• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Pemberian ASI Eksklusif sangat penting, karena ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupannya, bahkan pemberian ASI secara eksklusif diperkirakan dapat menekan angka kematian.

Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya menurut Soetjiningsih (1997) yaitu pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Pengetahuan atau kognitif hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Bahwa selama ini terdapat beberapa masalah dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif sehingga keluarga tidak dapat memilih makanan yang terbaik yang harus diberikan pada anaknya dan kekeliruan persepsi bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI, sehingga dapat menyebabkan tidak diberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

5.2.1.Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI

Berdasarkan hasil penelitian hampir sebagian besar pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI kurang yaitu sebesar 61,7% (37 orang), hal ini terutama tercermin dari pengetahuan ibu terhadap kandungan ASI, dimana pada umumnya ibu tidak mengetahui bahwa ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh bayi dan mengenai keunggulan ASI para ibu kurang mengetahui manfaat ASI bagi ibu, bayi dan negara, ibu tidak mengetahui bahwa menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan, sementara manfaat ASI bagi bayi dapat meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bagi suatu Negara dapat mengurangi devisa terhadap mengurangi devisa terhadap pembelian susu formula. (Utami Roesli, 2004).

Hal tersebut disebabkan karena Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan informasi yang didapat oleh ibu tentang ASI. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan pemberian ASI. (Novaria, 2000). Salah satu pra kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui secara eksklusif.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Notoadmodjo (2003) ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI cenderung memiliki prilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI. Sama halnya dengan diungkapkan oleh Purwanti (2004) bahwa para ibu beranggapan makanan pengganti ASI (susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

5.2.2.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang

tahun, yaitu sebanyak 50% (15 orang). Sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kelompok umur >35 tahun yaitu 16,7% (5 orang). Hal tersebut disebabkan pada usia 20-35 tahun responden banyak yang bekerja dan pada saat tersebut responden dalam masa produktif/ aktif sehingga keterpaparan informasi ASI lebih besar. Sedangkan umur >35 tahun hal tersebut walaupun pengalaman ibu akan pemebrian ASI cukup banyak tetapi informasi yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif usia 20-35 tahun dengan berbagai kesibukan yang dialaminya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), yang mengatakan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin tua usia maka pengetahuan semakin bertambah. Juga menurut Soetjiningsih (1997), bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin terutama untuk ibu yang pertama menyusui dalam pemberian ASI. Ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian ASI belum berpengalaman dibanding ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya.

5.2.3.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang

berpengetahuan baik berada pada kategori pendidikan SMP yaitu 16,7% (5 orang), sedangkan sebagian kecil responden yang berpengetahuan baik berada pada kategori S-I yaitu 0% (0 orang). Dalam hal ini jelas bahwa pengetahuan yang tinggi wawasan dan usaha untuk mencari informasi akan lebih luas, karena orang yang memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan memahami informasi yang diterimanya bila dibanding dengan responden yang berpendidikan lebih rendah.

Hal ini sesuai dengan teori yang didapat dimana semakin tinggi pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Notoadmodjo, 2003).

pengalaman sehingga informasi yang akan jadi pengetahuan (Azwar, 2000). Selain itu menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan ibu dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu tersebut yang kiranya dapat mengubah sikap dan menanamkan tingkah laku baru.

5.2.4. Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan sumber informasi

Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan sumber informasi bahwa responden dari sumber informasi dari tenaga kesehatan sebanyak 15 orang (25%), yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 10 orang.

Yang dapat informasi dari keluarga/teman sebanyak 20 orang (33,3%), yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang.

Yang dapat informasi dari media massa sebanyak 9 orang (15%), yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang.

Yang dapat inormasi dari media elektronik sebanyak 7 orang (11,7%), yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang.

Yang dapat informasi dari radio sebanyak 9 orang (15%), yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang.

Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber informasi merupakan sarana yang digunakan oleh komunikasi dan penyampaian pesan, dengan adanya sumber informasi memungkinkan para ibu-ibu hamil memperoleh banyak informasi tentang pemberian ASI baik yang diperoleh secara langsung dan tidak langsung, perolehan informasi tersebut dapat dibuktikan sebelumnya. Adapun kesimpulan peneliti bahwa sumber informasi sangat berperan penting dalam penelitian ini, semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin tinggi pemahaman dan pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI.

Dokumen terkait