• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara umum, perbedaan ukuran saringan pada alat penggiling tulang sapi kering memberikan pengaruh terhadap kadar air tepung tulang, rendemen, bahan tertinggal dan kehalusan saringan tepung tulang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Parameter Perlakuan KadarAir Tepung Tulang (%) Rendemen (%) Bahan Tertinggal (%) Kehalusan Saringan Tepung Tulang (%) M1 1,563 96,667 2,000 51,117 M2 0,857 93,667 4,000 52,767 M3 0,203 93,667 3,667 30,687

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa kadar air tepung tulang tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1,563 % dan kadar air tepung tulang terendah terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 0,203 %. Rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 96,667 % dan rendemen terendah terdapat pada perlakuan M2 dan M3 yaitu sebesar 93,667 %. Sementa itu persentase bahan tertinggal tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 4,000 % sedangkan persentase bahan tertinggal terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 2,000. Untuk persentase kehalusan saringan tepung tulang tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 52,767 % sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan M3 yaitu sebesar 30,687 %.

Pengaruh Ukuran Lubang Saringan terhadap Kadar Air Tepung Tulang Kadar air tepung tulang setiap beda ukuran lubang saringan perlu diketahui agar dapat disesuaikan dengan standar. Menurut SNI tepung tulang (1992), kadar air maksimal tepung tulang yang diizinkan yaitu 8%. Hasil sidik ragam

22

(lampiran 2) menunjukkan bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air tepung tulang. Hasil pengujian dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) yang menunjukan pengaruh perbedaan ukuran lubang saringan pada alat terhadap kadar air tepung tulang pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4. Hasil uji DMRT pengujian variasi ukuran lubang saringan pada alat terhadap kadar air tepung tulang

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

1 - - M3 0,203 a A

2 0,37051 0,56143 M2 0,857 b B

3 0,38400 0,58242 M1 1,563 c C

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan yang satu berbeda sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan M3 dengan ukuran lubang saringan 250 mesh merupakan perlakuan terbaik. Hubungan perbedaan ukuran lubang saringan dengan kadar air tepung tulang dapat dilihat dari grafik berikut

Gambar 1. Grafik hubungan ukuran lubang saringan dengan kadar air tepung tulang y = -0.0136x + 3.5943 R² = 0.9995 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 0 50 100 150 200 250 300 K ad ar ai r t ep u n g t u lan g (% )

23

Berdasarkan Gambar 1 menunjukan persamaan regresi ŷ = -0,0136x + 3,5943 nilai -0,0136x menyatakan nilai yang negatif artinya semakin besar ukuran lubang saringan (x) maka semakin rendah kadar air tepung tulang (ŷ). Nilai 0,9995 menunjukkan nilai koefisien korelasi. Berdasarkan literatur Muinah (2011), nilai koefisien korelasi antara 0,800-1,000 menunjukkan tingkat hubungan antara dua variabel yang sangat kuat. Nilai ini juga berarti bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberi pengaruh sebesar 99,95% terhadap kadar air tepung tulang.

Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin besar ukuran lubang saringan maka kadar air tepung tulang semakin rendah dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh semakin besar ukuran lubang saringan maka waktu penggilingan tepung tulang akan semakin lama. Rata-rata waktu penggilingan tepung tulang pada perlakuan M1 yaitu 16,95 menit, M2 yaitu 19,18 menit dan M3 yaitu 25,74 menit. Waktu penggilingan yang lama akan menyebabkan panas yang dihasilkan oleh motor bakar akan berpindah ke bahan sehingga ukuran lubang saringan yang lebih besar memiliki kadar air tepung tulang tertinggi. Hal ini sesuai dengan literatur Wijaya (2013) yang menyatakan bahwa Energi kimia bahan bakar pertama diubah menjadi energi panas melalui proses pembakaran atau oksidasi dengan udara dalam mesin, energi panas ini meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar.

Pengaruh Ukuran Lubang Saringan terhadap Rendemen

Rendemen merupakan merupakan persentase produk yang didapat dari hasil perbandingan antara berat awal tepung tulang dan berat akhirnya. Semakin

24

tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa tepung tulang yang dihasilkan semakin besar. Menurut Sudarmadji, dkk (1989) rendemen menunjukkan persentase perbandingan berat bahan akhir terhadap berat bahan awal. Hasil sidik ragam (lampiran 3) menunjukkan bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap rendemen. Hasil pengujian menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) yang menunjukkan pengaruh perbedaan ukuran lubang saringan terhadap rendemen pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil uji DMRT pengujian variasi ukuran lubang saringan pada alat terhadap rendemen

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

1 - - M2 93,667 a A

2 2,57893 3,90790 M3 93,667 a A

3 2,67285 4,05399 M1 96,667 b A

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Berdasarkan Tabel 5 hasil uji DMRT pada taraf uji 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan M1 saling bebeda nyata dengan perlakuan M2 dan perlakuan M3. Perlakuan M2 tidak berbeda nyata pada perlakuan M3. Sedangkan pada taraf uji 0,01 menunjukkan bahwa perlakuan M1, perlakuan M2 dan perlakuan M3 tidak berbeda nyata. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlakuan M1 dengan ukuran lubang saringan 150 mesh merupakan perlakuan terbaik karena memiliki rendemen tertinggi. Hubungan perbedaan ukuran lubang saringan dengan rendemen dapat dilihat pada grafik di bawah ini

25

Gambar 2. Grafik hubungan ukuran lubang saringan dengan rendemen Pada Gambar 2 di atas persamaan garis terbentuk dari persamaan regresi

ŷ = -0,03x + 100,67. Nilai -0,03 menunjukkan nilai yang negatif. Artinya,

semakin kecil ukuran lubang saringan (x), maka semakin tinggi pula rendemen

(ŷ). Nilai 0,75 menunjukkan nilai koefisien korelasi. Berdasarkan literatur Muinah

(2011) nilai koefisien korelasi antara 0,600 – 0,799 menunjukkan tingkat hubungan antara dua variabel yang kuat. Nilai ini juga berarti bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberi pengaruh sebesar 75% terhadap rendemen.

Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran lubang saringan maka semakin tinggi rendemen dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh besar diameter lubang yang terdapat pada setiap saringan, semakin besar ukuran diameter lubang pada saringan maka persentase bahan yang lolos ayakan akan semakin tinggi sehingga persentase rendemen akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan literatur Panggabean, dkk (2013) yang menyatakan bahwa Semakin kecil ukuran lubang saringan yang digunakan maka persentase bahan yang lolos ayakan akan semakin maksimum. Hal ini dipengaruhi oleh besar diameter lubang atau pori pengeluaran pada ayakan yang digunakan.

y = -0,03x + 100,6 R² = 0,75 92,5 93 93,5 94 94,5 95 95,5 96 96,5 97 0 50 100 150 200 250 300 R en d em en ( % )

26

Pengaruh Ukuran Lubang Saringan terhadap Bahan Tertinggal

Bahan tertinggal merupakan tepung hasil gilingan yang tidak lolos dari saringan yang masih terdapat pada alat penggiling tulang. Bahan tertinggal dapat dihitung dengan perbandingan berat bahan atau tepung yang tertinggal pada saringan dibagikan dengan berat bahan yang masuk kemudian dikalikan seratus persen. Menurut Nugroho, dkk (2012), persentase bahan yang tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang tidak dapat keluar dari alat secara otomatis setelah saluran pengeluaran bahan dibuka setelah proses pengolahan selesai dilakukan.

Hasil pengujian menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) menunjukkan pengaruh perbedaan ukuran lubang saringan terhadap bahan yang tertinggal pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Hasil Uji DMRT Pengujian Variasi Ukuran Lubang Saringan terhadap Bahan Tertinggal

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

1 - - M1 2 a A

2 1,331755 2,01803 M3 3,667 b A

3 1,38025 2,09347 M2 4,000 b A

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Berdasarkan Tabel 6 di atas hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan M1 berbeda nyata dengan perlakuan M2 dan perlakuan M3. Perlakuan M2 tidak berbeda nyata pada perlakuan M3. Pada taraf uji 0,01 menunjukkan bahwa perlakuan M1, perlakuan M2 dan perlakuan M3 tidak berbeda nyata. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perlakuan M1 dengan ukuran lubang sarigan 150 mesh adalah perlakuan terbaik karena memiliki

27

persentase bahan tertinggal terendah. Hubungan Ukuran Saringan dengan bahan tertinggal dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 3. Grafik hubungan ukuran lubang saringan dengan bahan tertinggal Berdasarkan gambar di atas persamaan garis terbentuk dari persamaan regresi ŷ = 0,0167x – 0,1117. Nilai 0,0167x menunjukkan hubungan yang positif. Artinya, semakin besar ukuran lubang saringan (x) maka semakin banyak bahan yang tertinggal (ŷ). Nilai 0,605 menunjukkan nilai koefisien korelasi. Berdasarkan literatur Muinah (2011), nilai koefisien korelasi antara 0,600 – 0,799 menunjukkan tingkat hubungan antara dua variabel yang kuat. Nilai ini juga berarti bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberi pengaruh sebesar 60,5% terhadap bahan tertinggal.

Grafik (gambar 3) menunjukkan bahwa semakin besar ukuran lubang saringan maka semakin banyak bahan yang tertinggal pada alat dan sebaliknya. Hal ini disebabkan ukuran partikel tepung yang terlalu halus terbawa oleh udara yang dihasilkan oleh kipas yang terdapat pada alat penggiling tepung tulang kering sehingga tepung banyak menempel di bagian dalam alat penggiling.

y = 0.0167x - 0.1117 R² = 0.605 0 1 2 3 4 5 0 50 100 150 200 250 300 B ah an T er ti n ggal ( % )

28

Kehalusan saringan tepung tulang dapat diketahui dengan menggunakan metode sieve shaker. Tepung yang lolos pada saringan paling bawah kemudian ditimbang dan dihitung persentase kehalusannya. Menurut Khodijah, dkk (2014), Saringan bertingkat dengan nilai mesh sama akan memperbaiki kualitas dan keseragaman hasil, sedangkan saringan bertingkat dengan nilai mesh berbeda akan menghasilkan beberapa produk dengan keseragaman berbeda. Kehalusan saringan tepung tulang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Uji DMRT Pengujian Variasi Ukuran Lubang Saringan terhadap Kehalusan

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

1 - - M3 30,687 a A

2 4,86768 7,376085 M1 51,117 b B

3 5,04494 7,651827 M2 52,767 b B

Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan bahwa perlakuan M1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2 namun berbeda nyata pada perlakuan M3. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan perlakuan M3. Pada taraf uji 0,01 menunjukkan bahwa perlakuan M1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2 namun perlakuan M2 sangat berbeda nyata pada perlakuan M3. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan M2 dengan ukuran lubang saringan 200 mesh merupakan perlakuan terbaik karena memiliki kahalusan tertinggi. Hubungan ukuran lubang saringan dengan kehalusan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

29

Gambar 4. Grafik hubungan ukuran lubang saringan dengan kehalusan Berdasarkan gambar di atas, persamaan garis pada grafik terbentuk dari persamaan regresi ŷ = -0,2043x + 85,717. Nilai -0,2043x menunjukkan hubungan yang negatif Artinya, semakin kecil ukuran lubang saringan (x), maka semakin tinggi pula persentase kehalusan (ŷ). Nilai 0,6898 menunjukkan nilai koefisien korelasi. Berdasarkan literatur Muinah (2011), nilai koefisien korelasi antara 0,600 – 0,799 menunjukkan tingkat hubungan antara dua variabel yang kuat. Nilai ini juga berarti bahwa perbedaan ukuran lubang saringan memberi pengaruh sebesar 68,98% terhadap kehalusan saringan.

Grafik (gambar 4) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran lubang saringan maka semakin tinggi pula persentase kehalusan dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh besar diameter lubang pengeluaran pada saringan, sehingga memungkinkan ukuran lubang saringan yang lebih kecil persentase bahan yang lolos ayakan akan semakin maksimum. Hal ini sesuai dengan literatur

y = -0,204x + 85,71 R² = 0,689 0 10 20 30 40 50 60 0 50 100 150 200 250 300 K eh al u san s ar in gan ( % )

30

Panggabean, dkk (2013) yang menyatakan bahwa semakin besar diameter pori ayakan maka akan semakin besar pula persentase bahan yang lolos ayakan.

Dokumen terkait