• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kompetisi antara Gulma Echinochloa crus-galli dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan Pendekatan Replacement Series

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kompetisi antara Gulma Echinochloa crus-galli dan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dengan Pendekatan Replacement Series"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

STUDI KOMPETISI ANTARA GULMA Echinochloa crus-galli DAN TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DENGAN PENDEKATAN REPLACEMENT SERIES

Study of Competition Between Echinochloa crus-galli and Rice (Oryza sativa L.) with Replacement Series Approach

Verdha Farilla Sandhi1 dan Dwi Guntoro2 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

Abstract

Echinochloa crus-galli is a dominant weed that can decrease rice production. One factor that can determine the decreasing rate production is population density of weed. The objective of the research was to study the effect of Echinochloa crus-galli population density on growth and production of rice with replacement series approach. This research was conducted at Green House in Cikabayan experimental station from April until August 2009. The treatment was arranged in a Completely Randomized Block Design with 3 replications. The factor was rice and Echinochloa crus-galli population density which consist of eleven treatments: monoculture of 1,2,3and 4 weeds/pot, monoculture of 1,2,3and 4 rice/pot,and in mixture (1:3, 2:2, 3:1 plants/pot). The result showed that the lower dry weight of biomass of rice was obtained at a density of 4 plants/pot (4.79 g/plant). In the monoculture system, the increase in plant density inhibited plant height, number of tillers, number of leaf, length of roots. and reduced yield of rice (grain per plant). The increase of E. crus-galli density decreased the dry weight/plant of weed. In mixture, Relative Yield Total (RYT) of three weeds/pot established with one rice/pot was <1. The RYT value means that there was competition between weed and rice.

Keyword : Oryza sativa L.,Echinochloa crus-galli (L) Beauv., weed competition, weed density

PENDAHULUAN

Beras yang dihasilkan dari tanaman padi merupakan pangan utama di Indonesia. Kebutuhan pangan beras semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini terlihat dari konsumsi beras per kapita sebesar 139.15 kg/tahun (BPS, 2009). Peningkatan kebutuhan beras harus diikuti dengan peningkatan produksi. Menurut BPS (2009), Angka Ramalan III (ARAM III) produksi padi tahun 2009 diperkirakan sebesar 63.84 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Mengingat kebutuhan pangan beras terus meningkat mengikuti kenaikan jumlah penduduk, maka usaha peningkatan produksi beras terus dilakukan oleh pemerintah. Akan tetapi, upaya pemerintah ini dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah alih fungsi lahan pertanian, degradasi lahan dan serangan organisme penganggu tanaman (OPT).

Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi tanaman padi adalah gulma. Salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah yang dapat menurunkan produksi tanaman padi adalah gulma Echinochloa crus-galli. Gulma jenis ini dapat menurunkan produksi tanaman padi hingga 72% (Suardi dan Pane, 1983). Gulma ini memiliki daya adaptasi yang luas pada kondisi lingkungan yang bervariasi (Gallinato et al., 1999).

Salah satu cara gulma E. crus-galli untuk menurunkan produksi padi yaitu dalam kompetisi. Metode yang digunakan untuk menganalisis kompetisi, salah satunya adalah metode

Replacement Series. Metode yang didesain oleh de Wit ini

digunakan secara luas untuk mempelajari kompetisi antara dua spesies tanaman (Rodrigues, 1997). Salah satu faktor yang menentukan tingkat kompetisi adalah kepadatan populasi. Dengan meningkatnya kepadatan, maka gangguan yang ditimbulkan oleh tumbuhan yang satu terhadap tumbuhan yang lainnya akan semakin jelas dan meningkat (Sastroutomo, 1990). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian uji kompetisi antara padi dan E. crus-galli untuk mengetahui kerugian yang diakibatkan oleh gulma, khususnya E. crus-galli pada tanaman padi dan berapa kisaran kepadatan yang menekan tanaman padi.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetisi antara tanaman padi dan gulma Echinochloa crus-galli

pada beberapa tingkat kepadatan populasi.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2009 di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih padi varietas IR-64, pupuk Urea, pupuk SP-18, dan pupuk KCl, GA3, alkohol dan biji E. crus-galli yang berasal dari daerah Karawang. Peralatan yang digunakan adalah pot dengan diameter 30 cm dan tinggi 25 cm, tray, saprotan, meteran, timbangan digital, oven, peralatan budidaya lainnya dan alat tulis.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu populasi padi dan gulma E. crus-galli per pot. Jumlah perlakuan ada sebelas yaitu: P1 = 1 padi E1 = 1 E. crus-galli

P2 = 2 padi E2 = 2 E. crus-galli

P3 = 3 padi E3 = 3 E. crus-galli

P4 = 4 padi E4 = 4 E. crus-galli

E1P3=1 E. crus-galli dan 3 padi E2P2=2 E. crus-galli dan 2 padi E3P1=3 E. crus-galli dan 1 padi

Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 33 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan

(2)

destruktif . Panen destruktif dilakukan pada 6 MST. Tanaman padi dan gulma E. crus-galli yang dipanen bukanlah tanaman yang sedang diamati, kecuali pada akhir percobaan.

Pengamatan

Peubah yang diamati pada tanaman padi gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, panjang dan lebar daun, bobot biomassa, rasio bobot kering tajuk dan akar, panjang akar, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, produksi gabah, bobot 100 butir gabah, bobot 1000 butir, total hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi terhadap

E.crus-galli serta koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi.

Hasil Kondisi Umum

Suhu harian rata-rata dari rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata(RH) 66.58%. Tanaman padi mengalami serangan beberapa hama dan penyakit ketika memasuki fase generatif, yaitu burung, dan wereng. Pengendalian hama burung dilakukan dengan memasang paranet dan kain kasa untuk menutupi bulir padi dan gulma, sedangkan untuk hama wereng dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida.

Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9, kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N 0.24%. Ketersediaan P sebesar 16.9 ppm dengan kapasitas tukar kation 15.37 me/100g. Selain kandungan K dalam tanah sebesar 0.27 me/100g. Tanah memiliki kejenuhan basa sebesar 9.82%. Tekstur tanah tergolong liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15.19: 31.54: 53.27. Tanah yang masam ini dapat ditolerir oleh tanaman padi karena merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan tanah masam.

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Padi Tinggi Tanaman

Perlakuan populasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST. Perlakuan E3P1 menurunkan tinggi tanaman hingga 41.82% dibandingkan monokulturnya (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Tinggi Tanaman Padi

Perlakua n

Tinggi Tanaman (cm)

3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST

P1 49.88a 62.47 67.85 75.28 82.43 86.67 91.83 P2 52.68a 61.96 68.92 76.21 83.57 86.13 89.10 P3 53.86a 60.77 67.31 75.33 80.65 83.37 85.92 P4 48.99a 54.32 58.95 68.33 74.16 81.48 83.54 E1P3 51.06a 58.39 65.11 70.12 77.81 82.38 84.62 E2P2 38.47b 58.73 63.28 72.24 80.27 85.62 88.37 E3P1 29.02c 57.03 65.50 70.87 81.60 86.33 89.43

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Anakan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan padi. Pada 9 MST, perlakuan E3P1 menurunkan jumlah anakan hingga 41.75% dibandingkan monokulturnya (Tabel 2)

Tabel 2. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi

Perlakua n

Jumlah Anakan

3MST 4MS

T 5MST

6MS T

7MS T

8MS T

9MS T

P1 0.33 0.50 1.00 2.83 3.33 3.67 3.00

P2 0.00 0.00 0.50 2.00 2.33 2.83 3.00

P3 0.28 0.28 0.44 2.17 2.78 3.00 3.00

P4 0.04 0.04 0.13 1.46 1.67 1.92 2.00

E1P3 0.17 0.22 0.33 1.72 2.11 2.33 2.33

E2P2 0.08 0.25 0.67 1.83 2.33 2.50 2.50

E3P1 0.33 0.17 0.67 2.17 2.33 2.33 2.33

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan P4 memiliki jumlah, panjang, dan lebar daun paling rendah

berturut-turut yakni sebesar 16.67, 52.60 cm, dan 0.89 cm. Sedangkan perlakuan E1P3 pada pertanaman campuran sebesar 17.56 (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap rata-rata Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun Tanaman Padi pada 8 MST

Perlakuan Jumlah Daun Panjang Daun (cm)

Lebar Daun (cm)

P1 21.67 57.20 1.13

P2 21.83 57.67 0.95

P3 21.56 53.64 0.97

P4 16.67 52.60 0.89

E1P3 17.56 53.82 0.94

E2P2 21.00 54.40 0.93

E3P1 18.00 46.77 1.00

Bobot Kering Biomassa

Perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering biomassa pada 18 MST, namun tidak berpengaruh terhadap rasio bobot kering tajuk dan akar. Saat 18 MST, perlakuan E3P1 menurunkan 33,73% bobot kering tajuk, 77.06% bobot kering akar, dan 61.99% bobot kering total dibandingkan monokulturnya (Tabel 4).

Tabel 4. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Bobot Kering Biomassa Tanaman Padi

Perlakuan

Bobot Kering Biomassa

Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Rasio

6 18 6 18 6 18 6 18

MST MST MST MST

P1 1.23 6.77bc 0.52 12.25a 1.76 19.02ab 2.35 0.57

P2 1.88 10.90ab 0.65 11.64a 2.54 22.54a 2.97 1.00

P3 3.50 13.50a 1.39 7.79a-c 4.89 21.28a 2.86 1.81

P4 2.84 13.28a 0.95 5.88b-d 3.79 19.16ab 2.97 2.32

E1P3 2.60 11.62ab 0.40 9.42ab 3.00 21.04a 6.71 1.31

E2P2 1.51 9.09a-c 0.63 4.20cd 2.14 13.29bc 2.61 2.33

E3P1 1.14 4.42c 0.40 2.81d 1.55 7.23c 3.05 1.83

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Panjang Akar

Perlakuan berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 18 MST. Panjang akar padi terpendek pada pertanaman monokultur terdapat pada perlakuan P4 sebesar 33.39 g, sedangkan panjang akar terpendek pada pertanaman campuran terdapat pada perlakuan E2P2 sebesar 30.88 cm (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap

Rata-rata Panjang Akar Padi

Perlakuan Panjang Akar (cm)

6MST 18MST

P1 25.06 41.50ab

P2 27.00 47.35a

P3 28.71 35.11b-d

P4 26.48 33.39cd

E1P3 23.54 36.40b-d

E2P2 27.85 30.88d

E3P1 23.80 40.33a-c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, Dan Panjang Malai

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap jumlah biji per malai, jumlah biji per pot, dan panjang malai. Perlakuan E3P1 menurunkan jumlah biji per malai dan jumlah biji/pot berturut-turut sebesar 15.09% dan 6.07% dibandingkan monokulturnya (Tabel 6)

Tabel 6. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai Padi

Perlakuan Jumlah Biji per Malai (butir)

Jumlah Biji

per Pot (butir) Panjang Malai (cm)

P1 75.57 306.3 55.31

P2 63.62 365.7 46.09

P3 62.71 442.0 48.16

P4 62.45 486.7 46.94

E1P3 65.15 452.7 48.31

E2P2 68.70 368.3 48.43

(3)

Bobot 100 Butir Gabah Padi

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap bobot 100 butir gabah padi. Perlakuan P1 dan E2P2 memiliki bobot 100 butir terbesar, yakni berturut-turut sebesar 1.78 g dan 1.64 g (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Bobot 100 Butir Gabah Padi

Perlakuan Bobot 100 Butir (g)

P1 1.78

P2 1.21

P3 0.84

P4 1.25

E1P3 1.25

E2P2 1.64

E3P1 1.43

Produksi Gabah

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap bobot gabah hampa, tapi tidak mempengaruhi bobot gabah kering, bobot gabah isi padi, dan % gabah hampa. Perlakuan E3P1 memiliki bobot gabah hampa terendah, yakni sebesar 0.37 g (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Bobot Gabah Kering, Gabah Isi, Gabah Hampa, dan % Gabah Hampa Padi

Perlakuan Gabah Kering (g/pot)

Gabah Isi (g/pot)

Gabah Hampa (g/pot)

% Gabah Hampa

P1 2.25 1.87 0.38b 18.71

P2 1.97 1.83 0.78ab 23.47

P3 1.72 0.59 1.13a 21.19

P4 1.67 1.11 0.75ab 23.11

E1P3 2.12 1.39 0.88ab 26.20

E2P2 1.21 0.89 0.50b 18.07

E3P1 1.22 1.10 0.37b 18.38

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Pertumbuhan Vegetati dan Produksi Gulma E. crus-galli Tinggi Tanaman

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap tinggi gulma E.crus-galli pada 3 MST. Perlakuan E4 pada pertanaman E. crus-galli monokultur memiliki tinggi terendah sebesar 52.22, sedangkan perlakuan E2P2 pada pertanaman campuran memiliki tinggi terendah sebesar 20.52 cm (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Tinggi E.crus-galli

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST

E1 52.22a 64.50 78.92 102.82 117.17 128.17

E2 43.18b 48.59 66.61 85.64 98.47 116.57

E3 44.16b 53.01 66.49 83.42 101.21 120.59

E4 41.95b 50.09 62.12 83.73 93.46 110.71

E1P3 42.17b 50.00 63.83 84.97 91.53 119.03 E2P2 20.52c 45.32 62.15 84.86 98.03 114.85 E3P1 21.20c 45.75 54.69 75.46 92.99 111.57

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Anakan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap jumlah anakan gulma E. crus-galli pada 6, 10-12, dan 14-17 MST. Jumlah anakan pada pertanaman E.

crus-galli monokultur semakin menurun dengan meningkatnya

kepadatan 10 MST, sedangkan perlakuan E3P1 pada pertanaman campuran menyebabkan jumlah anakan E. crus-galli hingga paling rendah dibandingkan perlakuan yang lain pada 10-12 MST, tapi perlakuan E2P2 memiliki jumlah anakan paling sedikit14 MST. Pada 15-17 MST perlakuan E1P3 menyebabkan jumlah anakan paling sedikit dibandingkan perlakuan yang lain (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Jumlah Anakan E.crus-galli

Perlakuan Jumlah Anakan

10MST 11MST 12MST 13MST 14MST 15MST 16MST 17MST E1 4.33a 8.00a 10.00a 15.33 17.67a 19.00a 19.67a 20.00a E2 3.17ab 3.83b 4.83b 6.33 7.50b 8.17b 8.83b 8.83b E3 2.33a-c 3.33b 6.22ab 8.78 10.89b 13.11b 13.22ab 13.56b E4 1.58bc 3.42b 5.25b 6.42 8.58b 10.58b 10.58b 10.67b E1P3 1.33bc 2.67b 5.00b 5.67 7.00b 8.00b 8.00b 8.00b E2P2 1.83bc 2.50b 3.83b 5.17 6.83b 9.50b 9.50b 9.50b E3P1 0.78c 1.89b 3.45b 6.11 7.66b 8.55b 8.55b 8.55b Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji

DMRT taraf 5%.

Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan E4 dan E3P1 memiliki jumlah daun paling sedikit ,yakni sebesar 12.9 dan 12.0. Perlakuan E3P1 menurunkan hingga 27.54% jumlah daun dibandingkan monokulturnya (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun E.crus-galli pada 8 MST

Perlakuan Jumlah Daun Panjang Daun (cm)

Lebar Daun (cm)

E1 27.3 41.30 1.43

E2 16.2 38.15 1.28

E3 16.6 46.54 1.50

E4 12.9 38.55 1.28

E1P3 15.7 38.13 1.20

E2P2 15.5 41.85 1.40

E3P1 12.0 41.80 1.32

Bobot Kering Biomassa

Perlakuan berpengaruh terhadap bobot kering tajuk dan total pada 18 MST, namun tidak berpengaruh terhadap bobot kering akar dan rasio bobot kering tajuk dan akar. Saat 18 MST, perlakuan E1P3 menurunkan 48.58% bobot kering tajuk, dan 60.31% bobot kering total dibandingkan monokulturnya (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Bobot Kering Biomassa E. crus-galli

Perlakuan

Bobot Kering Biomassa

Tajuk (g/pot) Akar (g/pot) Total (g/pot) Rasio

6 18 6 18 6 18 6 18

MST MST MST MST

E1 2.23 8.09bc 0.86 5.92 3.10 14.01a-c 2.65 1.69

E2 2.24 7.03c 0.82 3.46 3.07 10.49bc 2.74 2.04

E3 2.94 13.94a 1.34 6.04 4.29 19.98a 2.17 2.31

E4 3.05 12.59ab 1.42 4.47 4.48 17.06ab 2.18 2.91

E1P3 1.43 4.16c 0.69 1.41 2.12 5.56c 3.17 2.58

E2P2 2.31 6.92c 0.52 2.56 2.84 9.48bc 4.32 2.97

E3P1 1.70 8.09bc 1.01 3.96 2.72 12.05a-c 1.69 2.02

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Panjang Akar

Hasil percobaan menunjukkan bahwa panjang akar padi terpendek pada pertanaman monokultur saat 18 MST terdapat pada perlakuan E4 sebesar 30.52 cm, sedangkan panjang akar terpendek pada pertanaman campuran terdapat pada perlakuan E1P3 sebesar 31.40 cm (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Panjang Akar E.crus-galli

Perlakuan Panjang Akar (cm)

6MST 18MST

E1 32.53 41.37

E2 24.43 37.47

E3 22.25 43.06

E4 27.15 30.52

E1P3 28.50 31.40

E2P2 20.77 31.50

E3P1 25.35 32.32

Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, dan Panjang Malai

Perlakuan populasi berpengaruh terhadap jumlah biji per pot gulma E. crus-galli, namun tidak mempengaruhi jumlah biji per malai dan panjang malai. Jumlah biji per pot E. crus-galli

(4)

Tabel 14. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Jumlah Biji per Malai, Jumlah Biji per Pot, Panjang Malai, dan Kepadatan Malai E.crus-galli

Perlakuan Jumlah Biji per Malai (g)

Jumlah Biji per

Pot (g) Panjang Malai (cm)

E1 307.86 9976.00ab 20.40

E2 292.09 7984.00a-c 20.35

E3 256.86 11527.00a 22.29

E4 203.86 11712.00a 20.43

E1P3 255.87 4203.00c 17.23

E2P2 231.45 5177.00c 18.96

E3P1 266.28 6170.00bc 20.64

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Bobot 1000 Butir

Perlakuan berpengaruh terhadap bobot 1000 butir biji gulma E. crus-galli Perlakuan E4 dan E2P2 memiliki bobot 1000 butir paling rendah pada pertanaman monokultur dan campuran (Tabel 15).

Tabel 15. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Bobot 1000 Butir Biji E.crus-galli

Perlakuan Bobot 1000 Butir (g)

E1 1.22ab

E2 1.15ab

E3 1.37a

E4 1.14ab

E1P3 1.35a

E2P2 1.01b

E3P1 1.24ab

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Total Hasil Relatif ( THR )

Total hasil relatif digunakan untuk menunjukkan apakah ada kompetisi atau tidak dalam suatu interaksi antar 2 spesies (Lontoh,1991).

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan populasi padi dan gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap total hasil relatif. Walaupun tidak berbeda secara statistik, tapi nilai THR saat panen untuk perlakuan E3P1 adalah kurang dari satu, yakni sebesar 0.98. Hal ini menunjukkan adanya kompetisi diantara kedua tumbuhan yaitu, tanaman padi dan gulma E. crus-galli.

Tabel 16. Pengaruh Populasi Padi dan E. crus-galli Terhadap Total Hasil Relatif

Perlakuan Total Hasil Relatif

6MST 18MST

E1P3 1.61 1.61

E2P2 1.68 1.70

E3P1 1.77 0.98

Koefisien Pendesakan (KP)

Koefisien Pendesakan Padi Terhadap E. crus-galli

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan populasi tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien pendesakan padi terhadap E. crus-galli (Tabel 35). Perlakuan E3P1 pada 6 MST memiliki nilai KP padi paling besar (1.93) perlakuan E2P2 pada 18 MST memiliki nilai KP padi yang paling besar (0.88) (Tabel 17).

Tabel 17. Pengaruh Populasi Padi dan E. crus-galli terhadap Koefisien Pendesakan Padi Terhadap E. crus-galli

Perlakuan Koefisien Kesesakan

6MST 18MST

E1P3 1.32 0.71

E2P2 1.15 0.88

E3P1 1.93 0.65

Koefisien Pendesakan E. crus-galli Terhadap Padi

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan populasi tidak berpengaruh terhadap nilai koefisien pendesakan E. crus-galli terhadap padi. Perlakuan E1P3 pada 6 MST memiliki nilai

KP E. crus-galli paling besar (1.88), sedangkan perlakuan E2P2

pada 18 MST memiliki nilai KP E. crus-galli yang paling besar (2.18) (Tabel 18).

Tabel 18. Pengaruh Populasi Padi dan E. crus-galli terhadap Koefisien Pendesakan E. crus-galli Terhadap Padi

Perlakuan Koefisien Kesesakan

6MST 18MST

E1P3 1.88 0.72

E2P2 0.93 2.18

E3P1 1.50 1.60

Secara umum, peningkatan populasi gulma E. crus-galli

tidak meningkatkan atau menurunkan kemampuan kompetisi E. crus-galli (Gambar 1).

KPPE = KP Padi terhadap E. crus-galli

KPEP = KP E.crus-galli terhadap Padi Gambar 1. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli

Pembahasan

Pada pertanaman monokultur padi, kepadatan populasi padi tertinggi (P4) paling menekan pertumbuhan vegetatif padi meliputi tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang akar. Hal ini berkaitan dengan adanya kompetisi intraspesifik antar tanaman padi dalam memperebutkan sumberdaya yang sama untuk menunjang pertumbuhannya. Asphinal dan Milthorpe (1959) dalam Arma (1997) menyatakan bahwa kompetisi intraspesifik semakin besar sejalan dengan meningkatnya kepadatan tanaman. Perlakuan P4 juga berpengaruh negatif terhadap komponen hasil padi meliputi bobot gabah hampa, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering total per tanaman.

Pada pertanaman campuran E. crus-galli dan padi, perlakuan E1P3 menurunkan peubah-peubah vegetatif padi meliputi tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun. Baki et al (1995) mengemukakan bahwa efek langsung dari kepadatan padi dan gulma E. crus-galli selalu negatif terhadap jumlah anakan dan jumlah malai per tanaman pada padi dan gulma E. crus-galli. Pada pertanaman ini terdapat perlakuan E3P1 yang berpengaruh negatif terhadap komponen hasil padi, meliputi bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering total. Penurunan terhadap komponen hasil ini menunjukkan adanya kompetisi interspesifik antara padi dengan

E. cruss-galli. Menurut Frauke (2007), semakin tinggi populasi

E. cruss-galli pengaruh kompetisi terhadap tanaman padi

semakin besar. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Purba (2008) bahwa semakin tinggi kerapatan E. crus-galli per meter bujursangkar, semakin besar menurunkan hasil tanaman padi

Penurunan pertumbuhan vegetatif padi pada pertanaman campuran menurunkan bobot kering tanaman padi. Persentase penurunan bobot kering total tanaman yang tertinggi terdapat pada perlakuan E3P1 sebesar 61.98%, kemudian menurun 48,04% pada perlakuan E2P2, dan menurun sebesar 1.13% pada perlakuan E1P3 dibandingkan masing-masing tanaman monokultur padi (Tabel 8). Islam dan Karim (2003) mengemukakan bahwa efek dari kompetisi gulma E. crus-galli

dan E. colona terhadap tinggi dan jumlah anakan per tanaman padi dicerminkan dari bobot jerami per tanaman. Lebih lanjut Islam dan Karim (2003) melaporkan bahwa penurunan hasil padi yang signifikan terjadi selama kompetisi dengan gulma E. crus-galli dan E. colona.

(5)

perlakuan E4 juga berpengaruh negatif terhadap komponen hasil meliputi bobot 1000 butir, jumlah biji per tanaman, bobot kering tajuk per tanaman, bobot kering akar per tanaman, dan bobot kering total per tanaman Penurunan peubah vegetatif dan komponen hasil ini disebabkan oleh adanya kompetisi intraspesifik yang terjadi pada gulma E. crus-galli.

Pada pertanaman campuran dengan padi, pertumbuhan E. crus-galli terhambat. Pada pertanaman campuran ini, perlakuan yang paling menekan terhadap pertumbuhan vegetatif adalah perlakuan E3P1. Perlakuan E3P1 mampu menekan pertumbuhan vegetatif E. crus-galli meliputi jumlah anakan, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun. Perlakuan E3P1 juga berpengaruh negatif terhadap komponen hasil E. cruss-galli saat panen, meliputi jumlah anakan produktif dan jumlah biji per tanaman. Baki et al (1995) mengemukakan bahwa efek langsung dari kepadatan padi dan gulma E. crus-galli selalu negatif terhadap jumlah anakan dan jumlah malai per tanaman pada padi dan gulma E. crus-galli. Namun perlakuan yang paling menekan komponen hasil gulma E. crus-galli adalah perlakuan E1P3, meliputi jumlah biji per pot, bobot kering malai, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering total. Penurunan komponen hasil ini menunjukkan adanya kompetisi interspesifik padi dengan E. cruss-galli. Perlakuan E1P3 menjadikan padi sebagai pesaing bagi E. crus-galli. Rejmanek et al. (1989) dalam Arma (1997) menyatakan bahwa Echinochloa crus-galli sangat tertekan bila tumbuh bersama tomat pada kepadatan yang lebih besar.

Dinamika Kompetisi

Pengujian dengan menggunakan Total Hasil Relatif (THR) menunjukkan bahwa potensi kompetisi antara padi dan E. crus-galli tidak cukup kuat karena nilai THR yang lebih besar dari satu. Spitters dan van den Bergh (1982) dalam Lontoh (1991) menyatakan apabila total hasil relatif lebih besar dari satu, maka salah satu tumbuhan kompetitif, sedangkan tumbuhan lain tidak terpengaruh. Namun, nilai THR pada saat panen untuk perlakuan E3P1 adalah lebih kecil dari satu (< 1). Hal ini menunjukkan pengaruh yang saling merugikan atau adanya sarana tumbuh yang terbatas yang menyebabkan kompetisi diantara kedua tumbuhan (Lontoh, 1991) yaitu, tanaman padi dan gulma E. crus-galli. Perera et al. (2006) melaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif antara E.crus-galli

dan padi mendekati satu (THR<1)

Pengujian dengan menggunakan koefisien pendesakan menunjukkan bahwa secara umum populasi tanaman padi tidak menurunkan atau menaikkan kemampuan kompetisi padi terhadap E. crus-galli. Hal yang sama juga terjadi terhadap kemampuan kompetisi E. crus-galli terhadap padi. Peningkatan populasi gulma E. crus-galli tidak meningkatkan atau menurunkan kemampuan kompetisi E. crus-galli terhadap padi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Semakin meningkat kepadatan tanaman padi monokultur, semakin menekan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin meningkat kepadatan E. crus-galli monokultur, semakin menekan pertumbuhan dan produksi gulma E. crus-galli. Penurunan pertumbuhan dan produksi, baik pada padi maupun gulma E. crus-galli monokultur terjadi mulai populasi 2 tanaman per pot, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada perlakuan 4 tanaman per pot. Perlakuan 4 tanaman padi per pot mampu menurunkan bobot kering total per tanaman padi hingga 93.69% dibandingkan 1 padi per pot. Perlakuan 4 gulma per pot mampu menurunkan bobot kering per tanaman hingga 92.36% dibandingkan 1 gulma per pot. Lebih besarnya penurunan bobot kering per tanaman padi dari E. crus-galli menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik padi lebih besar dari E. crus-galli.

Pertumbuhan dan produksi padi pada pertanaman campuran paling tertekan pada proporsi 1 E. crus-galli dan 3 padi. Perlakuan ini menurunkan produksi padi 0.85% dibandingkan perlakuan 3 padi/pot dan 87.70% dibandingkan perlakuan 1 padi/pot. Pertumbuhan dan produksi gulma E.

crus-galli paling tertekan pada proporsi 3 E. crus-galli dan 1 padi. Berdasarkan nilai total hasil relatif, perlakuan 3 E. crus-galli dan 1 padi menunjukkan adanya kompetisi antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli.

Penelitian selanjutnya disarankan agar menggunakan varietas padi yang berbeda sehingga dapat diketahui apakah terdapat pengaruh dari varietas yang berbeda tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arma, M.J., J. Moenandir, H. T. Sebayang. 1997 Uji kompetisi antara paprika (Capsicum annuum var. Grossum) dengan rumput belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.). http://images.soemarno.multiply.com. [13 November 2009].

BPS. 2009. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Ramalan III 2009). http://www.bps.go.id [29 Desember 2009]. Baki, B.B., S. Suhaimi, and J. A. Munir. 1995. Path Analysis Of

Two Sympatric Graminoids (Echinochloa crus-galli sp.

Crus-galli (L.) Beauv. and Ischaemum rugosum Salisb.)

In Competition With Rice (Oryza sativa L. Var MR84). Proceeding 15th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. The Organizing Committee of The 15Th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Tsukuba. Vol I(B):549.

Frauke, R. 2007. Studi Kompetisi Beberapa Ekotipe Gulma

Echinochloa crus-galli Terhadap Tanaman Padi (Oryza

sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 50 hal.

Galinato, M.I., K. Moody dan C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Los Banos. 155 p.

Islam, F. Md., dan S.M. R. Karim. 2003. Effect of Population Density of Echinochloa crus-galli and Echinochloa colona on Rice. Proceedings Nineteenth Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Weed Science Society of the Philippines. Manila. Vol. 1:275-280. Lontoh, A. P. 1991. Studi Kompetisi antara Kencur (Kaempferia

galanga L.) dengan Jagung (Zea mays L.) Pada

Pertanaman Tumpangsari. Thesis. Fakultas Pascasarjana. IPB. Bogor. 152 hal.

Perera, K.K., P.G.Ayres, dan H.P.M. Gunasena. 2006. Root growth and the relative importance of root and shoot competition in interactions between rice (Oryza sativa)

and Echinochloa crus-galli. Weed Research 32: 67-76.

Purba, E. 2004. Respon padi terhadap kerapatan jajagoan (

Echinochloa crus-galli). http://unib.ac.id. [19 November 2008].

Gambar

Tabel 3. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap rata-rata Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun Tanaman Padi pada 8 MST
Tabel 10. Pengaruh Populasi Padi dan E.crus-galli terhadap Rata-rata Jumlah Anakan E.crus-galli
Gambar 1. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi kontrol, peubah-peubah yang diamati yaitu panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, tinggi tajuk tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot kering tajuk

Pada kondisi kontrol, peubah-peubah yang diamati yaitu panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, tinggi tajuk tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot kering tajuk

Gulma Echinochloa crus-galli merupakan gulma dominan pada padi sawah yang dapat menurunkan hasil produksi tanaman padi hingga 72% (Islam et al. 2003), memiliki daya

Pengamatan yang dilakukan di rumah kaca meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, stage daun, panjang daun, lebar daun, sudut daun, diameter batang, panjang ruas

Pengamatan yang dilakukan meliputi biomassa gulma total, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, indeks luas daun, saat heading , hari saat 50% populasi

Varietas Fatmawati mengalami penurunan jumlah anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada tingkat populasi gulma yang sama, sedangkan panjang

Varietas Fatmawati mengalami penurunan jumlah anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada tingkat populasi gulma yang sama, sedangkan panjang

Aksesi K6 yang memiliki potensi penghambatan plumula tinggi dan penghambatan radikula sedang menyebabkan penurunan jumlah daun, panjang dan lebar daun, jumlah anakan, panjang akar,