• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian ASI Di Klinik Raskita Binjai 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemberian ASI Di Klinik Raskita Binjai 2010"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI DI KLINIK RASKITA BINJAI 2010

OLEH :

RAHMA HAYANI

070100224

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PEMBERIAN ASI DI KLINIK RASKITA BINJAI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

RAHMA HAYANI

070100224

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL DI KLINIK RASKITA

BINJAI 2010

Nama : RAHMA HAYANI

NIM : 070100224

Pembimbing Penguji I

(dr. Lambok Siahaan, MKT) (dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc) NIP : 19711005 200112 1 001 NIP : 19700109 199702 2 001

Penguji II

(dr. Rina Amelia, MARS) NIP : 19760420 200312 2 002

Medan, 29 November 2010 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat imunologik dan anti infeksi. Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita berdasarkan pengetahuan, sumber informasi, umur, karakteristik, pendidikan. Penelitian bersifat deskriptif, data primer dengan cara menggunakan kuesioner tentang pemberian ASI, dengan cara menggunakan total sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif frekuensi, yang dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.

Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita ibu yang berpengetahuan kurang terdapat 37 orang (61,7%). Distribusi berdasarkan sumber informasi mayoritas keluarga/teman sebanyak 14 orang (46,7%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (48,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SD sebanyak 13 orang (21,7%).

Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu hamil di Klinik Raskita masih jauh lebih banyak membutuhkan penyuluhan tentang pemberian ASI dan disarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang ASI.

(5)

ABSTRACT

Breast feeding is the best food for infants, it cannot be changed by other food and there is no food which is just like breast-feeding such as nutrition, enzyme, hormone and other immunologic and anti-infection substances. Decreasing of giving breast-feeding in family becomes one of the factors which makes nutrition stature of infants and toddlers go down. In 2003, there was approximately 6,7 million toddlers (27,3%) got malnutrition, and almost 1,5 milion of them suffered from pure malnutrition. 8,1 million children have iron deficiency anemia.

The aim of this experiment is to know the knowledge of pregnancy women about breast-feeding in Raskita clinic based on knowledge, the source of information, age, characteristic and edeucation. The experiment is descriptive. It uses primary data by using questionnaire about breast-feeding and uses 60 samples. The date is analysed by descriptive method. The frequency continues by discussing the result as theory and literature exist.

The result of knowledge in pregnant women about breast feeding in Raskita clinic is that. There is 37 women who have lack knowledge (61,7%). Distribution based on source of information in family as many 20 persons (33,3%). Distribution based on mayority age 20-35 years is 60 person (100%). Distribution based on education in elementary school is 14 persons (23,3%).

From the result above the writer concludes that pregnant women in Raskita clinic still need more counseling about breast-feeding and they had better follow the counseling by paramedic so they can know breast-feeding.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulliah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

dan tak lupa shalawat dalam salam atas junjungan nabi kita Muhammad SAW,

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah ” Pengetahuan Ibu Hamil

tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita 2010”.

Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu

syaratdalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteraan Universitas

Sumatera Utara. Dalam menulis laporan penelitian ini penulis menyadari masih

banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisaan maupun dari

bahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya masukan dan saran untuk

perbaikan di masa mendatang kiranya tulisan yang sederhana ini dapat menambah

pembendaharaan perpustakaan yang menjadi bacaan bagi kita semua.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bantuan, bimbingan dan saran, baik dalam moril maupun material. Oleh karena itu

penulis menyampaikan rasa terima kASIh kepada yang terhormat :

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Lambok Siahaan, MKT, selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu dalam memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini.

3. dr. Tetty Aman Nasution, M.Med,Sc , selaku penguji I

4. dr. Rina Amelia, MARS , selaku penguji II

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah banyak membantu memberikan

ilmu kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteraan Universitas

Sumatera Utara.

6. Tak lupa buat teman-teman yang banyak membantu penulis dalam

(7)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan pada

karya tulis ilmiah ini, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis,

oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran yang bertujuan untuk

menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

Medan, November 2010

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tujuan Pengetahuan ... 5

2.1.3. Tingkat Pengetahuan ... 6

2.1.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Pengetahuan ... 7

2.2. Sumber Informasi ... 9

2.3. Karakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu ... 9

2.3.1. Pengertian Ibu ... 9

2.3.2. Umur ... 10

2.3.3. Pendidikan ... 10

(9)

2.6. Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui ... 13

2.7. Definisi ASI ... 15

2.7.1. Pengertian ... 15

2.7.2. Tujuan Pemberian ASI ... 15

2.8. Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi ... 15

2.9. Keuntungan Pemberian ASI ... .... 16

2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI pada Bayi ... 16

2.11. Masalah-masalah yang dihadapi Ibu Menyusui ... 17

2.12. Komposisi ASI ... 18

2.13. Volume ASI ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .... 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Rancangan Penelitian ... 22

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 23

4.5. Metode Analisa Data ... 23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 24

5.2. Pembahasan ... 29

BAB 6 PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 34

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

3. Distribusi Frekuensin Responden Berdasarkan Pendidikan

4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Penelitian

Lampiran 3 : Formulir Persetujuan menjadi responden

(12)

ABSTRAK

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat imunologik dan anti infeksi. Rendahnya pemberian ASI dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita (Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita berdasarkan pengetahuan, sumber informasi, umur, karakteristik, pendidikan. Penelitian bersifat deskriptif, data primer dengan cara menggunakan kuesioner tentang pemberian ASI, dengan cara menggunakan total sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang dilakukan secara deskriptif frekuensi, yang dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada.

Hasil penelitian pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI di klinik Raskita ibu yang berpengetahuan kurang terdapat 37 orang (61,7%). Distribusi berdasarkan sumber informasi mayoritas keluarga/teman sebanyak 14 orang (46,7%). Distribusi berdasarkan umur mayoritas kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (48,3%). Distribusi berdasarkan pendidikan mayoritas SD sebanyak 13 orang (21,7%).

Dari hasil diatas penulis menyimpulkan bahwa ibu-ibu hamil di Klinik Raskita masih jauh lebih banyak membutuhkan penyuluhan tentang pemberian ASI dan disarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang ASI.

(13)

ABSTRACT

Breast feeding is the best food for infants, it cannot be changed by other food and there is no food which is just like breast-feeding such as nutrition, enzyme, hormone and other immunologic and anti-infection substances. Decreasing of giving breast-feeding in family becomes one of the factors which makes nutrition stature of infants and toddlers go down. In 2003, there was approximately 6,7 million toddlers (27,3%) got malnutrition, and almost 1,5 milion of them suffered from pure malnutrition. 8,1 million children have iron deficiency anemia.

The aim of this experiment is to know the knowledge of pregnancy women about breast-feeding in Raskita clinic based on knowledge, the source of information, age, characteristic and edeucation. The experiment is descriptive. It uses primary data by using questionnaire about breast-feeding and uses 60 samples. The date is analysed by descriptive method. The frequency continues by discussing the result as theory and literature exist.

The result of knowledge in pregnant women about breast feeding in Raskita clinic is that. There is 37 women who have lack knowledge (61,7%). Distribution based on source of information in family as many 20 persons (33,3%). Distribution based on mayority age 20-35 years is 60 person (100%). Distribution based on education in elementary school is 14 persons (23,3%).

From the result above the writer concludes that pregnant women in Raskita clinic still need more counseling about breast-feeding and they had better follow the counseling by paramedic so they can know breast-feeding.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, tidak dapat diganti dengan

makanan lainnya dan tidak ada satupun makanan yang dapat menyamai ASI baik

dalam kandungan gizinya, enzim, hormon maupun dalam kandungan zat

imunologik dan anti infeksi. Dengan memberikan ASI, dapat meningkatkan

jalinan kasih antara ibu dan bayi. ASI mengandung zat makanan yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan bayi yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Kebutuhan

bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan

tersebut dapat tercukupi dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi

(Oetami R, 2000).

ASI eksklusif harus diberikan pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran

bayi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik, pembentukan psikomotor,

dan akulturasi yang sangat cepat (Deddy M, 1996). Rendahnya pemberian ASI

dikeluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita

(Anwar, 2007). Pada tahun 2003 terdapat sekitar 6,7 juta balita (27,3%) menderita

gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi

dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2008).

Praktik menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan bila dikaitan

dengan pemberian ASI Eksklusif. SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu

pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung

menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Sementara itu

penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun,

dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5% pada tahun 2002 (Depkes RI, 2008).

Sekitar 85% penduduk Indonesia termasuk ibu dan anak tinggal di

pedesaan. Kondisi kesehatan mereka masih belum memadai. Angka kesakitan dan

kehamilan ibu, bayi, masih tinggi. Keadaan gizi dan sanitasi lingkungan hidup

(15)

makanan pralaktal yaitu pemberian makanan / minuman untuk menggantikan ASI

apabila ASI belum keluar pada hari-hari pertama setelah lahir. Jenis makanan

tersebut antara lain air tajin, air kelapa, madu yang dapat membahayakan

kesehatan bayi dan menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk merangsang

produksi ASI sedini mungkin melalui hisapan bayi pada payudara ibu. (Anwar,

2007).

Berdasarkan data Susenas tahun 2004 sampai dengan tahun 2008,

cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan meningkat

dari 58,9% pada tahun 2004 menjadi 62,2% pada tahun 2007, tetapi kemudian

menetap dan sedikit menurun menjadi 56,2% tahun 2008. (Depkes RI, 2008).

Pada kenyataannya, pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif

masih sangat kurang, misalnya pada masyarakat desa. Ibu sering kali memberikan

makanan padat kepada bayi yang baru berumur beberapa hari atau beberapa

minggu seperti memberikan nasi yang dihaluskan atau pisang. Kadang-kadang

ibu mengatakan air susunya tidak keluar atau keluarnya hanya sedikit pada

hari-hari pertama kelahiran bayinya, kemudian membuang ASI-nya tersebut dan

menggantikannya dengan madu, gula, mentega, air atau makanan lain. Hal ini

tidak boleh dilakukan karena air susu yang keluar pada hari-hari yang pertama

kelahiran adalah kolostrum (Deddy M, 1996).

Pada zaman sekarang ini terjadi peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang sedemikian pesat. Saat ini, pengetahuan lama yang mendasar

seperti menyusui sudah semakin terlupakan. Di masa sekarang ini ibu yang

mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah keatas terutama di perkotaan,

dengan tingkat pendidikan yang cukup, justru tidak memberikan ASI dengan tepat

dan sesuai dengan praktek pemberian ASI eksklusif terhadap bayi. Praktek

pemberian ASI eksklusif di kota besar mengalami penurunan, sedangkan di

daerah pedesaan sering terjadi pemberian makanan yang diberikan tidak pada usia

yang telah dianjurkan (Haryono S, 1989).

Menurut Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Kesehatan Keluarga (Kesga)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, pemberian ASI eksklusif di Sumut

(16)

lumayan. "Tahun 2005 lalu, angka menyusui ASI eksklusif terhadap bayi di

Sumut mencapai 32 persen dan untuk tahun ini (2010), persentase dari ini naik

hingga mencapai 34 persen. (Din. Kes Binjai, 2010).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun

2005, menunjukkan bahwa dari 23,455 jumlah bayi yang terdaftar diseluruh

puskesmas wilayah Kabupaten Langkat, terdapat 17.619 atau 75.12% (rata-rata

target 80%), jumlah seluruh baik usia 6 bulan sampai dengan satu tahun yang

diberi Asi Eksklusif.

Pada tahun 2006 jumlah bayi di Lampung Timur berjumlah 9.624 bayi

sedangkan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya berjumlah 2.310 bayi,

artinya bayi yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 24% (Din.Kes Lampung

Timur, 2006).

Berdasarkan data tersebut diperoleh gambaran masih banyak ibu-ibu

yang mengalami kesulitan dalam pemberian ASI pada masa awal laktasi.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health

Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller

International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8

perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel),

menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%,

sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan

berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Pada ibu yang bekerja,

singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian

ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya

pemberian ASI eksklusif (ASI.blogsom.online, 2007).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI di

(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI

di Klinik Raskita Juni - Agustus 2010

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian

ASI di Klinik Raskita berdasarkan sumber informasi.

2. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian

ASI di Klinik Raskita berdasarkan karakteristik

3. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian

ASI di Klinik Raskita berdasarkan Pendidikan.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis

1. Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran dan

menambah wawasan, ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan

ilmu yang telah diperoleh penulis selama pendidikan di Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk melatih penulis untuk mengadakan penelitian langsung ke

masyarakat sehingga penulis memiliki pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI.

1.4.2. Bagi Ibu

Sebagai satu masukan dan bahan penambahan wawasan dan pengetahuan

bagi para ibu tentang pentingnya dilakukan pemberian ASI.

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan motivasi untuk meningkatkan pentingnya

(18)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour) di dasari pengetahuan.

(Notoatmodjo, 2007)

Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata,

hidung, telinga dan lainnya).

Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (Belief)

takhayul (Superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru. Manusia

sebenarnya diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar,

kesadaran manusia dapat disimpulkan dan kemampuannya untuk berpikir,

berkehendak dan merasa (Soekanto, 2002).

2.1.2. Tujuan Pengetahuan

Menurut Sarjono S, 2002, tujuan pengetahuan terdiri dari 2 yaitu :

1. Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat

ketidakpastian.

(19)

2.1.3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai 6 tingkat.

1. Tahu ( Know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagai nya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi dapat

diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan

sebagainya.

4. Analisa ( Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis ( Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

(20)

dan meringkaskan dan dapat menyesuaikan dan terhadap suatu teori yang

ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditemuka n sendiri atau menggu nakan kriteria-kriteria yang

telah ada ( Notoatmodjo, 2003).

2.1.4. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Lukman, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu:

a. Umur

Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka

proses- proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur

tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika

berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukan ahwa

daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini

maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

b. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan

mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai

lingkungan (Khayan, 1997). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perbedaan intelegensi dari seseoarng akan berpengaruh pula terhadap tingakat

(21)

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertamabagi

seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal yang baik dan juga

hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang

akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir

seseorang.

d. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain,

karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh

suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan atau

proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan

tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut Wied

Hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka

peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula

pengetahuannya.

f. Informasi

Menurut Wied Hary A (1996) informasi akan memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah

tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,

radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang.

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

(22)

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman

yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu

(Notoadmojo, 1997).

2.2. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah asal dari suatu informasi atau data yang

diperoleh. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam 3 golongan yaitu :

1. Sumber informasi dokumenter merupakan sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi.

Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dibawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak resmi

adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan

wewenang badan instansi tidak resmi atau perorangan. Sumber primer atau

sering disebut sumber data dengan pertama dan hukum mempunyai wewenang

dan tanggung jawab terhadap informasi tersebut.

2. Sumber kepustakaan

Kita telah mengetahui bahwa didalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan

bacaaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmu dari buku, laporan-laporan

penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya.

3. Sumber informasi lapangan

Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang

tentang suatu hal sehingga informasi yang diperoleh dapat terkumpul secara

keseluruhan ataupun sebagainya (Notoadmodjo, 2003).

2.3. Karakteristik Ibu Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu 2.3.1. Pengertian Ibu

Ibu adalah seorang wanita yang terikat pernikahan atau tidak dan telah

(23)

2.3.2. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam

hampir semua menunjukkan hubungan dengan umur.

Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat

pola kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi

adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam

pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peran umur dapat

dibandingkan dengan pengelompokkan umur pada penelitian orang lain.

Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan

pembagian-pembagian umur sebagai berikut :

1. Menurut tingkat kedewasaan :

0-14 tahun : Bayi dan anak

15-49 : Orang muda dan dewasa

50 tahun : Orang tua

2. Interval 5 tahun

< 1 tahun

1- 4 tahun

5-9 tahun

10-14 tahun dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003)

15-49 tahun : Orang muda dan dewasa

50 tahun : Orang tua

2.3.3. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan

itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih

dewasa, lebih baik matang pada individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini

berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam

kehidupannya. Untuk mencapai nilai-nilai hidup merupakan bantuan orang lain

(24)

mencapai tujuan tersebut seseorang individu, kelompok atau masyarakat tidak

terlepas dari kegiatan belajar (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan seseorang dibedakan

menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern.

1. Faktor intern : Mencakup kecerdasan persepsi, emosi, motivasi dan

sebagainya yang berfungsi untuk mengolah

rangsangan dari luar.

2. Faktor ekstern : Meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non

fisik, seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,

kebudayaan dan sebagainya.

Semakin sempurna atau semakin baik, faktor intern dan ekstern yang

mempunyai perilaku seseorang mengenai suatu hal semakin baik tingkat

pengetahuan orang tersebut. (Notoatmodjo, 2003).

2.4. Definisi Ibu Hamil

Ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau

fetus di dalam tubuhnya. (Williams MA, 1990).

2.5. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui

2. Ibu duduk atau berbaring santai

3. Payudara dipijat atau massage supaya lemah

4. Tekan areola antara ibu jari dan telunjuk sehingga keluar beberapa tetes

air susu ibu.

5. Olesi air susu ibu tersebut pada puting susu dan areola sekitarnya

sebelum menyusui

6. Bayi diletakkan dipangku bila ibu duduk, dan disebelah ibu bila

ditidurkan.

7. Ibu harus memegang payudara dengan posisi ibu jari ke atas dan

(25)

8. Sebagai besar areola payudara harus berada didalam mulut bayi, puting

ibu harus masuk kedalam mulut bayi, saat pertama kali menyusui, bantu

sibuah hati menemukan puting ibu, sesudah beberapa hari, tanpa perlu

dibantu lagi ia akan langsung mencari puting begitu didekatkan pada

payudara ibu.

9. Setiap payudara harus disusukan sampai kosong, ± 10-15 menit.

Apabila ibu menyusui pada satu sisi, maka payudara yang satu akan

lebih sering kosong.

10.Bayi menyusui pada dua payudara bergantian, sesudah payudara terasa

kosong.

11.Bila akan melepaskan mulut bayi dari puting susu, masukkan ibu jari

kelingking antara mulut bayi dan payudara.

12.Sesudah selesai menyusui, oleskan air susu ibu pada puting susu dan

areola sekitarnya serta dibiarkan kering oleh udara.

13.Bayi digendong dibahu ibu atau dipangkuan supaya dapat

disendawakan.

14.Periksa kondisi panyudara,mungkin ada luka pecah-pecah atau

berbendung.

15.Selagi menyusui dengan salah satu payudara, payudara yang lain

dibiarkan bebas.

16.Jangan menutupinya dengan bra ketat supaya hormon pembuat susu

tetap berproduksi.

17.Bayi menyusui setiap kali membutuhkan sebagian dengan posisi

berubah-ubah.

18.Maka susui bayi kapanpun ia menginginkannya. Ingat produksi air susu

ibu ditentukan seberapa banyak bayi menyusui.

19.Pakailah bahan penyerapan air susu ibu dibalik BH diluar waktu

(26)

2.6. Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui

Perawatan payudara tidak hanya melakukan sebelum melahirkan tetapi

juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara

bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran

susu sehingga mempelancar pengeluaran air susu ibu.

Berikut ini langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perawatan

payudara :

1. Siapkan alat dan bahan berikut ini

a. Minyak kelapa

b. Gelas susu

c. Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil

d. Waslap/sapu tangan dari handuk

e. Handuk bersih.

2. Lakukan langkah pengurutan payudara pertama

Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua payudara selama lima

menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama.

a. Licinkan kedua tangan dengan minyak

b. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

c. Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri keatas

sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan.

d. Lakukan terus mengurut ke bawah/ke samping, selanjutnya pengurutan

melintang. Telapak tangan mengurut kedepan, lalu kedua tangan dilepas

dari payudara.

e. Ulang gerakan 20-30 kali setiap satu payudara.

3. Pengurutan kedua

Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari

tangan kanan membuat gerakkan memutar sambil menekan mulai dari pangkal

payudara dua berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada

(27)

4. Pengurutan kedua

Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut

payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. Lakukan

gerakan sekitar 30 kali.

5. Pengompresan

Lakukan tahap pengompresan, sebelumnya siapkan alat dan bahan

berupa dua buah wadah/baskom kecil yang masing-masing diisi dengan air hangat

dan air dingin serta dua buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya

kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama dua menit, lalu ganti

dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama

tiga kali berturut-turut dan akhiri dengan kompresi air hangat.

6. Pengosongan ASI

Pengosongan ini dimaksudkan dengan mencegah pembendungan ASI.

Berikut ini tahap-tahap yang harus dilakukan :

a. Sediakan gelas untuk menampung air susu (jika air susu akan disimpan,

gunakan yang steril).

b. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira

2,5-3 cm dari punting susu.

c. Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga penampungan air

susu berada dibawahnya.

d. Tekan payudara kearah dada dan perhatian agar jari-jari jangan

digerakkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu, lalu tekankan ke

arah dada.

e. Gerakan ibu jari dan telunjuk ke arah punting susu menekan dan men

gosongkan tempat penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit.

f. Ulangi gerakan ibu untuk mengosongkan daerah penampungan air susu.

(28)

2.7. Defenisi ASI 2.7.1. Pengertian

ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan

pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan

menyediakan energi (Solihin Pudjiadi, 2000).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tnpa makanan tambahan

lainnya ataupun cairan lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih,

dan tanpa tambahan makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu,

biskuit, bubur nasi dan tim sampai usia enam bulan (Oetami Roesli, 2000 ).

2.7.2. Tujuan Pemberian ASI

1. Untuk kehangatan bayi dan untuk mempertahankan panas yang benar

pada bayi baru lahir.

2. Membantu terjadinya kontraksi sebelum plasenta lahir.

3. Untuk membantu mengeluarkan ASI dan memperlancar ASI.

4. Mendorong, memberi kesempatan dan memudahkan ibu menyusui

sedini mungkin untuk mencegah hipotermia pada bayi baru lahir.

5. Mencegah terjadinya kehilangan panas atau hipotermia (I. GDE,

2006).

2.8. Manfaat Pemberian Air Susu Ibu Bagi Bayi

1. Air susu ibu juga mengandung protein yang lebih spesifik untuk

melindungi bayi dan alergi.

2. Secara alamiah air susu ibu memberikan kebutuhan yang sangat sesuai

dengan usia kelahiran bayi.

3. Air susu ibu juga bebas kuman karena diberikan langsung dari

payudara sehingga kebersihannya terjamin.

4. Suhu air susu ibu sesuai dengan kebutuhan bayi, tidak terlalu panas

atau dingin.

(29)

6. Air susu ibu mengandung banyak kadar seknium yang melindungi

gigi dari kerusakan.

7. Menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu membentuk gigi

dari kerusakan (Melltyna, 2003).

2.9. Keuntungan Pemberian ASI

1. Memudahkan pengasuhan

2. Membantu pemberian ASI sedini mungkin

3. Memudahkan penyesuaian diri dengan orang baru dikenal

4. Bayi menjadi tidak rewel (Jones, 2005).

2.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI pada bayi :

1. Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya ini dapat dicontohkan misalnya ibu bekerja atau

memiliki kesibukan sosial lainnya. Selain itu budaya meniru teman,

tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu formula kepada

anaknya.

2. Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini dapat dicontohkan seorang ibu takut kehilangan daya

tarik sebagai seorang wanita dan mungkin seorang ibu merasa tertekan

batinnya.

3. Faktor Fisik Ibu

Ibu sakit apabila menyusui bayinya karena payudaranya terasa nyeri apabila

digunakan untuk menyusui.

4. Kurangnya petugas kesehatan

Sedikitnya jumlah petugas kesehatan membuat masyarakat kurang

mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat memberikan ASI.

5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI

6. Keterangan yang salah

Keterangan yang salah datangnya dari petugas kesehatan yang

(30)

2.11. Masalah- masalah yang dihadapi ibu menyusui.

1. Puting Susu Datar/ Terbenam

Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa

minggu dengan usaha yang ekstra, puting susu yang datar akan menonjol keluar

sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting

susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera

secepatnya setelah lahir bayi aktif dan ingin menyusu. Menyusui bayi sesering

mungkin akan menghindarkan payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan

bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat

membantu bila terdapat kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam.

Pompa ASI yang efektif (bukan yang berbentuk ’terompet’ atau bentuk squeeze

dan bulb) dapat dipakai untuk mengeluarkan puting susu pada waktu menyusui

(Depkes RI, 2001).

2. Puting Susu Nyeri

Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui.

Rasa nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut bayi dan

puting susu ibu benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya

adalag dengan memastikan posisi menyusui sudah benar. Memulai menyusui

pada puting susu yang tidak sakit guna membantu mengurangi sakit pada puting

susu yang sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI, oleskan di

puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting

susu kering. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun. Hindarkan puting

susu menjadi lembab (Depkes RI, 2001).

3. Puting Susu Lecet

Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan

menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat

mengeluaran darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi

menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidiasis) atau

dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet

(31)

lukanya sembuh. Mengeluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan

(jangan dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran

pembentukan ASI. Memberikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi

jangan dengan dot. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula

dengan waktu yang lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam1minggu,

rujuk ke Puskesmas. Posisi menyusui yang benar adalah bayi diletakkan

menghadap ibu, perut bayi menempel ke perut ibu, telinga bayi segaris dengan

lengan, mulut bayi terbuka lebar, bibir lengkung keluar, dagu menempel pada

payudara, sebagian besar areola tak kelihatan (Depkes RI, 2001).

4. Payudara Bengkak

Pada hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa penuh dan

nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI

mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalah

posisi mulut bayi dan puting susu ibu yang salah. Produksi ASI berlebih.

Terlambat menyusui. Pengeluaran ASI yang jarang. Waktu menyusui yang

terbatas. Cara mengatasinya adalah dengna menyusui bayi sesering mungkin

tanpa terjadwal/tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI

dengan bantuan tangan/pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum

menyusui dapat dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema (Depkes

RI, 2001).

2.12. Komposisi ASI

Komposisi ASI tidak konstan atau tidak sama dari waktu ke waktu.

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa Dkk (2001), diantara faktor yang

mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi yang terdiri dari tiga

tingkatan yaitu:

1. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

mamae. Kolostrum ini berlangsung sekitar tiga sampai empat hari setelah ASI

pertama kali keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik yaitu cairan ASI lebih

(32)

mengandung protein dimana protein pada umumnya adalah gama globulin. Lebih

banyak mengandung antibodi dibandingkan denagn ASI mature dan dapat

memberikan perlindungan pada bayi sampai usia enam bulan. Kadar karbohidrat

dan lemaknya lebih rendah daripada ASI mature. Lebih tinggi mengandung

mineral terutama sodium dibandingkan ASI mature. Ph lebih alkali. Total

energinya hanya 58 kalori/100 ml kolostrum. Vitamin yang larut lemak lebih

banyak dibandingkan ASI mature sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih

tinggi atau rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal. Lipidnya lebih banyak

mengandung kolesterol dan lecitinin dibandingkan ASI mature. Volume

kolostrum berkisar 150-300 ml/ 24 jam.

2. ASI Peralihan

Air susu peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai

menjadi ASI mature. ASI peralihan berlangsung dari hari keempat sampai hari

kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa karakteristik ASI peralihan meliputi kadar

protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat lebih tinggi

dibandingkan kolostrum serta volume ASI peralihan ini lebih tinggi dibandngkan

dengan kolostrum.

3. ASI Mature

ASI Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh atau setelah

minggu ke tiga sampai minggu ke empat dan seterusnya. Komposisi ASI masa ini

relatif konstan. Karakteristik dari ASI mature ini adalah cairan berwarna

kekuning-kuningan. Tidak menggumpal bila dipanaskan. Ph 6,6-6,9, terdapat anti

microbial faktor. Kadar air dalam ASI mature 88 gram/ 100 ml. Volume ASI

mature antara 300- 850 ml/ 24 jam.

2.13. Volume ASI

Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada

payudara ibu hamil. Setelah persalinan, apabila bayi mulai menghisap payudara,

maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal ASI

(33)

sebanyak 700-800 cc ASI perhari, namun kadang-kadang ada yang

mengkonsumsi kurang dari 600 cc/ bahkan hampir 1 liter/hari dan tetap

menunjukkan tingakt pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu

pada tingkat yang berat baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat

mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya

berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama usia bayi. 400 cc pada bulan ke

2 dan 300-500 cc pada tahun ke 2 usia anak. (Depkes RI, 2001).

Volume ASI yang dapat dikonsumsi bayi dalam satu kali menyusu

selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya

dengan volume dalam susu yang dapat diproduksi meskipun umumnya payudara

yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa

kehamilan hanya memproduksi sejumlah ASI yang sedikit. Emosi seperti tekanan

( stress) atau kegelisahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah

(34)

Pemberian ASI Tingkat

Pengetahuan

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden terhadap

pengetahuan ibu tentang pemberian ASI.

Pertanyaan yang diberikan adalah sebanyak 12 pertanyaan dengan

bentuk terbuka.

Maka aspek kategori pengukuran pengetahuan adalah :

a. Baik : Apabila responden mendapat skor 76- 100 %

b. Cukup : Apabila responden mendapat skor 60- 75 %

c. Kurang : Apabila responden mendapat skor < 60 %

(Arikunto, 2007).

2. Ibu hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio atau

(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriftif dimana untuk mengetahui Pengetahuan

Ibu tentang Pemberian ASI di Klinik Raskita Juni – Agustus 2010. Penelitian ini

menggunakan data primer yang didapat melalui wawancara responden dan

menggunakan kuesioner.

4.2. Lokasi dan Waktu 4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Raskita.

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu melakukan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

selama 3 bulan yang dimulai dari bulan Juni- Agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu menyusui yang berkunjung

ke Klinik Raskita Juni- Agustus 2010 yang berjumlah 60 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu

seluruh Populasi yang berkunjung di klinik Raskita yang berjumlah 60 responden.

Dari ke 60 orang ini semua dijadikan sebagai sampel.

4.4. Instrumen Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dengan menggunakan kuesioner

yang telah disusun oleh penulis berdasarkan konsep teori mengenai pengetahuan

(36)

4.5. Pengumpulan Data dan Analisa Data 4.5.1. Pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat melalui kuesioner

terbuka yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep yang terdiri dari 10

pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden yang bersalin di Klinik Raskita

Juni-Agustus 2010.

Data yang terkumpul diolah dengan cara manual dengan lengkap sebagai

berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kuesioner yang telah masuk, apakah semua

pertanyaan dapat diisi oleh responden.

2. Coding yaitu memberi kode atau langkah-langkah tertentu terhadap

kuesioner.

3. Tabulating yaitu untuk mempermudah analisa data pengolahan dan

pengambilan kesimpulan, maka hasil pengumpulan data disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi dan presentasi.

5. Analisa Data

Pengelolaan data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan

menggunakan Program Statistic Package for Social Sciense (SPSS). Data yang

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pemberian ASI ini dilakukan

di Klinik Raskita yang terletak di Jalan Let. Jend. Jamin Ginting, Tanah Seribu,

Binjai. Desa Tanah seribu adalah salah satu wilayah di kecamatan Binjai Kota,

yang terletak di Zone Tengah. Dalam kunjungan perbulan sekitar 30 responden.

Jenis tanaman yang ada diwilayah tersebut adalah padi sawah, tebu dan jagung,

mendominasi daerah Desa Tanah seribu, dengan keadaan alamnya yang datar

mempermudah dalam transportasi antar desa ke wilayah kecamatan lainnya.

Ibu hamil yang berkunjung di klinik Raskita sebanyak 60 orang, yaitu

sebagai sasaran dalam penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Ibu hamil

yaitu sebanyak 60 responden. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh

gambaran mengenai karakteristiknya meliput i : umur, pendidikan serta sumber

informasi. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat

pada tabek-tabel yang ada di bawah ini.

Tabel 5 .1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur F(frekuensi) %

<20 tahun 15 25%

20-35 tahun 30 50%

>35 tahun 15 25%

Total 60 100

Pada tabel 5.1 diatas didapati bahwa usia <20 tahun, sebanyak 15

responden (25%). Yang berumur 20-35 tahun sebanyak 30 responden (50%)

(38)

5.1.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi

Pada penelitian ini ditanyakan mengenai sumber informasi responden

mengenai pemberian ASI. Distribusinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa keluarga/teman memberikan persentase

terbesar sebagai sumber informasi bagi ibu hamil yaitu sebanyak 20 responden

(33,3%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sumber Informasi

Sumber informasi F ( frekuensi) %

Tenaga kesehatan 15 25

Keluarga/teman 20 33,3

Media massa 9 15,0

Media elektronik 7 11,7

Radio 9 15,0

Total 60 100

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan F(frekuensi) %

Pada tabel 5.3. diatas menunjukkan bahwa pendidikan SMP memberikan

persentase terbesar sebanyak 14 responden (23,3%).

5.1.3. Gambaran Pengetahuan Responden

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 10

(39)

Pertanyaan-reabilitasnya. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden

dapat dilihat pada table 5.3 dibawah ini

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Pengetahuan Skoring

3 1

F % f %

1. Pertama kali ASI keluar 26 43,3 8 13,3

2.Kapan sebaiknya ASI diberikan 14 23,3 25 35,0

3.Kapan waktu memberikan ASI 18 30,0 19 31,7

4.Umur berapa ASI diberikan 27 45,0 15 25,0

5.Kolostrum mengandung zat antibody dalam

jangka panjang.

14 23,3 23 38,3

6.ASI eksklusif 16 26,7 17 28,3

7.Manfaat pemberian ASI bagi ketahanan

tubuh.

14 23,3 20 33,3

8.Manfaat pemberian ASI bagi Kesehatan 11 18,3 21 35,0

9.Berapa kali pemberian ASI 25 41,7 9 15,0

10.Manfaat pemberian ASI bagi pertumbuhan 15 25,0 18 30,0

11.Peran ASI terhadap kesehatan/penyakit

pernafasan.

19 31,7 15 25,0

12.Pada hari pertama kolustrum keluar 17 28,3 17 28,3

Pada tabel 5.3. dapat diketahui bahwa responden yang menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab benar sebanyak 27 (45,9%),

sedangkan responden yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak

(40)

5.1.4. Gambaran Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu

baik, sedang dan kurang. Tingkat pengetahuan baik apabila responden menjawab

8- 10 pertanyaan dengan benar. Sedang apabila responden menjawab 4-7

pertanyaan dengan benar. Dan kurang, apabila responden hanya dapat menjawab

3 pertanyaan dengan benar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Ibu hamil di

Klinik Raskita, maka tingkat pengetahuan Ibu hamil mengenai Pemberian ASI

dapat dikategorikan pada tabel 5.4. di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F %

Baik 13 21,7%

Sedang 10 16,7%

Kurang 37 61,7%

Total 60 100

Dari tabel 5.4 tersebut bahwa dapat dilihat bahwa pengetahuan dengan

kategori kurang memiliki persentase sebanyak 37 orang (61,7%), pengetahuan

yang dikategorikan baik sebanyak 13 orang (21,7%) dan pengetahuan yang

dikategorikan sedang 10 orang (16,7%). Jadi dapat disimpulkan pengetahuan ibu

(41)

5.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil

yaitu sebanyak 60 respoden. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh

gambaran karakteristiknya meliputi: umur, pendidikan serta sumber informasi.

No. Umur Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

1. <20 tahun 0 (0%) 5 (16,7%) 10 (33,3%) 15

2. 20-35 tahun 5 (16,7%) 10 (33,3%) 15( 50% ) 30

3. >35 tahun 5 (16,7%) 5(16,7%) 5(16,7%) 15

Pada tabel 5.5. diatas didapati bahwa umur 20-35 tahun sebanyak 20

responden (50%), yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden, yang

berpengetahuan sedang sebanyak 10 responden dan yang berpengetahuan kurang

sebanyak 15 responden.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

1. SD 2(6,7%) 2(6,7%) 9 (30% ) 13

2. SMP 5(16,7%) 5(16,7%) 4(13,3%) 14

3. SMA 3(10%) 2(6,7%) 8(26,7%) 13

4. D-III 1(3,3%) 1(3,3%) 7(23,3%) 9

5. S-I 0(0%) 0(0%) 1(3,3%) 1

Pada tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa pendidikan SMP memberikan

persentase terbesar yang diperoleh dari pengetahuan baik sebanyak 5 orang,

(42)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber informasi

No. Sumber informasi Pengetahuan Total

Baik Sedang Kurang

1. Tenaga kesehatan 3(10%) 2(6,7%) 10(33,3%) 15

2. Keluarga/teman 2(6,7%) 4(13,7%)14(23,3%) 20

3. Media massa 3(10%) 1(3,3%) 5(16,7%) 9

4. Media elektronik 3(10%) 2(6,7%) 2(6,7%) 7

5. Radio 2(6,7%) 1(3,3%) 6(20% ) 9

Pada tabel 5.7. diatas menunjukkan bahwa keluarga/teman memberikan

persentase terbesar sebagai sumber informasi berdasarkan pengetahuan baik

sebanyak 2 orang, sedang sebanyak 4 orang dan kurang sebanyak 14 orang.

5.2 Pembahasan

Pemberian ASI Eksklusif sangat penting, karena ASI adalah satu-satunya

makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa 6 bulan pertama

kehidupannya, bahkan pemberian ASI secara eksklusif diperkirakan dapat

menekan angka kematian.

Banyak faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif

diantaranya menurut Soetjiningsih (1997) yaitu pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif. Pengetahuan atau kognitif hal yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Bahwa selama ini terdapat beberapa masalah dalam upaya

peningkatan pemberian ASI eksklusif salah satunya kurang memadainya

pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif sehingga keluarga tidak

dapat memilih makanan yang terbaik yang harus diberikan pada anaknya dan

kekeliruan persepsi bahwa susu formula lebih baik dari pada ASI, sehingga dapat

(43)

5.2.1.Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI

Berdasarkan hasil penelitian hampir sebagian besar pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI kurang yaitu sebesar 61,7% (37 orang), hal ini terutama tercermin

dari pengetahuan ibu terhadap kandungan ASI, dimana pada umumnya ibu tidak

mengetahui bahwa ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh bayi

dan mengenai keunggulan ASI para ibu kurang mengetahui manfaat ASI bagi ibu,

bayi dan negara, ibu tidak mengetahui bahwa menyusui secara eksklusif dapat

menjarangkan kehamilan, sementara manfaat ASI bagi bayi dapat meningkatkan

hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi dan bagi suatu Negara dapat

mengurangi devisa terhadap mengurangi devisa terhadap pembelian susu formula.

(Utami Roesli, 2004).

Hal tersebut disebabkan karena Pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan dan informasi yang didapat oleh ibu tentang ASI. Pengetahuan atau

kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang, salah satunya kurang memadainya pengetahuan ibu mengenai

pentingnya ASI yang menjadikan penyebab atau masalah dalam peningkatan

pemberian ASI. (Novaria, 2000). Salah satu pra kondisi yang menyebabkan

rendahnya pemberian ASI adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di

bidang kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui

secara eksklusif.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Notoadmodjo (2003) ibu yang

memiliki pengetahuan kurang tentang pentingnya pemberian ASI cenderung

memiliki prilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI. Sama halnya dengan

diungkapkan oleh Purwanti (2004) bahwa para ibu beranggapan makanan

pengganti ASI (susu formula) dapat membantu ibu dan bayinya, sehingga ibu

tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

5.2.2.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar yang

(44)

tahun, yaitu sebanyak 50% (15 orang). Sedangkan sebagian kecil yang

berpengetahuan baik berada pada kelompok umur >35 tahun yaitu 16,7% (5

orang). Hal tersebut disebabkan pada usia 20-35 tahun responden banyak yang

bekerja dan pada saat tersebut responden dalam masa produktif/ aktif sehingga

keterpaparan informasi ASI lebih besar. Sedangkan umur >35 tahun hal tersebut

walaupun pengalaman ibu akan pemebrian ASI cukup banyak tetapi informasi

yang didapat kurang, karena pada usia tersebut sebagian besar ibu tidak seaktif

usia 20-35 tahun dengan berbagai kesibukan yang dialaminya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003), yang

mengatakan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin

tua usia maka pengetahuan semakin bertambah. Juga menurut Soetjiningsih

(1997), bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan

dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia maka pengalaman

dan pengetahuan semakin terutama untuk ibu yang pertama menyusui dalam

pemberian ASI. Ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian

ASI belum berpengalaman dibanding ibu yang sudah menyusui anak sebelumnya.

5.2.3.Tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang

berpengetahuan baik berada pada kategori pendidikan SMP yaitu 16,7% (5

orang), sedangkan sebagian kecil responden yang berpengetahuan baik berada

pada kategori S-I yaitu 0% (0 orang). Dalam hal ini jelas bahwa pengetahuan yang

tinggi wawasan dan usaha untuk mencari informasi akan lebih luas, karena orang

yang memiliki dasar pendidikan yang tinggi lebih mudah mengerti dan memahami

informasi yang diterimanya bila dibanding dengan responden yang berpendidikan

lebih rendah.

Hal ini sesuai dengan teori yang didapat dimana semakin tinggi pendidikan

yang ditempuh oleh seseorang, maka semakin baik pengetahuan dan lebih luas

(45)

pengalaman sehingga informasi yang akan jadi pengetahuan (Azwar, 2000).

Selain itu menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan ibu dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan ibu tersebut yang kiranya dapat mengubah sikap dan

menanamkan tingkah laku baru.

5.2.4. Tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan sumber informasi

Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil

berdasarkan sumber informasi bahwa responden dari sumber informasi dari tenaga

kesehatan sebanyak 15 orang (25%), yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang,

yang berpengetahuan sedang sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang

sebanyak 10 orang.

Yang dapat informasi dari keluarga/teman sebanyak 20 orang (33,3%),

yang berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang

sebanyak 4 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang.

Yang dapat informasi dari media massa sebanyak 9 orang (15%), yang

berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1

orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang.

Yang dapat inormasi dari media elektronik sebanyak 7 orang (11,7%),

yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang, yang berpengetahuan sedang

sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 orang.

Yang dapat informasi dari radio sebanyak 9 orang (15%), yang

berpengetahuan baik sebanyak 2 orang, yang berpengetahuan sedang sebanyak 1

orang, yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang.

Notoadmodjo (2003) menyatakan bahwa sumber informasi merupakan

sarana yang digunakan oleh komunikasi dan penyampaian pesan, dengan adanya

sumber informasi memungkinkan para ibu-ibu hamil memperoleh banyak

informasi tentang pemberian ASI baik yang diperoleh secara langsung dan tidak

langsung, perolehan informasi tersebut dapat dibuktikan sebelumnya. Adapun

kesimpulan peneliti bahwa sumber informasi sangat berperan penting dalam

penelitian ini, semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap 60 orang ibu hamil berdasarkan analisis

dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI

di Klinik Raskita pada bulan Juni-Agustus 2010 dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI hampir sebagian

besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 61,7% (37

orang).

2. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan umur

menunjukkan hampir sebagian besar yang berpengetahuan baik berada pada

kategori umur antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 50% (15 orang), sedangkan

sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kategori umur >35

tahun, yaitu 16,7% (5 orang). Penelitian ini menunjukkan bahwa umur yang

lebih tinggi tidak selalu berpengetahuan lebih baik dari pada umur yang lebih

rendah.

3. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemberian ASI berdasarkan

pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

berpengetahuan baik berada pada kategori pendidikan SMP yaitu 16,7% (5

orang), sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada

kategori pendidikan S-I yaitu 0% (0 orang). Penelitian ini menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pengetahuannya lebih baik dari pada

yang berpendidikan rendah.

4. Sejumlah 60 responden yang telah bersedia untuk diteliti didapati bahwa

pengetahuan baik sebanyak 13 responden (21,7%), kategori sedang 10

responden (16,7) serta dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 37

responden (61,7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan Ibu hamil

(47)

6.2 Saran

1. Sarankan kepada ibu hamil untuk mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh

petugas kesehatan sehingga dapat mengetahui dengan jelas tentang

pemberian ASI.

2. Sarankan kepada petugas kesehatan khususnya Klinik Raskita untuk lebih

aktif memberikan penyuluhan untuk menambah wawasan terutama terhadap

ibu-ibu hamil.

3. Harapkan untuk penelitian selanjutnya agar dapat melakukan penelitian

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S; 2007, Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta 16.

Balai Pelatihan Kesehatan, 2000, Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di

Puskesmas. Magelang, Podorejo Offset.

Depkes RI. 2001. Pedoman Penyuluhan Cara Menyusui Yang Baik. Jakarta. depkes. go. id. [accessed 20 mei 2010].

Depkes RI, 2008, Badan Litbang Kesehatan. Available from : http /// litbang. depkes. go. id. [accessed 23 mei 2010].

Dinkes Binjai, 2010, Angka menyusui ibu terhadap bayi. Available from: http /// Medanpunya.com. [accessed 2 desember 2010]

Muchtadi, D; 1996, Gizi Untuk Bayi : Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan

Tambahan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 39.

Siswono, 2006, Indonesian Nutrition. Available from : http// republika. co. id.[accessed 6 mei 2010].

Soerjono, S; 2002, Interaksi Sosial. Available from : http // openpdf. com. [accessed 6 mei 2010] 243.

Indiarti. M, 2007, Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan

Bayi. Jogjakarta : Penerbit Diaglossia Media.

I Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001, Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Llwellyn, J; 2005, Setiap Wanita. Jakarta : Delapratosa Publising.

Manuaba, I GDE, 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan Keluarga

Berencana. Penerbit EGC, Jakarta.

Melltyna, 2003, Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC 25.

Mittendorf R, Williams MA, The length of uncomplicated human gestation. Obstet Gynecol 1990;75:929-32.

Muchtadi, D; 1996, Gizi Untuk Bayi : Air Susu Ibu, Susu Formula dan Makanan

Tambahan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 18 - 73.

(49)

Notoatmodjo, S; 2003, Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S; 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Oetami, R; 2000, Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Tubulus Agriwidya 20.

Oetami, R; 2001, Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif, Makanan Pendamping Tepat

dan ImunisASI Lengkap. Jakarta: PT. Elek Media Komputindo.

Sunoto, 2001, Dibalik Kontravensi ASI, Susu formula. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Suharyono, Rulina Suradi; 1992, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 101.

Suyono, H; 1989, ASI Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 7.

Solihin, P; 2000, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputido 14.

Solihin, P; 1996, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : 30.

Taufik, M; 2007, Prinsip – Prinsip Promosi Kesehatan dalam Bidang

Gambar

Tabel 5 .1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.7.  Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber informasi

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Klinik Bersalin Delima Medan sebanyak 100 orang, dari hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu

Dari hasil analisa tingkat pengetahuan responden penelitian didapati tingkat pengetahuan ibu hamil di Puskesmas Padang Bulan Medan terhadap Pemberian ASI Eksklusif sebagian

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu hamil tentang sepsis neonatorum di klinik bersalin Yusnidar Medan menunjukkan bahwa sebagian besar responden

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III tentang Pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI, faktor-faktor yang mempengaruhi

Hasil tidak adanya pengaruh positif kelas ibu hamil dengan sikap ibu hamil tentang ASI ekskiusif bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor kualitas kelas ibu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemakaian zat besi (Fe) selama kehamilan di Klinik Marelan tahun 2015

SURVEI TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL YANG BERKUNJUNG KE POLI IBU HAMIL RSUD. ADAM MALIK

Kesimpulan : Jadi tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif di Desa Ngrambe Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup