• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pedagang Daging Ayam

Karakteristik pedagang daging ayam yang diamati pada penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang, sosialisasi pemerintah dan status kepegawaian.

Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis seseorang. Rentang usia responden berkisar antara18-70 tahun. Rata-rata umur responden 43.3 tahun dan usia responden paling banyak berumur 45 tahun sebanyak 17 orang (7.8%). Responden dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu, kelompok usia muda (< 21 tahun), kelompok usia dewasa (21-50 tahun) dan kelompok usia tua (> 50 tahun). Mayoritas responden termasuk dalam kategori dewasa (21-50 tahun) sebanyak 160 responden (73.7 %), kategori tua (>50 tahun) sebanyak 56 responden (25.8%), dan kategori muda (<21 tahun) sebanyak 1 responden (0.5%).

Berdasarkan analisa demografi, struktur umur dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu (a) kelompok umur muda, usia dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia antara 15-64 tahun; (c) kelompok umur tua, usia diatas 65 tahun (BPS 2010). Berdasarkan pengelompokan tersebut sebanyak 215 responden (99.1%) berada dalam kelompok umur produktif (15-64 tahun) dan sebanyak 2 responden (0.9%) berada dalam kelompok umur tua atau diatas 65 tahun. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang masuk dalam kategori dewasa yaitu sebanyak 20 responden (80.0%) dari total responden di wilayah Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan (n=13: 34.2%) merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang masuk dalam kategori tua yaitu sebanyak 13 responden (34.2%) dari total responden di wilayah Jakarta Selatan. Selengkapnya sebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran umur pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Umur Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Muda (<21 tahun) 0 (0%) 1(2.0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 1(0.5%) Dewasa (21-50 tahun) 27 (69.2%) 36 (73.5%) 52 (78.8%) 25 (65.8%) 20 (80.0%) 160 (73.7%) Tua (50>tahun) 12 (30.8%) 12 (24.5%) 14 (21.2%) 13 (34.2%) 5 (20.0%) 56 (25.8%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat menunjukkan intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Dari hasil penelitian ini terdapat 16 responden (2.8%) yang tidak mendapat pendidikan formal dan 201 responden (97.2%) yang mendapat pendidikan

formal. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang mendapatkan pendidikan formal yaitu sebanyak 24 responden (96.0%) dari total responden di wilayah Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang tidak mendapat pendidikan formal yaitu sebanyak 8 responden (21.1%) dari total responden di wilayah Jakarta Selatan. Sebaran kesempatan mendapatkan pendidikan formal responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran kesempatan mendapatkan pendidikan formal pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Pendidikan Formal Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Tidak Berpendidikan 2 (5.1%) 4 (8.2%) 1 (1.5%) 8 (21.1%) 1 (4.0%) 16 (7.4%) Berpendidkan 37 (94.9%) 45 (91.8%) 65 (98.5%) 30 (78.9%) 24 (96.0%) 201 (92.6%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Pendidikan formal responden yang paling banyak adalah lulus SMP sebanyak 58 responden (28.9%), lulus SMA sebanyak 47 responden (23.4%), lulus SD sebanyak 42 responden (20.9%), tidak lulus SD sebanyak 21 responden (10.4%), tidak lulus SMP sebanyak 17 orang (8.5 %), tidak lulus SMA sebanyak 10 orang (5%), D1/D2/D3 sebanyak 4 orang (2.0%) serta tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu lulus S1 sebanyak 2 orang (1.0%).

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu rendah (tidak lulus SD, lulus SD, tidak lulus SMP, lulus SMP, dan tidak lulus SMA) dan tinggi (lulus SMA, diploma, sarjana, dan pascasarjana). Sebanyak 148 responden (73.6%) termasuk dalam tingkat pendidikan kategori rendah dan sisanya sebanyak 53 orang (26.4 %) berada pada kategori pendidikan tinggi. Tingginya proporsi responden pedagang daging ayam yang memiliki kategori tingkat pendidikan rendah menggambarkan bahwa berjualan daging ayam merupakan suatu sektor pekerjaan yang bersifat informal yang tidak memerlukan persyaratan tingkat pendidikan yang tinggi. Sebaran secara lengkap tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran tingkat pendidikan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat Pendidikan Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Tidak Lulus SD 2 (5.4%) 7 (15.6%) 6 (9.2%) 6 (20.0%) 0 (0%) 21 (10.4%) Lulus SD 5 (13.5%) 9 (20.0%) 14 (21.5%) 4 (13.3%) 10 (41.7%) 42 (20.9%) Tidak Lulus SMP 2 (5.4%) 3 (6.7%) 4 (6.2%) 8 (26.7%) 0 (0%) 17 (8.5%) Lulus SMP 14 (37.8%) 9 (20.0%) 23 (35.4%) 5 (16.7%) 7 (29.2%) 58 (28.9%) Tidak Lulus SMA 3 (8.1%) 2 (4.4%) 2 (3.1%) 3 (10.0%) 0 (0%) 10 (5.0%)

Lanjutan Lulus SMA 10 (27.0%) 14 (31.1%) 14 (21.5%) 4 (13.3%) 5 (20.8%) 47 (23.4%) Diploma (D1/D2/D3) 1 (2.7%) 1 (2.2%) 2 (3.1%) 0 (0%) 0 (0%) 4 (2.0%) Sarjana 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (8.3%) 2 (1%) Total 37 (100%) 45 (100%) 65 (100%) 30 (100%) 24 (100%) 201 (100%) Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha pedagang daging ayam dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kategori baru dengan lama berjualan dibawah 3 tahun yaitu sebanyak 39 responden (18.0%), kategori sedang dengan pengalaman berjualan antara 3-5 tahun yaitu sebanyak 27 responden (12.4%) dan kategori lama dengan pengalaman berjualan lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 151 responden (69.6%). Hasil ini menjelaskan bahwa kategori kelompok responden pengalaman lebih dari 5 tahun mendominasi pedagang daging ayam. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang memiliki pengalaman berjualan lebih dari 5 tahun, yaitu sebanyak 21 responden (84.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang memiliki pengalaman berjualan dibawah 3 tahun yaitu sebanyak 18 responden (47.4%) dari total responden di Jakarta Selatan. Informasi lengkap mengenai sebaran pengalaman berjualan responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran pengalaman usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Pengalaman Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Baru (3<tahun) 3 (7.7%) 7 (14.3%) 9 (13.6%) 18 (47.4%) 2 (8.0%) 39 (18%) Sedang (3-5 tahun) 4 (10.3%) 6 (12.2%) 10 (15.2%) 5 (13.2%) 2 (8.0%) 27 (12.4%) Lama (>5tahun) 32 (82.1%) 36 (73.5%) 47 (71.2%) 15 (39.5%) 21 (84.0%) 151 (69.6%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%) Sosialisasi Pemerintah

Terdapat 145 responden (66.8%) yang belum pernah atau tidak mendapatkan sosialisasi dari pemerintah terkait higiene dan sanitasi berjualan daging ayam, sementara sebanyak 72 responden (33.2%) mengaku pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang mendapatkan sosialisasi dari pemerintah yaitu sebanyak 10 responden (40.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sementara Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan responden paling sedikit yang mendapatkan sosialisasi dari pemerintah yaitu sebanyak 11 responden (28.2%) dari total jumlah responden di Jakarta Pusat.

Informasi lengkap mengenai sebaran sosialisasi dari pemerintah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminstrasi Provinsi DKI Jakarta terkait sosialisasi dari pemerintah

Sosialisasi Pemerintah Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Pernah 11(28.2%) 18(36.7%) 22(33.3%) 11(28.9%) 10(40.0%) 72 (33.2%) Tidak Pernah 28(71.8%) 31(63.3%) 44(66.7%) 27(71.1%) 15(60.0%) 145(66.8%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%) Status Kepegawaian

Terdapat (n=178; 82.0%) responden memiliki status kepegawaian sebagai pemilik usaha, dan sebanyak (n=38; 17.5%) responden merupakan karyawan dan sisanya (n=1; 0.5%) merupakan responden termasuk dalam kategori lain-lain. Jakarta Utara merupakan wilayah dengan status kepegawaian responden sebagai karyawan paling banyak yaitu sebanyak 11 responden (22.5%), sementara Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang berstatus pemilik yaitu sebanyak 22 responden (88.0%). Sebaran mengenai status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran status kepegawaian pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Status Kepegawaian Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Pemilik 33 (84.6%) 37 (75.5%) 55 (83.3%) 31 (81.6%) 22 (88.0%) 178 (82.0%) Karyawan 6 (15.4%) 11 (22.5%) 11 (16.7%) 7 (18.4%) 3 (12.0%) 38 (17.5%) Lain-lain 0 (100%) 1 (2.0%) 0 (100%) 0 (100%) 0 (100%) 1 (0.5%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%) Karakteristik Tambahan

Karakteristik tambahan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah jenis kelamin, jenis usaha, jenis unggas yang dijual, serta besar penghasilan per bulan. Selengkapnya mengenai karakteristik tambahan responden dapat dilihat pada Tabel 8, 9, 10 dan 11.

Tabel 8 Sebaran jenis kelamin pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Jenis kelamin Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Pria 28 (71.8%) 32 (65.3%) 41 (62.1%) 21 (55.3%) 19 (76.0%) 141 (65.0%) Wanita 11 (28.2%) 17 (34.7%) 25 (37.9%) 17 (44.7%) 6 (24.0%) 76 (35.0%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Sebagian besar responden (n=141; 65.0%) berjenis kelamin pria dan hanya (n=76; 35.0%) responden berjenis kelamin wanita. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak berjenis kelamin pria yaitu sebanyak 19 responden (76.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan merupakan

wilayah dengan responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 17 responden (44.7%) dari total responden di Jakarta Selatan. Proporsi pedagang pria yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pedagang wanita menunjukkan bahwa berjualan daging ayam merupakan pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik sehingga hanya sedikit wanita yang memilih berjualan daging ayam sebagai pekerjaan utama. Tabel 9 Sebaran jenis unggas yang dijual pedagang daging ayam di pasar tradisional

di 5 wilayah Kota Adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Jenis Unggas Jakarta

Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Ayam broiler 38 (97.4%) 43 (87.8%) 60 (90.9%) 19 (50.0%) 11 (44.0%) 171 (78.8%) Ayam pejantan 1 (2.6%) 3 (6.1%) 2 (3.0%) 8 (21.1%) 3 (12.0%) 17 (7.8%) Ayam buras 0 (0%) 3 (6.1%) 3 (3.0%) 8 (21.1%) 10 (40.0%) 24 (11.1%) Ayam afkir 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 2 (5.3%) 0 (0%)0 2 (0.9%) Lain-lain 0 (0%) 0 (0%) 1 (1.5%) 1 (2.6%) 1 (4.0%) 3 (1.4%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Sebagian responden (n=171; 78.8%) menjual ayam broiler/potong sebagai komoditi berjualan, sementara yang menjual ayam buras merupakan komoditi terbanyak kedua setelah ayam broiler (n=24; 11.1%). Terdapat responden (n=3; 1.4%) yang menjual unggas dalam kategori lain-lain, yaitu berjualan bebek dan entok. Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan responden yang paling banyak menjual daging ayam broiler yaitu sebanyak 38 responden (97.4%) dari total responden di Jakarta Pusat, sementara Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden yang paling banyak menjual ayam kampung/buras yaitu sebanyak 10 responden (40.0%) dari total responden di Jakarta Barat.

Tabel 10 Sebaran jenis usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Jenis Usaha Jakarta

Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Menjual daging unggas 34 (87.2%) 34 (69.4%) 46 (69.7%) 33 (86.8%) 20 (80.0%) 167 (77.0%)

Menjual daging dan

unggas hidup 5 (12.9%0 15 (30.6%) 20 (30.3%) 5(13.2%) 5 (20.0%) 49 (22.6%)

Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Sebagian besar responden (n=167; 77.0%) hanya menjual daging ayam dan tidak menjual ayam hidup, sementara sebanyak (n=49; 22.6%) responden menjual daging ayam dan ayam hidup. Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang hanya menjual daging unggas yaitu sebanyak 34 responden (87.2%) dari total responden di Jakarta Pusat, sementara Jakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang menjual daging unggas dan juga unggas hidup yaitu sebanyak 15 responden (30.6%) dari total responden di Jakarta Utara.

Tabel 11 Sebaran besar penghasilan per bulan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminsitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Besar Penghasilan Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total < Rp 1 juta/bulan 2 (5.1%) 7 (14.3%) 4 (6.1%) 20 (52.6%) 0 (0%) 33 (15.2%) Rp 1-3 juta/bulan 27 (69.2%) 23 (46.9%) 47 (71%) 15 (39.5%) 21 (84.0%) 123 (61.3%) > Rp 4jt/bulan 10 (25.6%) 19 (38.8%) 15 (22.7%) 3 (7.9%) 4 (16.0%) 51 (23.5%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Penghasilan responden paling banyak antara Rp 1-3 juta perbulan yaitu sebanyak 123 responden (61.3%), sebanyak 51 responden (23.5%) memiliki penghasilan di atas Rp 4 juta per bulan. Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak dengan penghasilan dibawah Rp 1 juta perbulan yaitu sebanyak 20 responden (52.6%) dari total responden di Jakarta Selatan, sementara Jakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang memiliki penghasilan diatas Rp 4 juta perbulan yaitu sebenyak 10 responden (25.6%) dari total responden di Jakarta Utara. Perbedaan tingkat penghasilan responden biasanya dipengaruhi oleh status kepegawaian dan omset perhari.

Deskripsi Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktik

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua kebanyakan memiliki skor pengetahuan dalam kategori sedang (n=158; 72.9%). Responden dengan kategori umur dewasa memiliki skor pengetahuan baik paling banyak (n=42: 19.4%). Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan umur responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Umur

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Muda 0 1 (0.5%) 0 1 (0.5%)

Dewasa 7 (3.2%) 116 (53.5%) 42 (19.4%) 165 (76%)

Tua 1 (0.5%) 42 (19.4%) 8 (3.7%) 51 (23.5%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua kebanyakan memiliki skor sikap baik (n=144; 66.3%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan umur responden dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Deskripsi hubungan antara sikap dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Umur

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Muda 0 0 1 (0.5%) 1 (0.5%)

Dewasa 0 50 ( 23.0%) 115 (53.0%) 165 (76.0%)

Tua 0 22 (10.1%) 29 (13.3%) 51 (23.5%)

Total 0 72 (33.2%) 145 (66.8%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua memiliki skor praktik dalam kategori sedang (n=173; 79.7%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan umur responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Deskripsi hubungan antara praktik dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Umur

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Muda 0 1 (0.5% ) 0 1 (0.5% )

Dewasa 17 (7.8%) 135 (62.2%) 13 (6.0%) 165 (76.0%)

Tua 11 (5.1%) 38 (17.5%) 2 (0.9%) 51 (23.5%)

Total 28 (12.9%) 174 (80.2%) 15 (6.9%) 217 (100.0%)

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Pendidikan

Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan tinggi kebanyakan memiliki skor pengetahuan termasuk dalam kategori sedang (n=146; 72.6%). Kebanyakan responden yang memiliki skor pengetahuan baik adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (n=29; 14.4%), hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak mempengaruhi skor pengetahuan responden. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat Pendidikan

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Rendah 7 (3.5%) 112 (55.7%) 29 (14.4%) 148 (73.6%)

Tinggi 1 (0.5%) 34 (16.9%) 18 (9%) 53 (26.4%)

Total 8 (4.0%) 146 (72.6%) 47 (23.4%) 201 (100%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pendidikan

Responden yang memilki tingkat pendidikan rendah dan tinggi kebanyakan memilki skor sikap termasuk dalam kategori baik (n=139; 69.2%). Selengkapnya deskripsi hubungan antara sikap dan pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Deskripsi hubungan antara sikap dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat Pendidikan

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Rendah 0 48 (23.9%) 100 (49.8%) 148 (73.6%)

Tinggi 0 14 (7.0%) 39 (19.4%) 53 (26.4%)

Total 62 (30.8%) 139 (69.2%) 201 (100.0%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pendidikan

Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (n=21; 10.4%) memiliki skor praktik buruk lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (n=4; 2.0%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Deskripsi hubungan antara praktik dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat pendidikan

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Rendah 21 (10.4%) 118 (58.7%) 9 (4.5%) 148 (73.6%)

Tinggi 4 (2.0%) 43 (21.4%) 6 (3.0%) 53 (26.4%)

Total 25 (12.4%) 161 (80.1%) 15 (7.5%) 201 (100.0%)

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Sosialisasi Pemerintah

Responden yang tidak pernah mendapat sosialisasi pemerintah lebih banyak memiliki skor pengetahuan baik (n=33; 15.2%) bila dibandingkan dengan responden yang pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah (n=17; 7.8%), hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dari pemerintah terkait higiene dan sanitasi kepada pedagang daging ayam tidak mempengaruhi skor pengetahuan. Selengkapnya

deskripsi hubungan antara pengetahuan dan sosialisasi pemerintah dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Sosialisasi Pemerintah

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Pernah 3 (1.4%) 52 (24.0%) 17 (7.8%) 72 (33.2%)

Tidak Pernah 5 (2.3%) 107 (49.3%) 33 (15.2%) 145 (66.8%)

Total 8 (3.7%) 159 (73.3%) 50 (23.0%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Sosialisasi Pemerintah

Responden yang belum pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah (n=99; 45.6%) memiliki skor sikap yang termasuk dalam kategori baik dan lebih banyak bila dibandingkan dengan reponden yang sudah pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah (n=46; 21.2%) hal ini menggambarkan bahwa sosialisasi pemerintah tidak mempengaruhi sikap dari responden terkait higiene dan sanitasi. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan sosialisasi pemerintah dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Deskripsi hubungan antara sikap dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Sosialisasi Pemerintah

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Pernah 0 26 (12.0%) 46 (21.2%) 72 (33.2%)

Tidak Pernah 0 46 (21.2%) 99 (45.6%) 145 (66.8%)

Total 72 (33.2%) 145 (66.8%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Sosialisasi Pemerintah

Responden yang sudah pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah (n=19; 8.8%) memiliki skor praktik buruk lebih banyak dari responden yang tidak pernah mendapat sosialisasi pemerintah, hal ini menggambarkan bahwa sosialisasi pemerintah tidak mempengaruhi praktik higiene dan sanitasi responden. Selengkapnya mengenai deskripsi antara praktik responden dan pernah atau tidak mendapat sosialisasi dari pemerintah dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Deskripsi hubungan antara praktik dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Sosialisasi Pemerintah

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Pernah 19 (8.8) 117 (53.9) 9 (4.1%) 145 (66.8%)

Tidak Pernah 9 (4.1%) 57 (26.3%) 6 (2.8%) 72 (33.2%)

Total 28 (12.9%) 174(80.2%) 15 (6.9%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=128; 59%) memiliki skor pengetahuan sedang lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan (n=30; 13.8%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Status Kepegawaian

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Pemilik 6 (2.8%) 128 (59.0%) 44 (20.3%) 178 (82.0%)

Karyawan 2 (0.9%) 30 ( 13.8%) 6 (2.8%) 38 (17.5%)

Lain-lain 0 1 (0.5%) 0 51 (23.5%)

Total 8 (3.7%) 159 (73.3%) 50 (23.0%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=122; 56.2%) memiliki skor sikap sedang lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan.(n=22; 10.1%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara sikap dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Deskripsi hubungan antara sikap dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Status Kepegawaian

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Pemilik 0 56 (25.8%) 122 (56.2%) 178 (82.0%)

Karyawan 0 16 (7.4%) 22 (10.1%) 38 (17.5%)

Lain-lain 0 0 1 (0.5%) 1 (0.5%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=21; 9.7%) memiliki skor praktik dalam kategori buruk lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan (n=7; 3.2%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Deskripsi hubungan antara praktik dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Status Kepegawaian

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Pemilik 21 (9.7%) 144 (66.4%) 13 (6%) 178 (82.0%)

Karyawan 7 (3.2%) 29 (13.4%) 2 (0.9%) 38 (17.5%)

Lain-lain 0 0 1 (0.5%) 1 (0.5%)

Total 28 (12.9%) 174 (80.2%) 15 (6.9%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dan Pengalaman

Responden dengan kategori pengalaman berjualan yang termasuk dalam kategori baru kebanyakan memiliki skor pengetahuan sedang, (n=35; 16.1%) sedangkan responden dengan kategori pengalaman berjualan yang termasuk dalam kategori lama kebanyakan memiliki skor pengetahuan sedang (n=104; 47.9%). Skor pengetahuan baik paling banyak dimiliki oleh responden dengan kategori pengalaman lama (n=41: 18.9%), hal ini menggambarkan bahwa semakin lama responden tersebut berjualan pengetahuan mengenai praktik higiene dan sanitasi semakin baik. Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan pengalaman berjualan responden dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Baru 0 35 (16.1%) 4 (1.8%) 39 (18.0%)

Sedang 2 (0.9%) 20 (9.2%) 5 (2.3%) 27 (12.4%)

Lama 6 (2.8%) 104 (47.9%) 41 (18.9%) 151 (69.6%)

Total 8 (3.7%) 159 (73.3%) 50 (23.0%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pengalaman

Responden dengan kategori pengalaman berjualan termasuk dalam kategori baru kebanyakan memilki skor sikap baik (n=21; 9.7%). Demikian juga dengan responden yang memiliki kategori pengalaman berjualan yang terrmasuk dalam kategori lama memiliki skor sikap baik (n=104; 47.9%), hal ini menggambarkan bahwa sikap baik responden akan semakin tinggi seiring dengan semakin lama

responden tersebut berjualan. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan pengalaman responden dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Deskripsi hubungan antara sikap dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Baru 0 18 (8.3%) 21 (9.7%) 39 (18%)

Sedang 0 7 (3.2%) 20 (9.2%) 27 (12.4%)

Lama 0 47 (21.7%) 104 (47.9%) 151 (69.6%)

Total 0 72 (33.2%) 145 (66.8%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pengalaman

Responden dengan kategori pengalaman berjualan termasuk dalam kategori baru kebanyakan memilki skor praktik sedang (n=33; 15.2%). Demikian juga dengan responden dengan pengalaman berjualan termasuk dalam kategori lama memiliki skor praktik sedang (n=119; 54.8%) dan kebanyakan responden yang memiliki skor praktik baik adalah responden dengan pengalaman berjualan termasuk dalam kategori lama (n=10: 4.6%), hal ini menunjukkan sikap baik responden terkait higiene dan sanitasi dipengaruhi oleh lama berjualan. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan pengalaman responden dapat dilihat pada Tabel 26

Tabel 26 Deskripsi hubungan antara praktik dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Baru 3 (1.4%) 33 (15.2%) 3 (1.4%) 39 (18%)

Sedang 3 (1.4%) 22 (10.1%) 2 (0.9%) 27 (12.4%)

Lama 22 (10.1%) 119 (54.8%) 10 (4.6%) 151 (69.6%)

Total 28 (12.9%) 174 (80.2%) 15 (6.9%) 217 (100.0%)

Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pengetahuan

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan terkait higiene dan sanitasi termasuk dalam kategori sedang sampai baik yaitu sebanyak 209 responden (96.3%) dan hanya sedikit yang termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 8 responden (3.7%). Hasil ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki pengetahuan sudah cukup baik terkait higiene dan sanitasi. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden yang memiliki skor pengetahuan kategori baik paling banyak yaitu 16 responden (64.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sedangkan Jakarta Timur

merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang memiliki skor pengetahuan “sedang” dan “buruk” yaitu masing-masing sebanyak 49 responden (74.2%) dan 4 responden (6.1%) dari total responden di Jakarta Timur. Jakarta Selatan merupakan wilayah yang tidak memiliki responden dengan kategori pengetahuan buruk maupun baik dan hanya memilki responden dengan kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 38 responden (100%). Selengkapnya mengenai sebaran pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 27. Sebaran responden berdasarkan jawaban yang benar mengenai pengetahuan higiene dan sanitasi disajikan pada Tabel 28.

Tabel 27 Kategori penilaian pengetahuan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori penilaian pengetahuan Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Total Buruk 2 (5.1%) 2 (4.1%) 4 (6.1%) 0 (0%) 0 (0%) 8 (3.7%) Sedang 31 (79.5% 32 (65.3%) 49 (74.2%) 38 (100%) 9 (36.0%) 159 (73.3%) Baik 6 (15.4%) 15 (30.6%) 13 (19.7%) 0 (0%) 16 (64.0%) 50 (23.0%) Total 39 (100%) 49 (100%) 66 (100%) 38 (100%) 25 (100%) 217 (100%)

Tabel 28 Sebaran jawaban benar pengetahuan yang dijawab pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

No Pertanyaan

Kolom Tanggapan (n=217)

Benar Salah Tidak Tahu

1 Daging ayam yang dijual harus dijaga

kebersihannya.

145 (66.7%) 56 (25.6%) 17 (7.7%)

2 Penjualan daging ayam dan jeroan (usus, hati, ampela) bisa disatukan.

167 (76.9%) 50 (23.1%) 0 (0%)

3 Daging ayam yang dijual tanpa es dapat bertahan sampai dengan 8 jam setelah dipotong.

206 (94.9%) 11 (5.1%) 0 (0%)

4 Bahan meja tempat penjualan daging ayam tidak harus keramik atau stainless steel.

11 (5.1%) 206 (94.9%) 0 (0%)

5 Meja penjualan daging ayam tidak perlu dibersihkan secara rutin dengan air dan sabun.

50 (23.1%) 161 (74.4%) 6 (2.6%)

6 Pisau untuk membersihkan jeroan boleh sama dengan pisau untuk memotong daging ayam.

106 (48.7%) 72 (33.3%) 39 (17.9%)

7 Pisau untuk menyembelih ayam hidup harus berbeda dengan pisau untuk memotong daging ayam.

145 (66.7%) 56 (25.6%) 17 (7.7%)

8 Pisau dan gagangnya harus terbuat dari

stainless steel.

106 (48.7%) 78 (35.9%) 33 (15.4%)

9 Pisau yang digunakan harus dibersihkan dan diasah secara teratur.

122 (56.4%) 95 (43.6%) 0 (0%)

10 Setiap membersihkan pisau tidak perlu

menggunakan air bersih dan sabun.

39 (17.9%) 167 (76.9%) 11 (5.1%)

11 Talenan boleh terbuat dari kayu, tidak harus terbuat dari plastik.

33 (15.4%) 172 (79.5%) 11 (5.1%)

lanjutan

13 Membersihkan talenan cukup dengan dilap, tidak perlu disikat dan dicuci dengan sabun.

28 (12.8%) 189 (87.2%) 0 (0%)

14 Kios/los tempat berjualan tidak perlu

dibersihkan secara teratur.

11 (5.1%) 184 (84.6%) 22 (10.3%)

15 Lingkungan pasar harus rutin dibersihkan oleh pengelola pasar.

111 (5.1%) 78 (35.9%) 28 (12.8%)

16 Limbah padat (sisa bulu, tulang, jeroan) harus dikumpulkan dan dibuang ke tong sampah

Dokumen terkait