• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis sidik ragam untuk parameter P-tersedia tanah sulfat masam potensial dengan metode Bray II menunjukkan bahwa perlakuan dosis tidak berpengaruh nyata, akan tetapi pengaruh blok berpengaruh nyata. Sedangkan untuk parameter P-tersedia tanah sulfat masam potensial dengan metode Truog menunjukkan bahwa perlakuan dosis dan Blok tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 10-13. Rataan P-tersedia tanah sulfat masam potensial dengan dua metode analisis P-tersedia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan P-tersedia tanah sulfat masam potensial

Perlakuan Metode analisis tanah

Bray II Truog ---ppm--- P0 (0 ppm) 23,78 12,51 P1 (50 ppm) 24,81 12,21 P2 (100 ppm) 29,46 12,22 P3 (150 ppm) 27,91 12,82 P4 (200 ppm) 27,54 12,43 P5 (250 ppm) 26,28 12,98 P6 (300 ppm) 29,15 13,39 P7 (350 ppm) 26,22 12,96 P8 (400 ppm) 29,81 12,99

Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa rataan nilai P tersedia pada metode Bray II yang tertinggi adalah perlakuan P8 yaitu 29,81 ppm, sedangkan P-tersedia yang terendah pada perlakuan P0 yaitu 23,78 ppm.

Hasil analisis pada metode Truog menunjukkan bahwa nilai rataan P-tersedia tertinggi pada perlakuan P8 yaitu 12,99 ppm dan P-P-tersedia yang terendah pada perlakuan P1 yaitu 12,21 ppm.

Kemampuan ekstraktan Bray II dalam mengekstrak P dari dalam tanah sulfat masam jauh lebih tinggi dari ekstraktan Truog. Perbedaan ekstraktan dari kedua uji tersebut menjadi alasan mengapa hasil yang disajikan di uji Bray II

berbeda dengan uji Truog. Dilihat dari metode Bray II menggunakan ekstraktan NH4F dan HCl, bila tanah diekstrak dengan larutan NH4F maka ion-ion yang mengikat P seperti Al3+, Fe3+ dan Ca-fosfat dalam larutan asam akan diikat oleh ion F-. sehingga ion fosfat yang terikat dapat dibebaskan. Adapun reaksi yang diduga adalah :

3NH4F + 3HCl + AlPO4 PO43- + NH4+ + Al3+ + Cl- + F- 3NH4F + 3HCl + FePO4 PO43- + NH4+ + Fe3+ + Cl- + F -Selanjutnya

PO43- + 12 MoO4= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O H7[P(Mo2O7)6] + vit.C Biru Molibden

Sedangkan prinsip dari metode Truog yaitu dimana P tersedia tanah diekstrak oleh NH4SO4, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Adapun reaksi yang diduga adalah:

3NH4SO4 + AlPO4 PO43- + NH4+ + SO4-2 3NH4SO4 + FePO4 PO43- + NH4+ + SO4-2

Selanjutnya

PO43- + 12 MoO4= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O H7[P(Mo2O7)6] + vit.C Biru Molibden

Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Berat Kering Tajuk dan Akar, dan Serapan P Tanaman

Dari hasil analisis sidik ragam yang terdapat pada Lampiran 14-24. Parameter amatan setelah panen meliputi Tinggi, Jumlah anakan, berat kering tajuk, berat kering akar, dan serapan P tanaman. Nilai rataan tinggi tanaman, jumlah anakan dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tajuk, berat kering akar dan serapan P tanaman.

Perlakuan Parameter amatan setelah panen

Tinggi tanaman

Jumlah anakan Berat kering tajuk Berat kering akar Serapan P tanaman ---ppm--- ---cm--- --batang-- ---g--- ---mg/tan--- P0 93.33 18.67 33.95 14.95 29,87 a P1 100.63 24.00 60.79 26.47 44,85 ab P2 97.00 24.33 46.98 20.27 43,12 ab P3 93.00 20.33 36.67 15.11 39,24 ab P4 98.40 23.33 53.04 21.57 63,35 bc P5 89.90 26.00 27.49 15.15 42,45 ab P6 97.87 19.67 42.60 17.87 57,66 bc P7 95.30 22.00 44.03 16.53 73,67 c P8 93.90 21.00 46.60 21.76 61,22 bc

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama atau berbeda pada kolom menunjukkan angka tersebut berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT

Dari Tabel 6 dapat kita lihat bahwa parameter tinggi tanaman dengan nilai tertinggi terdapat pada P1 yaitu 100,63 cm dan yang terendah yaitu P5 yaitu 89,90 cm. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa pada parameter ini berbeda tidak nyata.

Dari Tabel 6 dapat kita lihat juga jumlah anakan paling tinggi terdapat pada perlakuan P5 yaitu 26,00 batang dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 18,67 batang. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa parameter jumlah anakan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata akibat pemberian pupuk fosfat alam.

Dari Tabel 6 dapat dilihat pada parameter berat kering tajuk yang tertinggi terdapat pada P1 yaitu sebesar 60,79 g dan yang terendah terdapat pada perlakuan P5 yaitu 27,49 g. Dari hasil ini dapat kita ketahui bahwa pengaruh pemberian fosfat alam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering tajuk.

Dari Tabel 6 dapat dilihat pada parameter berat kering akar padi yang tertinggi yaitu P1 sebesar 26,47 g dan yang terendah yaitu P0 sebesar 14,95 g. Dari hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa pengaruh pemberian pupuk fosfat alam tidak berpengaruh nyata.

Dari parameter amatan setelah panen yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa pemberian pupuk fosfat alamtidak menunjukkan respon yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi varietas Ciherang memiliki respon yang kurang baik terhadap pupuk fosfat alam ciamis di tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar.

Dari pengamatan yang dilakukan dilapang diperoleh informasi bahwa pada tanah sulfat masam potensial yang diambil dari desa Karanganyar kecamatan Secanggang ditemukan banyaknya sisah bahan organik yang belum melapuk dengan sempurna, seperti jerami padi, dan akar-akar tanaman. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab kenapa pupuk fosfat alam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tajukdan akar padi. Pernyataan ini didukung oleh Zaini (2013) yang menyatakan bahwa petani lebih sulit menggunakan pupuk secara spesifik lokasi, karena kalau jerami atau sisa tanaman dikembalikan ke dalam tanah maka tanah tidak lagi memerlukan pupuk P dan K dengan takaran tinggi.

Pada dasarnya pupuk fosfat alam merupakan deposit guano dengan kandungan seskuioksida yang rendah serta slow release P yang dapat menyebabkan lambat tersedianya P untuk tanaman. Dilirik dari fungsi unsur P terhadap tanaman salah satunya yaitu merangsang perkembangan akar. Hal ini menjadi alasan mengapa pemberian pupuk fosfat alam tidak berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, berat kering tajuk dan akar padi. Ditambah oleh Subiksa dan Diah (2009) yang menyatakan bahwa Fosfat alam adalah mineral apatit yang umumnya memiliki kelarutan yang rendah, sehingga ketersediaannya untuk tanaman sangat rendah.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa Serapan P tanaman berbeda nyata akibat pemberian perlakuan pupuk fosfat alam dengan berbagai dosis. Perlakuan terbaik adalah dengan dosis fosfat alam 350 ppm (P7) dimana tanaman mampu menyerap secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari rataannya yang tertinggi diantara perlakuan dosis lainnya.

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan dengan serapan P tanaman tertinggi menunjukkan nilai P tersedia yang rendah di tanahnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Foth, dkk (1982) yang menyatakan bahwa hasil analisis tanah yang rendah kemungkinan serapan P tanamannya akan tinggi, begitu sebaliknya.

Penilaian Metode Analisis

Dari hasil analisis P tersedia tanah dengan dua metode P tersedia dan serapan P tanaman dilakukan uji korelasi antara keduanya guna untuk menentukan metode analisis P tersedia yang sesuai pada tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang. Adapun hasil uji korelasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Persamaan regresi dan koefisien korelasi antara kadar P tersedia tanah dengan serapan P tanaman

Metode Analisis Persamaan Regresi Koefisien Korelasi (r)

Bray II Y= 1,1997X + 20,023 0,261tn

Truog Y= 8,8721X + 60,2 0,256tn

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dari persamaan regresi dan koefisien korelasi dari kedua Metode yang diuji-cobakan berpengaruh tidak nyata setelah diuji dengan uji T α 5%.

Pemilihan metode analisis P tersedia tanah sulfat masam potensial yang tepat adalah metode yang ekstraktannya mampu mengekstrak bentuk P yang sama

y = 1.1997x + 20.023 r = 0.261 0 20 40 60 80 100 120 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 S er ap an P T an am an ( % ) P-tersedia (ppm) Bray II

dengan bentuk P yang diserap oleh tanaman. Sehingga untuk menentukan metode analisis P tersedia yang tepat adalah dengan mengambil metode analisis yang memiliki koefisien korelasi (r) yang tertinggi. Dalam hal ini, Bray II merupakan metode analisis yang terbaik untuk tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang dengan koefisien korelasi sebesar 0,261.

Hasil uji korelasi kadar P tersedia pada analisis metode Bray II terhadap serapan P tanaman dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Korelasi P tersedia metode Bray II terhadap serapan P tanaman

Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi kadar P tersedia hasil analisis metode Bray II terhadap serapan P tanaman bernilai 0,261 dengan persamaan regresi Y= 1,1997x + 20,023. Dari persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa sifat dari hubungan antara P tersedia hasil analisis metode Bray II terhadap serapan P tanaman berkorelasi positif, dimana koefisien X bernilai positif.

Hasil uji korelasi kadar P tersedia pada analisis metode Truog terhadap serapan P tanaman dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

y = 8.8721x - 60.2 r = 0.256 0 20 40 60 80 100 120 11,5 12 12,5 13 13,5 14 S er ap an P T an am an ( % ) P-tersedia (ppm) Truog

Gambar 2. Korelasi P tersedia metode Truog terhadap serapan P tanaman

Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa koefisien korelasi kadar P tersedia hasil analisis metode Truog terhadap serapan P tanaman bernilai 0,256 dengan persamaan regresi Y= 8,8721x + 60,2. Dari persamaan tersebut dapat kita ketahui bahwa sifat dari hubungan antara P tersedia hasil analisis metode Truog terhadap serapan P tanaman berkorelasi positif dimana koefisien X bernilai positif.

Koefisien korelasi (r) dari kedua uji tersebut tidak berbeda jauh, dimana r untuk Bray II bernilai 0,261 dan r untuk Truog bernilai 0,256. Tetapi dalam menentukan metode yang tepat untuk tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang ini yaitu dengan mengambil uji tanah yang memiliki r2 tertinggi. Hal ini di dukung oleh pernyataan Ali dan Rahman (2010) yang menyatakan bahwa Mengingat prinsipnya, semakin tinggi nilai r2 adalah semakin cocok. Prosedur Nelson dan Bray lebih cocok untuk memprediksi respon P untuk tanaman padi. Ditambah oleh Sims (2000) yang menyatakan bahwa Ekstraksi Fosfat dengan metode Bray telah menunjukkan korelasi yang baik dengan hasil tanaman pada tanah-tanah masam dan netral di beberapa daerah. Untuk tanah masam, fluoride di ekstraktan Bray dapat meningkatkan pelepasan P

0 20 40 60 80 100 120 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 S er ap an P T an am an ( % ) P-tersedia (ppm) Bray II

dari fosfat aluminium dengan mengurangi aktivitas Al dalam larutan melalui pembentukan berbagai kompleks Al-F. Fluoride juga efektif menekan readsorpsi dari dilarutkannya P oleh koloid tanah.

Penetapan Batas Kritis P

Batas kritis hara P tersedia ditetapkan dengan metode Cate and Nelson (1965) dengan cara menghubungkan antara kadar P tersedia tanah dari metode yang terpilih yaitu metode Bray II dan Truog terhadap persentase hasil (serapan P tanaman). Hubungan antara Serapan P tanaman (%) terhadap P tersedia metode Bray II dan Truog dapat dilihat dari Gambar 3 dan 4 dibawah ini.

Gambar 3. Batas kritis P tersedia untuk metode Bray II

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa sebaran titik terbanyak berada di kuadran positif. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk korelasi yang terjadi antara serapan P tanaman (%) terhadap P tersedia tanah untuk kedua metode tersebut yaitu Korelasi Positif.

0 20 40 60 80 100 120 11,6 11,8 12 12,2 12,4 12,6 12,8 13 13,2 13,4 13,6 13,8 S er ap an P T an am an ( % ) P-tersedia (ppm) Truog

Gambar 4. Batas kritis P tersedia untuk metode Truog.

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa sebaran titik terbanyak berada di kuadran positif. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk korelasi yang terjadi antara serapan P tanaman (%) terhadap P tersedia tanah untuk metode tersebut yaitu Korelasi Positif. Ditambah dari pernyataan Iswardono (2003) bahwa jika kenaikan didalam satu variabel diikuti dengan kenaikan didalam variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif.

Penentuan batas kritis hara P tersedia dengan metode Cate and Nelson (1965) yaitu dengan cara menghubungkan antara kadar P tersedia tanah dari metode Bray II dan Truog terhadap persentase hasil (serapan P tanaman). Adapun nilai batas kritis tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang dengan serapan P tanaman untuk metode Bray II sebesar 24,1 ppm dan metode Truog sebesar 12,13 ppm.

Dokumen terkait