• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Lanskap

Hasil interaksi masyarakat suku Batak Simalungun dengan lingkungan tempat mereka tinggal paling tidak menghasilkan lima unit lanskap yaitu huta yang sering disebut kampung (daerah sekitar tempat tinggal penduduk), kobun (kebun yang umumnya berisi tanaman yang lebih homogen), juma (ladang yang umumnya berisi tanaman yang heterogen), harangan (hutan sekunder), dan harangan toras (hutan sekunder tua. Masing-masing unit lanskap memiliki fungsi yang berbeda-beda dan dicirikan oleh tutupan vegetasi (fisiognomi) yang berbeda pula (Gambar 2). Oleh karena itu setiap unit lanskap memiliki struktur dan komposisi yang beda sesuai dengan fungsi masing-masing unit lanskap itu. 1. Huta merupakan perkampungan tempat di mana masyarakat tinggal, termasuk

pekarangan dan rumah tempat tinggal masyarakat. Banyak spesies tumbuhan di pekarangan rumah masyarakat suku Batak Simalungun yang tinggal di dekat cagar alam DTR. Masyarakat suku Batak Simalungun menanam berbagai tumbuhan yang biasa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari di pekarangan rumahnya seperti buah-buahan, sayuran, bumbu masakan dan tanaman hias. Tanaman buah yang ditanam meliputi papaya (Carica papaya), jambu air (Syzigium aqueum), jambu batu (Psidium guajava), mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), dan lainnya. Tanaman untuk bumbu masakan yang ditanam adalah hunir (Curcuma domestica), kencur (Kaemferia galaga), laos (Alpinia galaga), serai (Cymbopogon citratus), pandan wangi (Pandanus amarylifolius), siak etek (Capsicum frutescens), tomat (Solanum lycopersicum) dan rimbang (Solanum torvum). Tanaman sayuran yang ditanam yaitu terong (Solanum melongena), daun singkong (Manihot utilisima) dan beberapa spesies tanaman hias yang ditanam di pot maupun langsung di tanah seperti mawar (Rosa sp.), melati (Jasminum sambac), bunga kertas (Bougainvillea sp.), beberapa spesies keladi-keladian (Aglonema sp.), bunga pacar air (Impatiens balsamina), bambu-bambuan (Bambusa sp.) serta beberapa tanaman berbunga lainnya. Tanah di pekarangan rumah mereka biasanya lebih kering dan daerahnya terbuka dari pada lanskap lainnya (juma, kobun, harangan dan harangan toras).

2. Juma merupakan daerah perladangan yang sering ditanami tumbuhan yang heterogen dan susunan tanamannya juga tidak beraturan. Tumbuhan yang biasanya ditanam di juma adalah tumbuhan kebutuhan sehari-hari seperti bawang batak (Allium sp.), hunir (Curcuma domestica), kencur (Kaemferia galaga), laos (Alpinia galaga), serai (Cymbopogon citratus), padi (Oriza sativa), siak etek (Capsicum frutescens), tomat (Solanum lycopersicum), kangkung (Ipomea aquatica) dan rimbang (Solanum torvum). Apabila hasil panen dari juma banyak, masyarakat menjualnya ke pekan (pusat tempat jual beli hasil panen dan kebutuhan masyarakat di desa yang biasanya dilaksanakan seminggu sekali). Tanah yang ditemukan pada lanskap juma biasanya sangat subur. Jika tanah pada juma mulai kurang subur maka masyarakat membiarkan juma beberapa waktu tanpa melakukan penanaman di daerah tersebut sampai kesuburan kembali lagi. Beberapa masyarakat

menggunakan pupuk untuk mengembalikan kesuburan tanah pada lanskap juma.

Gambar 2 Macam lanskap di suku Batak Simalungun. A. Huta, B. Juma, C. Kobun sawit, D. Kobun karet, E. Harangan , F. Harangan toras

3. Kobun merupakan daerah perladangan yang biasanya tidak jauh dari huta. Kobun memiliki jarak 100-10.000 meter dari huta. Pada lanskap kobun biasanya ditanam tanaman yang lebih homogen pada daerah yang agak luas. Spesies-spesies tumbuhan yang biasanya ditanam di kobun adalah karet (Havea braziliensis), kopi (Coffea sp.), sawit (Elaeis guineensis), ubi kayu A E D B C F

(Manihot utilisima), siak (Capsicum annum), siak etek (Capsicum frutescens), jage (Zingiber officinale), kencur (Kaemferia galaga), dan terong (Solanum melongena).

4. Harangan merupakan kawasan yang masyarakat suku Batak Simalungun mengangapnya sebagai hutan sekunder muda. Hutan sekunder muda yang dimaksud adalah kawasan hutan yang masih sering dilewati masyarakat dengan jalan setapak dan beberapa tumbuhan dan hewannya masih dimanfaatkan masyarakat untuk pemenuhan berbagai kebutuhan mereka. Kawasan ini bersebelahan dengan kobun dan juma masyarakat. Tumbuhan yang tumbuh di dalamnya sangat beranekaragam dan cukup rimbun sehingga tidak semua bagian dari lantai hutan dapat memperoleh cahaya matahari langsung. Cahaya matahari yang dapat masuk lantai hutan biasanya 40-70 %. Pada lanskap ini ditumbuhi oleh berbagai macam tumbuhan berkayu, liana, semak, herba, paku-pakuan dan berbagai spesies lumut. Kesuburan tanah pada lanskap ini juga tinggi. Hal tersebut ditandai dengan baiknya pertumbuhan vegetasi di dalamnnya.

5. Harangan toras merupakan kawasan hutan yang hampir tidak dijamah manusia. Hutan primer dan bahkan sekunder tuapun dimasukkan dalam ketegori harangan toras. Pada lanskap ini lantai hutan biasanya sangat padat dengan serasah dan tumbuh beberapa spesies tumbuhan berkayu yang besar serta beberapa liana. Cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan juga lebih sedikit dari pada harangan. Pohon-pohon pada lanskap ini tumbuh menjulang tinggi dengan diameter yang cukup besar.

Hampir seluruh kawasan cagar alam DTR termasuk dalam lanskap harangan, hanya 0,05 % yang merupakan lanskap harangan toras. Lanskap yang dikategorikan di atas memiliki posisi yang tersebar di kecamatan Silau Kahean khususnya wilayah yang berbatasan dengan cagar alam DTR (Gambar 3).

Gambar 3 Rupa bumi kawasan penelitian. = Huta, = Juma, = Kobun sawit, =Kobun karet, = Cagar alam DTR, = Jalan, =Batas daerah, = Harangan toras

Masyarakat suku Batak Simalungun yang menempati desa Nagori Dolok dan Dolok Merawa memiliki pertimbangan tersendiri dalam memutuskan kategori lanskap. Masyarakat memutuskan suatu kawasan untuk menjadi juma dan kobun

dengan mempertimbangkan kesuburan tanah tersebut untuk ditanami. Perbedaan kawasan yang dimanfaatkan menjadi juma biasanya lebih datar dibandingkan yang dijadikan kobun. Pertimbangan tersebut juga berkaitan dengan intensitas pemeliharaan tumbuhan yang ditanam di kawasan tersebut. Masyarakat umumnya lebih sering mengunjungi juma dibanding kobun. Hal tersebut juga berkaitan tumbuhan yang ditanam di juma lebih membutuhkan pemeliharaan dibanding di kobun. Pertimbangan penentuan pada lanskap lain yaitu harangan yang merupakan hutan sekunder yang bisanya tidak diurus pemeliharaannya secara rutin oleh masyarakat. Lanskap juma dan kobun yang tidak diurus lebih dari 30 tahun juga dapat menjadi harangan, sedangkan jika tidak dipelihara lebih dari 80 tahun dapat dikategorikan ke dalam lanskap harangan toras yang sering disebut juga dengan hutan sekunder tua.

Hasil analisis persepsi masyarakat Batak Simalungun terhadap kecendrungan kepentingan spesies tumbuhan berguna yang ada di lima unit lanskap pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai dan peringkat terhadap unit lanskap berdasarkan persepsi gender

No. Lanskap Rata-rata

PDM Peringkat Rata-rata PDM (L) Peringkat Rata-rata PDM (P) Peringkat

Desa Dolok Merawa

1. Harangan 41 1 33 1 49 1

2. Harangan toras 6 5 9 5 4 5

3. Juma 23 2 25 2 21 2

4. Kobun 16 3 20 3 12 4

5. Huta 14 4 14 4 14 3

Desa Nagori Dolok

1. Harangan 22 2 23 2 21 3

2. Harangan toras 11 5 11 5 11 5

3. Juma 19 4 20 3 18 4

4. Kobun 22 3 18 4 26 2

5. Huta 27 1 28 1 26 1

Keterangan: PDM (L): Nilai PDM untuk laki-laki; PDM (P): Nilai PDM untuk perempuan

Persepsi dan kecendrungan masyarakat desa Dolok Merawa memandang bahwa harangan merupakan unit lanskap yang paling penting (PDM=40,9) yang merupakan sumber kebutuhan sehari-hari. Kemudian berturut-urut juma (PDM=23), kobun (PDM=15,8), huta (PDM=14,1), dan harangan toras (PDM=6). Seterusnya dalam persepsi gender yang membedakan adalah bahwa pada laki-laki unit lanskap kobun lebih penting dari pada huta. Sebaliknya dalam perspektif perempuan huta lebih penting dari kobun. Hal ini mengindikasikan bahwa kecendrungan wanita lebih banyak tinggal di pemukiman dibanding laki-laki yang harus bertanggung jawab di kobun.

Berbeda dengan masyarakat di desa Dolok Merawa, masyarakat di desa Nagori Dolok secara keseluruhan memanfaatkan tumbuhan lebih besar berasal dari lanskap huta (PDM=26,8) yang merupakan sumber kebutuhan sehari-hari. Kemudian berturut-urut harangan (PDM=21,6), kobun (PDM=21,5), juma (PDM=19,3), dan harangan toras (PDM=10,8). Dalam persepsi gender terdapat perbedaan dimana unit lanskap harangan dan juma lebih penting menurut

persepsi masyarakat laki-laki dibanding perempuan. Sebaliknya unit lanskap kobun menurut persepsi masyarakat perempuan lebih penting dari pada menurut persepsi masyarakat laki-laki.

Nilai Indeks Pengguna Lokal (LUVI)

Tumbuhan bermanfaat berdasarkan persepsi suku Batak Simalungun yang ditemukan dari cagar alam DTR memiliki spesies dengan nilai LUVI tertinggi pada masing-masing kategori pemanfaatan (Tabel 5).

Tabel 5 Nilai LUVI tertinggi pada 10 kategori pemanfaatan tumbuhan

No Pemanfaatan Nama Tumbuhan Nilai LUVI (DM) Nilai LUVI (ND)

all all

1 Obat sabal (Cinnamomum

iners)

0,014 0,012 0,015 0,007 0,005 0,009

2 Kosmetik sakka dairi

(Elatostemma sesquifolium) 0,179 0,217 0,142 0,050 0,067 0,033 3 Mebel/bahan bangunan/kera jinan meranti (Shorea trapezifolia) 0,021 0,016 0,024 0,012 0,011 0,013 4 Buah-buahan sambukbak (Alangium sp.) 0,051 0,055 0,048 0,043 0,04 0,047

5 Sayuran toppu landit

(Pseuderantherum acuminattissimum)

0,008 0,007 0,008

bagot puli (Arenga obtusifolia) 0,006 0,006 0,005 6 Bumbu masakaan asam gelugur (Garcinia atroviridis) 0,017 0,020 0,014 0,023 0,020 0,026 7 Bahan campuran minuman/gula

bagot puli (Arenga obtusifolia) 0,083 0,059 0,110 0,040 0,056 0,020 8 Bahan baku cat hajorlang (Daemonorop draco) 0,263 0,183 0,342 0,038 0,033 0,042

9 Ritual sari mandappol

(Mimosa sp2.)

0,078 0,041 0,125 0,032 0,032 0,032

10 Kayu bakar tambul-tambul

(Macaranga triloba)

0,150 0,125 0,175 0,058 0,050 0,067

Keterangan: DM: desa Dolok Merawa; ND: desa Nagori Dolok

Hajorlang (Daemonorop draco) memiliki nilai LUVI tertinggi dari seluruh kategori pemanfaatan (LUVI=0,263). Hal ini menunjukkan bahwa hajorlang (Daemonorop draco) sangat digemari oleh masyarakat suku Batak Simalungun. Nilai LUVI dari persepsi masyarakat berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan menunjuk nilai tertinggi pada spesies yang sama dengan nilai LUVI secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat pada spesies- spesies yang sangat digemari memiliki nilai LUVI tertinggi masih selaras

baik laki-laki maupun perempuan pada masyarakat desa Dolok Merawa maupun masyarakat desa Nagori Dolok.

Nilai Indeks Kepentingan Budaya (ICS)

Untuk mengetahui nilai guna setiap spesies tumbuhan berguna bagi masyarakat, hasil pengukuran terhadap indeks kepentingan budaya (ICS) berdasarkan nilai kualitas, intensitas dan eksklusivitas mengindikasikan bahwa masyarakat suku Batak Simalungun memiliki nilai kepentingan setiap spesies tumbuhan berbeda-beda, seperti terdapat pada lampiran 3. Bedasarkan hal tersebut berikut merupakan 10 tumbuhan bermanfaat dengan nilai ICS tertinggi dari seluruh kategori pemanfaatan yang ditemukan di cagar alam DTR (Gambar 4):

Gambar 4 Nilai indeks kepentingan budaya (ICS) tumbuhan di cagar alam DTR berdasarkan persepsi suku Batak Simalungun. = ICS desa Dolok Merawa, = ICS desa Nagori Dolok

Menurut persepsi suku Batak Simalungun, hobal putaran (Hoya patela) merupakan spesies tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi yaitu 8 (masyarakat desa Dolok Merawa) dan 6 (masyarakat desa Nagori Dolok). Perbedaan nilai ini disebabkan oleh kecenderungan masyarakat desa Dolok Merawa menggunakan spesies ini lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat desa Nagori Dolok (Gambar 4). Getah dari hobal putaran (Hoya patela) dimanfaatkan untuk mengobati sakit maag dan daunnya dimanfaatkan sebagai campuran jamu penambah stamina.

Spesies yang memiliki nilai tinggi berikutnya adalah pirawas (Cinnamomum porrectum) dengan nilai ICS yaitu 5,5 berdasarkan persepsi masyarakat desa Dolok Merawa maupun desa Nagori Dolok. Spesies berikutnya memiliki nilai ICS sebesar 4 yaitu sirip-rip (Tetrastigma leucostaphyllum), balik angin (Aglaia argentea), anderasi (Villebrunea rubescens), temu kunci (Gomphostemma microcalyx), dan bulung kertas (Ampelocissus cinnamomea).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hoya patela Cinnamomum porrectum Tetrastigma leucostaphylum Aglaia argentea Villebrunea rubescens Boesenbergia rotunda Zingiber sp. Chlorantus elatior Gomphostemma microcalyx Ampelocissus cinnamomea

Nilai ICS (Indeks Cultural Significant)

N am a S pe si es

Tumbuhan yang memiliki nilai ICS tertinggi yang ditemukan di cagar alam DTR berdasarkan persepsi masyarakat suku Batak Simalungun adalah kategori tumbuhan obat. Tumbuhan bermanfaat menurut persepsi suku Batak Simalungun yang ditemukan di kawasan ini didominasi oleh spesies - spesies tumbuhan obat.

Nilai ICS tertinggi berdasarkan persepsi masyarakat suku Batak Simalungun di desa Dolok Merawa adalah hobal putaran (Hoya patela) dengan nilai ICS=8 yang termasuk pada kategori manfaat sebagai obat (Lampiran 3). Spesies ini memiliki dua manfaat pada kategori obat yaitu bagian daunnya dimanfaatkan untuk campuran jamu yang berkhasiat menambah stamina tubuh. Bagian lain dari tumbuhan ini yang dimanfaatkan adalah getahnya yang dapat memperbaiki dinding lambung yang rusak. Senyawa aktif yang terkandung dalam tetumbuhan tersebut berguna memperbaiki luka pada lambung dan sebagai anti bakteri yang masuk ke lambung bersama makanan. Zaeer et al. (2010) menyatakan beberapa spesies dari famili Apocynaceae mengandung senyawa anti bakteri.

Pada kategori lain bahan kosmetik, sakka dairi (Elatostemma sesquifolium) dengan nilai ICS=2 menjadi tumbuhan satu-satunya yang ditemukan di cagar alam DTR. Sakka dairi pada jaman dulu dimanfaatkan masyarakat tradisional suku Batak Simalungun sebagai bahan penghalus rambut. Air perasan daun tumbuhan ini bermanfaat sama seperti kondisioner sampo pada saat ini. Pada kategori perabot/mebel/bahan kerajinan, rupas (Arthocarpus rigidus) dengan nilai ICS=3 yang masih berkerabat dekat dengan nangka (Arthocarpus integer) memiliki batang yang cukup kuat dan sering dimanfaatkan masyarakat untuk bahan dasar perabot, kusen jendela, pintu maupun bagian lain dari bangunan. Selain pada kategori perabot, pada kategori buah adalah rupas (Arthocarpus rigidus) juga sangat digemari dengan nilai ICS=1, dimana buahnya dapat langsung dimakan. Untuk kategori sayuran adalah toppu hayu (Claoxylon longifolium) yang ditemukan di harangan menjadi spesies yang favorit oleh suku Batak Simalungun dengan nilai ICS=1. Masyarakat menggunakan pucuk mudanya sebagai bahan utama sayur. Toppu hayu (Claoxylon longifolium) dimasak bersama dengan santan atau ditumis. Kategori lainnya yang favorit adalah bumbu masakan, yang menjadi spesies terfavorit adalah asam gelugur (Garcinia athoviridis) dengan nilai ICS=1, buahnya dimanfaatkan sebagai penambah rasa asam dan penyegar masakan. Pada kategori campuran minuman/gula dikenal spesies tumbuhan yang memiliki khasiat yang sangat mirip dengan teh yaitu pizor holing (Psycotria laseluensis) dengan nilai ICS=1, daunnya diracik seperti pembuatan teh dan biasanya diseduh dalam keadaan telah dikeringkan.

Kategori pewarna yang paling digemari oleh masyarakat yang memilliki minat pada bidang ekonomis adalah hajorlang (Daemonorop draco) dengan nilai ICS=1 yang merupakan satu-satunya tumbuhan pewarna yang dimanfaatkan masyarakat dan ditemukan di kawasan cagar alam DTR. Buahnya yang memiliki nilai ekonomis tinggi mengakibatkan masyarakat membudidayakannya demi menjaga kelestariaanya. kategori lain yang tidak pernah lepas dari suatu masyarakat tradisional adalah tumbuhan sebagai bahan ritual. Sarimandappol (Mimosa sp.) dengan nilai ICS=1 merupakan spesies terfavorit. Spesies ini biasanya dimanfaatkan sebagai campuran bahan makanan pada upacara tolak bala. Pada kategori lain yaitu sebagai kayu bakar, tambul-tambul (Macaranga triloga)

dengan nilai ICS=1, dipercaya memiliki kualitas sangat baik sebagai kayu bakar dan tidak menghasilkan asap yang mengepul saat dibakar.

Nilai ICS tertinggi berdasarkan persepsi masyarakat suku Batak Simalungun di desa Nagori Dolok pada umumnya sama dengan persepsi masyarakat desa Dolok merawa kecuali, beberapa tumbuhan pada kategori manfaat sebagai obat yaitu hobal putaran (Hoya patela) dengan nilai ICS=6; kategori perabot yaitu pirawas (Cinnamomum porrectum) dengan nilai ICS=1,5, dimana batang dari pirawas ini memiliki rongga ditengahnya sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan gendang pada alat musik tradisional suku Batak. Kategori pemanfaatan tumbuhan lainnya adalah sebagai campuran minuman/gula, yang memiliki nilai ICS tertinggi adalah anduppar (Aglaia sp.) dengan nilai ICS=2.

Kategori Pengelompokan Sumber Daya Tumbuh-tumbuhan di Masing-masing Unit Lanskap

Masyarakat suku Batak Simalungun yang menghuni kawasan sekitar cagar alam DTR mengelompokkan 10 kategori pemanfaatan tumbuhan yang ditemukan di cagar alam DTR. Masyarakat suku Batak Simalungun tersebut memiliki perbedaan kecenderungan berbeda dalam memanfaatkan tumbuhan dari masing-masing lanskap. Pada masyarakat desa Dolok Merawa perbedaan tersebut ditampilkan dengan perbedaan nilai PDM yang mereka berikan (Tabel 6).

Berdasarkan nilai PDM (Tabel 6), menurut persepsi masyarakat desa Dolok Merawa diketahui beberapa pemanfaatan memiliki nilai PDM yang termasuk pada kategori tinggi. Pada lanskap harangan yang termasuk kategori tinggi yaitu pemanfaatan tumbuhan sebagai campuran minuman, obat, pewarna, bahan kerajinan/bahan perabot, bahan kosmetik, ritual, sedangkan menurut persepsi masyarakat desa Nagori Dolok, pada lanskap harangan pemanfaatan tumbuhan yang termasuk kategori tinggi adalah sebagai obat, campuran minuman, dan bahan kerajinan/mebel/perabot. Menurut masyarakat desa Dolok Merawa pada lanskap harangan toras yang termasuk kategori tinggi adalah pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna, bahan baku mebel/bahan perabot/bahan kerajinan, obat sedangkan menurut masyarakat Nagori Dolok tumbuhan yang termasuk pada kategori tinggi adalah sebagai bahan kerajinan, bahan campuran minuman, dan obat.

Pada daerah perladangan yaitu pada lanskap juma menurut persepsi masyarakat desa Dolok Merawa yang termasuk kategori tinggi adalah pemanfaatan yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari meliputi sebagai bumbu masakan, buah, sayuran, dan kayu bakar. Pendapat berbeda menurut persepsi masyarakat desa Nagori Dolok pada lanskap juma, pemanfaaatan tumbuhan yang termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebagai sayur, pewarna, kayu bakar, dan buah-buahan. Pada lanskap kobun yang termasuk kategori tinggi yaitu pemanfaatan tumbuhan sebagai sayuran, kayu bakar, dan bumbu masakan. Perbedaan ditemukan berdasarkan persepsi masyarakat desa Nagori Dolok pada lanskap kobun, pemanfaatan tumbuhan yang temasuk dalam kategori tinggi yaitu buah, kayu bakar dan sayuran.

Tabel 6 Nilai PDM lanskap terhadap 10 kategori pemanfaatan oleh suku Batak Simalungun

Lanskap

No. Pemanfaatan Harangan Harangan

Toras Juma Kebun Huta Desa Dolok Merawa

1 Obat 63 10 10 9 8

2 Bahan Kosmetik 43 5 14 14 24

3 Perabot/B. Konstruksi/

Kerajinan 60 10 11 10 9

4 Buah langsung dimakan 19 3 51 14 13

5 Sayuran 7 2 26 35 30 6 Bumbu Masakan 10 1 55 17 17 7 Minuman 66 8 10 9 7 8 Pewarna 63 11 12 10 4 9 Ritual 42 7 15 14 22 10 Kayu Bakar 36 4 26 26 8 Rata-Rata 41 6 23 16 14 Peringkat Total 1 5 2 3 4

DesaNagori Dolok

1 Obat 43 23 9 9 16 2 Bahan Kosmetik 12 0 16 20 52 3 Perabot/B. Konstruksi/ Kerajinan 42 41 6 1 10 4 Buah/langsung dimakan 15 0 29 52 4 5 Sayuran 6 2 40 40 12 6 Bumbu Masakan 24 11 11 14 40 7 Minuman 43 28 4 5 20 8 Pewarna 9 0 31 20 40 9 Ritual 8 0 20 12 60 10 Kayu Bakar 14 3 27 42 14 Rata-Rata 22 11 19 22 27 Peringkat Total 2 5 4 3 1

Menurut persepsi masyarakat desa Dolok Merawa pada lanskap huta, kategori pemanfaatan tumbuhan yang termasuk dalam kategori tertinggi yaitu sebagai bahan ritual, sedangkan menurut persepsi masyarakat desa Nagori Dolok yang termasuk kategori tinggi yaitu pemanfaatan tumbuhan sebagai sayuran, bahan ritual, bumbu masakan, dan bahan kosmetik. Sedikit perbedaan penggunaan tumbuhan dalam pemenuhan kebutuhan biasa terjadi antara desa yang bersebelahan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi masyarakat dengan tumbuhan dan ketersediaan tumbuhan tersebut di alam.

Menurut persepsi masyarakat desa Dolok Merawa, harangan merupakan lanskap yang menempati peringkat nilai PDM tertinggi dan harangan toras merupakan lanskap yang menempati peringkat terendah sedangkan. Hal yang berbeda pada masyarakat desa Dolok Merawa lebih cenderung memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari lanskap harangan (cagar alam DTR). Hal tersebut disebabkan desa ini lebih dekat dan bebatasan lansung dengan cagar alam DTR. Berbeda halnya dengan persepsi masyarakat desa Nagori Dolok berdasarkan nilai PDM pada pemanfaatan tumbuhan, huta merupakan lanskap yang menempati peringkat tertinggi dan harangan toras menempati peringkat terendah.

Masyarakat desa Nagori Dolok yang cenderung memanfaatkan tumbuhan dari lanskap huta (kampung), dimana letak desa ini lebih jauh dari cagar alam DTR. Hal tersebut yang menjadi alasan masyarakat memanfaatkan tumbuhan dari sekitar tempat tinggal mereka (lanskap huta). Selain jarak desa ini yng lebih jauh, jalan yang dapat digunakan menuju cagar alam DTR juga mengalami kerusakan dan sulit untuk dilalui.

Kekayaan dan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Tumbuhan bermanfaat berdasarkan jumlah spesies tertinggi yang ditemukan di kawasan cagar alam DTR disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan persepsi masyarakat suku Batak Simalungun, tumbuhan bermanfaat yang ditemukan di dalam cagar alam DTR sebanyak 111 spesies yang termasuk dalam 88 genera dan 51 famili (Lampiran 1). Berikut merupakan famili tumbuhan bermanfaat yang memiliki jumlah spesies tertinggi:

Gambar 5 Famili dominan tumbuhan bermanfaat dengan jumlah genus dan spesies tertinggi di cagar alam DTR. = spesies, = genera

Famili Euphorbiacea dan Arecaceae merupakan famili tumbuhan bermanfaat yang meliliki jumlah spesies terbanyak yaitu masing-masing delapan spesies, tetapi jumlah genera kedua famili berbeda (Gambar 5). Jumlah spesies terbanyak berikutnya adalah berasal dari famili Moraceae (4 genera, 6 spesies), Rubiacea (5 genera, 5 spesies), Apocynaceae (3 genera, 5 spesies). Cagar alam DTR terletak di daerah tropis, sesuai dengan Richards (1981) yang menyatakan vegetasi dasar yang sering dijumpai pada hutan hujan tropis adalah spesies-spesies dari famili Araceae, Begoniaceae, Commelinaceae, Orchidaceae, Urticaceae, Zingiberaceae, serta tumbuhan menjalar seperti genus Calamus, Drypetes, Smilax, dan Tectaria. Selain itu, cagar alam DTR juga termasuk hutan sekunder. Berdasarkan penelitian sebelumnya, hutan sekunder seperti Taman Nasional Batang Gadis umumnya didominasi oleh famili Dipterocarpaceae dan Euphorbiaceae (Kartawinata 2004; Kuswanda & Bambang 2008).

Tumbuhan bermanfaat di cagar alam DTR berdasarkan persepsi suku Batak Simalungun terdiri dari 8 spesies bermanfaat sebagai buah-buahan, 6 spesies

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Euphorbiaceae Arecaceae Moraceae Rubiaceae Apocynaceae

bermanfaat sebagai sayuran, 6 spesies bermanfaat sebagai bumbu masakan, 5 spesies bermanfaat sebagai campuran minuman dan gula, 62 spesies bermanfaat sebagai obat, 34 spesies bermanfaat sebagai bahan bangunan/perabot/ bahan kerajinan, 1 spesies bermanfaat sebagai pewarna, 1 spesies bermanfaat sebagai bahan kosmetik, 2 spesies bermanfaat sebagai bahan ritual, dan 1 spesies yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar bermutu baik (Gambar 6). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa di dalam cagar alam DTR, tumbuhan dengan spesies terbanyak adalah berpotensi sebagai obat-obatan dan bahan perabot/bangunan (Lampiran 1).

Gambar 6 Jumlah spesies tumbuhan pada tiap kategori pemanfaatan. : spesies tumbuhan yang memiliki satu kategori manfaat, : spesies tumbuhan yang memiliki lebih dari satu kategori manfaat

Spesies-spesies tumbuhan bermanfaat yang ditemukan di cagar alam DTR dan dikategorikan masyarakat dari dua desa yaitu Dolok Merawa dan Nagori Dolok hampir sama secara keseluruhan, tetapi terdapat persepsi yang sedikit berbeda pada kegemaran dalam memanfaatkan beberapa tumbuhan dan penyebutan nama lokal. Sebagai contoh, tumbuhan dengan nama daerah sabal oleh masyarakat desa Dolok Merwa sedangkan masyarakat desa Nagori Dolok mengenal tumbuhan tersebut dengan nama daerah sabal bolon, dimana menunjuk pada spesies yang sama yaitu Cinnamomum iners. Spesies lain yang juga memiliki penyebutan nama daerah yang berbeda adalah Pterospermum heterophyllum, masyarakat desa Dolok Merawa mengenal dengan nama bayur sedangkan masyarakat Nagori Dolok mengenal dengan nama daerah teluk bayur. Hal lain yang berbeda adalah manfaat pada spesies tertentu sedikit berbeda, contohnya masyarakat desa Dolok Merawa mengetahui manfaat dari temu ring-ring (Gomphostemma microcalyx) sebagai obat sesak dan terkilir sedangkan masyarakat desa Nagori Dolok menyatakan manfaatnya sebagai obat campak.

Satu spesies tumbuhan bermanfaat menurut masyarakat suku Batak Simalungun tidak hanya memiliki satu manfaat, tetapi beberapa spesies tumbuhan memiliki lebih dari satu manfaat (Tabel 7).

Tumbuhan yang memiliki lebih dari satu manfaat berdasarkan persepsi masyarakat suku Batak Simalungun merupakan tumbuhan yang penting. Semakin banyak manfaat dari suatu tumbuhan maka tumbuhan tersebut akan memiliki tingkat kefavoritan yang semakin tinggi pula (Turner 1988).

Tabel 7 Tumbuhan bermanfaat yang ditemukan di cagar alam DTR dengan lebih dari satu pemanfaatan, macam pemanfaatan, dan bagian yang dimanfaatkan

Nama spesies Pemanfaatan Bagian yang dimanfaatkan

Bagot puli (Arenga obtusifolia) sayur daun muda

bahan minuman air tangkai batang

Dokumen terkait