TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI DI KLINIK RASKITA BINJAI 2010
OLEH :
RAHMA HAYANI
070100224
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI DI KLINIK RASKITA BINJAI 2010
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH :
RAHMA HAYANI
070100224
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DI KLINIK RASKITA
BINJAI 2010
Nama : RAHMA HAYANI
NIM : 070100224
Pembimbing Penguji I
(dr. Lambok Siahaan, MKT) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc) NIP : 19711005 200112 1 001 NIP : 19700109 199702 2 001
Penguji II
(dr. Rina Amelia, MARS) NIP : 19760420 200312 2 002
Medan, 29 November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat imunologik dan anti infeksi. Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita berdasarkan pengetahuan, sumber informasi, umur, karakteristik, pendidikan. Penelitian bersifat deskriptif, data primer dengan cara menggunakan kuesioner tentang pemberian ASI, dengan cara menggunakan total sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif frekuensi, yang dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.
Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita ibu yang berpengetahuan kurang terdapat 37 orang (61,7%). Distribusi berdasarkan sumber informasi mayoritas keluarga/teman sebanyak 14 orang (46,7%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (48,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SD sebanyak 13 orang (21,7%).
Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu hamil di Klinik Raskita masih jauh lebih banyak membutuhkan penyuluhan tentang pemberian ASI dan disarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang ASI.
ABSTRACT
Breast feeding is the best food for infants, it cannot be changed by other food and there is no food which is just like breast-feeding such as nutrition, enzyme, hormone and other immunologic and anti-infection substances. Decreasing of giving breast-feeding in family becomes one of the factors which makes nutrition stature of infants and toddlers go down. In 2003, there was approximately 6,7 million toddlers (27,3%) got malnutrition, and almost 1,5 milion of them suffered from pure malnutrition. 8,1 million children have iron deficiency anemia.
The aim of this experiment is to know the knowledge of pregnancy women about breast-feeding in Raskita clinic based on knowledge, the source of information, age, characteristic and edeucation. The experiment is descriptive. It uses primary data by using questionnaire about breast-feeding and uses 60 samples. The date is analysed by descriptive method. The frequency continues by discussing the result as theory and literature exist.
The result of knowledge in pregnant women about breast feeding in Raskita clinic is that. There is 37 women who have lack knowledge (61,7%). Distribution based on source of information in family as many 20 persons (33,3%). Distribution based on mayority age 20-35 years is 60 person (100%). Distribution based on education in elementary school is 14 persons (23,3%).
From the result above the writer concludes that pregnant women in Raskita clinic still need more counseling about breast-feeding and they had better follow the counseling by paramedic so they can know breast-feeding.
KATA PENGANTAR
Alhamdulliah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
dan tak lupa shalawat dalam salam atas junjungan nabi kita Muhammad SAW,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah ” Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita 2010”.
Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu
syaratdalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteraan Universitas
Sumatera Utara. Dalam menulis laporan penelitian ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisaan maupun dari
bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk
perbaikan di masa mendatang kiranya tulisan yang sederhana ini dapat menambah
pembendaharaan perpustakaan yang menjadi bacaan bagi kita semua.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bantuan, bimbingan dan saran, baik dalam moril maupun material. Oleh karena itu
penulis menyampaikan rasa terima kASIh kepada yang terhormat :
1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Lambok Siahaan, MKT, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dalam memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc , selaku penguji I
4. dr. Rina Amelia, MARS , selaku penguji II
5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah banyak membantu memberikan
ilmu kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteraan Universitas
Sumatera Utara.
6. Tak lupa buat teman-teman yang banyak membantu penulis dalam
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan pada
karya tulis ilmiah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,
oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran yang bertujuan untuk
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Medan, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Pengetahuan ... 5
2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5
2.1.2. Tujuan Pengetahuan ... 5
2.1.3. Tingkat Pengetahuan ... 6
2.1.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ... 7
2.2. Sumber Informasi ... 9
2.3. Karakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu ... 9
2.3.1. Pengertian Ibu ... 9
2.3.2. Umur ... 10
2.3.3. Pendidikan ... 10
2.6. Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui ... 13
2.7. Definisi ASI ... 15
2.7.1. Pengertian ... 15
2.7.2. Tujuan Pemberian ASI ... 15
2.8. Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi ... 15
2.9. Keuntungan Pemberian ASI ... .... 16
2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI pada Bayi ... 16
2.11. Masalah-masalah yang dihadapi Ibu Menyusui ... 17
2.12. Komposisi ASI ... 18
2.13. Volume ASI ... 19
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 21
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2. Definisi Operasional ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22
4.1. Rancangan Penelitian ... 22
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 23
4.5. Metode Analisa Data ... 23
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.2. Pembahasan ... 29
BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 33
6.2. Saran ... 34
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
3. Distribusi Frekuensin Responden Berdasarkan Pendidikan
4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Formulir Persetujuan menjadi responden
ABSTRAK
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat imunologik dan anti infeksi. Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita berdasarkan pengetahuan, sumber informasi, umur, karakteristik, pendidikan. Penelitian bersifat deskriptif, data primer dengan cara menggunakan kuesioner tentang pemberian ASI, dengan cara menggunakan total sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif frekuensi, yang dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.
Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita ibu yang berpengetahuan kurang terdapat 37 orang (61,7%). Distribusi berdasarkan sumber informasi mayoritas keluarga/teman sebanyak 14 orang (46,7%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (48,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SD sebanyak 13 orang (21,7%).
Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu hamil di Klinik Raskita masih jauh lebih banyak membutuhkan penyuluhan tentang pemberian ASI dan disarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang ASI.
ABSTRACT
Breast feeding is the best food for infants, it cannot be changed by other food and there is no food which is just like breast-feeding such as nutrition, enzyme, hormone and other immunologic and anti-infection substances. Decreasing of giving breast-feeding in family becomes one of the factors which makes nutrition stature of infants and toddlers go down. In 2003, there was approximately 6,7 million toddlers (27,3%) got malnutrition, and almost 1,5 milion of them suffered from pure malnutrition. 8,1 million children have iron deficiency anemia.
The aim of this experiment is to know the knowledge of pregnancy women about breast-feeding in Raskita clinic based on knowledge, the source of information, age, characteristic and edeucation. The experiment is descriptive. It uses primary data by using questionnaire about breast-feeding and uses 60 samples. The date is analysed by descriptive method. The frequency continues by discussing the result as theory and literature exist.
The result of knowledge in pregnant women about breast feeding in Raskita clinic is that. There is 37 women who have lack knowledge (61,7%). Distribution based on source of information in family as many 20 persons (33,3%). Distribution based on mayority age 20-35 years is 60 person (100%). Distribution based on education in elementary school is 14 persons (23,3%).
From the result above the writer concludes that pregnant women in Raskita clinic still need more counseling about breast-feeding and they had better follow the counseling by paramedic so they can know breast-feeding.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan
makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik
dalam kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat
imunologik dan anti infeksi. Dengan memberikan ASI, dapat meningkatkan
jalinan kasih antara ibu dan bayi. ASI mengandung zat makanan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bayi yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Kebutuhan
bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan
tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi
(Oetami R, 2000).
ASI eksklusif harus diberikan pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran
bayi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor,
dan akulturasi yang sangat cepat (Deddy M, 1996). Rendahnya pemberian ASI
dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita
(Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita
gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi
dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).
Praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan bila dikaitan
dengan pemberian ASI Eksklusif. SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu
pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung
menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Sementara itu
penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun,
dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002 (Depkes RI, 2008).
Sekitar 85% penduduk Indonesia termasuk ibu dan anak tinggal di
pedesaan. Kondisi kesehatan mereka masih belum memadai. Angka kesakitan dan
kehamilan ibu, bayi, masih tinggi. Keadaan gizi dan sanitasi lingkungan hidup
makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk menggantikan ASI
apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah lahir. Jenis makanan
tersebut antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan
kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang
produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. (Anwar,
2007).
Berdasarkan data Susenas tahun 2004 sampai dengan tahun 2008,
cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan meningkat
dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian
menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008. (Depkes RI, 2008).
Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif
masih sangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali memberikan
makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa
minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang-kadang
ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada
hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan
menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena air susu yang keluar pada hari-hari yang pertama
kelahiran adalah kolostrum (Deddy M, 1996).
Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar
seperti menyusui sudah semakin terlupakan. Di masa sekarang ini ibu yang
mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah keatas terutama di perkotaan,
dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan tepat
dan sesuai dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi. Praktek
pemberian ASI eksklusif di kota besar mengalami penurunan, sedangkan di
daerah pedesaan sering terjadi pemberian makanan yang diberikan tidak pada usia
yang telah dianjurkan (Haryono S, 1989).
Menurut Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Kesehatan Keluarga (Kesga)
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, pemberian ASI eksklusif di Sumut
lumayan. "Tahun 2005 lalu, angka menyusui ASI eksklusif terhadap bayi di
Sumut mencapai 32 persen dan untuk tahun ini (2010), persentase dari ini naik
hingga mencapai 34 persen. (Din. Kes Binjai, 2010).
Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun
2005, menunjukkan bahwa dari 23,455 jumlah bayi yang terdaftar diseluruh
puskesmas wilayah Kabupaten Langkat, terdapat 17.619 atau 75.12% (rata-rata
target 80%), jumlah seluruh baik usia 6 bulan sampai dengan satu tahun yang
diberi Asi Eksklusif.
Pada tahun 2006 jumlah bayi di Lampung Timur berjumlah 9.624 bayi
sedangkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya berjumlah 2.310 bayi,
artinya bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 24% (Din.Kes Lampung
Timur, 2006).
Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran masih banyak ibu-ibu
yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI pada masa awal laktasi.
Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health
Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller
International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8
perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel),
menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%,
sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan
berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Pada ibu yang bekerja,
singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian
ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya
pemberian ASI eksklusif (ASI.blogsom.online, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI
di Klinik Raskita Juni - Agustus 2010
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian
ASI di Klinik Raskita berdasarkan sumber informasi.
2. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian
ASI di Klinik Raskita berdasarkan karakteristik
3. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian
ASI di Klinik Raskita berdasarkan Pendidikan.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis
1. Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran dan
menambah wawasan, ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan
ilmu yang telah diperoleh penulis selama pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk melatih penulis untuk mengadakan penelitian langsung ke
masyarakat sehingga penulis memiliki pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI.
1.4.2. Bagi Ibu
Sebagai satu masukan dan bahan penambahan wawasan dan pengetahuan
bagi para ibu tentang pentingnya dilakukan pemberian ASI.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pentingnya
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour) di dasari pengetahuan.
(Notoatmodjo, 2007)
Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia,
atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata,
hidung, telinga dan lainnya).
Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (Belief)
takhayul (Superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru. Manusia
sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar,
kesadaran manusia dapat disimpulkan dan kemampuannya untuk berpikir,
berkehendak dan merasa (Soekanto, 2002).
2.1.2. Tujuan Pengetahuan
Menurut Sarjono S, 2002, tujuan pengetahuan terdiri dari 2 yaitu :
1. Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat
ketidakpastian.
2.1.3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkat.
1. Tahu ( Know)
Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagai nya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat
diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebagainya.
4. Analisa ( Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis ( Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
dan meringkaskan dan dapat menyesuaikan dan terhadap suatu teori yang
ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
kriteria yang ditemuka n sendiri atau menggu nakan kriteria-kriteria yang
telah ada ( Notoatmodjo, 2003).
2.1.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu:
a. Umur
Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka
proses- proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur
tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika
berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukan ahwa
daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini
maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai
lingkungan (Khayan, 1997). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseoarng akan berpengaruh pula terhadap tingakat
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertamabagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal yang baik dan juga
hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang
akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir
seseorang.
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain,
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau
proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied
Hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula
pengetahuannya.
f. Informasi
Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman
itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu
(Notoadmojo, 1997).
2.2. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang
diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu :
1. Sumber informasi dokumenter merupakan sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.
Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dibawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak resmi
adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan
wewenang badan instansi tidak resmi atau perorangan. Sumber primer atau
sering disebut sumber data dengan pertama dan hukum mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap informasi tersebut.
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa didalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan
bacaaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan-laporan
penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya.
3. Sumber informasi lapangan
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang
tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh dapat terkumpul secara
keseluruhan ataupun sebagainya (Notoadmodjo, 2003).
2.3. Karakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu 2.3.1. Pengertian Ibu
Ibu adalah seorang wanita yang terikat pernikahan atau tidak dan telah
2.3.2. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam
hampir semua menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat
pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi
adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam
pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peran umur dapat
dibandingkan dengan pengelompokkan umur pada penelitian orang lain.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan
pembagian-pembagian umur sebagai berikut :
1. Menurut tingkat kedewasaan :
0-14 tahun : Bayi dan anak
15-49 : Orang muda dan dewasa
50 tahun : Orang tua
2. Interval 5 tahun
< 1 tahun
1- 4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)
15-49 tahun : Orang muda dan dewasa
50 tahun : Orang tua
2.3.3. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan
itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
dewasa, lebih baik matang pada individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini
berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya. Untuk mencapai nilai-nilai hidup merupakan bantuan orang lain
mencapai tujuan tersebut seseorang individu, kelompok atau masyarakat tidak
terlepas dari kegiatan belajar (Notoatmodjo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan seseorang dibedakan
menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
1. Faktor intern : Mencakup kecerdasan persepsi, emosi, motivasi dan
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar.
2. Faktor ekstern : Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non
fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya.
Semakin sempurna atau semakin baik, faktor intern dan ekstern yang
mempunyai perilaku seseorang mengenai suatu hal semakin baik tingkat
pengetahuan orang tersebut. (Notoatmodjo, 2003).
2.4. Definisi Ibu Hamil
Ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. (Williams MA, 1990).
2.5. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
2. Ibu duduk atau berbaring santai
3. Payudara dipijat atau massage supaya lemah
4. Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes
air susu ibu.
5. Olesi air susu ibu tersebut pada puting susu dan areola sekitarnya
sebelum menyusui
6. Bayi diletakkan dipangku bila ibu duduk, dan disebelah ibu bila
ditidurkan.
7. Ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari ke atas dan
8. Sebagai besar areola payudara harus berada didalam mulut bayi, puting
ibu harus masuk kedalam mulut bayi, saat pertama kali menyusui, bantu
sibuah hati menemukan puting ibu, sesudah beberapa hari, tanpa perlu
dibantu lagi ia akan langsung mencari puting begitu didekatkan pada
payudara ibu.
9. Setiap payudara harus disusukan sampai kosong, ± 10-15 menit.
Apabila ibu menyusui pada satu sisi, maka payudara yang satu akan
lebih sering kosong.
10.Bayi menyusui pada dua payudara bergantian, sesudah payudara terasa
kosong.
11.Bila akan melepaskan mulut bayi dari puting susu, masukkan ibu jari
kelingking antara mulut bayi dan payudara.
12.Sesudah selesai menyusui, oleskan air susu ibu pada puting susu dan
areola sekitarnya serta dibiarkan kering oleh udara.
13.Bayi digendong dibahu ibu atau dipangkuan supaya dapat
disendawakan.
14.Periksa kondisi panyudara,mungkin ada luka pecah-pecah atau
berbendung.
15.Selagi menyusui dengan salah satu payudara, payudara yang lain
dibiarkan bebas.
16.Jangan menutupinya dengan bra ketat supaya hormon pembuat susu
tetap berproduksi.
17.Bayi menyusui setiap kali membutuhkan sebagian dengan posisi
berubah-ubah.
18.Maka susui bayi kapanpun ia menginginkannya. Ingat produksi air susu
ibu ditentukan seberapa banyak bayi menyusui.
19.Pakailah bahan penyerapan air susu ibu dibalik BH diluar waktu
2.6. Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui
Perawatan payudara tidak hanya melakukan sebelum melahirkan tetapi
juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga mempelancar pengeluaran air susu ibu.
Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perawatan
payudara :
1. Siapkan alat dan bahan berikut ini
a. Minyak kelapa
b. Gelas susu
c. Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil
d. Waslap/sapu tangan dari handuk
e. Handuk bersih.
2. Lakukan langkah pengurutan payudara pertama
Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua payudara selama lima
menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama.
a. Licinkan kedua tangan dengan minyak
b. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
c. Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri keatas
sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan.
d. Lakukan terus mengurut ke bawah/ke samping, selanjutnya pengurutan
melintang. Telapak tangan mengurut kedepan, lalu kedua tangan dilepas
dari payudara.
e. Ulang gerakan 20-30 kali setiap satu payudara.
3. Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari
tangan kanan membuat gerakkan memutar sambil menekan mulai dari pangkal
payudara dua berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada
4. Pengurutan kedua
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan
gerakan sekitar 30 kali.
5. Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan, sebelumnya siapkan alat dan bahan
berupa dua buah wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat
dan air dingin serta dua buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya
kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama dua menit, lalu ganti
dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama
tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompresi air hangat.
6. Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan dengan mencegah pembendungan ASI.
Berikut ini tahap-tahap yang harus dilakukan :
a. Sediakan gelas untuk menampung air susu (jika air susu akan disimpan,
gunakan yang steril).
b. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira
2,5-3 cm dari punting susu.
c. Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga penampungan air
susu berada dibawahnya.
d. Tekan payudara kearah dada dan perhatian agar jari-jari jangan
digerakkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu, lalu tekankan ke
arah dada.
e. Gerakan ibu jari dan telunjuk ke arah punting susu menekan dan men
gosongkan tempat penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit.
f. Ulangi gerakan ibu untuk mengosongkan daerah penampungan air susu.
2.7. Defenisi ASI 2.7.1. Pengertian
ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan
menyediakan energi (Solihin Pudjiadi, 2000).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tnpa makanan tambahan
lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih,
dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan (Oetami Roesli, 2000 ).
2.7.2. Tujuan Pemberian ASI
1. Untuk kehangatan bayi dan untuk mempertahankan panas yang benar
pada bayi baru lahir.
2. Membantu terjadinya kontraksi sebelum plasenta lahir.
3. Untuk membantu mengeluarkan ASI dan memperlancar ASI.
4. Mendorong, memberi kesempatan dan memudahkan ibu menyusui
sedini mungkin untuk mencegah hipotermia pada bayi baru lahir.
5. Mencegah terjadinya kehilangan panas atau hipotermia (I. GDE,
2006).
2.8. Manfaat Pemberian Air Susu Ibu Bagi Bayi
1. Air susu ibu juga mengandung protein yang lebih spesifik untuk
melindungi bayi dan alergi.
2. Secara alamiah air susu ibu memberikan kebutuhan yang sangat sesuai
dengan usia kelahiran bayi.
3. Air susu ibu juga bebas kuman karena diberikan langsung dari
payudara sehingga kebersihannya terjamin.
4. Suhu air susu ibu sesuai dengan kebutuhan bayi, tidak terlalu panas
atau dingin.
6. Air susu ibu mengandung banyak kadar seknium yang melindungi
gigi dari kerusakan.
7. Menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu membentuk gigi
dari kerusakan (Melltyna, 2003).
2.9. Keuntungan Pemberian ASI
1. Memudahkan pengasuhan
2. Membantu pemberian ASI sedini mungkin
3. Memudahkan penyesuaian diri dengan orang baru dikenal
4. Bayi menjadi tidak rewel (Jones, 2005).
2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI pada bayi :
1. Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu bekerja atau
memiliki kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya meniru teman,
tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu formula kepada
anaknya.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut kehilangan daya
tarik sebagai seorang wanita dan mungkin seorang ibu merasa tertekan
batinnya.
3. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit apabila menyusui bayinya karena payudaranya terasa nyeri apabila
digunakan untuk menyusui.
4. Kurangnya petugas kesehatan
Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan ASI.
5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Keterangan yang salah
Keterangan yang salah datangnya dari petugas kesehatan yang
2.11. Masalah- masalah yang dihadapi ibu menyusui.
1. Puting Susu Datar/ Terbenam
Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa
minggu dengan usaha yang ekstra, puting susu yang datar akan menonjol keluar
sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting
susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera
secepatnya setelah lahir bayi aktif dan ingin menyusu. Menyusui bayi sesering
mungkin akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan
bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat
membantu bila terdapat kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam.
Pompa ASI yang efektif (bukan yang berbentuk ’terompet’ atau bentuk squeeze
dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui
(Depkes RI, 2001).
2. Puting Susu Nyeri
Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui.
Rasa nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan
puting susu ibu benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya
adalag dengan memastikan posisi menyusui sudah benar. Memulai menyusui
pada puting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi sakit pada puting
susu yang sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di
puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting
susu kering. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun. Hindarkan puting
susu menjadi lembab (Depkes RI, 2001).
3. Puting Susu Lecet
Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan
menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat
mengeluaran darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau
dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet
lukanya sembuh. Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan
(jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI. Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi
jangan dengan dot. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula
dengan waktu yang lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam1minggu,
rujuk ke Puskesmas. Posisi menyusui yang benar adalah bayi diletakkan
menghadap ibu, perut bayi menempel ke perut ibu, telinga bayi segaris dengan
lengan, mulut bayi terbuka lebar, bibir lengkung keluar, dagu menempel pada
payudara, sebagian besar areola tak kelihatan (Depkes RI, 2001).
4. Payudara Bengkak
Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI
mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalah
posisi mulut bayi dan puting susu ibu yang salah. Produksi ASI berlebih.
Terlambat menyusui. Pengeluaran ASI yang jarang. Waktu menyusui yang
terbatas. Cara mengatasinya adalah dengna menyusui bayi sesering mungkin
tanpa terjadwal/tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI
dengan bantuan tangan/pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum
menyusui dapat dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema (Depkes
RI, 2001).
2.12. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu.
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa Dkk (2001), diantara faktor yang
mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi yang terdiri dari tiga
tingkatan yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai empat hari setelah ASI
pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik yaitu cairan ASI lebih
mengandung protein dimana protein pada umumnya adalah gama globulin. Lebih
banyak mengandung antibodi dibandingkan denagn ASI mature dan dapat
memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar karbohidrat
dan lemaknya lebih rendah daripada ASI mature. Lebih tinggi mengandung
mineral terutama sodium dibandingkan ASI mature. Ph lebih alkali. Total
energinya hanya 58 kalori/100 ml kolostrum. Vitamin yang larut lemak lebih
banyak dibandingkan ASI mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih
tinggi atau rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih banyak
mengandung kolesterol dan lecitinin dibandingkan ASI mature. Volume
kolostrum berkisar 150-300 ml/ 24 jam.
2. ASI Peralihan
Air susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai
menjadi ASI mature. ASI peralihan berlangsung dari hari keempat sampai hari
kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa karakteristik ASI peralihan meliputi kadar
protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi
dibandingkan kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandngkan
dengan kolostrum.
3. ASI Mature
ASI Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh atau setelah
minggu ke tiga sampai minggu ke empat dan seterusnya. Komposisi ASI masa ini
relatif konstan. Karakteristik dari ASI mature ini adalah cairan berwarna
kekuning-kuningan. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9, terdapat anti
microbial faktor. Kadar air dalam ASI mature 88 gram/ 100 ml. Volume ASI
mature antara 300- 850 ml/ 24 jam.
2.13. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan, apabila bayi mulai menghisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI
sebanyak 700-800 cc ASI perhari, namun kadang-kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc/ bahkan hampir 1 liter/hari dan tetap
menunjukkan tingakt pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu
pada tingkat yang berat baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat
mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya
berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi. 400 cc pada bulan ke
2 dan 300-500 cc pada tahun ke 2 usia anak. (Depkes RI, 2001).
Volume ASI yang dapat dikonsumsi bayi dalam satu kali menyusu
selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya
dengan volume dalam susu yang dapat diproduksi meskipun umumnya payudara
yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa
kehamilan hanya memproduksi sejumlah ASI yang sedikit. Emosi seperti tekanan
( stress) atau kegelisahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah
Pemberian ASI Tingkat
Pengetahuan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
3.2. Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden terhadap
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI.
Pertanyaan yang diberikan adalah sebanyak 12 pertanyaan dengan
bentuk terbuka.
Maka aspek kategori pengukuran pengetahuan adalah :
a. Baik : Apabila responden mendapat skor 76- 100 %
b. Cukup : Apabila responden mendapat skor 60- 75 %
c. Kurang : Apabila responden mendapat skor < 60 %
(Arikunto, 2007).
2. Ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif dimana untuk mengetahui Pengetahuan
Ibu tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita Juni – Agustus 2010. Penelitian ini
menggunakan data primer yang didapat melalui wawancara responden dan
menggunakan kuesioner.
4.2. Lokasi dan Waktu 4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Raskita.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu melakukan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
selama 3 bulan yang dimulai dari bulan Juni- Agustus 2010.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu menyusui yang berkunjung
ke Klinik Raskita Juni- Agustus 2010 yang berjumlah 60 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu
seluruh Populasi yang berkunjung di klinik Raskita yang berjumlah 60 responden.
Dari ke 60 orang ini semua dijadikan sebagai sampel.
4.4. Instrumen Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuesioner
yang telah disusun oleh penulis berdasarkan konsep teori mengenai pengetahuan
4.5. Pengumpulan Data dan Analisa Data 4.5.1. Pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat melalui kuesioner
terbuka yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep yang terdiri dari 10
pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden yang bersalin di Klinik Raskita
Juni-Agustus 2010.
Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan lengkap sebagai
berikut:
1. Editing yaitu memeriksa kuesioner yang telah masuk, apakah semua
pertanyaan dapat diisi oleh responden.
2. Coding yaitu memberi kode atau langkah-langkah tertentu terhadap
kuesioner.
3. Tabulating yaitu untuk mempermudah analisa data pengolahan dan
pengambilan kesimpulan, maka hasil pengumpulan data disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan presentasi.
5. Analisa Data
Pengelolaan data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan
menggunakan Program Statistic Package for Social Sciense (SPSS). Data yang
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI ini dilakukan
di Klinik Raskita yang terletak di Jalan Let. Jend. Jamin Ginting, Tanah Seribu,
Binjai. Desa Tanah seribu adalah salah satu wilayah di kecamatan Binjai Kota,
yang terletak di Zone Tengah. Dalam kunjungan perbulan sekitar 30 responden.
Jenis tanaman yang ada diwilayah tersebut adalah padi sawah, tebu dan jagung,
mendominasi daerah Desa Tanah seribu, dengan keadaan alamnya yang datar
mempermudah dalam transportasi antar desa ke wilayah kecamatan lainnya.
Ibu hamil yang berkunjung di klinik Raskita sebanyak 60 orang, yaitu
sebagai sasaran dalam penelitian ini.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Ibu hamil
yaitu sebanyak 60 responden. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh
gambaran mengenai karakteristiknya meliput i : umur, pendidikan serta sumber
informasi. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat
pada tabek-tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 5 .1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur F(frekuensi) %
<20 tahun 15 25%
20-35 tahun 30 50%
>35 tahun 15 25%
Total 60 100
Pada tabel 5.1 diatas didapati bahwa usia <20 tahun, sebanyak 15
responden (25%). Yang berumur 20-35 tahun sebanyak 30 responden (50%)
5.1.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi
Pada penelitian ini ditanyakan mengenai sumber informasi responden
mengenai pemberian ASI. Distribusinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa keluarga/teman memberikan persentase
terbesar sebagai sumber informasi bagi ibu hamil yaitu sebanyak 20 responden
(33,3%).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi
Sumber informasi F ( frekuensi) %
Tenaga kesehatan 15 25
Keluarga/teman 20 33,3
Media massa 9 15,0
Media elektronik 7 11,7
Radio 9 15,0
Total 60 100
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan
Pendidikan F(frekuensi) %
Pada tabel 5.3. diatas menunjukkan bahwa pendidikan SMP memberikan
persentase terbesar sebanyak 14 responden (23,3%).
5.1.3. Gambaran Pengetahuan Responden
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10
Pertanyaan-reabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden
dapat dilihat pada table 5.3 dibawah ini
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Pengetahuan Skoring
3 1
F % f %
1. Pertama kali ASI keluar 26 43,3 8 13,3
2.Kapan sebaiknya ASI diberikan 14 23,3 25 35,0
3.Kapan waktu memberikan ASI 18 30,0 19 31,7
4.Umur berapa ASI diberikan 27 45,0 15 25,0
5.Kolostrum mengandung zat antibody dalam
jangka panjang.
14 23,3 23 38,3
6.ASI eksklusif 16 26,7 17 28,3
7.Manfaat pemberian ASI bagi ketahanan
tubuh.
14 23,3 20 33,3
8.Manfaat pemberian ASI bagi Kesehatan 11 18,3 21 35,0
9.Berapa kali pemberian ASI 25 41,7 9 15,0
10.Manfaat pemberian ASI bagi pertumbuhan 15 25,0 18 30,0
11.Peran ASI terhadap kesehatan/penyakit
pernafasan.
19 31,7 15 25,0
12.Pada hari pertama kolustrum keluar 17 28,3 17 28,3
Pada tabel 5.3. dapat diketahui bahwa responden yang menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab benar sebanyak 27 (45,9%),
sedangkan responden yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak
5.1.4. Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu
baik, sedang dan kurang. Tingkat pengetahuan baik apabila responden menjawab
8- 10 pertanyaan dengan benar. Sedang apabila responden menjawab 4-7
pertanyaan dengan benar. Dan kurang, apabila responden hanya dapat menjawab
3 pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Ibu hamil di
Klinik Raskita, maka tingkat pengetahuan Ibu hamil mengenai Pemberian ASI
dapat dikategorikan pada tabel 5.4. di bawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Pengetahuan F %
Baik 13 21,7%
Sedang 10 16,7%
Kurang 37 61,7%
Total 60 100
Dari tabel 5.4 tersebut bahwa dapat dilihat bahwa pengetahuan dengan
kategori kurang memiliki persentase sebanyak 37 orang (61,7%), pengetahuan
yang dikategorikan baik sebanyak 13 orang (21,7%) dan pengetahuan yang
dikategorikan sedang 10 orang (16,7%). Jadi dapat disimpulkan pengetahuan ibu
5.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil
yaitu sebanyak 60 respoden. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh
gambaran karakteristiknya meliputi: umur, pendidikan serta sumber informasi.
No. Umur Pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
1. <20 tahun 0 (0%) 5 (16,7%) 10 (33,3%) 15
2. 20-35 tahun 5 (16,7%) 10 (33,3%) 15( 50% ) 30
3. >35 tahun 5 (16,7%) 5(16,7%) 5(16,7%) 15
Pada tabel 5.5. diatas didapati bahwa umur 20-35 tahun sebanyak 20
responden (50%), yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden, yang
berpengetahuan sedang sebanyak 10 responden dan yang berpengetahuan kurang
sebanyak 15 responden.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Pengetahuan
Baik Sedang Kurang Total
1. SD 2(6,7%) 2(6,7%) 9 (30% ) 13
2. SMP 5(16,7%) 5(16,7%) 4(13,3%) 14
3. SMA 3(10%) 2(6,7%) 8(26,7%) 13
4. D-III 1(3,3%) 1(3,3%) 7(23,3%) 9
5. S-I 0(0%) 0(0%) 1(3,3%) 1
Pada tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa pendidikan SMP memberikan
persentase terbesar yang diperoleh dari pengetahuan baik sebanyak 5 orang,
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber informasi
No. Sumber informasi Pengetahuan Total
Baik Sedang Kurang
1. Tenaga kesehatan 3(10%) 2(6,7%) 10(33,3%) 15
2. Keluarga/teman 2(6,7%) 4(13,7%)14(23,3%) 20
3. Media massa 3(10%) 1(3,3%) 5(16,7%) 9
4. Media elektronik 3(10%) 2(6,7%) 2(6,7%) 7
5. Radio 2(6,7%) 1(3,3%) 6(20% ) 9
Pada tabel 5.7. diatas menunjukkan bahwa keluarga/teman memberikan
persentase terbesar sebagai sumber informasi berdasarkan pengetahuan baik
sebanyak 2 orang, sedang sebanyak 4 orang dan kurang sebanyak 14 orang.
5.2 Pembahasan
Pemberian ASI Eksklusif sangat penting, karena ASI adalah satu-satunya
makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama
kehidupannya, bahkan pemberian ASI secara eksklusif diperkirakan dapat
menekan angka kematian.
Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif
diantaranya menurut Soetjiningsih (1997) yaitu pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif. Pengetahuan atau kognitif hal yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Bahwa selama ini terdapat beberapa masalah dalam upaya
peningkatan pemberian ASI eksklusif salah satunya kurang memadainya
pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif sehingga keluarga tidak
dapat memilih makanan yang terbaik yang harus diberikan pada anaknya dan
kekeliruan persepsi bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI, sehingga dapat
5.2.1.Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian hampir sebagian besar pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI kurang yaitu sebesar 61,7% (37 orang), hal ini terutama tercermin
dari pengetahuan ibu terhadap kandungan ASI, dimana pada umumnya ibu tidak
mengetahui bahwa ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh bayi
dan mengenai keunggulan ASI para ibu kurang mengetahui manfaat ASI bagi ibu,
bayi dan negara, ibu tidak mengetahui bahwa menyusui secara eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan, sementara manfaat ASI bagi bayi dapat meningkatkan
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bagi suatu Negara dapat
mengurangi devisa terhadap mengurangi devisa terhadap pembelian susu formula.
(Utami Roesli, 2004).
Hal tersebut disebabkan karena Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan dan informasi yang didapat oleh ibu tentang ASI. Pengetahuan atau
kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang, salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai
pentingnya ASI yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan
pemberian ASI. (Novaria, 2000). Salah satu pra kondisi yang menyebabkan
rendahnya pemberian ASI adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di
bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui
secara eksklusif.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Notoadmodjo (2003) ibu yang
memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI cenderung
memiliki prilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI. Sama halnya dengan
diungkapkan oleh Purwanti (2004) bahwa para ibu beranggapan makanan
pengganti ASI (susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu
tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
5.2.2.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang
tahun, yaitu sebanyak 50% (15 orang). Sedangkan sebagian kecil yang
berpengetahuan baik berada pada kelompok umur >35 tahun yaitu 16,7% (5
orang). Hal tersebut disebabkan pada usia 20-35 tahun responden banyak yang
bekerja dan pada saat tersebut responden dalam masa produktif/ aktif sehingga
keterpaparan informasi ASI lebih besar. Sedangkan umur >35 tahun hal tersebut
walaupun pengalaman ibu akan pemebrian ASI cukup banyak tetapi informasi
yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif
usia 20-35 tahun dengan berbagai kesibukan yang dialaminya.
Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), yang
mengatakan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin
tua usia maka pengetahuan semakin bertambah. Juga menurut Soetjiningsih
(1997), bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan
dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia maka pengalaman
dan pengetahuan semakin terutama untuk ibu yang pertama menyusui dalam
pemberian ASI. Ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian
ASI belum berpengalaman dibanding ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya.
5.2.3.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang
berpengetahuan baik berada pada kategori pendidikan SMP yaitu 16,7% (5
orang), sedangkan sebagian kecil responden yang berpengetahuan baik berada
pada kategori S-I yaitu 0% (0 orang). Dalam hal ini jelas bahwa pengetahuan yang
tinggi wawasan dan usaha untuk mencari informasi akan lebih luas, karena orang
yang memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan memahami
informasi yang diterimanya bila dibanding dengan responden yang berpendidikan
lebih rendah.
Hal ini sesuai dengan teori yang didapat dimana semakin tinggi pendidikan
yang ditempuh oleh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas
pengalaman sehingga informasi yang akan jadi pengetahuan (Azwar, 2000).
Selain itu menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan ibu dapat mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu tersebut yang kiranya dapat mengubah sikap dan
menanamkan tingkah laku baru.
5.2.4. Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan sumber informasi
Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil
berdasarkan sumber informasi bahwa responden dari sumber informasi dari tenaga
kesehatan sebanyak 15 orang (25%), yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang,
yang berpengetahuan sedang sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang
sebanyak 10 orang.
Yang dapat informasi dari keluarga/teman sebanyak 20 orang (33,3%),
yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang
sebanyak 4 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang.
Yang dapat informasi dari media massa sebanyak 9 orang (15%), yang
berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1
orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang.
Yang dapat inormasi dari media elektronik sebanyak 7 orang (11,7%),
yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang
sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang.
Yang dapat informasi dari radio sebanyak 9 orang (15%), yang
berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1
orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang.
Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber informasi merupakan
sarana yang digunakan oleh komunikasi dan penyampaian pesan, dengan adanya
sumber informasi memungkinkan para ibu-ibu hamil memperoleh banyak
informasi tentang pemberian ASI baik yang diperoleh secara langsung dan tidak
langsung, perolehan informasi tersebut dapat dibuktikan sebelumnya. Adapun
kesimpulan peneliti bahwa sumber informasi sangat berperan penting dalam
penelitian ini, semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap 60 orang ibu hamil berdasarkan analisis
dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI
di Klinik Raskita pada bulan Juni-Agustus 2010 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI hampir sebagian
besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 61,7% (37
orang).
2. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan umur
menunjukkan hampir sebagian besar yang berpengetahuan baik berada pada
kategori umur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 50% (15 orang), sedangkan
sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kategori umur >35
tahun, yaitu 16,7% (5 orang). Penelitian ini menunjukkan bahwa umur yang
lebih tinggi tidak selalu berpengetahuan lebih baik dari pada umur yang lebih
rendah.
3. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan
pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
berpengetahuan baik berada pada kategori pendidikan SMP yaitu 16,7% (5
orang), sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada
kategori pendidikan S-I yaitu 0% (0 orang). Penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pengetahuannya lebih baik dari pada
yang berpendidikan rendah.
4. Sejumlah 60 responden yang telah bersedia untuk diteliti didapati bahwa
pengetahuan baik sebanyak 13 responden (21,7%), kategori sedang 10
responden (16,7) serta dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 37
responden (61,7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu hamil
6.2 Saran
1. Sarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh
petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang
pemberian ASI.
2. Sarankan kepada petugas kesehatan khususnya Klinik Raskita untuk lebih
aktif memberikan penyuluhan untuk menambah wawasan terutama terhadap
ibu-ibu hamil.
3. Harapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S; 2007, Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta 16.
Balai Pelatihan Kesehatan, 2000, Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di
Puskesmas. Magelang, Podorejo Offset.
Depkes RI. 2001. Pedoman Penyuluhan Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta. depkes. go. id. [accessed 20 mei 2010].
Depkes RI, 2008, Badan Litbang Kesehatan. Available from : http /// litbang. depkes. go. id. [accessed 23 mei 2010].
Dinkes Binjai, 2010, Angka menyusui ibu terhadap bayi. Available from: http /// Medanpunya.com. [accessed 2 desember 2010]
Muchtadi, D; 1996, Gizi Untuk Bayi : Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan
Tambahan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 39.
Siswono, 2006, Indonesian Nutrition. Available from : http// republika. co. id.[accessed 6 mei 2010].
Soerjono, S; 2002, Interaksi Sosial. Available from : http // openpdf. com. [accessed 6 mei 2010] 243.
Indiarti. M, 2007, Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan
Bayi. Jogjakarta : Penerbit Diaglossia Media.
I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Llwellyn, J; 2005, Setiap Wanita. Jakarta : Delapratosa Publising.
Manuaba, I GDE, 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga
Berencana. Penerbit EGC, Jakarta.
Melltyna, 2003, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC 25.
Mittendorf R, Williams MA, The length of uncomplicated human gestation. Obstet Gynecol 1990;75:929-32.
Muchtadi, D; 1996, Gizi Untuk Bayi : Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan
Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 18 - 73.
Notoatmodjo, S; 2003, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S; 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Oetami, R; 2000, Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Tubulus Agriwidya 20.
Oetami, R; 2001, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat
dan ImunisASI Lengkap. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.
Sunoto, 2001, Dibalik Kontravensi ASI, Susu formula. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Suharyono, Rulina Suradi; 1992, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 101.
Suyono, H; 1989, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 7.
Solihin, P; 2000, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputido 14.
Solihin, P; 1996, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : 30.
Taufik, M; 2007, Prinsip – Prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang