• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kompetisi Tanaman Padi pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kompetisi Tanaman Padi pada Beberapa Kepadatan Populasi Gulma Echinochloa crus-galli dengan Pendekatan Parsial Aditif"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

STUDI KOMPETISI TANAMAN PADI PADA BEBERAPA KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli

DENGAN PENDEKATAN PARSIAL ADITIF

Study of Rice Competition in Some Population Density of Echinochloa crus-galli with Partial Additive Approach

Dwi Ari Novianti1 dan Dwi Guntoro2 1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB 2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

Abstract

Echinochloa crus-galli is a dominant weed that can decrease rice production. One factor that can determine the decreasing rate production is population density of weed. The objective of the research was to study the effect of Echinochloa crus-galli population density on growth and production of rice with partial additive approach. This research was conducted at Green House in Cikabayan experimental station from April until August 2009. The treatment was arranged in a Completely Randomized Block Design with 3 replications. The factor was Echinochloa crus-galli population density which consist of nine treatments: monoculture of 2,4,6,and 8 weeds/pot, monoculture of rice (as control), and 2,4,6 and 8 weeds/pot established with one rice/pot. The result showed that two weeds/pot decreased 49,8% of rice grain. Density 8 weeds/pot reduced 77.8% grain yield, 12.2% plant height, 80.4% tillers per plant, 36.9% root length, 28.5% grains per panicle, and 23% total dry weight of biomass. Eight weeds/pot established with one rice/pot significantly reduced total dry weight of biomass by 45.7% compare with monoculture treatment.

Key words: Echinochloa crus-galli, population density, rice, competition, grain yield

PANDAHULUAN

Latar Belakang

Kedudukan beras sebagai makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat masih sulit digantikan oleh komoditi lain. Hal ini tergambar dari tingkat konsumsi beras per kapita Indonesia masih tinggi. Menurut FAO-OECD, konsumsi beras per kapita Indonesia tertinggi ketiga setelah Vietnam dan Bangladesh (Herdiman, 2008). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras dalam periode 2005-2025 diproyeksikan terus meningkat dengan laju peningkatan rata-rata 5,7% per tahun. Kebutuhan beras pada tahun 2005 sebesar 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG), maka kebutuhan beras pada tahun 2025 diproyeksikan 65,9 juta ton GKG (Deptan, 2007).

Salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan produksi beras adalah gulma. Echinochloa crus-galli merupakan salah satu jenis gulma utama pada lahan sawah. Hasil penelitian di Indramayu, E. crusgalli dapat mengakibatkan kehilangan hasil padi gogo hingga mencapai 90% (Pane et al., 2004). Padi merupakan tanaman C3, sedangkan E. crus-galli ini termasuk tanaman C4. Tumbuhan berjalur C4 lebih efisien dalam menggunakan cahaya matahari, air dan unsur hara (Setyowati et al., 2007). Sehingga tanaman atau gulma dengan siklus C4 memiliki kapasitas tinggi dalam berproduksi dan berkompetisi.

Kompetisi ialah salah satu bentuk hubungan antar dua individu atau lebih yang mempunyai pengaruh negatif bagi kedua pihak (Mulyaningsih et al., 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya persaingan dalam pertanaman padi sawah adalah kepadatan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Menurut Islam et al. (2003), populasi delapan E. crusgalli per pot menurunkan 97% hasil gabah. Semakin tinggi kepadatan gulma, semakin menurunkan hasil tanaman padi.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kompetisi padi pada beberapa kepadatan populasi gulma E. crus-galli.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai bulan Agustus 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain benih gulma E. crus-galli ekotipe Karawang, benih padi varietas IR64, GA3, alkohol, aquadest, pupuk Urea, SP-18, KCl dan media tanam berupa tanah sawah jenis Latosol. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat alat budidaya, pot hitam, bak semai, meteran, timbangan, gelas ukur, oven, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu populasi gulma E. crus-galli per pot. Jumlah perlakuan ada sembilan yaitu:

E0P1 = 1 padi tanpa E. crus-galli

E2P1 = 2 E. crus-galli dan 1 padi E2 = 2 E. crus-galli E4P1 = 4 E. crus-galli dan 1 padi E4 = 4 E. crus-galli E6P1 = 6 E. crus-galli dan 1 padi E6 = 6 E. crus-galli E8P1 = 8 E. crus-galli dan 1 padi E8 = 8 E. crus-galli Satuan percobaan berupa pot dengan diameter 30 cm. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf nyata 5%. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Media tanam yang digunakan adalah jenis tanah sawah Latosol yang telah dikeringanginkan dan diaduk agar tercampur rata. Tanah dimasukkan ke dalam pot sebanyak 9 kg/pot dan dilumpurkan. Padi dan gulma E. crus-galli yang berumur 14 hari setelah semai dipindah tanam ke dalam pot. Penanaman dilakukan secara bersamaan. Pemupukan dilakukan dengan dosis total pupuk Urea 1.35 g/pot, SP-18 0.90 g/pot, dan KCl 0.90 g/pot. Pemupukan dilakukan tiga kali, yaitu 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3 dosis pada 4 MST, dan 1/3 dosis pada 8 MST. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanah tergenang dengan ketinggian genangan 3 cm. Pada 4 MST dan 8 MST dilakukan panen destruktif . Panen dilakukan pada saat 95% malai padi sudah menguning dan diremas 30% gabah sudah rontok.

Pengamatan

Peubah yang diamati pada tanaman padi meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot gabah kering panen, bobot 100 butir gabah, total hasil relatif, dan koefisien pendesakan padi terhadap E.crus-galli.

Peubah yang diamati pada gulma E.crus-galli meliputi: tinggi, jumlah anakan, jumlah daun, waktu keluarnya stage daun, panjang dan lebar daun, luas daun bendera, panjang akar, bobot biomassa, panjang malai, jumlah gabah/malai, jumlah gabah/pot, bobot 1000 butir biji, total hasil relatif dan koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi.

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Suhu harian rata-rata rumah kaca selama penelitian adalah 41.67oC, dengan kelembaban udara rata-rata 66.58%. Berdasarkan hasil analisis tanah awal diketahui bahwa tanah bereaksi masam dengan pH 4.9. Kandungan C-organik 3.52% dan kandungan N 0.24%. Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan fraksi pasir : debu : liat adalah 15 : 32 : 53. Hama yang mulai menyerang ketika gulma E. crus-galli dan padi dalam persemaian adalah burung. Tanaman padi selama percobaan mengalami serangan beberapa hama dan penyakit ketika fase vegetatif dan memasuki fase generatif. Hama dan penyakit yang menyerang yaitu ulat, burung, dan wereng. Gulma lain selain E. crus-galli yang tumbuh di pot adalah Fimbristylis litolaris.

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Padi Tinggi Tanaman

Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi pada 3 MST. Tabel 1 menunjukkan pada 3 MST perlakuan E4P1 dan E6P1 mampu menekan tinggi tanaman padi hingga 14.60% dibanding kontrol (E0P1). Sedangkan pada akhir pengamatan (9 MST), perlakuan E0P1 memberikan rata-rata tinggi tanaman tertinggi dan terendah pada perlakuan E8P1.

Tabel 1. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Tinggi Tanaman Padi Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Anakan

Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan tanaman padi pada 4, 5, 7 dan 8 MST. Pada umur 4 MST, rata-rata jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan E2P1 dan yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1. Sedangkan pada 8 MST perlakuan E8P1 menekan jumlah anakan padi hingga 52% dibanding kontrol (Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Jumlah Anakan Tanaman Padi Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Daun, Panjang Daun dan Lebar Daun

Populasi gulma berpengaruh terhadap jumlah daun padi pada 8 MST dengan jumlah daun tertinggi pada perlakuan tanpa gulma dan yang terendah pada E8P1. Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap panjang daun tanaman padi. Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap lebar daun tanaman padi pada 4 dan 8 MST. Pada 8 MST, rata-rata lebar daun tertinggi pada perlakuan kontrol yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali dengan perlakuan E6P1 (Tabel 3).

Alfandi dan Dukat (2007) menyatakan bahwa fotosintat pada fase vegetatif dialokasikan untuk membentuk organ-organ vegetatif termasuk daun, selanjutnya ketika memasuki fase generatif fotosintat dialokasikan ke organ reproduktif. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah daun padi pada 9 MST dan penurunan panjang daun pada 10 MST.

Tabel 3. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Jumlah, Panjang, dan Lebar Daun Padi pada 8MST

Perlakuan

Populasi Jumlah Daun Panjang Daun Lebar Daun

---cm--- Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Luas Daun Bendera

Populasi gulma E.crus-galli tidak berpengaruh terhadap luas daun bendera padi. Perlakuan E4P1 menekan luas daun bendera padi hingga 41.7% dibanding kontrol (Tabel 4). Rata-rata luas daun bendera tertinggi pada perlakuan kontrol dan yang terendah pada perlakuan E4P1.

Tabel 4. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Luas Daun Bendera Tanaman Padi

Perlakuan Populasi Luas Daun Bendera (cm2)

E0P1

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang Akar

Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang akar padi pada 8 MST dan panen (Tabel 5). Rata-rata

Tabel 5. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Panjang Akar Padi

Perlakuan Populasi

Panjang Akar (cm)

4 MST 8 MST Panen Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai dan Total

Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk tanaman padi hanya pada 4 dan 8 MST, juga bobot kering akar dan bobot kering total pada 4 MST, namun

Tabel 6. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Bobot Tajuk, Akar, dan Malai Padi

Populasi Bobot Kering

(3)

Tabel 7. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Bobot Total Padi

Perlakuan Populasi

Bobot Kering Total (gram)

4MST 8MST Panen Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang Malai, Jumlah Gabah/Malai, Jumlah Gabah/Pot

Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah per pot. Rata-rata panjang malai padi tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol mencapai 21.17 cm dan yang terendah pada perlakuan E6P1 dan E8P1 (Tabel 8). Perlakuan E8P1 menekan jumlah gabah per malai 28.5% dibanding kontrol.

Tabel 8. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Panjang Malai, Jumlah Gabah Per Malai dan Per Pot

Perlakuan

Populasi Panjang Malai

Jumlah Gabah Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Produksi Gabah Padi

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap produksi gabah pada peubah bobot gabah isi, bobot gabah total dan persentasi bobot gabah hampa. Perlakuan E8P1 mampu menurunkan bobot gabah kering total sebesar 77.8% dibanding kontrol. Pada peubah bobot gabah isi, nilai rata-rata tertinggi dihasilkan oleh perlakuan E0P1 dan yang terendah pada perlakuan E8P1. Persentase gabah hampa terbesar terdapat pada perlakuan E8P1 sebesar 72.78% (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Komponen Produksi Gabah Tanaman Padi

Perlakuan Populasi

Bobot Gabah Persentase

Gabah Hampa Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Pertumbuhan Vegetatif dan Produksi Gulma E. crus-galli

Tinggi Tanaman

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap tinggi gulma pada 4 dan 9 MST. Tinggi tanaman tertinggi pada 9 MST dimiliki oleh perlakuan E2 yang mencapai 137.63 cm dan perlakuan E8P1 memiliki tinggi terendah yaitu 89.30 cm (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Tinggi Gulma E. crus-galli Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Anakan

Populasi gulma E. crus-galli berpengaruh terhadap jumlah anakan E. crus-galli pada 6, 7, 9 hingga 17 MST. Pada Tabel 11 dapat terlihat bahwa secara umum rata-rata jumlah anakan gulma yang ditanam secara monokultur tidak berbeda nyata dengan gulma yang ditanam bersama padi, kecuali pada perlakuan E2 yang berbeda nyata dengan E2P1 pada 6 MST, E4 yang berbeda nyata dengan E4P1 pada 7, 12 hingga 17 MST dan E8 yang berbeda nyata dengan E8P1 pada 17 MST.

Tabel 11. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata rata Jumlah Anakan Gulma E. crus-galli

Perlakuan Populasi

Jumlah Anakan E. crus-galli

Waktu Pengamatan (MST)

11 12 13 14 15 16 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Waktu Keluarnya Stage Daun

Waktu keluarnya stage daun gulma dipengaruhi oleh populasi gulma E.rus-galli pada stage daun ke-3, 5, 6, dan 7. Pada stage daun ke-3, gulma dengan perlakuan E8 membutuhkan waktu yang paling lama untuk keluarnya stage daun (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Waktu Keluarnya Stage Daun E. crus-galli Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Jumlah Daun, Panjang Daun, dan Lebar Daun

Populasi gulma E. crus-galli mempengaruhi jumlah daun pada 8 hingga 10 MST. Pada 8 MST, perlakuan populasi 2 gulma yang ditanam bersama padi menurunkan jumlah daun E. crus-galli sebesar 14,04% dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (Tabel 13). Populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap panjang daun gulma pada 4 hingga 6 MST. Kepadatan populasi gulma berpengaruh terhadap lebar daun gulma E. crus-galli pada 4 hingga 6 MST, dan 7 hingga 10 MST.

Tabel 13. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Jumlah, Panjang, dan Lebar Daun E. crus-galli pada 8 MST

Perlakuan

Populasi Jumlah Daun Panjang Daun Lebar Daun

---cm--- Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Luas Daun Bendera

(4)

daun bendera terendah pada perlakuan E8P1 mencapai 8.14 cm2 (Tabel 14).

Tabel 14. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Luas Daun Bendera E. crus-galli

Perlakuan Populasi Luas Daun Bendera (cm2)

E2

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Panjang Akar

Panjang akar gulma E.crus-galli dipengaruhi oleh populasi gulma pada saat panen dimana perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya.

Tabel 15. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Panjang Akar Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Bobot Kering Tajuk, Akar, Malai, dan Total

Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering tajuk, akar, dan bobot kering total gulma pada 4 MST hingga panen. Saat panen, perlakuan E8P1 menurunkan 37% bobot kering tajuk, 35.7% bobot kering akar, dan 45.7% bobot kering total dibandingkan dengan perlakuan monokulturnya (E8). Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap bobot kering malai gulma pada saat panen, dimana rata-rata bobot kering malai tertinggi diberikan oleh perlakuan E8 dan yang terendah pada perlakuan E8P1(Tabel 16 dan 17) .

Tabel 16.Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Bobot Kering Tajuk dan Akar E.crus-galli Perlakuan Bobot Kering Tajuk Bobot Kering Akar

4MST 8MST Panen 4MST 8MST Panen

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Tabel 17. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Bobot Kering Malai dan Bobot Kering Total

Perlakuan Populasi

Bobot Kering Malai Bobot Kering Total

8MST Panen 4MST 8 MST Panen Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

(a) (b)

Gambar 1. Bobot Biomassa saat Panen. (a) Bobot Biomassa per pot Padi dan E.crus-galli, (b) Bobot Biomassa per individu E.crus-galli monokultur

Gambar 1(a) di atas, menunjukkan semakin tinggi populasi E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot biomassa E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan bobot biomassa E.crus-galli menurun. Gambar 1(b) menunjukkan semakin tinggi populasi gulma, semakin menurunkan bobot biomassa gulma E.crus-galli yang ditanam secara monokultur.

Panjang Malai, Jumlah Biji/Malai, Jumlah Biji/Pot, dan Bobot 1000 Butir Biji

Populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah biji per malai E.crus-galli. Jumlah biji per pot tertinggi pada perlakuan E8 sebesar 9541 butir per pot (Tabel 18). Populasi 8 gulma E.crus-galli per pot menekan bobot 1000 biji hingga 20% jika dibandingkan dengan monokulturnya.

Tabel 18. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata-rata Komponen Produksi Biji E.crus-galli

Perlakuan Populasi

Panjang Malai

Jumlah Gabah Bobot 1000

Butir Biji Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Penetapan Kompetisi Total Hasil Relatif

Perlakuan populasi gulma E.crus-galli hanya berpengaruh terhadap hasil relatif padi pada 4 MST (Tabel 19). Hasil relatif E.crus-galli (HRE) pada umumnya lebih besar daripada hasil relatif padi (HRP). Hal ini menunjukkan bahwa kompetisi intraspesifik E.crus-galli lebih besar daripada padi. Nilai total hasil relative (THR) lebih besar dari satu menunjukkan tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan padi (Gambar 2).

Tabel 19. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata- rata Hasil Relatif Padi, Hasil Relatif E.crus- Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

(5)

(a) (b)

(c)

Keterangan: Sumbu absis menunjukkan tingkat populasi E.crus-galli. Sumbu

ordinat menunjukkan kurva hasil relatif padi dan E.crus-galli dan kurva THR.

Gambar 2. Kurva Total Hasil Relatif. (a) THR pada 4 MST, (b) THR pada 8 MST, (c) THR pada 18 MST

Koefisien Pendesakan

Perlakuan populasi gulma E.crus-galli berpengaruh terhadap koefisien pendesakan padi terhadap E.crus-galli (KPPE) pada 8 MST dan panen, namun tidak mempengaruhi koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap padi (KPEP). Pada Tabel 20 menunjukkan bahwa peningkatan populasi gulma menurunkan nilai KPPE dan meningkatkan nilai KPEP. Gambar 3 menunjukkan bahwa koefisien pendesakan E.crus-galli lebih besar dibandingkan koefisien pendesakan padi. Hal ini menunjukkan E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan dengan tanaman padi.

Tabel 20. Pengaruh Populasi E.crus-galli terhadap KPPE dan KPEP

Perlakuan Populasi

KPPE KPEP

4MST 8MST 18MST 4MST 8MST 18MST

E2P1 E4P1 E6P1 E8P1

0.54 0.33 0.28 0.37

2.98a 0.72b 0.84b 0.78b

1.43a 0.71b 0.72b 1.38a

2.11 3.60 3.75 3.00

0.62 2.72 1.52 1.78

0.76 1.67 1.39 0.74

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%

Gambar 3. Koefisien Pendesakan Padi dan Gulma E.crus-galli

Pembahasan

Semakin tinggi populasi gulma, semakin menekan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan, jumlah dan ukuran daun. Hasil ini sejalan dengan laporan Islam et al. (2003) yang menyatakan bahwa keberadaan gulma E.crus-galli mulai populasi 2 per pot menurunkan tinggi tanaman padi. Purba (2007) juga melaporkan bahwa kerapatan E. crus-galli 10 tegakan per meter bujursangkar mampu menurunkan tinggi tanaman padi 11%. Semakin tinggi populasi gulma, semakin menekan panjang akar padi. Menurut Suardi (2002), peran akar padi dalam menyerap air selama pertumbuhan menentukan kelancaran proses fotosintesis dalam menghasilkan gabah.

Persaingan antara tanaman padi dengan gulma E.crus-galli mempengaruhi hampir seluruh peubah hasil padi baik itu bobot kering tajuk, bobot kering akar, bobot kering total, jumlah gabah per pot, bobot gabah isi, dan persentase bobot gabah hampa. Perlakuan populasi 8 gulma mampu menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dibanding kontrol. Hasil penelitian Frauke (2007) menyatakan bahwa populasi gulma E. crus-galli

sebanyak 4 per pot menurunkan produksi tanaman padi dalam bentuk bobot gabah kering sebesar 48% dan menurunkan bobot gabah isi sebesar 46.2%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi populasi gulma yang ditanam bersama padi, berakibat pada penurunan produksi gabah padi.

Bobot biomassa mencerminkan status nutrisi tanaman. Kerapatan tanam tinggi membuat semakin kecilnya hasil fotosintesis sebagai akibat berkurangnya penerimaan cahaya matahari, unsur hara dan air, sehingga semakin kecil pula hasil fotosintesis yang ditranslokasikan

dan

disimpan (Mursito dan Kawiji, 2001). Semakin tinggi populasi E.crus-galli, semakin menurunkan bobot biomassa padi dan meningkatkan bobot biomassa E.crus-galli. Namun sebaliknya pada populasi 8 gulma, bobot biomassa padi meningkat dan bobot biomassa E.crus-galli menurun. Hal ini diduga karena adanya persaingan intraspesifik antar E.crus-galli yang menekan pertumbuhan dan pada akhirnya menghilangkan pengaruhnya terhadap tanaman padi. Effendi (2006) menyatakan bahwa biomassa tanaman per satuan luas tanah akan tinggi sampai tingkat kepadatan tanaman tertentu, kemudian menurun kembali karena terjadi kompetisi sesama jenis dalam kebutuhan faktor tumbuh.

Semakin tinggi populasi gulma, semakin menurunkan panjang malai, jumlah gabah per malai, serta memperlambat waktu keluarnya stage daun E. crus-galli,. Halvorson dan Guertin (2003) menyatakan bahwa pengendalian E.crus-galli efektif dengan menggunakan herbisida yang kontak langsung dengan biji yang sedang berkecambah atau pada pertumbuhan awal bibit. Hal tersebut terkait dengan waktu munculnya stage daun, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk munculnya setiap stage daun, maka aplikasi herbisida semakin efektif. Menurut Kadir (2007), untuk mengendalikan E.crus-galli, aplikasi herbisida harus dilakukan maksimal 14 hari setelah tanam.

Pada saat panen, mulai dari perlakuan populasi 2 gulma E.crus-galli yang hidup bersama satu padi per pot menurunkan panjang akar gulma 29.6% dibanding perlakuan monokulturnya. Karakter bobot 1000 biji merupakan karakter tidak langsung untuk melihat ukuran biji E.crus-galli, semakin besar bobot 1000 biji maka ukuran biji E.crus-galli juga semakin besar. Ukuran biji dipengaruhi oleh kadar karbohidrat yang ditranslokasikan ke biji pada fase generatif (Suud, 2007).

Perera et al. (2006) melaporkan bahwa dalam pertanaman campuran, total hasil relatif antara E.crus-galli dan padi mendekati satu (THR<1), dengan hasil relatif E.crus-galli lebih besar dari 0.5 dan hasil relatif padi kurang dari 0.5. Total hasil relatif antara E.crus-galli dan padi pada penelitian ini lebih besar dari satu (THR>1). Hal ini menunjukkan tidak terjadi kompetisi antara E.crus-galli dan padi. Menurut Schmid (2008), total hasil relatif lebih besar dari satu menunjukkan adanya penambahan sumberdaya, pemakaian kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda, kejadian simbiosis, atau adanya interaksi positif.

Pengujian dengan menggunakan koefisien pendesakan didapatkan hasil bahwa kemampuan kompetisi tanaman padi semakin menurun dengan bertambahnya populasi gulma E.crus-galli. Sebaliknya pada koefisien pendesakan E.crus-galli terhadap tanaman padi didapatkan hasil bahwa kemampuan kompetisi E.crus-galli terus meningkat dengan meningkatnya populasi E.crus-galli. Hal ini menunjukkan gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan padi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pertanaman padi yang tumbuh bersama gulma E.crus-galli menunjukkan pengaruh kompetisi E.crus-galli terhadap pertumbuhan dan produksi padi. Populasi 2 gulma per pot telah mampu menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Semakin tinggi populasi gulma E. crus-gallii per pot, semakin menurunkan pertumbuhan dan produksi padi. Populasi E. crus-galli sebanyak 8 per pot menurunkan bobot gabah kering sebesar 77.8% dan bobot gabah isi sebesar 93.0%. Perlakuan populasi 8 gulma E.crus-galli yang ditanam bersama padi menekan bobot kering total sebesar 45.7% dari perlakuan monokulturnya.

(6)

peubah koefisien pendesakan didapatkan bahwa gulma E.crus-galli lebih kompetitif dibandingkan padi.

Saran

Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan varietas padi yang berbeda sehingga dapat diketahui pengaruh dari varietas yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Alfandi dan Dukat. 2007. Respon pertumbuhan dan produksi tiga kultivar kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap kompetisi dengan gulma pada dua jenis tanah. Jurnal Agrijati 6 (1): 20-29.

Azmi, M. dan B.B. Baki. 1995. The succession of noxious weeds in tropical asian rice fields with emphasis on Malaysia rice ecosystems, p. 140-148. The 15th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Tsukuba, Japan, July, 24-30.

Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Padi. Edisi Kedua. Departemen Pertanian. Jakarta. 69 hal.

Effendi, F.B. 2006. Uji Beberapa Varieta Jagung (Zea mays L.) Hibrida pada Tingkat Populasi Tanaman yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 41 hal.

Frauke, Rosalia. 2007. Studi Kompetisi Beberapa Ekotipe Gulma Echinochloa crus-galli terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 48 hal.

Halvorson,W.L. dan P. Guertin. 2003. Status of introduced plants in southern arizona parks factsheets for:

Echinochloa Beauv. Spp.

http://sbsc.wr.usgs.gov/sdrs/products/products_db. [5 Oktober 2009].

Herdiman, F.S. 2008. Swasembada beras. http://www.jurnalnasional.com. [27 Oktober 2008]. Islam, M.F. dan S.M.R.Karim. 2003. Effect of population

density of Echinochloa crus-galli dan Echinochloa colona on rice. P:275-281. Proceedings I The 19th Asian-Pacific Weed Science Society Conference. Manila-Philippines, March, 17-21.

Kadir, M. 2007. Efektifitas berbagai dosis dan waktu aplikasi herbisida 2,4 dimetilamina terhadap gulma Echinochloa colonum, Echinochloa crus-galli, dan Cyperus iria pada padi sawah. Jurnal Agrisistem 3: 44-49.

Mulyaningsih, S., F.T. Kadarwati, dan I. Sadikin. 2008. Periode kritis kompetisi gulma pada kapas yang ditumpangsari dengan jagung. Agrivita 30: 35-44.

Mursito, D. Dan Kawiji. 2002. Pengaruh kerapatan tanam dan kedalaman olah tanah terhadap hasil umbi lobak

(Raphanus sativus L.).

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains/peng_ke rpt_tan_kawiji.pdf. [1 November 2009].

Pane, Hamdan. 2003. Kendala dan peluang pengembangan teknologi padi tanam benih langsung. Jurnal Litbang Pertanian 22:4.

Perera, K.K., P.G.Ayres, and H.P.M. Gunasena. 2006. Root growth and the relative importance of root and shoot competition in interactions between rice (Oryza sativa) and Echinochloa crus-galli. Weed Research 32: 67-76. Purba, Edison. 2007. Respons padi terhadap kerapatan jajagoan

(Echinochloa crus-galli). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia.http://unib.ac.id/faperta/jurnal/abstrak.php?id _isijur=184&id_jurnal=1&PHPSESSID. [2 Oktober 2009].

Schmid, B., A. Hector, P. Saha, and M. Loreau. 2008. Biodiversity effects and transgressive overyielding. Journal of Plant Ecology 2(1): 95-102.

Setyowati, N., U. Nurjanah, dan L.S. Sipayung. 2007. Pergesaeran gulma pada tanaman cabai besar akibat perbedaan waktu pengendalian gulma. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 1: 21-27.

Suardi, D. 2002. Perakaran padi dalam hubungannya dengan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan hasil. Jurnal Litbang Pertanian 21 (3): 100-108.

Gambar

Tabel 4. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata-               rata Luas Daun Bendera Tanaman Padi
Tabel 13. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata-                 rata Jumlah, Panjang, dan Lebar Daun E
Tabel 18. Pengaruh Populasi Gulma E.crus-galli terhadap Rata-rata  Komponen Produksi Biji E.crus-galli
Gambar 2. Kurva Total Hasil Relatif. (a) THR pada 4 MST,                    (b) THR pada 8 MST, (c) THR pada 18 MST

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi kontrol, peubah-peubah yang diamati yaitu panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, tinggi tajuk tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot kering tajuk

Pada kondisi kontrol, peubah-peubah yang diamati yaitu panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, jumlah anakan, tinggi tajuk tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot kering tajuk

Varietas Fatmawati mengalami penurunan jumlah anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada tingkat populasi gulma yang sama, sedangkan panjang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi tanaman padi dengan gulma menurunkan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, bobot kering tajuk dan

Peubah yang diamati meliputi karakteristik komponen hasil (panjang dan lebar daun; jumlah dan panjang cabang poduksi; jumlah malai dan bobot buah/ malai; tinggi

tanaman, jumlah anakan per rumpun, panjang dan lebar daun, nisbah panjang/lebar daun, umur berbunga, jumlah anakan produktif/rumpun, panjang malai, jumlah malai per rumpun, jumlah

Periode kompetisi gulma E.crus-galli nyata menurunkan jumlah anakan, jumlah daun, indeks luas daun, bobot kering akar dan tajuk, anakan produktif, biji isi, produksi gabah

Varietas Fatmawati mengalami penurunan jumlah anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas lainnya pada tingkat populasi gulma yang sama, sedangkan panjang