• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumor

Tumor atau neoplasma adalah pertumbuhan sel yang berproliferasi tanpa terkontrol, memiliki kecenderungan untuk mengganggu sel yang normal, tidak memiliki struktur yang teratur, dan tidak memiliki fungsi (Smith & Jones 1961). Pertumbuhan tumor akan menimbulkan beberapa efek pada penderita. Massa tumor yang tumbuh akan menyebabkan penekanan pada jaringan di sekitarnya, seperti pembuluh darah, saluran viseral, dan syaraf. Penekanan pada pembuluh darah dan saluran viseral akan menyebabkan penyumbatan yang berlanjut dengan edema, iskhemia dan nekrosa. Penekanan pada syaraf akan mengakibatkan rasa sakit pada penderita. Pada umumnya, penderita tumor ganas mengalami kaheksia, kelemahan, dan anemia. Hal tersebut disebabkan oleh persaingan antara sel normal dengan sel tumor dalam mendapatkan suplai darah dan nutrisi (Tjarta 2002). Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya tumor adalah imunosupresi, keturunan, kelainan genetik, defek kongenital, terkena penyakit infeksi yang menginduksi terjadinya tumor, dan ma kanan yang mengandung zat karsinogenik (Sax 1981).

Karsinogenesis

Agen penyebab tumor disebut karsinogen. Menurut Underwood (1992), karsinogen dapat dikelompokkan menjadi karsinogen kimia (vinyl klorida, obat-obatan kemoterapi), virus onkogenik (hepatitis B, virus papilloma), radiasi (ultraviolet, x ray), dan agen biologis (aflatoxin, hormon, parasit). Tahap-tahap pembentukan tumor (karsinogenesis) adalah inisiasi, promosi, dan progresi.

KARSINOGENESIS Detoksifikasi Karsinogen Metabolisme Ekskresi Metabolit

Perbaikan ADN INISIASI

Sel normal

Berikatan dengan ADN

Apoptosis

Kerusakan ADN permanen

PROMOSI

Proliferasi sel

Mutasi tambahan,

Proliferasi sel PROGRESI

Tumor ganas

Gambar 1 Diagram alir karsinogenesis (Diadaptasi dari Tjarta 2002)

Seperti pada Gambar 1, tahap inisiasi dimulai dari paparan karsinogen terhadap sel normal sehingga berubah menjadi sel dengan kerusakan Asam Deoksiribonukleat (ADN) permanen. Promosi adalah tahap proliferasi sel yang berlebihan. Sel-sel tumor yang tumbuh memiliki ketidakstabilan genetik sehingga mudah untuk mengalami mutasi tambahan yang menyebabkan heterogenitas tumor. Hal tersebut dinamakan progresi.

Klasifikasi Tumor

Menurut sifat pertumbuhannya, tumor terbagi atas dua macam, yaitu tumor jinak (benign) dan tumor ganas (malignant). Perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbedaan sifat antara tumor jinak dan tumor ganas

Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas

Metastasis Tidak ada Biasanya ada

Sifat pertumbuhan Ekspansif Infiltratif Laju pertumbuhan Lambat Cepat

Diferensiasi sel Baik Buruk

Batasan dengan jaringan Jelas Tidak jelas sekitar

Sumber: Spector & Spector (1993)

Tidak semua tumor ganas dapat membentuk metastasis, namun semua tumor yang membentuk metastasis adalah tumor yang ganas (Dunstan 1998). Tumor jinak memiliki sifat pertumbuhan yang ekspansif, yaitu mendesak jaringan sehat di sekitarnya dan memiliki kapsula yang membatasi antara jaringan tumor dengan jaringan yang sehat. Sebaliknya, tumor ganas memiliki pertumbuhan yang infiltratif, yaitu tumbuh bercabang-cabang ke dalam jaringan sehat di sekitarnya menyerupai jari-jari kepiting sehingga seringkali disebut kanker (cancer). Tumor jinak akan memiliki morfologi sel yang mirip dengan jaringan asalnya. Tumor ganas memiliki laju pertumbuhan yang cepat sehingga ukuran massa tumor cepat membesar dan apabila dilihat secara mikroskopis banyak ditemukan figur mitotik (Spector & Spector 1993).

Tatanama pada tumor disusun berdasarkan asal jaringan serta keganasan tumor tersebut. Jaringan asal tumor terbagi atas jaringan mesenkim dan jaringan epitel. Jaringan mesenkim meliputi jaringan ikat, otot bergaris melintang, otot polos, sel-sel darah, sel endotel, meningen, synovium, dan mesothelium. Jaringan epitel termasuk epitel pada kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran kemih, saluran reproduksi, kelenjar, dan sel yang berasal dari neuroektoderm seperti melanosit. Tumor yang berasal dari jaringan mesenkim diberi akhiran – oma apabila jinak, dan –sarkoma apabila ganas. Tumor jinak yang berasal dari jaringan epitel diberi akhiran –papiloma, sedangkan akhiran -karsinoma diberikan apabila tumor tersebut ganas. Tumor yang terdapat pada kelenjar diberi akhiran – adenoma jika jinak dan –adenokarsinoma jika ganas (Cullen et al. 2002).

Proses Penyebaran Tumor

Spector dan Spector (1993) menjelaskan bahwa tumor dapat bermetastasis dengan tiga cara, yaitu melalui pembuluh limfatik, pembuluh darah, dan transplantasi langsung (transcoelomic). Tiga faktor penting yang menentukan kecenderungan penyebaran sekunder tumor adalah sifat sel tumor itu sendiri, daya tahan hospes, dan kerentanan organ terhadap sel tumor.

Penyebaran tumor melalui pembuluh limfatik disebut juga penyebaran limfogen. Pembuluh limfatik memiliki membrana basalis yang tipis sehingga mudah untuk ditembus oleh sel tumor (Cullen et al. 2002). Sel tumor yang telah menembus pembuluh limfe diangkut oleh cairan getah bening sebagai embolus, kemudian sel tumor tersebut akan tersangkut pada kelenjar getah bening regional. Biasanya, tumor yang menyebar melalui pembuluh limfatik adalah tumor jenis karsinoma (Tjarta 2002).

Tumor jenis sarkoma biasanya menyebar melalui pembuluh darah karena sel-sel tersebut biasanya memiliki laju proliferasi sel yang tinggi dan memiliki adhesi yang rendah satu sama lain. Mula-mula, tumor primer akan menyebar melalui vena cava atau vena porta. Sel tumor akan terperangkap dalam pembuluh kapiler pertama yang dilaluinya. Filter kapiler pertama pada drainase vena cava adalah paru-paru, sedangkan hati adalah daerah mikrovaskuler pertama yang menerima darah dari vena porta. Dari daerah tersebut, tumor dapat menyebar ke pembuluh darah lainnya (Cullen et al. 2002).

Penyebaran sel tumor melalui transplantasi langsung biasanya terjadi pada tumor yang terletak pada rongga serosa seperti rongga perut dan rongga pleura. Contohnya pada tumor ganas lambung, sel-selnya akan menembus serosa. Gaya berat akan menyebabkan sel tumor jatuh ke dalam rongga pelvis, kemudian sel tumor akan menempel pada serosa ovarium atau rektum dan membentuk metastasis (Tjarta 2002).

Derajat Keganasan Tumor

Menurut Tjarta (2002), derajat keganasan tumor dapat ditentukan dengan dua cara yaitu secara makroskopis (staging) dan mikroskopis (grading). Penentuan derajat keganasan tumor secara makroskopis yang umum digunakan adalah berdasarkan sistem Tumor-Nodus-Metastasis (TNM). T menunjukkan

ukuran dari tumor primer, N adalah keterlibatan kelenjar getah bening, dan M berarti metastasis. Cullen et al. (2002) menjelaskan bahwa sistem TNM pada hewan digunakan berdasarkan sistem yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO).

Tabel 2 Penentuan derajat keganasan tumor pada hewan berdasarkan sistem TNM

Faktor Keterangan

To Tidak ada tumor

T1 Tumor berdiameter < 1 cm, tidak

invasif.

T2 Tumor berdiameter 1-3 cm, invasi

secara lokal.

T3 Tumor memiliki diameter > 3cm dan

menginvasi jaringan sekitarnya.

No Limfonodus regional membesar.

N1 Limfonodus pada jaringan sekitar

membesar.

N2 Limfonodus yang terlibat berada di

luar daerah tumor primer

Mo Tidak ada metastasis

M1 Ada metastasis di dekat tumor primer

M2 Metastasis ke tempat yang jauh

Sumber: Cullen et al. (2002)

Tumor primer diklasifikasikan menjadi T1 hingga T4, sesuai peningkatan ukurannya. Ketika tidak ada limfonodus yang terlibat, maka dinyatakan sebagai No. Keterlibatan limfonodus yang progresif dilaporkan sebagai N1 sampai N2. Adanya metastasis dilaporkan dengan skala M1 atau M2. Apabila tidak terdapat metastasis, maka dilaporkan sebagai Mo.

Penentuan derajat keganasan tumor secara mikroskopis dinamakan grading. Pada tumor jenis sarkoma, grade tumor sangat berhubungan dengan kemampuannya bermetastasis, sehingga grade tumor jenis ini disebut juga

potensial metastatik. Setiap tumor terdiri atas subklonal sel tumor yang memiliki potensial metastatik yang berbeda (Tjarta 2002). Potensial metastatik dapat ditentukan melalui pengukuran laju proliferasi sel. Salah satu cara untuk mengetahui laju proliferasi sel adalah dengan menghitung indeks mitotik. Indeks mitotik pada sel tumor tergantung dari karakteristik sel tumor itu sendiri, seperti panjang siklus sel, daya tahan sel, dan lama hidup sel. Indeks mitotik pada umumnya ditentukan menggunakan metode penghitungan figur mitotik pada perbesaran objektif 10 atau 40x dan menetapkan rataan hitungnya (Cullen et al. 2002). Pewarnaan untuk penghitungan figur mitotik dapat menggunakan Hematoksilin Eosin atau imunohistokimia seperti PCNA (Proliferating Cell Nuclear Antigen) dan Ki-67 (Handharyani et al. 1999). Menurut Romansik et al. (2007), indeks mitotik merupakan perbandingan antara jumlah sel yang sedang melakukan pembelahan dan jumlah sel secara keseluruhan. Francken et al. (2003) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya indeks mitotik merupakan indikator penting yang menentukan keganasan suatu kejadian tumor dan berguna untuk menentukan prognosa terhadap pasien. Penentuan indeks mitotik suatu tumor juga bermanfaat untuk pengobatan karena sel-sel yang sedang melakukan pembelahan sangat sensitif terhadap obat-obatan antitumor dan penyinaran (Kintzios 2004).

Pendekatan Diagnosis Tumor pada Hewan

Pendekatan diagnosis tumor dapat diperoleh melalui pemeriksaan klinis maupun laboratoris. Beberapa gambaran klinis yang menunjukkan kecurigaan diagnosis tumor ganas adalah badan lemah, anoreksi, dan berat badan turun. Anamnese merupakan langkah awal penentuan diagnosis, hal ini meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita, jenis makanan yang diberikan, serta paparan bahan kimia pada hewan. Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik, radiologik, dan endoskopi. Pemeriksaan laboratoris dilakukan dengan pemeriksaan preparat dengan bahan yang diperoleh dari biopsi untuk menentukan jenis dan sifat keganasan tumor. Pengujian biokimia tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa tumor, namun dapat membantu dalam ketepatan pengobatan (Tjarta 2002).

Pengobatan Tumor pada Hewan

Menurut Martin (1989), pengobatan tumor pada hewan kecil biasanya dilakukan dengan pembedahan yang dikombinasikan dengan kemoterapi. Obat-obatan kemoterapi diantaranya adalah:

• Antimetabolit. Obat ini mengganggu sintesis DNA sel.

• Pengalkilasi. Sifatnya radiomimetik dan menyerang tahap sintesis DNA saat interfase. Contohnya adalah nitrogen mustard.

• Hormon, khususnya untuk tumor yang pertumbuhannya disebabkan oleh faktor hormonal seperti tumor pada prostat atau pada payudara.

• Antibiotik antitumor, contohnya Doxorubicin.

Radioterapi jarang dilakukan pada hewan karena harganya mahal. Selain itu, tumor yang bermetastasis secara luas tidak efektif jika diberikan terapi jenis ini (Thornburg 2000).

Leiomiosarkoma

Leiomiosarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari otot polos. Tumor primer dari jenis ini biasanya dapat ditemukan pada uterus, hati, limpa, sekum, usus halus, lambung, vesika urinaria, serta jaringan lunak lainnya pada hewan domestik (Wang et al. 2005). Menurut Cullen et al.(2002), leiomiosarkoma merupakan kasus tumor yang paling sering terjadi pada anjing, terutama yang berumur di atas 6 tahun. Secara makroskopis, massa tumor berwarna putih kekuningan sampai merah muda, memiliki konsistensi kenyal, dan tidak berkapsul.

Tumor jenis ini biasanya menyebar melalui pembuluh darah karena memiliki ikatan antar sel yang lemah. Proses metastasis melalui pembuluh darah dibagi atas beberapa tahap, yaitu invasi matriks ekstraseluler, penyebaran vaskuler, ekstravasasi sel tumor, serta pertumbuhan dan perkembangan sel tumor yang menetap pada suatu bagian tubuh. Matriks ekstraseluler pada tubuh hewan terdiri dari membrana basalis dan jaringan ikat interstisial. Mula-mula sel tumor melepaskan diri dari tumor primer, kemudian, sel tumor aka n melekat pada membrana basalis dan atau jaringan ikat interstisial. Untuk menghancurkan membrana basalis dan jaringan ikat interstisial, sel tumor akan mensekresikan enzim proteolitik, kemudian sel tumor akan masuk ke dalam aliran darah yang

bersirkulasi. Sel tumor cenderung berkelompok di dalam aliran darah, baik dengan sel tumor yang lain maupun dengan platelet untuk menghindari sistem kekebalan tubuh penderita. Ekstravasasi akan dimulai dengan perlekatan sel tumor dengan sel endotel yang diikuti dengan penembusan membrana basalis sel endotel dan jaringan ikat interstisial, sama dengan proses invasi. Tempat sel membentuk tumor sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah organ tempat tumbuhnya tumor primer dan drainase vaskuler pada organ tersebut, molekul adhesi pada sel tumor, serta reseptor pada endotel pembuluh darah (Tjarta 2002).

Gambar 2 Proses metastasis melalui pembuluh darah (Anonim 2007b)

Mitosis

Mitosis adalah pembelahan suatu sel menjadi dua buah sel yang identik dan terjadi pada sel-sel somatik. Kesalahan pada proses mitosis dapat berbahaya bagi makhluk hidup karena berpotensi menyebabkan kecacatan apabila terjadi pada saat pembelahan zigot, serta kelainan ataupun mutasi genetik yang dapat mengarah pada tumor. Mitosis adalah pembelahan sel yang menghasilkan susunan kromosom sel anak tetap sama dengan induknya. Mitosis terbagi atas tahap persiapan (interfase) dan tahap pembelahan (Yatim 1991).

Tahap persiapan sel membutuhkan waktu sekitar 23 jam, terdiri atas tahap G1, S, dan G2. Pada tahap G1 terjadi sintesa Asam Ribonukleat (ARN) dan protein. Tahap S meliputi replikasi ADN yang akan membentuk sepasang

kromatin anak yang memiliki rangkap dua untuk persiapan pembelahan inti, sedangkan tahap G2 merupakan persiapan pembelahan sitoplasma.

Gambar 3 Siklus sel (Anonim 2007c)

Tahap pembelahan sel atau mitosis hanya memerlukan waktu 30 menit sampai dengan 1 jam yang terdiri atas kariokinesis dan sitokinesis. Kariokinesis adalah tahap pembentukan inti sel dan substansinya, sedangkan sitokinesis adalah pembentukan sitoplasma untuk sel yang baru. Kariokinesis terdiri atas profase, metafase, anafase, dan telofase (Hopson & Wessells 1990).

Pada saat tahap persiapan, kromatin inti telah memiliki rangkap dua. Memasuki tahap profase, pilinan ADN pasangan kromatin inti akan memadat dan menjadi bentuk yang lebih pendek dan tebal yang disebut kromosom. Kromosom yang memiliki rangkap dua disebut kromatid. Nukleolus membesar, kemudian pecah. Sentrosom merenggang dan pergi ke kutub yang bersebrangan, kemudian membentuk serat mikrotubul dan mikrofilamen yang disebut gelendong. Kromosom menggantung pada sentromernya melalui serat mikrotubul gelendong. Pada sel hewan yang sedang membelah, di sekeliling sentrosom juga ada mikrotubul dan mikrofilamen pendek yang bersusun radial sehingga tampak seperti bintang. Oleh karena itu, sel hewan yang sedang membelah disebut bintang kutub. Pada tahap metafase, kromosom bergerak ke suatu bidang khayal yang membagi badan sel menjadi dua bagian yang sama besar. Bidang khayal

tersebut dinamakan ekuator. Sentromer dari tiap kromosom membelah menjadi dua bagian pada tahap anafase, kemudian kromatid dari kromosom yang sama berpisah dan pergi ke kutub yang bersebrangan. Kemudian, tahap pembelahan sel memasuki telofase. Kromosom mengalami pelonggaran pilinan ADN sehingga bentuknya kembali menjadi panjang dan halus. Serat gelendong menghilang, disusul oleh terbentuknya selaput inti di sekeliling kromosom. Sitokinesis adalah pembentukan sitoplasma untuk inti yang baru. Bahan-bahan yang digunakan pada tahap ini adalah bahan-bahan yang disintesis pada tahapan G1 dan G2 (Yatim 1991).

Gambar 4 Proses pembelahan sel (Anonim 2007c)

Pada sel tumor, kontrol mitosis berkurang atau hilang sama sekali. Lama siklus sel pada sel tumor pada umumnya sama dengan sel normal, namun proporsi sel yang aktif melakukan pembelahan lebih tinggi daripada sel normal dengan jenis yang sama. Selain itu, jarak antar siklus sel tumor biasanya lebih pendek daripada sel normal sehingga laju proliferasi selnya lebih tinggi. Sel tumor juga biasanya memiliki umur yang lebih panjang daripada sel normal, sehingga sel tumor terakumulasi dan menyebabkan massa tumor semakin besar (Hopson & Wessels 1990).

Anjing

Anjing merupakan hewan peliharaan yang memiliki hubungan paling dekat dengan manusia. Kedekatan hubungan ini disebabkan oleh sifatnya yang setia dan tingkat kecerdasannya yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan hewan yang lain sehingga dapat dilatih untuk membantu manusia (Prajanto & Andoko 2004). Klasifikasi Anjing Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mamalia Ordo : Carnivora Famili : Canidae Genus : Canis Spesies : Canis lupus

Subspesies : Canis lupus familiaris (Linnaeus 1758 dalam Anonim 2007d) Anjing Golden Retriever

Anjing Golden Retriever merupakan campuran Tweed Water Spaniel yang sekarang telah punah dan Yellow Retriever. Anjing jenis ini mudah dikenali karena warna kremhingga keemasan pada rambutnya. Golden Retriever memiliki rambut tebal yang lurus atau bergelombang dan tahan air. Pada awalnya, ras ini dibiakkan untuk teman berburu burung atau unggas liar lainnya. Ketika buruan tertembak dan jatuh, anjing ini akan mengambil dan menyerahkannya kepada tuannya secara utuh. Kemampuan inilah yang menyebabkan ras ini disebut Retriever. Golden Retriever jantan memiliki tinggi badan sekitar 23 – 24 inci dan berat badan sekitar 29.5 – 34 kg, sedangkan betina memiliki tinggi badan sekitar 21.5 – 22.5 inci dan berat badan sekitar 25 – 29.5 kg (Larkin & Stockman 2001).

Golden Retriever digolongkan ke dalam anjing pemburu oleh Federation Cynologique Internationale (FCI) Brussel, dan sebagai anjing sport oleh American Kennel Club (AKC). Anjing ini memiliki stamina, daya tahan, dan kekuatan yang tinggi sehingga biasa dijadikan kawan pemburu, khusus untuk

menangkap burung. Anjing jenis ini tidak cocok dijadikan sebagai anjing penjaga (Untung 1991).

Golden Retriever termasuk ras yang sangat populer karena sifatnya yang bersahabat dan jinak sehingga aman sebagai tema n bermain anak-anak Selain itu, Golden Retriever juga mudah bergaul dengan manusia maupun hewan lain di sekitarnya. Sifat-sifat tersebut menjadikan Golden Retriever banyak dipilih sebagai anjing peliharaan kesayangan keluarga. Anjing jenis ini merupakan anjing yang dapat dilatih sehingga sering digunakan sebagai anjing penuntun bagi tuna netra, anjing pelacak, dan pencari jejak (Sayer 1994). Menurut Anonim 2007a, penyakit yang sering terjadi pada ras ini diantaranya adalah:

• Kanker, yang paling sering terjadi adalah hemangiosarkoma, limfosarkoma,danosteosarkoma.

• Hip displasia.

• Penyakit jantung, khususnya cardiomyopathy dan stenosis katup jantung. • Penyakit pada persendian, terutama luxatio pattela.

• Hemofilia

Dokumen terkait