STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA Echinochloa crus-galli
DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DENGAN
PENDEKATAN REPLACEMENT SERIES
OLEH
VERDHA FARILLA SANDHI A24051286
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA Echinochloa crus-galli
DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DENGAN
PENDEKATAN REPLACEMENT SERIES
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
OLEH
VERDHA FARILLA SANDHI A24051286
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
VERDHA FARILLA SANDHI. Studi Kompetisi antara Gulma Echinochloa
crus-galli dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan Pendekatan Replacement Series. (Dibimbing oleh DWI GUNTORO).
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui daya kompetisi antara tanaman padi dan gulma Echinochloa crus-galli pada beberapa tingkat kepadatan populasi yang dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm IPB, Unit Lapangan Cikabayan Dermaga Bogor mulai bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009.
Percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor yaitu kepadatan populasi. Perlakuan yang diberikan terdiri atas sebelas taraf, yaitu pola tanam monokultur berturut-turut 1, 2, 3, 4 gulma E.crus-galli per pot (E1, E2, E3, E4), 1, 2, 3, 4 padi per pot (P1, P2, P3, P4), dan 3 taraf kombinasi antara padi dan gulma E.crus-galli, yakni 1 E. crus-galli dan 3 padi (E1P3), 2 E. crus-galli dan 2 padi (E2P2), dan 3 E. crus-galli dan 1 padi (E3P1). Tiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan sehingga terdapat 33 satuan percobaan.
Peubah yang diamati pada tanaman padi dan gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, panjang dan lebar helai daun, panjang, lebar, dan luas daun bendera, bobot kering biomassa, panjang akar, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, produksi gabah, bobot 100 butir gabah, bobot 1000 butir, jumlah malai, total hasil relatif, hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi terhadap E.crus-galli serta koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi.
Pertumbuhan dan produksi padi pada pertanaman campuran paling tertekan pada proporsi 1 E. crus-galli dan 3 padi. Perlakuan ini menurunkan produksi padi 0.85% dibandingkan perlakuan 3 padi/pot dan 87.70% dibandingkan perlakuan 1 padi/pot. Pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli paling tertekan pada proporsi 3 E. crus-crus-galli dan 1 padi.
Berdasarkan nilai hasil relatif, E. crus-galli lebih kompetitif dari padi, sedangkan berdasarkan nilai total hasil relatif, perlakuan 3 E. crus-galli dan 1 padi menunjukkan adanya kompetisi antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli.
Judul : STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA Echinochloa crus-galli DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DENGAN PENDEKATAN
REPLACEMENT SERIES
Nama : Verdha Farilla Sandhi NRP : A24051286
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
(Dwi Guntoro, SP, MSi.) NIP : 19700829 199703 1 001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc, Agr.) NIP : 19611101 198703 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 8 Oktober 1986. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Mustadjab dan Ibu Suwarsih.
Penulis lulus dari SD Negeri Kraton IV Bangkalan pada tahun 1999, kemudian penulis menyelesaikan studi di SMP N 1 Bangkalan pada tahun 2002. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA N 1 Bangkalan.
Tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya, tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 2005 sampai 2009 penulis menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Madura (GASISMA), IPB. Penulis aktif dalam kepanitian acara Mahasiswa. Tahun 2007 penulis mengikuti kepanitiaan Festival Tanaman (FESTA XXVII) divisi Agrishop. Tahun 2008 penulis sebagai Co Konsumsi dalam kepanitiaan AFC. Pada tahun 2009 penulis berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Pengendalian Gulma.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Studi Kompetisi antara Gulma Echinochloa crus-galli dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan Pendekatan Replacement Series ini disusun sebagai tugas akhir penulis dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dwi Guntoro, SP, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. dan Dr. Edi Santosa, SP, MSi. selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini.
3. DIKTI atas bantuan dana Hibah Bersaing yang diperoleh tim Dwi Guntoro, SP, MSi.
4. Staf kebun Cikabayan yang telah memberikan bantuan selama penelitian berlangsung.
5. Kepada orang tua dan mbak Rhisma yang telah memberikan doa dan dukungan moril maupun materiil.
6. Dwi dan Arie atas bantuan, semangat, dan doa.
7. Diah, Septi, Riana, Nisa dan komunitas Harmony 2 atas bantuan dan kebersamaannya.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
Bogor, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN ... 1 Latar belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3Botani Echinochloa crus-galli ... 3
Morfologi Echinochloa crus-galli ... 3
Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli ... 4
Kompetisi Padi dengan Gulma Echinochloa crus-galli ... 5
Penetapan Kompetisi ... 5
BAHAN DAN METODE ... 8
Waktu dan Tempat ... 8
Bahan dan Alat ... 8
Metode Penelitian ... 8
Pelaksanaan Penelitian... 9
Pengamatan ... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
Hasil ... 13
Pembahasan ... 29
KESIMPULAN DAN SARAN ... 33
Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Tinggi Tanaman Padi ... 14 2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.
crus-galli ... 14 3. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun
Padi ... 15 4. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang
Helai Daun Padi ... 16 5. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai
Daun Padi ... 17 6. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot
Kering Biomassa Padi ... 18 7. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang
Akar Padi ... 18 8. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Padi pada Perlakuan
Populasi Padi dan E.crus-galli ... 19 9. Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah
Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli ... 19 10. Bobot 100 Butir Gabah Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan
E.crus-galli ... 20 11. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Gabah
Kering, Gabah Isi, Gabah Hampa, dan % Gabah Hampa Padi ... 20
12. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Tinggi E.crus-galli ... 21 13. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah
Anakan E.crus-galli ... 22 14. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun
E. crus-galli ... 23 15. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang
Helai Daun E. crus-galli ... 23 16. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai
Daun E. crus-galli ... 24 17. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot
18. Panjang Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli ... 25 19. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang,
Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus-galli ... 26 20. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah
Biji/Malai, Jumlah Malai/Pot, Jumlah Biji/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli... 26 21. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot 1000
Butir Biji E.crus-galli... 27 22. Total Hasil Relatif dan Hasil Relatif Padi dan E.crus-galli pada
Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli ... 28 23. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Tajuk dan Akar Padi saat Panen... 17
2. Akar E. crus-galli saat Panen pada Pertanaman Monokultur ... 24
3. Hasil Relatif: (a) HR pada 6 MST; (b) HR pada 18 MST ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Media Tanam ... 38
2. Analisis Ragam Tinggi Padi ... 39
3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Padi... 40
4. Analisis Ragam Jumlah Daun Padi ... 42
5. Analisis Ragam Panjang Helai Daun Padi ... 43
6. Analisis Ragam Lebar Helai Daun Padi ... 44
7. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk, Akar, Total/Pot, dan Total/Tanaman Padi... 45
8. Analisis Ragam Panjang Akar Padi ... 46
9. Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Padi .. 46
10. Analisis Ragam Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi .. 47
11. Analisis Ragam Bobot 100 Butir Gabah Padi ... 47
12. Analisis Ragam Bobot Gabah Kering, Gabah Isi, Gabah Hampa, dan % Gabah Hampa Padi ... 48
13. Analisis Ragam Tinggi Gulma E. crus-galli ... 49
14. Analisis Ragam Jumlah Anakan Gulma E. crus-galli ... 50
15. Analisis Ragam Jumlah Daun Gulma E. crus-galli... 52
16. Analisis Ragam Panjang Helai Daun Gulma E. crus-galli... 53
17. Analisis Ragam Lebar Helai Daun Gulma E. crus-galli ... 54
18. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk, Akar, Total/Pot, dan Total/Tanaman Gulma E. crus-galli ... 55
19. Analisis Ragam Panjang Akar Gulma E. crus-galli ... 56
20. Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Gulma E. crus-galli ... 56
21. Analisis Ragam Jumlah Biji/Malai, Jumlah Malai/Pot, Jumlah Biji/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Gulma E. crus-galli ... 57
22. Analisis Ragam Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli ... 57
23. Analisis Ragam Total Hasil Relatif, Hasil Relatif Padi dan Gulma E. crus-galli ... 58
24. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan Padi terhadap E.
crus-galli ... 58
25. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan E. crus-galli terhadap Padi ... 59
26. Deskripsi Padi Varietas IR64 ... 60
27. Lay Out Penanaman ... 61
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan pangan utama di Indonesia. Kebutuhan pangan beras semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini terlihat dari konsumsi beras per kapita sebesar 139.15 kg/tahun (BPS, 2009). Peningkatan kebutuhan beras harus diikuti dengan peningkatan produksi. Menurut BPS (2009), Angka Ramalan III (ARAM III) produksi padi tahun 2009 diperkirakan sebesar 63.84 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Jika dibandingkan produksi tahun 2008, perkiraan produksi padi tahun 2009 ini mengalami peningkatan sebanyak 3.51 juta ton (5.83%). Kenaikan produksi ini diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 515.31 ribu hektar (4.18 persen) dan produktivitas sebesar 0.77 kuintal/hektar (1.57 persen).
Mengingat kebutuhan pangan beras terus meningkat mengikuti kenaikan jumlah penduduk, maka usaha peningkatan produksi beras terus dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi, upaya pemerintah ini dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian, degradasi lahan dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi tanaman padi adalah gulma. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman padi dapat menghambat pertumbuhan dan menekan hasil akhir. Salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah yang paling ganas pada pertanaman padi adalah gulma Echinochloa crus-galli dari genus Echinochloa (Yabuno, 1981). Menurut Suardi dan Pane (1983) gulma ini dapat menurunkan produksi padi hingga 72%. Penelitian sebelumnya di Taiwan menyebutkan bahwa gulma ini telah menurunkan produksi padi di Taiwan hingga 85% (De Datta 1981). Gulma ini memiliki daya adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan yang bervariasi (Galinato et al., 1999). Gulma ini termasuk tumbuhan C4 yang merupakan salah satu anggota yang paling penting dari genus Echinochloa dan memiliki tingkat kompetisi yang tinggi. Menurut Ehleringer and Monson dalam Ueno et al (2006) tanaman C4 lebih efisien dalam proses fotosintesis.
Sebagai salah satu gulma yang paling mengganggu pertanaman padi, gulma ini memiliki kadar akumulasi N yang tinggi di dalam jaringan tanamannya sehingga bersifat racun bila dimakan oleh hewan ternak (Duke, 1983). Gulma Echinochloa crus-galli ini juga dapat menjadi inang bagi virus tungro,sehingga dapat menyebabkan kekerdilan dan peranakan yang sedikit pada tanaman padi (Pracaya, 1995).
Salah satu cara gulma E. crus-galli untuk menurunkan produksi padi yaitu dalam kompetisi. Metode yang digunakan untuk menganalisis kompetisi, salah satunya adalah metode Replacement Series. Metode yang didesain oleh de Wit ini digunakan secara luas untuk mempelajari kompetisi antara dua spesies tanaman (Rodrigues, 1997). Salah satu faktor yang menentukan tingkat kompetisi adalah kepadatan populasi. Dengan meningkatnya kepadatan, maka gangguan yang ditimbulkan oleh tumbuhan yang satu terhadap tumbuhan yang lainnya akan semakin jelas dan meningkat (Sastroutomo, 1990). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian uji kompetisi antara padi dan E. crus-galli untuk mengetahui kerugian yang diakibatkan oleh gulma, khususnya E. crus-galli pada tanaman padi dan berapa kisaran kepadatan yang menekan tanaman padi.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetisi antara tanaman padi dan gulma Echinochloa crus-galli pada beberapa tingkat kepadatan populasi dengan pendekatan replacement series.
Hipotesis
1. Terdapat tingkat kepadatan populasi padi monokultur dan campuran dengan E. crus-galli tertentu yang paling menekan terhadap pertumbuhan dan produksi padi
2. Terdapat tingkat kepadatan populasi E. crus-galli monokultur dan campuran dengan padi tertentu yang paling menekan terhadap pertumbuhan dan produksi E. crus-galli
TINJAUAN PUSTAKA
Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv.
E. crus-galli memiliki nama lain Panicum crus-galli yang merupakan tanaman annual kelas Monocotyledon, famili Poaceae/Graminae (IRRI, 1983). Galinato et al. (1999) menyatakan bahwa rumput E. crus-galli tersebar pada daerah tropis dan sub tropis di seluruh negara Asia Tenggara, Asia Selatan dan Australia. Rumput ini dapat ditemui di Indonesia dan dikenal dengan nama gagajahan, jajagoan, padi burung, jawan, jawan parikejawan, ramon jawan, suket ngawan. Gulma ini memiliki daya adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan yang bervariasi.
Sebagai tanaman C4, E. crus-galli menunjukkan tingkat fotosintesis bersih yang lebih tinggi, efisiensi penggunaan air dan nitrogen yang lebih baik dari tanaman C3 (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Hal ini menjadikan gulma ini lebih efisien dalam fotosintesis daripada tanaman padi, karena tanaman padi termasuk jenis tanaman C3. Menurut Barlow (2006) gulma ini terdiri atas delapan subspesies, yaitu Echinochloa galli subspesies colona, Echinochloa crus-galli. subspesies crus-galli, Echinochloa crus-galli subspesies hispidula, Echinochloa crus-galli subspesies hostii, Echinochloa crus-galli subspesies oryzicola, Echinochloa crus-galli subspesies oryzoides, Echinochloa crus-galli subspesies spiralis, Echinochloa crus-galli subspesies utilis.
Morfologi Echinochloa crus-galli
Echinochloa crus-galli memiliki perawakan tegak dengan daun tegak atau rebah di bagian dasarnya. Rumput ini memiliki batang kuat dan lurus serta berbentuk silindris dengan pith seperti spons putih di bagian dalamnya. Tinggi gulma ini dapat mencapai 20-200 cm. Selain itu gulma ini juga memiliki akar yang tebal dan berserat (Galinato et al., 1999).
Ukuran panjang dan lebar daun gulma E. crus-galli bisa mencapai hingga 40 cm dengan lebar 5-15 mm. Setiap daun memiliki pelepah daun dengan panjang 9-13 cm. Daun gulma ini memiliki bagian ujung yang meruncing, berambut halus pada bagian dasarnya, dan permukaannya berwarna hijau (Galinato et al., 1999).
Perbungaan E. crus-galli terletak di ujung, mula–mula tumbuh tegak kemudian merunduk. Panjang malai berkisar antara 5-21 cm dan terdiri dari 5-40 tandan. Perbungaan memiliki stamen berjumlah 3 dengan anther berwarna kuning. Perbungaan juga memiliki 2 putik dengan stigma berbulu, berwarna ungu, dan menonjol keluar di bawah ujung spikelet. Panjang spikelet 3-4 mm (Galinato et al., 1999).
Buah pada gulma ini disebut caryopsis dengan bentuk lonjong dengan panjang 1.5-2 mm (Galinato et al., 1999). Bijinya berwarna coklat hingga kehitaman. Satu tanaman E crus-galli dapat menghasilkan sekitar 40 000 biji (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991).
Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli
E. crus-galli merupakan gulma tahunan yang beradaptasi pada daerah berair dan tumbuh baik pada tingkat kelembaban tanah 80% dari kapsitas menahan air (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Pertumbuhan E. crus-galli sangat baik pada tanah berpasir dan berlempung, terutama tanah memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Pertumbuhannya tidak dibatasi oleh pH tanah. Suhu optimum untuk perkecambahan gulma ini dari 32° C hingga 37°C dan akan terhambat bila dibawah 10° C dan diatas 40° C (Galinato et al., 1999).
E. crus-galli membutuhkan waktu 42-64 hari untuk melengkapi siklus hidupnya. Benih akan langsung tumbuh setelah ditanam, tetapi sebagian benih akan mengalami dormansi selama 4-48 bulan. Fotoperiodisme mempengaruhi jumlah benih yang dorman dan intensitas dormansi benih tersebut. Fotoperiodisme juga mengontrol pembungaan. Pembungaan yang lebih cepat terjadi pada hari pendek dengan jumlah malai dan anakan yang juga lebih besar (Galinato et al., 1999).
Kompetisi Padi dengan Gulma Echinochloa crus-galli
Kompetisi didefinisikan sebagai hubungan interaksi dua individu tumbuhan (baik yang sesama atau yang berlainan jenis) yang menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat pemanfaatan secara bersama sumberdaya yang ada dalam keadaan terbatas. Kompetisi dapat juga digunakan untuk menjelaskan pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan yang satu terhadap jenis yang lainnya (Sastroutomo, 1990). Moenandir (1993) menyatakan bahwa kompetisi akan terjadi apabila unsur yang diperlukan tersebut berada dalam jumlah terbatas dan atau persediaannya di bawah kebutuhan masing-masing.
Tingkat kompetisi padi dengan E. crus-galli tergantung pada curah hujan, varietas padi, faktor tanah, populasi gulma E. crus-galli, lamanya pertumbuhan padi dan E.galli, serta umur tanaman ketika mulai bersaing dengan E. crus-galli (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Menurut De Datta (1981) kompetisi antara padi dan E. crus-galli pada fase awal pertumbuhan paling besar pengaruhnya terhadap penurunan hasil padi. Sebagai tumbuhan, E.crus-galli juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya pada tanaman padi. E.crus-galli membutuhkan cahaya, nutrisi dan hara, ruang tumbuh, air, serta karbondioksida.
E. crus-galli merupakan jenis gulma yang paling kompetitif terhadap tanaman padi (Tominaga dan Yamasue, 2004). Menurut Suardi dan Pane (1983) gulma ini dapat menurunkan produksi padi hingga 72%. Penelitian sebelumnya di Taiwan menyebutkan bahwa gulma ini telah menurunkan produksi padi di Taiwan hingga 85% (De Datta 1981).
Penetapan Kompetisi
Interaksi yang terjadi antara dua spesies tumbuhan dapat diketahui dengan melakukan studi kompetisi. Dalam studi kompetisi terdapat beberapa penetapan kompetisi yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kompetisi antara kedua tumbuhan tersebut, diantaranya melalui nilai total hasil relatif (THR), koefisien pendesakan (KP), aggresivitas, dan penguasaan sarana tumbuh. Dalam percobaan ini hanya digunakan total hasil relatif dan koefisien pendesakan untuk melihat terjadinya kompetisi.
Total Hasil Relatif (THR)
Total hasil relatif adalah jumlah antara hasil relatif dua spesies tanaman yang diperoleh dari perbandingan karakteristik pertumbuhan monokultur dengan campuran dua spesies tanaman tersebut. Nilai total hasil relatif ini diperoleh melalui pendekatan rangkaian substitusi (replacement series). Ciri utama dari metode replacement series yang didesain oleh De Wit ini yaitu bahwa proporsi 2 spesies tumbuhan bervariasi, sedangkan kepadatan kedua spesies tumbuhan tersebut dipertahankan konstan. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk mempelajari interaksi yang melibatkan dua spesies tumbuhan dan untuk mengetahui mana kombinasi antara kedua spesies tumbuhan tersebut yang memaksimalkan hasil total pada pertanaman campuran (Harper, 1977). Dengan menggunakan metode replacement series ini dapat dilihat tidak hanya efek gulma terhadap tanaman pangan tapi juga efek tanaman pangan terhadap gulma. Snaydon dalam Park et al (2003) menyatakan bahwa walaupun metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kompetisi, tetapi metode ini tidak mampu memisahkan antara efek dari kompetisi intraspesifik dan interspesifik.
Nilai total hasil relatif diperoleh dari penggabungan hasil relatif kedua tumbuhan sebagai berikut (Harper, 1977):
Keterangan: YcI = bobot kering tumbuhan 1 pada pertanaman campuran YtI = bobot kering tumbuhan 1 pada pertanaman tunggal YcII = bobot kering tumbuhan 2 pada pertanaman campuran YtII = bobot kering tumbuhan 2 pada pertanaman tunggal
Nilai THR > 1 menunjukkan tambahan sumberdaya yang tidak terukur, kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis, atau interaksi positif antara kedua tumbuhan; THR < 1 menunjukkan pengaruh yang saling merugikan atau interaksi negatif, sedangkan nilai THR = 1 menunjukkan salah satu tumbuhan lebih dominan menguasai sarana tumbuh yang ada sehingga kompetisi terjadi.
Koefisien Pendesakan (KP)
Koefisien pendesakan adalah perbandingan rasio bobot kering pada pertanaman tumpangsari dengan monokultur dari suatu spesies terhadap spesies lain. Nilai koefisien pendesakan diperoleh dari pendekatan metode replacement series (Harper, 1977). Persamaannya ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
KKI.II = koefisien pendesakan tumbuhan I terhadap tumbuhan II
BKIC = bobot kering tumbuhan I dari pertanaman campuran
BKIIC = bobot kering tumbuhan II dari pertanaman campuran
BKIT = bobot kering tumbuhan I dari pertanaman tunggal
BKIIT = bobot kering tumbuhan II dari pertanaman tunggal
Persamaan koefisien pendesakan tersebut berlaku pula sebaliknya, yaitu koefisien pendesakan tumbuhan II terhadap tumbuhan I. perbandingan koefisien pendesakan antara kedua spesies tumbuhan dapat menunjukkan tumbuhan yang lebih kompetitif. Nilai koefisien pendesakan yang lebih tinggi menunjukkan derajat kompetisi yang lebih besar (Harper, 1977).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2009 di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih padi varietas IR-64, pupuk Urea, pupuk SP-18, dan pupuk KCl, GA3, alkohol dan biji E.
crus-galli varietas Karawang. Peralatan yang digunakan adalah pot dengan diameter 30 cm dan tinggi 25 cm, tray, saprotan, meteran, timbangan digital, oven, peralatan budidaya lainnya dan alat tulis.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Percobaan terdiri atas satu faktor perlakuan, yaitu kepadatan populasi. Perlakuan yang diberikan terdiri atas sebelas taraf, yaitu:
E1 = 1 E. crus-galli P1 = 1 padi
E2 = 2 E. crus-galli P2 = 2 padi
E3 = 3 E. crus-galli P3 = 3 padi
E4 = 4 E. crus-galli P4 = 4 padi
E1P3 = 1 E.crus-galli dan 3 padi E3P1 = 3 E. crus-galli dan 1 padi E2P2 = 2 E. crus-galli dan 2 padi
Percobaan dilakukan dengan 3 ulangan sehingga terdapat 33 satuan percobaan. Selain itu, terdapat 3 ulangan tambahan untuk panen destruktif. Bahan tiap ulangan ada 11 pot, sehingga terdapat 33 pot untuk panen destruktif. Panen destruktif dilakukan pada 6 MST.
Model linier dari rancangan kelompok lengkap teracak ini adalah : Yij = μ + τi + βj+ εij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = Nilai tengah umum τi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh perlakuan ke-j
εij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang berasal dari Kebun Percobaan Sawah Baru Dramaga. Tanah dikeringanginkan selama 1 minggu, kemudian dihaluskan dan diayak sebelum dimasukkan ke dalam pot. Tanah yang sudah diayak tersebut dimasukkan ke dalam pot dengan bobot 9 kg/pot. Sebelum penanaman di pot, benih padi dan biji E. crus-galli disemai dengan menggunakan bak semai (tray). Sebelumnya, biji gulma E. crus-galli direndam dalam larutan GA3 500 ppm selama 72 jam dan benih padi direndam
dalam air selama 24 jam. Gulma E. crus-galli dan padi yang ditanam adalah yang berumur 14 hari setelah semai. Penanaman dilakukan pada waktu yang bersamaan. Lay out penanaman disajikan pada Gambar Lampiran 1.
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing – masing sebesar 1.35 g/pot, 0.9 g/pot, dan 0.9 g/pot. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada 8 MST.
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman tanaman, penyulaman, dan penyiangan gulma selain E. crus-galli, dan pengendalian hama burung dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera). Penyiraman dilakukan 2 hari sekali dengan ketinggian sekitar 5 cm (± 500 ml). Penyulaman padi dan gulma E. crus-galli dilakukan hingga 2 MST. Penyiangan gulma selain E. crus-crus-galli dilakukan
rutin dan berkala 2 kali dalam seminggu secara manual dengan mencabut gulma tersebut. Pengendalian hama burung dengan memasang paranet dalam rumah kaca dan kain kasa menutupi bulir padi dan gulma. Untuk hama wereng dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif dimehipo. Konsentrasi yang digunakan, yaitu 2 ml dimehipo dilarutkan ke dalam 1 liter air .
Pengamatan
Peubah yang diamati pada gulma E. crus-galli dan tanaman padi meliputi : 1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari permukaan media tanah pot sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali mulai 3 MST sampai panen.
2. Jumlah anakan
Jumlah anakan diamati dengan menghitung seluruh jumlah batang yang terdapat pada satu rumpun. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai dari munculnya anakan pertama hingga panen.
3. Jumlah daun
Jumlah daun diamati dengan menghitung jumlah daun yang masih hijau. Pengamatan dilakukan setiap minggu mulai 3 MST.
4. Panjang dan lebar daun
Panjang daun diukur dari pangkal daun sampai ujung daun, sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Daun yang digunakan adalah daun ketiga dari atas. Pengamatan dilakukan mulai 3 MST.
5. Panjang, lebar, dan luas daun bendera
Panjang daun bendera diukur dari pangkal daun sampai ujung daun pada daun bendera, sedangkan lebar daun bendera diukur pada bagian tengah daun bendera. Luas daun bendera diukur dengan metode gravimetri.
6. Panjang akar
Panjang akar diukur dari pangkal akar sampai ujung akar terpanjang. Panjang akar diukur saat panen.
7. Jumlah gabah padi dan biji gulma per malai
Jumlah gabah dan biji per malai diamati dengan menghitung jumlah biji tiap malai. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
8. Jumlah gabah padi dan biji gulma per pot
Jumlah gabah dan biji per pot diamati dengan menghitung jumlah biji yang terdapat dalam satu pot. Pengamatan dilakukan pada saat panen
9. Panjang malai
Panjang malai diamati dengan mengukur dari dasar malai sampai ujung malai Pengamatan dilakukan pada saat panen.
10. Kepadatan malai
Kepadatan malai diamati dengan membandingkan antara jumlah biji per malai dengan panjang malai. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
11. Produksi gabah per pot
Produksi gabah diukur pada saat panen dengan menimbang bobot gabah kering, gabah isi, dan gabah hampa per pot.
12. Bobot 100 butir gabah dan 1000 butir biji E. crus-galli
Bobot 100 butir gabah dan 1000 butir diukur dengan menimbang bobot 100 butir gabah padi dan 1000 butir biji E. crus-galli. Pengamatan dilakukan saat panen.
13. Bobot kering akar dan tajuk
Bobot kering akar dan tajuk diukur dengan menimbang akar dan tajuk yang telah dioven pada suhu 60oC selama 72 jam. Pengamatan dilakukan pada saat panen.
14. Biomassa padi dan gulma E. crus – galli
Biomassa padi dan gulma E. crus – galli diukur pada saat panen dengan menimbang bobot kering bagian tajuk dan bagian akar.
15. Total Hasil Relatif
Total hasil relatif diperoleh dari penggabungan hasil relatif padi dan E. crus-galli sebagai berikut (Harper, 1977):
Keterangan:
YcI = bobot kering/pot tumbuhan 1 pada pertanaman campuran YtI = bobot kering/pot tumbuhan 1 pada pertanaman tunggal YcII = bobot kering/pot tumbuhan 2 pada pertanaman campuran YtII = bobot kering/tanaman tumbuhan 2 pada pertanaman tunggal 16. Koefisien Pendesakan
Koefisien pendesakan diperoleh dari persamaan berikut (Harper, 1977):
Keterangan rumus Koefisien Pendesakan:
KKI.II = koefisien pendesakan tumbuhan I terhadap tumbuhan II
BKIC = bobot kering/pot tumbuhan I dari pertanaman campuran
BKIIC = bobot kering/pot tumbuhan II dari pertanaman campuran
BKIT = bobot kering/pot tumbuhan I dari pertanaman tunggal
BKIIT = bobot kering/pot tumbuhan II dari pertanaman tunggal
Persamaan di atas berlaku pula sebaliknya, yaitu koefisien pendesakan tumbuhan II terhadap tumbuhan I.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April – Agustus 2009 di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga. Suhu rata-rata dari rumah kaca pada siang hari antara pukul 11.00-13.00 selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata 66.68%.
Tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan penyakit ketika memasuki fase generatif. Hama dan penyakit yang menyerang, yaitu burung dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera). Pengendalian hama burung dilakukan dengan memasang paranet dalam rumah kaca dan kain kasa untuk menutupi bulir padi dan gulma, sedangkan untuk hama wereng dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif dimehipo. Konsentrasi dimehipo yang digunakan, yaitu 2 ml dimehipo dilarutkan dalam 1 liter air .
Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9, kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N 0.24%. Ketersediaan P sebesar 16.9 ppm dengan kapasitas tukar kation 15.37 me/100g dan kandungan K dalam tanah sebesar 0.27 me/100g. Tanah memiliki kejenuhan basa sebesar 9.82%. Berdasarkan diagram segitiga tanah, tekstur tanah tergolong liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15.19: 31.54: 53.27. Tanah yang masam ini dapat ditolerir oleh tanaman padi karena tanaman padi merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan tanah masam.
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Padi Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST (Tabel Lampiran 2). Pada 3 MST, perlakuan E2P2 dan E3P1 memiliki tinggi yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, yaitu P2 dan P1 (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Tinggi Tanaman Padi
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm/tanaman)
1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 24.72 38.13 49.88a 62.47 67.85 75.28 82.43 86.67 91.83 P2 25.03 39.19 52.68a 61.96 68.92 76.21 83.57 86.13 89.10 P3 24.32 37.93 53.86a 60.77 67.31 75.33 80.65 83.37 85.92 P4 23.10 36.09 48.99a 54.32 58.95 68.33 74.16 81.48 83.54 E1P3 24.18 36.05 51.06a 58.39 65.11 70.12 77.81 82.38 84.62 E2P2 22.89 36.20 38.47b 58.73 63.28 72.24 80.27 85.62 88.37 E3P1 23.07 34.50 29.02c 57.03 65.50 70.87 81.60 86.33 89.43 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan padi (Tabel Lampiran 3). Jumlah anakan padi per tanaman saat panen berkisar antara 3.67 sampai dengan 5 anakan (Tabel 2). Jumlah anakan padi terbanyak yang terbentuk hingga panen hanya mencapai 5 anakan. Jumlah anakan padi ini turun 85.71% dibandingkan potensi jumlah anakan pada deskripsi IR64 yang disajikan pada Lampiran 26, yaitu sebesar 35 anakan. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan tumbuh yang kurang ideal bagi pertumbuhan tanaman padi.
Tabel 2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST P1 0.3 0.5 1.0 2.8 3.3 3.7 3.0 3.0 P2 0.0 0.0 0.5 2.0 2.3 2.8 3.0 3.0 P3 0.3 0.3 0.4 2.2 2. 8 3.0 3.0 3.0 P4 0.0 0.0 0.1 1.5 1. 7 1.9 2.0 2.0 E1P3 0.2 0.2 0.3 1.7 2.1 2.3 2.3 2.3 E2P2 0.1 0.3 0.7 1.8 2.3 2.5 2.5 2.5 E3P1 0.3 0.2 0.7 2.2 2.3 2.3 2.3 2.3
Tabel 2. (Lanjutan)
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
11MST 12MST 13MST 14MST 15MST 16MST 17MST P1 3.0 3.0 3.3 4.0 5.0 5.0 5.0 P2 3.2 3.2 3.2 4.3 3.5 3.5 3.8 P3 3.0 3.1 3.1 3.3 3.8 3.8 4.0 P4 2.2 2.2 2.2 2.3 2.7 3.0 3.0 E1P3 2.7 2.7 2.8 3.4 3.8 4.3 4.4 E2P2 2.8 2.5 3.2 3.7 3.7 4.3 4.3 E3P1 2.3 2.3 3.3 3.0 3.7 3.7 3.7
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah daun padi pada 9 MST (Tabel Lampiran 4). Jumlah daun terbanyak pada 9 MST terdapat pada perlakuan P1, yakni sebesar 23 dan paling sedikit pada perlakuan E1P3, sebesar 17. Selain itu, perlakuan E1P3 dan E3P1 memiliki jumlah daun yang berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu P3 dan P1 (Tabel 3).
Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk daun, selanjutnya ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 10 dan 11 MST.
Tabel 3. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun Padi
Perlakuan Jumlah Daun per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST P1 6.8 7.2 9.3 12.7 18.7 21.7 22.7a 22.7 22.3 P2 6.0 6.1 6.9 12.4 14.7 21.8 21.5ab 22.7 20.8 P3 6.5 6.6 7.6 12.8 15.6 21.6 21.7ab 20.8 18.4 P4 5.3 5.6 5.8 10.2 12.3 16.7 16.7c 15.9 14.4 E1P3 6.0 5.9 7.0 11.1 13.7 17.6 16.5c 18.0 15.6 E2P2 5.8 6.5 7.7 11.9 15.0 21.0 19.7a-c 19.0 17.5 E3P1 5.8 7.0 7.5 11.3 14.3 18.0 17.7bc 18.3 17.0
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang helai daun padi pada 5 MST (Tabel Lampiran 5). Panjang daun terpanjang terdapat pada perlakuan P1 sebesar 42.67 cm, sedangkan panjang daun paling pendek terdapat pada perlakuan P4 sebesar 36.73 cm. Panjang daun padi pada pertanaman campuran tidak berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu antara E1P3 dengan P3, E2P2 dengan P2, dan E3P1 dengan P1 (Tabel 4).
Tabel 4. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Helai Daun Padi
Perlakuan Panjang Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 28.55 35.92 42.67a 47.92 49.70 57.20 57.33 P2 31.26 34.80 40.87ab 47.13 51.88 57.67 54.57 P3 28.92 33.98 39.41bc 45.78 49.53 53.64 54.14 P4 27.50 30.39 36.73c 45.93 42.51 52.60 53.94 E1P3 28.19 33.56 40.29ab 44.29 47.92 53.82 53.34 E2P2 27.41 33.11 40.08ab 44.98 48.03 54.40 55.48 E3P1 29.02 32.92 40.28ab 46.70 48.80 46.77 56.80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Lebar Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap lebar helai daun padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 6). Lebar daun terlebar terdapat pada perlakuan P1 dan paling sempit terdapat pada perlakuan P4. Perlakuan E3P1 memiliki lebar daun yang berbeda nyata dengan P1 (Tabel 5).
Tabel 5. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai Daun Padi
Perlakuan Lebar Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST P1 0.55 0.65a 0.75 0.85 0.97 1.13 1.00 P2 0.55 0.58ab 0.74 0.83 0.95 0.95 1.02 P3 0.50 0.56bc 0.69 0.88 0.88 0.97 0.99 P4 0.47 0.48c 0.62 0.79 0.78 0.89 0.94 E1P3 0.48 0.52bc 0.68 0.77 0.87 0.94 0.96 E2P2 0.49 0.53bc 0.73 0.89 0.90 0.93 0.95 E3P1 0.53 0.50bc 0.68 0.87 0.93 1.00 1.00
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot Kering Biomassa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering biomassa pada 18 MST (Tabel Lampiran 7). Pada pertanaman monokultur, bobot kering total per tanaman saat 18 MST semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan padi saat 18 MST. Pada 18 MST, bobot kering total per tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 19.02 g, disusul perlakuan P2 sebesar 5.63 g, kemudian disusul perlakuan P3 sebesar 2.36 g, dan yang terendah adalah perlakuan P4 sebesar 1.20 g. Perlakuan P2 mampu menurunkan bobot kering total pertanaman hingga 13.39 g dari perlakuan P1.. Perlakuan E1P3 memiliki bobot kering total per tanaman yang paling rendah dibandingkan perlakuan E2P2 dan E3P1 (Tabel 6).
Campuran Monokultur
Tabel 6. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Kering Biomassa Padi
Perlakuan
Bobot Kering Biomassa
Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Total (g/tanaman)
6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST
P1 1.23 6.77bc 0.52 12.25a 1.76 19.02ab 1.76 19.02a
P2 1.88 10.90ab 0.65 11.64a 2.54 22.54a 0.63 5.63bc
P3 3.50 13.50a 1.39 7.79a-c 4.89 21.28a 0.55 2.36cd
P4 2.84 13.28a 0.95 5.88b-d 3.79 19.16ab 0.24 1.20d
E1P3 2.60 11.62ab 0.40 9.42ab 3.00 21.04a 0.33 2.34cd
E2P2 1.51 9.09a-c 0.63 4.20cd 2.14 13.29bc 0.54 3.32cd
E3P1 1.14 4.42c 0.40 2.81d 1.55 7.23c 1.55 7.23b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 18 MST (Tabel Lampiran 10). Pada 18 MST, panjang akar padi terpanjang terdapat pada perlakuan P2 sebesar 47.35 cm, sedangkan panjang akar terpendek terdapat pada perlakuan E2P2 sebesar 30.88 cm. Perlakuan E2P2 mampu menurunkan panjang akar padi hingga 34.78% dibandingkan P2 (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Akar Padi
Perlakuan Panjang Akar (cm)
6MST 18MST P1 25.06 41.50ab P2 27.00 47.35a P3 28.71 35.11b-d P4 26.48 33.39cd E1P3 23.54 36.40b-d E2P2 27.85 30.88d E3P1 23.80 40.33a-c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap ukuran daun bendera tanaman padi (Tabel Lampiran 9). Luas daun bendera terbesar terdapat pada perlakuan P1 sebesar 42.50 cm2 dan terkecil terdapat pada perlakuan E1P3 sebesar 34.76 cm2 (Tabel 8).
Tabel 8. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm)
P1 29.07 1.17 42.50 P2 28.43 1.13 35.25 P3 26.45 1.11 35.20 P4 27.25 1.08 35.89 E1P3 27.24 1.10 34.76 E2P2 30.72 1.10 41.37 E3P1 27.60 1.07 34.98
Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai, jumlah gabah per tanaman, jumlah biji per pot, panjang malai, dan kepadatan malai padi (Tabel Lampiran 10). Jumlah gabah per malai padi berkisar antara 62.5 sampai dengan 75.6 butir (Tabel 9).
Tabel 9. Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Tanaman, Jumlah Gabah/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Gabah/Malai (butir) Jumlah Gabah/Tanaman (butir) Jumlah Gabah/Pot (butir) Panjang Malai (cm) Kepadatan Malai (butir/cm) P1 75.6 258.3 381.0 55.31 1.34 P2 63.6 230.2 460.3 46.09 1.36 P3 62.7 206.4 442.0 48.16 1.28 P4 62.5 154.0 486.7 46.94 1.35 E1P3 65.2 172.6 452.7 48.31 1.32 E2P2 68.7 250.5 368.3 48.43 1.41 E3P1 64.2 287.7 287.7 51.62 1.22
Bobot 100 Butir
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap bobot 100 butir gabah padi (Tabel Lampiran 11). Bobot 100 butir gabah padi berkisar antara 0.84 g sampai dengan 1.78 g (Tabel 10).
Tabel 10. Bobot 100 Butir Gabah Padi pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Bobot 100 Butir (g)
P1 1.78 P2 1.21 P3 0.84 P4 1.25 E1P3 1.25 E2P2 1.64 E3P1 1.43 Produksi Gabah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot gabah hampa, tapi tidak mempengaruhi bobot gabah kering, bobot gabah isi, dan % gabah hampa padi (Tabel Lampiran 12). Bobot gabah hampa terendah terdapat pada perlakuan E3P1 sebesar 0.38 g, sedangkan bobot gabah hampa tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 1.13 g (Tabel 11).
Tabel 11. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Gabah Kering, Gabah Isi, Gabah Hampa, dan % Gabah Hampa Padi
Perlakuan Gabah Kering (g/pot) Gabah Isi (g/pot) Gabah Hampa (g/pot) % Gabah Hampa P1 2.25 1.87 0.38b 18.71 P2 1.97 1.83 0.78ab 23.47 P3 1.72 0.59 1.13a 21.19 P4 1.67 1.11 0.75ab 23.11 E1P3 2.12 1.39 0.88ab 26.20 E2P2 1.21 0.89 0.50b 18.07 E3P1 1.22 1.10 0.37b 18.38
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Pertumbuhan dan Produksi Gulma E. crus-galli Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi berpengaruh terhadap tinggi gulma E.crus-galli pada 3 MST (Tabel Lampiran 13). Pada 3 MST, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan E1 sebesar 52.22 cm, sedangkan tinggi tanaman terendah pada perlakuan E2P2 sebesar 20.52 cm. Namun, secara keseluruhan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan E1 dan terendah pada perlakuan E3P1 (Tabel 12).
Tabel 12. Pengaruh Populasi Padi dan galli terhadap Tinggi E.crus-galli
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
1MST 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 13.43 29.92 52.22a 64.50 78.92 102.82 117.17 128.17 E2 12.47 26.07 43.18b 48.59 66.61 85.64 98.47 116.57 E3 13.92 29.38 44.16b 53.01 66.49 83.42 101.21 120.59 E4 13.64 25.57 41.95b 50.09 62.12 83.73 93.46 110.71 E1P3 12.45 27.18 42.17b 50.00 63.83 84.97 85.07 115.83 E2P2 11.88 19.74 20.52c 45.32 62.15 84.86 98.03 114.85 E3P1 13.68 23.75 21.20c 45.75 54.69 75.46 92.99 111.57
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah anakan gulma E. crus-galli pada 6, 10-12, dan 14-17 MST (Tabel Lampiran 14). Secara keseluruhan, jumlah anakan terbanyak terdapat pada perlakuan E1 dan terendah terdapat pada perlakuan E1P3. Perlakuan E1P3 yang memiliki jumlah anakan yang berbeda nyata dengan E1 (Tabel 13).
Tabel 13. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Anakan E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST E1 0.8 1.8a 2.0 3.0 4.0 4.3a E2 0.4 1.2ab 1.5 1.8 2.2 3.2ab E3 0.3 1.1ab 1.6 2.0 2.1 2.3a-c E4 0.1 0.5b 0.8 1.5 1.5 1.6bc E1P3 0.5 1.3ab 1.0 1.3 1.7 1.3bc E2P2 0.2 0.6b 0.8 1.0 1.3 1.8bc E3P1 0.0 0.5b 0.7 0.8 0.8 0.8c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Tabel 13. (Lanjutan)
Perlakuan Jumlah Anakan per Tanaman
11MST 12MST 13MST 14MST 15MST 16MST 17MST E1 8.0a 10.0a 15.3 17.7a 19.00a 19.7a 20.0a E2 3.8b 4.8b 6.3 7.5b 8.2b 8.8b 8.8b E3 3.3b 6.2ab 8.8 10.9b 13.1b 13.2ab 13.6b E4 3.4b 5.3b 6.4 8.6b 10.6b 10.6b 10.7b E1P3 2.7b 5.0b 5.7 7.0b 8.0b 8.0b 8.0b E2P2 2.5b 3.8b 5.2 6.8b 9.5b 9.5b 9.5b E3P1 1.9b 3.5b 6.1 7.7b 8.6b 8.6b 8.6b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah daun E. crus-galli pada 4, 6, 7, 10, dan 11 MST (Tabel Lampiran 15). Pada 4, 6, 7, dan 10 MST, perlakuan E1 memiliki jumlah daun paling banyak, sedangkan perlakuan E3P1 memiliki jumlah daun paling sedikit (Tabel 14).
Tabel 14. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Daun E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Daun per Tanaman
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST 11MST
E1 5.5 5.8a 7.2 16.8a 21.0a 27.3 28.0 30.7a 28.0a
E2 4.6 5.3ab 6.8 10.7b 12.5b 16.2 16.5 16.8b 15.2b E3 4.6 5.1a-c 5.9 9.7b 11.7b 16.6 16.6 16.4b 14.1b E4 4.4 4.5bc 5.7 8.5b 9.8b 12.9 12.3 13.3b 13.3b E1P3 4.3 4.5bc 6.0 10.3b 12.0b 15.7 15.7 17.0b 15.7b E2P2 4.4 4.7bc 6.2 8.7b 10.0b 15.5 14.8 15.3b 14.5b E3P1 4.1 4.2c 5.1 7.7b 9.3b 12.0 10.6 12.0b 11.0b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang helai daun gulma E. crus-galli pada 3 dan 5 MST (Tabel Lampiran 16). Pada 5 MST, perlakuan E1 memiliki panjang daun terpanjang dan perlakuan E3P1 memiliki panjang daun terpendek.(Tabel 15).
Tabel 15. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang Helai Daun E. crus-galli
Perlakuan Panjang Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 30.08a 36.48 51.48a 52.38 44.17 41.30 E2 22.88ab 28.25 36.74b 43.58 42.93 38.15 E3 24.04ab 28.23 37.89b 47.98 53.54 46.54 E4 21.13b 27.00 35.96b 43.67 42.58 38.55 E1P3 20.88b 28.28 34.38b 48.62 41.93 38.13 E2P2 15.89b 24.70 34.39b 47.33 47.32 41.85 E3P1 21.20b 23.78 30.17b 40.41 46.26 41.80
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Lebar Helai Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap lebar helai daun gulma E. crus-galli pada 5 MST (Tabel Lampiran 17). Pada 5 MST, perlakuan E1 memiliki lebar daun paling besar, sedangkan perlakuan E2P2 memiliki lebar daun paling kecil (Tabel 16).
Tabel 16. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Lebar Helai Daun E. crus-galli
Perlakuan Lebar Helai Daun (cm)
3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST E1 0.53 0.68 1.17a 1.40 1.40 1.43 E2 0.43 0.49 0.75b 1.04 1.17 1.28 E3 0.45 0.50 0.87b 1.06 1.36 1.50 E4 0.39 0.43 0.73b 1.08 1.15 1.28 E1P3 0.37 0.52 0.75b 1.12 1.13 1.20 E2P2 0.30 0.43 0.67b 1.08 1.28 1.40 E3P1 0.38 0.42 0.71b 1.00 1.11 1.32
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot Kering Biomassa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, total per pot, dan total per tanaman pada 18 MST, tapi tidak berpengaruh terhadap bobot kering akar gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 18). Pada pertanaman monokultur, bobot kering total per tanaman saat 18 MST semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan E. crus-galli. Perlakuan E2 mampu menurunkan bobot kering total pertanaman hingga 11.39 g dari perlakuan E1. Saat 18 MST, perlakuan E3P1 menurunkan bobot kering total per tanaman 39.64% dibandingkan perlakuan monokulturnya, yaitu E3 (Tabel 17).
Tabel 17. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot Kering Biomassa E. crus-galli
Perlakuan
Bobot Kering Biomassa
Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Total (g/tanaman)
6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST 6 MST 18 MST
E1 2.23 8.09bc 0.86 5.92 3.10 14.01a-c 3.09a 14.01a
E2 2.24 7.03c 0.82 3.46 3.07 10.49bc 0.77bc 2.62b E3 2.94 13.94a 1.34 6.04 4.29 19.98a 0.48bc 2.22b E4 3.05 12.59ab 1.42 4.47 4.48 17.06ab 0.28c 1.07b E1P3 1.43 4.16c 0.69 1.41 2.12 5.56c 2.12ab 5.56b E2P2 2.31 6.92c 0.52 2.56 2.84 9.48bc 0.71bc 2.37b E3P1 1.70 8.09bc 1.01 3.96 2.72 12.05a-c 0.30c 1.34b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Panjang Akar
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap panjang akar gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 19). Hal ini disebabkan kebutuhan unsur hara gulma E. crus-galli tercukupi untuk perkembangan akarnya. Panjang akar padi saat 18 MST berkisar antara 30.52 cm sampai dengan 43.06 cm (Tabel 18).
Tabel 18. Panjang Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E.crus-galli
Perlakuan Panjang Akar (cm)
6MST 18MST E1 32.53 41.37 E2 24.43 37.47 E3 22.25 43.06 E4 27.15 30.52 E1P3 28.50 31.40 E2P2 20.77 31.50 E3P1 25.35 32.32
Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap panjang daun bendera gulma E. crus-galli, tapi tidak mempengaruhi lebar dan luas daun bendera gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 20). Perlakuan E1P3 menekan panjang daun bendera hingga 42.44% dibandingkan E1 (Tabel 19).
Tabel 19. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E.crus-galli
Perlakuan Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm)
E1 11.17a 0.60 8.82 E2 5.82b 0.35 3.62 E3 8.39ab 0.46 5.14 E4 8.68ab 0.53 6.35 E1P3 6.43b 0.40 3.96 E2P2 7.13b 0.45 4.02 E3P1 7.69b 0.51 6.31
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah biji per pot gulma E. crus-galli, tapi tidak berpengaruh terhadap jumlah biji per malai, panjang malai, dan kepadatan malai E. crus-galli (Tabel Lampiran 21). Peubah jumlah biji/malai, panjang, dan kepadatan malai diduga merupakan karakter genetik gulma. Hasil penelitian Suud (2008) melaporkan bahwa peubah jumlah biji/malai, panjang malai, dan kepadatan malai dipengaruhi oleh tipe ekologi gulma. Jumlah biji per pot perlakuan E1P3 dan E3P1 berbeda nyata dengan monokulturnya, yaitu E1 dan E3 (Tabel 20).
Tabel 20. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Biji/Malai, Jumlah Malai/Pot, Jumlah Biji/Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli
Perlakuan Jumlah Biji/Malai (butir) Jumlah Malai/Pot Jumlah Biji/Pot (butir) Panjang Malai (cm) Kepadatan Malai (butir/cm) E1 307.9 33.3a-c 9976.0ab 20.40 15.75 E2 292.1 23.0bc 7984.0a-c 20.35 13.63 E3 256.9 46.3ab 11527.0a 22.29 12.13 E4 203.9 56.7a 11712.0a 20.43 10.74 E1P3 255.9 14.0c 4171.0c 17.23 13.89 E2P2 231.5 23.7bc 5177.0bc 18.96 12.37 E3P1 266.3 21.3c 6170.0bc 20.64 12.49
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Bobot 1000 Butir
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot 1000 butir biji gulma E. crus-galli (Tabel Lampiran 22). Perlakuan E3 memiliki bobot 1000 biji tertinggi sebesar 1.37 g, sedangkan perlakuan E2P2 memiliki bobot 1000 butir paling rendah sebesar 1.01 g (Tabel 21).
Tabel 21. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Bobot 1000 Butir Biji E.crus-galli
Perlakuan Bobot 1000 Butir (g)
E1 1.22ab E2 1.15ab E3 1.37a E4 1.14ab E1P3 1.33a E2P2 1.01b E3P1 1.24ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.
Penetapan Kompetisi Total Hasil Relatif ( THR )
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi padi dan gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap total hasil relatif (THR), hasil relatif padi (HRP), dan hasil relatif E. crus-galli (HRE) (Tabel Lampiran 23). Nilai THR secara keseluruhan lebih besar dari satu (> 1) (Tabel 22). Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya kebutuhan sarana yang berbeda, terjadi simbiosis, atau interaksi positif antara padi dan gulma E. crus-galli.
Secara keseluruhan nilai hasil relatif E. crus-galli lebih besar dari hasil relatif padi (Gambar 3a dan 3b). Pada Gambar 3a, hasil relatif E. crus-galli lebih besar dari padi pada perlakuan E3P1. Pada Gambar 3b, hasil relatif E. crus-galli secara keseluruhan lebih besar dari padi. Akan tetapi, nilai hasil relatif E.crus-galli yang paling besar terdapat pada perlakuan E2P2. Hal ini menunjukkan E.crus-galli lebih kompetitif dari tanaman padi.
Tabel 22. Total Hasil Relatif dan Hasil Relatif Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E. crus-galli
Perlakuan THR HRP HRE 6MST 18MST 6MST 18MST 6MST 18MST E1P3 1.61 1.61 0.89 0.56 0.72 0.60 E2P2 1.68 1.70 0.87 0.61 0.81 1.09 E3P1 1.77 0.98 0.83 0.38 0.94 0.60 (a) (b)
Gambar 3. Hasil Relatif: (a) HR pada 6 MST; (b) HR pada 18 MST
Koefisien Pendesakan (KP)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan populasi tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli (KPPE) dan nilai koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi (KPEP) (Tabel
Lampiran 24 dan 25).
Pada 18 MST, nilai KPEP lebih besar daripada nilai KPPE pada perlakuan 2
E. crus-galli dan 2 padi (E2P2). Hal ini menunjukkan bahwa gulma E. crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi (Tabel 23).
Perbandingan koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli dan nilai koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi disajikan pada Gambar 4. Koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli pada 6 MST menunjukkan bahwa tanaman padi mampu berkompetisi dengan gulma E. crus-galli. terhadap E. crus-galli, sedangkan pada saat panen (18 MST) gulma E. crus-galli cenderung lebih mampu bersaing dengan tanaman padi (Gambar 4).
0 0.5 1 1.5 2
E1P3 E2P2 E3P1
H as il R el ati f HRP HRE THR 0 0.5 1 1.5 2
E1P3 E2P2 E3P1
H as il R el ati f HRP HRE THR
Tabel 23. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi Padi dan E. crus-galli
Perlakuan
Koefisien Pendesakan
Padi Terhadap E. crus-galli E. crus-galli Terhadap Padi
6MST 18MST 6MST 18MST
E1P3 1.32 0.71 1.88 0.72
E2P2 1.15 0.88 0.93 2.18
E3P1 1.93 0.65 1.50 1.60
KPPE = KP Padi terhadap E. crus-galli KPEP = KP E.crus-galli terhadap Padi
Gambar 4. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli
Pembahasan Pertanaman Monokultur
Semakin meningkat populasi padi dan gulma E. crus-galli pada masing-masing pertanaman monokultur, semakin menurunkan pertumbuhan dan produksi padi dan gulma E. crus-galli. Penurunan peubah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering biomassa per tanaman terjadi mulai populasi 2 tanaman per pot, baik itu pada tanaman padi maupun gulma E. crus-galli. Pada pertanaman monokultur padi dan E. crus-galli. Penurunan terbesar terdapat pada perlakuan 4 tanaman per pot. Perlakuan 4 tanaman padi per pot mampu menurunkan bobot kering total per tanaman padi hingga 93.69% dibandingkan 1 padi per pot. Perlakuan 4 gulma per pot mampu menurunkan bobot kering per tanaman hingga 92.36% dibandingkan 1 gulma per pot. Lebih besarnya penurunan
bobot kering per tanaman padi daripada E. crus-galli menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik padi lebih besar dari E. crus-galli.
Keadaan di atas berkaitan dengan adanya kompetisi intraspesifik dalam memperebutkan sumberdaya yang sama untuk menunjang pertumbuhannya. Asphinal dan Milthorphe dalam Arma et al (1997) menyatakan bahwa kompetisi intraspesifik semakin besar sejalan dengan meningkatnya kepadatan tanaman. Mursito dan Kawiji (2001) menyatakan bahwa kerapatan tanaman yang tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara, dan air, sehingga semakin kecil fotosintat yang ditranslokasikan dan disimpan. Menurut Sumarsono (2009), kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuhan individu terhambat.
Pertanaman Campuran
Pertanaman campuran antara padi dan gulma E. crus-galli menekan pertumbuhan dan produksi padi dan gulma E. crus-galli. Penurunan peubah pertumbuhan dan produksi seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun dan bobot kering per tanaman padi terjadi pada proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi, Proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi mampu menekan pertumbuhan padi hingga lebih rendah dibandingkan perlakuan 3 padi tanpa gulma. Proporsi 1 E.crus-galli dan 3 padi ini memiliki bobot kering paling rendah dari perlakuan 2 E.crus-galli dan 2 serta 3 E.crus-galli dan 1 padi. Selain itu, proporsi ini juga mampu menurunkan bobot kering per tanaman padi 0.85% dibandingkan perlakuan 3 padi per pot dan 87.70% dibandingkan 1 padi per pot. Sastroutomo (1990) menyatakan bahwa gulma dalam jumlah sedikit dapat menurunkan hasil panenan.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa lebih rendahnya peubah-peubah pertumbuhan dan produksi padi pada pertanaman campuran dibandingkan monokultur, selain terjadi karena adanya kompetisi intraspesifik juga karena adanya kompetisi interspesifik akibat adanya desakan dari keberadaan gulma E. crus-galli. Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa adanya gulma dalam jumlah cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan
tinggi kerapatan E. crus-galli per meter bujursangkar, semakin menurunkan hasil tanaman padi.
Pada pertanaman campuran, penurunan peubah-peubah pertumbuhan E. crus-galli seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, dan bobot kering biomassa terjadi pada proporsi 2 E. crus-galli dan 2 padi. Akan tetapi, penurunan terbesar terdapat pada proporsi 3 E. galli dan 1 padi. Perlakuan 3 E. galli dan 1 padi mampu menurunkan pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli lebih rendah dibandingkan monokulturnya, yaitu 3 E. crus-crus-galli per pot. Perlakuan 3 E. crus-galli dan 1 padi mampu menurunkan bobot kering total per tanaman E. crus-galli hingga 39.64% dibandingkan perlakuan 3 E. crus-galli per pot. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya pertumbuhan dan produksi E. crus-galli, selain karena adanya kompetisi intraspesifik juga karena adanya kompetisi interspesifik akibat adanya desakan dari tanaman padi. Baki et al (1995) mengemukakan bahwa efek langsung dari kepadatan padi dan gulma E. crus-galli selalu negatif terhadap jumlah anakan padi dan gulma E. crus-galli.
Penetapan Kompetisi
Secara keseluruhan, pengujian dengan hasil relatif menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik gulma E. crus-galli lebih besar dibandingkan tanaman padi (Gambar 3b). Selain itu, berdasarkan nilai total hasil relatif menunjukkan kecenderungan kompetisi gulma E. crus-galli dengan tanaman padi tidak cukup kuat, karena nilai total hasil relatif yang lebih besar dari satu. Hal ini menunjukkan adanya tambahan sumberdaya atau sarana tumbuh, sehingga sebenarnya kompetisi tidak terjadi. Akan tetapi, pada 18 MST perlakuan 3 E.crus-galli dan 1 padi memiliki nilai total hasil relatif kurang dari satu. Lontoh (1991) menyatakan bahwa hal ini menunjukkan pengaruh yang saling merugikan atau adanya sarana tumbuh yang terbatas yang menyebabkan kompetisi diantara kedua tumbuhan. Berdasarkan hasil penelitian Perera et al. (2006) dilaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif antara E.crus-galli dan padi mendekati satu.
Pengujian dengan peubah koefisien pendesakan menunjukkan bahwa tanaman padi lebih kompetitif pada 6 MST. Selain itu, pengujian dengan peubah koefisien pendesakan juga menunjukkan bahwa gulma E. crus-galli lebih kompetitif pada saat panen (18 MST).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan kepadatan populasi mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman padi dan gulma Echinochloa crus-galli. Semakin meningkat kepadatan tanaman padi monokultur, semakin menekan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin meningkat kepadatan E. crus-galli monokultur, semakin menekan pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli. Penurunan pertumbuhan dan produksi, baik pada padi maupun gulma E. crus-galli monokultur terjadi mulai populasi 2 tanaman per pot, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada perlakuan 4 tanaman per pot. Perlakuan 4 tanaman padi per pot mampu menurunkan bobot kering total per tanaman padi hingga 93.69% dibandingkan 1 padi per pot. Perlakuan 4 gulma per pot mampu menurunkan bobot kering per tanaman hingga 92.36% dibandingkan 1 gulma per pot. Lebih besarnya penurunan bobot kering per tanaman padi dari E. crus-galli menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik padi lebih besar dari E. crus-galli.
Pertumbuhan dan produksi padi pada pertanaman campuran paling tertekan pada proporsi 1 E. crus-galli dan 3 padi. Perlakuan ini menurunkan produksi padi 0.85% dibandingkan perlakuan 3 padi/pot dan 87.70% dibandingkan perlakuan 1 padi/pot. Pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli paling tertekan pada proporsi 3 E. crus-crus-galli dan 1 padi.
Berdasarkan nilai hasil relatif, gulma E. crus-galli lebih kompetitif dari padi, sedangkan berdasarkan nilai total hasil relatif, perlakuan 3 E. crus-galli dan 1 padi menunjukkan adanya kompetisi antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli.
Saran
Penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan varietas padi yang berbeda. Perbedaan varietas ini diharapkan dapat menunjukkan apakah terdapat pengaruh dari varietas padi yang berbeda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alfandi dan Dukat. 2007. Respon pertumbuhan dan produksi tiga kultivar kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap kompetisi dengan gulma pada dua jenis tanah. Jurnal AGRIJATI 6(1).
Ampong-Nyarko, K. dan S. K. De Datta. 1991. A Handbook for Weed Control in Rice. IRRI. Philippines. 191 p.
Arma, M. J., J. Moenandir, dan H. T. Sebayang. 1997. Uji kompetisi antara paprika (Capsicum annuum var. Grossum) dengan rumput belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.). http://images.soemarno.multiply.com. [13 November 2009].
Baki, B. B., S. Suhaimi, dan J. A. Munir. 1995. Path Analysis Of Two Sympatric Graminoids (Echinochloa crus-galli sp. Crus-galli (L.) Beauv. and Ischaemum rugosum Salisb.) In Competition With Rice (Oryza sativa L. Var MR84). Proceeding 15th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. The Organizing Committee of The 15Th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Tsukuba. Vol I(B):549.
Balai Besar Penelitian Tanaman Pangan. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Subang. 80 hal.
Barlow, S. 2006. Sorting Echinochloa Names. http://www. plantnames.inimelb.edu.au. [29 Desember 2009].
BPS. 2009. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Ramalan III 2009). http://www.bps.go.id [29 Desember 2009].
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Willey & Sons. Canada. 618 p.
Duke, J. A. 1983. Handbook of Energy Crops. http://www.hort.purdue.edu. [30 November 2008].
Frauke, R. 2007. Studi Kompetisi Beberapa Ekotipe Gulma Echinochloa crus-galli Terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 49 hal.
Galinato, M. I., K. Moody dan C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Los Banos. 155 p.