• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2013 – 11 November 2013 di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Suka Maju berada dalam Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Kelurahan ini mempunyai luas permukaan sebesar 152 Ha. Terdapat 13 lingkungan dengan jumlah penduduk sebanyak 14.249 orang, dimana jumlah laki-laki adalah 7.037 dan perempuan adalah sebanyak 7.212 orang.

Tingkat pendidikan penduduk di kelurahan ini adalah tamat SD yaitu sebanyak 1375 orang, tamat SMP sebanyak 2398 orang, tamat SMA sebanyak 5.693 orang, dan Sarjana sebanyak 2.552 orang.

Agama yang dianut oleh penduduk di kelurahan ini adalah Islam sebanyak 14.106 orang. Kristen sebanyak 83 orang, Katholik sebanyak 37 orang, dan Budha sebanyak 23 orang.

5.2. Karakteristik Responden

Sampel penelitian yang ikut serta dalam penelitian ini terdiri dari 336 orang yang semuanya merupakan penduduk di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan.

Data penelitian yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang berasal dari hasil isian kuesioner yang diisi oleh responden yang berisi data identitas responden dan jawaban pertanyaan mengenai pengetahuan responden terhadap penggunaan antibiotik.

Untuk data karakteristik responden pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.2.1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi data penelitian berdasarkan jenis kelamin responden dengan jumlah responden 336 orang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki laki 129 38.4

Perempuan 207 61.6

Total 336 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1, diketahui bahwa jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 207 orang (61,6%) sedangkan laki-laki sebanyak 129 orang (38,4%).

5.2.2. Distribusi Responden berdasarkan Umur

Jika ditinjau berdasarkan umur dari 336 responden penelitian dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan umur yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase

15-19 31 9,2 20-24 33 9,8 25-29 25 7,4 30-34 51 15,2 35-39 40 11,9 40-44 49 14,6 >45 107 31,8 Total 336 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa responden yang terbanyak berasal dari kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 107 orang (31,8%), sedangkan jumlah responden terendah berasal dari kelompok umur 25-29 tahun yaitu sebanyak 25 orang (7,4%).

5.2.3. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jika ditinjau dari pendidikan terakhir responden, responden penelitian dapat dibagi menjadi 3 kelompok interval tingkat pendidikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan Jumlah Persentase

Rendah 91 27,1

Menengah 152 45,2

Tinggi 93 27,2

Total 336 100.0

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa 152 orang responden (45,2%) berpendidikan Menengah, diikuti dengan 93 orang responden (27,2%) berpendidikan Tinggi, dan 91 orang responden (27,1%) berpendidikan Rendah.

5.3. Pengetahuan Responden mengenai Penggunaan Antibiotik

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotik, digunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Berikut akan ditampilkan jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Antibiotik

No Pertanyaan Benar % Salah % Tidak

Tahu % 1 Definisi antibiotik 142 42,3% 191 56,8% 3 0,09% 2 Penyakit yang memerlukan antibiotik 118 35,1% 209 62,2% 9 2,7% 3 Tujuan pemberian antibiotik 184 54,8% 141 42% 11 3,2% 4 Cara memperoleh antibiotik 286 85,1% 36 10,7% 14 4,2% 5 Penghentian penggunaan antibiotik 271 80,7% 51 15,2% 14 4,2% 6 Penggunaan antibiotik

sesuai petunjuk dokter 288 85,7% 39 11,^% 9 2,7% 7 Risiko penggunaan

antibiotik yang salah 263 78,3% 53 15,8% 20 6% 8 Efek samping

antibiotik 275 81,8% 32 9,5% 29 8,6%

9

Golongan yang harus diperhatikan dalam menggunakan antibiotik 270 80,4% 47 14% 19 5,7% 10 Cara penyimpanan antibiotik 298 88,7% 26 7,7% 12 3,6% 11 Contoh antibiotik 230 68,5% 64 19% 42 12,5%

Berdasarkan Tabel 5.4, didapati bahwa 88,7% responden menjawab pertanyaan mengenai cara penyimpanan antibiotik dengan benar, diikuti dengan pertanyaan mengenai penggunaan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter yang dijawab benar oleh 85,7% responden.

Sedangkan itu, sebanyak 62,2% responden menjawab salah ketika diberikan pertanyaan mengenai penyakit yang memerlukan antibiotik, diikuti dengan pertanyaan mengenai definisi antibiotik yang dijawab salah oleh 56,8% responden.

Pada tabel 5.4 juga dapat dilihat bahwa 12,5% responden menjawab tidak tahu ketika diberikan pertanyaan mengenai contoh obat antibiotik, diikuti dengan pertanyaan mengenai efek samping antibiotik yang dijawab tidak tahu oleh 8,6% responden.

5.3.1. Tingkat Pengetahuan Responden

Dari hasil jawaban responden untuk pertanyaan mengenai pengetahuan responden mengenai antibiotik, dapat disimpulkan tingkat pengetahuan tersebut berdasarkan tiga tingkatan, pengetahuan baik, pengetahuan cukup dan

pengetahuan kurang. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat

Pengetahuan Jumlah Persentase

Baik 267 79,5

Sedang 48 14,3

Kurang 21 6,3

Total 336 100

Berdasarkan tabel 5.5., sebanyak 267 orang responden (79,5%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 48 orang responden (14,3%) memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 21 orang responden (6,3%) memiliki tingkat pengetahuan kurang.

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil crosstabulation tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Total Baik Sedang Kurang

n % n % N % Jenis Kelamin Laki-laki 97 36,3% 22 45,8% 10 47,6% 129 perempuan 170 63,7% 26 54,2% 11 52,4% 207 Total 267 48 21 336

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak di kategori baik terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 170 orang (63,7%), pengetahuan di kategori sedang terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 26 orang (54,2%), dan pengetahuan di kategori rendah juga terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (52,4%).

5.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Sementara itu, hasil crosstabulation tingkat pengetahuan berdasarkan tingkatan umur responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % Umur 15-19 20 7,5% 10 21% 1 4,8% 31 20-24 27 10,1% 3 6,2% 3 14,3% 33 25-29 21 7,9% 3 6,2% 1 4,8% 25 30-34 43 16,1% 6 12,5% 2 9,5% 51 35-39 30 11,2% 6 12,5% 4 19,1% 40 40-44 35 13,1% 11 22,9% 3 14,3% 49 >45 91 34,1% 9 18,7% 7 33,3% 107 Total 267 48 21 336

Berdasarkan tabel 5.7, tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang termasuk dalam kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 91 orang (34,1%). Tingkat pengetahuan sedang paling banyak adalah responden yang termasuk dalam kelompok umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 11 orang (22,9%). Sedangkan, tingkat pengetahuan rendah paling banyak terdapat pada responden yang termasuk dalam kelompok umur >45 tahun yaitu sebanyak 7 orang (33,3%).

5.3.4. Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Hasil crosstabulation tingkat pengetahuan responden terhadap tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Sedang Kurang

n % n % n % Tingkat Pendidikan Rendah 48 18% 26 54,2% 17 80,9% 91 Menengah 133 49,8% 16 33,3% 3 14,3% 152 Tinggi 86 32,2% 6 12,5% 1 4,8% 93 Total 267 48 21 336

Berdasarkan tabel 5.8, tingkat pengetahuan baik paling banyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 133 orang (49,8%). Tingkat pengetahuan sedang paling banyak adalah responden yang mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 26 orang (54,2%). Sedangkan, tingkat pengetahuan rendah paling banyak juga terdapat pada responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 17 orang (80,9%).

5.4. Pembahasan

Secara keselurahan, tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor termasuk dalam kategori baik. Karena dari 336 jumlah keseluruhan responden, didapati 79,5% memiliki tingkat pengetahuan baik, 14,3% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 6,3% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pulungan (2011) di Medan yang mendapati 77% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 18% responden memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 5% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Selain itu, hasil yang sesuai juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh You, et al. (2008) yang mendapati bahwa 70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 21% memiliki tingkat pengetahuan sedang, dan 9% memiliki tingkat pengetahuan rendah. Namun, pada penelitian yang dilakukan Oh, et al (2010) didapati 16,4% responden memiliki pengetahuan baik, 54,7% responden memiliki pengetahuan sedang, dan 28,9% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan, informasi yang didapat, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.

Berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa tingkat pengetahuan paling banyak di kategori baik terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 63,7% dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36,3%, pengetahuan di kategori sedang terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 54,2% dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 55,8% , dan pengetahuan di kategori rendah juga terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 11 orang (52,4%) dibanding jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 57,6%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eng, et al. (2003) yang mendapati bahwa 65% perempuan memiliki tingkat pengetahuan baik dibanding 35% laki- laki yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 62% perempuan memiliki tingkat pengetahuan sedang dibanding 38% laki-laki yang memiliki tingkat pengetahuan yang sama, dan 73% perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang rendah

dibanding 27% laki-laki yang memiliki tingkat pengetahuan rendah. Hal ini menurut Eng, at al. karena adanya perbedaan, baik usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Kemungkinan hal ini disebabkan karena perempuan memiliki rasa ingin tahu yang lebih dan lebih sering bertanya secara mendetail mengenai penyakit atau obat apa yang diberikan ketika berkonsultasi ke dokter sehingga menyebabkan perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki.

Selain itu, berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang dengan tingkat pendidikan menengah (SMA/Sederajat) memiliki tingkat pengetahuan baik paling banyak (49,8%), diikuti responden dengan tingkat pendidikan tinggi (32,2%), dan tingkat pendidikan rendah (18%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat pengetahuan rendah terbanyak (80,9%), diikuti tingkat pendidikan menengah (14,3%), dan tingkat pendidikan tinggi (4,8%). Pola pikir seseorang akan sesuai dengan tingkat pendidikannya, karena pendidikan dapat berdampak pada kemampuan seseorang untuk menerima informasi dan informasi ini dapat berpengaruh pada pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010). Menurut pendapat Baumann dan Koos yag dikutip oleh Friedman (1998) bahwa semakin terdidiknya seseorang maka semakin baik pengetahuannya tentang kesehatan dan sebaliknya.

Tingkat pengetahuan berdasarkan umur dari responden didapati bahwa responden dengan umur >45 tahun memiliki tingkat pengetahuan baik terbanyak (34,1%), diikuti responden dengan rentang umur 30-34 tahun (16,1%), dan responden dengan rentang umur 40-44 tahun (13,1%). Sedangkan, untuk tingkat pengetahuan rendah terbanyak juga terdapat pada kelas responden yang berumur >45 tahun (33,3%), diikuti responden yang berumur 35-39 tahun (19,1%), dan responden yang berumur 20-24 tahun dan 40-44 tahun (14,3%). Menurut Nursalam (2011), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia seseorang mempengaruhi daya tangkap dan pola

pikir. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika secara umum berada pada kategori baik. Namun dari butir- butir pertanyaan yang diajukan, ada beberapa pertanyaan yang tidak tepat dijawab oleh responden. Pertanyaan mengenai indikasi penggunaan antibiotik, dari hasil penelitian lebih dari setengah responden (56%) menjawab bahwa antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dari virus. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oh, et al. (2010) yang mendapati bahwa 67,2% responden menjawab bahwa antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi dari virus. Hal ini, menurut Oh, et al. (2010) kemungkinan disebabkan oleh terminologi “kuman”, yang biasanya dipakai oleh dokter atau penyedia layanan kesehatan dalam praktek sehari-hari dibanding menggunakan terminologi mikrobiologis seperti “bakteri” atau “virus”.

Kemudian pertanyaan tentang jenis penyakit yang memerlukan antibiotik, Dari hasil penelitian menunjukkan 62% responden menjawab Influenza merupakan penyakit yang memerlukan antibiotik. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McNulty, et al. (2007) yang mendapati 67% dari responden menjawab bahwa influenza merupakan penyakit yang dapat diobati dengan obat antibiotik. Asumsi penulis, kemungkinan hal ini disebabkan oleh banyaknya peresepan yang tidak rasional oleh dokter dan ditambah dengan kurangnya edukasi oleh dokter kepada pasien mengenai penggunaa antibiotik yang benar.

Selain itu, dari penelitian ini didapati bahwa 12,5% responden tidak tahu contoh obat antibiotik dari pilihan yang diberikan dalam kuesioner. Jumlah jawaban tidak tahu terbanyak berada pada pertanyaan ini. Tetapi, proporsi responden yang menjawab tidak tahu masih lebih kecil dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Oh et al. (2010) di Malaysia yang dari penelitiannya didapati 41,4% responden tidak mengetahui contoh obat antibiotik. Hal ini menurut Barah & Goncalves (2010) mungkin disebabkan karena masyarakat lebih familiar

dengan nama obat dagang dibandingkan nama obat generik yang biasanya disodorkan dalam daftar jawaban pada kuesioner.

Berdasarkan pertanyaan mengenai penggunasalahaan obat, diketahui 78,3% responden mengetahui bahwa penggunasalahan antibiotik dapat mengakibatkan kuman penyebab infeksi akan menjadi kebal terhadap obat antibiotik, yang dengan kata lain menyebabkan resistensi antibiotik. Hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wowiling (2013) di Manado yang membandingkan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan, mendapati hasil bahwa pengetahuan masyarakat terhadap resistensi antibiotik sebelum penyuluhan 9,3% dan setelah dilakukan penyuluhan didapati peningkatan menjadi 40%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyuluhan tentang penggunaan antibiotik yang baik dan benar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap resistensi antibiotik. Menurut Malin et al. (2010) menyebutkan bahwa strategi pengendalian resistensi yang paling utama adalah dengan merekomendasikan pendidikan untuk masyarakat umum dengan mempromosikan penggunaan antibiotik yang sesuai. Kemungkinan sudah sering dilakukan penyuluhan mengenai bahaya resistensi antibiotik di Kelurahan Suka Maju sehingga menyebabkan tingginya pengetahuan masyarakat terhadap resistensi antibiotik.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Jenis kelamin responden dengan jumlah responden 336 orang adalah 129 orang laki laki (38,4%) dan 207 orang perempuan (61,6%).

2. Umur responden dengan jumlah responden 336 orang terbanyak berada pada golongan >45 tahun yaitu 107 orang (31,8%).

3. Tingkat pendidikan responden dengan jumlah responden 336 orang terbanyak pada tingkat pendidikan menengah (SMA/Sederajat) yaitu 152 orang (45,2%).

4. Tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan terhadap penggunaan antibiotik adalah baik yaitu sebanyak 267 orang (79,5%).

5. Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berjenis kelamin perempuan (63,7%).

6. Tingkat pendidikan berdasarkan umur, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas berada pada usia >45 tahun (34,1%).

7. Tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mayoritas memiliki tingkat pendidikan menengah (49,8%).

6.2. Saran

1. Kepada Puskesmas dan penyedia jasa kesehatan untuk memberikan pendidikan ataupun penyuluhan terhadap masyarakat di Kelurahan Suka maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan mengenai penggunaan antibiotik yang baik dan benar.

2. Untuk masayarakat, agar lebih meningkatkan pengetahuan terhadap penggunaan antibiotik yang baik dan mengimplementasikannya menjadi sikap yang benar terhadap penggunaan antibiotik di kehidupan sehari-hari.

3. Kepada Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk lebih mengawasi distribusi antibiotik dan untuk pihak distributor seperti apotek agar menjalankan peraturan – peraturan yang berlaku.

4. Perlu diadakannya penelitian lanjutan untuk melihat korelasi antara pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan antibiotik di Kelurahan Suka Maju, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Andre, Malin. Et al. 2010. A Survey of Public Knowledge and Awareness Related to Antibiotic Use and Resistance in Sweden. Journal of Antimicrobial

Chemotherapy 2010. Http://jac.oxfordjournals.org. Diakses pada november 2013

Barah, F, Goncalves, V. 2010. Antibiotic use and knowledge in the community in Kalamoon, Syrian Arab Republic: a cross-sectional study . Eastern

Mediterranean Health Journal.

http://www.emro.who.int/emhj/V16/05/16_5_2010_0516_0521.pdf. Diunduh pada 15 Mei 2013

Beukes, C.C. 2011. A Study on the Relationship Between Between Improved Patient and Compliance with Antibiotic Use. South African Society of Clinical Pharmacy. http://www.sasocp.co.za/downloads/conference/D3-P3- %20A%20study%20on%20the%20relationship%20between%20improved%2 0patient%20knowledge%20%26%20compliance%20with%20antibiotic%20u se.pdf. Diunduh pada 28 April 2013

Brunton, L.L., et al. 2007. Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th Ed.New York: McGraw-Hill

CDC .2010. Antimicrobial resistance. Central for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov. Diakses pada 30 Maret 2013

CDC. 2013. Antibiotic Aren’t Always the Answer. Central for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov. Diakses pada 30 Maret 2013

Eng, J.V. Et al. Consumer Attitudes and Use of Antibiotic. Emerging Infectious Diseases by Center for Disease Control and Prevention; 9 (09): 02-0591. http://www.cdc.gov. Diakses pada November 2013

Garcia, Coralith et al. 2011. Knowledge, attitudes and practice survey about antimicrobial resistance and prescribing among physicians in a hospital setting in Lima, Peru. BMC Clinical Pharmacology 2011. Diakses pada 20 Mei 2013

Kakkilaya, Srinivas B., Dr. 2008. Rational Use of Antibiotics. Rational Medicine Organization. www.rationalmedicine.org. Diakses pada 21 April 2013 Katzung, B.G., Masters, S.B., Trevor, A.J. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, 10th Ed. New

York:McGraw-Hill.

LACHS. 2003. Antibiotic Misuse. Country of Los Angeles Department of Health Services Public Health. www.lapublichealth.org. Diakses pada 30 Maret 2013 Lim, K.K. and Teh C.C. 2012. A Cross Sectional Study of Public Knowledge and

Attitude towards Antibiotics in Putrajaya, Malaysia. Southern Med Review: An International Journal to Promote Pharmaceutical Policy Research. www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc. Diakses pada 21 April 2013

Lim, V.K.E. 1998. Rational Use of Antibiotics. Expert Comittee on Rational Use of Antibiotics. www.acadmed.org.my. Diakses pada 31 Maret 2013

McNulty, Cliodna., Boyle, Paul. 2012. The Public’s Attitudes to And Compliance With Antibiotics. http://jac.oxfordjournals.org/content/60/suppl_1/i63.full.pdf. Diakses pada November 2013

NHS. 2012. The Antibiotic Awareness Campaign. National Health Study Choices. http://www.nhs.uk. Diakses pada 30 Maret 2013

Oh, Ai Ling. Et al. 2010. Public knowledge and attitudes towards antibiotic usage: a cross-sectional study among the general public in the state of Penang, Malaysia. J Infect Dev Ctries 2011; 5(5):338-347.

www.qu.edu.qa/pharmacy/research/publication_documents/8.Public_knowled ge_and_attitudes_towards_antibiotic_usage_AA_2011_pub.pdf+&cd=1&hl= en&ct=clnk. Diakses pada November 2013

Pulungan, Sahara. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non Medis Universitas Sumatera Utara. USU Institutional Repository.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25623. Diakses 15 Mei 2013. Sastroasmoro, Sudigdo, Ismael, Sofyan, 2011. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis, Jakarta: Sagung Seto.

Wahyuni, Sari Arlinda, 2007. Statistika Kedokteran, Jakarta: Bamboedea Communication.

WHO. 2010. Medicine: Rational Use of Medicines. World Health Organization Media Centre. www.who.int. Diakses pada 31 Maret 2013

WHO. 2012. Antimicrobial Resistance. World Health Organization Media Centre. http://www.who.int/mediacentre/factsheets. Diakses Pada 28 April 2013

WHO. 2012. Americans` Knowledge of and Attitudes Toward Antibiotic resistance. Hart Research Associates and Public Opinion Strategies. Http://www.who.int. Diakses pada November 2013

Widayati, Aris et al. 2012. Knowledge and beliefs about antibiotics among people in Yogyakarta City Indonesia: a cross sectional population-based survey. Antimicrobial Resistance and Infection Control.

www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc. diakses pada 21 April 2013

Wowiling, C., Goenawi, L.R., Citraningtyas, G. 2013. Pengaruh Penyuluhan Pengaruh Antibiotik Terhadap Pengetahuan Masyarakat di Kota Manado. Pharmacon: Jurnal Ilmiah Farmasi. 2 (03): 24-28. Diakses pada November 2013

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : M. Arief Pratama

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 14 Februari 1992 Agama : Islam

Alamat : Jl. Suka Tani No. 4A, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar SD harapan 1 Medan (1998-2004) 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2004 - 2007)

3. Sekolah Menegah Atas Negeri 1 Medan (2007 - 2010) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010 - Sekarang)

LAMPIRAN 2

KUESIONER

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KELURAHAN SUKA MAJU TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan :

Penghasilan per Bulan :

II. PERTANYAAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

Petunjuk: Jawablah pertanyaan yang benar sesuai dengan apa yang anda ketahui.

1. Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati...

a. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri

b. Infeksi yang disebabkan oleh virus

2. Menurut Anda, penyakit di bawah ini yang pengobatannya memerlukan antibiotik adalah...

a. Influenza (Flu)

b. TBC (Tuberculosis Paru)

c. Tidak tahu

3. Tujuan pemberian antibiotik pada infeksi adalah...

a. Untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh infeksi tersebut

b. Untuk membunuh atau menghentikan perkembangan kuman penyebab infeksi tersebut

c. Tidak tahu

4. Bagaimana anda mendapatkan obat antibiotik ? AB dapat diperoleh dengan cara :

a. Antibiotik diresepkan oleh dokter

b. Menggunakan resep yang lama tanpa pergi ke dokter lagi

c. Tidak tahu

5. Kapan anda menghentikan penggunaan antibiotik?

a. Ketika sudah merasa sembuh / pulih

c. Tidak tahu

6. Menurut Anda, haruskah penggunaan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter?

a. Ya

b. Tidak

c. Tidak tahu

7. Apakah bahaya dari penggunaan obat antibiotik yang tidak tepat?

a. Kuman penyebab infeksi akan menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut

b. Kuman penyebab infeksi akan menjadi lemah terhadap antibiotik tersebut

c. Tidak tahu

8. Apakah efek samping dari penggunaan obat antibiotik?

a. Reaksi alergi dan keracunan obat antibiotik

b. Kejang-kejang

c. Tidak tahu

9. Antibiotik tidak sepenuhnya aman untuk diberikan dan harus berhati-hati pada pasien..

a. Ibu hamil,bayi,balita,dan anak-anak

b. Pasien dengan infeksi jamur atau parasit

10. Cara penyimpanan obat antibiotik yang tepat adalah...

a. Jauhkan dari sinar matahari

b. Dijemur pada matahari pagi untuk meningkatkan efek antibiotik tersebut

c. Tidak tahu

11. Yang merupakan contoh obat antibiotik adalah

a. Ciprofloxacin dan Penisilin

b. Aspirin dan Antalgin

LAMPIRAN 3

INFORMED CONSENT

Saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan, prosedur dan pemanfaatan penelitian yang dilakukan oleh M.Arief Pratama, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Oleh karena itu, dengan rasa penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Usia : ...

Peneliti Responden,

LAMPIRAN 4 DATA INDUK

Correlations

Correlations p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 total p1 Pearson Correlatio n 1 .921* * .716* .716* .677* .677* .677* .677* .600 .655* .724* .744* .803* * Sig. (2- tailed) .000 .020 .020 .032 .032 .032 .032 .067 .040 .018 .014 .005 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p2 Pearson Correlatio n .921* * 1 .895** .895** .748* .748* .748* .748* .678* .603 .591 .845* * .865* * Sig. (2- tailed) .000 .000 .000 .013 .013 .013 .013 .031 .065 .072 .002 .001 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p3 Pearson Correlatio n .716* .895* * 1 1.000* * .872* * .872** .872** .872** .820* * .469 .518 .899* * .919* * Sig. (2- tailed) .020 .000 .000 .001 .001 .001 .001 .004 .172 .125 .000 .000 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p4 Pearson Correlatio n .716* .895* * 1.000* * 1 .872* * .872** .872** .872** .820* * .469 .518 .899* * .919* * Sig. (2- tailed) .020 .000 .000 .001 .001 .001 .001 .004 .172 .125 .000 .000 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

p5 Pearson Correlatio n .677* .748* .872** .872** 1 .846** .846** .846** .775* * .372 .561 .843* * .876* * Sig. (2- tailed) .032 .013 .001 .001 .002 .002 .002 .008 .290 .092 .002 .001 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p6 Pearson Correlatio n .677* .748* .872** .872** .846* * 1 1.000* * 1.000* * .930* * .620 .748* .927* * .967* * Sig. (2- tailed) .032 .013 .001 .001 .002 .000 .000 .000 .056 .013 .000 .000 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p7 Pearson Correlatio n .677* .748* .872** .872** .846* * 1.000* * 1 1.000* * .930* * .620 .748* .927* * .967* * Sig. (2- tailed) .032 .013 .001 .001 .002 .000 .000 .000 .056 .013 .000 .000 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p8 Pearson Correlatio n .677* .748* .872** .872** .846* * 1.000* * 1.000* * 1 .930* * .620 .748* .927* * .967* * Sig. (2- tailed) .032 .013 .001 .001 .002 .000 .000 .000 .056 .013 .000 .000 N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 p9 Pearson Correlatio n .600 .678* .820** .820** .775* * .930** .930** .930** 1 .750* .829* * .936* * .938* * Sig. (2- tailed)

Dokumen terkait