• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian a Uji Asumsi Penelitian

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISA DATA

2. Hasil Penelitian a Uji Asumsi Penelitian

Sebelum data penelitian dianalisis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi pada data penelitian tersebut yakni meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Kemudian setelah melakukan pengujian kedua asumsi tersebut dilanjutkan dengan uji hipotesis. Pengujian asumsi dan uji hipotesis menggunakan bantuan program SPSS 15.0 for windows.

1) Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data penelitian terdistribusi memenuhi prinsip-prinsip distribusi normal agar dapat digeneralisasikan pada populasi. Data yang berdistribusi normal dianggap bisa mewakili populasi yang diteliti. Bila sebaran data tidak berdistribusi normal maka berarti data tidak mewakili populasi dan tidak bisa digeneralisasikan.

Hasil uji normalitas pada data penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Ketentuan yang digunakan adalah apabila nilai p > 0.05

maka sebaran data penelitan tersebut dapat dikatan normal. Sedangkan apabila nilai p < 0.05 maka sebaran data penelitian tidak normal (Field, 2009).

Berdasarkan hasil analisis ini menunjukkan bahwa data iklim sekolah memiliki nilai D(146) = 0.053, p = 0.200 dengan demikian p > .05, dan data school connectedness menunjukkan nilai D(146) = 0.049, p = 0.200 dengan demikian p > .05. Maka dapat dikatakan kedua variabel berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat tabel 13.

Tabel 13. Uji Normalitas

Variabel D Sig.

School Connectedness .053 .200

Iklim Sekolah .049 .200

2) Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas dilakukan untuk menguji apakah dua variabel penelitian yakni iklim sekolah dengan school connectedness mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Data yang linear berarti iklim sekolah memiliki keterikatan terhadap school connectedness.

Uji linearitas menggunakan metode statistik analisa regresi. Kaidah yang digunakan adalah apabila nilai signifikansi linearity < 0.05 dan signifikansi deviation from linearity > 0.05 maka hubungan kedua variabel dapat dikatakan linear. Sebaliknya bila nilai signifikansi deviation from linearity < 0.05 maka hubungan kedua variabel dikatakan tidak linear.

Berdasarkan uji linearitas hubungan antara iklim sekolah dengan school connectedness dapat dikatakan linear dengan nilai p = 0.000 yang mana nilai p < 0.05. Hasil uji linearitas dapat disajikan pada tabel 14.

62

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas

Statistik Sig. Keterangan

Linearity 0.000 Linear Deviation from Linearity 0.221 b. Uji Hipotesis

Untuk melakukan pengujian statistik, maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut ini :

Ho : “Tidak ada pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness pada siswa SMA Harapan I Medan”

Ha : “Ada pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness pada siswa SMA Harapan I Medan”

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, maka dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Regresi Linear Sederhana. Hasil uji statistik yang didapat digambarkan dalam tabel 15.

Tabel 15. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap School Connectedness

F Sig.

76.733 .000

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai F = 76.73, p = .000 yang berarti p < 0.05. Hal ini berarti hasil model regresi ini secara siginifikan memprediksi dengan baik akan tingkat school connectedness. Singkatnya, secara keseluruhan model regresi memprediksi school connectedness secara signifikan (Field, 2009).

Selanjutnya, pengujian seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness ditunjukkan melalui tabel 16.

Tabel 16. Koefisien Determinan (R2)

Model R R2 Adjusted R Square

1 .590 .348 9.247

Berdasarkan tabel 16 maka diperoleh nilai koefisien determinan (R- square) dari pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness pada siswa SMA Harapan I Medan adalah sebesar 0.348 ( R-square/ R2 = 0.348). Artinya, iklim sekolah memberikan sumbangan efektif sebesar 34.8% dalam memunculkan school connectedness. Kemudian, sisanya sebesar 65.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Kemudian persamaan regresi kedua variabel didapat berdasarkan tabel 17.

Tabel 17. Tabel Model Parameters

Model B t Sig.

1 Konstan

Iklim Sekolah

17.086 3.974 .000 0.620 8.760 .000

Dari hasil tabel 17 diperoleh nilai t = 8.760 yang signifikan pada p < 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa iklim sekolah merupakan prediktor terhadap school connectedness atau dengan kata lain iklim sekolah mempengaruhi school connectedness secara signifikan. Dengan demikian, maka hipotesis nol (Ho) ditolak sehingga hipotesis penelitian ini yang menyatakan ada pengaruh iklim sekolah terhadap school connectedness siswa SMA Harapan I Medan diterima.

Persamaan garis regresi yang dihasilkan adalah Y = 17.086 + 0.620X. Artinya setiap penambahan satu satuan skor variabel iklim sekolah (X), maka school connectedness (Y) akan bertambah sebesar 0.620, dengan kata lain

64

semakin positif iklim sekolah maka akan semakin tinggi pula tingkat school connectedness.

B. PEMBAHASAN

Dari deskripsi subjek penelitian telah didapat bahwa subjek penelitian berjumlah 146 orang yang terdiri dari 71 siswa laki-laki dan 75 siswa perempuan. Kemudian, subjek merupakan siswa yang berada di tingkatan kelas X, XI, XII yang rentang umurnya dimulai dari 14 – 18 tahun.

Selanjutnya hasil analisa data yang telah dipaparkan adalah iklim sekolah mempengaruhi secara signifikan terhadap school connectedness. Iklim sekolah mempengaruhi school connectedness sebesar 34.8%. Artinya iklim sekolah memberikan sumbangan efektif sebesar 34.8% dalam meningkatkan school connectedness pada siswa SMA Harapan I Medan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Blum (2002) menyatakan bahwa faktor lain yang turut mempengaruhi school connectedness yang tidak diteliti dalam penelitian ini adalah dukungan orang dewasa, kelompok teman sebaya yang positif, dan komitmen terhadap pendidikan. Berdasarkan persamaan regresi didapat bahwa setiap penambahan skor iklim sekolah maka school connectedness mengalami penambahan sebesar adalah 17.086 + 0.620X dengan kata lain semakin baik iklim sekolah maka semakin tinggi school connectedness.

Hal ini berarti bahwa semakin sekolah memberikan suasana yang menyenangkan dan aman bagi siswa maka keyakinan siswa akan kepedulian orang-orang dewasa di sekolah juga ikut meningkat. Hasil penelitian ini sesuai

dengan pendapat Blum (2002) bahwa timbulnya school connectedness dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni iklim sekolah dan juga pendapat dari Marshall (2004) bahwa iklim sekolah yang positif akan membentuk perilaku dan psikologis siswa yang lebih baik salah satunya adalah school connectedness.

Iklim sekolah berarti interaksi dari antara orang dewasa dengan para siswa di sekolah, serta terlibat di dalamnya faktor lingkungan seperti sarana dan prasarana gedung, serta adanya rasa aman dan percaya (Gruenert, 2008). Iklim sekolah positif ditandai dengan adanya komitmen untuk saling menghormati satu sama lain sesama siswa, guru, dan staf sekolah baik di dalam maupun di luar kelas, menghormati setiap perbedaan individu, dan proses belajar mengajar yang efektif (Preble & Gordon, 2011).

Selanjutnya ketika sekolah memberikan iklim sekolah yang positif bagi para siswa, maka mereka cenderung tidak akan menghindari sekolah. Siswa akan memandang bahwa sekolah merupakan tempat yang memberikan ilmu dengan cara menyenangkan dan tidak memberikan tekanan bagi dirinya. Oleh karena itu, secara langsung iklim sekolah yang positif akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kesejahteraan sosial dan emosional setiap siswa. Berdasarkan penelitian Osher (2009) secara emosional, iklim sekolah yang positif akan membentuk rasa keterhubungan siswa terhadap sekolahnya. Siswa membentuk keyakinan di dalam dirinya bahwa di sekolah ia didukung, diterima, serta dihargai sebagai siswa maupun individu.

Kemudian, ketika siswa meyakini bahwa guru dan staf sekolah peduli dengan pencapaian akademik serta ia sebagai individu maka siswa akan

66

menunjukkan keterlibatan aktif. Siswa akan lebih mungkin menunjukkan upaya yang besar dalam menyelesaikan tugas sekolah serta menunjukan kesenangan dan terlibat aktif dalam kegiatan sekolah. Siswa juga mau menghargai setiap hubungan, dan mau mencari dukungan dari orang-orang dewasa di sekolahnya.

67

BAB V

Dokumen terkait