• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA

BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa

crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

OLEH

DWI ARI NOVIANTI A24051349

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA

BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa

crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

Dwi Ari Novianti A24051349

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

RINGKASAN

DWI ARI NOVIANTI. Studi Kompetisi Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif. (Dibimbing oleh DWI GUNTORO).

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia harus diimbangi dengan peningkatan produksi beras. Salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi beras adalah gulma. E. crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah. Gulma ini dapat menurunkan produksi tanaman padi.

Penelitian bertujuan untuk mempelajari studi kompetisi tanaman padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli dengan pendekatan parsial aditif. Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga Bogor, pada bulan April sampai Agustus 2009.

Percobaan disusun dalam rancangan kelompok lengkap teracak yang terdiri atas satu faktor, yaitu populasi E. crus-galli per pot yang terdiri atas sembilan taraf yaitu populasi 2 E. crus-galli per pot, 4 E. crus-galli per pot, 6 E.

crus-galli per pot, 8 E. crus-galli per pot, 1 padi tanpa gulma E. crus-galli

(kontrol), 1 padi dengan 2 E. crus-galli per pot, 1 padi dengan 4 E. crus-galli per pot, 1 padi dengan 6 E. crus-galli per pot, dan 1 padi dengan 8 gulma E. crus-galli per pot.

Parameter yang diamati pada tanaman padi dan gulma E. crus-galli meliputi tinggi, jumlah anakan, waktu keluarnya stage daun E. crus-galli, jumlah daun, panjang dan lebar daun, ukuran daun bendera, panjang akar, bobot kering biomassa, panjang malai, jumlah gabah dan biji E. crus-galli per malai, jumlah gabah dan biji E. crus-galli per pot, kepadatan malai, jumlah malai padi, bobot 100 butir gabah dan bobot 1000 butir biji E. crus-galli, produksi gabah, total hasil relatif, dan koefisien pendesakan.

Semakin tinggi populasi E. crus-galli, semakin menekan pertumbuhan

tinggi, jumlah anakan, jumlah dan ukuran daun, serta panjang akar padi. Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E. crus-galli mempengaruhi hampir seluruh peubah hasil padi baik bobot kering biomassa, jumlah gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Perlakuan 1 padi dengan 8 gulma E. crus-galli per pot mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibandingkan terhadap kontrol.

Semakin tinggi populasi E. crus-galli, waktu keluarnya stage daun E.

crus-galli semakin lambat, panjang malai, jumlah gabah per malai, dan kepadatan

malai E. crus-galli semakin menurun. Perlakuan populasi 2 E. crus-galli yang ditanam bersama padi menurunkan panjang akar E. crus-galli 29.6% dibandingkan terhadap perlakuan monokultur 2 E. crus-galli.

Nilai perhitungan total hasil relatif pada penelitian ini tidak cukup kuat menunjukkan kompetisi antara tanaman padi dan E. crus-galli. Namun, perhitungan dengan menggunakan koefisien pendesakan menunjukkan bahwa gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan tanaman padi.

(4)

Judul : STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

Nama : Dwi Ari Novianti NRP : A24051349

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Dwi Guntoro, SP, MSi) NIP: 19700829 199703 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP: 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Kasiman dan Ibu Tuti Susilawati.

Pengalaman pendidikan penulis diawali dari Sekolah Taman Kanak-Kanak di TK Dharma Putera, Bogor pada tahun 1992 dan mengenyam pendidikan sekolah dasar di SDN Pengadilan 1 Bogor hingga tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 4 Bogor pada tahun 2002 dan pada tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan menengah tingkat atas di SMAN 1 Bogor.

Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Mahasiswa IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Pengendalian Gulma pada tahun 2008 dan 2009.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul Studi Kompetisi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif ini disusun sebagai tugas akhir penulis dalam

menyelesaikan pendidikannya dan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari penyelesaian tulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dwi Guntoro, SP, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, dan kesabarannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. A. Pieter Lontoh, MS dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini.

3. DIKTI atas dana Hibah Bersaing Tahap II (2009) yang diperoleh oleh Tim Bapak Dwi Guntoro, SP, Msi.

4. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil. Kakak serta adik-adik atas doa dan dukungannya. 5. Bony Bahtera Adiguna Mulyono atas perhatian, kasih sayang, kesabaran,

serta dukungannya selama lima tahun ini.

6. Saudara seperjuangan, Arie dan Verdha yang selalu menemani, membantu, dan menyemangati. Diah, Ajeng, Meri, Yuyun, Isti, Eny, dan Winda atas kebersamaan dan persahabatan selama ini, serta teman-teman AGH 42.

Bogor, Januari 2010

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA ... 4 Echinochloa crus-galli ... 4

Morfologi Echinochloa crus-galli ... 4

Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli ... 5

Kompetisi Padi dengan Echinochloa crus-galli ... 6

Penetapan Kompetisi ... 7

BAHAN DAN METODE ... 11

Tempat dan Waktu... 11

Bahan dan Alat... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 12

Pengamatan ... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Kondisi Umum ... 16

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Tanaman Padi ... 16

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Echinochloa crus-galli .... 25

Penetapan Kompetisi ... 35

Pembahasan... 37

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(8)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Tinggi Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 17

2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli... 17

3. Jumlah Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli... 18

4. Panjang Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 18

5. Lebar Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 19

6. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 19

7. Panjang Akar Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E.crus- galli ... 20

8. Bobot Kering Tajuk Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .. 21

9. Bobot Kering Akar Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 21

10. Bobot Kering Malai Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .. 22

11. Bobot Kering Total Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 22

12. Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 23

13. Produksi Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 24

14. Tinggi E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 25

15. Jumlah Anakan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus- galli ... 26

16. Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 26

17. Jumlah Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli . 27

18. Panjang Daun E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli . 27

19. Lebar Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli .. 28

20. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 28

21. Panjang Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-galli . 29

22. Bobot Kering Tajuk E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 30

(9)

No. Halaman

Teks

23. Bobot Kering Akar E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus-

galli ... 30

24. Bobot Kering Malai E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 33

25. Bobot Kering Total E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E.crus- galli ... 34

26. Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Kepadatan Malai E.crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus- galli ... 34

27. Hasil Relatif Padi (HRP), Hasil Relatif E. crus-galli (HRE), dan Total Hasil Relatif (THR) pada Perlakuan Populasi E. crus- galli ... 35

28. Koefisien Pendesakan Padi dan E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 36

Lampiran 1. Hasil Analisis Media Tanam ... 49

2. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Padi ... 50

3. Analisis Ragam Jumlah Anakan Tanaman Padi ... 51

4. Analisis Ragam Jumlah Daun Tanaman Padi ... 53

5. Analisis Ragam Panjang Daun Tanaman Padi ... 54

6. Analisis Ragam Lebar Daun Tanaman Padi ... 55

7. Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi ... 56

8. Analisis Ragam Panjang Akar Tanaman Padi... 56

9. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Padi ... 57

10. Analisis Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Padi ... 57

11. Analisis Ragam Bobot Kering Malai Tanaman Padi ... 57

12. Analisis Ragam Bobot Kering Total Tanaman Padi ... 58

13. Analisis Ragam Panjang Malai Tanaman Padi ... 59

14. Analisis Ragam Jumlah Gabah Per Malai Tanaman Padi ... 59

(10)

No. Halaman

Teks

16. Analisis Ragam Kepadatan Malai Tanaman Padi ... 59

17. Analisis Ragam Jumlah Malai Tanaman Padi... 60

18. Analisis Ragam 100 Butir Gabah ... 60

19. Analisis Ragam Produksi Gabah ... 60

20. Analisis Ragam Tinggi Gulma E. crus-galli ... 61

21. Analisis Ragam Jumlah Anakan E. crus-galli ... 62

22. Analisis Ragam Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli ... 64

23. Analisis Ragam Jumlah Daun E. crus-galli ... 65

24. Analisis Ragam Panjang Daun E. crus-galli ... 66

25. Analisis Ragam Lebar Daun E. crus-galli ... 67

26. Analisis Ragam Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus- galli ... 68

27. Analisis Ragam Panjang Akar E. crus-galli ... 68

28. Analisis Ragam Bobot Kering Tajuk E. crus-galli ... 69

29. Analisis Ragam Bobot Kering Akar E. crus-galli ... 69

30. Analisis Ragam Bobot Kering Malai E. crus-galli ... 70

31. Analisis Ragam Bobot Kering Total E. crus-galli ... 70

32. Analisis Ragam Panjang Malai E. crus-galli ... 71

33. Analisis Ragam Jumlah Biji Per Malai E. crus-galli ... 71

34. Analisis Ragam Jumlah Biji Per Per Pot E. crus-galli ... 71

35. Analisis Ragam Kepadatan Malai E. crus-galli ... 71

36. Analisis Ragam Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli ... 72

37. Analisis Ragam Hasil Relatif Padi ... 72

38. Analisis Ragam Hasil Relatif E. crus-galli ... 72

39. Analisis Ragam Total Hasil Relatif ... 73

40. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan Padi terhadap E. crus- galli (KPPE) ... 74

41. Analisis Ragam Koefisien Pendesakan E. crus-galli terhadap Padi (KPEP) ... 74

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Diagram Seri Penggantian ... 9

2. Tajuk dan Akar Tanaman Padi pada Saat Panen ... 21

3. Bobot 100 Butir Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 24

4. Tajuk dan Akar Gulma E. crus-galli pada Saat Panen ... 31

5. Bobot Biomassa saat Panen: (a) Bobot Biomassa per Pot Padi dan E.crus-galli, (b) Bobot Biomassa per Individu E.crus-galli ... 31

6. Tajuk Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen... 32

7. Akar Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen... 32

8. Bobot 1000 Butir Biji E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli ... 35

9. Kurva Total Hasil Relatif (THR): (a) THR pada 4 MST, (b) THR pada 8 MST, (c) THR pada 18 MST ... 36

10. Koefisien Pendesakan Tanaman Padi dan E.crus-galli ... 37

Lampiran 1. Penempatan Tanaman Padi dan Gulma E. crus-galli pada Pot ... 76

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, karena lebih dari setengah penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya berdampak pada peningkatan kebutuhan pangan terutama beras. Oleh karena itu, masalah pangan dan ketahanan pangan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari komoditi beras. Beras memenuhi sekitar 45% dari total "food intake" atau sekitar 80 persen sumber karbohidrat utama dalam pola konsumsi masyarakat (Nurmalina, 2007).

Kedudukan beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras per kapita Indonesia masih tinggi. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan terus meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 5.7% per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar 52.8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025 diproyeksikan menjadi 65.9 juta ton GKG (Deptan, 2007).

Untuk mencukupi kebutuhan pangan, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan produksi beras agar Indonesia tidak selalu tergantung pada impor beras. Sementara itu, usaha untuk meningkatkan produksi beras dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras adalah gulma. Percobaan-percobaan di Lembaga Pusat Penelitian Pertanian menunjukkan bahwa gulma dapat menurunkan produksi padi sawah sebesar 17% dan padi gogo sebesar 40%. Hal ini disebabkan karena untuk memperoleh unsur-unsur hara, sinar matahari, air dan ruang tumbuh, tanaman padi mendapat persaingan dari gulma tersebut (Deptan, 1983). Gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman padi. Selain itu, gulma juga dapat mengurangi kualitas gabah, menutup saluran pemasukan dan pembuangan air irigasi, dan tentunya menambah biaya pemeliharaan tanaman padi. Gulma yang umum terdapat pada pertanaman padi sawah adalah Monochoria vaginalis,

(13)

Marsilea crenata, Cyperus difformis, Paspalum distichum, Echinochloa crus-galli

dan Leptochloa chinensis (Tjitrosemito, 1994).

Echinochloa crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada

lahan sawah. Gulma ini dapat menurunkan produksi tanaman padi sampai 72% (Lubigan dan Vega dalam Suardi dan Pane, 1983). Hasil penelitian di Indramayu,

E. crusgalli dapat mengakibatkan kehilangan hasil padi gogo hingga mencapai

90% (Pane et al., 2004). Ambang ekonomi dalam pengendalian E. crus-galli rendah, karena pada ratio 1 rumpun dari E. crus-galli tiap 4 rumpun padi, penurunan hasil pada padi sekitar 20.5% (Tjitrosemito, 1994). E. crus-galli yang berasal dari daerah yang berbeda memiliki daya kompetisi yang berbeda pula. Hal ini disebabkan E. crus-galli mempunyai daya adaptasi yang luas pada lingkungan yang bervariasi (Galinato et al., 1999).

Padi merupakan tanaman C3, sedangkan E. crus-galli ini termasuk tanaman C4. Tanaman berjalur C4 lebih efisien dalam menggunakan cahaya matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga tanaman atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan berkompetisi.

Kompetisi ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Kompetisi terjadi karena kedua belah pihak membutuhkan sarana tumbuh atau sumberdaya yang sama dan tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam lingkungan (Balandier et al., 2005). Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah adalah kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Semakin tinggi kepadatan gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi.

Kompetisi dapat diduga secara kuantitatif dan tingkat determinasi antara gulma dan tanaman dapat diduga dengan menggunakan pendekatan aditif dan dinamik yang dikembangkan oleh Spitters dan Van Den Berg (1982). Pendekatan parsial aditif merupakan tipe desain yang paling sederhana dari percobaan kompetisi, dimana tanaman pertama dijaga pada kepadatan yang konstan dan ditumbuhkan dalam kompetisi dengan beberapa tingkat kepadatan tanaman kedua. Desain ini digunakan untuk melihat pengaruh peningkatan kepadatan tanaman

(14)

dalam beberapa komponen pertumbuhan tanaman. Pendekatan parsial aditif biasa digunakan dalam percobaan pertanian untuk melihat pengaruh kepadatan gulma terhadap hasil tanaman budidaya (Buchanan et al. dalam Booth et al., 2003).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli dengan pendekatan parsial aditif.

Hipotesis

1. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pertumbuhan dan produksi tanaman padi semakin menurun.

2. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, pertumbuhan dan produksi gulma

E. crus-galli tersebut menurun.

3. Gulma E. crus-galli memiliki daya kompetisi yang lebih tinggi dari daya kompetisi tanaman padi.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Echinochloa crus-galli (L.) P. Beauv.

E. crus-galli merupakan suatu jenis rumput liar yang termasuk gulma

tahunan. E. crus-galli termasuk dalam kelas Poales, famili Poaceae (Galinato et

al., 1999). E. crus-galli berasal dari Eropa, juga ditemukan di Kanada selatan dari

Columbia timur, Britania ke Novia Scotia (Hitchchok, 1951). Galinato et al. (1999) menyatakan bahwa rumput E. crus-galli tersebar pada daerah tropis dan sub tropis di seluruh negara Asia Tenggara, Asia Selatan dan Australia. Rumput E. crus-galli memperbanyak diri secara generatif melalui biji. Tipe penyerbukan adalah penyerbukan silang. Biji E. crus-galli seringkali tercampur dengan benih padi serta bisa disebarkan oleh air irigasi, hewan, dan alat-alat pertanian (Itoh, 1991).

Sung et al. (1987) menyatakan bahwa E. crus-galli meliputi 2 varietas yaitu E. crus-galli var. crus-galli dan E. crus-galli var. oryzicola. Namun Kim (1994), mengemukakan bahwa spesies E. crus-galli terdiri atas tiga subspesies, yaitu E. crus-galli var. crus-galli, E. crus-galli var. praticola dan E. crus-galli var. formosensis. Gulma rumput ini tergolong tumbuhan C4, sedangkan padi C3, meskipun keduanya termasuk famili Poaceae/Gramineae. Tumbuhan C4 lebih efisien dalam menggunakan air maupun berfotosintesis sehingga daya saing tumbuhan C4 lebih tinggi dari tumbuhan C3.

E. crus-galli merupakan anggota paling penting dari genus Echinochloa

dan memiliki kemampuan berkembang yang pesat. Hal ini karena pertumbuhannya yang sangat cepat, kemampuan memproduksi benih yang tinggi, dormansi benih dan daya adaptasi yang tinggi pada kondisi lahan pertanian yang berbeda (Bahrendt dan Hanf, 1979).

Morfologi Echinochloa crus-galli

E. crus-galli merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan

batang kuat lurus dan berbentuk silindris dengan pith seperti spons putih di bagian dalamnya (Galinato et al., 1999). Tinggi gulma ini dapat mencapai 80-150 cm

(16)

atau 80 inci (Sung et al., 1987). Batang bercabang pada bagian dasarnya. Akarnya tebal dan berserat (Galinato et al., 1999).

Daun gulma ini memiliki ukuran panjang sampai 40 cm dan lebar 5 -15 mm, flat (kempes). Setiap daun memiliki pelepah daun memiliki panjang 9 -13 cm dan helaian daun dengan ukuran 5-65 cm x 6-22 mm, bersatu dengan pelepah, bentuk linear dengan dasar yang lebar dan melingkar, bagian ujungnya meruncing, berambut halus pada bagian dasarnya, dan permukaannya berwarna hijau (Fishel, 2000).

Perbungaan E. crus-galli terletak di ujung dan merunduk. Malainya memiliki panjang 5-21 cm dan terdiri dari 5-40 tandan. Perbungaan berbentuk piramid, berwarna hijau atau ungu tua. Stamen berjumlah 3 dengan anther yang berwarna kuning. Terdapat 2 putik dengan stigma berbulu, berwarna ungu, menonjol keluar di bawah ujung spikelet. Panjang spikelet 3-4 mm (Galinato et

al., 1999).

Buah pada gulma ini disebut caryopsis dengan bentuk lonjong dengan panjang 1.5-2 mm (Galinato et al., 1999). Bijinya berwarna coklat hingga kehitaman. Satu tanaman dapat menghasilkan biji sebanyak 40000 (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991).

Syarat Tumbuh Echinochloa crus-galli

Distribusi geografi E. crus-galli yaitu pada 50oLU - 40oLS (Azmi dan Baki, 1995). Gulma ini beradaptasi pada daerah yang berair dengan kelembaban tanah yang cukup tinggi 80% dari kapasitas tanah menahan air (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Pada tanah yang lebih kering pun E. crus-galli masih dapat tumbuh, namun pertumbuhannya lebih kecil dengan jumlah anakan yang lebih sedikit. Pertumbuhan E. crus-galli sangat baik pada tanah berpasir dan berlempung, terutama tanah memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Pertumbuhannya tidak dibatasi oleh pH tanah (Galinato et al., 1999).

Gulma E. crus-galli dapat tumbuh baik dengan temperatur tahunannya 14-16oC (Sung et al., 1987). Temperatur optimum untuk perkecambahan biji E.

(17)

crus-galli adalah 32-37oC dan akan menurun tajam di bawah suhu 10oC dan di atas 40oC (Galinato et al., 1999).

Untuk melengkapi siklus hidupnya, E. crus-galli membutuhkan waktu 42-64 hari. Fotoperiodisme mempengaruhi jumlah benih yang dorman dan intensitas dormansi tersebut. Benih akan langsung tumbuh setelah ditanam, akan tetapi sebagian lagi mengalami dormansi selama 4-48 bulan. Fotoperiodisme juga mengontrol pembungaan E. crus-galli. Pembungaan yang lebih cepat terjadi pada hari pendek dengan jumlah malai dan anakan yang juga lebih besar (Galinato et

al., 1999).

Tingkat kompetisi padi dengan E. crus-galli tergantung pada curah hujan, varietas padi, faktor tanah, populasi gulma E. crus-galli, lamanya pertumbuhan padi dan E.galli, serta umur tanaman ketika mulai bersaing dengan E.

crus-galli (Ampong-Nyarko dan De Datta, 1991). Menurut Fishel (2000), E. crus-crus-galli

merupakan jenis gulma pada pertanaman padi yang paling ganas di dunia. Lubigan dan Vega dalam Suardi dan Pane (1983) menyatakan bahwa penurunan produksi padi akibat E .crus-galli dapat mencapai 72%.

Kompetisi Padi dengan Echinochloa crus-galli

Menurut Tjitrosoedirdjo et al. (1984), kompetisi adalah salah satu corak hubungan antara spesies tumbuhan yang terjadi pada dua atau lebih individu tanaman. Kedua belah pihak tumbuhan akan dipengaruhi secara negatif karena hubungan tersebut. Sedangkan menurut Jolliffe dan Weigelt (2003), kompetisi didefinisikan sebagai permintaan sumberdaya yang sama oleh dua organisme atau lebih untuk memenuhi kebutuhannya, sementara lingkungannya tidak dapat menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang mencukupi dan berpengaruh terhadap kemampuan bertahan hidup, tumbuh dan berkembang biak.

Kompetisi dapat dibagi menjadi dua yaitu kompetisi interspesifik dan kompetisi intraspesifik. Kompetisi interspesifik adalah kompetisi antara tanaman dari spesies yang berbeda, sedangkan kompetisi intraspesifik adalah kompetisi antara tanaman dari spesies yang sama (Sastroutomo, 1990). Kompetisi yang berlangsung pada awal pertumbuhan dapat menurunkan kuantitas hasil,

(18)

sedangkan kompetisi yang terjadi saat menjelang panen akan menyebabkan penurunan kualitas hasil (Rice, 1974).

E.crus-galli melakukan kompetisi dengan tanaman padi dengan berbagai

macam cara. Yamamoto et al. (1999) menyatakan bahwa selama perkecambahan dan awal pertumbuhan, E.crus-galli menekan pertumbuhan beberapa tanaman pertanian termasuk padi dan E.crus-galli itu sendiri. Persaingan antara dua tumbuhan terjadi apabila salah satu dari tumbuhan tersebut telah mempengaruhi keadaan lingkungan sedemikian rupa sehingga menyebabkan salah satu faktor penting bagi kehidupan (unsur hara, air, cahaya, ruang tumbuh) salah satu atau kedua tumbuhan itu berada dalam keadaan kurang.

Sebagai tumbuhan, E.crus-galli juga memerlukan persyaratan tumbuh seperti halnya pada tanaman padi. E.crus-galli membutuhkan cahaya, nutrisi dan hara, ruang tumbuh, air, serta karbondioksida. Kompetisi akan unsur hara lebih hebat jika dibandingkan kompetisi untuk air, tetapi pada pertanaman padi jika kekurangan air akan mempengaruhi pertumbuhan padi secara keseluruhan. Kompetisi akan air antara tanaman padi dan gulma jika terjadi pada fase vegetatif akan mengakibatkan pembentukan anakan terhambat, sedangkan jika terjadi pada fase generatif maka akan mengakibatkan tingginya persentase biji hampa (Zimdahl, 1980 dan Sastroutomo, 1990).

E.crus-galli akan lebih kompetitif jika dibandingkan dengan tanaman padi

apabila dilihat dari segi penggunaan cahaya, karena berdasarkan jalur fotosintesisnya E.crus-galli termasuk tanaman C4 yang mempunyai aktivitas tinggi pada temperatur dan intensitas cahaya yang tinggi. Noda (1973) menyatakan bahwa karena E.crus-galli produksi bijinya yang sangat banyak dan pertumbuhannya yang menyerupai padi menyebabkan gulma ini menjadi masalah yang serius karena sulit dalam mengendalikannya.

Penetapan Kompetisi

Lawson (1982) menyatakan bahwa studi kompetisi antara tumbuhan dengan tumbuhan lain merupakan salah satu cara untuk melihat interaksi antara

(19)

keduanya. Peubah-peubah kompetisi dapat menunjukkan kejadian kompetisi dan tumbuhan yang lebih kompetitif dalam kompetisi.

Total Hasil Relatif (THR)

Nilai total hasil relatif diperoleh dari gabungan hasil relatif kedua tanaman (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982; Dekker, 1983). Rumus perhitungan total hasil relatif adalah sebagai berikut:

Yc1 = bobot kering tanaman 1 pada pertanaman campuran Yt1 = bobot kering tanaman 1 pada pertanaman tunggal Yc2 = bobot kering tanaman 2 pada pertanaman campuran Yt2 = bobot kering tanaman 2 pada pertanaman tunggal

Kelebihan dari pendekatan ini adalah dapat diketahui apakah terjadi kompetisi atau tidak, yang diketahui dari nilai THR yang diperoleh. Secara teoritis kemungkinan-kemungkinan interaksi dapat dikemukakan dalam diagram seri penggantian yang disajikan pada Gambar 1.

Nilai THR lebih dari satu menunjukkan tambahan sumberdaya yang tidak terukur, kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis atau interaksi positif di antara kedua tanaman. Artinya tidak terjadi kompetisi antar tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1(a) dan 1(b). Nilai THR kurang dari satu menunjukkan pengaruh negatif atau saling merugikan antara kedua tanaman karena sarana tumbuh atau sumberdaya yang terbatas. Hal ini disajikan pada Gambar 1(c). Nilai THR sama dengan 1 menunjukkan salah satu tanaman lebih dominan menguasai sarana tumbuh atau sumberdaya yang ada sehingga kompetisi terjadi. Hal ini ditunjukkan oleh Gambar 1(d) dan 1(e). Sedangkan pada Gambar 1(f) menunjukkan tidak terjadi kompetisi antar tanaman, dimana masing-masing tanaman masih tumbuh sendiri tanpa saling mengganggu atau mendominasi (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982).

2 2 1 1 Yt Yc Yt Yc THR 

(20)

THR THR THR (a) THR > 1 (b)THR > 1 (c) THR < 1 THR THR THR (d) THR = 1 (e) THR = 1 (f) THR = 1 Keterangan:

Sumbu absis menunjukkan tingkat populasi tanaman I atau II dari populasi 0 sampai dengan populasi tertinggi. Sumbu ordinat menunjukkan kurva hasil relatif tanaman I atau II dan kurva THR (De Wit, 1960; Spitters dan Van Den Bergh, 1982).

Gambar 1. Diagram Seri Penggantian

Koefisien Pendesakan

Koefisien pendesakan merupakan perbandingan rasio bobot kering pada pertanaman campuran dengan monokultur dari suatu spesies terhadap spesies lain. Koefisien pendesakan dapat menunjukkan kemampuan kompetisi suatu tanaman terhadap tanaman lain (De Wit, 1960). Koefisien pendesakan ditulis dalam persamaan sebagai berikut:

T BK T BK C BK C BK KP II I II I II I. 

KPI.II = koefisien pendesakan tanaman 1 terhadap tanaman 2

BKIC = bobot kering tanaman 1 dari pertanaman campuran

BKIIC = bobot kering tanaman 2 dari pertanaman campuran

BKIT = bobot kering tanaman 1 dari pertanaman tunggal

BKIIT = bobot kering tanaman 2 dari pertanaman tunggal 1 T H R 1 1 0 tanaman I 1 1 tanaman II 0 1 1 1

(21)

Persamaan di atas berlaku pula sebaliknya, yaitu koefisien pendesakan tanaman 2 terhadap tanaman 1. Perbandingan koefisien pendesakan antara kedua tanaman dapat menunjukkan koefisien pendesakan tanaman yang lebih tinggi menunjukkan tanaman yang lebih kompetitif. Nilai koefisien pendesakan lebih tinggi menunjukkan derajat kompetisi lebih besar.

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih gulma E.

crus-galli ekotipe Karawang, benih padi varietas IR64, GA3, alkohol, aquadest, pupuk

Urea, SP-18, KCl dan media tanam berupa tanah sawah jenis Latosol. Peralatan yang digunakan adalah alat budidaya, pot hitam, bak semai, meteran, timbangan, gelas ukur, oven, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan parsial aditif. Pendekatan aditif menggunakan perlakuan kepadatan gulma yang berbeda pada kepadatan padi yang sama. Pendekatan dinamik yang dilakukan hanya menggunakan gulma E. crus-galli yang ditanam secara monokultur dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu populasi gulma

E. crus-galli yang terdiri atas sembilan taraf, yaitu :

E2 = populasi 2 gulma E. crus-galli E4 = populasi 4 gulma E. crus-galli E6 = populasi 6 gulma E. crus-galli E8 = populasi 8 gulma E. crus-galli

E0P1 = populasi 0 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E2P1 = populasi 2 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E4P1 = populasi 4 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E6P1 = populasi 6 gulma E. crus-galli dengan 1 padi E8P1 = populasi 8 gulma E. crus-galli dengan 1 padi

(23)

Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 3 pot, 1 pot untuk pengamatan dan 2 pot untuk panen destruktif pada 4 dan 8 minggu setelah tanam (MST), sehingga keseluruhan unit percobaan terdiri atas 81 pot. Model aditif linear untuk rancangan yang diajukan adalah :

Yij = µ + ai + bj + εij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j

µ = Nilai tengah umum

ai = Pengaruh perlakuan ke-i (i=1,2,3,4,5,6,7,8,9)

bj = Pengaruh kelompok ke-j (j=1,2,3)

εij = Pengaruh galat percobaan

Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Tanam

Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang berasal dari Kebun Percobaan Sawah Baru, Dramaga Bogor. Tanah dikeringanginkan terlebih dahulu, kemudian dihaluskan, dan diaduk secara merata. Tanah kering udara tersebut dimasukkan ke dalam pot ember sebanyak 9 kg/ember dan dilumpurkan.

Penanaman

Benih padi varietas IR64 direndam terlebih dahulu di dalam air selama semalam sebelum disemai. Benih gulma E. crus-galli yang akan disemai, terlebih dahulu direndam selama 48 jam dengan menggunakan larutan GA3 500 ppm. Padi

(24)

dan gulma E. crus-galli yang berumur 14 hari setelah semai dipindah tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan secara bersamaan.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharan meliputi pemupukan, penyiraman tanaman, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit, serta penyiangan gulma selain E.

crus-galli. Pemupukan dilakukan dengan dosis pupuk Urea 300 kg/ha, SP-18 200

kg/ha, dan KCl 200 kg/ha. Dosis pupuk tersebut dikonversikan berdasarkan bobot tanah per pot, sehingga dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot, SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada 8 MST. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian genangan 3 cm. Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Pengendalian hama burung dilakukan dengan pemasangan paranet dan pemasangan sungkup penutup malai pada saat malai gulma E.

crus-galli dan padi telah keluar. Pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprot

pestisida dan membuang bagian tanaman yang terserang. Pengendalian gulma selain E. crus-galli dilakukan dengan mencabut gulma selain E. crus-galli secara manual.

Panen

Pada 4 dan 8 MST dilakukan panen destruktif dengan memanen tanaman yang sudah disiapkan untuk destruksi. Panen dilakukan pada saat 95% malai padi sudah menguning dan apabila diremas 30% gabahnya sudah rontok. Sedangkan khusus untuk malai gulma E. crus-galli, pemanenan dilakukan berdasarkan waktu masaknya biji yaitu ketika biji E. crus-galli sudah mulai rontok.

Pengamatan

Parameter yang diamati pada tanaman padi dan E. crus-galli meliputi: 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan media pot sampai ujung daun

yang terpanjang. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 1 MST sampai tanaman memasuki fase generatif.

(25)

2. Jumlah anakan, diukur dengan menghitung jumlah batang yang terpisah. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai panen.

3. Jumlah daun, diamati dengan menghitung jumlah daun yang masih hijau dan telah membuka. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai memasuki fase generatif.

4. Waktu keluarnya stage daun E. crus-galli (MST), mengamati waktu yang dibutuhkan gulma E. crus-galli untuk mengeluarkan daun baru. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak stage daun pertama sampai stage daun ke tujuh.

5. Panjang dan lebar daun (cm), yang diamati adalah daun ketiga dari atas. Panjang daun diamati dengan mengukur dari bagian dasar sampai ujung daun. Sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak 3 MST sampai memasuki fase generatif. 6. Panjang dan lebar daun bendera (cm), daun yang diamati adalah daun bendera

yang terletak paling dekat dan tegak lurus dengan malai. Panjang daun diamati dengan mengukur dari bagian dasar sampai ujung daun. Sedangkan lebar daun diukur pada bagian tengah daun. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

7. Luas daun bendera (cm2), diukur dengan menggunakan metode gravimetri. Pengamatan dilakukan saat panen.

8. Biomassa padi (gram), diukur dengan menimbang bobot kering bagian tajuk, akar, malai, dan bobot kering total. Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, dan saat panen.

9. Panjang akar (cm), diamati dengan cara mengukur panjang akar yang paling panjang. Pengamatan dilakukan pada 4 MST, 8 MST, dan saat panen.

10. Panjang malai (cm), diukur dari dasar malai sampai ujung malai. Pengamatan dilakukan saat panen

11. Jumlah biji E.crus-galli dan gabah/malai, dihitung jumlah biji E.crus-galli dan gabah yang terdapat pada malai. Pengamatan dilakukan pada saat panen. 12. Jumlah biji E.crus-galli dan gabah/pot, dihitung jumlah biji E.crus-galli dan

(26)

13. Kepadatan malai (biji/cm), diamati dengan cara membandingkan antara jumlah biji/malai dengan panjang malai. Pengamatan dilakukan saat panen. 14. Jumlah malai, diamati dengan cara menghitung jumlah malai yang dihasilkan

tanaman padi. Pengamatan dilakukan saat panen.

15. Produksi gabah, diamati dengan cara menimbang bobot gabah isi, bobot gabah hampa, bobot gabah total dan persentase bobot gabah hampa padi. Pengamatan dilakukan saat panen.

16. Bobot 100 butir gabah padi, dengan menimbang bobot 100 butir gabah pada saat panen.

17. Bobot 1000 butir biji gulma E.crus-galli, dengan menimbang bobot 1000 biji gulma pada saat panen.

18. Total hasil relatif (THR), dihitung dengan menggabungkan antara hasil relatif tanaman 1 dengan hasil relatif tanaman 2. Rumus perhitungan total hasil relatif adalah sebagai berikut:

2 2 1 1 Yt Yc Yt Yc THR 

Yc1 = bobot kering per pot tanaman 1 pada pertanaman campuran Yt1 = bobot kering per pot tanaman 1 pada pertanaman tunggal Yc2 = bobot kering per pot tanaman 2 pada pertanaman campuran Yt2 = bobot kering per pot tanaman 2 pada pertanaman tunggal

19. Koefisien pendesakan (KP), dihitung dengan membandingkan bobot kering tanaman pada pertanaman campuran dengan pertanaman tunggal. Rumus perhitungan koefisien pendesakan adalah sebagai berikut:

T BK T BK C BK C BK KP II I II I II I. 

KPI.II = koefisien pendesakan tanaman 1 terhadap tanaman 2

BKIC = bobot kering per pot tanaman 1 dari pertanaman campuran

BKIIC = bobot kering per pot tanaman 2 dari pertanaman campuran

BKIT = bobot kering per pot tanaman 1 dari pertanaman tunggal

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Suhu rata-rata siang hari antara pukul 11.00-13.00 WIB di rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata (RH) 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik (3.52%) tergolong tinggi dan kandungan N (0.24%) tergolong sedang. Tekstur tanah dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15.2 : 31.5 : 53.3 (Tabel Lampiran 1). Tanah yang masam ini dapat ditolerir oleh tanaman padi karena padi merupakan tanaman yang dapat beradaptasi dengan tanah masam.

Gulma E. crus-galli dan tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan penyakit. Hama yang mulai menyerang ketika E.

crus-galli dan padi dalam persemaian adalah burung. Burung juga menyerang E. crus-galli dan padi pada fase generatif dengan memakan biji-biji E. crus-galli dan

padi yang terdapat pada malai. Pengendaliannya dilakukan dengan memasang sungkup kain kasa menutupi malai gulma dan padi. Hama lain menyerang E.

crus-galli dan padi adalah ulat dan wereng. Gulma lain selain E. crus-crus-galli yang

tumbuh di pot adalah Fimbristylis litolaris.

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Tanaman Padi Tinggi Tanaman

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST (Tabel Lampiran 2). Pada umur tanaman 3 MST, perlakuan E4P1 dan E6P1 menurunkan tinggi tanaman padi sebesar 14.60% terhadap perlakuan tanpa E.

crus-galli. Sedangkan pada akhir pengamatan, perlakuan E0P1 menghasilkan

tinggi tanaman tertinggi mencapai 91.00 cm dan yang terendah adalah perlakuan E8P1 mencapai 84.80 cm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi gulma E. crus-galli, semakin menekan pertumbuhan tinggi tanaman padi.

(28)

Tabel 1. Tinggi Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi Tinggi Tanaman 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST --- (cm) --- E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 23.20 23.69 21.71 21.42 22.96 36.24 36.91 33.10 35.34 34.73 53.29a 50.88ab 45.51b 45.51b 46.79b 64.14 60.53 57.14 57.52 56.28 72.12 70.67 63.92 64.37 62.57 77.80 74.73 71.40 70.13 70.40 83.07 81.73 74.62 77.58 76.88 86.17 84.60 81.82 83.47 81.42 91.00 86.10 86.00 87.30 84.80

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Anakan

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi pada 4, 5, 7 dan 8 MST (Tabel Lampiran 3). Perlakuan E2P1 menunjukkan jumlah anakan tertinggi, sedangkan perlakuan E6P1 dan E8P1 menghasilkan jumlah anakan terendah pada 4 MST. Perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi sebesar 52% terhadap kontrol pada 8 MST (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah Anakan Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Populasi Jumlah Anakan 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST 14MST 16MST E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.6b 1.0a 0.2c 0.1c 0.1c 2.5 2.5 2.0 2.3 1.5 4.2a 3.7ab 3.2a-c 2.7bc 2.0c 3.7 3.0 3.0 2.3 2.0 3.7 3.0 3.0 2.3 2.0 3.7 3.0 3.7 2.3 2.0 4.0 3.7 3.0 3.3 2.5

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Daun

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi pada 8 MST (Tabel Lampiran 4). Perlakuan padi tanpa E. crus-galli menghasilkan jumlah daun tertinggi. Peningkatan populasi E. crus-galli menyebabkan jumlah daun tanaman padi semakin menurun. Tabel 3 menunjukkan bahwa populasi 2 gulma E. crus-galli menurunkan jumlah daun tanaman padi sebesar 4.86% pada awal pengamatan dan 33.80% pada akhir pengamatan dibandingkan terhadap kontrol.

Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk daun, selanjutnya

(29)

ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 9 MST.

Tabel 3. Jumlah Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Populasi Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10MST E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 7.0 6.7 6.0 6.0 5.7 8.3 8.2 6.6 6.0 6.1 10.2 9.5 8.7 8.7 7.5 15.7 14.3 13.0 12.3 11.0 19.0 18.8 17.3 15.5 13.2 25.0a 22.7ab 20.5a-c 18.3bc 15.7c 22.0 19.3 19.3 17.7 14.7 23.7 19.3 19.3 18.3 15.7

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang Daun

Populasi E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang daun tanaman padi (Tabel Lampiran 5). Tabel 4 menunjukkan pada 10 MST, perlakuan kontrol menghasilkan panjang daun terpanjang dan perlakuan populasi 8 E. crus-galli menghasilkan panjang daun terpendek.

Penurunan panjang daun pada tiap perlakuan terjadi pada 10 MST. Hal ini diduga tanaman padi sudah memasuki fase generatif sehingga unsur nitrogen lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan malai.

Tabel 4. Panjang Daun Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan

Populasi

Panjang Daun Padi

3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST --- (cm) --- E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 28.71 27.69 24.43 25.03 26.76 37.84 35.74 33.08 32.69 32.76 45.50 43.85 41.70 41.37 39.67 48.92 49.43 46.20 45.50 44.05 52.73 51.35 48.33 46.83 45.85 56.70 51.85 51.73 51.48 51.13 58.87 56.47 56.30 54.13 54.60 57.37 55.00 55.63 53.23 50.50 Lebar Daun

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap lebar daun tanaman padi pada 4 dan 8 MST (Tabel Lampiran 6). Perlakuan kontrol menghasilkan lebar daun tertinggi mencapai 0.69 cm, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan lebar daun terendah mencapai 0.51 cm pada 4 MST. Perlakuan kontrol

(30)

menunjukkan lebar daun tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali dengan perlakuan E6P1 pada 8 MST (Tabel 5).

Tabel 5. Lebar Daun Padi pada Perlakuan Populasi Gulma E. crus-galli

Perlakuan Populasi Lebar Daun 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10MST --- (cm) --- E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.52 0.53 0.45 0.43 0.47 0.69a 0.67ab 0.56bc 0.56bc 0.51c 0.87 0.81 0.76 0.73 0.67 0.93 0.94 0.86 0.85 0.77 1.00 1.03 0.93 0.90 0.88 1.08a 0.96b 0.92b 0.98ab 0.92b 1.03 1.07 1.03 1.07 0.98 1.03 1.03 1.07 1.03 0.95

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera

Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang, lebar, dan luas daun bendera tanaman padi (Tabel Lampiran 7). Nilai rata-rata panjang daun bendera tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol. Perlakuan E2P1 menekan panjang daun bendera sebesar 18.15% terhadap kontrol. Luas daun bendera pada perlakuan kontrol dan E2P1 menghasilkan luas daun bendera tertinggi yakni mencapai 35.60 cm2, sedangkan perlakuan E4P1 menghasilkan luas daun bendera terendah mencapai 20.75 cm2 (Tabel 6).

Tabel 6. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E.crus-galli

Perlakuan Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera

Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)

E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 32.90 26.93 27.53 29.97 28.33 1.00 0.97 1.10 1.08 0.90 35.60 35.60 20.75 23.64 28.38 Panjang Akar

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar tanaman padi pada 8 MST dan saat panen (Tabel Lampiran 8). Tabel 7 menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi gulma, semakin pendek akar yang dihasilkan. Perlakuan E4P1 menghasilkan panjang akar terpanjang mencapai 44.00 cm,

(31)

sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang akar terpendek mencapai 27.60 cm pada 8 MST. Perlakuan E8P1 menurunkan panjang akar padi sebesar 36.9% terhadap kontrol saat panen.

Tabel 7. Panjang Akar Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E.

crus-galli Perlakuan Populasi Panjang Akar 4 MST 8 MST 18 MST --- (cm) ---E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 17.93 20.83 21.93 17.53 17.20 33.17b 34.77ab 44.00a 29.67b 27.60b 43.40a 43.30a 41.97a 28.73b 27.40b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Tajuk

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk padi pada 4 dan 8 MST (Tabel Lampiran 9). Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan bobot kering tajuk terendah pada 4 dan 8 MST (Tabel 8). Perlakuan populasi 8 E. crus-galli menurunkan bobot kering tajuk padi sebesar 70.8% pada 4 MST, 49.7% pada 8 MST, dan 28.7% pada saat panen terhadap kontrol. Keragaan tajuk padi saat panen disajikan pada Gambar 2.

Tabel 8. Bobot Kering Tajuk Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan

Populasi

Bobot Kering Tajuk

4 MST 8 MST Panen --- (gram/pot) ---E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.89a 0.56b 0.31bc 0.27c 0.26c 7.78a 5.49ab 4.64b 4.55b 3.91b 8.54 9.27 7.54 5.27 6.09

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

(32)

Bobot Kering Akar

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering akar tanaman padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 10). Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot kering akar tertinggi, sedangkan perlakuan E6P1 menghasilkan bobot kering akar terendah (Tabel 9). Keragaan akar padi saat panen disajikan pada Gambar 2.

Tabel 9. Bobot Kering Akar Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan

Populasi

Bobot Kering Akar

4 MST 8 MST Panen --- (gram/pot) ---E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.50a 0.40ab 0.41ab 0.25bc 0.15c 9.51 10.22 8.28 6.22 8.40 9.51 9.08 6.85 6.46 8.39

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Gambar 2. Tajuk dan Akar Tanaman Padi pada Saat Panen

Bobot Kering Malai

Populasi E. crus-galli berpengaruh erhadap bobot kering malai tanaman padi (Tabel Lampiran 11). Bobot kering malai tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan tanpa gulma yakni mencapai 4.36 g/pot dan yang terendah perlakuan E8P1 mencapai 1.73 g/pot.

(33)

Tabel 10. Bobot Kering Malai Padi pada Perlakuan Populasi E.crus-galli Perlakuan Populasi Bobot Kering Malai saat Panen

---(gram/pot) ---E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 4.36a 2.68b 2.48bc 2.06bc 1.73c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Total

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering total padi pada 4 MST (Tabel Lampiran 12). Bobot kering total tertinggi pada 4 MST ditunjukkan oleh perlakuan kontrol dan terendah ditunjukkan oleh perlakuan 8 gulma E. crus-galli (Tabel 11).

Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh negatif terhadap bobot kering total tanaman padi. Semakin tinggi populasi E. crus-galli, bobot kering total tanaman padi yang dihasilkan semakin menurun. Penurunan bobot kering terbesar saat panen dihasilkan oleh perlakuan populasi 6 gulma E. crus-galli yang menurunkan bobot kering total padi sebesar 34.6% dibandingkan terhadap kontrol.

Tabel 11. Bobot Kering Total Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan

Populasi

Bobot Kering Total

4 MST 8 MST Panen --- (gram) ---E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 1.39a 0.96b 0.72bc 0.52c 0.41c 17.29 15.71 12.93 10.77 12.31 21.07 21.03 16.87 13.78 16.22

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

(34)

Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai

Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang malai tanaman padi (Tabel Lampiran 13). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Frauke (2007) yang menyatakan bahwa perlakuan ekotipe E. crus-galli dan populasinya tidak berpengaruh terhadap panjang malai padi. Hasil penelitian Tobing dan Chozin (1980) juga menunjukkan bahwa rata-rata panjang malai pada perlakuan penyiangan gulma dan kontrol tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi E. crus-galli terhadap tanaman padi tidak menekan pertumbuhan panjang malai.

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah gabah per pot dan jumlah malai, namun tidak berpengaruh terhadap jumlah gabah per malai dan kepadatan malai tanaman padi (Tabel Lampiran 14 sampai 17). Perlakuan kontrol menghasilkan bobot gabah per pot tertinggi yakni mencapai 468 butir/pot (Tabel 12).

Tabel 12. Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot, dan Kepadatan Malai, dan Jumlah Malai Tanaman Padi pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Panjang

Malai

Jumlah Gabah Kepadatan

Malai

Jumlah Malai

Per Malai Per Pot

(cm) ---butir--- (butir/cm) E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 21.17 20.54 19.10 18.24 18.30 73.2 68.4 61.4 57.8 52.4 468a 370ab 237c 325bc 237c 3.4 3.3 3.1 3.1 2.8 6.3a 4.7b 4.0b 3.7b 4.7b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut

DMRT taraf 5%

Bobot 100 Butir Gabah

Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap bobot 100 butir gabah (Tabel Lampiran 18). Gambar 3 menunjukkan bahwa bobot gabah tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E2P1, sedangkan bobot gabah terendah ditunjukkan oleh perlakuan E8P1. Menurut Tobing dan Chozin (1980), rata-rata bobot 100

(35)

butir gabah isi dengan perlakuan penyiangan gulma dan tanpa penyiangan gulma tidak berbeda nyata.

Gambar 3. Bobot 100 Butir Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Produksi Gabah

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap terhadap bobot gabah isi, bobot gabah total, dan persentase bobot gabah hampa, namun tidak berpengaruh terhadap bobot gabah hampa (Tabel Lampiran 19).

Perlakuan E0P1 menghasilkan bobot gabah isi dan bobot gabah total tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan E8P1 menurunkan bobot gabah total sebesar 77.8% dibandingkan terhadap kontrol. Bobot gabah hampa tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E4P1, namun persentase gabah hampa tertinggi terdapat pada perlakuan E8P1 mencapai 72.78% (Tabel 13).

Tabel 13. Produksi Gabah pada Perlakuan Populasi Gulma E. crus-galli

Perlakuan Bobot Gabah Persentase

Gabah Hampa

Isi Hampa Total

--- (gram/pot) --- % (w/w) E0P1 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 3.43a 1.22b 0.48cd 0.76bc 0.24d 0.62 0.83 0.90 0.74 0.67 4.06a 2.04b 1.38b 1.50b 0.90b 14.85d 39.81c 63.97ab 51.23bc 72.78a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut

(36)

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Gulma E. crus-galli Tinggi Tanaman

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi E. crus-galli pada 4 dan 9 MST (Tabel Lampiran 20). Secara umum, tinggi gulma pada perlakuan populasi monokultur tidak berbeda nyata dengan tinggi gulma pada perlakuan populasi campuran dengan padi.

Tabel 14 menunjukkan perlakuan E2 menghasilkan tinggi E. crus-galli tertinggi yakni mencapai 137.63 cm, sedangkan perlakuan E8P1 menghasilkan tinggi E. crus-galli terendah yaitu 89.30 cm. Perlakuan campuran dengan padi menurunkan tinggi E. crus-galli sebesar 12% pada E2P1, 8% pada E4P1, 17% pada E8P1 terhadap perlakuan monokulturnya. Perlakuan E6P1 menghasilkan tinggi E. crus-galli 3.16% lebih tinggi dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya.

Tabel 14. Tinggi E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Populasi Tinggi Tanaman 1MST 2MST 3MST 4 MST 5MST 6MST 7MST 8 MST 9MST --- (cm) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 12.42 12.93 12.90 14.84 13.29 13.71 14.03 13.64 22.51 21.05 23.80 22.93 24.58 22.09 25.15 19.89 39.88 33.90 38.05 36.14 41.04 36.75 39.70 32.21 52.95a 44.88cd 48.37a-c 44.61cd 52.33ab 45.71b-d 49.71a-c 40.39d 68.88 55.19 56.26 53.09 61.63 53.82 59.82 48.61 81.03 68.73 66.37 63.95 74.18 68.50 75.86 59.87 99.05 86.40 79.51 76.78 90.85 80.76 88.56 71.22 115.80 100.02 97.00 86.88 106.40 98.28 103.68 82.13 137.63a 128.20ab 117.17ab 107.28bc 120.88ab 118.24ab 120.87ab 89.30c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut

DMRT taraf 5%

Jumlah Anakan

Populasi gulma E. galli berpengaruh terhadap jumlah anakan E.

crus-galli pada 6, 7, 9 hingga 17 MST (Tabel Lampiran 21). Perlakuan E2P1

menghasilkan jumlah anakan E. crus-galli tertinggi yakni mencapai 11.3 dan rata-rata jumlah anakan E. crus-galli terendah dihasilkan oleh perlakuan E8P1 mencapai 4.3 anakan pada 16 MST (Tabel 15).

(37)

Tabel 15. Jumlah Anakan E. galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi Jumlah Anakan 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST 14MST 16MST E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.8a 0.3b 0.1b 0.0b 0.3b 0.1b 0.0b 0.0b 0.9 0.6 0.3 0.3 0.8 0.6 0.7 0.3 2.5a 1.3a-c 1.0bc 0.9bc 2.3a 1.8a-c 1.9ab 0.5c 4.0a 2.2bc 2.3bc 1.9c 4.5a 4.0a 3.5ab 1.3c 7.5a 4.5bc 4.7bc 4.0bc 7.8a 7.0a 6.1ab 2.8c 10.0ab 6.1bc 7.6ac 6.2bc 11.3a 11.2a 9.8ab 4.3c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada

uji lanjut DMRT taraf 5%

Waktu Keluarnya Stage Daun

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap waktu keluarnya stage daun E. crus-galli pada stage daun ke-3, 5, 6, dan 7 (Tabel Lampiran 22). Stage daun ke-3 E. crus-galli pada perlakuan populasi sebanyak 8 per pot secara monokultur membutuhkan waktu yang paling lama untuk keluarnya stage daun. Secara umum, waktu keluarnya stage daun E. crus-galli yang ditanam bersama padi tidak berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, kecuali perlakuan E2P1 yang berbeda nyata dengan perlakuan E2 pada stage daun ke-3 (Tabel 16).

Tabel 16. Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli Perlakuan Populasi Stage Daun 1 2 3 4 5 6 7 --- (MST) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 1.0 1.3 1.3 1.0 1.3 1.3 1.3 1.0 1.3 1.3 1.3 1.3 1.0 1.3 1.3 1.0 2.0b 2.7ab 3.0a 3.5a 2.8a 3.3a 3.0a 3.2a 3.2 4.7 4.5 5.3 3.8 4.7 3.8 5.7 4.3c 5.7a-c 6.0ab 6.5a 5.0bc 5.7a-c 5.5a-c 6.8a 5.5c 6.5a-c 7.3ab 8.0a 6.2bc 6.8a-c 6.8a-c 8.0a 6.7c 7.2bc 8.5ab 9.5a 7.5bc 7.5bc 7.8bc 8.7ab

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Daun

Populasi gulma E. galli berpengaruh terhadap jumlah daun E.

crus-galli pada 4, 8 hingga 10 MST (Tabel Lampiran 23). Jumlah daun E. crus-crus-galli

(38)

ditanam bersama padi pada 8 dan 10 MST. Namun pada 9 MST, perlakuan E6 menghasilkan jumlah daun E. crus-galli yang berbeda nyata dengan E6P1 (Tabel 17).

Tabel 17. Jumlah Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Populasi Jumlah Daun 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 5.3 4.9 4.8 4.6 5.3 4.8 5.0 4.4 5.8a 4.6b 4.6b 4.1b 5.0ab 4.6b 4.7b 4.1b 6.8 6.2 5.6 4.9 6.2 5.5 5.6 4.9 8.0 6.3 5.4 5.2 6.8 6.4 6.3 5.3 9.8 8.5 6.9 6.4 7.8 7.6 7.9 6.6 11.3a 9.8ab 7.6b-d 7.3d 9.7a-c 9.1a-d 9.4a-d 7.5cd 13.7a 11.2bc 9.0cd 9.0cd 13.5ab 12.2ab 11.6ab 7.5d 13.8a 10.7bc 9.1cd 7.8de 12.3ab 12.3ab 11.1bc 6.2e Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang Daun

Populasi gulma E. galli berpengaruh terhadap panjang daun E.

crus-galli pada 4 hingga 6 MST (Tabel Lampiran 24). Perlakuan E2 menghasilkan

panjang daun terpanjang dan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang daun terpendek pada 4 hingga 7 MST dan 9 MST (Tabel 18).

Tabel 18. Panjang Daun E. galli pada Perlakuan Populasi E.

crus-galli Perlakuan Populasi Panjang Daun 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST 10MST --- (cm) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 19.22 16.64 17.46 16.61 19.67 16.84 18.88 13.55 30.93a 24.76bc 26.47a-c 22.95c 29.37ab 26.97a-c 27.69a-c 22.07c 40.29a 31.33c 34.55a-c 31.99c 38.77ab 33.07bc 35.08a-c 28.68c 46.14a 36.68b 40.09ab 37.38b 39.29ab 35.86b 41.02ab 33.55b 43.59 39.40 40.56 39.39 43.47 38.41 42.24 38.30 38.07 38.51 36.30 37.61 41.58 38.45 39.43 37.35 43.83 40.88 37.42 38.71 40.22 38.40 43.02 34.88 35.40 39.78 34.41 36.75 37.88 35.43 40.58 30.54 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut

DMRT taraf 5%

Lebar Daun

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap lebar daun E. crus-galli pada 4 hingga 10 MST (Tabel Lampiran 25). Perlakuan E2P1 pada 3 MST menghasilkan lebar daun tertinggi. Perlakuan E2 menghasilkan lebar daun

(39)

tertinggi pada 4 hingga 10 MST (Tabel 19). Secara umum, perlakuan populasi E.

crus-galli yang ditanam secara monokultur menghasilkan lebar daun E. crus-galli

yang tidak berbeda nyata dengan lebar daun E. crus-galli pada perlakuan gulma yang ditanam bersama padi, kecuali pada 6 dan 10 MST.

Tabel 19. Lebar Daun E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Populasi Lebar Daun 3 MST 4 MST 5MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST --- (cm) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.37 0.29 0.30 0.30 0.38 0.32 0.32 0.27 0.68a 0.48bc 0.51bc 0.43c 0.58ab 0.52bc 0.53bc 0.41c 0.93a 0.68cd 0.75bc 0.62cd 0.58ab 0.70cd 0.76bc 0.57d 1.23a 0.86bc 0.92bc 0.78bc 1.01b 0.85bc 0.99bc 0.75c 1.28a 1.05bc 1.00bc 0.95bc 1.13ab 0.99bc 1.11ab 0.88c 1.39a 1.14bc 1.09bc 1.03bc 1.18a-c 1.09bc 1.21ab 0.98c 1.50a 1.48a 1.24ab 1.16b 1.29ab 1.23ab 1.29ab 1.04b 1.57a 1.45ab 1.18c 1.16c 1.24bc 1.18c 1.26bc 1.02c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera

Populasi gulma E. crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang, lebar, dan luas daun bendera E. crus-galli (Tabel Lampiran 26). Perlakuan populasi 8 E.

galli yang ditanam bersama padi menurunkan panjang daun bendera E. crus-galli sebesar 19.66% dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya (Tabel 20).

Tabel 20. Panjang, Lebar, dan Luas Daun Bendera E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E. crus-galli

Perlakuan Ukuran Daun Bendera

Panjang (cm) Lebar (cm) Luas (cm2)

E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 17.97 18.89 18.41 19.58 17.85 19.52 19.69 15.73 0.85 0.88 0.86 0.81 0.65 0.83 0.87 0.71 11.37 11.95 11.73 11.10 9.01 11.77 12.67 8.14

(40)

Panjang Akar

Populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar E. crus-galli pada saat panen (Tabel Lampiran 27), dimana perlakuan E2 menghasilkan panjang akar terpanjang mencapai 46.62 cm dan perlakuan E8P1 menghasilkan panjang akar terpendek mencapai 25.42 cm (Tabel 21). Secara umum, panjang akar dari E. crus-galli yang ditanam bersama padi tidak berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya, kecuali pada perlakuan E2P1 yang berbeda nyata dengan perlakuan monokulturnya.

Tabel 21. Panjang Akar E. galli pada Perlakuan Populasi E.

crus-galli

Perlakuan Populasi

Panjang Akar Terpanjang

4 MST 8 MST 18 MST --- (gram/pot) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 16.90 19.33 16.50 16.07 16.65 15.13 17.02 16.01 38.25 28.42 30.33 25.47 30.22 24.55 24.87 25.75 46.62a 29.86b 32.67b 29.67b 32.38b 27.06b 28.23b 25.42b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Tajuk

Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk

E. crus-galli pada 4 MST hingga panen (Tabel Lampiran 28). Saat panen, bobot

kering tajuk E. crus-galli tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan E8 sebesar 15.51 g/pot dan yang terendah ditunjukkan oleh perlakuan E2P1 sebesar 6.46 g/pot (Tabel 22). Bobot kering tajuk E. crus-galli yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan bobot kering tajuk E. crus-galli yang ditanam bersama padi. Perlakuan populasi 8 E. crus-galli yang ditanam bersama padi dapat menurunkan bobot kering tajuk E. crus-galli sebesar 37% dibandingkan monokulturnya. Keragaan tajuk E. crus-galli disajikan pada Gambar 4.

(41)

Tabel 22. Bobot Kering Tajuk E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E.

crus-galli

Perlakuan Populasi

Bobot Kering Tajuk

4 MST 8 MST Panen --- (gram/pot) --- E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.47c 0.57bc 1.02a 0.97ab 0.56bc 0.82a-c 1.08a 0.76a-c 5.87b-d 3.22d 7.94a-c 7.38a-d 3.70d 5.30cd 9.70ab 10.34a 8.82bc 12.69a-c 14.68ab 15.51ab 6.46c 13.37a-c 17.38a 9.77bc

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Akar

Perlakuan populasi E. crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering akar

E. crus-galli pada 4 MST hingga panen (Tabel Lampiran 29). Perlakuan E6

menghasilkan bobot kering akar E. crus-galli tertinggi dan yang terendah dihasilkan oleh perlakuan E2P1 pada saat panen (Tabel 23). Populasi 2 E.

crus-galli yang ditanam bersama padi menurunkan bobot kering akar sebesar 71.8%

dibandingkan terhadap perlakuan monokulturnya saat 8 MST. Keragaan akar E.

crus-galli disajikan pada Gambar 4.

Tabel 23. Bobot Kering Akar E. crus-galli pada Perlakuan Populasi E.

crus-galli

Perlakuan Populasi

Bobot Kering Akar

4 MST 8 MST Panen --- (gram/pot) ---E2 E4 E6 E8 E2P1 E4P1 E6P1 E8P1 0.21d 0.27cd 0.47b-d 0.59a-c 0.32b-d 0.63ab 0.88a 0.55b-d 11.47a 3.64c 10.87ab 11.99a 3.24c 4.69c 5.58bc 7.37a-c 6.02bc 4.98c 12.31a 11.83ab 4.08c 5.95bc 6.03bc 7.61a-c

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Gambar

Gambar 1. Diagram Seri Penggantian
Gambar 3. Bobot 100 Butir Gabah pada Perlakuan Populasi E. crus-galli
Gambar 5. Bobot Biomassa  saat  Panen: (a) Bobot  Biomassa  per Pot Padi  dan E. crus-galli, (b) Bobot Biomassa per Individu E.crus-galli  Bobot  biomassa  mencerminkan  status  nutrisi  tanaman
Gambar 6. Tajuk Padi dan E. crus-galli pada Pertanaman Campuran Saat Panen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja (Adipradana, 2008). Tidak hanya stres kerja dan beban kerja saja

Kelompok hutan Sakti (RTK 29) secara administratif terletak di desa Sakti, kec. Nusa Penida, Klungkung, sedangkan menurut pembagian wilayah administrasi kepemangkuan

(1) Pemerintah Daerah melalui Gugus Tugas COVID-19 Daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan penyiapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

Berdasarkan motif gratifikasi, berdasarkan pada uji Anova diperoleh bahwa penonton aktif pada mahasiswa anggota KMIS tidak puas informasi, tidak puas integrasi dan

High Availability Server Storage menjadikan suatu pelayanan bagi masyarakat agar data yang sudah tersimpan pada data base tidak hilang secara cepat saat

Pembelajaran berbasis riset dengan pendekatan scientific merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara perlakuan jarak tanam dengan perlakuan ratoon terhadap semua parameter pertumbuhan dan hasil dari sorgum

Hasil penelitian ini menunjukan ada korelasi yang positif dan signifikan antara intensitas puasa Senin Kamis dengan tingkat stres pada ibu yang memiliki Anak