• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumor jenis leiomiosarkoma biasanya menyebar melalui pembuluh darah karena memiliki ikatan antar sel yang lemah. Pertumbuhan sel tumor pada suatu organ dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah pada organ tersebut, ketebalan dinding pembuluh darah, dan derajat kesesuaian antara molekul adhesi pada permukaan sel tumor dan reseptor pada permukaan endotel pembuluh darah (Cheville 1994).

Sel tumor akan lebih mudah untuk bermetastasis pada organ dengan pembuluh darah yang tipis dengan ukuran kecil serta aliran darah yang lambat sehingga memungkinkan sel tumor menempel pada endotel pembuluh darah. Organ anjing yang terkena tumor adalah hati, paru-paru, jantung, ginjal, dan m. intercostalis. Sebagian besar jaringan hati digantikan oleh massa tumor sehingga terdapat penurunan fungsi hati. Gangguan sintesis protein menyebabkan rendahnya kadar protein dalam darah (hipoproteinemia) sehingga daya ikat air oleh protein plasma menurun dan cairan plasma merembes ke dalam ruang interstisium. Selain itu, massa tumor menyebabkan aliran darah portal terhambat dan menyebabkan kongesti dan edema. Kedua hal tersebut menyebabkan terkumpulnya cairan pada rongga perut yang disebut ascites. Perubahan patologi anatomis pada organ anjing yang terkena tumor disajikan pada Tabel 3.

Gambar 6 Hati: Massa tumor pada hati (A); Paru-paru: Massa tumor pada paru-paru (B) Bar = 2cm

Tabel 3 Perubahan patologi anatomis organ anjing yang terkena tumor

leiomiosarkoma

Lokasi Perubahan patologi anatomis

Hati Ditemukan massa tumor berukuran 17x15x12 cm pada lobus lateralis dextra dengan konsistensi firm, multinodular, berwarna putih dengan nekrosis dan daerah-daerah yang mengalami pendarahan. Sebagian besar jaringan hati digantikan oleh massa tumor.

Paru-paru Massa tumor terbesar ditemukan pada lobus diafragmatika sinistra dengan ukuran 9x9x9 cm. Pada lobus lain ditemukan sekitar seratus nodul kecil.

Jantung Ditemukan massa tumor multinodular pada septa antarventrikel dengan ukuran 3 cm dan nodul-nodul kecil pada valvula bikuspidalis dan trikuspidalis.

M. intercostalis Massa tumor multinodular berwarna putih dengan konsistensi firm ditemukan menempel pada pertengahan rusuk ke-3 sampai rusuk ke-13 dengan diameter terbesar 3 cm.

Ginjal Massa tumor multinodular ditemukan pada ginjal kiri.

Massa terbesar berdiameter 5 cm menyebabkan per- luasan pyelum. Pada ginjal kanan ditemukan massa tumor

sebanyak 3 buah dengan diameter 0,5 cm. Pada bagian anteriornya terbentuk massa berwarna kemerahan.

Gambar 7 Gambaran histopatologis sel tumor leiomiosarkoma pada paru-paru disertai figur mitotik (ß). Pewarnaan HE, perbesaran objektif 40x.

Bar = 40µm

Hasil evaluasi secara histopatologis menunjukkan bahwa sel tumor berbentuk lonjong seperti cerutu, memiliki inti di tengah, ukuran inti dan sitoplasmanya berbeda-beda (pleomorfik). Sitoplasmanya berwarna kemerahan dan inti selnya berwarna ungu dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Susunan selnya teratur dan bergelombang (Gambar 7). Figur mitotik adalah sel dalam keadaan sedang membelah. Pada mikroskop cahaya dengan perbesaran objektif 40x, figur mitotik memiliki ukuran sel yang lebih besar daripada sel tumor yang lain. Inti selnya juga lebih besar daripada inti sel tumor yang lain dan mengambil warna lebih gelap dengan bentuk seperti bintang. Beberapa inti terlihat sedang melakukan pembelahan.

Tabel 3 Indeks mitotik sel tumor pada organ anjing yang terkena tumor

leiomiosarkoma

Lokasi Indeks mitotik sel tumor (sel / lapang pandang)

Hati 6.40± 1.729a

Paru-paru 5.10 ± 2.150b

Jantung 4.95 ± 2.481b

M. intercostalis 4.35 ± 1.310b

Ginjal 4.00 ± 1.309b

Keterangan: Indeks mitotik dengan huruf superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan secara nyata.

Indeks mitotik merupakan perbandingan antara jumlah sel yang sedang melakukan pembelahan dengan jumlah sel secara keseluruhan dan digunaka n sebagai pengukuran terhadap laju proliferasi sel (Romansik et al. 2007). Nilai indeks mitotik suatu sel tergantung dari karakteristik sel itu sendiri, seperti panjang siklus sel, daya tahan sel, dan lama hidup sel. Tabel 3 memperlihatkan bahwa indeks mi totik sel tumor pada masing-masing organ yang terkena tumor memiliki nilai yang berbeda-beda. Tumor memiliki ketidakstabilan genetik sehingga mudah terjadi mutasi dan mengakibatkan heterogenitas karakteristik sel tumor yang tumbuh pada masing-masing organ (Cullen et al. 2002).

Indeks mitotik sel tumor yang tertinggi (6.40± 1.729 sel/lapang pandang) terdapat pada organ hati dan berbeda secara nyata dengan tumor yang tumbuh pada paru-paru, jantung, m. intercostalis dan ginjal. Artinya, sel tumor pada hati memiliki laju proliferasi yang paling tinggi diantara organ yang lainnya. Menurut Delmann dan Brown (1992), hati merupakan organ yang mendapat suplai zat makanan langsung dari saluran pencernaan melalui vena porta. Maka, hati merupakan organ yang sangat rentan terhadap paparan zat-zat karsinogenik yang masuk melalui saluran pencernaan. Pada hati, terdapat pembuluh darah khusus yang disebut sinusoid. Sinusoid merupakan pembuluh darah kapiler yang tidak memiliki membrana basalis. Oleh karena itu, sel tumor dapat dengan mudah menembusnya. Secara makroskopis, massa tumor terbesar (17 x 15 x 12cm)

terletak pada hati. Tumor dengan ukuran makroskopis terbesar serta memiliki potensial metastatik tertinggi terdapat pada organ ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari organ hati.

Indeks mitotik pada organ paru-paru, jantung, m. intercostalis, dan ginjal tidak berbeda nyata satu sama lain. Oleh sebab itu, laju proliferasi sel tumor pada organ-organ tersebut relatif sama.

Tumor pada paru-paru yang memiliki ukuran makroskopis yang kedua terbesar setelah hati (9x9x9 cm). Paru-paru merupakan organ yang sangat potensial untuk menjadi tempat bermetastasis bagi sel tumor leiomiosarkoma yang menyebar melalui aliran darah karena paru-paru menerima darah dari seluruh vena sistemik. Hal tersebut memungkinkan sel tumor terbawa masuk ke dalam organ ini dalam jumlah besar. Selain itu, laju aliran darah pada paru-paru cukup lambat sehingga sel tumor dapat dengan mudah untuk menempel pada endotel pembuluh darah. Pembuluh darah di antara rongga alveolus dengan ukuran yang sangat kecil tidak terhitung jumlahnya sangat sesuai untuk menjadi tempat berkumpulnya sel-sel tumor. Menurut Tjarta (2002), penyebaran tumor melalui pembuluh darah arteri sangat sulit terjadi, kecuali apabila terdapat metastasis pada paru-paru. Oleh karena itu, apabila ditemukan massa tumor pada paru-paru maka kemungkinan besar metastatsis telah menyebar ke seluruh tubuh.

Ginjal menerima darah arteri sebanyak 20% dari cardiac output (Cunningham 1997). Maka, ginjal berpotensi untuk menjadi tempat bermetastasis tumor yang tumbuh di paru-paru dan menyebar melalui pembuluh darah arteri. Pada ginjal terdapat jutaan glomerulus yang ukurannya sangat kecil serta strukturnya yang rumit sehingga memungkinkan sel tumor untuk menempel pada dindingnya. Pori-pori pada glomerulus memungkinkan sel tumor menyebar pada organ ini.

Organ jantung sangat jarang menjadi tempat untuk bermetastasis karena pembuluh darah pada jantung memiliki dinding yang tebal dengan aliran darah yang deras sehingga sel tumor sulit untuk menempel pada pembuluh darah dan menembusnya. Pada kasus leiomiosarkoma kali ini ditemukan massa tumor yang menginfiltrasi otot jantung. Ukuran massa tumor yang terbesar berdiameter 3 cm dan tidak menyebar luas pada seluruh organ.

M. intercostalis merupakan otot pernapasan. Tumor tumbuh menginfiltrasi otot ini mulai dari rusuk ke-3 sampai rusuk ke-13. Massa tumor yang tumbuh pada otot ini terpalpasi ketika dilakukan pemeriksaan fisik.

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa walaupun memiliki indeks mitotik yang sama, ukuran makroskopis massa tumor yang terbentuk berbeda-beda. Perbedaan ukuran massa tumor dengan laju proliferasi sel yang sama dipengaruhi oleh perbedaan waktu kejadian tumor. Maka urutan kejadian tumor dapat diperkirakan yaitu tumor berasal dari hati, kemudian bermetastasis pada paru-paru. Setelah itu, tumor menyebar ke ginjal, kemudian tumor tumbuh di otot rangka. Organ yang terakhir kali terkena tumor adalah jantung. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perbedaan ukuran massa tumor adalah laju kematian sel tumor pada masing-masing organ memiliki nilai yang berbeda.

Menurut Handharyani et al. (1999), indeks mitotik yang lebih dari 3 sel per lapang pandang, merupakan suatu indikator bahwa tumor tersebut adalah tumor yang ganas. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tumor pada otot polos ini merupakan tumor ganas.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Kajian leiomiosarkoma pada anjing yang yang dievaluasi merupakan tumor yang ganas karena memiliki indeks mitotik yang lebih dari 3 pada setiap lapang pandang. Tumor primer ditemukan pada organ hati karena memiliki ukuran makroskpis yang terbesar serta potensial metastatik yang tertinggi.

Saran

Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui potensial metastatik pada setiap kejadian awal tumor.

Dokumen terkait