• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

C. Hasil Penelitian 1. Analisis data 1.Analisis data

Dari hasil pengukuran terhadap alat ukur diperoleh koefisien reliabilitas Alphe Crohnbach sebesar 0,937. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum, perhitungan nilai minimum, perhitungan mean teoritik, mean empirik dan Standar Deviasi.

Berikut ini adalah tahap penghitungannya: X minimum teoritik:

Jumlah aitem x skor terendah yang mungkin diperoleh subjek pada skala

48 x 1 = 48 X maksimum teoritik:

Jumlah aitem x skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek pada skala

48 x 4 = 192 Range:

Luas jarak sebaran antara nilai maksimun dan nilai minimum 192-48 = 144

Menghitung mean (µ):

Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritik dari skor maksimum dan skor minimum

X maks + X min = 240 = 120 2 2

Menghitung SD:

Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam enam satuan deviasi standar

Range = 144 = 24 6 6

2. Hasil Empirik Penelitian

Berdasarkan analisis di atas, diperoleh hasil empirik penelitian sebagai berikut:

Hasil empirik penelitian secara umum: N : 60 Mean : 123,883 Maks : 183 Min : 90 SD : 19,90919 t = X -µ S √N

Ket: X : mean empirik µ : mean teoritik S : SD Empirik N : Jumlah subjek t = 123,883 - 120 = 3,883 = 1,55 19,90919 2,56 √60

t-tabel = 2, 00, jadi t < t-tabel = tidak signifikan

Tabel 7

Hasil Analisis teoritik dan empirik

Teoritik Empirik N Min Maks Mean SD N Min Maks Mean SD t Signifikasi Umum 60 48 192 120 24 60 90 183 123,883 19,9 1,55 Positif,

tidak signifikan

Dari hasil perhitungan di atas, jika akan dibuat kategorisasi dalam lima kategori (sangat negatif, negatif, netral, positf, sangat positif) maka akan diperoleh pengkategorian sebagai berikut:

Sangat positif : µ + 1,5 SD ≤ X Positif : µ + 0,5 SD ≤ X < µ + 1,5 SD Netral : µ - 0,5 SD ≤ X < µ + 0,5 SD Negatif : µ - 1,5 SD ≤ X < µ - 0,5 SD Sangat negatif : X ≤ µ - 1,5 SD Tabel 8

Kategorisasi dalam 5 Kategori

Kategori Skor Sangat Positif 156 ≤ X Positif 132 ≤ X < 156 Netral 108 ≤ X < 132 Negatif 94 ≤ X < 108 Sangat Negatif X ≤ 94

Data tentang rentang skor komposisi subjek penelitian pada variable sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

Tabel 9

Data Deskriptif Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter

Kategori Rentang Skor Frekuensi %

Sangat Positif 156 ≤ X 4 7 Positif 132 ≤ X < 156 15 25 Netral 108 ≤ X < 132 27 45 Negatif 94 ≤ X < 108 11 18 Sangat Negatif X ≤ 94 3 5 Jumlah 60 100

Data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa 4 subjek dengan presentase 7% memiliki sikap terhadap pendidikan karakter anak usia dini dengan kategori sangat positif. Dari 60 subjek penelitian, dengan persentase 25%, 15 subjek memiliki sikap positif terhadap pendidikan karakter anak usia dini. Mayoritas subjek penelitian, 27 subjek dengan persentase 45% memiliki sikap terhadap pendidikan karakter anak usia dini dengan kategori netral. Sikap negative terhadap pendidikan karakter dimiliki oleh 11 subjek dengan persentase 18%, dan 3 subjek lainnya dengan persentase 5% memiliki sikap sangat negative terhadap pendidikan karakter.

Secara umum dapat diketahui bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (123,883 > 120), itu artinya orang-tua memiliki sikap positif terhadap pendidikan anak usia dini. Namun, setelah peneliti melakukan uji-t untuk melihat signifikansi dari sikap subjek, ternyata diperoleh hasil bahwa ternyata sikap positif yang dimiliki subjek tidak signifikan terhadap pendidikan karakter anak usia dini.

Tidak sigifikan artinya adalah pada populasi sebenarnya tidak ada perbedaan antara mean empirik dan teoritik. Jadi kita bisa katakan bahwa sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter usia dini di Sekolah Shekinah Temanggung, tidak positif dan tidak negatif, atau bisa dikatakan netral. Artinya, orang-tua tidak menerima sepenuhnya tetapi juga tidak menolak adanya pendidikan karakter.

D. Pembahasan

Sikap netral yang dimiliki oleh orang-tua, dalam konotasi tidak positif dan tidak negatif, dapat diartikan bahwa orang-tua tidak menerima sepenuhnya tetapi juga tidak menolak adanya pendidikan karakter di sekolah (Notoatmodjo, 2003).

Sikap orang-tua yang netral ini salah satunya disebabkan karena adanya pengalaman pribadi. Apa yang telah dan sedang oleh orang-tua alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan orang-tua terhadap stimulus pendidikan karakter. Berdasarkan hasil sharing dengan orang-tua didapatkan informasi bahwa tidak banyak orang-tua di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung yang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

Kebanyakan orang-tua mengetahui bahwa sesuatu itu baik atau sesuatu itu buruk, ini boleh dilakukan dan itu tidak boleh dilakukan, namun mereka tidak tahu alasan apa yang mendasarinya. Sehingga terkadang orang-tua memberikan larangan kepada anaknya tanpa alasan yang jelas dan tanpa memberikan pengertian yang benar terhadap apa yang dilakukan anak.

Adanya pengaruh kebudayaan yang ada di sekitar orang-tua juga ikut mempengaruhi sikap tua yang netral. Kebudayaan di mana orang-tua hidup dan dibesarkan, mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter anak.

Keberadaan Sekolah Kristen Shekinah yang berada di kota kecil yaitu Temanggung, membuat orang-tua belum terlalu familiar dengan maksud dari pendidikan karakter, mereka masih memiliki kecenderungan untuk mengutamakan prestasi akademik ketimbang pendidikan karakter anak. Tanpa mereka sadari, kebudayaan semacam ini telah menanamkan garis pengaruh sikap mereka terhadap pendidikan karakter anak mereka, sehingga orang-tua tidak menerima sepenuhnya tetapi juga tidak menolak adanya pendidikan karakter.

Pengaruh orang lain yang dianggap penting oleh orang-tua juga mempengaruhi sikap orang-tua yang netral terhadap pendidikan karakter. Orang lain yang ada di sekitar orang-tua merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap orang-tua. Seseorang yang dianggap penting, atau seseorang yang berarti khusus bagi orang-tua, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

Beberapa orang-tua menyatakan bahwa mereka telah mendengar informasi dari orang-tua lain tentang pendidikan karakter yang sebelumnya telah berlangsung di Sekolah Kristen Shekinah, dan mendapatkan bahwa ternyata belum ada pengaruh nyata terhadap perubahan karakter anak, sehingga orang-tua cenderung untuk memilih bersikap netral terhadap pendidikan karakter, tidak menerima sepenuhnya tetapi juga tidak menolak adanya pendidikan karakter.

Kurangnya sosialisasi tentang pendidikan anak usia dini sedikit banyak mempengaruhi sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Informasi yang dibawa oleh media massa (radio, surat kabar, brosur, dll) ternyata tidak cukup kuat sehingga belum mampu memberikan dasar afektif yang akan mempengaruhi sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

Berdasarkan pembicaraan yang dilakukan oleh peneliti dengan orang-tua, didapatkan bahwa ternyata orang-tua tidak mendapatkan informasi secara lengkap mengenai pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah. Orang-tua mengaku hanya mendapatkan laporan sekilas mengenai pendidikan karakter pada parent’s meeting yang diadakan setiap tiga bulan sekali di sekolah. Laporan tersebut hanya berupa penyampaian lisan bahwa pada bulan sebelumnya telah diajarkan materi karakter tertentu

Orang-tua tidak mengetahui pendidikan karakter seperti apa yang diterapkan sekolah kepada anaknya. Data ini penulis dapatkan secara tidak sengaja dari hasil bertukar pikiran dengan orang-tua ketika membagikan skala penelitian. Beberapa orang-tua bahkan mengaku bahwa anaknya tidak pernah bercerita sedikit pun tentang pendidikan karakter yang berjalan di sekolah.

Penulis kemudian menyampaikan hal ini kepada pihak sekolah, pihak sekolah mengatakan bahwa pada rapor masing-masing siswa telah dicantumkan informasi detail mengenai pendidikan karakter yang telah

dilakukan. Setelah dicrosscheck ke orang-tua, ternyata sebagian besar dari mereka tidak memperhatikan informasi mengenai pendidikan karakter tersebut, mereka cenderung untuk lebih memperhatikan hasil akademik yang telah dicapai oleh anaknya.

Fakta ini yang sedikit banyak mempengaruhi sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter sehinggga dari hasil penelitian didapatkan bahwa orang-tua cenderung bersikap netral terhadap pendidikan karakter yang berlangsung di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung.

Faktor lain yang mempengaruhi sikap netral yang dimiliki oleh orang-tua terhadap pendidikan karakter adalah keberadaan lembaga pendidikan dan lembaga agama. Kedua instansi ini sebagai suatu sistem memiliki fungsi untuk meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri orang-tua sebagai suatu individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

Keberadaan kedua lembaga tadi di kota Temanggung belum dapat dirasakan fungsinya oleh orang-tua, sehingga belum bisa menjadi pijakan bagi orang-tua untuk menentukan sikap terhadap adanya pendidikan karakter, inilah yang membuat orang-tua memilih untuk bersikap netral.

Faktor emosional juga ikut berpengaruh pada sikap orang-tua yang netral terhadap pendidikan karakter. Suatu bentuk sikap terkadang

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran terhadap hal-hal yang ada di dalam diri seseorang.

Orang-tua memilih untuk bersikap netral, dalam artian tidak mendukung sepenuhnya tetapi juga tidak menolak adanya pendidikan karakter karena pengetahuan mereka mengenai pendidikan karakter sangat terbatas sehingga orang-tua tidak memiliki muatan emosional tertentu terhadap pendidikan karakter .

Hasil pembahasan ini didapatkan oleh penulis tidak hanya berdasarkan hasil interpretasi dari skor skala penelitian, tetapi juga atas data lain yang juga perlu diperhatikan, yang didapat dari hasil sharing dengan orang-tua ketika membagikan skala penelitian kepada orang-tua.

Hasil penelitian ini sangat mungkin dipengaruhi oleh lemahnya alat ukur yang dipakai dalam penelitan ini. Terjadi overlap terhadap pengukuran sikap dengan pengukuran fakta. Ada beberapa aitem yang justru mengarah pada penelitian dampak atau outcome dari program pendidikan karakter yang sudah dijalankan, dan bukan menilai sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter. Aitem skala justru lebih mengungkap fakta yang ada daripada menilai sikap orang-tua. Hal inilah yang membuat skala penelitian ini lemah sehingga hasil penelitian belum dapat dijadikan tolak ukur untuk mengambil keputusan yang tepat terhadap pendidikan karakter yang dilaksanakan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait