• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kondisi Umum

Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam ulangan pertama dan pada musim kedua dilakukan penanaman untuk ulangan kedua dan ketiga. Penanaman untuk percobaan studi populasi

terhadap konsumsi air dilakukan di hydroponic kit.

Greenhouse memiliki suhu antara 26 – 43 °C dan kelembaban udara sekitar

60 – 80 persen. Suhu greenhouse yang cukup tinggi saat siang hari dengan

kelembaban yang rendah kadang-kadang menyebabkan tanaman bayam layu sesaat, tetapi saat suhu menurun dan kelembaban kembali meningkat pada sore hari tanaman bayam kembali segar. Curah hujan saat penelitian pada bulan April adalah 176.5 mm dan meningkat pada bulan Mei menjadi 336.5 mm (Lampiran 2).

Hama dan Penyakit Tanaman

Selama penelitian berlangsung ada beberapa jenis hama yang menyerang di

antaranya adalah tikus (Rattus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal,

belalang (Valanga sp.), dan Anoplocnemis phasiana. Hama yang paling banyak

adalah belalang, ulat grayak, dan tikus. Serangan belalang dan ulat grayak menyebabkan lubang pada daun bayam, sedangkan tikus merusak tanaman bayam dengan memakan bagian bawah batang tanaman, tanaman tiba-tiba saja hilang pada pagi hari hanya tersisa beberapa daun di atas kerikil. Tanaman yang terserang ulat grayak dan tikus dapat dilihat pada Gambar 13.

(a) (b)

Gambar 13. Tanaman Bayam yang Terserang Hama: (a) Ulat Grayak dan (b) Tikus

Penyakit yang menyerang tanaman bayam umumnya disebabkan oleh cendawan. Penyakit yang paling sering menyerang adalah penyakit rebah

kecambah yang disebabkan oleh cendawan Phytium sp. Penyakit tersebut banyak

menyerang tanaman bayam pada percobaan kedua yaitu percobaan studi populasi

terhadap konsumsi air yang dilakukan di hydroponic kit. Curah hujan dan

kelembaban media yang tinggi pada waktu itu menjadi penyebabnya. Akar bibit bayam yang baru dipindahtanamkan tidak dapat berkembang dan busuk. Tanaman yang bertahan pun pertumbuhannya tidak baik. Itulah yang menyebabkan mengapa secara umum tanaman pada percobaan studi populasi tanaman terhadap konsumsi air tanaman bayam memiliki penampilan yang lebih buruk dibandingkan tanaman pada percobaan pertama studi populasi tanaman terhadap produktivitas.

Selain itu, ada juga tanaman yang terserang cendawan Albugo candida yang

menyebabkan penyakit karat putih. Cendawan tersebut mengakibatkan

bercak-bercak putih pada daun tanaman yang terinfeksi. Ada juga penyakit blight dan

bercak daun. Penyakit blight memiliki gejala daun menyempit, mengecil,

menggulung, dan berkerut. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus mozaik

cucumber (Susila, 2006). Penyakit bercak daun disebabkan oleh Cercospora sp.

pada daun timbul bercak-bercak kuning. Gambar tanaman bayam yang terserang penyakit selama penelitian disajikan pada Gambar 14.

22

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 14. Tanaman yang Terserang Penyakit: (a) Rebah Kecambah,

(b) Blight, (c) Karat Putih, dan (d) Bercak Daun

Parung Farm tidak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman bayamnya. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual. Tanaman yang terserang penyakit dicabut dan dibuang agar tidak menulari tanaman lain yang sehat. Hama yang menyerang tanaman dibuang dan dibunuh. Hama tanaman bayam yang ditanam selama percobaan terbilang sedikit, karena budidaya bayam dilakukan di dalam

greenhouse.

Percobaan Studi Populasi Tanaman Bayam terhadap Produktivitas

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bibit tanaman bayam per lubang tanam memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan beberapa peubah panen tanaman bayam yang ditanam dengan teknik hidroponik. Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tinggi tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 3, 6, 9, dan 15 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 4).

Hasil uji lanjut menunjukkan tanaman bayam dengan jumlah 3 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang nyata lebih tinggi daripada jumlah bibit satu atau dua bibit per lubang tanam, tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman yang jumlah bibitnya empat bibit per lubang tanam. Rata-rata tinggi tanaman bayam dengan jumlah bibit tiga bibit per lubang tanam pada umur 3, 6, 9, dan 15 hari setelah tanam (HST) berturut-turut adalah 5.06, 6.31, 8.33, dan 17.58 cm. Rata-rata tinggi tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Bayam pada Berbagai Populasi Tanaman pada

Umur 3–17 HST

Umur Tanman (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4 ……….(cm)…………...……… 3 3.00b 1.92b 5.06a 3.12b 6 4.12b 3.14b 6.31a 4.38ab 9 5.95b 4.65b 8.33a 6.17ab 12 8.29 7.37 12.05 10.07 15 13.01b 11.77b 17.58a 15.24ab 17 21.50 19.26 23.62 20.32

Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%.

Jumlah daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman bayam pada umur 3, 12, 15, dan 17 hari setelah tanam (HST) (Lampiran 5).

Berdasarkan hasil uji lanjut tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang nyata lebih banyak jumlah daunnya daripada jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam. Rata-rata jumlah daun bayam dengan jumlah bibit satu bibit per lubang tanam pada umur 3, 12, 15, dan 17 hari setelah tanam (HST) berturut-turut adalah 4.13, 11.93, 13.53, dan 17.07 helai (Tabel 2).

24

Tabel 2. Jumlah Daun pada Berbagai Populasi Tanaman Bayam pada Umur 3–

17 HST

Umur anaman (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4

………..(helai)………

3 4.13a 3.82b 4.02a 3.93ab

6 5.47 5.33 5.29 4.85

9 9.27 6.67 8.56 6.70

12 11.93a 8.53bc 10.11ab 7.56c

15 13.53a 9.87b 9.56b 7.83b

17 17.07a 10.77b 10.60b 8.32c

Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT 5%.

Peubah panen. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh terhadap seluruh peubah panen pada akhir pengamatan kecuali peubah bobot basah tanaman per meter persegi (Lampiran 6).

Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih berat bobot basah per tanaman dan bobot basah tajuknya dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam. Bobot basah per tanaman pada satu bibit per lubang tanam adalah 24.43 g dan bobot basah tajuknya adalah 21.16 g. Rata-rata peubah-peubah panen tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh Jumlah Bibit terhadap Peubah-Peubah Panen pada Percobaan Studi Populasi Tanaman Bayam terhadap Produktivitas

Peubah Panen Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4

Bobot Basah per Tanaman (g) 24.43a 13.94b 12.28bc 10.03b Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g) 21.16a 14.57b 10.57bc 8.92b Bobot Basah Akar per Tanaman (g) 3.27a 2.61ab 1.62b 1.12c Bobot Basah Tanaman per m² (g) 821.70 795.00 1 501.70 1 383.30 Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g) 2.03a 1.16ab 0.80b 0.54b Bobot Kering Akar per Tanaman (g) 0.31a 0.22ab 0.20ab 0.10b Indeks Luas Daun 2.81a 1.51b 1.54b 1.07b Luas Permukaan Daun per Tanaman (cm2) 632.13a 340.00b 347.45b 241.9b

Keterangan :Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan DMRT 5%.

Tanaman bayam dengan jumlah bibit 1 bibit per lubang tanam juga menghasilkan tanaman yang nyata lebih berat bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akarnya, dan nyata lebih luas permukaan daunnya daripada tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam.

Tanaman yang ditanam satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm memiliki populasi per meter persegi sebanyak 44 tanaman bayam, tanaman bayam yang ditanam dengan dua bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 88 tanaman, tanaman bayam yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 132 tanaman, dan tanaman bayam yang ditanam dengan empat bibit per lubang tanam memiliki populasi per meter persegi 176 tanaman Bobot basah tanaman per meter persegi paling besar didapat dari tanaman yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam, yaitu sebesar 1 501.7 gram. Populasi yang menghasilkan bobot basah tanaman per meter persegi terbesar adalah populasi dengan 132 tanaman bayam per meter persegi.

Dilakukan uji lanjut kontras ortoghonal dan polinomial untuk melihat keefektifan pengaruh jumlah bibit per lubang tanam terhadap bobot basah tanaman per meter persegi. Hasil uji lanjut orthogonal disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Lanjut Kontras Orthogonal Peubah Bobot Basah Tanaman per m2 Kontras df KT F-Hitung F-Tabel 5% F-Tabel 1 %

satu vs dua & tiga & empat 1 369056.25 3.39 5.14 10.92

dua vs tiga & empat 1 838512.50 7.69* 4.76 9.78

Hasil uji lanjut kontras orthogonal menunjukkan tanaman yang ditanam dengan dua bibit per lubang tanam menghasilkan bobot yang nyata lebih ringan dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan tiga dan empat bibit per lubang tanam.

Hasil uji lanjut polinomial untuk melihat pola respon dari perlakuan jumlah bibit per lubang tanam disajikan pada Tabel 5.

26 Tabel 5. Hasil Uji Lanjut Kontras Polinomial Peubah Bobot Basah Tanaman

per m2

Kontras df KT F-Hitung F-Tabel 5% F-Tabel 1 %

linear 1 693600.00 6.36* 5.14 10.92

kuadratik 1 268888.89 2.47 4.76 9.78

Hasil uji lanjut kontras polinomial menunjukkan pola respon dari perlakuan jumlah bibit per lubang tanam mengikuti pola linier. Kurva bobot basah tanaman per meter persegi dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Bobot Basah Tanaman pada Berbagai Jumlah Bibit per Lubang Tanam

Kurva bobot basah tanaman per meter persegi di atas menunjukkan bahwa populasi optimum tanaman bayam adalah tanaman bayam yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam dengan populasi tanaman sebanyak 132 tanaman bayam.

Percobaan Studi Populasi Tanaman terhadap Konsumsi Air Tanaman Bayam

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jumlah bibit tanaman bayam per lubang tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman bayam, tetapi memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh peubah panen kecuali kadar air tajuk dan kadar air akar. Rekapitulasi hasil sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 7. 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 1 2 3 4 5 B o b o t B asah T an am an ( g /m 2 )

Tinggi tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman bayam selama penelitian (Lampiran 8). Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang lebih tinggi daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, dan 4 bibit per lubang tanam. Rata-rata tinggi tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi Tanaman pada Berbagai Populasi Tanaman pada Umur 3–17

HST

Umur (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4 ………...(cm)……… 3 2.95 2.11 2.66 2.77 6 3.72 3.14 3.27 3.43 9 4.21 3.69 3.85 3.86 12 5.92 4.49 5.17 4.49 15 6.95 4.97 5.72 5.17 17 8.06 5.73 6.49 5.89

Jumlah daun. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bayam selama penelitian (Lampiran 9). Tanaman bayam dengan jumlah satu bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang lebih banyak jumlah daunnya daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, dan 4 bibit per lubang tanam (Tabel 7).

Tabel 7. Jumlah Daun pada Berbagai Populasi Tanaman pada Umur 3–17

HST

Umur (HST) Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4 ………..(helai)………. 3 4.13 4.03 4.16 3.95 6 5.33 4.53 4.93 4.38 9 6.67 5.50 6.05 4.93 12 9.87 6.50 7.18 5.26 15 10.33 6.27 6.20 5.72 17 10.13 6.50 5.22 5.32

28

Peubah panen. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa populasi tanaman berpengaruh nyata terhadap seluruh peubah panen pada akhir pengamatan kecuali terhadap bobot basah tanaman per pot, kadar air tajuk, dan kadar air akar (Lampiran 10). Rata-rata peubah-peubah panen tanaman bayam pada berbagai populasi disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Jumlah Bibit terhadap Peubah Panen pada Percobaan Studi Populasi Tanaman terhadap Konsumsi Air Tanaman Bayam

Peubah Panen Jumlah Bibit per Lubang Tanam

1 2 3 4

Bobot Basah per Tanaman (g) 6.11a 2.78b 2.01b 2.14b Bobot Basah per Tanaman Pot (g) 30.53 27.83 30.12 42.75 Bobot Basah Tajuk per Tanaman (g) 5.16a 2.27b 1.71b 1.77b Bobot Basah Akar per Tanaman (g) 0.95a 0.51b 0.30b 0.37b Bobot Kering Tajuk per Tanaman (g) 0.55a 0.23b 0.19b 0.20b Bobot Kering Akar per Tanaman (g) 0.18a 0.11b 0.05c 0.10bc Indeks Luas Daun 0.64a 0.27b 0.21b 0.20b Luas Permukaan Daun per Tanaman (cm2) 143.89a 60.07b 47.73b 44.50b Konsumsi air per tanaman (mm) 3.20a 1.70b 1.20b 0.70b Kadar Air Akar (%) 81.52 80.03 81.39 79.25 Kadar Air Tajuk (%) 89.41 87.88 88.06 90.90

Keterangan :Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji DMRT 5%.

Hasil uji lanjut menunjukkan tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih berat bobot basah per tanaman dan bobot kering akarnya dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam, berturut-turut 6.11 g dan 0.18 g. Tanaman bayam dengan jumlah 1 bibit per lubang tanam juga menghasilkan tanaman yang sangat nyata lebih luas permukaan daunnya dan lebih banyak mengkonsumsi air daripada tanaman dengan jumlah 2, 3, atau 4 bibit per lubang tanam (Gambar 16).

Gambar 16. Perbandingan Konsumsi Air Tanaman Bayam Selama Ada di Tahap Pembesaran dari Berbagai Jumlah Bibit yang Ditanam Rata-rata luas permukaan daun dan konsumsi air per tanaman dengan satu

bibit per lubang tanam berturut-turut adalah 143.89 cm2 dan 395.67 ml air.

Tanaman bayam yang ditanam dengan satu bibit per lubang tanam juga menghasilkan indeks luas daun yang sangat nyata lebih besar dibandingkan tanaman dengan jumlah bibit 2, 3, ataupun 4.

Analisis Usaha Tani Tanaman Bayam Berdasarkan Populasi Tanaman

Usaha pertanian dilakukan untuk memperoleh keuntungan. Usaha pertanian dianalisis kelayakannya dengan menghitung nilai-nilai kriteria investasi usahanya.

Berikut ini ditampilkan perbandingan BEP, R/C ratio, dan Payback Period usaha

budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik sistem substrat dengan media kerikil pada tiap jumlah bibit per lubang tanam (Tabel 9).

Tabel 9. Perbandingan Kriteria Investasi Usaha Budidaya Tanaman Bayam dengan Teknik Hidroponik pada Tiap Jumlah Bibit per Lubang Tanam

Kriteria Investasi Σ Bibit per Lubang tanam

1 2 3 4

BEP Produksi (kg) 398.55 403.85 438.15 439.83 R/C ratio (per Bulan) 1.98 1.89 3.29 3.02 Keuntungan (Juta Rp/Bulan) 14.83 13.65 38.13 33.75

Payback Period (Bulan) 7.95 8.22 4.35 4.72 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 K o n su m si A ir p er T an am an (m m )

30 Berdasarkan hasil perhitungan kriteria investasi pada Tabel 9, tanaman bayam yang ditanam dengan 3 bibit per lubang tanam menghasilkan kelayakan usaha yang paling baik. Usaha budidaya bayam dengan tiga bibit per lubang tanam, biaya investasinya dapat kembali setelah usaha dijalankan selama 4.35 bulan dan memiliki keuntungan yang paling besar dibandingkan dengan usaha budidaya tanaman bayam dengan jumlah bibit 1, 2, ataupun 4. Perhitungan kriteria investasi

dari berbagai populasi disajikan pada Lampiran 11 – 15.

Usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik tentu saja memerlukan biaya investasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional. Oleh karena itu, disajikan kriteria investasi usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional pada Tabel 10. sebagai perbandingannya.

Tabel 10. Kriteria Investasi Budidaya Tanaman Bayam Secara Konvensional Kriteria Investasi

BEP Produksi (kg) 298.32

R/C ratio (per Bulan) 5.15

Keuntungan (Juta Rp/Bulan) 9.28

Payback Period (Bulan) 1.15

Berdasarkan hasil penghitungan kriteria investasi pada Tabel 10, usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional memiliki kriteria investasi yang lebih baik dibandingkan usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik, akan tetapi usaha budidaya tanaman bayam dengan teknik hidroponik memiliki keuntungan yang lebih tinggi. Perhitungan kriteria investasi dari usaha

budidaya tanaman bayam secara konvensional disajikan pada Lampiran 16 – 17.

Pembahasan

Populasi adalah jumlah individu sejenis di dalam suatu areal. Peningkatan jumlah bibit per lubang tanam berarti meningkatkan populasi tanaman dan diharapkan akan meningkatkan produktivitas tanaman bayam per meter persegi. Besarnya populasi tanaman akan mempengaruhi faktor tumbuh yang diterima tanaman seperti air dan cahaya. Semakin banyak populasi tanaman semakin

sedikit factor tumbuh yang individu yang ada pada areal tersebut disebabkan terjadinya persaingan. Konsumsi air dan cahaya pada tanaman akan terpenuhi secara optimum dengan populasi tanaman yang juga optimum. Selain itu dengan populasi optimum pemakaian lahan lebih efisien dan sebagai tindak pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman.

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bayam. Pertumbuhan berarti pembelahan sel (peningkatan

jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) (Gardner et al., 1991). Faktor

tumbuh seperti air dan cahaya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman akan baik jika air dan cahaya yang didapat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang ditanam dengan tingkat populasi yang tepat konsumsi air dan cahayanya dapat dipenuhi sesuai kebutuhan. Pertumbuhan tanaman akan maksimal sehingga diperoleh pula produktivitas yang maksimum.

Pada kedua percobaan, berdasarkan hasil sidik ragam pada tanaman bayam, jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat panen (17 HST). Secara teori tanaman yang ditanam dengan populasi yang tinggi menghasilkan tanaman yang lebih tinggi karena adanya proses etiolasi. Cahaya memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan batang. Tanaman yang ternaungi pada tegakan yang rapat biasanya memiliki batang yang lebih tinggi. Pengaruh naungan tersebut disebabkan oleh peningkatan auksin yang bekerja secara sinergis

dengan giberelin (Gardner et al., 1991). Pada percobaan studi populasi tanaman

terhadap konsumsi air tanaman bayam, teori etiolasi tidak berlaku karena tanaman yang ditanam dengan satu bibit per lubang tanam memiliki tinggi tanaman tertinggi. Hal ini diduga karena tanaman yang ditanam satu bibit per lubang tanam pada percobaan kedua keadaan fisiknya lebih sehat dibandingkan tanaman pada perlakuan lain yang banyak terserang penyakit rebah kecambah, sehingga pertumbuhan batangnya lebih optimum.

Jumlah bibit berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun saat panen (17 HST) pada percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas, tetapi tidak berpengaruh pada percobaan studi populasi tanaman terhadap konsumsi air tanaman bayam. Jumlah daun terbanyak pada kedua percobaan terdapat pada perlakuan satu bibit per lubang tanam. Pertumbuhan daun sangat dipengaruhi oleh

32 suhu, kelembaban, dan ketersediaan cahaya. Peningkatan populasi tanaman akan mengurangi ketersediaan cahaya dan pada akhirnya akan mengurangi pembentukan pucuk. Meningkatnya populasi akan meningkatkan kebutuhan cahaya untuk proses fotosintesis karena makin beratnya persaingan antara tanaman dalam memperebutkan cahaya. Hal tersebut dikaitkan dengan persaingan untuk mendapatkan hasil asimilasi, karena fotosintesis berkurang dalam tegakan

yang rapat (Gardner et al., 1991). Pada populasi tanaman yang rapat, banyak

permukaan daun yang saling menutup, sehingga menghambat proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang terhambat akan berdampak pada jumlah fotosintat yang dihasilkan yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pembentukan daun.

Luas permukaan daun secara nyata juga dipengaruhi oleh populasi tanaman. Tanaman dengan jumlah individu paling sedikit, yaitu satu bibit per lubang tanam nyata menghasilkan daun dengan permukaan yang paling luas, pada kedua percobaan. Permukaan daun yang luas, efektif dalam menangkap cahaya dan

cepat dalam pengambilan CO2 untuk bahan dasar proses fotosintesis, karena

permukaan daun merupakan organ utama tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, tanaman dengan satu bibit per lubang tanam memiliki penampilan fisik yang paling baik karena memiliki permukaan daun yang luas .

Pada percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas jumlah bibit berpengaruh nyata pada setiap peubah panen kecuali bobot basah tanaman per meter persegi. Bobot basah per meter persegi tertinggi yaitu 1 501.7 gram yang dihasilkan dengan menanam tanaman bayam dengan tiga bibit per lubang tanam dan yang terendah adalah produktivitas tanaman dengan menanam dua bibit per lubang tanam yaitu 795 gram.

Secara rasional produktivitas tanaman bayam akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi tanaman. Akan tetapi, ada satu titik populasi tanaman yang sudah jenuh sehingga tanaman tidak lagi dapat bersaing dan secara berangsur produktivitas akan menurun. Bertambahnya jumlah bibit per lubang tanam di atas populasi jenuh cenderung meningkatkan persaingan tanaman, baik antar tanaman dalam satu lubang tanam maupun antar lubang tanam yang akan berdampak pada penurunan hasil (Masdar, 2006). Pada tanaman bayam empat bibit per lubang tanam hasil produksi lebih rendah dibandingkan dengan tiga bibit

per lubang tanam. Hal tersebut diduga pada populasi tanaman empat bibit per lubang tanam merupakan titik jenuh populasi tanaman bayam yang dibudidayakan secara hidroponik sistem NFT modifikasi kerikil.

Hasil panen tanaman merupakan akibat dari penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama pertumbuhan. Asimilasi CO2 merupakan hasil penyerapan energi matahari dan akibat radiasi matahari. Oleh karena itu, faktor utama yang mempengaruhi hasil panen ialah radiasi matahari yang diabrsorbsi. Populasi yang terlalu rapat, banyak daun yang saling menutup sehingga tidak efisien dalam penyerapan cahaya matahari. Oleh sebab itu, pada tanaman dengan empat bibit per lubang tanam terjadi penurunan produktivitas. Tanaman bayam dengan satu bibit per lubang tanam memiliki penampilan fisik yang paling baik karena lebih efisien dalam penyerapan cahaya matahari.

Tanaman yang ditanam dengan tiga bibit per lubang tanam menghasilkan produksi per meter persegi yang paling tinggi dibandingkan populasi tanaman yang lainnya. Akan tetapi, selain memiliki produktivitas yang tinggi, menanam tanaman dengan populasi 3 bibit per lubang tanam juga membutuhkan jumlah bibit yang lebih banyak dibandingkan menanam bayam satu atau dua bibit per lubang tanam yang juga akan meningkatkan biaya produksi. Berdasarkan kriteria investasi yang dihitung, populasi dengan tiga bibit per lubang memberikan keuntungan yang paling tinggi dibandingkan perlakuan jumlah bibit lainnya. Biaya investasi akan kembali setelah kurang lebih usaha berjalan selama 4.35 bulan.

Dibandingkan dengan budidaya tanaman bayam secara konvensional dengan

produktivitas 2 kg/m2, menanam bayam dengan teknik hidroponik lebih mahal

biaya investasinya. Akan tetapi, keuntungan budidaya bayam secara hidroponik lebih besar dibandingkan budidaya bayam secara konvensional. Hal ini disebabkan harga bayam yang dibudidayakan dengan teknik hidroponik lebih tinggi karena memiliki pangsa pasar masyrakat menengah ke atas. Keuntungan usaha budidaya tanaman bayam secara hidropnik lebih tinggi 28.85 juta rupiah dibandingkan usaha budidaya tanaman bayam secara konvensional.

Konsumsi air pada percobaan ini diartikan sebagai jumlah air yang digunakan tanaman untuk proses evapotranspirasi setelah pindah tanam dan selama ada pada

34 fase pembesaran. Evapotranspirasi (ET) merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses menguapnya air dari permukaan media, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari organ tanaman terutama daun. Pada percobaan ini tanaman yang ditanam dengan satu

Dokumen terkait