• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis LQ, LI dan SI Analisis LQ

Kecamatan yang memiliki LQ>1, menunjukkan komoditas ternak sapi potong menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat dikirim ke luar wilayah. Hasil perhitungan Location Quotient (LQ) terhadap populasi ternak sapi potong di setiap kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Tabel 19, menunjukkan bahwa pemeliharaan ternak sapi potong merupakan sektor basis di Kecamatan Kuranji (LQ=1.13), Angsana (LQ=1.11), Karang Bintang (LQ=1.10), Mantewe (LQ=1.09), Satui (LQ=1.06) dan Sungai Loban (LQ=1.06). Sedangkan kecamatan yang memiliki LQ<1, maka komoditas ternak sapi potong termasuk non basis. Produksi komoditas ternak sapi potong di wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan dari luar wilayah. Kecamatan yang memiliki LQ<1 adalah di Kecamatan Batulicin (LQ=0.21), Kusan Hulu (LQ=0.63), Kusan Hilir (LQ=0.76), dan Simpang Empat (LQ=0.85).

Tabel 19 Hasil analisis LQ ternak ruminansia di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing/domba

1 Angsana 1.11 0.36 0.95 2 Batulicin 0.21 5.32 2.43 3 Karang Bintang 1.10 0.27 2.31 4 Kuranji 1.13 0.30 0.64 5 Kusan Hilir 0.76 2.27 2.00 6 Kusan Hulu 0.63 3.14 0.78 7 Mantewe 1.09 0.49 1.07 8 Satui 1.06 0.62 1.55 9 Simpang Empat 0.85 1.54 4.25 10 Sungai Loban 1.06 0.74 0.33

Sumber : Hasil olah data 2010, Keterangan : LQ=Location Quotient

Analisis LI

Kecamatan yang mempunyai angka LI mendekati 1, menunjukkan ada indikasi terjadi pemusatan aktifitas ternak sapi potong di wilayah tersebut, Artinya ternak sapi potong akan cenderung berkembang memusat di satu lokasi atau

aktifitas ternak sapi potong akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi- lokasi tertentu saja. Hasil perhitungan Localization Index (LI) terhadap populasi ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Tabel 20, menunjukkan terjadi pemusatan aktifitas pemeliharaan ternak sapi potong di Kecamatan Kusan Hulu (LI=0.02), Batulicin (LI=0.01), Kuranji (LI=0.01), Kusan Hilir (LI=0.01), Mantewe (LI=0.01) dan Sungai Loban (LI=0.01). Kecamatan yang mempunyai angka LI mendekati 0, berarti perkembangan aktifitas ternak sapi potong tidak ada perbedaan tingkat performa untuk dikembangkan di seluruh lokasi. Artinya perkembangan aktifitas ternak sapi potong cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas, wilayah ini terdapat pada Kecamatan Angsana (LI=0.00), Karang Bintang (LI=0.00), Satui (LI=0.00) dan Simpang Empat (LI=0.00).

Tabel 20 Hasil analisis LI ternak ruminansia di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing/domba

1 Angsana 0.00 0.03 0.00 2 Batulicin 0.01 0.03 0.01 3 Karang Bintang 0.00 0.03 0.06 4 Kuranji 0.01 0.04 0.02 5 Kusan Hilir 0.01 0.04 0.03 6 Kusan Hulu 0.02 0.11 0.01 7 Mantewe 0.01 0.03 0.00 8 Satui 0.00 0.01 0.02 9 Simpang Empat 0.00 0.00 0.02 10 Sungai Loban 0.01 0.04 0.11 Nilai LI 0.07 0.38 0.29

Sumber : Hasil olah data 2010, Keterangan : LI=Localization Index

Analisis SI

Kecamatan yang mempunyai angka SI mendekati 1, menunjukkan bahwa terjadi kekhasan aktifitas, kecamatan yang diamati memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan di kecamatan lain. Hasil perhitungan Specialization Index (SI), terhadap populasi ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Tabel 21, menunjukkan terjadi aktifitas khas yang relatif menonjol untuk pemeliharaan ternak sapi potong di Kecamatan Batulicin (SI=0.33), Kusan Hulu (SI=0.16), Kusan Hilir (SI=0.10). Kecamatan yang mempunyai angka SI mendekati 0, menunjukkan bahwa tidak terjadi

kekhasan aktifitas, kecamatan yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan di kecamatan lain, wilayah ini terdapat pada Kecamatan Satui (SI=0.02), Sungai Loban (SI=0.02), Mantewe (SI=0.02), Karang Bintang (SI=0.04), Angsana (SI=0.05), Kuranji (SI=0.05) dan Simpang Empat (SI=0.06).

Tabel 21 Hasil analisis SI ternak ruminansia di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kecamatan Sapi Potong Kerbau Kambing/domba Nilai SI

1 Angsana 0.05 0.05 0.00 0.10 2 Batulicin 0.33 0.32 0.01 0.66 3 Karang Bintang 0.04 0.05 0.01 0.11 4 Kuranji 0.05 0.05 0.00 0.11 5 Kusan Hilir 0.10 0.09 0.01 0.20 6 Kusan Hulu 0.16 0.16 0.00 0.32 7 Mantewe 0.04 0.04 0.00 0.08 8 Satui 0.02 0.03 0.00 0.06 9 Simpang Empat 0.06 0.04 0.02 0.13 10 Sungai Loban 0.02 0.02 0.01 0.05

Sumber : Hasil olah data 2010, Keterangan : SI=Specialization Index

Penutupan dan Penggunaan Lahan

Interpretasi citra Landsat 7 ETM+ tahun 2010 seperti disajikan pada Gambar 9 diperoleh 19 jenis penutupan/penggunaan lahan yaitu badan air, bangunan, hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan lindung, kebun, lahan terbuka, mangrove, pemukiman, perkebunan karet, perkebunan sawit, pertambangan, rawa, sawah, semak belukar, singkapan batuan, stockfile batubara, tambak dan tegalan disajikan pada Gambar 10. Dari data penutupan dan penggunaan lahan menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan lahan didominasi oleh hutan produksi 175 684 Ha (34.41%), tegalan 94 849 Ha (18.58%) dan semak belukar 64 881 Ha (12.71%). Sedangkan penggunaan lahan terkecil adalah stockfile batubara 203 Ha (0.04%) seperti disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan Penutupan dan penggunaan lahan yang baik untuk pengembangan sapi potong dibagi menjadi 2 analisis yaitu :

1. Keadaan aktual: kebun, lahan terbuka, semak belukar dan tegalan dengan total luas 171 926 Ha (33.68% dari total luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu). Sementara lahan yang sulit dialihfungsikan adalah badan

air, bangunan, hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan lindung, mangrove, perkebunan karet, perkebunan sawit, pemukiman, pertambangan, rawa, sawah, singkapan batuan, stockfile batubara dan tambak dengan total luas 338 603 Ha (66.32% dari total luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu), oleh sebab itu lahan ini selanjutnya Tidak Dinilai (TD).

2. Keadaan potensial: hutan produksi, hutan produksi terbatas, kebun, lahan terbuka, perkebunan karet, sawah, semak belukar dan tegalan dengan total luas 356 815 Ha (69.89% dari total luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu). Sementara lahan yang sulit dialihfungsikan adalah badan air, bangunan, hutan lindung, mangrove, pemukiman, perkebunan sawit, pertambangan, rawa, singkapan batuan, stockfile batubara dan tambak dengan total luas 153 714 Ha (30.11% dari total luas wilayah Kabupaten Tanah Bumbu), oleh sebab itu lahan ini selanjutnya Tidak Dinilai (TD).

Tabel 22 Jenis penutupan dan penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Penutupan Lahan Luas (Ha) Luas (%)

1 Badan Air 508 0.10

2 Bangunan 1 343 0.26

3 Hutan Produksi 175 684 34.41

4 Hutan Produksi Terbatas 482 0.09

5 Hutan Lindung 45 913 8.99 6 Kebun 8 239 1.61 7 Lahan Terbuka 3 958 0.78 8 Mangrove 3 712 0.73 9 Perkebunan Karet 5 008 0.98 10 Perkebunan Sawit 49 890 9.77 11 Permukiman 26 145 5.12 12 Pertambangan 7 915 1.55 13 Rawa 8 541 1.67 14 Sawah 3 715 0.73 15 Semak Belukar 64 881 12.71 16 Singkapan Batuan 1 499 0.29 17 Stockfile Batubara 203 0.04 18 Tambak 8 046 1.58 19 Tegalan 94 849 18.58 Total 510 529 100.00

Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong

Berdasarkan hasil penilaian secara matching antara kualitas/karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan lingkungan ekologis sapi potong diperoleh peta wilayah yang secara ekologis sesuai untuk pemeliharaan sistem gembala seperti disajikan pada Gambar 11 dan sistem kandang disajikan pada Gambar 12. Hasil penilaian kesesuaian lingkungan ekologis dengan faktor penghambatnya untuk keadaan aktual disajikan pada Lampiran 4 sedangkan keadaan potensial disajikan pada Lampiran 5. Hasil yang diperoleh tersebut merupakan basis data untuk analisis spasial dan pembuatan peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong.

Perhitungan dan analisis spasial seperti disajikan pada Tabel 23, diperoleh bahwa dalam keadaan aktual sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah bumbu adalah Tidak Dinilai (TD) yaitu 338 603 Ha (66.32%). Sedangkan dalam keadaan potensial sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah bumbu adalah Sesuai (S) yaitu 321 584 Ha (62.99%). Adanya perbedaan luas disebabkan pada keadaan aktual yang dinilai hanya kedaan saat ini yang bisa langsung dimanfaatkan untuk pemeliharaan ternak sapi potong yang terdiri dari kebun, lahan terbuka, semak belukar dan tegalan sedangkan pada keadaan potensial terdapat penambahan luas yang bersifat berpotensi untuk pemeliharaan ternak sapi potong yang terdiri dari hutan produksi, hutan produksi terbatas, kebun, lahan terbuka, perkebunan karet, sawah, semak belukar dan tegalan.

Tabel 23 Luas kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kesesuaian Sistem gembala Sistem kandang

Luas (Ha) % Luas (Ha) %

Keadaan aktual 1 S = Sesuai 136 695 26.78 148 967 29.18 2 N = Tidak sesuai 35 231 6.90 22 959 4.50 3 TD = Tidak dinilai 338 603 66.32 338 603 66.32 Keadaan potensial 1 S = Sesuai 321 584 62.99 333 856 65.39 2 N = Tidak sesuai 35 231 6.90 22 959 4.50 3 TD = Tidak dinilai 153 714 30.11 153 714 30.11

Gambar 11 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem gembala di Kabupaten Tanah Bumbu

Gambar 12 Peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong sistem kandang di Kabupaten Tanah Bumbu

Pada sistem kandang lahan-lahan yang memiliki kesesuaian (S) ternyata lebih luas daripada sistem gembala yaitu keadaan aktual 148 967 Ha (29.18%) dibandingkan 136 695 Ha (26.78%) dan keadaan potensial 333 856 Ha (65.39%) dibandingkan 321 584 Ha (62.99%), perbedaan ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat yaitu keberadaan sumber air. Faktor ini sangat berpengaruh pada sistem gembala, karena ternak yang digembalakan di lahan kering memerlukan minum pada saat merumput untuk proses metabolisme dan menurunkan suhu tubuh. Keberadaan sumber air yang minim di padang penggembalaan menyebabkan luasan kesesuaian N menjadi lebih luas di sistem gembala dibandingkan sistem kandang. Adapun faktor penghambat lain pengembangan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Tanah Bumbu adalah kelerengan (6 399 Ha atau 1.25% terletak pada kelerengan >40%, dimana wilayah yang termasuk dalam kelerengan ini termasuk kedalam kesesuaian N), pH air, dan Batuan.

Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak

Populasi ternak ruminansia dalam suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh ketersediaan hijauan makanan ternak, dimana ketersediaan hijauan makanan ternak ini diketahui berdasarkan daya dukung hijauan dan indeks daya dukung. Perhitungan luas, nilai daya dukung, indeks daya dukung, jenis penggunaan lahan, dilakukan dengan pendekatan SIG. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis spasial diperoleh tingkat ketersediaan hijauan makanan ternak berdasarkan status daya dukung hijauan seperti ditunjukkan pada Tabel 24. Berdasarkan wilayah kecamatan diperoleh daya dukung dan kapasitas peningkatan sapi potong seperti ditunjukkan pada Tabel 25.

Dari hasil perhitungan terlihat bahwa total daya dukung hijauan makanan temak di Kabupaten Tanah Bumbu pada keadaan aktual mencapai 181 516 ST sehingga masih mampu menampung tambahan ternak sapi potong sebesar 155 118 ST. Sedangkan pada keadaan potensial mencapai 211 110 ST dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 184 711 ST.

Dari hasil perhitungan terlihat luas lahan pada keadaan aktual dengan status daya dukung hijauan makanan ternak aman adalah 153 543 Ha (30.08%), status kritis adalah 18 384 Ha (3.60%) dan sisanya adalah status

lahan Tidak Dinilai (TD) dengan luas 338 603 Ha (66.32%). Pada keadaan potensial, luas lahan dengan status daya dukung hijauan aman adalah sebesar 338 254 Ha (66.26%), sedangkan kritis adalah 18 561 Ha (3.64%) dan sisanya adalah status lahan Tidak Dinilai (TD) dengan luas 153 714 Ha (30.11%).

Dari hasil ini sebagian besar lahan berada pada status aman sisanya adalah status kritis. Adanya status kritis di sini disebabkan oleh rendahnya ketersediaan dan daya dukung hijauan dan kepadatan ternaknya relatif lebih tinggi di kecamatan tertentu. Peta sebaran status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Tanah Bumbu keadaan aktual disajikan pada Gambar 13 dan keadaan potensial disajikan pada Gambar 14. Sedangkan rincian perhitungan indeks dan daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu keadaan aktual disajikan pada Lampiran 7 dan keadaan potensial disajikan pada Lampiran 8.

Daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan jenis penggunaan lahan (landuse) disajikan pada Tabel 26, pada keadaan aktual ternyata lahan tegalan mempunyai kemampuan daya dukung ternak yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan-lahan lainnya yaitu mencapai 131 593 ST, kemudian diikuti oleh lahan semak belukar 36 688 ST dan kebun sebesar 11 431 ST. Pada keadaan potensial lahan tegalan tetap mempunyai daya dukung ternak paling tinggi yaitu sebesar 125 345 ST, diikuti lahan hutan produksi 33 864 ST dan lahan semak belukar sebesar 32 415 ST. Tingginya daya dukung lahan tegalan ini disebabkan lahan tegalan cukup luas dan mempunyai indikator produktivitas pakan hijauan paling tinggi yaitu 2.875 Ton/Ha/Th.

Sedangkan berdasarkan rata-rata daya dukung perhektar pada keadaan aktual ternyata lahan kebun dan tegalan mempunyai rata-rata daya dukung paling tinggi yaitu 1.39 ST/Ha, diikuti oleh lahan semak belukar sebesar 0.57 ST/Ha. Pada keadaan potensial lahan kebun dan tegalan tetap mempunyai rata-rata daya dukung perhektar paling tinggi yaitu sebesar 1.32 ST/Ha, diikuti lahan perkebunan karet 0.94 ST/Ha. Tingginya rata-rata daya dukung perhektar lahan kebun dan tegalan ini disebabkan oleh adanya perlakuan berupa pengolahan lahan, pemupukan dan pemeliharaan, perhitungan indeks dan daya dukung

hijauan makanan ternak berdasarkan penutupan dan penggunaan lahan (Land use) di Kabupaten Tanah Bumbu keadaan aktual disajikan pada Lampiran 9 dan keadaan potensial disajikan pada Lampiran 10.

Tabel 24 Status daya dukung hijauan makanan ternak di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010

No. Status DD Luas Total DD

(ST) Rata-rata DD (ST/Ha) Ha % Keadaan aktual 1 Aman 153 543 30.08 169 690 1.11 2 Rawan - - - - 3 Kritis 18 384 3.60 11 826 0.64 4 Sangat kritis - - - - 5 Tidak dinilai (TD) 338 603 66.32 - - Total/rata-rata 510 529 100.00 181 516 1.06 Keadaan potensial 1 Aman 338 254 66.26 199 186 0.59 2 Rawan - - - - 3 Kritis 18 561 3.64 11 923 0.64 4 Sangat kritis - - - - 5 Tidak dinilai (TD) 153 714 30.11 - - Total/rata-rata 510 529 100.00 211 110 0.59

*)Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital, Keterangan : DD=Daya dukung, ST=Satuan ternak

Tabel 25 Daya dukung hijauan makanan ternak dan kapasitas peningkatan ternak sapi potong berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu (satuan ternak) No. Kecamatan Populasi ruminansia (ST) Total DD (ST) Total KP (ST) Total DD (ST) Total KP (ST)

Keadaan aktual Keadaan potensial

1 Angsana 2 287 6 994 4 708 6 994 4 708 2 Batulicin 426 12 839 12 413 13 049 12 623 3 Karang Bintang 2 448 13 513 11 066 16 568 14 120 4 Kuranji 3 328 11 435 8 106 11 435 8 106 5 Kusan Hilir 1 577 13 890 12 313 15 597 14 020 6 Kusan Hulu 2 813 33 005 30 193 44 788 41 976 7 Mantewe 3 047 27 525 24 478 34 777 31 730 8 Satui 1 887 24 115 22 228 28 607 26 720 9 Simpang Empat 274 26 373 26 099 27 372 27 097 10 Sungai Loban 8 313 11 826 3 513 11 923 3 611 Tanah Bumbu 26 399 181 516 155 118 211 110 184 711

*)Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital, Keterangan : ST=Satuan ternak, DD=Daya

Gambar 13 Peta status daya dukung hijauan makanan ternak keadaan aktual di Kabupaten Tanah Bumbu

Gambar 14 Peta status daya dukung hijauan makanan ternak keadaan potensial di Kabupaten Tanah Bumbu

Tabel 26 Daya dukung hijauan makanan ternak berdasarkan land use di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Land Use Luas (Ha) Total DD (ST) Rata-rata DD (ST/Ha)

Keadaan aktual 1 Kebun 8 239 11 431 1.39 2 Tegalan 94 849 131 593 1.39 3 Semak Belukar 64 881 36 688 0.57 4 Lahan Terbuka 3 958 1 804 0.46 Total 171 926 181 516 1.06 Keadaan potensial 1 Hutan Produksi 175 684 33 864 0.19

2 Hutan Produksi Terbatas 482 93 0.19

3 Lahan Terbuka 3 958 1 544 0.39 4 Semak Belukar 64 881 32 415 0.50 5 Sawah 3 715 2 263 0.61 6 Perkebunan Karet 5 008 4 697 0.94 7 Kebun 8 239 10 888 1.32 8 Tegalan 94 849 125 345 1.32 Total 356 815 211 110 0.59

*)Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital, Keterangan : DD=Daya dukung, ST=Satuan

ternak

Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Sapi Potong

Prioritas Arahan lahan Pengembangan Sapi Potong

Penetapan prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong didasarkan pada lahan-lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S), tingkat kemampuan lahan menyediakan hijauan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak dan ketersediaan lahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Bumbu. Adapun peta jenis pemanfaatan lahan berdasarkan RTRW Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Gambar 15 dan rinciannya disajikan pada Tabel 27.

Penentuan urutan prioritas arahan adalahdidasarkan pada nilai indeks daya dukung hijauan makanan ternak. Prioritas arahan pengembangan sapi potong sistem gembala disajikan pada Tabel 28 dan sistem kandang Tabel 29. Sedangkan peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala keadaan aktual disajikan pada Gambar 16 keadaan potensial disajikan pada Gambar 17 dan peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem kandang keadaan aktual disajikan pada Gambar 18 keadaan potensial disajikan

pada Gambar 19.

Berdasarkan analisis tersebut didapatkan lahan prioritas I sampai dengan IV yang merupakan lahan-lahan sesuai sebagai lingkungan ekologis sapi potong dengan urutan prioritasnya berdasarkan indeks daya dukung hijauan makanan ternak, dimana prioritas I lebih mampu rnenyediakan hijauan makanan ternak dibandingkan dengan prioritas II, demikian seterusnya. Indeks daya dukung ini dapat dijadikan urutan prioritas arahan lahan untuk pengembangan sapi potong dengan memperhatikan besarnya kapasitas peningkatan sapi potong.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada keadaan aktual total daya dukung sapi potong sistem gembala adalah 139 989 ST dan total kapasitas peningkatan sapi potong adalah sebesar 113 590 ST atau rata-rata 0.79 ST/Ha, keadaan potensial total daya dukung 164 463 ST dan total kapasitas peningkatan sapi potong adalah sebesar 138 064 ST atau rata-rata 0.49 ST/Ha. Perhitungan indeks dan daya dukung hijauan makanan ternak yang digunakan untuk prioritas arahan pengembangan sapi potong sistem gembala pada keadaan aktual di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Lampiran 11 dan keadaan potensial disajikan pada Lampiran 12.

Tabel 27 Jenis penutupan dan penggunaan lahan berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Bumbu

No. Penutupan lahan peta RTRW Total (Ha) %

1 Budidaya perikanan 4 824 0.94

2 Budidaya perkebunan 217 226 42.55

3 Cagar alam 3 347 0.66

4 Hutan lindung 104 766 20.52

5 Hutan produksi 71 109 13.93

6 Hutan produksi terbatas 25 762 5.05

7 Kawasan budidaya lahan kering 56 425 11.05

8 Kawasan industri dan pergudangan 679 0.13

9 Kawasan lahan basah 12 485 2.45

10 Kawasan pelabuhan 2 735 0.54

11 Kawasan wisata 217 0.04

12 Pemukiman 8 783 1.72

13 Rawa setiung 2 170 0.43

Total (Ha) 510 529 100.00

Gambar 15 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004

Gambar 16 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala keadaan aktual di Kabupaten Tanah Bumbu

Gambar 17 Peta prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong sistem gembala keadaan potensial di Kabupaten Tanah Bumbu

Tabel 28 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem gembala di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Prioritas arahan lahan Lahan kls kesesuaian S (Ha) % Populasi ruminansia (ST) Total DD (ST) IDD Hijauan Total KP (ST) Rata- rata KP (ST/Ha) Keadaan aktual 1 Prioritas I 7 020 1.38 1 265 9 895 7.82 8 629 1.08 2 Prioritas II 70 431 13.80 14 564 100 819 6.92 86 256 1.03 3 Prioritas III 44 275 8.67 9 962 27 656 2.78 17 694 0.37 4 Prioritas IV 3 394 0.66 608 1 619 2.66 1 011 0.28 Bukan prioritas 385 409 75.49 - - - - - Total/rata-rata 510 529 100.00 26 399 139 989 5.30 113 590 0.79 Keadaan potensial 1 Prioritas I 4 172 0.82 293 2 342 8.00 2 050 0.49 2 Prioritas II 114 664 22.46 3 404 26 752 7.86 23 348 0.20 3 Prioritas III 55 554 10.88 4 580 30 581 6.68 26 002 0.40 4 Prioritas IV 78 136 15.30 18 122 104 787 5.78 86 665 0.89 Bukan prioritas 258 003 50.54 - - - - - Total/rata-rata 510 529 100.00 26 399 164 463 6.23 138 064 0.49

*)Urutan prioritas berdasarkan IDD Hijauan, Keterangan : S=Sesuai, ST=Satuan ternak, DD=Daya dukung, IDD=Indeks daya dukung, KP=Kapasitas peningkatan

Tabel 29 Prioritas arahan lahan dan kapasitas peningkatan sapi potong sistem kandang di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Prioritas arahan lahan Lahan kls kesesuaian S (Ha) % Populasi ruminansia (ST) Total DD (ST) IDD Hijauan Total KP (ST) Rata- rata KP (ST/Ha) Keadaan aktual 1 Prioritas I 7 020 1.38 1 265 9 895 7.82 8 629 1.08 2 Prioritas II 78 863 15.45 14 564 111 446 7.65 96 882 1.16 3 Prioritas III 44 322 8.68 9 962 27 677 2.78 17 714 0.37 4 Prioritas IV 3 394 0.66 608 1 619 2.66 1 011 0.28 Bukan prioritas 376 930 73.83 - - - - - Total/rata-rata 510 529 100.00 26 399 150 636 5.71 124 237 0.87 Keadaan potensial 1 Prioritas I 4 172 0.82 293 2 342 8.00 2 050 0.49 2 Prioritas II 114 676 22.46 3 404 26 756 7.86 23 352 0.20 3 Prioritas III 55 630 10.90 4 580 30 614 6.68 26 035 0.40 4 Prioritas IV 89 800 17.59 18 122 119 486 6.59 101 364 1.04 Bukan prioritas 246 252 48.23 - - - - - Total/rata-rata 510 529 100.00 26 399 179 199 6.79 152 800 0.54

*)Urutan prioritas berdasarkan IDD Hijauan, Keterangan : S=Sesuai, ST=Satuan ternak, DD=Daya dukung,

IDD=Indeks daya dukung, KP=Kapasitas peningkatan

Sedangkan pada keadaan aktual total daya dukung sapi potong sistem kandang adalah 150 636 ST dan total kapasitas peningkatan sapi potong adalah

sebesar 124 237 ST atau 0.87 ST/Ha, keadaan potensial total daya dukung 179 199 ST dan total kapasitas peningkatan sapi potong adalah sebesar 152 800 ST atau rata-rata 0.54 ST/Ha. Perhitungan indeks dan daya dukung hijauan makanan ternak yang digunakan untuk prioritas arahan pengembangan sapi potong sistem kandang pada keadaan aktual di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Lampiran 13 dan keadaan potensial disajikan pada Lampiran 14.

Dari hasil perhitungan, untuk sistem gembala :

1. Lahan prioritas I keadaan aktual adalah kebun merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 9 895 ST, indeks daya dukung hijauan 7.82 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 8 629 ST atau rata-rata 1.08 ST/Ha. Lahan prioritas I keadaan potensial adalah hutan produksi terbatas dan sawah merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 2 342 ST, indeks daya dukung hijauan 8.00 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 2 050 ST atau rata-rata 0.49 ST/Ha.

2. Lahan prioritas II keadaan aktual adalah tegalan merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 100 819 ST, indeks daya dukung hijauan 6.92 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 86 256 ST atau rata- rata 1.03 ST/Ha. Lahan prioritas II keadaan potensial adalah hutan produksi dan lahan terbuka merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 26 752 ST, indeks daya dukung hijauan 7.86 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 23 348 ST atau rata-rata 0.20 ST/Ha.

3. Lahan prioritas III keadaan aktual adalah semak belukar merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 27 656 ST,

indeks daya dukung hijauan 2.78 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 17 694 ST atau rata-rata 0.37 ST/Ha. Lahan prioritas III keadaan potensial adalah perkebunan karet dan semak belukar merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 30 581 ST, indeks daya dukung hijauan 6.68 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 26 002 ST atau rata-rata 0.40 ST/Ha.

4. Lahan prioritas IV keadaan aktual adalah lahan terbuka merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 1 619 ST, indeks daya dukung hijauan 2.66 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 1 011 ST atau rata-rata 0.28 ST/Ha. Lahan prioritas IV keadaan potensial adalah kebun dan tegalan merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 104 787 ST, indeks daya dukung hijauan 5.78 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 86 665 ST atau rata-rata 0.89 ST/Ha.

Dari hasil perhitungan, untuk sistem kandang :

1. Lahan prioritas I keadaan aktual adalah kebun merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 9 895 ST, indeks daya dukung hijauan 7.82 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 8 629 ST atau rata-rata 1.08 ST/Ha. Lahan prioritas I keadaan potensial adalah hutan produksi terbatas dan sawah merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong dengan tingkat ketersediaan hijauan pada status aman, mempunyai total daya dukung sebesar 2 342 ST, indeks daya dukung hijauan 8.00 sehingga masih mampu menerima tambahan sapi potong dengan kapasitas peningkatan sapi potong sebesar 2 050 ST atau rata-rata 0.49 ST/Ha.

Dokumen terkait