• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hari Pemerahan yang Berbeda terhadap Komposisi Kimia Kolostrum dan Susu Kambing PE, Jawarandu dan SAPE

Komposisi kimia kolostrum dan susu yang diamati meliputi kadar bahan kering (BK), bahan kering tanpa lemak (BKTL), lemak, dan protein. Secara umum kandungan bahan kering, bahan kering tanpa lemak, kadar lemak dan kadar protein kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE yang dihasilkan mengalami penurunan dengan menghitung hari pemerahan yaitu dari hari ke-1 sampai hari ke-8. Kadar bahan kering, bahan kering tanpa lemak, kadar lemak dan kadar protein pada kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE masing-masing dapat dilihat pada tabel.

Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing PE

Kadar bahan kering (BK), bahan kering tanpa lemak (BKTL), kadar lemak

dan kadar protein pada kolostrum dan susu kambing PE dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing PE pada hari pemerahan yang berbeda Hari Pemerahan Setelah Beranak Komposisi (%) BK BKTL Lemak Protein Kolostrum Hari Ke-1 38.96±3.62 17.63±1.10 21.33±2.57 5.96±2.30 Hari Ke-2 25.52±0.98 12.36±1.13 13.17±1.44 4.51±1.48 Hari Ke-3 26.34±2.09 13.00±2.43 13.33±0.58 4.68±1.09 Hari Ke-4 23.51±1.95 11.51±0.49 12.00±2.16 3.92±1.06 Rerata 28.58±2.16 13.62±1.28 14.96±1.69 4.77±1.48 Susu Hari Ke-5 17.76±1.84 10.01±0.73 7.75±2.05 4.29±0.33 Hari Ke-6 16.79±4.02 9.62±1.14 7.17±2.92 4.15±0.59 Hari Ke-7 15.56±2.81 9.60±1.12 5.96±1.76 4.32±0.49 Hari Ke-8 13.58±0.31 9.26±0.66 4.31±0.64 3.47±1.28 Rerata 15.92±2.26 9.62±0.91 6.30±1.84 4.06±0.67

Menurut Brandano et al. (2004), kadar protein, kadar lemak, kadar bahan kering dan kadar abu kolostrum paling tinggi diperoleh pada hasil pemerahan satu jam setelah melahirkan dan kolostrum disekresikan sekitar 1 – 3 hari setelah melahirkan. Kolostrum tidak diproduksi lagi pada 4 – 5 hari setelah melahirkan, karena terjadi perubahan kolostrum menjadi susu sepenuhnya. Pengamatan terhadap komposisi kimia kolostrum dan susu kambing PE mendapatkan bahwa BK tertinggi terdapat pada hasil sekresi hari pertama setelah melahirkan dan berkurang hingga ±50% pada hari ke-5 setelah melahirkan. Kadar lemak yang dihasilkan pada sekresi hari ke-1 sampai dengan hari pemerahan ke-4, mempunyai rerata yang tinggi yaitu 14.96% dan menurun secara drastis pada hari 5-8 dengan rerata 6.30%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa untuk kambing PE, lama kolostrum dihasilkan adalah 4 hari setelah melahirkan dan baru pada hari ke-5 disekresikan susu, berbeda dengan Brandano et al. (2004)

Rerata kandungan BK kolostrum PE adalah 28.58% lebih tinggi dibandingkan dalam susu PE 15.92%. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ontsuoka et al. (2003), bahwa kandungan BK kolostrum lebih tinggi dibandingkan susu berkaitan dengan total padatan yang lebih tinggi pada kolostrum. Kandungan bahan kering susu hari pemerahan ke-5 dan ke-6 yaitu 17.76% dan 16.79%, hasil ini sesuai dengan pernyataan Jennes (1979), kadar BK berkisar antara 16.18%-19.29%. Adanya kadar BK yang kurang dari standar yang telah ditentukan disebabkan oleh pemberian pakan di peternakan kambing PE menggunakan rerumputan sekitar perkandangan dan konsentrat berupa ampas tahu, hal ini sesuai dengan pernyataan Bath et al. (1985) menyebutkan bahwa kandungan BK susu tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak dan pernyataan Larson (1974) bahwa, komposisi kimia susu dipengaruhi oleh bangsa, produksi susu, tingkat laktasi (hari pemerahan), kualitas serta kuantitas makanan.

Rerata BKTL kolostrum PE adalah 13.62% lebih tinggi dibandingkan dalam susu PE 9.62%. Variasi komposisi kimia kolostrum dan susu, dalam hal ini BKTL dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik individu, ras atau bangsa ternak, pakan yang dikonsumsi sebelum melahirkan, jarak periode kering kandang dan waktu pengambilan kolostrum setelah melahirkan (Pritche et al.

1991; Kume dan Tanabe, 1993; Brandano et al. 2004). Kandungan BKTL susu PE pada hari pemerahan ke-5 yaitu 10.01%, hari pemerahan ke-6 yaitu 9.62%, hari pemerahan ke-7 yaitu 9.60% dan hari pemerahan ke-8 yaitu 9.26%, terlihat kandungan BKTL berada dalam kondisi normal. Hasil ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1985) bahwa rerata komposisi susu kambing BKTL adalah 8.75%, atau Katipana (1986) menyebutkan bahwa kandungan BKTL susu kambing adalah 10.86%.

Rerata kadar lemak dalam kolostrum PE adalah 14.96% lebih tinggi dibandingkan dalam susu PE adalah 6.30%. Kisaran kadar lemak susu kambing adalah antara 4.25% (Blakely dan Bade, 1985) dan 6,6%-10.3% (Arguello et al. 2006).

Kadar protein kolostrum PE mempunyai kisaran antara 3.92%-5.96% atau dengan rerata 4.77%, lebih tinggi dibandingkan susu PE mempunyai kisaran antara 3.47%-4.29% atau dengan rerata 4.06%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johnson (1972) yang menyatakan kadar protein pada hari pemerahan awal lebih tinggi dibanding susu normal sepenuhnya. Kadar protein kolostrum dan susu PE masih dalam kisaran normal, terlihat pada Tabel 5. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Arguello et al. (2006) bahwa untuk kandungan kadar protein kolostrum 2-5 hari setelah beranak berkisar antara 4.1-8.4% dan rata-rata komposisi susu kambing untuk kadar protein 3.52% (Blakely dan Bade, 1985).

Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing Jawarandu

Kadar bahan kering (BK), bahan kering tanpa lemak (BKTL), kadar lemak dan kadar protein pada kolostrum dan susu kambing Jawarandu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing Jawarandu pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Setelah Beranak Komposisi (%) BK BKTL Lemak Protein Kolostrum Hari Ke-1 37.49±10.48 15.32±1.93 22.17±8.55 9.00±0.32 Hari Ke-2 30.62±5.26 13.87±0.88 16.75±4.38 7.38±0.78 Hari Ke-3 28.61±0.91 12.69±0.61 15.92±0.58 6.27±0.83 Hari Ke-4 25.48±2.14 11.65±1.16 13.83±1.01 5.91±1.51 Hari Ke-5 27.49±2.27 12.59±0.26 14.83±2.56 5.00±0.83 Rerata 29.94±4.21 13.22±0.97 16.70±3.42 6.71±0.85 Susu Hari Ke-6 17.14±0.85 10.37±0.69 6.76±0.96 4.75±0.63 Hari Ke-7 16.86±1.36 10.26±0.45 6.60±1.08 4.68±0.85 Hari Ke-8 16.21±0.95 9.86±0.15 6.35±1.01 4.71±0.90 Rerata 16.74±1.05 10.16±0.43 6.57±1.02 4.71±0.79

Menurut Brandano et al. (2004), kadar protein, kadar lemak, kadar bahan kering dan kadar abu kolostrum paling tinggi diperoleh pada hasil pemerahan satu jam setelah melahirkan dan kolostrum disekresikan sekitar 1 – 3 hari setelah melahirkan. Kolostrum tidak diproduksi lagi pada 4 – 5 hari setelah melahirkan, karena terjadi perubahan kolostrum menjadi susu sepenuhnya. Pengamatan terhadap komposisi kimia kolostrum dan susu kambing Jawarandu mendapatkan bahwa BK tertinggi terdapat pada hasil sekresi hari pertama setelah melahirkan dan berkurang hingga ±50% pada hari ke-6 setelah melahirkan. Kadar lemak yang dihasilkan pada sekresi hari ke-1 sampai dengan hari pemerahan ke-5, mempunyai rerata yang tinggi yaitu 16.70% dan menurun secara drastis pada hari 6-8 dengan rerata 6.57%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa untuk kambing Jawarandu, lama kolostrum dihasilkan adalah 5 hari setelah melahirkan dan baru pada hari ke-6 disekresikan susu, berbeda dengan Brandano et al. (2004)

Rerata kandungan BK kolostrum Jawarandu adalah 29.94% lebih tinggi dibandingkan dalam susu Jawarandu 16.74%. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ontsuoka et al. (2003), bahwa kandungan BK kolostrum lebih tinggi dibandingkan susu berkaitan dengan total padatan yang lebih tinggi pada kolostrum. Kandungan BK susu hari pemerahan ke-6, ke-7 dan ke-8 yaitu 17.14%, 16.86% dan 16.21%, hasil ini sesuai dengan pernyataan Jennes (1979),

kadar BK berkisar antara 16.18%-19.29%. Adanya kadar BK yang kurang dari standar yang telah ditentukan disebabkan oleh pemberian pakan di peternakan kambing Jawarandu menggunakan rerumputan sekitar perkandangan, konsentrat berupa ampas tahu serta kurma, hal ini sesuai dengan pernyataan Bath et al. (1985) menyebutkan bahwa kandungan BK susu tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak dan pernyataan Larson (1974) bahwa, komposisi kimia susu dipengaruhi oleh bangsa, produksi susu, tingkat laktasi (hari pemerahan), kualitas serta kuantitas makanan.

Rerata BKTL kolostrum Jawarandu adalah 13.22% lebih tinggi dibandingkan dalam susu Jawarandu 10.16%. Variasi komposisi kimia kolostrum dan susu, dalam hal ini BKTL dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik individu, ras atau bangsa ternak, pakan yang dikonsumsi sebelum melahirkan, jarak periode kering kandang dan waktu pengambilan kolostrum setelah melahirkan (Pritche et al. 1991; Kume dan Tanabe, 1993; Brandano et al. 2004). Kandungan BKTL susu Jawarandu pada hari pemerahan ke-6 yaitu 10.37%, hari pemerahan ke-7 yaitu 10.26%, dan hari pemerahan ke-8 yaitu 9.86%, terlihat kandungan BKTL berada dalam kondisi normal. Hasil ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1985) bahwa rerata komposisi susu kambing BKTL adalah 8.75%, atau Katipana (1986) menyebutkan bahwa kandungan BKTL susu kambing adalah 10.86%.

Rerata kadar lemak dalam kolostrum Jawarandu adalah 16.70% lebih tinggi dibandingkan dalam susu Jawarandu adalah 6.57%. Kisaran kadar lemak susu kambing adalah antara 4.25% (Blakely dan Bade, 1985) dan 6,6%-10.3% (Arguello et al. 2006).

Kadar protein kolostrum Jawarandu mempunyai kisaran antara 5%-9% atau dengan rerata 6.71%, lebih tinggi dibandingkan susu Jawarandu mempunyai kisaran antara 4.68%-4.75% atau dengan rerata 4.71%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johnson (1972) yang menyatakan kadar protein pada hari pemerahan awal lebih tinggi dibanding susu normal sepenuhnya. Kadar protein kolostrum dan susu Jawarandu masih dalam kisaran normal, terlihat pada Tabel 6. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Arguello et al. (2006) bahwa untuk kandungan kadar

protein kolostrum 2-5 hari setelah beranak berkisar antara 4.1-8.4% dan rata-rata komposisi susu kambing untuk kadar protein 3.52% (Blakely dan Bade, 1985).

Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing SAPE

Kadar bahan kering (BK), bahan kering tanpa lemak (BKTL), kadar lemak dan kadar protein pada kolostrum dan susu kambing SAPE dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi kimia kolostrum dan susu kambing SAPE pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Setelah Beranak Komposisi (%) BK BKTL Lemak Protein Kolostrum Hari Ke-1 47.09±9.05 18.59±3.25 28.50±5.82 8.90±0.56 Hari Ke-2 28.63±1.74 14.12±1.32 14.51±0.88 8.28±0.94 Hari Ke-3 23.86±5.16 12.59±1.64 11.26±3.67 6.86±0.31 Rerata 33.19±5.32 15.10±2.07 18.09±3.46 8.01±0.60 Susu Hari Ke-4 19.28±3.61 10.94±0.98 8.33±3.22 6.20±0.24 Hari Ke-5 17.16±0.24 11.09±0.07 6.06±0.30 5.88±0.31 Hari Ke-6 16.57±0.06 10.81±0.23 5.76±0.20 5.71±0.28 Hari Ke-7 16.11±0.39 10.66±0.17 5.45±0.39 5.49±0.14 Hari Ke-8 15.63±0.49 10.58±0.21 5.05±0.43 4.77±0.19 Rerata 16.95±0.96 10.82±0.33 6.13±0.91 5.61±0.23

Menurut Brandano et al. (2004), kadar protein, kadar lemak, kadar bahan kering dan kadar abu kolostrum paling tinggi diperoleh pada hasil pemerahan satu jam setelah melahirkan dan kolostrum disekresikan sekitar 1 – 3 hari setelah melahirkan. Kolostrum tidak diproduksi lagi pada 4 – 5 hari setelah melahirkan, karena terjadi perubahan kolostrum menjadi susu sepenuhnya. Pengamatan terhadap komposisi kimia kolostrum dan susu kambing SAPE mendapatkan bahwa BK tertinggi terdapat pada hasil sekresi hari pertama setelah melahirkan dan berkurang hingga ±50% pada hari ke-4 setelah melahirkan. Kadar lemak yang dihasilkan pada sekresi hari ke-1 sampai dengan hari pemerahan ke-3, mempunyai rerata yang tinggi yaitu 18.09% dan menurun secara drastis pada hari 4-8 dengan rerata 6.13%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa untuk kambing

SAPE, lama kolostrum dihasilkan adalah 3 hari setelah melahirkan dan baru pada hari ke-4 disekresikan susu, berbeda dengan Brandano et al. (2004)

Rerata kandungan BK kolostrum SAPE adalah 33.19% lebih tinggi dibandingkan dalam susu SAPE 16.95%. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ontsuoka et al. (2003), bahwa kandungan BK kolostrum lebih tinggi dibandingkan susu berkaitan dengan total padatan yang lebih tinggi pada kolostrum. Kandungan BK susu hari pemerahan ke-4, ke-5 dan ke-6 yaitu 19.28%, 17.16% dan 16.57%, hasil ini sesuai dengan pernyataan Jennes (1979), kadar BK berkisar antara 16.18%-19.29%. Adanya kadar BK yang kurang dari standar yang telah ditentukan disebabkan oleh pemberian pakan di peternakan kambing SAPE menggunakan rerumputan sekitar perkandangan dan konsentrat berupa ampas tahu, hal ini sesuai dengan pernyataan Bath et al. (1985) menyebutkan bahwa kandungan BK susu tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak dan pernyataan Larson (1974) bahwa, komposisi kimia susu dipengaruhi oleh bangsa, produksi susu, tingkat laktasi (hari pemerahan), kualitas serta kuantitas makanan.

Rerata BKTL kolostrum SAPE adalah 15.10% lebih tinggi dibandingkan dalam susu SAPE 10.82%. Variasi komposisi kimia kolostrum dan susu, dalam hal ini BKTL dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain karakteristik individu, ras atau bangsa ternak, pakan yang dikonsumsi sebelum melahirkan, jarak periode kering kandang dan waktu pengambilan kolostrum setelah melahirkan (Pritche et al. 1991; Kume dan Tanabe, 1993; Brandano et al. 2004). Kandungan BKTL susu SAPE pada hari pemerahan ke-4 yaitu 10.94%, hari pemerahan ke-5 yaitu 11.09%, hari pemerahan ke-6 yaitu 10.81%, hari pemerahan ke-7 yaitu 10.66% dan hari pemerahan ke-8 yaitu 10.58%, terlihat kandungan BKTL berada dalam kondisi normal. Hasil ini sesuai dengan Blakely dan Bade (1985) bahwa rerata komposisi susu kambing BKTL adalah 8.75%, atau Katipana (1986) menyebutkan bahwa kandungan BKTL susu kambing adalah 10.86%.

Rerata kadar lemak dalam kolostrum SAPE adalah 18.09% lebih tinggi dibandingkan dalam susu SAPE adalah 6.13%. Kisaran kadar lemak susu kambing adalah antara 4.25% (Blakely dan Bade, 1985) dan 6,6%-10.3% (Arguello et al. 2006).

Kadar protein kolostrum SAPE mempunyai kisaran antara 6.86%-8.90% atau dengan rerata 8.01%, lebih tinggi dibandingkan susu Jawarandu mempunyai kisaran antara 4.77%-6.20% atau dengan rerata 5.61%. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johnson (1972) yang menyatakan kadar protein pada hari pemerahan awal lebih tinggi dibanding susu normal sepenuhnya. Kadar protein kolostrum dan susu SAPE masih dalam kisaran normal, terlihat pada Tabel 7. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Arguello et al. (2006) bahwa untuk kandungan kadar protein kolostrum 2-5 hari setelah beranak berkisar antara 4.1-8.4% dan rata-rata komposisi susu kambing untuk kadar protein 3.52% (Blakely dan Bade, 1985).

Pengaruh hari pemerahan dan bangsa kambing yang berbeda terhadap kandungan BK kolostrum dan susu kambing

Kandungan BK kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rataan dan simpangan baku BK (%) kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu serta SAPE pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Kandungan BK (%) PE (3) Jawarandu (3) SAPE (3) Hari Ke-1 38.96±3.62b 37.49±10.48c 47.09±9.05a Hari Ke-2 25.52±0.98g 30.62±5.26d 28.63±1.74e Hari Ke-3 26.34±2.09i 28.61±0.91h 23.86±5.16j Hari Ke-4 23.51±1.95l 25.48±2.14k 19.28±3.61m Hari Ke-5 17.76±1.84n 27.49±2.27f 17.16±0.24n Hari Ke-6 16.79±4.02o 17.14±0.85n 16.57±0.06o Hari Ke-7 15.56±2.81p 16.86±1.36o 16.11±0.39o Hari Ke-8 13.58±0.31q 16.21±0.95o 15.63±0.49p Keterangan: - Superscript dengan huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

-Garis putus-putus menunjukkan batasan antara kolostrum dan susu untuk masing-masing bangsa kambing

Terlihat pada Tabel 8, berdasarkan sidik ragam diperoleh adanya interaksi antara bangsa kambing dengan hari pemerahan yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap BK, dimana hari pemerahan ke-1 pada kambing SAPE memiliki BK paling tinggi 47.09%, BK tertinggi kedua didapatkan pada kambing

PE hari pemerahan ke-1 38.96% dan BK tertinggi ketiga didapatkan pada kambing Jawarandu hari pemerahan ke-1 37.49%. Rerata kolostrum kambing SAPE memiliki kandungan BK paling tinggi 33.19%, dibandingkan kambing Jawarandu 29.94% dan kambing PE 28.58% sedangkan rerata susu kambing SAPE memiliki BK paling tinggi 16.95%, dibandingkan kambing Jawarandu 16.74% dan kambing PE 15.92%.

Kandungan BK kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE yang dihasilkan pada pemerahan hari ke-1 sampai hari ke-8, berturut-turut mengalami penurunan, seperti ditunjukkan pada Tabel 8. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Ontsuoka et al. (2003), bahwa kandungan BK kolostrum lebih tinggi dibandingkan susu berkaitan dengan total padatan yang lebih tinggi pada kolostrum. Bath et al. (1985) menyebutkan bahwa kandungan BK susu tergantung pada zat-zat makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang kemudian digunakan sebagai precursor dalam pembentukan BK atau padatan di dalam susu.

Pengaruh hari pemerahan dan bangsa kambing yang berbeda terhadap kandungan BKTL kolostrum dan susu kambing

Kandungan BKTL kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rataan dan simpangan baku BKTL (%) kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu serta SAPE pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Kandungan BKTL (%) Rataan±SB PE (3) Jawarandu (3) SAPE (3) Hari Ke-1 17.63±1.10 15.32±1.93 18.59±3.25 17.18±2.06a Hari Ke-2 12.36±1.13 13.87±0.88 14.12±1.32 13.45±1.11b Hari Ke-3 13.00±2.43 12.69±0.61 12.59±1.64 12.76±1.56bc Hari Ke-4 11.51±0.49 11.65±1.16 10.94±0.98 11.36±0.87cd Hari Ke-5 10.01±0.73 12.59±0.26 11.09±0.07 11.23±0.35cd Hari Ke-6 9.62±1.14 10.37±0.69 10.81±0.23 10.26±0.68d Hari Ke-7 9.60±1.12 10.26±0.45 10.66±0.17 10.17±0.58d Hari Ke-8 9.26±0.66 9.86±0.15 10.58±0.21 9.9±0.34d Rataan±SB 11.62±1.08a 12.07±0.76a 12.42±0.98a

Keterangan: - Superscript dengan huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01)

- Garis putus-putus menunjukkan batasan antara kolostrum dan susu untuk masing-masing bangsa kambing

Kandungan BKTL dipengaruhi oleh kadar lemak kolostrum dan susu kambing. Kandungan BKTL kolostrum dan susu kambing yang dihasilkan pada pemerahan hari ke-1 sampai hari ke-8, berturut-turut mengalami penurunan, seperti ditunjukkan pada Tabel 9. Berdasarkan sidik ragam diperoleh bahwa perbedaan bangsa kambing tidak berpengaruh terhadap BKTL (P>0.05) dengan ditunjukkan oleh jumlah BKTL yang hampir sama. Tabel 9 menunjukkan bahwa waktu pemerahan hari ke-1 memiliki kandungan BKTL yang berpengaruh sangat nyata (P<0.01), dengan kata lain kandungan BKTL yang paling tinggi pada tiap-tiap bangsa kambing yaitu waktu hari pemerahan ke-1 sehingga sangat berbeda dengan hari pemerahan ke-2, hari pemerahan ke-3, hari pemerahan ke-4, hari pemerahan ke-5, hari pemerahan ke-6, hari pemerahan ke-7 dan hari pemerahan ke-8. Pada hari pemerahan ke-1 berbeda kandungan BKTL dengan hari pemerahan ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, ke-7 dan ke-8; antara hari pemerahan ke-2 dan ke-3 terdapat kesamaan kandungan BKTL; antara hari pemerahan ke-3, ke-4 dan ke-5 terdapat kesamaan kandungan BKTL; sedangkan antara hari pemerahan ke-5, ke-6, ke-7 dan ke-8 terdapat kesamaan kandungan BKTL.

Perbedaan yang terdapat pada kandungan BKTL ini disebabkan oleh perbedaan genetik, manajemen pakan (konsumsi pakan, kualitas pakan dan jenis pakan yang diberikan). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ressang dan Nasution (1982), bahwa kandungan BKTL di tentukan oleh komponen-komponen protein, laktosa, mineral, vitamin dan enzim-enzim. Menurut hasil penelitian Katipana (1986) kandungan bahan kering tanpa lemak susu kambing adalah 10.86%.

Pengaruh hari pemerahan dan bangsa kambing yang berbeda terhadap kadar lemak kolostrum dan susu kambing

Kadar lemak kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Rataan dan simpangan baku kadar lemak (%) kolostrum kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Kadar Lemak (%) PE (3) Jawarandu (3) SAPE (3) Hari Ke-1 21.33±2.57b 22.17±8.55b 28.50±5.82a Hari Ke-2 13.17±1.44g 16.75±4.38c 14.51±0.88e Hari Ke-3 13.33±0.58g 15.92±0.58d 11.26±3.67i Hari Ke-4 12.00±2.16h 13.83±1.01g 8.33±3.22j Hari Ke-5 7.75±2.05k 14.83±2.56f 6.06±0.30l Hari Ke-6 7.17±2.92k 6.76±0.96l 5.76±0.20m Hari Ke-7 5.96±1.76m 6.60±1.08l 5.45±0.39m Hari Ke-8 4.31±0.64n 6.35±1.01l 5.05±0.43m Keterangan: - Superscript dengan huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05)

- Garis putus-putus menunjukkan batasan antara kolostrum dan susu untuk masing-masing bangsa kambing

Terlihat pada Tabel 10, berdasarkan sidik ragam diperoleh adanya interaksi antara bangsa kambing dengan hari pemerahan yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kadar lemak, dimana hari pemerahan ke-1 pada kambing SAPE memiliki kadar lemak paling tinggi yaitu 28.50% sedangkan kadar lemak hari pemerahan ke-1 pada kambing Jawarandu 22.17% dan kambing PE 21.33%, memiliki kandungan yang sama. Rerata kolostrum kambing SAPE memiliki kadar lemak paling tinggi 18.09%, dibandingkan kambing Jawarandu 16.70% dan kambing PE 14.96% sedangkan rerata susu kambing Jawarandu memiliki kadar lemak paling tinggi 6.57%, dibandingkan kambing PE 6.30% dan kambing SAPE 6.13%.

Rerata kolostrum kambing SAPE dan susu kambing Jawarandu dengan kadar lemak yang tinggi, dalam produk pengolahan susu dapat dimanfaatkan menjadi krim, es krim dan mentega. Krim adalah bagian dari susu yang kaya akan lemak, yang timbul ke bagian atas dari susu pada waktu didiamkan atau dipisahkan dengan alat pemisah sentrifugal (Buckle et al. 1987). Berdasarkan rerata kadar lemak yaitu 18.09% pada kolostrum kambing SAPE, dapat digolongkan menjadi krim/ krim normal, dengan kadar lemak susu >18% (Legowo, 2005). Es krim adalah produk pembekuan dari krim dan gula dengan

atau tanpa zat aroma dan mengandung tidak kurang dari 14% lemak susu (Eckles et al. 1980). Berdasarkan rerata kadar lemak pada kolostrum kambing SAPE, dapat diolah menjadi “Custard Ice Cream” yaitu es krim yang dicampur dengan pudding, hanya custard dengan penambahan telur dan pada umumnya mengandung lemak lebih dari 10% dan kuning telur tidak kurang dari 1.4% (Lampert, 1970). Mentega adalah produk yang terbuat dari lemak susu di mana kedalamnya dapat ditambahkan garam untuk mendapatkan rasa yang lebih baik dan untuk menjaga mutu (Buckle et al. 1987). Rerata kadar lemak pada kolostrum kambing Jawarandu yaitu 18.09%, oleh karena itu perlu ada standarisasi atau penyesuaian kadar lemak krim yang akan dibuat mentega. Bila, kadar lemak terlalu rendah maka proses pengadukan nantinya terlalu lama. Standarisasi dapat dilakukan dengan metode “Pearson’s Square” yang lazim digunakan untuk standarisasi lemak susu, dengan bahan krim dan skim (Legowo, 2005).

Kadar lemak kolostrum dan susu kambing yang dihasilkan pada pemerahan hari ke-1 sampai hari ke-8, berturut-turut mengalami penurunan, seperti ditunjukkan pada Tabel 10. Kadar lemak susu kambing dipengaruhi oleh perbedaan bangsa dan hari pemerahan. Hal ini didukung oleh pernyataan Larson (1974) bahwa, kadar lemak susu dipengaruhi oleh bangsa, produksi susu, tingkat laktasi (hari pemerahan), kualitas serta kuantitas makanan. Proses terjadinya perubahan kolostrum menjadi susu normal dengan melihat semakin lama waktu pemerahan maka semakin menurun kadar lemaknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brandano et al. (2004), bahwa kolostrum tidak diproduksi lagi 4-5 hari setelah melahirkan, selanjutnya akan terjadi perubahan kolostrum menjadi susu sepenuhnya. Menurut Johnson (1972) bahwa susu memiliki kandungan lemak dan bahan kering lebih sedikit daripada kolostrum. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Arguello et al. (2006) yang menyatakan bahwa kadar lemak kolostrum kambing pada 2-5 hari setelah beranak adalah sebesar 6.6%-10.3% serta pernyataan Bergman dan Turner (1936) dengan kadar lemak 8.21%.

Pengaruh hari pemerahan dan bangsa kambing yang berbeda terhadap kadar protein kolostrum dan susu kambing

Kadar protein kolostrum dan susu kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rataan dan simpangan baku kadar protein (%) kolostrum kambing PE, Jawarandu dan SAPE pada hari pemerahan yang berbeda

Hari Pemerahan Kadar Protein (%) PE (3) Jawarandu (3) SAPE (3) Hari Ke-1 5.96±2.30e 9.00±0.32a 8.90±0.56a Hari Ke-2 4.51±1.48f 7.38±0.78c 8.28±0.94b Hari Ke-3 4.68±1.09f 6.27±0.83d 6.86±0.31d Hari Ke-4 3.92±1.06g 5.91±1.51e 6.20±0.24d Hari Ke-5 4.29±0.33g 5.00±0.83f 5.88±0.31e Hari Ke-6 4.15±0.59g 4.75±0.63f 5.71±0.28e Hari Ke-7 4.32±0.49g 4.68±0.85f 5.49±0,14f Hari Ke-8 3.47±1.28g 4.71±0.90f 4.77±0.19f Keterangan: - Superscript dengan huruf yang berbeda pada baris atau kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0.01)

- Garis putus-putus menunjukkan batasan antara kolostrum dan susu untuk masing-masing bangsa kambing

Terlihat pada Tabel 11, berdasarkan sidik ragam diperoleh adanya interaksi antara bangsa kambing dengan hari pemerahan yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kadar protein, dimana hari pemerahan ke-1 pada kambing SAPE dan Jawarandu memiliki kadar protein yang sama-sama tinggi, kadar protein tertinggi kedua pada kambing SAPE hari pemerahan ke-2 dan kadar protein tertinggi ketiga pada kambing Jawarandu hari pemerahan ke-2. Rerata

Dokumen terkait