• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.5 Hasil Pemeriksaan Rhodamin B Secara Kualitatif

Saos cabe yang diperiksa adalah saos cabe yang diperoleh dari 15 pedagang bakso 15 di buat pada wadah plastik sebanyak 50 gram dan diberi lebel supaya memudahkan dalam pememeriksaan di laboratorium. Hal ini dengan pertimbangan bahwa, adanya kemungkinan saos cabe yang di komsumsi oleh masyarakat mengandung Rhodamin B.

Penelitian yang dilakukan ingin mengetahui ada atau tidak ada kandungan Rhodamin B didalam kandungan saos cabe yang digunakan para pedagang bakso. Kebanyakakan para konsumen tidak mengetahui kandungan yang ada didalam kandungan saos cabe. Rhodamin B sering digunakan para produsen yang tidak bertanggung jawab sebagai salah satu bahan tambahan makanan berwarna merah. Pada hal penambahan zat pewarna makanan yang mengandung Rhodamin B tidak dizinkan penggunaannya dalam makanan yang disesuaikan dengan Permenkes RI No. 239/Men.kes/Per//85 tentang zat yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

Berdasarkan pemeriksaan Rhodamin B kualitatif pada saos cabai diperoleh hasil bahwa di dalam 15 sampel yang diperiksa, ternyata ada 8 sampel yang mengandung Rhodamin B sebagai bahan tambahan makanan yang berasal dari sampel di Jalan Pendidikan Gampong Meurandeh Dayah. Saos cabe yang

diperiksa adalah produk saos cabe yang berasal dari 15 pedagang bakso yang saosnya bersumber pasar atau warong, yang mempunyai kemasan yang sederhana, nama produk, ukuran, komposisi, masa kadaluarsa, tanggal produksi, nama pabrik. Saos yang beredar di Pasar atau warong berukuran seperempat kilogram, ada juga berukuran setengah kilogram dan harganya sangat murah.

Hasil pemeriksaan Rhodamin B pada saos secara kualitatif dilakukan di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Alam Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatra Utara (USU) dengan menggunakan metode Kromatografi Kertas. Penelitian dengan metode ini dari 15 sampel saos yang diperiksa ditemukan 8 saos yang mengandung Rhodamin B sebagai bahan tambahan pangan berupa pewarna sintesis merah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kesamaan warna pada benang wol setelah di beri larutan NaOH 10% menjadi warna biru , NH4OH 12% ada menjadi warna biru diberi larutan H2SO4 (p) ada menjadi warna kuning, diberi larutan HCL (p) menjadi warna orange.

Berdasarkan pemeriksaan Rhodamin B secara kualitatif pada produk saos cabe diperoleh hasil bahwa didalam 15 sampel yang diperiksa, ada 8 sampel yang mengandung Rhodamin B. Produk saos cabai tampa tambahan pewarna, teksturnya lebih kental, warnanya tidak mencolok dan tidak berbau menyengat, bahan bakunya atau bahan dasarnya berkualitas baik dan biaya produksinya mahal dibandingkan dengan produk saos yang mengandung Rhodamin B teksturnya encer, berwarna mencolok dan berbau menyengat. Saos yang diberi pewarna dianggap lebih menguntungkan bagi produsen karena dapat menghemat

biaya produksi pada proses pembuatan biayanya lebih murah, hal inilah yang mendorong persaingan produsen secara tidak sehat.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Rohmah (2013) mengenai kandungan Rhodamin B didalam saos, Rohmah mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di desa Blawirejo Kecamatan Kedungpring Lamongan menunjukan bahwa semua sampel saos tomat pentol cilok (bakso tusuk) mengandung Rhodamin B.

Djarismawati (2004) meneliti Rhodamin B adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang berfluorensi. Rhodamin B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil. Rhodamin B seringkali disalah gunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstick, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol dan sutra.

5.5.1 Hasil Pemeriksaan Rhodamin Secara Kuantitatif

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif pada saos cabai di Laboratorium Biokimia/Kimia Bahan Alam Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara Medan menggunakan metode gravimetric dapat diperoleh saos cabe yang positif mengandung Rhodamin B kuantitatif pada saos cabe diperoleh hasil bahwa didalam 15 sampel yang diperiksa, ternyata ada 8 sampel yang mengandung Rhodamin B sebesar sampel 1 sebesar 0,000196%,

sampel 3 0,000328%, sampel 4 0,000516% sampel 5 0,000804%, sampel 6 0,001064%, sampel 9 0,000848%, sampel 10 0,000764%, sampel 11 0,000504%. Kadar Rhodamin B yang terkandung dalam saos cabai merah cukup tinggi, hal ini dikarenakan makanan tidak boleh mengandung Rhodamin B meskipun dalam jumlah kecil dan dapat berdampak negative terhadap tubuh manusia.

Menurut WHO, Rhodamin B berbahaya bagi kesehatan manusia karna sifat kimia dan kandungan logam beratnya. Rhodamin B mengandung senyawa klorin (Cl). Senyawa klorin merupakan senyawa halogen yang berbahaya dan reaktif. Jika tertelan, maka senyawa ini akan berusaha mencapai kesetabilan dalam tubuh dengan cara mengikat senyawa lain dalam tubuh, hal inilah yang bersifat racun bagi tubuh.

Jomla (2009) meneliti pengaruh Rhodamin B dalam tubuh dapat menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi akibat makanan yang mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Paparan Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati. Bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan Rhodamin B.

Mengingat makanan secara langsung masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut, maka makanan dapat secara langsung memberikan pengaruh terhadap manusia, baik pengaruh positif maupun negative yang dapat membahayakan kesehatan.

Masih banyak masyarakat Indonesia kurang mampu untuk membeli makanan yang bermutu tinggi dan memenuhi persyaratan. Kondisi seperti ini disebabkan karena makanan yang demikian harganya masih di luar jangkauan dan juga karena pengetahuan mereka yang belum memadai memungkinkan masyarakat tidak mengetahui akan adanya bahaya, serta pengaruh negative lainya, yang diakibatkan oleh makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Keadaan ini menjadi semangkin parah mengingat masih buruknya kepedulian produsen terhadap keselamatan konsumen.

Jomla (2009) meneliti Rhodamin B bisa menumpuk di lemak sehingga lama-kelamaan jumlahnya akan terus bertambah. Rhodamin B diserap lebih banyak pada saluran pencernaan dan menunjukkan ikatan protein yang kuat. Kerusakan pada hati terjadi akibat makanan yang mengandung Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi. Terpapar Rhodamin B dalam waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.

BAB VI

Dokumen terkait