Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April – Agustus 2009 di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga. Suhu rata-rata dari rumah kaca pada siang hari antara pukul 11.00-13.00 selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata 66.68%.
Tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan penyakit ketika memasuki fase generatif. Hama dan penyakit yang menyerang, yaitu burung dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera). Pengendalian hama burung dilakukan dengan memasang paranet dalam rumah kaca dan kain kasa untuk menutupi bulir padi dan gulma, sedangkan untuk hama wereng dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif dimehipo. Konsentrasi dimehipo yang digunakan, yaitu 2 ml dimehipo dilarutkan dalam 1 liter air .
Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9, kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N 0.24%. Ketersediaan P sebesar 16.9 ppm dengan kapasitas tukar kation 15.37 me/100g dan kandungan K dalam tanah sebesar 0.27 me/100g. Tanah memiliki kejenuhan basa sebesar 9.82%. Berdasarkan diagram segitiga tanah, tekstur tanah tergolong liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15.19: 31.54: 53.27. Tanah yang masam ini dapat ditolerir oleh tanaman padi karena tanaman padi merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan tanah masam.
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST (Tabel Lampiran 2). Pada 3 MST, perlakuan E2P2 dan E3P1 memiliki tinggi yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, yaitu P2 dan P1 (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Tinggi Tanaman Padi
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm/tanaman)
1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 24.72 38.13 49.88a 62.47 67.85 75.28 82.43 86.67 91.83 P2 25.03 39.19 52.68a 61.96 68.92 76.21 83.57 86.13 89.10 P3 24.32 37.93 53.86a 60.77 67.31 75.33 80.65 83.37 85.92 P4 23.10 36.09 48.99a 54.32 58.95 68.33 74.16 81.48 83.54 E1P3 24.18 36.05 51.06a 58.39 65.11 70.12 77.81 82.38 84.62 E2P2 22.89 36.20 38.47b 58.73 63.28 72.24 80.27 85.62 88.37 E3P1 23.07 34.50 29.02c 57.03 65.50 70.87 81.60 86.33 89.43 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan padi (Tabel Lampiran 3). Jumlah anakan padi per tanaman saat panen berkisar antara 3.67 sampai dengan 5 anakan (Tabel 2). Jumlah anakan padi terbanyak yang terbentuk hingga panen hanya mencapai 5 anakan. Jumlah anakan padi ini turun 85.71% dibandingkan potensi jumlah anakan pada deskripsi IR64 yang disajikan pada Lampiran 26, yaitu sebesar 35 anakan. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan tumbuh yang kurang ideal bagi pertumbuhan tanaman padi.
Tabel 2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST P1 0.3 0.5 1.0 2.8 3.3 3.7 3.0 3.0 P2 0.0 0.0 0.5 2.0 2.3 2.8 3.0 3.0 P3 0.3 0.3 0.4 2.2 2. 8 3.0 3.0 3.0 P4 0.0 0.0 0.1 1.5 1. 7 1.9 2.0 2.0 E1P3 0.2 0.2 0.3 1.7 2.1 2.3 2.3 2.3 E2P2 0.1 0.3 0.7 1.8 2.3 2.5 2.5 2.5 E3P1 0.3 0.2 0.7 2.2 2.3 2.3 2.3 2.3
Tabel 2. (Lanjutan)
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
11MST 12MST 13MST 14MST 15MST 16MST 17MST P1 3.0 3.0 3.3 4.0 5.0 5.0 5.0 P2 3.2 3.2 3.2 4.3 3.5 3.5 3.8 P3 3.0 3.1 3.1 3.3 3.8 3.8 4.0 P4 2.2 2.2 2.2 2.3 2.7 3.0 3.0 E1P3 2.7 2.7 2.8 3.4 3.8 4.3 4.4 E2P2 2.8 2.5 3.2 3.7 3.7 4.3 4.3 E3P1 2.3 2.3 3.3 3.0 3.7 3.7 3.7
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah daun padi pada 9 MST (Tabel Lampiran 4). Jumlah daun terbanyak pada 9 MST terdapat pada perlakuan P1, yakni sebesar 23 dan paling sedikit pada perlakuan E1P3, sebesar 17. Selain itu, perlakuan E1P3 dan E3P1 memiliki jumlah daun yang berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu P3 dan P1 (Tabel 3).
Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk daun, selanjutnya ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 10 dan 11 MST.
Tabel 3. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun Padi
Perlakuan Jumlah Daun per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST P1 6.8 7.2 9.3 12.7 18.7 21.7 22.7a 22.7 22.3 P2 6.0 6.1 6.9 12.4 14.7 21.8 21.5ab 22.7 20.8 P3 6.5 6.6 7.6 12.8 15.6 21.6 21.7ab 20.8 18.4 P4 5.3 5.6 5.8 10.2 12.3 16.7 16.7c 15.9 14.4 E1P3 6.0 5.9 7.0 11.1 13.7 17.6 16.5c 18.0 15.6 E2P2 5.8 6.5 7.7 11.9 15.0 21.0 19.7a-c 19.0 17.5 E3P1 5.8 7.0 7.5 11.3 14.3 18.0 17.7bc 18.3 17.0
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang helai daun padi pada 5 MST (Tabel Lampiran 5). Panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan P1 sebesar 42.67 cm, sedangkan panjang daun paling pendek terdapat pada perlakuan P4 sebesar 36.73 cm. Panjang daun padi pada pertanaman campuran tidak berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu antara E1P3 dengan P3, E2P2 dengan P2, dan E3P1 dengan P1 (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Helai Daun Padi
Perlakuan Panjang Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 28.55 35.92 42.67a 47.92 49.70 57.20 57.33 P2 31.26 34.80 40.87ab 47.13 51.88 57.67 54.57 P3 28.92 33.98 39.41bc 45.78 49.53 53.64 54.14 P4 27.50 30.39 36.73c 45.93 42.51 52.60 53.94 E1P3 28.19 33.56 40.29ab 44.29 47.92 53.82 53.34 E2P2 27.41 33.11 40.08ab 44.98 48.03 54.40 55.48 E3P1 29.02 32.92 40.28ab 46.70 48.80 46.77 56.80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Lebar Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap lebar helai daun padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 6). Lebar daun terlebar terdapat pada perlakuan P1 dan paling sempit terdapat pada perlakuan P4. Perlakuan E3P1 memiliki lebar daun yang berbeda nyata dengan P1 (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai Daun Padi
Perlakuan Lebar Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 0.55 0.65a 0.75 0.85 0.97 1.13 1.00 P2 0.55 0.58ab 0.74 0.83 0.95 0.95 1.02 P3 0.50 0.56bc 0.69 0.88 0.88 0.97 0.99 P4 0.47 0.48c 0.62 0.79 0.78 0.89 0.94 E1P3 0.48 0.52bc 0.68 0.77 0.87 0.94 0.96 E2P2 0.49 0.53bc 0.73 0.89 0.90 0.93 0.95 E3P1 0.53 0.50bc 0.68 0.87 0.93 1.00 1.00
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot Kering Biomassa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering biomassa pada 18 MST (Tabel Lampiran 7). Pada pertanaman monokultur, bobot kering total per tanaman saat 18 MST semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan padi saat 18 MST. Pada 18 MST, bobot kering total per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 19.02 g, disusul perlakuan P2 sebesar 5.63 g, kemudian disusul perlakuan P3 sebesar 2.36 g, dan yang terendah adalah perlakuan P4 sebesar 1.20 g. Perlakuan P2 mampu menurunkan bobot kering total pertanaman hingga 13.39 g dari perlakuan P1.. Perlakuan E1P3 memiliki bobot kering total per tanaman yang paling rendah dibandingkan perlakuan E2P2 dan E3P1 (Tabel 6).
Campuran Monokultur
Tabel 6. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Kering Biomassa Padi
Perlakuan
Bobot Kering Biomassa
Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Total (g/tanaman)
6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST
P1 1.23 6.77bc 0.52 12.25a 1.76 19.02ab 1.76 19.02a
P2 1.88 10.90ab 0.65 11.64a 2.54 22.54a 0.63 5.63bc
P3 3.50 13.50a 1.39 7.79a-c 4.89 21.28a 0.55 2.36cd
P4 2.84 13.28a 0.95 5.88b-d 3.79 19.16ab 0.24 1.20d
E1P3 2.60 11.62ab 0.40 9.42ab 3.00 21.04a 0.33 2.34cd
E2P2 1.51 9.09a-c 0.63 4.20cd 2.14 13.29bc 0.54 3.32cd
E3P1 1.14 4.42c 0.40 2.81d 1.55 7.23c 1.55 7.23b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 18 MST (Tabel Lampiran 10). Pada 18 MST, panjang akar padi terpanjang terdapat pada perlakuan P2 sebesar 47.35 cm, sedangkan panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan E2P2 sebesar 30.88 cm. Perlakuan E2P2 mampu menurunkan panjang akar padi hingga 34.78% dibandingkan P2 (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Akar Padi
Perlakuan Panjang Akar (cm)
6MST 18MST P1 25.06 41.50ab P2 27.00 47.35a P3 28.71 35.11b-d P4 26.48 33.39cd E1P3 23.54 36.40b-d E2P2 27.85 30.88d E3P1 23.80 40.33a-c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap ukuran daun bendera tanaman padi (Tabel Lampiran 9). Luas daun bendera terbesar terdapat pada perlakuan P1 sebesar 42.50 cm2 dan terkecil terdapat pada perlakuan E1P3 sebesar 34.76 cm2 (Tabel 8).
Tabel 8. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm)
P1 29.07 1.17 42.50 P2 28.43 1.13 35.25 P3 26.45 1.11 35.20 P4 27.25 1.08 35.89 E1P3 27.24 1.10 34.76 E2P2 30.72 1.10 41.37 E3P1 27.60 1.07 34.98
Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai, jumlah gabah per tanaman, jumlah biji per pot, panjang malai, dan kepadatan malai padi (Tabel Lampiran 10). Jumlah gabah per malai padi berkisar antara 62.5 sampai dengan 75.6 butir (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Gabah/Malai (butir) Jumlah Gabah/Tanaman (butir) Jumlah Gabah/Pot (butir) Panjang Malai (cm) Kepadatan Malai (butir/cm) P1 75.6 258.3 381.0 55.31 1.34 P2 63.6 230.2 460.3 46.09 1.36 P3 62.7 206.4 442.0 48.16 1.28 P4 62.5 154.0 486.7 46.94 1.35 E1P3 65.2 172.6 452.7 48.31 1.32 E2P2 68.7 250.5 368.3 48.43 1.41 E3P1 64.2 287.7 287.7 51.62 1.22
Bobot 100 Butir
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap bobot 100 butir gabah padi (Tabel Lampiran 11). Bobot 100 butir gabah padi berkisar antara 0.84 g sampai dengan 1.78 g (Tabel 10).
Tabel 10. Bobot 100 Butir Gabah Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Bobot 100 Butir (g)
P1 1.78 P2 1.21 P3 0.84 P4 1.25 E1P3 1.25 E2P2 1.64 E3P1 1.43 Produksi Gabah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot gabah hampa, tapi tidak mempengaruhi bobot gabah kering, bobot gabah isi, dan % gabah hampa padi (Tabel Lampiran 12). Bobot gabah hampa terendah terdapat pada perlakuan E3P1 sebesar 0.38 g, sedangkan bobot gabah hampa tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 1.13 g (Tabel 11).
Tabel 11. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Gabah Kering, Gabah Isi, Gabah Hampa, dan % Gabah Hampa Padi
Perlakuan Gabah Kering (g/pot) Gabah Isi (g/pot) Gabah Hampa (g/pot) % Gabah Hampa P1 2.25 1.87 0.38b 18.71 P2 1.97 1.83 0.78ab 23.47 P3 1.72 0.59 1.13a 21.19 P4 1.67 1.11 0.75ab 23.11 E1P3 2.12 1.39 0.88ab 26.20 E2P2 1.21 0.89 0.50b 18.07 E3P1 1.22 1.10 0.37b 18.38
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Pertumbuhan dan Produksi Gulma E. crus-galli Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi berpengaruh terhadap tinggi gulma E.crus-galli pada 3 MST (Tabel Lampiran 13). Pada 3 MST, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan E1 sebesar 52.22 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah pada perlakuan E2P2 sebesar 20.52 cm. Namun, secara keseluruhan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan E1 dan terendah pada perlakuan E3P1 (Tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh Populasi Padi dan galli terhadap Tinggi E.crus-galli
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 13.43 29.92 52.22a 64.50 78.92 102.82 117.17 128.17 E2 12.47 26.07 43.18b 48.59 66.61 85.64 98.47 116.57 E3 13.92 29.38 44.16b 53.01 66.49 83.42 101.21 120.59 E4 13.64 25.57 41.95b 50.09 62.12 83.73 93.46 110.71 E1P3 12.45 27.18 42.17b 50.00 63.83 84.97 85.07 115.83 E2P2 11.88 19.74 20.52c 45.32 62.15 84.86 98.03 114.85 E3P1 13.68 23.75 21.20c 45.75 54.69 75.46 92.99 111.57
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah anakan gulma E. crus-galli pada 6, 10-12, dan 14-17 MST (Tabel Lampiran 14). Secara keseluruhan, jumlah anakan terbanyak terdapat pada perlakuan E1 dan terendah terdapat pada perlakuan E1P3. Perlakuan E1P3 yang memiliki jumlah anakan yang berbeda nyata dengan E1 (Tabel 13).
Tabel 13. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Anakan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST E1 0.8 1.8a 2.0 3.0 4.0 4.3a E2 0.4 1.2ab 1.5 1.8 2.2 3.2ab E3 0.3 1.1ab 1.6 2.0 2.1 2.3a-c E4 0.1 0.5b 0.8 1.5 1.5 1.6bc E1P3 0.5 1.3ab 1.0 1.3 1.7 1.3bc E2P2 0.2 0.6b 0.8 1.0 1.3 1.8bc E3P1 0.0 0.5b 0.7 0.8 0.8 0.8c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Tabel 13. (Lanjutan)
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
11MST 12MST 13MST 14MST 15MST 16MST 17MST E1 8.0a 10.0a 15.3 17.7a 19.00a 19.7a 20.0a E2 3.8b 4.8b 6.3 7.5b 8.2b 8.8b 8.8b E3 3.3b 6.2ab 8.8 10.9b 13.1b 13.2ab 13.6b E4 3.4b 5.3b 6.4 8.6b 10.6b 10.6b 10.7b E1P3 2.7b 5.0b 5.7 7.0b 8.0b 8.0b 8.0b E2P2 2.5b 3.8b 5.2 6.8b 9.5b 9.5b 9.5b E3P1 1.9b 3.5b 6.1 7.7b 8.6b 8.6b 8.6b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah daun E. crus-galli pada 4, 6, 7, 10, dan 11 MST (Tabel Lampiran 15). Pada 4, 6, 7, dan 10 MST, perlakuan E1 memiliki jumlah daun paling banyak, sedangkan perlakuan E3P1 memiliki jumlah daun paling sedikit (Tabel 14).
Tabel 14. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Daun per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST
E1 5.5 5.8a 7.2 16.8a 21.0a 27.3 28.0 30.7a 28.0a
E2 4.6 5.3ab 6.8 10.7b 12.5b 16.2 16.5 16.8b 15.2b E3 4.6 5.1a-c 5.9 9.7b 11.7b 16.6 16.6 16.4b 14.1b E4 4.4 4.5bc 5.7 8.5b 9.8b 12.9 12.3 13.3b 13.3b E1P3 4.3 4.5bc 6.0 10.3b 12.0b 15.7 15.7 17.0b 15.7b E2P2 4.4 4.7bc 6.2 8.7b 10.0b 15.5 14.8 15.3b 14.5b E3P1 4.1 4.2c 5.1 7.7b 9.3b 12.0 10.6 12.0b 11.0b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang helai daun gulma E. crus-galli pada 3 dan 5 MST (Tabel Lampiran 16). Pada 5 MST, perlakuan E1 memiliki panjang daun terpanjang dan perlakuan E3P1 memiliki panjang daun terpendek.(Tabel 15).
Tabel 15. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Helai Daun E. crus-galli
Perlakuan Panjang Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 30.08a 36.48 51.48a 52.38 44.17 41.30 E2 22.88ab 28.25 36.74b 43.58 42.93 38.15 E3 24.04ab 28.23 37.89b 47.98 53.54 46.54 E4 21.13b 27.00 35.96b 43.67 42.58 38.55 E1P3 20.88b 28.28 34.38b 48.62 41.93 38.13 E2P2 15.89b 24.70 34.39b 47.33 47.32 41.85 E3P1 21.20b 23.78 30.17b 40.41 46.26 41.80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Lebar Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap lebar helai daun gulma E. crus-galli pada 5 MST (Tabel Lampiran 17). Pada 5 MST, perlakuan E1 memiliki lebar daun paling besar, sedangkan perlakuan E2P2 memiliki lebar daun paling kecil (Tabel 16).
Tabel 16. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai Daun E. crus-galli
Perlakuan Lebar Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 0.53 0.68 1.17a 1.40 1.40 1.43 E2 0.43 0.49 0.75b 1.04 1.17 1.28 E3 0.45 0.50 0.87b 1.06 1.36 1.50 E4 0.39 0.43 0.73b 1.08 1.15 1.28 E1P3 0.37 0.52 0.75b 1.12 1.13 1.20 E2P2 0.30 0.43 0.67b 1.08 1.28 1.40 E3P1 0.38 0.42 0.71b 1.00 1.11 1.32
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot Kering Biomassa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, total per pot, dan total per tanaman pada 18 MST, tapi tidak berpengaruh terhadap bobot kering akar gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 18). Pada pertanaman monokultur, bobot kering total per tanaman saat 18 MST semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan E. crus-galli. Perlakuan E2 mampu menurunkan bobot kering total pertanaman hingga 11.39 g dari perlakuan E1. Saat 18 MST, perlakuan E3P1 menurunkan bobot kering total per tanaman 39.64% dibandingkan perlakuan monokulturnya, yaitu E3 (Tabel 17).
Tabel 17. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Kering Biomassa E. crus-galli
Perlakuan
Bobot Kering Biomassa
Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Total (g/tanaman)
6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST
E1 2.23 8.09bc 0.86 5.92 3.10 14.01a-c 3.09a 14.01a
E2 2.24 7.03c 0.82 3.46 3.07 10.49bc 0.77bc 2.62b E3 2.94 13.94a 1.34 6.04 4.29 19.98a 0.48bc 2.22b E4 3.05 12.59ab 1.42 4.47 4.48 17.06ab 0.28c 1.07b E1P3 1.43 4.16c 0.69 1.41 2.12 5.56c 2.12ab 5.56b E2P2 2.31 6.92c 0.52 2.56 2.84 9.48bc 0.71bc 2.37b E3P1 1.70 8.09bc 1.01 3.96 2.72 12.05a-c 0.30c 1.34b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap panjang akar gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 19). Hal ini disebabkan kebutuhan unsur hara gulma E. crus-galli tercukupi untuk perkembangan akarnya. Panjang akar padi saat 18 MST berkisar antara 30.52 cm sampai dengan 43.06 cm (Tabel 18).
Tabel 18. Panjang Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Panjang Akar (cm)
6MST 18MST E1 32.53 41.37 E2 24.43 37.47 E3 22.25 43.06 E4 27.15 30.52 E1P3 28.50 31.40 E2P2 20.77 31.50 E3P1 25.35 32.32
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang daun bendera gulma E. crus-galli, tapi tidak mempengaruhi lebar dan luas daun bendera gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 20). Perlakuan E1P3 menekan panjang daun bendera hingga 42.44% dibandingkan E1 (Tabel 19).
Tabel 19. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E.crus-galli
Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm)
E1 11.17a 0.60 8.82 E2 5.82b 0.35 3.62 E3 8.39ab 0.46 5.14 E4 8.68ab 0.53 6.35 E1P3 6.43b 0.40 3.96 E2P2 7.13b 0.45 4.02 E3P1 7.69b 0.51 6.31
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah biji per pot gulma E. crus-galli, tapi tidak berpengaruh terhadap jumlah biji per malai, panjang malai, dan kepadatan malai E. crus-galli (Tabel Lampiran 21). Peubah jumlah biji/malai, panjang, dan kepadatan malai diduga merupakan karakter genetik gulma. Hasil penelitian Suud (2008) melaporkan bahwa peubah jumlah biji/malai, panjang malai, dan kepadatan malai dipengaruhi oleh tipe ekologi gulma. Jumlah biji per pot perlakuan E1P3 dan E3P1 berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu E1 dan E3 (Tabel 20).
Tabel 20. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Biji/Malai, Jumlah Malai/Pot, Jumlah Biji/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Biji/Malai (butir) Jumlah Malai/Pot Jumlah Biji/Pot (butir) Panjang Malai (cm) Kepadatan Malai (butir/cm) E1 307.9 33.3a-c 9976.0ab 20.40 15.75 E2 292.1 23.0bc 7984.0a-c 20.35 13.63 E3 256.9 46.3ab 11527.0a 22.29 12.13 E4 203.9 56.7a 11712.0a 20.43 10.74 E1P3 255.9 14.0c 4171.0c 17.23 13.89 E2P2 231.5 23.7bc 5177.0bc 18.96 12.37 E3P1 266.3 21.3c 6170.0bc 20.64 12.49
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot 1000 Butir
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot 1000 butir biji gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 22). Perlakuan E3 memiliki bobot 1000 biji tertinggi sebesar 1.37 g, sedangkan perlakuan E2P2 memiliki bobot 1000 butir paling rendah sebesar 1.01 g (Tabel 21).
Tabel 21. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot 1000 Butir Biji E.crus-galli
Perlakuan Bobot 1000 Butir (g)
E1 1.22ab E2 1.15ab E3 1.37a E4 1.14ab E1P3 1.33a E2P2 1.01b E3P1 1.24ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Penetapan Kompetisi Total Hasil Relatif ( THR )
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi padi dan gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap total hasil relatif (THR), hasil relatif padi (HRP), dan hasil relatif E. crus-galli (HRE) (Tabel Lampiran 23). Nilai THR secara keseluruhan lebih besar dari satu (> 1) (Tabel 22). Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya kebutuhan sarana yang berbeda, terjadi simbiosis, atau interaksi positif antara padi dan gulma E. crus-galli.
Secara keseluruhan nilai hasil relatif E. crus-galli lebih besar dari hasil relatif padi (Gambar 3a dan 3b). Pada Gambar 3a, hasil relatif E. crus-galli lebih besar dari padi pada perlakuan E3P1. Pada Gambar 3b, hasil relatif E. crus-galli secara keseluruhan lebih besar dari padi. Akan tetapi, nilai hasil relatif E.crus-galli yang paling besar terdapat pada perlakuan E2P2. Hal ini menunjukkan E.crus-galli lebih kompetitif dari tanaman padi.
Tabel 22. Total Hasil Relatif dan Hasil Relatif Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E. crus-galli
Perlakuan THR HRP HRE 6MST 18MST 6MST 18MST 6MST 18MST E1P3 1.61 1.61 0.89 0.56 0.72 0.60 E2P2 1.68 1.70 0.87 0.61 0.81 1.09 E3P1 1.77 0.98 0.83 0.38 0.94 0.60 (a) (b)
Gambar 3. Hasil Relatif: (a) HR pada 6 MST; (b) HR pada 18 MST
Koefisien Pendesakan (KP)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli (KPPE) dan nilai koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi (KPEP) (Tabel Lampiran 24 dan 25).
Pada 18 MST, nilai KPEP lebih besar daripada nilai KPPE pada perlakuan 2 E. crus-galli dan 2 padi (E2P2). Hal ini menunjukkan bahwa gulma E. crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi (Tabel 23).
Perbandingan koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli dan nilai koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi disajikan pada Gambar 4. Koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli pada 6 MST menunjukkan bahwa tanaman padi mampu berkompetisi dengan gulma E. crus-galli. terhadap E. crus-galli, sedangkan pada saat panen (18 MST) gulma E. crus-galli cenderung lebih mampu bersaing dengan tanaman padi (Gambar 4).
0 0.5 1 1.5 2
E1P3 E2P2 E3P1
H as il R el ati f HRP HRE THR 0 0.5 1 1.5 2
E1P3 E2P2 E3P1
H as il R el ati f HRP HRE THR
Tabel 23. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E. crus-galli
Perlakuan
Koefisien Pendesakan
Padi Terhadap E. crus-galli E. crus-galli Terhadap Padi
6MST 18MST 6MST 18MST
E1P3 1.32 0.71 1.88 0.72
E2P2 1.15 0.88 0.93 2.18
E3P1 1.93 0.65 1.50 1.60
KPPE = KP Padi terhadap E. crus-galli KPEP = KP E.crus-galli terhadap Padi
Gambar 4. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli
Pembahasan Pertanaman Monokultur
Semakin meningkat populasi padi dan gulma E. crus-galli pada masing-masing pertanaman monokultur, semakin menurunkan pertumbuhan dan produksi padi dan gulma E. crus-galli. Penurunan peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering biomassa per tanaman terjadi mulai populasi 2 tanaman per pot, baik itu pada tanaman padi maupun gulma E. crus-galli. Pada pertanaman monokultur padi dan E. crus-galli. Penurunan terbesar terdapat pada perlakuan 4 tanaman per pot. Perlakuan 4 tanaman padi per pot mampu menurunkan bobot kering total per tanaman padi hingga 93.69% dibandingkan 1 padi per pot. Perlakuan 4 gulma per pot mampu menurunkan bobot kering per tanaman hingga 92.36% dibandingkan 1 gulma per pot. Lebih besarnya penurunan
bobot kering per tanaman padi daripada E. crus-galli menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik padi lebih besar dari E. crus-galli.
Keadaan di atas berkaitan dengan adanya kompetisi intraspesifik dalam memperebutkan sumberdaya yang sama untuk menunjang pertumbuhannya. Asphinal dan Milthorphe dalam Arma et al (1997) menyatakan bahwa kompetisi intraspesifik semakin besar sejalan dengan meningkatnya kepadatan tanaman. Mursito dan Kawiji (2001) menyatakan bahwa kerapatan tanaman yang tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara, dan air, sehingga semakin kecil fotosintat yang ditranslokasikan dan disimpan. Menurut Sumarsono (2009), kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat.
Pertanaman Campuran
Pertanaman campuran antara padi dan gulma E. crus-galli menekan pertumbuhan dan produksi padi dan gulma E. crus-galli. Penurunan peubah pertumbuhan dan produksi seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan bobot kering per tanaman padi terjadi pada proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi, Proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi mampu menekan pertumbuhan padi hingga lebih rendah dibandingkan perlakuan 3 padi tanpa gulma. Proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi ini memiliki bobot kering paling rendah dari perlakuan 2 E.crus-galli dan 2 serta 3 E.crus-galli dan 1 padi. Selain itu, proporsi ini juga mampu menurunkan bobot kering per tanaman padi 0.85% dibandingkan perlakuan 3 padi per pot dan 87.70% dibandingkan 1 padi per pot. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa gulma dalam jumlah sedikit dapat menurunkan hasil panenan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa lebih rendahnya peubah-peubah pertumbuhan dan produksi padi pada pertanaman campuran dibandingkan monokultur, selain terjadi karena adanya kompetisi intraspesifik juga karena adanya kompetisi interspesifik akibat adanya desakan dari keberadaan gulma E. crus-galli. Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa adanya gulma dalam jumlah cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan
tinggi kerapatan E. crus-galli per meter bujursangkar, semakin menurunkan hasil tanaman padi.
Pada pertanaman campuran, penurunan peubah-peubah pertumbuhan E. crus-galli seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering biomassa terjadi pada proporsi 2 E. crus-galli dan 2 padi. Akan tetapi, penurunan terbesar terdapat pada proporsi 3 E. galli dan 1 padi. Perlakuan 3 E. galli dan 1 padi mampu menurunkan pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli lebih rendah dibandingkan monokulturnya, yaitu 3 E. crus-crus-galli per pot. Perlakuan 3 E. crus-galli dan 1 padi mampu menurunkan bobot kering total per tanaman E. crus-galli hingga 39.64% dibandingkan perlakuan 3 E. crus-galli per pot. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya pertumbuhan dan produksi E. crus-galli, selain karena adanya kompetisi intraspesifik juga karena adanya kompetisi interspesifik akibat adanya desakan dari tanaman padi. Baki et al (1995) mengemukakan bahwa efek langsung dari kepadatan padi dan gulma E. crus-galli selalu negatif terhadap jumlah anakan padi dan gulma E. crus-galli.
Penetapan Kompetisi
Secara keseluruhan, pengujian dengan hasil relatif menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik gulma E. crus-galli lebih besar dibandingkan tanaman padi (Gambar 3b). Selain itu, berdasarkan nilai total hasil relatif menunjukkan kecenderungan kompetisi gulma E. crus-galli dengan tanaman padi tidak cukup