• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pemeriksaan Histopatologi Nekrosis Hepatosit

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.2 Hasil Pemeriksaan Histopatologi Nekrosis Hepatosit

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada dua kelompok perlakuan didapatkan perubahan histopatologi berupa nekrosis hepatosit. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2, Gambar 4.5, Gambar 4.6 dan Lampiran 4.

Tabel 4.2 Gambaran histopatologi hepar terhadap tingkat nekrosis pada setiap

perlakuan mencit (Mus musculus).

Perlakuan Tingkat Nekrosis ( Mean ± SD)

P0 1,1778a±0,15635

P1 2,3778b± 0,61192

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05).

Tabel 4.2 menjelaskan bahwa pada setiap kelompok perlakuan terlihat perbedaan yang nyata dalam histopatologi hepar mencit berupa nekrosis untuk jenis perhitungan menggunakan mean dan standar deviasi. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata pada masing-masing kelompok perlakuan (p<0,05).

Gambaran histopatologi hepar mencit yang mengalami nekrosis dengan pewarnaan H.E pembesaran 400x dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5Hepatosit mencit yang mengalami nekrosis. (A) Piknotis (B) Karioreksis dan (C) Kariolisis ( ). (Pewarnaan H.E pembesaran 400x).

Gambar 4.6 Hepatosit mencit yang mengalami nekrosis.(A)Piknotis, (B) Karioreksis dan (C) Kariolisis(). (Pewarnaan H.E pembesaran 400x).

P1

P0

Gambar hepatosit pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa sel mengalami nekrosis ditandai dengan sel tampak membengkak. Terdapat beberapa perubahan morfologi yang tampak, yaitu piknotis(A), karioreksis(B) dan kariolisis(C). Ditemukan pula adanya stadiumtakizoit Toxoplasma gondii pada hepatosit mencit dengan pewarnaan H.E pembesaran 1000x dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7 Hasil pengamatan takizoit Toxoplasma gondii. Tanda panah ()menunjukkan takizoit Toxoplasma gondii yang menginvasi hepar (pewarnaan H.E, perbesaran 1000x).

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengamatan mikroskopis yang telah dilakukan pada duakelompok perlakuan P0 yang disonde dengan 20 µl/ekorNaClfisiologissterilmelalui intravaginadan P1 yang diinfeksi20 µl/ekortakizoit

Toxoplasmagondiiberisi1 x 10³ secara

intravaginadenganmenggunakanmikropipetdidapatkan perubahan histopatologi berupa degenerasi dan nekrosis pada hepatositmencit (Mus musculus). Hasil skoring histopatologis hepar mencitmeliputi kelainan patologi degenerasi dan nekrosis dari hepatosit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kerusakan yang ditimbulkan, semakin tinggi pula nilai skor yang dihasilkan.

Hasil statistik dengan Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada degenerasi dan nekrosis pada kelompok P1, karena nilai skoring pada kelompok P1 terjadi perubahan yang sangat signifikan pada kedua aspek perubahan patologi yang diamati.

Jalur masuknya takizoit Toxoplasma gondiimelalui intravagina menuju ke

organ hepar adalah melalui vagina menuju ke uterus, disekitar uterus terdapat banyak pembuluh darah, beberapa diantaranya ada yang menuju ke jantung terlebih dahulumelalui vena porta dimana jantung sebagai organ utama sirkulasi darah, sebagian besar aliran darah dari jantung mengalir melalui pembuluhdarahdari usus dan lien kemudian dikumpulkan oleh vena porta (pembuluh gerbang) mengalir ke hepar dan dari hepar melalui vena hepatika ke kava inferior, di dalam hepar, vena ini

bercabang ke dalam sistem kapiler dan kemudian bersatu dengan kapiler-kapiler arteria hepatika. Arteri ini mengantarkan darah dari aorta ke hepar dan menjelajahi seluruh organ ini, siklusini disebut sistem siklus porta, dari jalur inilah takizoit

Toxoplasma gondiiakan menginfeksi hepatosit dan terjadi berbagai perubahan secara

makroskopis maupun mikroskopis.Toxoplasma gondiiakan menyerang seluruh sel

berinti, membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut didestruksi akan berhenti bila sel hospes telah dilindungi oleh antibodi(Chahaya, 2003). Infeksi ini bersifat akut, sehingga menyebabkan degenerasi sel pada parenkim hepar dan selama stadium akut parasit (takizoit) akan mengalami replikasi dengan cepat dan siap mengadakan invasi serta melisiskan sel hospes(Gandahusada, 2000; Roberts dan Janovy, 2000).

Hepatosit di zona satu (sekitar portalis) adalah zona paling dekat dengan sumber pasokan darah, semakin jauh dari portal pasokan oksigen akan semakin berkurang, sehingga daerah sentralobularis rentan terhadap hipoksia, akibatnya mudah mengalami jejas dan nekrosis. Apabila darah dari vena portal banyak membawa racun/toksin, maka zona pertama yang paling dekat dengan sumber pasokan darah yang pertama kali terkena zat toksit tersebut sehingga kerusakan sel paling banyak ditemukan pada sekitar portalis.

Pemeriksaan histopatologis seluruh lapangan pandang kelompok P1 terdapat degenerasi pada semua perlakuan yang diinfeksi takizoit Toxoplasmagondiidapat

dilihat pada Gambar 4.3danGambar 4.4,

leukosit yang menyebar ke berbagai jaringan melaui aliran darahbergerak dari tempat awal infeksi ke sistem peredaran darah di tubuh, kemudian menyebar ke berbagai organ yang dilewati oleh sistem sirkulasi darah, termasuk hepar,namun pada penelitian ini belum ditemukan fase bradizoit atau kista Toxoplasma gondii hal tersebut dikarenakan kecil kemungkinan Toxoplasma gondii membentuk kista sesuai pengamatan Baragan dan Sibley (2002) bahwa Toxoplasma gondii tipe RH merupakan tipe paling patogenik dan mampu mengakibatkan kematian secara cepat pada mencit yang diberi dosis rendah. Toxoplasma gondii tipe RH juga memiliki kemampuan menyebar ke dalam jaringan yang memiliki inti sel dan mampu bermigrasi secara cepat dari jaringan ke jaringan, setelah mencapai pada organ hepar, takizoit akan dapat menembus dinding hepatosit, kemudian akan merusak organel yang ada di dalamnya termasuk mitokondria yang berfungsi menghasilkan ATP, sehinggaproduksi ATP akanmenurundanakanterjadi proses penimbunan (storage) atau akumulasi cairan atau zat lain dalam organel sel.

Degenerasi adalah keadaan penurunan perubahan biokimia intraselular disertai perubahan morfologis akibat jejas nonfatal pada sel atau sebagai reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible. Bentuk perubahan degeneratif sel adalah pembengkakan sel, penimbunan lipid intrasel dan partikel yang lain (Arimbi dkk,

2013).PadaGambar 4.3 menunjukkanbahwaselmengalamidegenerasihidropik yang

ditandaidenganseltampakmembengkak, halinikarenaseltidakmampumempertahankan homeostasis ionic dancairan, sitoplasmaselmengandungvakuolajernih yang

Vakuolajernihinidapatmendesakintiselkepinggir, sedangkanpadaGambar 4.4 menunjukkanbahwaselmengalamidegenerasimelemakberupa droplet

atauvakuolalemak yang berwarnabening,

ukuranbervariasidanbilaterdapatvakuoladenganjumlah yang lebihdarisatudalamsatusitoplasma, makaakandapatmendesakinti sel. Vakuolalemakdapatterlihatpadatepi, di pusat, di daerahpertengahanatau di seluruhlobuli.Menurut Arimbi dkk, 2013 proses normal perlemakan hepar umumnya terjadi karena asam lemak sampai ke hepar melalui plasma dalam dua bentuk yaitu trigliserida dari sel penyimpanan lemak dan dari usus. Beberapa faktor kerusakan pada sistem sintesa atau sekresi seperti karena adanya gangguan hepar, hepatotoksin, malnutrisi, anoksia dan kelaparan dapat menimbulkan akumulasi lemak dalam hepatosit dalam bentuk droplet lemak.

Hasil data uji statistik menunjukkan bahwa kelompok perlakuan P1 berbeda nyata (p<0,05) dengan kelompok perlakuan P0. Berdasarkan pengamatan terhadap preparat kelompok P1didapatkan perubahan berupa degenerasi hidropik dan degenerasi melemak, sedangkan pada kelompok perlakuan P0 juga terdapat degenerasi sel tetapi tidak signifikan dibanding dengan perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan P1. Terjadinya degenerasi ini akibat adanya jejas atau infeksi yang ditimbulkan oleh takizoit yang masuk ke dalam hepatosit.

Perubahan gambaran histopatologi hepar lainnya adalah nekrosis dapat dilihat pada Gambar 4.6. Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang bersifat

sering disebabkan oleh faktor eksternal (misalnya infeksi, racun, dan trauma) ke sel atau jaringan (Kasno, 2003 ; Barnes et al., 2013).Toxoplasma gondii tidak

memproduksi toksin, sehingganekrosis yang terjadi disebabkan oleh multiplikasi interseluler dari takizoit Toxoplasma gondii. MenurutDubey, 1999, awalnya nekrosis terjadi pada usus dan limfoglandula mesenterika, kemudian terjadi nekrosis fokal pada organ lainnya termasuk hepar.Mekanisme terjadinya nekrosis terjadi pada saat jaringan mengalami hipoksia atau masuknya benda asing yang dianggap racun maka mitokondria akan mengalami luka sehingga mengakibatkan ATP turun dan pomp Na+ dan K+ terganggu. Na+ masuk sel yang mengakibatkan lisosom pecah, mengeluarkan enzim hidrolitik sehingga melarutkan sel (Robbins dan Kumar, 1995).

PadaGambar 4.6 menunjukkanbahwaselmengalaminekrosis yang ditandaiseltampakmembengkak, halinikarenapergeseran ion. Terdapatbeberapaperubahanmorfologi yangtampakpadagambar, yaitupiknotis (A), karioreksis (B) dankariolisis (C). Piknotisdenganpewarnaan H.E. ditandaidenganterjadipenggumpalankromatindannukleus,

sehinggaintiseltampaklebihpadatdanberwarnagelaphitam.

Karioreksisditandaidenganmembrannukleusrobekdanintiselhancur,

sehinggaterjadipemisahankromatindanmembentukfragmendanmenyebabkanmaterikro matintersebardalam sel. Kariolisisditandaidenganintiselmenjadieosinofilik, kemudianintiselmeleburataulisis.

Hasil data uji statistik menunjukkan bahwa kelompok perlakuan P1 berbeda nyata (p<0,05) dengan kelompok perlakuan P0. Berdasarkan pengamatan terhadap

preparat kelompok P1didapatkan perubahan berupa nekrosis, sedangkan pada kelompok perlakuan P0 juga terdapat nekrosis sel tetapi tidak signifikan dibanding dengan perubahan yang terjadi pada kelompok perlakuan P1. Hal ini membuktikan bahwa pada kelompok perlakuan P1 takizoit Toxoplasma gondiimenyebar melalui

sistem darah di limfosit, makrofag dan berada bebas dalam plasma dan dapat melintasi batas jaringan danmenginfeksi hampir semua jaringanhepar. Waree, 2008menjelaskanbahwatakizoit mampu berkembang biak dengan cepat dengan endodyogeny dan replikasi tersebut, menyebabkan nekrosis sel ketika menyerang sel yang tidak dapat lagi menahan infeksi parasit.

Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan tersebut akan dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses perbaikan oleh sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau digantikan dengan jaringan parut. Dampak dari nekrosis yang terjadi pada hepatositadalah hilangnya fungsi daerah yang mati, dapat menjadi fokus infeksi dan menjadi media pertumbuhan yang baik untuk bakteri tertentu, peningkatan kadar enzim tertentu akibat kebocoran sel, serta menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit, timbul reaksi radang (Arimbi dkk, 2013).

Kelompok perlakuan P0 yang diinfeksi dengan NaCl fisiologis intravagina juga terjadi perubahan pada gambaran mikroskopisnya. Pemeriksaan mikroskopis pada kelompok perlakuan P0 ini juga terjadi pada perlakuan P1 yaitu terdapat degenerasi dan nekrosi pada hepatosit, tetapi tidak dominan terjadi seperti pada

perlakuan P1. Perubahan gambaran histopatologis yang ada pada perlakuan P0 terjadi karena beberapa faktor lain.Menurut Wardanela (2008) meskipun nekrosis hepatositjuga terjadi pada kelompok kontrol namun tidak termasuk dalam kejadian patologi karena dalam keadaan normal nekrosis juga terjadi. Hal ini karena secara normal sel dalam tubuh melepaskan senyawa oksidatif yang memungkinkan kejadian nekrosis pada sel, organ dan jaringan tubuh makhluk hidup dan akibat paparan patologis selain Toxoplasma gondii seperti pemberian air minum dan pakan yang terkontaminasi bakteri, spora jamur dan mikroba lainnya selama penelitian (Kasno, 2003)

Perubahan yang terlihat pada perlakuan P0 ini kemungkinan disebabkan oleh kesehatan mencit yang dipakai. Mencit didapatkan dari Pusvetma Surabaya. Kemungkinan mencit sudah terkontaminasi oleh berbagai kuman, bakteri, jamur, virus lain dari pakan atau minum yang diberikan sebelumnya sehingga berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis pada beberapa organ yang diamati, termasuk hepar.

Dokumen terkait