• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study Knowledge Attitude and Practices (KAP) Higiene and Sanitation Chicken Meat Vendors at Traditional Markets in the Province of DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study Knowledge Attitude and Practices (KAP) Higiene and Sanitation Chicken Meat Vendors at Traditional Markets in the Province of DKI Jakarta"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI

KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE

(KAP)

HIGIENE DAN SANITASI PEDAGANG DAGING AYAM

DI PASAR TRADISIONAL DI PROVINSI DKI JAKARTA

HASUDUNGAN AGUSTINUS SIDABALOK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Studi Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) Higiene dan Sanitasi Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(3)

RINGKASAN

HASUDUNGAN AGUSTINUS SIDABALOK. Studi Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) Higiene dan Sanitasi Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh DENNY WIDAYA LUKMAN dan TRIOSO PURNAWARMAN.

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang sangat populer dan paling umum di Indonesia termasuk di Kota Jakarta. Daging ayam mudah diperoleh dan harganya relatif murah bila dibandingkan dengan daging sapi. Pasar tradisional merupakan tempat berbelanja paling umum bagi masyarakat Indonesia untuk membeli berbagai macam kebutuhan sehari-hari termasuk daging ayam. Salah satu faktor yang menjamin keamanan dan kualitas daging ayam adalah penerapan praktik higiene dan sanitasi pada saat dijual di pasar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pedagang daging ayam di pasar tradisional yang mana karakteristik pedagang yang dinilai adalah umur tingkat pendidikan, pengalaman usaha, sosialisasi pemerintah, dan status kepegawaian, disamping menilai karakteristik diatas penelitian ini juga melihat tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik pedagang daging ayam serta melihat hubungan atau korelasi dari masing-masing peubah. Manfaat dari penelitian ini adalah didapatkan suatu gambaran yang nyata mengenai kondisi higiene dan sanitasi di tempat penjualan daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta, sehingga dapat diwujudkan jaminan higiene dan sanitasi bagi peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Manfaat lain dari penelitian ini juga dapat dijadikan masukan dalam perencanaan program jaminan keamanan pangan di Provinsi DKI Jakarta.

Penelitian ini menggunakan studi lapang cross sectional dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk melakukan wawancara dan melakukan observasi terhadap praktik higiene dan sanitasi responden. Penelitian ini berlangsung antara bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Responden adalah pedagang daging ayam di pasar tradisional yang berada di 5 wilayah Kota Adminsitrasi Provinsi DKI Jakarta yang mana kriteria penilaian pasar adalah pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya yang menjual daging ayam. Penentuan besaran sampel dilakukan dengan software Win Episcope® 2.0 dengan tingkat kepercayaan 95%, asumsi persentase pedagang daging ayam yang telah melakukan praktik higiene dan sanitasi yang baik sebesar 50%, dan tingkat kesalahan sebesar 6%, maka banyaknya sampel yang dibutuhkan sebanyak 217. Penentuan unit sampel pasar dengan metode cluster random sampling karena setiap wilayah Kota Administrasi memiliki jumlah pedagang daging ayam yang berbeda dan harus dikelompokkan, untuk menentukan cluster dengan cara probability proportional to size (PPS), sehingga diharapkan pasar dengan jumlah pedagang yang lebih banyak kemungkinan terpilih sebagai unit sampel akan semakin besar. Penilaian tingkat pengetahuan, sikap dan praktik dilakukan dengan mengkuatifikasi kuesioner dengan memberikan skor. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan korelasi antara masing-masing peubah ditentukan dengan uji gamma.

(4)

responden (97.2%) mendapatkan pendidikan formal, dimana yang mendapat pendidikan formal tersebut kebanyakan termasuk dalam kategori pendidikan rendah sebanyak 148 responden (73.6%), sebanyak 151 responden (69.6%) memiliki pengalaman usaha diatas 5 tahun, sebanyak 178 responden (82.0%) merupakan pemilik usaha, sebanyak 141 responden (65.0%) berjenis kelamin pria, 171 responden (78.8%) berjualan ayam broiler, dan sebanyak 167 responden (77.0%) hanya menjual daging ayam. Hampir semua responden (n=209; 96.0%) memiliki tingkat pengetahuan termasuk dalam kategori sedang sampai baik. Tidak terdapat responden yang memiliki kategori sikap buruk akan tetapi memiliki kategori sikap sedang (n=72; 33.2%) dan baik (n=145; 66.8%). Kebanyakan responden (n=174; 80.2%) termasuk dalam kategori sedang dalam praktik higiene dan sanitasi. Analisis selanjutnya terdapat hubungan nyata antara pendidikan dengan pengetahuan (p<0.05), pengalaman dengan pengetahuan (p<0.05) dan umur berhubungan nyata dengan sikap (p<0.05). Korelasi nyata (p<0.05) ditemukan juga antara pengetahuan dengan sikap serta pengetahuan dengan praktik.

(5)

SUMMARY

HASUDUNGAN AGUSTINUS SIDABALOK. Study Knowledge Attitude and Practices (KAP) Higiene and Sanitation Chicken Meat Vendors at Traditional Markets in the Province of DKI Jakarta Under direction of DENNY WIDAYA LUKMAN and TRIOSO PURNAWARMAN

Chicken meat as a source of animal protein is very popular and common in Indonesia, including in Jakarta. Chicken meat is easy to find and its price is relatively cheaper than beef meat. Traditional markets are the most common place for Indonesian people to buy their needs, especially food. One of factors affecting the safety and quality of fresh chicken meat is application of hygiene and sanitation in markets. The aims of this study were to observe the knowledge, attitude, and practices of chicken meat vendors and to evaluate the level of hygiene and sanitation of chicken carcass at vendors in traditional markets in the Province of DKI Jakarta and correlated to each variables. This study was conducted by cross-sectional using questionnaires for interview respondents and observation on practices of hygiene and sanitation. The respondents were chicken meat vendors who traded in the traditional market in five districts in the Province of DKI Jakarta. Total of 217 respondents was involved in this study. The study used cluster random sampling method for identification the market and identification of sample cluster was done using probability proportional to size method. The data were analyzed descriptively and the association among variables was determined with gamma tests. Most of respondents (n=209; 96.3%) had knowledge categorized from moderate to good. There was no respondents whose attitude were categorized as bad, they were categorized in attitude as moderate (n=72; 33.2%) and good (n=145; 66.8%). Most of respondents (n=174; 80.2%) was categorized as moderate in practices of hygiene and sanitation. Further analysis showed that the educational levels were significantly correlated with knowledge (p<0.05), experiences were significantly correlated with the knowledge, and age was significantly correlated with the attitudes (p<0.05). The significant associations (p<0.05) were also showed between knowledge and attitude and then attitude and practice.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

STUDI

KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE

(KAP)

HIGIENE DAN SANITASI PEDAGANG DAGING AYAM

DI PASAR TRADISIONAL DI PROVINSI DKI JAKARTA

HASUDUNGAN AGUSTINUS SIDABALOK

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Studi Knowledge, Attitude, and Practice (KAP) Higiene dan Sanitasi Pedagang Daging Ayam di Pasar Tradisional di Provinsi DKI Jakarta

Nama : Hasudungan Agustinus Sidabalok

NIM : B251110021

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi Dr drh Trioso Purnawarman, MSi

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah Bapa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga studi dan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dalam segi materi, tata bahasa maupun dalam memberikan deskripsi. Selama pengerjaan tesis ini, penulis mendapatkan banyak saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak dalam penyempurnaan tulisan.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi selaku ketua komisi pembimbing sekaligus Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS KMV SPs IPB) atas segala waktu selama pembimbingan, kesabaran, saran, dan arahannya dalam penyelesaian tesis dan begitu banyak pengetahuan baru yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan sampai menyelesaikan tesis ini; Dr drh Trioso Purnawarman, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah sabar dan meluangkan waktunya dalam membimbing dan mengarahkan penulisan tesis; dan seluruh staf pengajar beserta tenaga kependidikan PS KMV SPs IPB. Terima kasih kepada seluruh rekan-rekan PS KMV Reguler tahun 2011/2012 dan rekan-rekan mahasiswa pascasarjana lainnya yang turut membantu penyelesaian tulisan ini. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi DKI Jakarta yang memberikan ijin tugas belajar serta membantu pembiayaan selama penulis menuntut ilmu di IPB. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian serta memberikan data yang penulis perlukan dalam penulisan tesis ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta; istriku yang paling kukasihi Novaline, Mama sebagai sumber inspirasi dan semangatku, anak-anakku tersayang (Aurora, Jonathan, dan Natasha) kalianlah harta yang paling berharga di dunia ini.

Atas segala kebaikan yang telah penulis terima, semoga Tuhan yang Maha Kuasa melimpahkan berkat yang tidak terhingga kepada kita semua. Semoga tesis ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.

(11)

DAFTAR ISI

Keamanan Pangan Asal Hewan 5

Higiene dan Sanitasi 6

Pasar Tradisional 6

Studi Pengetahuan, Sikap dan Praktik 7

Pengetahuan 7

Sikap 8

Praktik 9

3 BAHAN DAN METODE

Kerangka Konsep Penelitian 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Ukuran Sampel, Responden, dan Penarikan Sampel 11

Metodologi Penelitian 12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pedagang Daging Ayam 16

Umur 16

Deskripsi Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktik

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Umur Deskripsi Hubungan Sikap dengan Umur Deskripsi Hubungan Praktik dengan Umur

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Pendidikan Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pendidikan

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pendidikan

(12)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Sosialisasi Pemerintah Deskripsi Hubungan Praktik dengan Sosialisasi Pemerintah

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Status Kepegawaian

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Status Kepegawaian Deskripsi Hubungan Praktik dengan Status Kepegawaian Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Pengalaman Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pengalaman

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pengalaman Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Pengetahuan Sikap Praktik

Observasi Higiene dan Sanitasi

Korelasi Karakteristik dengan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Korelasi Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik

24 24 25 25 26 26 26 27 27 27 29 32 33 34 35 5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 38

(13)

DAFTAR TABEL

1 Besaran sampel pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

12 2 Sebaran umur pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah

Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

16 3 Sebaran kesempatan mendapatkan pendidikan formal pedagang

Daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

17

4 Sebaran tingkat pendidikan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

17 5 Sebaran pengalaman usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional

di 5 wilayah Kota Administrasidi Provinsi DKI Jakarta

18 6 Sebaran pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah

Kota Adminstrasi Provinsi DKI Jakarta terkait sosialisasi dari pemerintah

19

7 Sebaran status kepegawaian pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

19 8 Sebaran jenis kelamin pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5

wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

19 9 Sebaran jenis unggas yang dijual pedagang daging ayam di pasar

tradisional di 5 wilayah Kota Adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta

20 10 Sebaran jenis usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5

wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

20 11 Sebaran besar penghasilan per bulan pedagang daging ayam

di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminsitrasi di Provinsi DKI Jakarta

21

12 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

21

13 Deskripsi hubungan antara sikap dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

22 14 Deskripsi hubungan antara praktik dan umur pedagang daging ayam di

5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

22 15 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pendidikan

pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

22

16 Deskripsi hubungan antara sikap dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

23 17 Deskripsi hubungan antara praktik dan pendidikan pedagang daging

ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

23 18 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan sosialisasi

pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

24

19 Deskripsi hubungan antara sikap dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(14)

20 Deskripsi hubungan antara praktik dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

24 21 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan status kepegawaian

pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

25

22 Deskripsi hubungan antara sikap dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

25 23 Deskripsihubunganantarapraktikdan status kepegawaian pedagang

daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

26 24 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pengalaman

pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

26

25 Deskripsi hubungan antara sikap dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

27

26 Deskripsi hubungan antara praktik dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

27 27 Kategori penilaian pengetahuan pedagang daging ayam di pasar

tradisional di 5 wilayah Kota Administrasidi Provinsi DKI Jakarta

28

28 Sebaran jawaban benar pengetahuan yang dijawab pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

28

29 Kategori penilaian sikap pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait higiene dan sanitasi

30

30 Sebaran jawaban benar sikap yang dijawab pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

30

31 Kategori penilaian praktik pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait higiene dan sanitasi

32

32 Sebaran jawaban benar praktik yang dijawab pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasidi Provinsi DKI Jakarta

32

33 Kategori penilaian higiene sanitasi pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait higiene dan sanitasi

33

34 Sebaran jawaban checklist praktik pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

34

35 Hubungan karakteristik dengan pengetahuan, sikap dan praktik pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait higiene dan sanitasi

35

36 Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap praktik pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait higiene dan sanitasi

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jumlah penduduk kota Jakarta pada tahun 2011 sebanyak 9 607 707 jiwa (BPS 2011). Kebutuhan daging ayam pedaging di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 sebanyak 744 200 ekor per hari. Kondisi Kota Jakarta tidak memungkinkan adanya usaha peternakan unggas komersial sehingga pemenuhan kebutuhan daging ayam tersebut harus dipasok dari luar Jakarta, baik dari Pulau Jawa maupun dari luar Pulau Jawa (DKP 2012). Jumlah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta sebanyak 1134 pedagang yang tersebar di 114 pasar tradisional (PD Pasar Jaya 2013).

Foodborne hazard merupakan bahaya yang ditimbulkan akibat mengonsumsi makanan tercemar dan dapat mengakibatkan penyakit (illness) maupun luka (injury). Bahaya yang timbul disebabkan oleh bahaya biologis, kimia, maupun fisik (McSwane et al. 2003). Dari hasil surveilans cemaran dan residu bahan kimia pada tahun 2012 dilaporkan bahwa pada sampel daging ayam yang dijual di pasar tradisional di Provinsi DKI Jakarta ditemukan sebanyak 11% positif terdapat Escherichia coli, 8.1% tercemar Salmonella sp,dan 1.7% tercemar Campylobacter, sedangkan hasil uji residu antibiotik pada sampel daging ayam ditemukan 15.5% mengandung neomisin, 20% mengandung fluorquinolon, dan 18.2% mengandung semikarbazid (DKP 2012).

Produk pangan asal ternak berisiko tinggi terhadap cemaran mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Setelah ternak dipotong, mikroba yang terdapat pada hewan akan merusak jaringan sehingga bahan pangan hewani cepat mengalami kerusakan bila tidak mendapat penanganan yang baik. Mikroba pada produk ternak

pada umumnya berasal dari saluran pencernaan (Bahri et al. 2006).

Semakin meningkatnya kesejahteraan, pendapatan dan tingkat pendidikan masyarakat saat ini, keamanan pangan menjadi semakin menjadi perhatian masyarakat agar didapatkan pangan yang sehat dan aman. Ketersediaan pangan yang sehat dan aman menjadi kunci utama untuk mencapai tingkat gizi yang baik (Bahri 2008). Jaminan keamanan pangan juga telah menjadi tuntutan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Jaminan keamanan pangan dapat diartikan sebagai jaminan bahwa pangan atau bahan pangan tersebut bila dipersiapkan dan dikonsumsi secara benar tidak akan membahayakan kesehatan manusia. Tanpa jaminan keamanan, pangan maupun bahan pangan sulit diperdagangkan, bahkan dapat ditolak (Murdiati 2006).

(17)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

1. Karakteristik pedagang daging ayam yang berada di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta.

2. Tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik higiene sanitasi pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta, serta hubungan antara peubah-peubah tersebut

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi higiene dan sanitasi di tempat penjualan daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta agar dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam perencanaan program jaminan keamanan pangan di Provinsi DKI Jakarta.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik, pengetahuan, dan sikap dengan praktik pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta terkait praktik higiene dan sanitasi. 2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik, pengetahuan, dan sikap dengan

(18)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Daging Ayam

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang baik karena mengandung asam amino esensial yang lengkap dengan perbandingan jumlah yang baik. Serat daging ayam broiler pendek dan lunak sehingga mudah dicerna. Daging ayam juga menghasilkan nilai kalori yang rendah apabila dibandingkan dengan nilai kalori dari daging sapi, oleh karena itu daging ayam sangat baik sebagai bahan makanan untuk mengontrol pertambahan berat badan, pemulihan dari sakit dan usia lanjut (Muchtadi dan Sugiyono 1992).

Daging ayam berasal dari ayam jantan dewasa (cock), ayam atau kalkun betina dewasa (hen), kalkun jantan dewasa (tom), ayam kastrasi (capon) dan anak ayam (chick). Berdasarkan penanganannya, karkas ayam dapat dibedakan menjadi karkas segar, karkas dingin segar dan karkas beku (Soeparno 1998).

Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktivitas tinggi terutama dalam memproduksi daging ayam (Yuwanta 2004). Ayam broiler memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, umur relatif muda pada saat dipanen serta penghasil daging dengan serat yang lunak (Murtidjo 1992).

Klasifikasi daging ayam berdasarkan umur dan bobot menurut BSN (2009) yaitu dibawah umur 6 minggu disebut karkas ayam muda (fryer/broiler), antara 6 sampai dengan 12 minggu disebut karkas ayam dewasa (roaster) dan berumur di atas 12 disebut dengan karkas ayam tua (stew).

Keamanan Pangan Asal Hewan

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1996, pangan didefenisikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang telah diolah maupun tidak diolah dan dimanfaatkan sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku dan bahan lain yang digunakan dalam proses persiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Dengan kata lain keamanan pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari pencemaran agen mikroba patogen, bahan kimia beracun dan benda asing lainnya yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.

Keamanan pangan pada dasarnya merupakan hal yang kompleks dan berkaitan erat dengan aspek kebijakan, toksisitas, mikrobiologi, kimia, status gizi, kesehatan dan ketenteraman batin. Masalah keamanan pangan bersifat dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia yang meliputi aspek sosial budaya, kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta segala yang terkait dengan kehidupan manusia (Bahri et al. 2006).

(19)

mendekati susunan asam amino yang dibutuhkan manusia sehingga mudah dicerna dan lebih efisien. Protein hewani sangat dibutuhkan sebagai sumber gizi untuk kesehatan masyarakat akan tetapi produk ternak ini dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila tidak terjamin keamanannya (Bahri et al. 2006).

Higiene dan Sanitasi

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI 2004). Menurut Komnas FBPI (2008) higiene adalah segala upaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan serta berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya seperti menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI 2004). Menurut Komnas FBPI sanitasi adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya mikroba pembusuk dan patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia .

Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitannya dan pelaksanaan higiene yang baik tidak akan maksimal apabila tindakan sanitasi tidak dilakukan dengan baik (Depkes RI 2004).

Berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1996, yang dimaksud dengan sanitasi pangan adalah upaya untuk mencegah kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. Persyaratan sanitasi adalah standar kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi sebagai upaya untuk membunuh mikroba terutama yang bersifat patogen agar pangan yang dihasilkan dan dikonsumsi tidak membahayakan kesehatan dan jiwa manusia.

Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan bagian intergral dari komunitas masyarakat yang menjual berbagai macam kebutuhan masyarakat baik sandang maupun pangan. Salah satu bahan pangan yang dijual di pasar tradisional adalah unggas, baik dalam bentuk karkas maupun unggas hidup. Pasar unggas diketahui sebagai tempat amplifikasi dan diseminasi virus highly pathogenic avian influenza (HPAI) sesuai dengan studi yang menyatakan bahwa virus AI dapat ditemukan baik pada unggas maupun pada peralatan yang digunakan (Samaan et al. 2011).

(20)

Studi Pengetahuan, Sikap dan Praktik

Studi mengenai pengetahuan, sikap dan praktik merupakan ilmu yang representatif yang digunakan pada populasi yang spesifik untuk mengumpulkan informasi yang ingin diketahui. Studi ini sangat dibutuhkan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi suatu metode yang diterapkan pada masyarakat (WHO 2008).

Studi ini dikenal pertama sekali lebih dari 40 tahun yang lalu oleh Bank Dunia (World Bank) pada bidang pemerintahan, non pemerintahan, perkembangan keluarga, pendidikan, kesehatan masyarakat. Studi ini didesain pada daerah atau budaya serta topik yang khusus dimana studi ini dapat menjelaskan bagaimana individu atau kelompok merasakan adanya sesuatu yang spesifik mengenai apa yang diketahui dan bagaimana bertindak (Kaliyaperumal 2004).

Menurut (Notoatmodjo 2010) studi pengetahuan, sikap dan praktik merupakan studi yang mengukur tentang perilaku manusia, dimana perilaku manusia dibedakan menjadi perilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka (overt). Perilaku seseorang sangat kompleks dan memiliki bentangan yang sangat luas dan terdiri atas 3 area yaitu; area cipta (kognitif), area rasa (afektif) dan area karsa (psikomotor). Respon kognitif, afektif, dan psikomotor erat hubungannya dengan tahap pengambilan keputusan. Respon kognitif adalah berada pada tahap mempelajari yaitu tahap mengenal masalah dan tahap mencari informasi untuk mengatasi masalah. Selanjutnya untuk mencari alternatif terbaik dalam memecahkan masalah termasuk pada tahap afektif dan setelah alternatif tindakan sudah ditemukan maka sampai pada tahap perilaku (psikomotor) (Umar 2000).

Pengetahuan

Menurut Walgito (2002), pengetahuan adalah mengenal suatu objek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang objek tersebut. Menurut Lakhan dan Sharma (2010), pengetahuan adalah kemampuan untuk memperoleh, mempertahankan, dan menggunakan informasi, gabungan pemahaman, ketajaman dan keterampilan. Sedangkan Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga), sehingga dari waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

Menurut Notoatmodjo (2010), secara garis besar tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu:

1. Tahu (know)

(21)

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi dapat menginterpretasikan secara benar mengenai objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Sikap

Sikap adalah bentuk respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). Menurut Campbell (1950) dalam Notoatmodjo (2010), definisi sikap adalah “ an Individual attitude is syndrome of response consistency with regard to object”, atau sikap merupakan suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya.

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/praktik atau perilaku. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata/praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas (Ali 2003), sedangkan menurut Azwar (2003) sikap terbentuk dari pengalaman dengan melalui proses belajar.

(22)

Sikap mengacu kepada kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu untuk situasi tertentu, untuk melihat dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa sesuai dengan kecenderungan tertentu, atau untuk menyusun pendapat ke dalam struktur yang masuk akal dan saling terkait.

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), komponen pokok sikap terdiri atas 3 yaitu:

1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

2 Kehidupan emosional atau evaluasi individu terhadap objek, artinya bagaimana penilaian orang tersebut terhadap objek.

3 Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Menurut Notoatmodjo (2010) berdasarkan intensitasnya sikap dibedakan menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai dapat diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi untuk merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya.

Praktik

Praktik adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa tindakan itu terjadi karena adanya penyebab (stimulus), motivasi, dan tujuan dari tindakan tersebut. Tindakan dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat didalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono 2002).

Praktik berarti aplikasi peraturan dan pengetahuan yang mengarah ke tindakan/perbuatan (Lakhan dan Sharma 2010).

Notoatmodjo (2010), membedakan praktik atau tindakan menjadi 3 tingkatan, yaitu :

1. Praktik terpimpin (guided response)

Praktik yang dilakukan subjek masih tergantung tuntunan atau masih menggunakan objek.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

(23)

3. Adopsi (adoption)

(24)

3 BAHAN DAN METODE

Kerangka Konsep Penelitian

Peubah yang digunakan di dalam penelitian ini adalah karakteristik, pengetahuan dan sikap pedagang daging ayam yang berada di pasar tradisional di 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta. Ketiga peubah ini dihubungkan dengan praktik dari pedagang tersebut terkait dengan praktik higiene dan sanitasi. Kerangka konsep penelitian yang dilakukan dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1 Skemakerangka konsep penelitian

Gambar 1 Skema kerangka konsep penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian berlangsung selama 3 bulan antara bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tradisional di 5 wilayah Kota Adminsitrasi di Provinsi DKI Jakarta yang dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya yang menjual daging ayam.

Ukuran Sampel, Responden, dan Penarikan Sampel

Responden penelitian adalah penjual daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Provinsi DKI Jakarta. Kriteria pemilihan pasar berdasarkan area wilayah yang dibagi oleh Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya yang menjual daging ayam. Pengambilan sampel pasar di tentukan dengan teknik penarikan contoh acak bergerombol (cluster random sampling) dan cara menentukan gerombol dengan melakukan PPS (probability proportional to size) dan dari tiap pasar yang sudah terpilih sampel pedagang ditentukan secara acak (Sumarsono 2004).

Praktik Higiene dan Sanitasi

Tingkat Higiene dan Sanitasi Karakteristik Pedagang

Umur pedagang Tingkat pendidikan Pengalaman usaha Sosialisasi pemerintah Status kepegawaian

Pengetahuan Pedagang

(25)

Ukuran sampel ditentukan dengan software Win Episcope® 2.0. Dengan tingkat kepercayaan 95%, asumsi persentase pedagang daging ayam yang telah melakukan praktik higiene dan sanitasi yang baik sebesar 50%, dan tingkat kesalahan sebesar 6%, maka banyaknya sampel yang dibutuhkan sebanyak 217 sampel. Besaran sampel dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 1 Besaran sampel pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Wilayah kota administrasi Jumlah pedagang Besaran sampel pedagang

Jakarta Pusat 203 39

Penelitian ini menggunakan kajian lapang cross-sectional dengan menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan praktik dari responden (Kirwood 1992; Lin et al. 2011). Data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden yang terpilih menggunakan kuesioner. Pertanyaan maupun pernyataan dalam kuesioner diarahkan pada pokok-pokok permasalahan yang memiliki keterkaitan erat serta mendukung tujuan penelitian. Isi dari kuesioner terdiri dari pertanyaan maupun pernyataan diharapkan dapat menggali kondisi higiene dan sanitasi responden, dimana kondisi higiene pribadi dan sanitasi lingkungan sekitar tempat berjualan daging ayam (Komnas FBPI 2008).

Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengukuran pengetahuan masyarakat terkait higiene dan sanitasi adalah dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan yang tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan terkait higiene dan sanitasi adalah tingginya pengetahuan responden tentang higiene dan sanitasi, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel atau komponen terkait higiene dan sanitasi. Untuk mengukur pengetahuan responden digunakan 33 pertanyaan mengenai pengetahuan terkait higiene dan sanitasi di tempat penjualan daging ayam.

Pengetahuan dikuantifikasi dengan pemberian bobot (skor). Responden diharapkan dapat memberikan pilihan jawaban dalam jawaban “benar”, “salah” dan “tidak tahu” (Khan et al. 2013). Pertanyaan dibedakan menjadi pertanyaan positif dan pertanyaan negatif untuk menghilangkan bias dari jawaban responden. Pertanyaan positif yang mana jawaban benar jika responden memilih jawaban benar, sementara pertanyaan negatif jawaban benar jika responden memilih jawaban salah (Palaian et al. 2006).

(26)

maksimum untuk tingkat pengetahuan adalah 33 dan minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, untuk menilai tingkat pengetahuan penjual daging ayam terkait higiene dan sanitasi di pasar tradisional sebagai berikut:

 Pengetahuan buruk jika nilai <18

 Pengetahuan sedang jika nilai antara 18–27  Pengetahuan baik jika nilai >27

Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap masyarakat terkait higiene dan sanitasi adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan higiene dan sanitasi. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan atau dapat juga dengan memberikan pernyataan dengan menggunakan skala Lickert (Notoatmodjo 2010).

Pengukuran sikap dirancang 33 pernyataan mengenai sikap responden terhadap higiene dan sanitasi. Responden diberikan 3 pilihan jawaban yaitu ”setuju”, ”tidak setuju” dan ”ragu-ragu” (Riduwan 2009). Pernyataan dibedakan menjadi pernyataan positif dan pernyataan negatif untuk menghilangkan bias dari jawaban responden. Pernyataan positif yang mana jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ”setuju”, sementara pernyataan negatif yang mana jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban ”tidak setuju”.Pada kuesioner sikap terdapat 16 pernyataan negatif dan 17 pernyataan positif. Setiap jawaban yang benar dari pernyataan mengenai sikap pedagang daging ayam diberi nilai 3, jawaban netral (ragu-ragu) diberi nilai 2 dan jawaban salah diberi nilai 1.

Dengan demikian nilai maksimum adalah 99 dan nilai minimum adalah 33. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, untuk menilai tingkat sikap pedagang daging ayam sebagai berikut:

 Sikap negatif jika nilai <50

 Sikap netral jika nilai antara 50-80  Sikap positif jika nilai >80

Pengukuran Praktik

Menurut Notoatmodjo (2010), pengukuran atau cara mengamati praktik dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengukuran praktik yang paling baik adalah secara langsung, yakni dengan melakukan pengamatan (observasi) Pada penelitian ini terdapat 10 penilaian yang dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada yang melakukan tindakan higiene dan sanitasi yang tepat dan nilai 0 pada yang tidak melakukan tindakan higiene dan sanitasi, sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini dari 61 pertanyaan dalam kuesioner akan dirangkum menjadi 25 pertanyaan kunci mengenai praktik higiene dan sanitasi. Pertanyaan kunci tersebut memiliki jawaban “ya” dan “tidak”.

(27)

 Pengetahuan buruk jika nilai <12

 Pengetahuan sedang jika nilai antara 12-20  Pengetahuan baik jika nilai >20

Hasil penilaian total untuk tingkat higiene dan sanitasi adalah penjumlahan dari praktik higiene dan sanitasi (25 poin) dan hasil observasi (10 poin). Dengan demikian nilai maksimum untuk tingkat higiene dan sanitasi adalah 35 dan minimum adalah 0. Berdasarkan kriteria pembobotan di atas, untuk menilai tingkat higiene dan sanitasi sebagai berikut:

 Higiene dan sanitasi buruk jika nilai <20

 Higiene dan sanitasi sedang jika nilai antara 20-30  Higiene dan sanitasi baik jika nilai >30

Validitas Instrumen

Suatu instrumen dikatakan valid, jika instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan tujuan tertentu. Validitas instrumen atau keabsahan intrumen dipenuhi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam penelitian yaitu dengan cara menyesuaikan isi pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner dengan landasan teoritis yang ada serta hasil penelitian yang bersifat mendukung dan keadaan di lokasi sasaran penelitian. Uji reliabilitas instrumen juga dilakukan sehingga tingkat konsistensi hasil yang dicapai meskipun dipakai berulang-ulang tidak berubah. Kuesioner dalam penelitian ini terlebih dahulu diuji dengan pre-test kuesioner sebelum dipergunakan untuk menentukan estimasi waktu dari wawancara dan melihat tingkat kesulitan pertanyaan dalam kuesioner (Danim 2004).

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji gamma untuk melihat adanya hubungan atau korelasi antara peubah yang diamati. Menurut Agresti dan Finlay (2009) uji gamma digunakan untuk mengetahui asosiasi antara peubah-peubah yang memiliki skala ordinal, sementara untuk melihat korelasi atau hubungan antara peubah yang memiliki skala ordinal dengan numerik digunakan uji Spearman (Dahlan 2011). Analisis data menggunakan program SPSS® 17 dan Microsoft Excel 2007.

Definisi Operasional

Definisi operasional dari istilah variabel yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan untuk memberikan pengertian yang jelas dan tidak memberikan keraguan. Beberapa istilah peubah tersebut adalah:

1. Pedagang daging ayam: seseorang atau individu yang berprofesi berjualan daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah di Provinsi DKI Jakarta.

2. Pasar tradisional: tempat pedagang dan pembeli bertemu dan melakukan transaksi dengan uang sebagai alat pembayaran yang resmi. Pasar tradisional yang digunakan sebagai tempat penelitian ini adalah pasar tradisional yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya yang menjual daging ayam .

(28)

4. Pengetahuan higiene dan sanitasi : tingkat penguasaan mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan aspek higiene dan sanitasi dalam hal berjualan daging ayam di pasar tradisional yang diukur melalui penilaian (scoring) kuesioner.

5. Sikap higiene dan sanitasi: keyakinan, perasaan, atau penilaian yang bisa bersifat positif, netral, atau negatif terhadap kepentingan higiene dan sanitasi (objek sikap) yang diukur melalui penilaian (scoring) kuesioner.

6. Praktik higiene pangan: kegiatan atau praktik nyata yang sudah dilakukan pedagang daging ayam dalam hal higiene dan sanitasi yang diukur melalui penilaian (scoring) kuesioner.

7. Tingkat higiene dan sanitasi: klasifikasi tingkatan higiene yang dinilai berdasarkan perhitungan angka yang dikategorikan menjadi tingkat higiene dan sanitasi baik dan tingkat higiene dan sanitasi buruk yang diukur melalui penilaian (scoring) kuesioner dan observasi.

8. Umur: usia responden (pedagang daging ayam) pada saat penelitian dilakukan yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat dan diukur dalam satuan tahun.

9. Pengalaman bekerja: rentang waktu pada saat responden memulai kegiatan menjadi pedagang daging ayam sampai saat dilakukan wawancara.

10. Sosialisasi pemerintah: kegiatan yang pernah diikuti atau diperoleh oleh responden terkait dengan pekerjaanya sebagai pedagang daging ayam yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahliannya terkait praktik higiene dan sanitasi dalam berjualan daging ayam.

11. Tingkat pendidikan: pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh pedagang daging ayam.

(29)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pedagang Daging Ayam

Karakteristik pedagang daging ayam yang diamati pada penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang, sosialisasi pemerintah dan status kepegawaian.

Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis seseorang. Rentang usia responden berkisar antara18-70 tahun. Rata-rata umur responden 43.3 tahun dan usia responden paling banyak berumur 45 tahun sebanyak 17 orang (7.8%). Responden dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu, kelompok usia muda (< 21 tahun), kelompok usia dewasa (21-50 tahun) dan kelompok usia tua (> 50 tahun). Mayoritas responden termasuk dalam kategori dewasa (21-50 tahun) sebanyak 160 responden (73.7 %), kategori tua (>50 tahun) sebanyak 56 responden (25.8%), dan kategori muda (<21 tahun) sebanyak 1 responden (0.5%).

Berdasarkan analisa demografi, struktur umur dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu (a) kelompok umur muda, usia dibawah 15 tahun; (b) kelompok umur produktif, usia antara 15-64 tahun; (c) kelompok umur tua, usia diatas 65 tahun (BPS 2010). Berdasarkan pengelompokan tersebut sebanyak 215 responden (99.1%) berada dalam kelompok umur produktif (15-64 tahun) dan sebanyak 2 responden (0.9%) berada dalam kelompok umur tua atau diatas 65 tahun. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang masuk dalam kategori dewasa yaitu sebanyak 20 responden (80.0%) dari total responden di wilayah Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan (n=13: 34.2%) merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang masuk dalam kategori tua yaitu sebanyak 13 responden (34.2%) dari total responden di wilayah Jakarta Selatan. Selengkapnya sebaran umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran umur pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Umur

(30)

formal. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang mendapatkan pendidikan formal yaitu sebanyak 24 responden (96.0%) dari total responden di wilayah Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang tidak mendapat pendidikan formal yaitu sebanyak 8 responden (21.1%) dari total responden di wilayah Jakarta Selatan. Sebaran kesempatan mendapatkan pendidikan formal responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran kesempatan mendapatkan pendidikan formal pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Pendidikan formal responden yang paling banyak adalah lulus SMP sebanyak 58 responden (28.9%), lulus SMA sebanyak 47 responden (23.4%), lulus SD sebanyak 42 responden (20.9%), tidak lulus SD sebanyak 21 responden (10.4%), tidak lulus SMP sebanyak 17 orang (8.5 %), tidak lulus SMA sebanyak 10 orang (5%), D1/D2/D3 sebanyak 4 orang (2.0%) serta tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu lulus S1 sebanyak 2 orang (1.0%).

Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu rendah (tidak lulus SD, lulus SD, tidak lulus SMP, lulus SMP, dan tidak lulus SMA) dan tinggi (lulus SMA, diploma, sarjana, dan pascasarjana). Sebanyak 148 responden (73.6%) termasuk dalam tingkat pendidikan kategori rendah dan sisanya sebanyak 53 orang (26.4 %) berada pada kategori pendidikan tinggi. Tingginya proporsi responden pedagang daging ayam yang memiliki kategori tingkat pendidikan rendah menggambarkan bahwa berjualan daging ayam merupakan suatu sektor pekerjaan yang bersifat informal yang tidak memerlukan persyaratan tingkat pendidikan yang tinggi. Sebaran secara lengkap tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran tingkat pendidikan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(31)

Lanjutan

Pengalaman usaha pedagang daging ayam dibedakan menjadi 3 kategori yaitu kategori baru dengan lama berjualan dibawah 3 tahun yaitu sebanyak 39 responden (18.0%), kategori sedang dengan pengalaman berjualan antara 3-5 tahun yaitu sebanyak 27 responden (12.4%) dan kategori lama dengan pengalaman berjualan lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 151 responden (69.6%). Hasil ini menjelaskan bahwa kategori kelompok responden pengalaman lebih dari 5 tahun mendominasi pedagang daging ayam. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang memiliki pengalaman berjualan lebih dari 5 tahun, yaitu sebanyak 21 responden (84.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sementara Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang memiliki pengalaman berjualan dibawah 3 tahun yaitu sebanyak 18 responden (47.4%) dari total responden di Jakarta Selatan. Informasi lengkap mengenai sebaran pengalaman berjualan responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran pengalaman usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Pengalaman Jakarta sosialisasi dari pemerintah terkait higiene dan sanitasi berjualan daging ayam, sementara sebanyak 72 responden (33.2%) mengaku pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah. Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang mendapatkan sosialisasi dari pemerintah yaitu sebanyak 10 responden (40.0%) dari total responden di Jakarta Barat, sementara Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan responden paling sedikit yang mendapatkan sosialisasi dari pemerintah yaitu sebanyak 11 responden (28.2%) dari total jumlah responden di Jakarta Pusat.

(32)

Tabel 6 Sebaran pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminstrasi Provinsi DKI Jakarta terkait sosialisasi dari pemerintah

Sosialisasi

Terdapat (n=178; 82.0%) responden memiliki status kepegawaian sebagai pemilik usaha, dan sebanyak (n=38; 17.5%) responden merupakan karyawan dan sisanya (n=1; 0.5%) merupakan responden termasuk dalam kategori lain-lain. Jakarta Utara merupakan wilayah dengan status kepegawaian responden sebagai karyawan paling banyak yaitu sebanyak 11 responden (22.5%), sementara Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden paling banyak yang berstatus pemilik yaitu sebanyak 22 responden (88.0%). Sebaran mengenai status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran status kepegawaian pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Status

Karakteristik tambahan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Provinsi DKI Jakarta adalah jenis kelamin, jenis usaha, jenis unggas yang dijual, serta besar penghasilan per bulan. Selengkapnya mengenai karakteristik tambahan responden dapat dilihat pada Tabel 8, 9, 10 dan 11.

Tabel 8 Sebaran jenis kelamin pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(33)

wilayah dengan responden berjenis kelamin wanita yaitu sebanyak 17 responden (44.7%) dari total responden di Jakarta Selatan. Proporsi pedagang pria yang lebih banyak bila dibandingkan dengan pedagang wanita menunjukkan bahwa berjualan daging ayam merupakan pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik sehingga hanya sedikit wanita yang memilih berjualan daging ayam sebagai pekerjaan utama. Tabel 9 Sebaran jenis unggas yang dijual pedagang daging ayam di pasar tradisional

di 5 wilayah Kota Adminitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Jenis Unggas Jakarta

Sebagian responden (n=171; 78.8%) menjual ayam broiler/potong sebagai komoditi berjualan, sementara yang menjual ayam buras merupakan komoditi terbanyak kedua setelah ayam broiler (n=24; 11.1%). Terdapat responden (n=3; 1.4%) yang menjual unggas dalam kategori lain-lain, yaitu berjualan bebek dan entok. Jakarta Pusat merupakan wilayah dengan responden yang paling banyak menjual daging ayam broiler yaitu sebanyak 38 responden (97.4%) dari total responden di Jakarta Pusat, sementara Jakarta Barat merupakan wilayah dengan responden yang paling banyak menjual ayam kampung/buras yaitu sebanyak 10 responden (40.0%) dari total responden di Jakarta Barat.

Tabel 10 Sebaran jenis usaha pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(34)

Tabel 11 Sebaran besar penghasilan per bulan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Adminsitrasi di Provinsi DKI Jakarta

Besar penghasilan di atas Rp 4 juta per bulan. Jakarta Selatan merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak dengan penghasilan dibawah Rp 1 juta perbulan yaitu sebanyak 20 responden (52.6%) dari total responden di Jakarta Selatan, sementara Jakarta Utara merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang memiliki penghasilan diatas Rp 4 juta perbulan yaitu sebenyak 10 responden (25.6%) dari total responden di Jakarta Utara. Perbedaan tingkat penghasilan responden biasanya dipengaruhi oleh status kepegawaian dan omset perhari.

Deskripsi Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktik

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua kebanyakan memiliki skor pengetahuan dalam kategori sedang (n=158; 72.9%). Responden dengan kategori umur dewasa memiliki skor pengetahuan baik paling banyak (n=42: 19.4%). Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan umur responden selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(35)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua kebanyakan memiliki skor sikap baik (n=144; 66.3%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan umur responden dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Deskripsi hubungan antara sikap dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Umur

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Muda 0 0 1 (0.5%) 1 (0.5%)

Dewasa 0 50 ( 23.0%) 115 (53.0%) 165 (76.0%)

Tua 0 22 (10.1%) 29 (13.3%) 51 (23.5%)

Total 0 72 (33.2%) 145 (66.8%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Umur

Responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa dan tua memiliki skor praktik dalam kategori sedang (n=173; 79.7%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan umur responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Deskripsi hubungan antara praktik dan umur pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Umur

Skor Praktik

Total

Buruk Sedang Baik

Muda 0 1 (0.5% ) 0 1 (0.5% )

Dewasa 17 (7.8%) 135 (62.2%) 13 (6.0%) 165 (76.0%)

Tua 11 (5.1%) 38 (17.5%) 2 (0.9%) 51 (23.5%)

Total 28 (12.9%) 174 (80.2%) 15 (6.9%) 217 (100.0%)

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Pendidikan

(36)

Tabel 15 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat Pendidikan

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pendidikan

Responden yang memilki tingkat pendidikan rendah dan tinggi kebanyakan memilki skor sikap termasuk dalam kategori baik (n=139; 69.2%). Selengkapnya deskripsi hubungan antara sikap dan pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Deskripsi hubungan antara sikap dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat Pendidikan

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pendidikan

Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (n=21; 10.4%) memiliki skor praktik buruk lebih banyak bila dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (n=4; 2.0%). Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Deskripsi hubungan antara praktik dan pendidikan pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Tingkat pendidikan

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Sosialisasi Pemerintah

(37)

deskripsi hubungan antara pengetahuan dan sosialisasi pemerintah dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Sosialisasi Pemerintah

Skor Pengetahuan

Total

Buruk Sedang Baik

Pernah 3 (1.4%) 52 (24.0%) 17 (7.8%) 72 (33.2%)

Tidak Pernah 5 (2.3%) 107 (49.3%) 33 (15.2%) 145 (66.8%)

Total 8 (3.7%) 159 (73.3%) 50 (23.0%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Sosialisasi Pemerintah

Responden yang belum pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah (n=99; 45.6%) memiliki skor sikap yang termasuk dalam kategori baik dan lebih banyak bila dibandingkan dengan reponden yang sudah pernah mendapat sosialisasi dari pemerintah (n=46; 21.2%) hal ini menggambarkan bahwa sosialisasi pemerintah tidak mempengaruhi sikap dari responden terkait higiene dan sanitasi. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan sosialisasi pemerintah dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Deskripsi hubungan antara sikap dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Sosialisasi Pemerintah

Skor Sikap

Total

Buruk Sedang Baik

Pernah 0 26 (12.0%) 46 (21.2%) 72 (33.2%)

Tidak Pernah 0 46 (21.2%) 99 (45.6%) 145 (66.8%)

Total 72 (33.2%) 145 (66.8%) 217 (100%)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Sosialisasi Pemerintah

(38)

Tabel 20 Deskripsi hubungan antara praktik dan sosialisasi pemerintah pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Sosialisasi Pemerintah

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=128; 59%) memiliki skor pengetahuan sedang lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan (n=30; 13.8%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Status Kepegawaian

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=122; 56.2%) memiliki skor sikap sedang lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan.(n=22; 10.1%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara sikap dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22 Deskripsi hubungan antara sikap dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

(39)

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Status Kepegawaian

Responden dengan status kepegawaian sebagai pemilik (n=21; 9.7%) memiliki skor praktik dalam kategori buruk lebih besar bila dibandingkan dengan responden yang memiliki status kepegawaian sebagai karyawan (n=7; 3.2%). Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan status kepegawaian responden dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23 Deskripsi hubungan antara praktik dan status kepegawaian pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta Status Kepegawaian

Deskripsi Hubungan Pengetahuan dan Pengalaman

Responden dengan kategori pengalaman berjualan yang termasuk dalam kategori baru kebanyakan memiliki skor pengetahuan sedang, (n=35; 16.1%) sedangkan responden dengan kategori pengalaman berjualan yang termasuk dalam kategori lama kebanyakan memiliki skor pengetahuan sedang (n=104; 47.9%). Skor pengetahuan baik paling banyak dimiliki oleh responden dengan kategori pengalaman lama (n=41: 18.9%), hal ini menggambarkan bahwa semakin lama responden tersebut berjualan pengetahuan mengenai praktik higiene dan sanitasi semakin baik. Selengkapnya mengenai deskripsi antara pengetahuan dan pengalaman berjualan responden dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Deskripsi hubungan antara pengetahuan dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

Deskripsi Hubungan Sikap dengan Pengalaman

(40)

responden tersebut berjualan. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara sikap dan pengalaman responden dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25 Deskripsi hubungan antara sikap dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

Deskripsi Hubungan Praktik dengan Pengalaman

Responden dengan kategori pengalaman berjualan termasuk dalam kategori baru kebanyakan memilki skor praktik sedang (n=33; 15.2%). Demikian juga dengan responden dengan pengalaman berjualan termasuk dalam kategori lama memiliki skor praktik sedang (n=119; 54.8%) dan kebanyakan responden yang memiliki skor praktik baik adalah responden dengan pengalaman berjualan termasuk dalam kategori lama (n=10: 4.6%), hal ini menunjukkan sikap baik responden terkait higiene dan sanitasi dipengaruhi oleh lama berjualan. Selengkapnya mengenai deskripsi hubungan antara praktik dan pengalaman responden dapat dilihat pada Tabel 26

Tabel 26 Deskripsi hubungan antara praktik dan pengalaman pedagang daging ayam di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori Pengalaman

(41)

merupakan wilayah dengan jumlah responden paling banyak yang memiliki skor pengetahuan “sedang” dan “buruk” yaitu masing-masing sebanyak 49 responden (74.2%) dan 4 responden (6.1%) dari total responden di Jakarta Timur. Jakarta Selatan merupakan wilayah yang tidak memiliki responden dengan kategori pengetahuan buruk maupun baik dan hanya memilki responden dengan kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 38 responden (100%). Selengkapnya mengenai sebaran pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 27. Sebaran responden berdasarkan jawaban yang benar mengenai pengetahuan higiene dan sanitasi disajikan pada Tabel 28.

Tabel 27 Kategori penilaian pengetahuan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Kategori

Tabel 28 Sebaran jawaban benar pengetahuan yang dijawab pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota Administrasi di Provinsi DKI tidak harus keramik atau stainless steel.

11 (5.1%) 206 (94.9%) 0 (0%)

5 Meja penjualan daging ayam tidak perlu dibersihkan secara rutin dengan air dan sabun.

50 (23.1%) 161 (74.4%) 6 (2.6%)

6 Pisau untuk membersihkan jeroan boleh sama dengan pisau untuk memotong daging ayam.

106 (48.7%) 72 (33.3%) 39 (17.9%)

7 Pisau untuk menyembelih ayam hidup harus berbeda dengan pisau untuk memotong daging ayam.

menggunakan air bersih dan sabun.

39 (17.9%) 167 (76.9%) 11 (5.1%)

11 Talenan boleh terbuat dari kayu, tidak harus terbuat dari plastik.

33 (15.4%) 172 (79.5%) 11 (5.1%)

(42)

lanjutan

13 Membersihkan talenan cukup dengan dilap, tidak perlu disikat dan dicuci dengan sabun.

28 (12.8%) 189 (87.2%) 0 (0%)

14 Kios/los tempat berjualan tidak perlu

dibersihkan secara teratur.

11 (5.1%) 184 (84.6%) 22 (10.3%)

15 Lingkungan pasar harus rutin dibersihkan oleh pengelola pasar.

17 Limbah cair harus dibuang saluran yang lancar (tidak tergenang/mampet).

111 (51.3%) 89 (41.0%) 17 (7.7%)

18 Ketika akan berjualan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.

33 (15.4%) 172 (79.5%) 11 (5.1%)

19 Setelah selesai berjualan tidak perlu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih.

22 (10.3%) 184 (84.6%) 11 (5.1%)

20 Setelah selesai berjualan tidak perlu mandi dengan bersih.

17 (7.7%) 172 (79.5%) 28 (12.8%)

21 Harus ada pakaian khusus untuk berjualan yang dipakai hanya pada saat berjualan saja.

111 (51.3%) 100 (46.2%) 6 (2.6%)

22 Tidak perlu menggunakan alat pelindung diri seperti celemek, sepatu bot pada saat berjualan.

17 (7.7%) 178 (82.1%) 22 (10.3%)

23 Tidak perlu menggunting kuku, mencukur

rambut,kumis, jenggot (pria) dengan teratur.

6 (2.6%) 161 (74.4%) 50 (23.1%)

24 Pada saat berjualan apabila ke WC harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

156 (71.8%) 61 (28.2%) 0 (0%)

25 Setiap selesai dari WC harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.

83 (38.5%) 128 (59.0%) 6 (2.6%)

26 Pada saat sakit (diare, batuk, flu, pilek, bisul, dll) boleh tetap berjualan .

161 (74.4%) 50 (23.1%) 6 (2.6%)

27 Boleh merokok sambil berjualan. 89 (41. %) 122 (56.4%) 6 (2.6%)

28 Tidak boleh meludah, buang ingus dan dahak disekitar tempat berjualan daging ayam.

150 (69.2%) 45 (20.5%) 22 (10.3%) berkeliaran di sekitar tempat berjualan.

172 (79.5%) 45 (20.5%) 0 (0%)

Gambar

Gambar 1 Skemakerangka konsep penelitian  Sikap Pedagang
Tabel 2 Sebaran umur pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah
Tabel 4  Sebaran tingkat pendidikan pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5
Tabel 6 Sebaran pedagang daging ayam di pasar tradisional di 5 wilayah Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudara, perihal Pengadaan Belanja Makan Minum Harian Pegawai, maka dengan ini kami mengundang saudara untuk

Maka perlu pembenahan dan peningkatan sistem / model yang memungkinkan aktifitas itu ada dan dapat berjalan secara berkesinambungan, misalnya

b. Siswa dan guru bertanya jawab berkaitan dengan materi hasil identifikasi pesan moral wacana beraksara Jawa yang sudah ditulis siswa pada pembelajaran sebelumnya

Selain itu, juga menggunakan PC (Personal Computer) untuk menampilkan data digital serta mikrokontroler ATMega 16 yang memiliki kelebihan pada port ADC 8 channel 10-bit

sedimen yang halus, presentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Simpanan Bank BNI Syariah Kota Kediri.. ISI

Gambaran laki-laki saat ini tentunya berbeda dengan gambaran laki-laki di beberapa dekade silam, dimana laki-laki saat itu digambarkan sebagai seorang yang

[r]