• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

Jenis dan Proses Pelayanan Kesyahbandaran PPS Nizam Zachman Jakarta Log Book Penangkapan Ikan (LBPI)

LBPI merupakan surat pernyataan nahkoda mengenai ikan yang ditangkap dan didaratkan di pelabuhan perikanan. LBPI yang di terima melalui kesyahbandaran pada tahun 2013 sebanyak 3 971 dokumen. Pelaksanaan LBPI di PPS Nizam Zachman Jakarta didasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/ 2012 tentang kepelabuhan perikanan. Semua kapal yang datang dari operasi penangkapan ikan wajib melaporkan data Log book penangkapan ikannya di kesyahbandaran, bila kapal tersebut tidak melaporkan maka segala pelayanan pelabuhan lainnya akan ditunda. Mekanisme dalam pelayanan LBPI ini dimulai dari ketika kapal masuk pelabuhan perikanan dan sebelum melakukan pembongkaran hasil tangkapan nahkoda/pengurus kapal wajib menyerahkan Log book di kesyahbandaran. Data Log book yang telah diterima petugas selanjutnya akan diverifikasi kesesuainnya, bila data tersebut tidak sesuai maka pembongkaran akan ditunda terlebih dahulu. Jangka waktu penyelesaian berkas selesai 20 menit dalam satu berkas. Sesuai dengan 48/PERMEN-KP/2014 tentang Log book Penangkapan Ikan, persyaratan dalam pelayanan ini adalah :

a. Lapor Kedatangan Kapal dan menyerahkan data Log book hasil tangkapan yang ditandatangani oleh nahkoda kapal.

b. Form Lampiran I untuk alat tangkap Rawai Tuna dan alat tangkap sejenisnya.

c. Form Lampiran II untuk alat tangkap Pukat Cincin Pelagis Kecil/Besar dan alat tangkap sejenisnya.

d. Form Lampiran III untuk alat tangkap Bouke Ami/Jaring Cumi dan alat tangkap sejenisnya.

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) dalam pelayanan ini sebagai berikut :

1. Nahkoda menyampaikan Log book yang telah diisi setelah kedatangan kapal ke Dermaga Pelabuhan kepada Teknisi Kelaikan Kapal Perikanan.

12

2. Teknisi kelaikan kapal perikanan memeriksa, menverifikasi, dan menyampaikan Log book kepada Kepala Seksi Kesyahbandaran Perikanan. 3. Apabila data sesuai dapat dilanjutkan kepada kepala syahbandar. Jika tidak

sesuai dikembalikan kepada nahkoda kapal

4. Kepala Seksi Kesyahbandaran perikanan menandatangani dan menyampaikan Log book kepada Teknisi Kelaikan Kapal Perikanan.

5. Teknisi kelaikan kapal perikanan menginput data ke aplikasi Log book secara on-line.

Secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Prosedur pelayanan Log Book Penangkapan Ikan

Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLKK)

Setiap kapal perikanan yang akan masuk pelabuhan perikanan diwajibkan untuk melaporkan kedatangannya. Setelah tiba, syahbandar menerbitkan dokumen STBLKK yang merupakan dokumen awal yang digunakan untuk keperluan pelayanan kepelabuhan lainnya. Pelayanan ini melayani pelanggan dalam waktu 24 jam. Waktu yang dibutuhkan pada pemeriksaan berkas sekitar 30 menit. Pada tahun 2013 pihak kesyahbandaran telah menerbitkan STBLKK sebanyak 4 396 dokumen atau rata-rata 366 perbulan. Jangka waktu penyelesaian berkas apabila syarat lengkap maksimal 10 menit. Pelaksanaan STBLKK ini didasarkan oleh Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.03/MEN/2013 tentang kesyahbandaran. Persyaratan yang disiapkan dalam pelayanan ini adalah :

a. SIPI atau SIKPI.

Nahkoda menyampaikan data Log book Teknisi memeriksa data Data sesuai tidak Kepala syahbandar menandatangani

Teknisi menginput data ke aplikasi online log

book ya

13 b. Surat penugasan pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut

ikan untuk kapal yang diwajibkan menerima pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.

c. Log book penangkapan ikan bagi yang akan melakukan bongkar. d. Surat Laik Operasi dari pelabuhan asal.

e. Surat ukur dan/atau surat tanda kebangsaan kapal.

f. Sertifikat kelaikan pengawakan nakhoda dan anak buah kapal (ABK). g. Sertifikat Kesempurnaan (Sea Worthiness) bagi kapal pengangkut ikan. h. Buku kesehatan.

i. SPB dari pelabuhan asal.

j. Buku pelaut (seamen book) atau paspor untuk nakhoda dan ABK berkewarganegaraan asing.

k. Perjanjian kerja laut atau daftar nakhoda dan ABK. l. Sertifikat radio kapal.

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) yang berlaku dalam pelayanan STBLKK sebagai berikut :

1. Nahkoda/Pemilik Kapal/Pengurus Kapal melapor kedatangan kapal dan menyerahkan dokumen kapal kepada teknisi kelaikan kapal perikanan. 2. Teknisi kelaikan kapal memeriksa dokumen kapal, mengisi, memberi

paraf, dan meyampaikan form STBLKK kepada syahbandar di Pelabuhan Perikanan. Jika dokumen tidak lengkap, dikembalikan untuk dilengkapi. 3. Apabila persyaratan lengkap maka diserahkan kepada syahbandar, jika

tidak lengkap dikembalikan kepada pemohon.

4. Syahbandar memeriksa, menandatangani, dan menyampaikan form STBLKK kepada Teknisi Kelaikan Kapal Perikanan.

5. Teknisi kelaikan kapal menerbitkan, mengarsipkan, dan menyampaikan STBLKK kepada Nahkoda/Pemilik Kapal/Pengurus Kapal.

6. Nahkoda/Pemilik Kapal/Pengurus Kapal menerima Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal Perikanan (STBLKK).

14

Pengurus kapal melapor kedatangan kapal Teknisi memeriksa dokumen Persyaratan lengkap tidak Syahbandar menandatangani form STBLKK ya Teknisi menerbitkan dan mengarsipkan STBLKK Arsip dokumen Pengurus kapal menerima STBLKK

Gambar 4 Prosedur pelayanan STBLKK

Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

SPB merupakan dokumen negara yang dikeluarkan oleh syahbandar di Pelabuhan Perikanan kepada setiap kapal perikanan yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan perikanan setelah kapal perikanan memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, laik alat tangkap, dan laik simpan. Tujuan dari surat ini adalah sebagai kontrol pemerintah untuk menjamin masalah dalam rangka keselamatan operasional kapal perikanan, yaitu persyaratan dokumen kapal/ administratif persyaratan teknis dan nautis kapal. Waktu pemeriksaan berkas sampai selesai memerlukan waktu maksimal 90 menit. Jumlah penerbitan SPB kapal perikanan pada tahun 2013 sebanyak 4 208 dokumen. Syarat dan tata cara penerbitan SPB didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 03/PERMEN-KP/2013. Nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab perusahaan untuk mendapatkan SPB harus mengajukan permohonan kepada syahbandar di pelabuhan perikanan setelah kapal perikanan siap berlayar, dengan melampirkan persyaratan:

1. Surat Pernyataan Kesiapan Kapal Perikanan Berangkat dari nakhoda (Master Sailing Declaration); dan

2. Bukti pemenuhan kewajiban kapal perikanan antara lain: a. Bukti pembayaran jasa kepelabuhanan.

b. Bukti pembayaran retribusi lelang ikan. c. Bukti pembayaran jasa kebersihan kapal. d. Persetujuan Bea dan Cukai.

15 f. Persetujuan Karantina kesehatan.

g. Persetujuan Karantina ikan.

h. Surat Laik Operasi Kapal Perikanan.

i. Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal. j. Surat Tanda Bukti Lapor Keberangkatan Kapal. k. Perjanjian kerja laut atau daftar Nakhoda dan ABK. l. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar Awal; dan

m. Surat penugasan pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan untuk kapal yang diwajibkan menerima pemantau kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) yang berlaku dalam pelayanan SPB sebagai berikut :

1. Nahkoda/pemilik kapal/pengurus kapal mengajukan permohonan, mengisi lembar permohonan Surat Persetujuan Berlayar, dan menyampaikan kepada Teknisi Kelaikan Alat Penangkap Ikan.

2. Teknisi kelaikan alat penangkap ikan menerima dokumen kapal, memeriksa penyelesaian administrasi, memeriksa surat-surat kapal, mencatat kapal keluar di buku besar, memberi nomor Surat Persetujuan Berlayar, mengisi STBLKK, menghitung/menerima jasa kebersihan kapal (PNBP), dan menyampaikan kepada Teknisi Kelaikan Kapal Perikanan.

3. Apabila persyaratan lengkap maka diserahkan kepada teknisi kapal perikanan, jika tidak lengkap dikembalikan kepada pemohon.

4. Teknisi kelaikan kapal perikanan memeriksa kelaikan kapal (laik laut, laik tangkap, laik simpan dan pemeriksaan ABK) di atas kapal perikanan, memberi paraf daftar awak kapal serta lembar Surat Persetujuan Berlayar, dan menyampaikan kepada Syahbandar di Pelabuhan Perikanan.

5. Syahbandar di pelabuhan perikanan meneliti, memvalidasi, menandatangani, dan menyampaikan Surat Persetujuan Berlayar kepada Teknisi Kelaikan Alat Penangkap Ikan.

6. Teknisi kelaikan alat penangkapan ikan mengarsipkan berkas dokumen dan menyampaikan Surat Persetujuan Berlayar kepada Nahkoda/ Pemilik Kapal/ Pengurus Kapal.

7. Nahkoda/pemilik kapal/pengurus kapal menerima Surat Persetujuan Berlayar

16 Pengurus kapal mengajukan permohonan Teknisi API memverifikasi dokumen Persyaratan lengkap tidak Teknisi kapal memberi paraf lembar dokumen ya Syahbandar menandatangani SPB Teknisi API mengarsipkan dokumen Arsip dokumen Pengurus kapal menerima SPB

Gambar 5 Prosedur pelayanan SPB

Perpanjangan SIPI dan SIKPI Kapal diatas 30 GT s.d 60 GT

Sesuai dengan keputusan Dirjen Perikanan Tangkap Nomor 09/KEP-DJPT/2013 tentang penetapan Kepala Dinas Provinsi dan Kepala UPT Pelabuhan Perikanan yang dapat melakukan perpanjangan SIPI dan SIKPI kapal diatas 30 GT s.d 60 GT. Pelayanan perpanjangan SIPI dan SIKPI kapal diatas 30 GT s.d 60 GT di PPS Nizam Zachman Jakarta baru disahkan pada tanggal 24 Desember 2013 serta pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26/PERMEN-KP/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.30/Men/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Lama waktu pengurusan perpanjangan SIKPI/SIPI ini tergantung dari lama atau tidaknya pembayaran PHP (Pungutan Hasil Perikanan)/PPP (Pungutan Pengusahaan Perikanan) oleh pemilik/pengurus kapal. Proses penerbitan paling

17 cepat 1 hari, asumsinya kalau pagi mengajukan permohonan dan siang pajak sudah tercetak. Batas maksimal pembayaran pajak 10 hari, jika lebih dari itu maka proses perpanjangan otomatis batal. Persyaratan yang dibutuhkan dalam pelayanan perpanjangan SIPI dan SIKPI kapal diatas 30 GT s.d 60 GT sebagai berikut :

1. Perpanjangan SIPI/SIKPI dapat diajukan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku SIPI/SIKPI berakhir

2. Persyaratan yang disiapkan : a. Fotocopy SIUP.

b. Fotocopy SIPI yang diperpanjang. c. Grosse akta dan buku kapal perikanan.

d. Surat keterangan aktivasi transmitter SPKP yang masih berlaku.

e. Surat keterangan dari kepala pelabuhan tempat kapal tersebut berpangkalan, yang menyatakan bahwa kapal tersebut berpangkalan dan mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan sesuai dengan yang tercantum dalam SIPI/SIKPI.

f. Bukti penyampaian LKU dan LKP.

g. Surat pernyataan bermeterai cukup atas kebenaran data dan informasi yang disampaikan.

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) yang berlaku dalam pelayanan rekomendasi BBM bersubsidi sebagai berikut :

1. Pemohon mengajukan permohonan untuk perpanjangan SIKPI/SIPI 2. Petugas melakukan penilaian kelengkapan persyaratan

3. Apabila persyaratan lengkap dapat dilanjutkan untuk meneliti SIUP, jika tidak lengkap dikembalikan ke pemohon

4. Petugas meneliti berkas SIUP

- Petugas melakukan cek fisik kapal (jika SIKPI/SIPI ada perubahan) - Petugas menerbitkan SPP-PHP/SPP-PPP

5. Pemohon melakukan pembayaran PHP/PPP, pemohon diberikan waktu paling lambat <10 hari kerja. Jika lebih dari hari tersebut maka perpanjangan otomatis dibatalkan.

6. Petugas mencetak SIPI/SIKPI dan diterbitkan kepada konsumen. Secara skematis dapat dilihat pada gambar 6.

18

Gambar 6 Prosedur Pelayanan Perpanjangan SIPI/SIKPI Pengurus kapal mengajukan permohonan Petugas memeriksa kelengkapan persyaratan Data sesuai tidak Petugas meneliti berkas SIUP ya Data sesuai Petugas melakukan

cek fisik kapal tidak

Petugas menerbitkan SPP-PHP/SPP-PPP ya Pemohon melakukan pembayaran Petugas mencetak SIKPI/SIPI Pemohon menerima SIPI/SIKPI

19

Rekomendasi BBM (Bahan Bakar Minyak) Bersubsidi

Sesuai Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan No. B 70/MEN.KP/II/2009 Tentang Penggunaan Bahan bakar Minyak Bersubsidi untuk Sektor Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa BBM Bersubsidi hanya dapat diberikan kepada nelayan yang menggunakan kapal ikan Indonesia yang dibuat didalam negeri (kapal buatan dalam negeri), bukan kapal ikan Indonesia Eks. asing dan nelayan yang menggunakan kapal ikan Indonesia yang seluruh ABKnya adalah orang Indonesia.

Pelayanan rekomendasi BBM bersubsidi saat ini hanya diperuntukan bagi nelayan yang menggunakan kapal ikan indonesia dengan ukuran maksimal 30 GT, hal ini didasari dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Jumlah rekomendasi penyaluran BBM bersubsidi di PPS Nizam Zachman Jakarta pada tahun 2013 sebesar 68 038.591 kl. Waktu pemeriksaan berkas sampai dengan selesai memerlukan waktu maksimal 75 menit. Persyaratan yang harus dilampirkan dalam permohonan pengisian BBM adalah :

a. Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLKK) yang Log book nya sudah terverifikasi.

b. Copy SPB Perikanan terakhir.

c. Copy SPB perhubungan Laut terakhir.

d. Copy Daftar ABK yang telah disahkan dan tidak ada ABK asing. e. Copy SIPI/SIKPI dan menunjukan aslinya.

f. Copy PAS Tahunan.

g. Copy Sertifikat Kelaikan dan Kesempurnaan. h. Surat pernyataan mengisi BBM untuk 25 KL. i. Surat keterangan keberangkatan.

j. Copy Buku Langganan Bunker (BLB) lama dan BLB asli.

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) yang berlaku dalam pelayanan rekomendasi BBM bersubsidi sebagai berikut :

1. Pemohon/pemilik kapal mengajukan surat permohonan rekomendasi pengisian/penyaluran BBM bersubsidi dilengkapi dengan melampirkan persyaratan-persyaratan

2. HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia)/ASTUIN (Asosiasi Tuna Indonesia)/APKPII (Asosiasi Pengusaha Kapal Pengangkut Ikan Indonesia /ASPERTADU (Asosiasi perikanan terpadu) /HNPN (Himpunan Nelayan Purseine Nusantara) meneliti seluruh berkas pengajuan dan memberikan persetujuan permohonan rekomendasi 3. Apabila persyaratan lengkap dapat dilanjutkan kepada administrasi

pelabuhan, jika tidak lengkap dikembalikan ke pemohon

4. Administrasi pelabuhan meneliti ulang berkas pengajuan, merekomendasi jumlah pengisian BBM sesuai dokumen permohonan dan menyetujui terhadap hasil pemeriksaan dokumen permohonan dengan menandatangani rekomendasi

5. Kepala tata operasional meneliti ulang berkas pengajuan permohonan, menetapkan jumlah BBM bersubsidi berdasarkan pengesahan HNSI/ASTUIN /APKPII)/ASTERPADU/HNPN dan syahbandar

20

6. Apabila berkas sesuai teknisi melakukan pengisian BBM, jika tidak sesuai dokumen dikembalikan kepada pemohon

7. Teknisi BBM meneliti berkas dan memutuskan menolak atau menerima rekomendasi pengisian BBM bersubsidi, melakukan pengisian BBM sesuai rekomendasi yang ditetapkan dan mengisi BLB (buku layanan bunker).

Secara skematis dapat dilihat pada gambar 7.

Pemohon mengajukan surat permohonan Asosiasi perikanan meneliti berkas persyaratan Persyaratan lengkap Administrasi pelabuhan merekomendasikan pengisian BBM dan menandatangani surat ya

Kepala tata operasional meneliti ulang berkas

permohonan Kesesuaian berkas tidak Teknisi melakukan pengisian BBM ya tidak

21

Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI)

Terbitnya European Council (EC) Regulation No. 1005/2008 oleh komisi Eropa yang melarang masuknya produk perikanan yang berasal dari tindakan IUU Fishing ke Uni Eropa, seluruh produk perikanan yang diekspor ke negara-negara di Uni Eropa harus menggunakan SHTI, termasuk Indonesia (PPS Nizam Zachman Jakarta). Dasar hukum yang melandasi kegiatan pelayanan ini adalah Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan dan Kep. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No. KEP.17/DJ-PT/2010 tentang Pendelegasian Penerbitan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Kepada Kepala Pelabuhan Perikanan dan UPT Daerah. Jumlah penerbitan SHTI pada tahun 2013 sebanyak 2 786 dokumen, terdiri dari SHTI-Lembar Turunan sebanyak 2 401 dokumen dan SHTI-SHTI-Lembar Turunan Sederhana (SHTI-LTS) sebanyak 385 dokumen. Waktu pemeriksaan berkas sampai dengan selesai memerlukan waktu maksimal 75 menit. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan terdiri atas tiga jenis diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan, diantaranya :

1. SHTI-Lembar Awal (Initial Sheet) : merupakan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan yang memuat seluruh hasil tangkapan yang dilakukan untuk setiap satu kali kegiatan bongkar untuk tujuan pencatatan.

2. SHTI-Lembar Turunan (Derivative Sheet) : merupakan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan yang memuat sebagian atau seluruh hasil tangkapan sesuai isi lembar awal untuk tujuan perdagangan ke Uni Eropa.

3. SHTI-Lembar Turunan yang Disederhanakan : merupakan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan yang memuat seluruh hasil tangkapan dari kapal berukuran kecil ( < 20GT) untuk tujuan perdagangan ke Uni Eropa.

4. SHTI-Impor adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang diekspor ke Uni Eropa menggunakan sebagian atau seluruh bahan baku ikannya berasal dari negara lain yang sudah menotifikasi Catch Certificate ke Uni Eropa.

Persyaratan yang dibutuhkan untuk masing-masing lembaran SHTI sebagai berikut :

Tabel 10 Persyaratan lembaran SHTI

SHTI- LA (LembarAwal)

Draft SHTI-LA FC Identitas Pemohon FC STBLKK

FC SIPI

Lap. Hasil Verifikasi Pendaratan Ikan, atau Surat Keterangan Pendaratan Ikan (SKPI)

SHTI LT (LembarTurunan)

FC SHTI-LA Draft SHTI – LT FC Identitas Pemohon Bukti pembelian ikan

Packing list invoice dari perusahaan Surat jalan pengiriman barang dari

22

SHTI – LTS

(Lembar Turunan Sederhana)

Draft SHTI-LTS FC Identitas Pemohon Bukti pembelian ikan

Packing list invoice dari perusahaan Surat jalan pengiriman barang dari

perusahaan

Lap. Hasil Verifikasi Pendaratan Ikan, dan

Surat Keterangan Pendaratan Ikan (SKPI)

SHTI- Impor

Draft SHTI – Impor

Sertifikasi hasil tangkapan Negara asal ikan

Sertifikasi kesehatan ikan untuk konsumsi

Sertifikasi kesehatan dibidang karantina ikan

FC Identitas pemohon Sumber : Permen no. 13 tahun 2012 tentang SHTI

Adapun Prosedur Operasional Baku (POB) yang berlaku dalam pelayanan SHTI sebagai berikut :

1. Pemohon mengajukan permohonan, mengisi SHTI (Lembar Awal/ Lembar Turunan/Lembar Turunan yang Disederhanakan/ Impor), dan menyampaikan kepada Teknisi Kelaikan Alat Penangkap Ikan.

2. Teknisi kelaikan alat penangkapan ikan memeriksa dokumen, membuat draft SHTI, dan menyampaikan kepada Teknisi Kelaikan Kapal Perikanan. Bila dokumen tidak lengkap, dikembalikan untuk dilengkapi. 3. Apabila persyaratan lengkap maka dapat dilanjutkan kepada teknisi

kapal, jika tidak lengkap maka dikembalikan ke pemohon

4. Teknisi kelaikan kapal perikanan memeriksa draft SHTI, dokumen pendukung kapal, laporan hasil tangkapan ikan, menvalidasi nomor SHTI, dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Kesyahbandaran Perikanan.

5. Kepala seksi kesyahbandaran perikanan memverifikasi dan menyampaikan draft SHTI kepada kepala pelabuhan.

6. Apabila data sesuai dapat dilanjutkan kepada kepala pelabuhan, jika tidak sesuai dikembalikan kepada teknisi API

7. Kepala pelabuhan menandatangani draft SHTI dan menyampaikan SHTI kepada Pemohon.

8. Pemohon menerima dokumen SHTI. Secara skematis dapat dilihat pada gambar 8.

23 Pemohon mengajukan permohonan Teknisi API memeriksa dan membuat draft Data lengkap tidak Teknisi kapal memeriksa draft ya Kepala syahbandar memverifikasi draft Kesesuaian data tidak Kepala pelabuhan menandatangani ya Pemohon menerima SHTI

24

Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Customer Sastifaction Index (CSI)

Nilai rata-rata untuk tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan masing-masing atribut kualitas jasa digunakan untuk menghitung Customer Satisfaction Index (CSI). Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 11, dari perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa Customer Satisfaction Index (CSI) adalah sebesar 77.60%.

Terlihat pada Tabel 11 bahwa nilai weighted factor tertinggi ada pada atribut 16 yaitu keramahan dan kesopanan petugas sebesar 4.33. Hal ini dapat dijelaskan bahwa atribut tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesyahbandaran. Keberadaan atribut ini harus dipertahankan oleh pihak pelayanan kesyahbandaran, karena atribut ini merupakan keunggulan dari segi kualitas jasa yang dimiliki pelayanan kesyahbandaran dengan nilai weighted score tertinggi dengan nilai 18.07.

Tabel 11 Perhitungan Customer Satisfaction Index pengguna jasa pelayanan kesyahbandaran PPS Nizam Zachman Jakarta

No. atribut Rata-rata skor Kepentingan WF (%) Rata-rata skor Kinerja WS 1 4.15 3.93 3.93 15.41 2 4.15 3.93 3.98 15.61 3 4.18 3.95 3.98 15.70 4 4.18 3.95 3.73 14.71 5 4.43 4.19 3.98 16.64 6 4.25 4.02 3.75 15.08 7 3.98 3.76 3.88 14.57 8 4.15 3.93 3.48 13.64 9 4.15 3.93 3.85 15.12 10 4.38 4.14 3.33 13.76 11 4.00 3.78 3.98 15.04 12 4.20 3.97 4.15 16.49 13 4.30 4.07 4.00 16.27 14 4.30 4.07 4.15 16.88 15 4.30 4.07 4.08 16.58 16 4.58 4.33 4.18 18.07 17 4.25 4.02 4.08 16.38 18 4.15 3.93 4.05 15.90 19 4.13 3.90 3.40 13.27 20 4.25 4.02 3.68 14.78 21 4.28 4.04 3.78 15.27 22 4.33 4.09 4.10 16.78 23 4.23 4.00 3.88 15.49 24 4.25 4.02 3.60 14.47 25 4.20 3.97 4.05 16.09 TOTAL 105.7 100.00 96.98 Weighted total 388.01 Sastifaction Index 77.60%

25 Nilai Customer Satisfaction Index yang didapat sebesar 77.60% tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kepuasan total terletak diantara selang 0.66 – 0.80 yang berarti pengguna jasa pelayanan telah puas terhadap kinerja petugas pelayanan kesyahbandaran. Pelayanan kesyahbandaran telah berhasil memberikan pelayanan yang berkualitas, yaitu yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna jasa. Meskipun demikian, pelayanan kesyahbandaran masih dapat terus meningkatkan kepuasan pengguna jasa pada tahun-tahun berikutnya untuk mencapai kategori sangat puas atau mendekati angka 100%. Nilai Customer Satisfaction Index tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan sasaran peningkatan kinerja petugasi, serta kepuasan pengguna jasa di masa mendatang.

Importance Performance Analysis (IPA) dan GAP (kesenjangan)

Importance Performance Analysis memetakan atribut ke dalam suatu bentuk diagram yang terbagi menjadi empat kuadran, dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y). Sumbu X (sumbu mendatar) akan mengisi skor tingkat kinerja/kepuasan (performance), sedangkan sumbu Y (sumbu tegak) akan mengisi skor untuk tingkatkepentingan (Importance). Importance and Performance Analysis sangat diperlukan untuk melihat posisi kinerja masing-masing dari 25 atribut yang diperoleh berdasarkan skor tingkat kepentingan dan skor tingkat kepuasan dari 40 orang responden pengguna jasa pelayanan kesyahbandaran PPS Nizam Zachman Jakarta. Keempat kuadran tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam memberikan alternatif strategi untuk meningkatkan kepuasan pengguna jasa pelayanan publik. Selain itu, pelayanan kesyahbandaran dapat mengaitkan antara pentingnya atribut-atribut tersebut dengan kenyataan yang dirasakan oleh pengguna jasa pelayanan kesyahbandaran

Selanjutnya untuk mengetahui secara jelas penempatan dari 25 atribut tersebut, maka 25 atribut tersebut akan dikelompokkan menjadi empat kuadran. Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua berada di sebelah kanan atas, kuadran ketiga berada di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat berada di sebelah kanan bawah. Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam memberikan alternatif strategi untuk meningkatkan kepuasan pengguna jasa pelayanan kesyahbandaran di PPS Nizam Zachman. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil nilai RSK dan RSP terhadap pengguna jasa sebagai berikut:

Tabel 12 Penilaian Kinerja dan Kepentingan Nelayan

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

1. Ketersediaan jumlah petugas 3.93 4.15 -0.23

2. Kemampuan petugas dalam melakukan pelayanan

3.98 4.15 -0.18

3. Kualitas jasa yang disediakan 3.98 4.18 -0.20 4. Adanya prosedur pelayanan yang jelas 3.73 4.18 -0.45 5. Petugas memberikan pelayanan yang

sama pada setiap orang

3.98 4.43 -0.45

6. Kecepatan proses pelayanan 3.75 4.25 -0.50

26

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

8. Kecepatan petugas dalam merespon keinginan pengguna

3.48 4.15 -0.68

9. Petugas berada ditempat pada saat dibutuhkan

3.85 4.15 -0.30

10. Kecepatan petugas dalam menyelesaikan keluhan

3.33 4.38 -1.05

11. Pengetahuan petugas terkait pelayanan yang diberikan

3.98 4.00 -0.02

12. Ketersediaan bukti transaksi 4.15 4.20 -0.05 13. Rasa aman pelanggan dari kehilangan

dokumen

4.00 4.30 -0.30

14. Kepastian biaya pelayanan 4.15 4.30 -0.15

15. Jaminan untuk menjaga kerahasiaan dokumen

4.08 4.30 -0.23

16. Keramahan dan kesopanan petugas 4.18 4.58 -0.40

17. Kemudahan pembayaran 4.08 4.25 -0.18

18. Kesesuaian antara pelayanan yang diberikan dengan prosedur yang ada

4.05 4.15 -0.10

19. Adanya saluran/ media untuk menyampaikan keluhan pengguna

3.40 4.13 -0.73

20. Petugas memberikan informasi yang dibutuhkan pengguna

3.68 4.25 -0.58

21. Kondisi ruang pelayanan 3.78 4.28 -0.50

22. Ketersediaan seragam dan tanda pengenal petugas

4.10 4.33 -0.23

23. Jam pelayanan 3.88 4.23 -0.35

24. Sistem antrian pengunjung 3.60 4.25 -0.65

25. Biaya pelayanan 4.05 4.20 -0.15

Sumber: Hasil wawancara (diolah)

Selanjutnya untuk mengetahui secara jelas penempatan atribut yang telah dianalisis, maka keseluruhan atribut dikelompokkan dalam empat kuadran.

27

Gambar 9 Diagram Cartesius tingkat kinerja dan kepentingan pengguna jasa

Dokumen terkait