemahan pesaing. Serta apa kunci keunggulan pesaing utama.

5. Dana, informasi, dan analisis

(18)

6. Manajemen proses

Memiliki cara pengelolaan semua proses yang merupakan inti dari peningkatan efisiensi dan efektivitas. Memiliki konsep perbaikan secara terus-menerus. Memiliki agility (kemampuan menyesuaikan diri secara cepat, fleksibel dan efektif terhadap perusahaan). Perubahan produksi secara cepat kepada produksi lain, kecepatan menjawab perubahan permintaan, atau kemampuan memproduksi suatu jasa yang disesuaikan dengan lingkup yang luas. Memiliki fleksible manufacturing dengan inovasi, ECRD, R&D, QRS, dll.

7. Hasil usaha

Mengevaluasi hasil usaha dan menindak lanjuti temuan. Memiliki data dan analisis tentang seberapa baik hasil usaha. Memiliki hasil evaluasi yang memuaskan dari pelanggan terhadap:

a. kualitas dan kuantitas produk (barang/jasa), b. kinerja keuangan dan pemasaran,

c. kinerja karyawan,

d. struktur pengawasan dan pengendalian, e. tanggungjawab kepada pemerintah dan sosial,

f. hasil semua proses dan kegiatan perbaikan proses untuk dibandingkan dengan data hasil usaha pesaing.

Tabel 1 Kualifikasi kinerja perusahaan menurut Malcolm Baldige Criteria

No Kualifikasi Nilai

1 Perusahaan unggul (World Class Business) 850-1000

2 Perusahaan pemimpin teladan (Benchnarking leader) 750-850

3 Pemimpin dalam industri (Industry leader) 650-750

4 Pemimpin baru (Emerging leader) 550-650

5 Berkinerja baik (Good Performance) 450-550

6 Mulai berbenah (Beginning improvement) 350-450

7 Mulai menghasilkan (Early results) 250-350

8 Mulai bertumbuh (New business) 0-250

Sumber: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (2013).

Berdasarkan kesepakatan yang dilakukan Panitia Nasional Anugerah Produktivitas dan Kualitas tahun 2005, kualifitasi usaha kecil dan menengah yaitu:

Tabel 2 Kualifikasi usaha kecil dan menengah

No Kualifikasi Nilai

1 Berkinerja baik (Good Performance) 450-550

2 Mulai berbenah (Beginning improvement) 350-450

3 Mulai menghasilkan (Early results) 250-350

4 Mulai bertumbuh (New business) 0-250

(19)

Kinerja dan Sumber Daya Manusia

Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil yang dicapai secara kualitas maupun kuantitas oleh seorang ataupun sekelompok karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Prawirosentono 1999). Penilaian kinerja (Riyadi 2012) dapat dilihat dari pelaksanaan kerja individu selama periode waktu tertentu. Kompetensi dalam diri seseorang dapat menunjukan tingkat kinerjanya.

Kinerja dapat menunjukan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas. Keberhasilan tersebut setelah dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan. Proses kinerja organisasional dipengaruhi beberapa aspek diantaranya faktor pengetahuan, SDM, posisis strategis, struktur dan sumber daya bukan manusia, sehingga kinerja dan SDM dalam hal ini pelaku usaha memiliki keterkaitan dengan kinerja dari usaha tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Berpikir

Peranan UKM dalam penciptaan lapangan pekerjaan sangat besar karena jumlah usahanya yang banyak, selain itu UKM juga berperan dalam perbaikan ekonomi nasional. Peranan UKM tersebut menuntut usaha ini tetap bertahan oleh karenanya perlu dilakukan suatu usaha pengembangan UKM agar tetap memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi suatu UKM. Manajemen yang tepat pada SDM dapat meningkatkan kinerja pada UKM. Keberadaan SDM dalam organisasi merupakan salah satu aspek yang penting terutama dalam efektivitas organisasi. SDM yang berkualitas dinilai dapat memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan suatu usaha. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas SDM di UKM sangat penting untuk dilakukan.

Keberadaan SDM dalam organisasi merupakan salah satu aspek yang penting terutama dalam efektivitas organisasi. SDM yang berkualitas dinilai dapat memberikan dampak yang positif terhadap kemajuan suatu usaha. Oleh sebab itu peningkatan kualitas SDM di UKM sangat penting untuk dilakukan.

(20)

Adapun gambaran dari tahapan penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Langkah penelitian

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Sriyana (2010) tentang strategi pengembangan UKM di Kabupaten Bantul menghasilkan strategi pengembangan UKM berupa kemudahan dalam akses permodalan, bantuan pendayagunaan prasarana, pengembangan skala usaha, pengembangan jaringan usaha, pemasaran, kemitraan usaha, pengembangan SDM, peningkatan akses teknologi, mewujudkan iklim bisnis yang lebih kondusif.

Ardiana (2010) di UKM Surabaya meneliti tentang kompetensi SDM UKM yang ada di Kota Surabaya, kompetensi tersebut berpengaruh terhadap kinerja. Selain itu, Samir dan Larso (2011) memperoleh hasil penelitian yaitu modal psikologis entrepreneur dan manajemen SDM dapat mempengaruhi kinerja UKM.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo dan Adiatma (2011) menghasilkan bahwa kemitraan BUMN dan UKM memiliki korelasi positif. Kemitraan BUMN dan UKM dapat meningkatkan kapabilitas inovasi dan kinerja UKM di Semarang. Rismayadi et al. (2012) peneliti adanya pengaruh positif antara pengembangan SDM terhadap kinerja pegawai. Riyadi (2012) menemukan bahwa faktor yang paling besar mempengaruhi dalam peningkatan kinerja

Mengaudit Kinerja UKM

Merumuskan hal yang berhubungan dengan kebijakan atau rencana untuk peningkatan kinerja

(21)

perusahaan adalah penilaian kinerja yang dapat meningkatkan motivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik.

Munawwaroh (2013) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengauhi kualitas SDM diantaranya variabel anggaran pendidikan, anggaran kesehatan, tingkat pendidikan dan perekonomian berpengaruh signifikan terhadap kualitas sumber daya manusia. Sehingga peningkatan pada semua variabel tersebut dapat meningkatkan kualitas dari SDM. Rizal et al. (2013) menemukan bahwa faktor kompetensi memiliki pengaruh positif untuk meningkatkan kinerja.

Suprobo, et al (2013) menghasilkan penelitian rata-rata kinerja produktivitas aspek produksi dalam mendukung aspek pemasaran menunjukan level positif dan perlunya fokus pemasaran dengan menjaga tingkat produksi yang stabil. Sedangkan Dipang (2013) menemukan pengembangan SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan

Penelitian yang akan dilakukan yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja di UKM Cianjur yang kemudian diformulasikan dengan strategi peningkatan kualitas SDM. Sehingga diharapkan akan diperoleh strategi peningkatan kualitas SDM yang akan mempengaruhi terhadap peningkatan kinerja di UKM.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari Juli sampai November 2014. Tempat penelitian dilakukan di UKM Manisan di Kabupaten Cianjur.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah: 1. Data primer diperoleh melalui:

a. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (Arikunto 2007). Observasi dilakukan dengan datang langsung pada lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian. Observasi dilakukan pada tahap audit kepada pelaku UKM.

b. Wawancara

Wawancara (Arikunto 2007) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak karena pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Wawancara dilakukan pada pelaku usaha dan konsumen. Wawancara dilakukan kepada pelaku UKM dan pakar.

c. Survei Pakar

(22)

menurut Masyhuri (2008) survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.

2. Data sekunder diperoleh dengan penelusuran pustaka dan dokumen-dokumen terkait dengan bahan penelitian.

Metode

Penelitian dilakukan dengan tiga tahap seperti yang terdapat pada Gambar 1 yaitu:

1. Audit kinerja UKM

Audit adalah suatu kegiatan sistematis untuk mencari bukti-bukti kesesuaian dengan persyaratan atau standar, melakukan evaluasi, penilaian dan pengembangan perusahaan (Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2013). Fungsi dari audit yaitu:

a. Mencari kesesuaian dengan persyaratan;

b. Mencaribukti-bukti apakah telah memenuhi standar ideal.

Tujuan Audit:

a. Mengevaluasi kesesuaian perencanaan dengan realisasi produk, persyaratan standar sistem dan perusahaan;

b. Menilai kekuatan dan kelemahan;

c. Mengidentifikasi peluang penyempurnaan kinerja.

Audit kinerja dilakukan terhadap delapan UKM manisan Cianjur. Audit kinerja dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada pada UKM disetiap kategori kinerja. Sehingga dapat terlihat masalah yang dihadapi UKM secara umum pada semua kategori.

Pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (judgemental sampling). Data yang berupa omset dan pertimbangan aplikasi manajemen di UKM manisan Kabupaten Cianjur menjadi bahan pertimbangan pemilihan sampel penelitian. Data tersebut dperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir bias pada sampel. Sampel yang terpilih sebanyak delapan UKM manisan yaitu:

1) UKM manisan Jaya mandiri

2) UKM manisan pak Komar (Putra Sawargi)

3) UKM manisan Ibu Ai (Sweet Original Vegetable Indonesia“SOVI”) 4) UKM manisan Ibu Pipih

5) UKM manisan Ibu Kholisoh 6) UKM manisan Ibu Imin 7) UKM manisan Ibu Ade

8) UKM manisan Ibu Atik Rostika (Manisan Maya Sartika)

(23)

UKM lainnya. Wawancara dilakukan dengan menggunakan interview protocol (Lampiran 2). Setelah diperoleh data, dilakukan perhitungan sehingga diperoleh skor setiap UKM. Skor yang diperoleh setiap UKM menentukan tingkat kinerja dari UKM tersebut. Adapun pengelompokan kinerja UKM terdiri dari:

1. Berkinerja baik (Good Performance) 2. Mulai berbenah (Beginning improvement) 3. Mulai menghasilkan (Early results) 4. Mulai tumbuh (New business)

Analisis dilakukan terhadap UKM yang telah terbagi menjadi empat kelompok. Analisis dilakukan terhadap hasil audit untuk mendapatkan gambaran kelebihan dan kekuranga disetiap kategori kinerja UKM. Kategori kinerja yang terdiri dari beberapa UKM dilakukan sintesis hasil. Sehingga pada tiap kategori kinerja diperoleh kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurangan tiap kategori kinerja UKM digunakan sebagai bahan pertimbangan pemilihan asumsi pada tahap penelitian selanjutnya.

2. Perumusan asumsi strategi untuk peningkatan kualitas SDM

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh hal yang terkait kepentingan dan kepastian berbagai asumsi. Perumusan hal yang berupa asumsi strategi dilakukan dengan metode Strategic Assumption Surfacing and Testing (SAST). SAST adalah suatu metode yang digunakan dalam menyusun alternatif kebijakan berdasarkan asumsi-asumsi (Eriyatno dan Fadjar 2007). Tahapan dari metode SAST, yaitu:

1) Pembentukan kelompok

Pembentukan kelompok yaitu mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat dan dipengaruhi situasi, kemudian membaginya menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok-kelompok harus berbeda pengetahuan dan sudut pandang terhadap terhadap masalah yang dihadapi untuk memaksimalkan perbedaan. Setiap kelompok harus memiliki orientasi, perspektif atau kebijakan pilihan yang berbeda untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Kelompok yang dipilih pada penelitian yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam peningkatan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur. Pihak-pihak tersebut terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Cianjur b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Cianjur c. Inkubator Bisnis Cianjur

Setiap kelompok diwakili oleh satu orang pakar (Tabel 3). Penetapan pakar dilakukan dengan pertimbangan dan kriteria (Marimin 2004):

a. Keberadaan responden, keterjangkauan dan kesediaan untuk diwawancarai,

b. reputasi, kedudukan, dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar, dan

(24)

Tabel 3 Pakar SAST

No Nama Keterangan

1 Dedi Sudjana, S.Ap - Kepala Seksi Promosi dan Akses Pasar Dinas KUMKM Cianjur - Kepala PLUT-KUMKM Kab.

Cianjur

2 Euis Sukaeni, S.IP Kepala Seksi Bina Perindustrian Agro-Dinas Perindustrian Cianjur

3 Dr. Hj. Iis Ristiani, M.Pd Ketua Inkubator Bisnis Cianjur

2) Spesifikasi asumsi

Hasil analisis audit berupa kelemahan dan kelebihan UKM di setiap kategori kinerja dijadikan bahan pertimbangan untuk mendapatkan asumsi strategi. Setiap kelompok mengidentifikasi asumsi yang melekat dalam masalah yang dihadapi kemudian mendaftar semua asumsi sesuai sudut pandang masing-masing kelompok.

3) Fase dialektika

Fase dialektika dilakukan untuk menghilangkan asumsi yang tidak relevan. Pada tahap ini peneliti kesulitan melakukan pertemuan dengan semua pakar sehingga dilakukan sintesis asumsi yang diperoleh dari setiap pakar. Hasil sintesis asumsi dilist untuk diberi bobot tingkat kepentingan dan kepastian asumsi dari setiap pakar. Pembobotan dilakukan dengan mengisi kuesioner SAST (Lampiran 3). Seluruh asumsi yang telah memiliki bobot tingkat kepentingan dan kepastian dimasukan ke dalam matriks yang terdiri dari (penting/tidak penting dan relatif tertentu/pasti).

Gambar 2 Peringkat grafik asumsi

Most Certain

Least Important

Most Important

Least Certain

“Certain Planning Region”

(25)

Setiap asumsi diterima sebagai premis strategi jika memenuhi dua kriteria yaitu:

a. Asumsi memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil dan strategi yang dipilih dan diterapkan. (pentingnya)

b. Asumsi sebagai “bukti diri” dan mungkin “pasti benar” (kepastian).

4) Sintesis akhir

Pada tahap sintesis akhir, asumsi dari setiap kelompok dikumpulkan. Kemudian mengintegrasikan setiap asumsi menurut sudut pandang setiap kelompok.

3. Formulasikan strategi

Tahap ini dilakukan untuk memperoleh strategi peningkatan kinerja. Strategi dipilih berasal dari asumsi yang menjadi dasar dari sebuah kebijakan. Asumsi tersebut yaitu asumsi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi yang diperoleh dari tahap penelitian sebelumnya. Asumsi-asumsi terpilih dilakukan pemrioritasan. Asumsi yang menjadi prioritas menjadi strategi untuk peningkatan kinerja di UKM manisan Cianjur.

Pemrioritasan strategi dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP digunakan untuk memecahkan suatu persoalan dalam kerangka berfikir yang terorganisir sehingga dapat mengambil keputusan yang efektif dari persoalan tersebut.

Prinsip kerja dari AHP (Marimin 2004) yaitu penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain dan dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Adapun yang mendasari prinsip kerja AHP yaitu: 1) Penyusunan hierarki

Hierarki (Maarif dan Hendri 2003) merupakan alat mendasar dari pikiran manusia yang melibatkan pengidentifikasian elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokkan elemen-elemen itu ke dalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-kumpulan ini pada tingkat yang berbeda. Hierarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempunyai bentuk saling berkaitan antara puncak (tujuan akhir) ke bawah, ke sub tujuan, kemudian faktor-faktor pendorong yang mempengaruhi sub tujuan tersebut, pelaku yang memberikan dorongan, lalu ke tujuan pelaku, kebijaksanaan-kebijaksanaan, akhirnya strategis dan hasil strategi yang dipilih.

Persoalan-persoalan diuraikan menjadi unsur-unsurnya yaitu aktor, kriteria dan alternatif yang kemudian disusun menjadi struktur hierarki. Hal tersebut dilakukan dengan:

(26)

b. Penentuan aktor dengan pertimbangan aktor tersebut berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur;

c. Penentuan kriteria pemilihan yaitu dasar yang menjadi pertimbangan pertimbangan pemilihan alternatif;

d. Penentuan alternatif pilihan yang berasal dari asumsi dengan nilai kepentingan dan kepastian yang tinggi.

2) Penilaian Kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif yang telah dipilih ditentukan tingkat kepentingannya.

a. Menentukan bobot secara sembarang,

b. Membuat skala interval untuk menentukan ranking setiap kriteria,

c. Menggunakan prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan berpasangan, tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain sehingga dapat dinyatakan dengan jelas.

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.

Tabel 4 Skala nilai perbandingan berpasangan

Nilai Keterangan

1 Alternatif A sama penting dengan alternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dati B

2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua pilihan yang berdekatan Sumber: Saaty (1993)

Penilaian pada setiap aspek yang ada pada hierarki dilakukan oleh pakar dengan mengisi kuesioner yang disediakan (Lampiran 4). Pakar tersebut dipilih dengan kriteria tertentu. Pertimbangan dan kriteria pemilihan pakar menurut Marimin (2004) yaitu:

a) keberadaan responden, keterjangkauan dan kesediaan untuk diwawancarai,

b) reputasi, kedudukan, dan telah menunjukkan kredibilitasnya sebagai pakar, dan

c) pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa orang tersebut mampu memberikaan saran yang benar dan membantu memecahkan masalah.

(27)

Tabel 5 Pakar AHP

No Nama Keterangan

1 Widya Sari, SP., MP Dosen Universitas Suryakancana

2 Yuliani, SP., M.Si Dosen Universitas Suryakancana

3 Drs. Ahmad Nur Rizal Dosen Universitas Suryakancana

4 Deni Rustandi, SP Dosen Universitas Suryakancana

5 Ir. Yoyo Suep Dosen Universitas Suryakancana

6 Ir.Ramli, MP Dosen Universitas Suryakancana

7 Eneng Yuliawati, SP Dosen Universitas Suryakancana

8 Muhammad Kamaludin Y, SP Pelaku UKM

3) Penentuan prioritas

Setiap kriteria dan alternatif dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kuantitatif dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.

4) Konsistensi logis

Semua elemen dikelompokan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.

Konsekuen atau tidaknya perbandingan berpasangan dapat diperiksa dengan Consistency Ratio (CR). Nilai CR tidak akan lebih dari 0,10 jika penilaian kriteria telah dilakukan dengan konsisten. Jika nilai CR lebih dari 0,10 maka di dalam penilaian kriteria masih terdapat ketidakkonsistenan sehingga perlu dilakukan revisi.

Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner. Sehingga perlu dicek kembali konsistensinya satu per satu. Kemudian pendapat yang konsisten digabung dengan menggunakan rata-rata geometrik.

XG = � ����

i = 1

Keterangan:

XG = rata-rata geometrik

n = jumlah responden

(28)

Langkah-langkah penggunaan AHP (Maarif 2003) yaitu: 1. Identifikasi sistem,

2. Penyusunan Hirarki,

3. Penyusunan matriks gabungan, 4. Pengolahan vertikal,

5. Perhitungan vektor prioritas.

Gambar 3 Diagram alir Metoda AHP

MULAI

PENYUSUNAN HIRARKI

IDENTIFIKASI SISTEM

PENGISIAN MATRIKS PENDAPAT INDIVIDU

REVISI PENDAPAT

MENYUSUN MATRIKS GABUNGAN

CR MEMENUHI

PENGOLAHAN VERTIKAL

MENGHITUNG VEKTOR PRIORITAS

SELESAI

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kinerja Usaha Kecil dan Menengah

Kinerja merupakan hasil yang dicapai secara kualitas maupun kuantitas oleh seorang ataupun sekelompok karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan (Mangkunegara 2007). Audit kinerja dilakukan pada delapan Usaha Kecil Menengah (UKM) manisan di Kabupaten Cianjur. Pelaku UKM yang terdiri dari pemilik dan pekerja memiliki riwayat pendidikan SD dan SMP.

Hasil dari audit kinerja menunjukan adanya perbedaan skor pada tiap UKM (Lampiran 5). Skor yang diperoleh mengelompokan delapan UKM manisan menjadi empat kelompok berdasarkan kinerja. Pengelompokan UKM terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Pengelompokan Kinerja UKM

No UKM manisan Kelompok kinerja

1

Analsis hasil audit menunjukkan kelemahan dan keunggulan disetiap kategori kinerja UKM. Kelemahan dan keunggulan dilihat dari tujuh aspek kinerja yaitu kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus sumber daya manusia, fokus pelanggan, dana, informasi dan analisis, manajemen proses dan hasil usaha. Kelompok kinerja UKM yang terdiri dari beberapa UKM dilakukan sintesis data. Hasil audit dari setiap aspek terdapat pada Lampiran 6.

(30)
(31)

Tabel 7.1 Kelemahan dan keunggulan UKM manisan Cianjur (Lanjutan)

Kategori Kinerja UKM

Aspek

Kelemahan Keunggulan

Early result - Aspek kepemimpinan belum dilaksanakan

- Kinerja perusahaan tidak diperhatikan

- Tidak ada informasi tentang data pelanggan

- Pekerja kurang diperhatikan kinerjanya

- Kualitas pekerja kurang diperhatikan

- Kualitas produk dilihat dari komplain konsumen

(32)

Kelemahan pada UKM akan menjadi penghambat peningkatan kinerja yang ada di UKM tersebut. Kelemahan yang dimiliki mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, keterbatasan kemampuan penetrasi pasar dan diversifikasi pasar, skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya, margin keuntungan yang kecil, dan UKM tidak memiliki keunggulan kompetitif ( Rahmana 2012).

Kelemahan UKM secara umum yaitu tidak ada standar kinerja bagi karyawan dan tidak pernah melakukan pengukuran kinerja karyawan, belum memiliki data pelanggan dan tidak ada sarana yang disediakan khusus untuk menampung saran dan kritik dari pelanggan. Selain itu kualitas dari pekerja tidak diperhatikan, tidak adanya rencana kerja beserta targetnya, kualitas produk masih banyak yang tidak memperhatikan, menejemen keuangan masih belum dilakukan.

UKM dengan memiliki kinerja good performance memiliki kelemahan pada hal pengukuran kinerja dan standar kinerja baik karyawan atau perusahaan, data pembantuan dan komplai dari masyarakat, dan belum memiliki data pelanggan. Sedangkan beginning improvement memiliki kelemahan pada aspek target kinerja yang ingin dicapai, analisis usaha, pengukuran kinerja dan standar kinerja, kualitas proses yang hanya dilihat produk akhirnya tidak ada pengujian-pengujian untuk produknya, dan belum ada transparansi keuangan kepada pekerja.

Kinerja early result dan new business memiliki kekurangan yang relatif sama yaitu aspek kepemimpinan belum dilaksanakan, kinerja perusahaan tidak diperhatikan, tidak ada informasi tentang data pelanggan, pekerja kurang diperhatikan kinerjanya, kualitas pekerja kurang diperhatikan, kualitas produk dilihat dari komplain produsen, tidak memiliki tempat khusus complain, belum melakukan menejemen keuangan. Namun pada UKM dengan kinerja new business ada kekurangan lainnya yaitu pada proses produksi tidak ada pengendalian. UKM tersebut melakukan pengolahan dengan bahan baku seadanya tidak dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sedangkan pada UKM dengan tingkat kinerja early result sudah melakukan sortasi pada bahan baku yang akan diolah.

Kelemahan-kelemahan pada UKM manisan Cianjur menjadi permasalahan di dalam peningkatan kinerja. Kelemahan yang ditemukan setelah dilakukan audit kinerja pada UKM berdasarkan tingkat kinerjanya, secara umum menjadi kelemahan yang sama dengan UKM yang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Data pada BPS 1993 (Sukidjo 2007) yang menjelaskan tentang masalah utama yang dihadapi UKM diantaranya masalah keuangan, sulitnya pemasaran, penyediaan bahan baku, keterampilan sumber daya manusia (pekerja dan manajer) masih rendah, teknologi yang terbatas, kesulitan dalam administrasi pembukuan. Selain itu, masalah yang dihadapi UKM menurut penelitian Winarni (2006) dan Situmorang (2008) diantaranya kurang permodalan, kesulitan dalam pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, kualitas manajemen rendah, SDM terbatas dan kualitasnya rendah, kebanyakan tidak memiliki laporan keuangan, aspek legalitas rendah, dan rendahnya kualitas teknologi.

(33)

produk dan proses belum sepenuhnya dipahami oleh anggota organisasi UKM sektor pengolahan. Kristiyanti (2012) menjelaskan adanya faktor internal dan faktor internal yang penjadi permasalahan umum di UKM. Faktor internal diantaranya kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan, kualitas sumber daya manusia yang masih rendah yang berakibat pada rendahnya manajemen pengelolaan usaha, lemahnya jaringan usaha, mental (semangat entrepreneurship) pengusaha UKM yang rendah, kurang transparansi antara generasi. Faktor internal yang menjadi permasalahan pada penelitian Kristiyanti (2012) yaitu iklim usaha (misalnya kebijakan pemerintah) belum sepenuhnya kondusif, sarana dan prasarana yang terbatas, pungutan liar, adanya pasar bebas, sifat produk dengan ketahanan pendek, terbatasnya akses pasar, terbatasnya akses informasi.

Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Asumsi Strategi

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja suatu UKM (Ardiana 2010). Selain itu SDM merupakan hal terpenting dalam suatu organisasi karena perannya sebagai subyek pelaksana kegiatan (Pakpahan,et al 2014). Sehingga peningkatan kualitas SDM di UKM harus terus dilakukan.

Hasil audit berupa data kelemahan dan kelebihan di UKM Manisan Cianjur yang diperoleh dari tahap penelitian sebelumnya dijadikan bahan pertimbangan untuk menghasilkan asumsi-asumsi strategi. Asumsi strategi bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM. Asumsi tersebut diperoleh dengan metode SAST.

Asumsi strategi diperoleh dari pendapat pakar, berdasarkan hasil audit yang dilakukan terhadap UKM manisan Cianjur. Asumsi strategi untuk peningkatan kualitas SDM dari setiap pakar terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 Asumsi Strategi Peningkatan Kualitas SDM

Pakar Asumsi

Dedi Sudjana, S.Ap

(Dinas Koperasi dan UMKM)

- Pengembangan diri (pelatihan) - Diklat berbasis kebutuhan - Pendampingan

- Forum UKM bergerak - Pembelajaran langsung Euis Sukaeni, S.IP

(DISPERINDAG)

- Penyuluhan (motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan)

- Pelatihan-pelatihan

- Pembentukan jiwa kewirausahaan - Kelompok pelaku usaha

(34)

Tabel 8.1 Asumsi Strategi Peningkatan Kualitas SDM (Lanjutan)

Pakar Asumsi

Dr. Hj. Iis Ristiani, M.Pd (Inkubator Bisnis Cianjur)

- Bimbingan teknis (BIMTEK) - Pelatihan

- Pendampingan - Forum komunikasi - Pengembangan koperasi - Pameran

Asumsi dari setiap pakar kemudian disintesis. Hasil dari sinetsis asumsi diperoleh dua belas asumsi strategi peningkatan kualitas SDM. Asumsi tersebut diberi pembobotan berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastian asumsi. Pembobotan dilakukan oleh pakar. Pembobotan asumsi berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastian terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9 Pembobotan asumsi strategi peningkatan kualitas SDM

No Asumsi Penting Pasti

A1 Pelatihan untuk pengembangan diri 7 4

A2 Diklat berbasis kebutuhan 7 6

A3 Pendampingan 5 5

A4 Forum UKM bergerak 6 5

A5 Pembelajaran langsung 6 5

A6 Penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan.

6 5

A7 Pembentukan jiwa kewirausahaan 5 5

A8 Pengelompokan pelaku usaha 4 4

A9 Peningkatan wawasan 5 5

A10 Bimbingan teknis (BIMTEK) 7 5

A11 Pengembangan koperasi 6 5

A12 Pelaksanaan pameran 6 6

(35)

A1

Gambar 4 Pemeringkatan asumsi strategis

Asumsi pada kuadran I dipandang penting dan pasti; asumsi pada kuadran II dipandang tidak penting dan pasti; asumsi pada kuadran III dipandang tidak penting dan tidak pasti; sedangkan pada kuadran IV dipandang sangat penting dan tidak pasti. Asumsi yang terdapat dalam diagram I dilakukan analisis dan sintesis. Hal tersebut dilakukan karena pada diagram tersebut merupakan tingkat kepentingan dan kepastian yang relatif tinggi. Identifikasi asumsi pada diagram I yaitu:

a. Asumsi dengan nilai 7,6 (amat sangat penting-sangat pasti) adalah A2; b. Asumsi dengan nilai 7,5 (amat sangat penting-pasti) adalah A10; c. Asumsi dengan nilai 6,6 (sangat penting-sangat pasti) adalah A12; d. Asumsi dengan nilai 6,5 (sangat penting-pasti) adalah A4, A5, A6, A11; e. Asumsi dengan nilai 5,5 (penting-pasti) adalah A3, A7,A9.

f. Asumsi dengan nilai 7,4 (amat sangat penting-pasti) adalah A1; g. Asumsi dengan nilai 4,4 (penting-pasti) adalah A8.

(36)

A1

Gambar 5 Sebaran Asumsi pada Kuadran I

Asumsi-asumsi yang berada di dalam kuadran I dipandang memiliki tingkat kepentingan dan keyakinan yang tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa asumsi yang memiliki nilai optimal dengan nilai tingkat kepentingan “sangat tinggi” dan tingkat kepastian “sangat pasti” sesuai dengan kebutuhan. Asumsi-asumsi yang tersebar pada diagram I diantaranya A2 (diklat berbasis kebutuhan), A3 (pendampingan), A4 (forum UKM bergerak), A5 (pembelajaran langsung), A6 (penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan), A7 (pembentukan jiwa kewirausahaan), A9 (peningkatan wawasan), A10 (bimbingan teknis), A11 (pengembangan koperasi), dan A12 (pelaksanaan pameran).

Asumsi A2 memiliki nilai kepentingan dan kepastian yang paling tinggi dibandingkan dengan asumsi lainnya. Oleh sebab itu, pelaksanaan diklat berbasis kebutuhan dipandang sudah tepat dan optimal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan berdampak pada peningkatan kinerja di UKM manisan.

Asumsi strategis dengan nilai amat sangat penting dan sangat pasti yaitu A2. Asumsi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berbasis kebutuhan dianggap amat sangat penting dan sangat pasti. Hal tersebut berdasarkan anggapan bahwa ketika seseorang membutuhkan, maka orang tersebut akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Peningkatan kualitas pada diri seseorang akan terjadi dengan sendirinya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pribadi et al (2013) yaitu pendidikan dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kualitas dan kinerja karyawan. Pakpahan ES et al (2014) menerangkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia disuatu organisasi ialah melalui program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan terencana dan sistematik.

I

(37)

A1

Asumsi yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan kepastian yang sedang yaitu A10. Bimbingan teknis (BIMTEK) dengan nilai 7,5 (amat sangat penting- pasti) adalah A10. Selain itu, A12 yang merupakan pelaksanaan pameran memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi dengan nilai 6,6. Asumsi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian 6,5 (sangat penting-pasti) adalah A4 (forum UKM bergerak), A5 (pembelajaran langsung), A6 (penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan), dan A11 (pengembangan koperasi).

Forum UMKM bergerak merupakan suatu kumpulan UMKM yang melakukan kegiatan diskusi antar pelaku usaha. Forum ini dibuat dengan tujuan agar pelaku usaha dapat lebih mandiri untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi, dimana usaha yang telah maju membagi pengalamannya. Pelaksanaan forum ini dibawah pantauan dinas-dinas terkait.

Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran usaha yang dilakukan dengan melihat langsung pada proses usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha lain. Hal ini dilakukan agar pelaku usaha memperoleh gambaran usaha atau pengalaman untuk meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan merupakan suatu penyuluhan yang difokuskan untuk meningkatkan semangat pelaku usaha untuk mengenal kewirausahaan. Sehingga nantinya kemampuan palaku usaha dapat meningkat.

Gambar 6 Sebaran asumsi kuadran penting (rendah-tinggi)-pasti (rendah)

Pelaksanaan pelatihan untuk pengembangan diri (A1) merupakan asumsi dengan nilai 7,4 yang berarti memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepastian rendah. Selain itu, pengelompokan pelaku usaha (A8) memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang rendah. Pengelompokan pelaku industri memiliki nilai yang rendah pada Certain Planning Region karena di dalam peningkatan kualitas SDM yang ada pada UKM dinilai masih membutuhkan bimbingan dari

I

(38)

pihak-pihak terkait. Sehingga jika dilakukan dengan pengelompokkan dengan sistem diskusi antar UKM dianggap kurang efektif.

Formulasi Strategi

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang ada di Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus selalu dilakukan. Hal tersebut dikarenakan SDM termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja suatu UKM. Audit yang dilaksanakan terhadap UKM berdasarkan empat tingkat kinerja, menghasilkan 12 asumsi strategi untuk mengingkatkan kualitas SDM yang ada di UKM. Asumsi tersebut diantaranya pelatihan untuk pengembangan diri, diklat berbasis kebutuhan, pendampingan, forum UKM bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan, pembentukan jiwa kewirausahaan, pengelompokan pelaku usaha, peningkatan wawasan, bimbingan teknis (BIMTEK), pengembangan koperasi, dan pelaksanaan pameran. Asumsi tersebut dipertahankan untuk dilakukan analisis selanjutnya.

Asumsi strategi yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan SAST sehingga diperoleh asumsi beserta tingkat kepentingan dan kepastiannya. Berdasarkan tingkat kepentingan dan kepastiannya, dari 12 asumsi strategi diambil 7 asumsi yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi (sangat penting dan amat sangat penting) dan tingkat kepastian yang tinggi (pasti dan sangat pasti). Hal tersebut dilakukan karena dengan tingkat kepastian yang tinggi dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan. Strategi yang menjadi prioritas merupakan startegi yang sesuai dengan kendala yang dihadapi oleh UKM. Sehingga diharapkan strategi yang diperoleh menjadi strategi yang tepat guna.

Asumsi strategi yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi diantaranya diklat berbasis kebutuhan, bimbingan teknis (BIMTEK), pelaksanaan pameran, forum UKM bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan untuk meningkatkan motivasi usaha, manajemen usaha dan teori kewirausahaan, serta pengembangan koperasi. Kemudian dilakukan pemrioritasan terhadap asumsi tersebut sebagai strategi. Pemrioritasan strategi dilakukan dengan Analytic Hierarchy Process (AHP).

Metoda AHP melibatkan delapan pakar yang terdiri dari dosen yang sekaligus pengamat UKM dan pelaku UKM. Setiap pakar mengisi kuesioner. Hasil pengisian pakar kemudian dianalisis menggunakan software Expert Choice 11. Tingkat kepakaran dilihat dari Consistency Ratio (CR). Data yang digunakan yaitu data dengan nilai CR kurang dari 0.10.

(39)

Gambar 7 Hierarki AHP

Keterangan:

A1 : Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) A2 : Dinas Koperasi dan UMKM (KUMKM)

A3 : Inkubator Bisnis Cianjur (INBIS) A4 : Pelaku UKM

K1 : Dana K2 : Waktu

K3 : Sumber Daya Manusia (SDM) S1 : Diklat berbasis kebutuhan S2 : Bimbingan teknis (BIMTEK) S3 : Pelaksanaan Pameran

S4 : Forum UKM Bergerak S5 : Pembelajaran langsung S6 : Penyuluhan

S7 : Pengembangan koperasi

Hasil analisis menunjukan bahwa Dinas Koperasi dan UMKM (KUMKM) merupakan aktor yang memiliki peran paling berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM Manisan Cianjur. Dinas KUMKM memperoleh nilai 0.437 dibandingkan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan 0.284, Inkubator Bisnis 0.193 dan pelaku UKM 0.086. Arah pengembangan Dinas KUMKM yang berfokus terhadap manajemen UKM bisa dikatakan sebagai alasan Dinas

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

(40)

KUMKM menjadi aktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM yang merupakan pelaku UKM. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Pengambilan suatu keputusan dilandasi dari beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut menjadi hal yang menentukan keputusan mana yang akan digunakan. Strategi untuk meningkatkan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur didasari 3 kriteria utama. Kriteria tersebut diperoleh dari hasil wawancara ketika pengambilan alternatif. Kriteria tersebut diantaranya dana yang tersedia, waktu atau lamanya pelaksanaan sebuah kebijakan, dan SDM yang menunjang terlaksananya kebijakan.

Tiga kriteria memiliki nilai analisis yang berbeda. Dana menjadi kriteria yang diprioritaskan. Hal tersebut terlihat dari nilai analisis dana sebesar 0.525 lebih besar dibandingkan waktu 0.281 dan SDM 0.193. Dana merupakan kriteria paling prioritas yang menjadi landasan pengambilan suatu kebijakan. Perbandingan nilai dari setiap kriteria dapat dilihat pada Gambar 7.

Banyaknya alternatif untuk menjadi sebuah strategi sehingga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas SDM di UKM. Beberapa alternatif yang dipilih dari hasil analsis sebelumnya memiliki nilai prioritas yang berbeda. Diklat yang berbasis kebutuhan memiliki nilai paling besar dibandingkan dengan alternatif lainnya. Diklat berbasis kebutuhan memiliki nilai terbesar yaitu 0.285, sedangkan BIMTEK 0.178, pelaksanaan pameran 0.128, Forum UKM bergerak 0.118, Pembelajaran langsung 0.121, penyuluhan 0.106, koperasi 0.066. perbandingan nilai tersebut tergambar pada Gambar 7.

Pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) merupakan alternatif yang menjadi prioritas sebagai strategi peningkatan kualitas SDM dimana nantinya dapat meningkatkan kinerja dari usaha yang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan hal yang dinyataan Sutrisno (2011) Diklat merupakan kunci dalam manajemen yang memainkan peran penting dan strategis dalam meningkatkan prestasi kerja. Diklat berbasis kebutuhan merupakan strategi yang terpilih. Diklat ini dilakukan berdasarkan kebutuhan dari UKM. Manfaat yang akan dirasakan oleh pelaku usaha yaitu peningkatan kualitas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga peningkatan kualitas SDM seiring dengan masalah yang ditemui. Ketika seseorang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi maka kinerja dari usaha yang dilakukanpun akan meningkat.

Strategi Operasional

Hasil penelitian menghasilkan beberapa strategi terpilih. Strategi yang menjadi prioritas yaitu diklat berbasis kebutuhan. Selain itu strategi lain yang memiliki tingkat kepentingan dan kepastian yang tinggi dan diasumsikan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas SDM di UKM manisan Cianjur yaitu bimbingan teknis, pelaksanaan pameran, forum UKM Bergerak, pembelajaran langsung, penyuluhan, pengembangan koperasi.

Strategi operasional yang dapat dilakukan dari strategi terpilih yaitu 1. Diklat berbasis kebutuhan

(41)

penyelenggara harus memastikan kebutuhan dari UKM. Khususnya UKM yang termasuk kelompok kinerja early result dan new business. Hal tersebut disebabkan karena banyak hal khususnya dari pengaplikasian manajemen (keuangan, dokumen, perijinan, dll) yang belum diketahui pelaku UKM.

2. Bimbingan teknis (BIMTEK)

Kurangnya pengetahuan pelaku UKM secara teknis untuk mengembangkan UKMnya, menjadi salah satu alasan perlu dilakukannya bimbingan. Sebelum dilakukan bimbingan penyelenggara melakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap UKM. Sehingga bimbingan secara teknis dapat diberikan kepada UKM yang menghadapi masalah dan memerlukan bimbingan teknis.

3. Pelaksanaan Pameran

Penyelenggaraan pameran dilakukan dengan melibatkan pelaku UKM. Hal tersebut dilakukan agar dapat memberi gambaran konsumen yang dihadapi. Sehingga dapat merangsang daya pikir pelaku untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4. Forum UKM Bergerak

Pengelompokan UKM dengan menjadikan UKM yang masuk kedalam kategori good performance sebagai leader. Ketika UKM lainnya memperoleh permasalahan dalam pelaksanaan usahanya dapat diadakan forum dari kelompok UKM tersebut. Forum tersebut dilakukan untuk saling berbagi pengalaman dalam menghadapi masalah. Sehingga antar UKM akan memperoleh pelajaran dari pengalaman UKM lainnya untuk diaplikasikan.

5. Pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung dilakukan dengan mengajak pelaku UKM mengunjungi UKM diluar Cianjur (studi banding). Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung terhadap UKM. Pelaksanaan pembelajaran langsung pernah dilakukan terhadap beberapa UKM. Hasil yang terlihat yaitu membuat pelaku UKM termotivasi untuk berusaha membuat produknya menjadi lebih baik.

6. Penyuluhan

Penyuluhan terhadap pelaku UKM dilakukan dengan materi penyuluhan yang sesuai dengan masalah utama yang dihadapi UKM. Selain itu narasumber yang pada penyuluhan yang dilaksanakan dipilih narasumber yang aktraktif dan komunikatif. Sehingga tujuan dari penyuluhan untuk membantu menanggulangi masalah UKM dapat tersampaikan dengan baik dan manfaatnya dapat langsung diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi UKM.

7. Pengembangan koperasi

(42)

selain keuntungan secara ekonomi yang diperoleh, keuntungan sosial yaitu adanya pendidikan kewirausahaan.

Implikasi Manajerial

Hasil audit yang dilakukan terhadap tingkat kinerja UKM manisan Cianjur menunjukan adanya kelemahan dan kelebihan dari setiap tingkat kinerja UKM. Hal tersebut bisa dijadikan sebagai acuan atau referensi untuk evaluasi, penilaian atau pengembangan UKM manisan Cianjur.

Diklat berbasis kebutuhan memiliki nilai kepentingan dan kepastian yang paling tinggi berdasarkan analisis SAST. Oleh sebab itu, pihak-pihak yang berhubungan dengan peningkatan kualitas SDM di UKM semestinya mengadakan diklat yang berbasis kebutuhan.

Metoda AHP digunakan untuk menganalisis prioritas dari setiap aktor, kriteria dan alternatif. Hasil dari analisis menunjukan bahwa Dinas Koperasi dan UMKM menjadi prioritas aktor, dana sebagai prioritas kriteria dan diklat berbasis kebutuhan menjadi prioritas alternatif. Berdasarkan hal tersebut, Dinas Koperasi dan UMKM bisa memfokuskan untuk pelaksanaan diklat berbasis kebutuhan sebagai bahan pertimbangan dana yang tersedia.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil audit kinerja diperoleh kelemahan dan kelebihan UKM. Secara umum terdapat kelemahan yang ada pada semua tingkat kinerja yaitu tidak ada standar kinerja bagi karyawan dan tidak pernah melakukan pengukuran kinerja karyawan, belum memiliki data pelanggan dan tidak ada sarana yang disediakan khusus untuk menampung saran dan kritik dari pelanggan.

Melalui teknik SAST, pelaksanaan diklat berbasis kebutuhan merupakan hal yang amat sangat penting dan sangat pasti memberikan pengaruh yang besar. Hal tersebut juga diperkuat dengan metode pengambilan keputusan AHP dimana diklat berbasis kebutuhan memiliki nilai analisis lebih tinggi dibanding alternatif yang lain. Diklat berbasis kebutuhan merupakan strategi prioritas untuk peningkatan kualitas SDM sehingga akan berdampak pada tumbuhnya kinerja di UKM Manisan Cianjur.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan perumusan strategi untuk peningkatan kinerja UKM yang berdasar faktor kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pelanggan, manajemen proses sehingga akan mengoptimalkan kinerja di UKM.

Gambar

Tabel 1  Kualifikasi kinerja perusahaan menurut Malcolm Baldige Criteria
Gambar 1  Langkah penelitian
Tabel 3  Pakar SAST
Gambar 3 Diagram alir Metoda AHP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kata unknown pada data (1) berkategori nominal yang berasal dari prefiksasi un- pada verba known µPHQJHWDKXL¶ 3UHILNVDVL WHUVHEXW PHPEHQWXN GHULYDVL \DQJ mengalami

Gst.AyuEka Damayanthi pada Tahun 2018 menjelaskan Efektivitas penggunaan SIA, Budaya Kerja, dan Insentif berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada BPR di

Yang Kami hormati, para Pimpinan Universitas Negeri Makassar, para Pembicara undangan, Ketua Forum Pendidikan Statistika Indonesia (FORSTAT) bapak Dr Suhartono, M.Sc., para

Pengaturan level kecepatan pada Gambar 3.3 dilakukan pada komputer operator, lalu perintah tersebut akan dikirimkan ke rangkaian kontrol mikrokontroler melalui media

Singkapan andesit yang ditemukan disekitar titik mata air panas 2 diduga merupakan bagian dari Formasi Batuan Gunungapi Bilungala (Tmbv).. Sumber panas daerah

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan beberapa peraturan menteri keuangan yang mengakomodasi dari pada perjanjian ACFTA merupakan bentuk sinkronisasi dari perjanjian

Nation Population Fund pada akhir tahun 2007 menyebutkan kalangan remaja dunia dewasa ini hidup berdampingan dengan HIV-AIDS karena sebagian kasus baru.. HIV-AIDS telah

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1691/MENKES/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. b) Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelesan