SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Fransisca Metta Amelya Lukito
NIM : 049114097
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Fransisca Metta Amelya Lukito
NIM : 049114097
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
“Whom have I in heaven but You?
And earth has nothing I desire beside You..
My flesh and my heart may fail,
but...
v
Thanks for everything that You have done in me and all the things that You’re going to do…
My earthly father, who is now in heaven, thank you for your cares. My amazing mother, for your support and sacrifice,
no one could ever change my love for you, mom . My sisters, for your sharing, laughing, crying and loving. My beloved honey, for your patient and pray. I know you are the best, the precious gift that God has given to me … My handsome brothers, Patrick and Karel.
My talkative sister, Abigail. My fellow teachers at school. My little fellas at the Shekinah School. My friends at the Shekinah School.
s
sebutkan dal
lam kutipan
dan daftar p
vi pustaka sebag
gaimana lay
Yogyaka
Fransisca
yaknya karya
arta, 8 Febua
Metta Amel
a ilmiah.
ari 2010
vii ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memaparkan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter. Sikap orang-tua dibagi menjadi tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter diukur dengan menggunakan skala sikap yang disusun dengan metode Likert. Koefisien reliabilitas skala dengan menggunakan Cronhbach Alpha adalah sebesar 0.937. Data diperoleh dari 60 orang-tua yang anaknya bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung pada periode tahun ajaran 2009/2010 sebagai subjek penelitian. Penelitian ini menjelaskan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di sekolah Kristen Shekinah yang diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang memiliki kualitas karakter yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (123,883 > 120), tetapi setelah dilakukan pengujian taraf signfikansi dengan tingkat signifikan 1%, didapat yang berarti bahwa tidak signifikan, artinya orang-tua memiliki sikap netral, tidak positif dan tidak negatif, terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Hal ini menunjukkan bahwa sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan yang berbasis karakter.
viii ABSTRACT
This is a descriptive-quantitative research. The aim of this research is to know and to describe parent’s attitude towards early childhood character education. This research is a descriptive research with one variable, and parent’s attitude as the variable. Parent’s attitude toward character education is differentiated in three components: cognitive, affective and conative. The subject of this research are the parent’s of students at Shekinah Christian School period 2009/2010 with the total 60 parents. This research used parent’s attitude scale. The data is analyzed using SPSS program, 15 version for windows, and found that the reliability of alpha Cronhbach is 0,937. The collected data are analyzed by t-test method. This research found that parents have neutral responses towards character education in Shekinah Christian School. It is show by the result that the empiric mean is higher than theoretical mean (123,883 > 120), but after analyzed by t-test method, we found that score t is lower than t-table, which means that the response is not significant.
x
dengan hanya dengan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter di
Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Penyusunan skripsi ini merupakan
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan anugerah dan
kerja keras yang tidak lain karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan,
dan doa dari beberapa pihak, dan karenanya penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.
2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah
meluangkan waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi
dan bimbingan sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Titik Kristiyani, M. Psi., selaku dosen penguji, terimakasih atas waktu
dan bimbingannya selama ini.
4. Ibu M. M. Nimas Eki S., S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji, terimakasih
atas bimbingan yang diberikan demi selesainya skripsi ini.
5. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi, selaku pembimbing akademik,
xi
pertengkaran kita selama ini, tanpa kalian hidupku tidak akan jadi lebih
berwarna.
8. My precious love, Adi Surya Darma, thank you for everything.. From you I
know that the greatest thing we’ll ever learn is just to love and be loved in
return. Because, love never fails..
9. Untuk Om Petrus dan Tante Linda, atas doa dan dukungannya.
10.Penghuni Perumahan Dua Sekawan 48, Om Pandu, Tante Liz, Patrick,
Karel, dan Abigail atas untaian cerita yang mengisi hari-hariku.
11.Semua pengajar, staf, pekerja dan murid-murid di Sekolah Kristen
Shekinah Temanggung.
12.Teman-teman yang udah membantu suksesnya tryout dan penelitian ini,
Ms. Selly, Ms. Titin, Ms Tika, Ms. Priska, Ms. Betty, Ms. Maria, Ms. Titi,
Ms. Krista, Ms. Widya, Ms. Lenny, Ms. Dessy, Ms. Dewi, Ms. Nana, Mr.
Valent, Mr. Jaya, atas kesediannya memberikan referensi untuk subjek
penelitian. Penulis hanya bisa mengucapkan thank you buat kalian semua.
13.Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan
pengetahuan dan ilmu kepada penulis.
14.Staf dan karyawan sekretariat Fakultas Psikologi: mbak Nanik, Mas
Gandung, Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji yang udah banyak membantu
xii skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
dengan rendah hati mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan
untuk itu, penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa menjadi berkat dan
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang
membaca skripsi ini pada khususnya.
Tuhan Yesus memberkati.
Yogyakarta, 8 Februari 2010
xiii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii
HALAMAN MOTTO ………...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………..………….vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 9
C. Batasan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ……….. 10
E. Manfaat Penelitian ……… 10
BAB II. LANDASAN TEORI ... 11
A. PENDIDIKAN KARAKTER ... 11
xiv
1. Pengertian Sikap ... 18
2. Aspek Sikap ... 21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 21
C. SEKOLAH KRISTEN SHEKINAH ... 22
1. Visi dan Misi ... 22
2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 24
3. Sarana dan Prasarana ... 26
4. Kurikulum ... 26
D. SIKAP ORANG-TUA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER ... 27
E. PERTANYAAN PENELITIAN ... 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34
A. Jenis Penelitian ... 34
B. Definisi Operasional ... 35
C. Subyek Penelitian ... 36
D. Variabel Penelitian ... 36
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ……… 36
1. Alat Pengumpulan Data ... ... 36
2. Penilaian dan Penskoran ………....……. 39
3. Validitas ………...……... 40
xv
A. PERSIAPAN PENELITIAN ... 45
1. Uji Coba (Try Out) Alat Ukur ... 45
2. Blue Print ... 47
B. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 48
C. HASIL PENELITIAN ... 49
1. Analisis Data ………...……… 49
2. Hasil Empiris Penelitian ... 50
E. PEMBAHASAN ... 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
xvi
Tabel 3 Skor berdasarkan pernyataan aitem unfavorable ... 40
Tabel 4 Blue Print Skala Sikap ... 47
Tabel 5 Blue Print Distribusi aitem Skala Sikap ……… 47
Tabel 6 Blue Print setelah uji coba dengan nomor aitem yang baru ……. 48
Tabel 7 Hasil Analisis teoritik dan empiric ………...……….. 51
Tabel 8 Kategorisasi dalam 5 Kategori……….….………..….. 52
xvii
Data Try Out ……… 69
Reliabilitas Try Out ………. 77
Skala Penelitian Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter …………... 81
Data Penelitian ……… 85
Reliabilitas Alpha Cronhbach ………. 93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang-tua menjadi tempat pembentukan karakter anak yang utama,
terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan mereka, yaitu pada usia dini.
Menurut Koesoema (2007), orang-tua memiliki investasi afeksi yang tidak
dapat digantikan oleh peranan pihak lain termasuk sekolah. Jadi, sedekat
apapun hubungan emosional antara guru dan siswa, ikatan emosinal antara
anak dengan orang-tua merupakan pengalaman tak tergantikan yang menjadi
modal dasar pertumbuhan emosi dan kedewasaan anak.
Tiap-tiap orang-tua memiliki keinginan dan kepentingannya sendiri
terhadap kemajuan pendidikan karakter anak-anak mereka. Meskipun
orang-tua telah mempercayakan pendidikan karakter anak mereka pada sekolah
pilihan mereka, tanggung jawab orang-tua terhadap perkembangan karakter
anak tidak hilang.
Berdasarkan alasan tersebut, dapat diketahui bahwa sikap orang-tua
terhadap pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting. Bagaimana respon
orang-tua terhadap pendidikan karakter berdasarkan pengetahuan yang telah
mereka miliki sebelumnya serta berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
mereka peroleh, khususnya yang menyangkut tentang pendidikan karakter.
Komunikasi yang intensif serta interaksi yang aktif antara sekolah
dengan orang-tua menjadi hal yang penting dalam pendidikan karakter di
sekolah, sehingga orang-tua lebih bisa menentukan sikap terhadap pendidikan
karakter yang berlangsung di sekolah. Sekolah bisa memberikan laporan
tentang perkembangan kepribadian dan karakter anak di sekolah secara
berkala, memberikan buku panduan tentang program pendidikan karakter
bagi orang-tua, atau mengadakan evaluasi terhadap hasil dari pendidikan
karakter yang sudah diterapkan.
Sekolah perlu mengetahui sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter
yang telah didapat oleh anak, sehingga sekolah dapat memperoleh informasi
terhadap pendidikan karakter yang selama ini telah diterapkan. Informasi
yang didapat ini bisa dijadikan masukan untuk mempertimbangkan langkah
selanjutnya yang akan diambil oleh sekolah terhadap pendidikan karakter
yang sedang berlangsung.
Thomas dan Znaniecki (1974) mengemukakan bahwa melalui sikap, kita
memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan
yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosial. Artinya proses ini
terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat
terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan
norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.
Thurstone dan Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan bahwa
sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias,
asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan
Sikap orang-tua merupakan kecenderungan respon yang memberikan
muatan emosional, yang diperoleh dari pengalaman masing-masing orang-tua.
Pengalaman ini berasal dari proses belajar yang sifatnya individual sehingga
sifatnya subjektif dan unik. Keunikan ini terjadi oleh adanya perbedaan
individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan
dan dikelola oleh para orang-tua.
Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter merupakan cara orang-tua
merespon tentang adanya pendidikan karakter berdasarkan pengalaman dan
nilai-nilai yang telah dimiliki oleh orang-tua sebelumnya. Topik mengenai
sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter inilah yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan setting sekolah dengan kurikulum
pendidikan karakter. Sekolah Kristen Shekinah Temanggung merupakan
salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam
kurikulumnya.
Sekolah Kristen Shekinah Temanggung didirikan dalam rangka
membantu pemerintah dalam melaksanakan program Pendidikan Nasional
yang tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini didirikan
sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya para
orang-tua murid Kristen yang ada di Temanggung dan sekitarnya. Dengan
didirikannya sekolah ini diharapkan dapat menjadikan peserta didik unggul
dalam kerohanian, kecerdasan dan karakter.
Hal ini dapat di lihat dari Visi dan Misi Sekolah Kristen Shekinah
mempersiapkan generasi yang takut akan Tuhan dan memiliki karakter,
hikmat, dan kemampuan yang bisa memberikan dampak positif bagi keluarga
dan bangsa. Sedangkan misi Sekolah Kristen Shekinah Temanggung adalah
membina siswa sehingga mempunyai kehidupan rohani, karakter, dan
integritas yang kuat di dalam Tuhan, mengembangkan potensi dan kreativitas
dalam diri siswa serta membekali ilmu pengetahuan untuk menjadi pemimpin
yang tangguh, dan memperlengkapi setiap siswa untuk tunduk pada otoritas,
memiliki hati dan pikiran yang mudah dibentuk dalam akhlak dan budi pekerti
yang luhur.
Dengan melihat Visi dan Misi Tersebut, Sekolah Kristen Shekinah
merupakan salah satu sekolah yang cukup berpotensi dalam mengembangkan
kualitas dan kuantitas SDM melalui pendidikan karakter, dalam hal ini peserta
didik. Adapun alasan penulis menjadikan Sekolah Kristen Shekinah
Temanggung sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut
merupakan salah satu sekolah baru yang cukup popular, sedangkan visi dan
misi sekolah tersebut erat hubungannya dengan pendidikan karakter. Selain
itu, peneliti juga terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar di
sekolah ini (Dokumentasi Visi Misi Sekolah Kristen Shekinah, 2009).
Peneliti berusaha untuk meneliti sikap orang-tua terhadap pendidikan
karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung karena ada permintaan
khusus dari pihak sekolah untuk memberikan informasi mengenai pendidikan
karakter yang telah berlangsung selama setahun ini (dari tahun 2008-2009).
gambaran mengenai sejauh mana orang-tua meresponi pendidikan karakter
yang selama ini telah dijalankan oleh sekolah, sehingga sekolah dapat
memberikan pertimbangan dan upaya yang lebih baik terhadap pendidikan
karakter.
Sebagus apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal,
orang-tua tetap memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalaninya
berhasil atau tidak. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk menjadikan
orang-tua sebagai subjek penelitian, sebab orang-orang-tua dinilai sebagai pihak yang
paling mengerti perkembangan yang terjadi pada anak-anaknya.
Berdasarkan hasil sharing, beberapa orang-tua memiliki pendapat dan
pandangan yang berbeda mengenai pendidikan karakter yang telah
dilaksanakan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Ada orang-tua yang
berpendapat bahwa pendidikan karakter yang telah dilaksanakan tersebut
merupakan hal yang positif bagi anaknya. Menurut orang-tua, mereka melihat
bahwa mulai ada perubahan dalam diri si anak. Anak yang tadinya terbiasa
bersikap kasar terhadap teman, tidak mau mengalah, dan sering mengeluarkan
perkataan negatif, setelah mendapatkan pendidikan karakter di sekolah
menjadi lebih lembut dan mau berbagi dengan teman.
Beberapa orang-tua menyatakan bahwa mereka tidak melihat
perubahan-perubahan tertentu dalam diri anaknya. Mereka menilai bahwa pada dasarnya,
si anak sudah memiliki karakter yang baik, sehingga pendidikan karakter
dalam kurikulum sekolah tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan
Ada pula orang-tua yang berpendapat bahwa pendidikan karakter yang
diterapkan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung justru membebani
orang-tua, karena mereka diminta untuk mereview kembali karakter yang
telah diajarkan di sekolah. Orang-tua merasa bahwa pendidikan karakter tidak
ada manfaatnya, hanya menambah berat tugas anak di rumah.
Perbedaan pendapat itulah yang mendasari peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter yang telah
diadakan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung.
Berdasarkan uraian di atas, akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti
tentang Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter Di Sekolah Kristen
Shekinah Temanggung.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah: Bagaimana Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter Di
Sekolah Kristen Shekinah Temanggung?
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang akan di bahas lebih jelas dan fokus, maka
penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut:
2. Sampel yang digunakan hanya orang-tua dari anak yang menjadi
siswa/i di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung pada tahun ajaran
2009/2010.
D. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk meneliti Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan
Karakter Di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung.
E. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti, untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan karakter
yang telah berjalan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung sehingga
dapat memberikan masukan terhadap pihak sekolah karena peneliti
terlibat langsung dalam proses belajar dan mengajar di sekolah tersebut.
2. Bagi Sekolah, sebagai informasi dan masukan terhadap pelaksanaan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu kesepakatan tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk mengarahkan
kepada nilai-nilai (values) dan kebajikan (virtues) yang akan
membentuknya menjadi manusia yang baik (Nord dan Haynes, 2002).
Tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk kapasitas intelektual
manusia yang memungkinkannya untuk membuat keputusan
bertanggungjawab atas hal atau permasalahan rumit yang dihadapinya
dalam kehidupan.
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku
yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai
keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk
membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Komponen Pendidikan Karakter
Dalam pendidikan karakter Lickona (1992) menekankan pentingya
tiga komponen karakter yaitu knowing the good atau persepsi tentang
karakter yang baik, feeling the good atau perasaan tentang karakter yang
baik dan acting the good atau perbuatan yang baik. Hal ini diperlukan agar
siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus
nilai-nilai kebajikan.
a. Knowing the good
Terdapat enam hal yang diajarkan dalam komponen knowing the good, yaitu:
1) Moral Awareness
Pokok persoalan kesadaran moral yang paling sederhana yang ada
dalam situasi kehidupan sehari-hari
2) Knowing Moral Value
Melibatkan pengetahuan moral yang diwariskan kepada suatu
lingkungan tertentu (semacam etika tertulis). Pengetahuan tentang
nilai moral ini juga melibatkan pengaplikasian dalam situasi
tertentu.
3) Perspective Taking
Berhubungan erat dengan pergerakan dari rasa mementingkan diri
sendiri beralih pada kegunaan bersama.
4) Moral Reasoning
Merupakan pemahaman tentang arti dari melakukan tindakan
5) Decision Making
Berfokus pada memilih perilaku moral yang tepat dari suatu
situasi tertentu.
6) Self-Knowledge
Memiliki kesadaran terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi
dengan mempertimbangkannya lewat waktu dan refleksi terhadap
diri sendiri., merupakan tahap dari knowing the good yang paling
sulit.
Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu
mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami
kenapa perlu melakukan hal itu. Selama ini mereka tahunya mana
yang baik dan buruk, namun mereka tidak tahu alasannya. Tahapan ini
merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter, di mana anak
diharapkan memiliki pemahaman tentang karakter. Tujuan dari tahap
ini adalah:
1) Anak mampu membedakan mana karakter yang baik dan tidak baik
2) Anak memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter
dalam kehidupan
3) Anak mengenal figur yang dapat dijadikan teladan bagi karakter
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan keenam aspek
yang ada dalam knowing the good pada skala penelitian, aspek yang
digunakan hanya aspek moral awareness, moral reasoning, dan
decision making. Ketiga aspek lain tidak digunakan karena peneliti
belum mampu menemukan pengaplikasian yang konkret ke dalam
aitem soal pada skala.
b. Feelingthe good
Terdapat 6 hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus
mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter
yakni:
1) Conscience
Memiliki dua sisi, yang pertama adalah sisi kognitif, yaitu
mengetahui apa yang benar. Yang kedua adalah kesadaran akan
kewajiban untuk melakukan yang benar. Orang dapat memiliki
pengetahuan secara kognitif tapi sangat kurang dalam hal keinginan
untuk melakukannya secara emosional.
2) Self-esteem
Merupakan sebuah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
menghormati orang lain. Ketika kita dapat melihat ke dalam diri
kita sendiri kita tidak akan menyakiti orang lain dan akan lebih
3) Empathy
Sebuah pengidentifikasian, perasaan mengerti atau mengalami
sendiri apa yang sedang dialami oleh orang lain. Empati inilah
yang membuat kita dapat melihat suatu situasi dari sudut pandang
orang lain.
4) Loving the good
Merupakan bentuk tertinggi dari karkater, ketertarikan yang murni
terhadap hal-hal yang baik, keinginan yang murni untuk menjadi
seorang yang baik sebagai bentuk motivasi terhadap karakter yang
baik.
5) Self-control
Emosi seseorang dapat meluap tanpa alasan, oleh karena itu
dibutuhkan pengendalian diri untuk membantu kita bertindak
sesuai dengan etika yang ada meskipun sedang berada di bawah
tekanan emosi orang lain.
6) Humility
Meupakan sebuah kebajikan moral yang diabaikan, merupakan sisi
afektif dari self knowledge. Di dalamnya memiliki konsep untuk
bersikap terbuka terhadap koreksi serta keinginan yang murni
Tahapan ini mencoba membangkitkan keinginan untuk
melakukan perbuatan baik. Tahapan ini dimaksudkan untuk melatih
seseorang merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan,
sehingga ia mampu menilai dirinya sendiri dan semakin tahu
kekurangan-kekurangannya. Jika feeling the good sudah tertanam, itu
akan menjadi “mesin” atau kekuatan luar biasa dari dalam diri
seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan perbuatan
negatif.
Peneliti tidak memakai semua aspek yang ada dalam feeling the
good ke dalam skala penelitian. Hanya tiga aspek yang digunakan
yaitu conscience, emphaty, dan loving the good. Ketiga aspek lain
tidak dimasukkan pada skala penelitian karena peneliti belum mampu
mengungkapkan bentuk nyata dari aspek-aspek tersebut ke dalam
aitem soal.
c. Acting the good
Tindakan ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen
karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang
dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek
1) Kompetensi (competence)
Kemampuan untuk mengubah pengetahuan dan perasaan moral
menjadi suatu tindakan yang efektif. Dapat dianggap sebagai
pengaplikasian aktif dari knowing the good dan acting the good.
2) Keinginan (will)
Berhubungan dengan tujuan. Sesuatu yang bertujuan agar dapat
diterima orang sebagai suatu tindakan yang benar seringkali
menjadi bagian yang paling sulit untuk dilaksanakan.
Membutuhkan suatu keinginan yang besar untuk melakukan
tindakan moral dalam situasi yang tepat.
3) Kebiasaan (habit)
Pengaplikasian dari knowing the good dan feeing the good yang
dilakukan secara disengaja dalam situasi yang kompeten. Orang
yang memiliki karakter yang baik seringkali melakukan tindakan
kebajikan sebagai suatu hal yang biasa tanpa harus berpikir
mengenai hal baik apa yang seharusnya dilakukan.
Tahapan ini berusaha untuk melatih seseorang melakukan
perbuatan baik. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau
dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya. Berbuat sesuatu yang
Inilah puncak keberhasilan pendidikan karakter, orang mampu
mempraktekkan karakter yang baik dalam perilakunya sehari-hari.
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu aspek dari
acting the good, yaitu kebiasaan (habit). Kedua aspek lain tidak
dimasukkan ke dalam skala karena peneliti belum bisa menuangkan
ide dari aspek-aspek tersebut secara konkret ke dalam aitem soal.
3. Kualitas Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mengajarkan tentang berbagai kualitas karakter di
dalamnya. Character First Education mendefinisikan 49 jenis kualitas
karakter, di antaranya adalah karakter penuh perhatian, ketaatan, kejujuran,
tahu berterimakasih, ketertiban, ketulusan, kesalehan, dan murah hati.
Bentuk kualitas pendidikan karakter dalam penelitian ini meliputi:
a. Penuh Perhatian, menunjukkan penghargaan kepada seseorang atau
suatu tugas dengan berkonsentrasi penuh
b. Ketaatan, dengan segera dan senang hati melakukan perintah dari
orang-orang yang bertanggung jawab atas saya
c. Kejujuran, memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta
yang akurat
d. Tahu berterimakasih, menyatakan kepada orang lain melalui
perkataan dan tindakan bahwa mereka telah berjasa bagi hidup saya
e. Murah hati, dengan teliti mengelola segala sumber daya sehingga
f. Ketertiban, mengatur diri sendiri dan lingkungan sekitar untuk
meningkatkan efisiensi
g. Pengampunan, memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain
serta tidak menaruh dendam
h. Ketulusan, selalu melakukan yang benar dengan motif yang
transparan
i. Kesalehan, nilai moral yang tinggi karena melakukan yang benar
secara konsisten
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974)
mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine
yaitu cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan
pikiran, dan perilaku. Free online dictionary (2009) mencantumkan sikap
sebagai kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan
perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu.
Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah
predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku
tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang
murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih
merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini
dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai
dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.
Thurstone dan Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan definisi
sikap sebagai keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau
bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan,
dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. Pendapat ini
berbeda dengan Thomas dan Znaniecki (1920) yang berpendapat bahwa
sikap tidak semata-mata ditentukan oleh aspek internal psikologis individu
melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang dibawa dari kelompoknya,
Thurstone lebih spesifik menunjukkan faktor yang menentukan sikap
seseorang terhadap sesuatu objek sikap (specific topic).
Pendapat Allport (1935) mengenai sikap lebih memperkaya
pandangan yang dikemukakan sebelumnya. Menurut Allport sikap adalah
kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang
mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu
terhadap semua objek dan situasi yang terkait.
Pendapat Krech & Crutchfield (1948) memilah lebih tajam komponen
sikap yang dikemukakan oleh Thurstone dan Chave dan Allport yang
dikemukakan sebelumnya. Menurut Krech dan Crutchfield sikap adalah
pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi,
persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam
berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu ini dapat
kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam
berhubungan dengan objek sikap.
Campbell (1950) mengemukakan bahwa sikap adalah sekumpulan
respon yang konsisten terhadap objek sosial. Penekanan konsistensi respon
ini memberikan muatan emosional pada definisi yang dikemukakan
Campbell tersebut. Sikap tidak hanya kecenderungan merespon yang
diperoleh dari pengalaman tetapi sikap respon tersebut harus konsisten.
Pengalaman memberikan kesempatan pada individu untuk belajar.
Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau
kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon
secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau
memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang
dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal
mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi
yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa sikap merupakan keterkaitan ide dengan emosi yang
digunakan untuk merespon situasi sosial tertentu secara konsisten, di mana
proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.
2. Aspek Sikap
a. Aspek kognitif yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau
keyakinan), ide, konsep. Aspek ini dapat berupa persepsi, stereotipe,
opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu.
b. Aspek afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional
seseorang. Aspek ini menyangkut perasaan individu terhadap objek
sikap dan menyangkut masalah emosi.
c. Aspek Konatif yang merupakan kecenderungan bertingkah laku
(kecenderungan: belum berperilaku)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Rahayuningsih (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap siswa dalam pendidikan karakter adalah:
a. Pengalaman pribadi, harus meninggalkan kesan yang kuat
b. Kebudayaan, pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat
individu tersebut dibesarkan
c. Orang lain yang dianggap penting (Significant Others), yaitu
orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah
laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang
berarti khusus
d. Media massa, membawa pesan-pesan sugestif yang dapat
mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup
kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama, berfungsi meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman
baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan
seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.
f. Faktor Emosional, suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang
fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan
bentuk mekanisime pertahanan ego.
C. Orang-tua
Definisi orang-tua menurut kamus Wikipedia (2009) adalah ayah
dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.
Umumnya orang-tua memiliki peranan yang sangat penting dalam
membesarkan anak dan panggilan ibu atau ayah dapat diberikan untuk
perempuan atau pria yang bukan orang-tua kandung (biologis) dari seseorang
yang mengisi peranan ini.
Orang-tua pada penelitian ini adalah ayah atau ibu dari siswa/i Sekolah
Kristen Shekinah Temanggung. Orang-tua yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah orang yang diketahui oleh peneliti terlibat dalam proses
belajar anak, diantaranya seperti orang-tua yang sering berada di kantin
sekolah pada jam istirahat anak maupun orang-tua yang sering menjemput
anak di sekolah, orang-tua yang rutin bertanya pada guru mengenai materi
memberikan tanya jawab soal pada anaknya di kantin sekolah ketika ada
ujian, serta rajin datang pada pertemuan orang-tua yang diadakan di sekolah.
D. Sekolah Kristen Shekinah Temanggung
1. Visi dan Misi
Sekolah Kristen Shekinah merupakan salah satu sekolah swasta yang
didirikan dalam rangka membantu melaksanakan program Pendidikan
Nasional yang tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini
didirikan sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya
para orang-tua murid yang ada di Temanggung dan sekitarnya. Dengan
didirikannya sekolah ini diharapkan dapat menjadikan siswa unggul dalam
kerohanian dan kecerdasan.
Hal ini dapat di lihat dari visi dan misi Sekolah Kristen Shekinah.
Adapun visi dari Sekolah Kristen Shekinah yaitu mempersiapkan generasi
yang takut akan Tuhan dan memiliki karakter, hikmat, dan kemampuan
yang bisa memberikan dampak positif bagi keluarga dan bangsa.
Misi Sekolah Kristen Shekinah adalah:
a. Membina siswa sehingga mempunyai kehidupan rohani, karakter, dan
integritas yang kuat di dalam Tuhan
b. Mengembangkan potensi dan kreativitas dalam diri siswa serta
c. Memperlengkapi setiap siswa untuk tunduk pada otoritas, memiliki
hati dan pikiran yang mudah dibentuk dalam akhlak dan budi pekerti
yang luhur.
Dengan melihat visi dan misi Tersebut, Sekolah Kristen Shekinah
merupakan salah satu sekolah yang cukup berpotensi dalam
mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya siswanya. Adapun
alasan penulis menjadikan Sekolah Kristen Shekinah sebagai tempat
penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah baru
yang visi dan misinya berhubungan erat dengan pembentukan karakter
siswa lewat pendidikan karakter.
2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
Guru-guru Sekolah Kristen Shekinah terdiri dari sarjana S-1 lulusan
berbagai fakultas yang berkualitas dalam bidang studi masing-masing.
Dengan penyeleksian yang sangat ketat dan harus kompeten dalam
bidangnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menjadikan siswa
cakap dalam ilmu pengetahuan dan memiliki kualitas karakter yang baik.
Adapun para siswa yang ada di sekolah berasal dari latar belakang
yang berbeda-beda. Ada yang sudah terbentuk karakternya di rumah dan
ada yang belum. Oleh karena itu, dibutuhkan ada kerjasama yang baik
antara pihak sekolah, orang-tua dan masyarakat. Dengan adanya kerjasama
tersebut diharapkan visi dan misi yang telah dicanangkan akan tercapai.
Berdasarkan uraian dalam alinea di atas, pihak sekolah senantiasa
memberikan salam dengan berjabat tangan, menyapa guru ketika bertemu,
menghormati yang lebih tua dan sebagainya.
Pihak orang-tua di rumah seharusnya juga memberikan contoh yang
baik terhadap anaknya. Oleh karena itu, pihak sekolah dan orang-tua harus
bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang berkarakter baik di
rumah, di sekolah maupun di masyarakat.
a. Keadaan Guru Sekolah Kristen Shekinah
Dewan guru/pengajar di Sekolah Kristen Shekinah sebagian
besar adalah guru Swasta. Tenaga pengajar yang mengajar di Sekolah
Kristen Shekinah berjumlah 14 orang, yang terdiri dari 12 wanita, dan
2 laki-laki.
b. Keadaan Siswa
Siswa Sekolah Kristen Shekinah, tahun pelajaran 2009-2010
tercatat berjumlah 55 siswa/i. Dengan perincian untuk kelas playgroup
dengan jumlah siswa 15 orang. Untuk kelas TK A dengan jumlah
siswa sebanyak 15 orang. Untuk kelas TK B dengan jumlah siswa
sebanyak 8 orang. Untuk kelas 1 dengan jumah siswa sebanyak 17
orang. Jadi jumlah keseluruhannya ada 4 kelas, dengan jumlah siswa
sebanyak 55 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel 1
Keadaan Siswa Sekolah Kristen Shekinah
Kelas Putra Putri Jumlah
Total
Playgroup 14 13 27
TK A 8 8 16
TK B 9 11 20
Kelas 1 9 11 20 Kelas 2 8 10 18
Jumlah 48 53 101
c. Keadaan Karyawan
Karyawan sebagai tenaga kependidikan ikut menentukan juga
di dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka keberadaanya
mempunyai keterkaitan erat dengan tenaga kependidikan lainnya,
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah sangat bagus dan
memadai serta mendukung dalam pembentukkan karakter. Di lingkungan
sekolah Shekinah, terdapat gereja sebagai fasilitas untuk mendukung
perkembangan karakter dan kerohanian siswa/i.
4. Kurikulum
Sekolah Shekinah bertujuan untuk menyeimbangkan antara
spiritualitas dan proses belajar-mengajar akademis. Beberapa hal yang
a. Spiritualitas
1) Devotion, pembekalan rohani untuk membangun spirit dan karakter siswa/i.
2) Character First
b. Akademis
1) CCC Christian Centered Curricullum 2) Modul pembelajaran / Bahan ajar 3) Alat peraga untuk mengajar
E. Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter di Sekolah Kristen
Shekinah Temanggung
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Krech
Crutchfield dan Ballachy (1962) sikap sebagai terdiri dari tiga komponen,
yakni pengertian dan pemahaman (cognition), perasaan (feelings), serta
kecenderungan bertindak (action tendencies). Ketiga komponen inilah yang
akan membentuk sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter yang akan
berbeda sikap orang-tua yang satu dan lainnya.
Perbedaan sikap orang-tua terhadap objek yang sama, yaitu pendidikan
karakter disebabkan adanya perbedaan-perbedaan dalam pengalaman pribadi,
kebudayaan, significant others, media massa, institusi maupun faktor
Pengalaman pribadi yang telah dan sedang orang-tua alami akan ikut
membentuk dan mempengaruhi penghayatan orang-tua terhadap stimulus
pendidikan karakter. Tanggapan orang-tua terhadap pendidikan karakter akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap orang-tua, untuk dapat
mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan pendidikan karakter sebagai
objek psikologis.
Orang-tua yang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang
berhubungan dengan pendidikan karakter, akan dapat memberikan pengertian
kepada anak mengenai alasan mengapa ia boleh melakukan sesuatu atau tidak
boleh melakukan sesuatu. Sedangkan orang-tua yang belum memiliki
pengamalan pribadi mengenai pendidikan karakter, mengetahui bahwa ini
boleh dilakukan dan itu boleh dilakukan, namun mereka tidak tahu alasannya
apa. Sehingga terkadang orang-tua memberikan larangan kepada anaknya
tanpa alasan yang jelas dan tanpa memberikan pengertian yang benar
terhadap apa yang dilakukan si anak.
Jika orang-tua selama ini pernah menyekolahkan anaknya di sekolah
yang mengajarkan pendidikan karakter, maka orang-tua akan mempunyai
pandangan tentang seberapa pentingnya pendidikan karakter. Sedangkan
orang-tua yang belum pernah menyekolahkan anaknya di sekolah yang
mengajarkan pendidikan karakter, maka orang-tua belum mempunyai
Kebudayaan di mana orang-tua hidup dan dibesarkan, mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan
karakter anak. Orang-tua yang dibesarkan dengan kebudayaan yang ada di
kota kecil yaitu Temanggung, yang belum terlalu familiar dengan maksud
dari pendidikan karakter, akan memiliki kecenderungan untuk
mengutamakan prestasi akademik ketimbang pendidikan karakter anak.
Orang-tua yang sebelumnya telah dibesarkan dengan kebudayaan yang
memiliki pemahaman mengenai pendidikan karakter, akan memandang
bahwa pendidikan karakter itu penting. Tanpa mereka sadari, kebudayaan
semacam ini telah menanamkan garis pengaruh sikap mereka terhadap
pendidikan karakter anak mereka.
Orang lain yang ada di sekitar orang-tua merupakan salah satu di antara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap orang-tua. Orang-tua yang
telah mendengar informasi dari orang-tua lain tentang pendidikan karakter
yang telah berlangsung di sekolah lain, dan mendapatkan bahwa ternyata
orang-tua tersebut belum menemukan adanya perubahan pada karakter anak,
maka penerimaan mereka terhadap pendidikan karakter yang dilaksanakan di
sekolah menjadi biasa saja.
Berbagai bentuk media massa yang digunakan untuk memberikan
informasi mengenai pendidikan karakter yang ada di sekolah, seperti radio,
surat kabar, dan brosur, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
massa tersebut, ternyata tidak cukup kuat, kurang memberi dasar afektif bagi
orang-tua dalam menilai pendidikan karakter sehingga terbentuklah sikap
orang-tua yang tidak terlalu menanggapi adanya pendidikan karakter.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter, karena
seharusnya lembaga-lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri orang-tua, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah
antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Jika fungsi dan
keberadaan kedua lembaga tadi belum dapat dirasakan oleh orang-tua secara
langsung, maka kedua lembaga itu belum bisa dijadikan pijakan untuk
menentukan sikap terhadap adanya pendidikan karakter.
Faktor lain yang akan mempengaruhi sikap orang-tua terhadap
pendidikan karakter adalah faktor emosional yang ada di dalam diri setiap
orang-tua. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan emosi
yang berfungsi sebagai penyaluran mengenai apa yang ada di dalam diri
orang-tua. Orang-tua akan cenderung tidak memiliki emosi tertentu terhadap
pendidikan karakter, jika informasi dan sosialisasi dari pihak sekolah
mengenai pendidikan karakter masih kurang.
Orang-tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang berpendidikan
karakter sedikit banyak telah memilki kepercayaan (keyakinan), ide, dan
mendapatkan pendidikan karaktr, maka orang-tua akan mempunyai
kehidupan emosional atau evaluasi terhadap pendidikan karakter yang sudah
dijalankan. Kemudian, orang-tua akan memiliki kecenderungan untuk
bertindak terhadap pendidikan karakter yang sudah dijalankan di sekolah.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap orang-tua
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Subana (2001) menyatakan bahwa penelitian
kuantitatif deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan,
variabel, serta fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan
menyajikannya apa adanya. Penelitian deskriptif menjelaskan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami
sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan
antar variabel, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis hanya sampai pada
taraf deskripsi saja, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematik sehingga dapat dipahami dan disimpulkan dengan lebih mudah.
Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga
semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
Pengolahan data deskriptif umumnya didasarkan pada analisis
persentase dan analisis kecenderungan (Azwar, 2004). Dalam penelitian
ini peneliti mengajukan sebuah variabel penelitian. Variabel yang akan
diungkap dan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah sikap orang-tua
terhadap pendidikan karakter anak usia dini di Sekolah Kristen Shekinah
Temanggung.
B. Definisi Operasional
Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperanan dalam
peristiwa atau gejala yang menjadi objek pengamatan peneliti (Hastuti,
2003). Dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel sebagai variabel
utama, yaitu sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.
Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter adalah kepercayaan,
ide, konsep, perasaan serta kecenderungan perilaku tertentu yang dimiliki
oleh orang-tua terhadap pendidikan karakter dengan komponen karakter
knowing the good, feeling the good, dan acting the good.
Sikap dalam skripsi ini diukur dengan menggunakan skala sikap
yang disusun berdasarkan skala Likert. Subjek yang memiliki skor total
tinggi dapat dikategorikan memiliki sikap positif terhadap pendidikan
karakter, sedangan subjek yang memiliki skor total rendah akan
dikategorikan memiliki sikap negatif terhadap pendidikan karakter
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-tua murid dari anak yang
bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Dalam penelitian
ini, subyek penelitian diperoleh dengan menggunakan metode purposive
sampling, artinya kelompok subjek tersebut dipilih berdasarkan ciri-ciri
atau sifat-sifat khusus yang dipandang mempunyai sangkut paut erat
sebelumnya (Hadi, 2004). Adapun kriteria subjek yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Orang-tua dari siswa playgroup sampai dengan kelas 2 SD yang
bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Orang-tua yang
dimaksudkan bisa ayah atau ibu, terutama mereka yang sering dilihat
atau ditemui oleh peneliti di sekitar lingkungan sekolah.
2. Periode 2009/2010. Peneliti mengambil orang-tua pada periode ini
karena Sekolah Kristen Shekinah baru berdiri selama hampir 2 tahun,
jadi yang dijadikan subjek penelitian adalah orang-tua dari anak yang
telah mendapatkan pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah
pada tahun pertama (selama satu tahun).
Subjek yang digunakan sebagai subjek penelitian sebanyak 60
orang-tua murid.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel penelitian yaitu
sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.
E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpulan data
Sebagai usaha untuk memperoleh tingkat objektivitas dalam
suatu penelitian ilmiah, maka perlu menggunakan prosedur
penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
skala sikap. Skala sikap berisi aitem-aitem yang berisi
pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek sikap, yaitu komponen kognitif,
afektif dan konatif yang telah dikaitkan dengan objek sikap.
a. Skala sikap dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur
sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter anak usia dini,
skala ini didasarkan pada 3 komponen sikap yaitu:
1) Komponen kognitif
2) Komponen afektif
3) Komponen konatif
Ketiga komponen ini akan dibagi lagi dalam pernyataan
yang favorable dan unfavorable.
b. Aspek pendidikan karakter adalah:
1) Knowing the good, yang di dalamnya terdapat 6 komponen,
yaitu:
a) Moral awareness
b) Knowing moral value
c) Perspective taking
d) Moral reasoning
e) Decision making
f) Self-knowledge
2) Feeling the good, yang di dalamnya terdapat 6 komponen,
a) Conscience
b) Self-esteem
c) Empathy
d) Loving the good
e) Self-control
f) Humility
3) Acting the good, yang di dalamnya terdapat 3 komponen,
yaitu:
a) Competence
b) Will
c) Habit
Masing-masing aspek pendidikan karakter memiliki jumlah
aitem yang sama, yaitu berjumlah 24 aitem. Kemudian dari 24
aitem, dibagi menjadi 2 yaitu 12 aitem favorable dan 12 aitem
unfavorable. Jumlah keseluruhan aitem dalam skala try out
adalah 72 aitem.
Dalam penelitian ini, aspek yang digunakan dari komponen
knowing the good hanya aspek moral awareness, moral
reasoning, dan decision making. Pada komponen feeling the
good hanya tiga aspek yang digunakan yaitu conscience,
emphaty, dan loving the good. Sedangkan pada komponen
acting the good, peneliti hanya memasukkan satu aspek yaitu
Peneliti hanya menggunakan sebagian aspek dari
komponen-komponen karakter tersebut karena peneliti merasa
belum mampu menemukan pernyataan dalam bentuk konkret
untuk dimasukkan ke dalam aitem soal pada skala penelitian.
Metode penyusunan skala yang digunakan adalah summated
ratings scale. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Pada
skala ini subjek diminta untuk menanggapi setiap butir pernyataan
itu dengan mengungkapkan taraf kesesuaian dan ketidaksesuaiannya
(Suryabrata, 2003).
Skala Likert terdiri dari 5 kategori jawaban sangat sesuai,
sesuai, belum memutuskan, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai.
Namun, pada penelitian ini alternatif respon jawaban yang
disediakan oleh peneliti hanya berjumlah 4 kategori, dengan
menghilangkan kategori ‘belum memutuskan’ pada pilihan
jawabannya. Menurut Hadi (1991) modifikasi skala Likert yang
meniadakan kategori jawaban di tengah didasarkan pada 3 alasan,
yaitu:
a. Kategori belum memutuskan memiliki arti ganda, bisa diartikan
belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban (menurut
konsep aslinya), namun juga bisa diartikan netral (setuju tidak,
b. Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah (center tendency effect), terutama bagi
mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.
c. Kategori jawaban SS-S-ST-STS dimaksudkan untuk melihat
kecenderungan pendapat responden, terarah ke setuju atau tidak
setuju. Jika disediakan kategori jawaban tengah maka akan
menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi
banyak informasi yang dapat dijaring dari para responden.
2. Penilaian atau penskoran
Alternatif respon jawaban yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak
sesuai dan sangat tidak sesuai. Skor yang diberikan pada setiap
pernyataan bergerak dari 1-4.
Terdapat perbedaan pemberian skor pada beberapa aitem
favorable dan aitem unfavorable. Tabel berikut ini memberikan
gambaran mengenai perbedaan pemberian skor kepada keduanya
Tabel 2
Skor berdasarkan pernyataan aitem favorable
Jawaban Skor Sangat sesuai 4
Sesuai 3 Tidak sesuai 2
Sangat tidak sesuai 1
Tabel 3
Skor berdasarkan pernyataan aitem unfavorable
Jawaban Skor Sangat sesuai 1 Sesuai 2 Tidak sesuai 3 Sangat tidak sesuai 4
Subjek yang memiliki skor total tinggi (mendekati skor
maksimal) dapat dikategorikan memiliki sikap positif terhadap
pendidikan karakter, sedangan subjek yang memiliki skor total
rendah (mendekati skor minimum) akan dikategorikan memiliki
sikap negatif terhadap pendidikan karakter.
3. Validitas
Berhasil tidaknya suatu skala digunakan sebagai alat
pengumpulan data yang akurat, salah satunya adalah teruji secara
validitas. Validitas didefinisikan sebagai ukuran sejauh mana skala
ukurnya (Azwaar, 1999). Jadi suatu instrumen tes dikatakan akurat
salah satunya ketika instrumen tersebut mampu mengungkap apa
yang hendak diungkap.
Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi.
Validitas isi dilakukan oleh professional judgment atau orang yang
dianggap ahli. Dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan dosen
pembimbing skirpsi sebagai professional judgment, untuk melihat
kesesuaian aitem soal dengan blue print yang telah dibuat
sebelumnya dan juga keterwakilannya dari setiap aspek sikap.
4. Reliabilitas
Alat ukur penelitian juga harus teruji reliabilitasnya.
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil alat
ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran
yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat
dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi antar individu lebih
ditentukan oleh faktor error (kesalahan) dari pada faktor perbedaan
yang sesungguhnya (Azwar, 1999).
Jadi tujuan dari pengujian reliabilitas adalah untuk melihat
sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam penelitian memberikan
hasil ukur yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali
dengan menggunakan teknik Alpha Crohnbach, program SPSS versi
15 for windows.
5. Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan
dalam langkah-langkah sebagai berikut:
a. Try Out (Uji Coba)
Uji coba penelitian dilakukan dengan menggunakan 54
orang subjek penelitian dengan karakteristik yang sama dengan
subjek penelitian sebenarnya. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pelaksanaan try out antara lain:
1) Membuat blue print mengenai jumlah aitem dan indikator
skala
2) Membuat skala dengan Summated Rating
3) Peneliti menentukan kelompok subjek yang memiliki
karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang
sesungguhnya
4) Melaksanakan try out (uji coba) terhadap 54 orang subjek
yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
penelitian yang sesungguhnya
5) Menganalisa data dari hasil uji coba untuk memperoleh
aitem-aitem yang sahih untuk dipakai pada penelitian yang
b. Penelitian
Penelitian dilakukan kepada 60 orang subjek dengan
menggunakan aitem yang telah memenuhi kriteria kesahihan
aitem pada uji coba (try out) penelitian. Langkah-langkah yang
dilakukan selama penelitian, antara lain:
1) Skala penelitian disusun dengan menggunakan aitem
penelitian yang telah memenuhi kriteria kesahihan aitem pada
uji coba penelitian
2) Memberikan skala pada subjek penelitian
3) Menganalisis data
4) Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut
5) Menyajikan hasil penelitian dan kesimpulan dalam bentuk
kajian deskriptif
F. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara
statistik dengan bantuan sistem SPSS versi 15 for windows. Data yang
akan dianalisis secara deskriptif ini meliputi penyajian data melalui tabel,
perhitungan modus, mean dan standar deviasi.
Subjek dibedakan ke dalam kelompok sikap yang positif atau negatif
dengan cara melakukan uji perbandingan mean antara mean empirik
subjek positif, namun jika mean empirik < mean teoritik maka sikap
subjek adalah negatif.
Setelah dilakukan uji perbedaan mean untuk mengetahui sikap
subjek, maka selanjutnya diadakan uji signifikasi untuk mengetahui
apakah sikap subjek tersebut signifikan atau tidak signifikan. Uji
signifikasi dilakukan dengan menggunakan uji –t one sample T-test yang
hasilnya kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t > t tabel, maka
sikapnya dikatakan signifikan, namun jika t < t tabel, maka sikap subjek
dikatakan tidak signifikan.
Sebagai pelengkap untuk mengetahui gambaran sikap subjek secara
lebih jelas maka dilakukan kategorisasi dengan menggunakan 5 kategori,
yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif. Analisis
terhadap data kemudian dilakukan secara umum, untuk melihat sikap yang
dimiliki oleh sebagian besar subjek penelitian. Selain pengkategorian
secara umum, dilakukan pula pengkategorian untuk tiap indikator karakter
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji coba (try out) alat ukur
Sebelum melakukan penelitian, alat ukur penelitian perlu
melewati tahap uji coba agar diperoleh alat ukur dengan kualitas
yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba pada
penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala kepada 60 orang
subjek. Penyebaran alat ukur uji coba dimulai dari tanggal 3 Agustus
2009 hingga tanggal 15 Agustus 2009. Dari 60 skala yang
disebarkan, 6 skala tidak dikembalikan kepada peneliti, sehingga
jumlah keseluruhan subjek uji coba sebanyak 54 subjek.
a. Estimasi Alat Ukur (Skala)
Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas
isi. Validitas isi dilakukan oleh professional judgment atau
orang yang dianggap ahli. Dalam penelitian ini peneliti meminta
bantuan dosen pembimbing skripsi sebagai professional
judgment, untuk melihat kesesuaian aitem soal dengan blue print
yang telah dibuat sebelumnya dan juga keterwakilannya dari
setiap aspek sikap.
b. Seleksi Aitem
Dari hasil analisis terhadap 72 aitem soal uji coba, maka
diperoleh 18 aitem soal yang gugur atau tidak layak untuk
digunakan sebagai alat ukur penelitian. Aitem soal tersebut
antara lain: aitem 4, aitem 7, aitem 8, aitem 9, aitem 10, aitem
11, aitem 15, aitem 16, aitem 20, aitem 21, aitem 22, aitem 23,
aitem 26, aitem 28, aitem 31, aitem 57, aitem 65, dan aitem 66.
Aitem soal yang layak digunakan sebagai alat ukur penelitian
sebanyak 54 aitem soal, dengan koefisien korelasi yang bergerak
dari 0,361 sampai 0,626. Dari 54 aitem soal yang layak tersebut
kemudian dipilih 48 aitem dengan koefisien korelasi terbaik dari
masing-masing komponen dan disesuaikan dengan komposisi
blue print agar masing-masing komponen dapat terwakili secara
proporsional.
c. Estimasi Relabilitas Alat Ukur
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronhbach
program SPSS versi 15.0 for windows. Dari hasil pengukuran
terhadap alat ukur diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,937.
Rekaman hasil kesahihan butir dan reliabilias skala dapat dilihat
2. Blue Print
Tabel 4
Blue Print Skala Sikap
Aspek Favorable Unfavorable
Jumlah per aspek Sikap
Kognitif
Kognitif-knowing the good 4 4 8 Kognitif-feeling the good 4 4 8 Kognitif-acting the good 4 4 8 Afektif
Afektif-knowing the good 4 4 8 Afektif-feeling the good 4 4 8 Afektif-acting the good 4 4 8 Konatif
Tabel 5
Blue Print Distribusi aitem Skala Sikap
Aspek No. Aitem
Favorable
No. Aitem Unfavorable
Jumlah per aspek Sikap
Kognitif Kognitif-knowing the good 1, 4, 43, 55 2, 5, 31, 56 8 Kognitif-feeling the good 9, 13, 25, 44 8, 28, 42, 52 8 Kognitif-acting the good 24, 59, 63, 69 12, 26, 37, 60 8 Afektif
Afektif-knowing the good 3, 22, 57, 65 6, 18, 45, 46 8 Afektif-feeling the good 21, 36, 66, 68 10, 30, 61, 62 8 Afektif-acting the good 48, 51, 70, 72 15, 40, 54, 71 8 Konatif
Konatif-knowing the good 7, 19, 32, 58 16, 17, 20, 33 8 Konatif-feeling the good 11, 34, 38, 50 14, 23, 29, 35 8 Konatif-acting the good 27, 41, 47, 49 39, 53, 64, 67 8
Tabel 6
Blue Print setelah uji coba dengan nomor aitem yang baru
Aspek No. Aitem
Favorable
No. Aitem Unfavorable
Jumlah per aspek Sikap
Kognitif Kognitif-knowing the good 1, 27, 37 2, 4, 38 6 Kognitif-feeling the good 6, 12, 28 26, 34 5 Kognitif-acting the good 11, 43, 46 21, 40 5 Afektif Afektif-knowing the good 3 5, 9, 29, 30 5 Afektif-feeling the good 20, 45 15, 41, 42 5 Afektif-acting the good 31, 33, 48 24, 36, 47 6 Konatif Konatif-knowing the good 10, 16, 39 8, 17 5 Konatif-feeling the good 18, 32, 22 7, 14, 19 6 Konatif-acting the good 13, 25 23, 35, 44 5
Jumlah aitem total 48
B. Pelaksanaan Penelitian
Setelah peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur penelitian,
didapatkan aitem-aitem terbaik yang selanjutnya akan digunakan sebagai
alat ukur dalam penelitian. Penyebaran skala kemudian dilakukan kepada
60 subjek penelitian. Penyebaran skala dimulai dari tanggal 20 Agustus
2009 sampai dengan 2 September 2009. Waktu yang diperlukan cukup
lama karena peneliti mencari subjek yang sesuai dengan criteria secara
acak di seluruh Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Peneliti
menunggui subjek ketika mengisi skala, sehingga jika subjek
membutuhkan penjelasan terhadap pernyataan yang ada peneliti langsung
Peneliti memiliki 60 subjek penelitian, karena dari skala yang
disebarkan, semua skala dikembalikan kepada peneliti.
C. Hasil Penelitian
1. Analisis data
Dari hasil pengukuran terhadap alat ukur diperoleh koefisien
reliabilitas Alphe Crohnbach sebesar 0,937. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang
meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum,
perhitungan nilai minimum, perhitungan mean teoritik, mean empirik
dan Standar Deviasi.
Berikut ini adalah tahap penghitungannya:
X minimum teoritik:
Jumlah aitem x skor terendah yang mungkin diperoleh subjek
pada skala
48 x 1 = 48
X maksimum teoritik:
Jumlah aitem x skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek
pada skala
48 x 4 = 192
Range:
Luas jarak sebaran antara nilai maksimun dan nilai minimum
Menghitung mean (µ):
Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritik dari skor maksimum dan
skor minimum
X maks + X min = 240 = 120 2 2
Menghitung SD:
Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam enam satuan deviasi
standar
Range = 144 = 24 6 6
2. Hasil Empirik Penelitian
Berdasarkan analisis di atas, diperoleh hasil empirik penelitian
sebagai berikut:
Hasil empirik penelitian secara umum:
N : 60
Mean : 123,883
Maks : 183
Min : 90
SD : 19,90919
Ket:
X : mean empirik
µ : mean teoritik
S : SD Empirik
N : Jumlah subjek
t = 123,883 - 120 = 3,883 = 1,55 19,90919 2,56
√60
t-tabel = 2, 00, jadi t < t-tabel = tidak signifikan
Tabel 7
Hasil Analisis teoritik dan empirik
Teoritik Empirik N Min Maks Mean SD N Min Maks Mean SD t Signifikasi Umum 60 48 192 120 24 60 90 183 123,883 19,9 1,55 Positif,
Dari hasil perhitungan di atas, jika akan dibuat kategorisasi
dalam lima kategori (sangat negatif, negatif, netral, positf, sangat
positif) maka akan diperoleh pengkategorian sebagai berikut:
Sangat positif : µ + 1,5 SD ≤ X
Positif : µ + 0,5 SD ≤ X < µ + 1,5 SD
Netral : µ - 0,5 SD ≤ X < µ + 0,5 SD
Negatif : µ - 1,5 SD ≤ X < µ - 0,5 SD
Sangat negatif : X ≤ µ - 1,5 SD
Tabel 8
Kategorisasi dalam 5 Kategori
Kategori Skor Sangat Positif 156 ≤ X Positif 132 ≤ X < 156 Netral 108 ≤ X < 132 Negatif 94 ≤ X < 108 Sangat Negatif X ≤ 94
Data tentang rentang skor komposisi subjek penelitian pada
variable sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.
Tabel 9
Data Deskriptif Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter
Kategori Rentang Skor Frekuensi %
Sangat Positif 156 ≤ X 4 7 Positif 132 ≤ X < 156 15 25 Netral 108 ≤ X < 132 27 45 Negatif 94 ≤ X < 108 11 18 Sangat Negatif X ≤ 94 3 5