• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung - USD Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Psikologi

Oleh:

Fransisca Metta Amelya Lukito

NIM : 049114097

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Program Studi Psikologi

Oleh:

Fransisca Metta Amelya Lukito

NIM : 049114097

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

“Whom have I in heaven but You?

And earth has nothing I desire beside You..

My flesh and my heart may fail,

but...

(6)

v

Thanks for everything that You have done in me and all the things that You’re going to do…

My earthly father, who is now in heaven, thank you for your cares. My amazing mother, for your support and sacrifice,

no one could ever change my love for you, mom . My sisters, for your sharing, laughing, crying and loving. My beloved honey, for your patient and pray. I know you are the best, the precious gift that God has given to me … My handsome brothers, Patrick and Karel.

My talkative sister, Abigail. My fellow teachers at school. My little fellas at the Shekinah School. My friends at the Shekinah School.

(7)

s

sebutkan dal

lam kutipan

dan daftar p

vi pustaka sebag

gaimana lay

Yogyaka

Fransisca

yaknya karya

arta, 8 Febua

Metta Amel

a ilmiah.

ari 2010

(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memaparkan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Variabel dalam penelitian ini adalah sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter. Sikap orang-tua dibagi menjadi tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter diukur dengan menggunakan skala sikap yang disusun dengan metode Likert. Koefisien reliabilitas skala dengan menggunakan Cronhbach Alpha adalah sebesar 0.937. Data diperoleh dari 60 orang-tua yang anaknya bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung pada periode tahun ajaran 2009/2010 sebagai subjek penelitian. Penelitian ini menjelaskan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter di sekolah Kristen Shekinah yang diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang memiliki kualitas karakter yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (123,883 > 120), tetapi setelah dilakukan pengujian taraf signfikansi dengan tingkat signifikan 1%, didapat yang berarti bahwa tidak signifikan, artinya orang-tua memiliki sikap netral, tidak positif dan tidak negatif, terhadap pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Hal ini menunjukkan bahwa sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan yang berbasis karakter.

(9)

viii ABSTRACT

This is a descriptive-quantitative research. The aim of this research is to know and to describe parent’s attitude towards early childhood character education. This research is a descriptive research with one variable, and parent’s attitude as the variable. Parent’s attitude toward character education is differentiated in three components: cognitive, affective and conative. The subject of this research are the parent’s of students at Shekinah Christian School period 2009/2010 with the total 60 parents. This research used parent’s attitude scale. The data is analyzed using SPSS program, 15 version for windows, and found that the reliability of alpha Cronhbach is 0,937. The collected data are analyzed by t-test method. This research found that parents have neutral responses towards character education in Shekinah Christian School. It is show by the result that the empiric mean is higher than theoretical mean (123,883 > 120), but after analyzed by t-test method, we found that score t is lower than t-table, which means that the response is not significant.

(10)
(11)

x

dengan hanya dengan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter di

Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Penyusunan skripsi ini merupakan

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Semua yang tertuang dalam skripsi ini diperoleh dengan anugerah dan

kerja keras yang tidak lain karena peran, bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan,

dan doa dari beberapa pihak, dan karenanya penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Siwi Handayani, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si., selaku dosen penguji skripsi yang telah

meluangkan waktu dan perhatian, serta banyak membantu selama diskusi

dan bimbingan sehingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Titik Kristiyani, M. Psi., selaku dosen penguji, terimakasih atas waktu

dan bimbingannya selama ini.

4. Ibu M. M. Nimas Eki S., S.Psi., M.Si, selaku dosen penguji, terimakasih

atas bimbingan yang diberikan demi selesainya skripsi ini.

5. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi, selaku pembimbing akademik,

(12)

xi

pertengkaran kita selama ini, tanpa kalian hidupku tidak akan jadi lebih

berwarna.

8. My precious love, Adi Surya Darma, thank you for everything.. From you I

know that the greatest thing we’ll ever learn is just to love and be loved in

return. Because, love never fails..

9. Untuk Om Petrus dan Tante Linda, atas doa dan dukungannya.

10.Penghuni Perumahan Dua Sekawan 48, Om Pandu, Tante Liz, Patrick,

Karel, dan Abigail atas untaian cerita yang mengisi hari-hariku.

11.Semua pengajar, staf, pekerja dan murid-murid di Sekolah Kristen

Shekinah Temanggung.

12.Teman-teman yang udah membantu suksesnya tryout dan penelitian ini,

Ms. Selly, Ms. Titin, Ms Tika, Ms. Priska, Ms. Betty, Ms. Maria, Ms. Titi,

Ms. Krista, Ms. Widya, Ms. Lenny, Ms. Dessy, Ms. Dewi, Ms. Nana, Mr.

Valent, Mr. Jaya, atas kesediannya memberikan referensi untuk subjek

penelitian. Penulis hanya bisa mengucapkan thank you buat kalian semua.

13.Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan

pengetahuan dan ilmu kepada penulis.

14.Staf dan karyawan sekretariat Fakultas Psikologi: mbak Nanik, Mas

Gandung, Pak Gie, Mas Doni dan Mas Muji yang udah banyak membantu

(13)

xii skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

dengan rendah hati mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan

untuk itu, penulis menerima segala kritik maupun saran yang membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa menjadi berkat dan

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan semua orang yang

membaca skripsi ini pada khususnya.

Tuhan Yesus memberkati.

Yogyakarta, 8 Februari 2010

(14)

xiii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ………...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………..………….vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ……….. 10

E. Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II. LANDASAN TEORI ... 11

A. PENDIDIKAN KARAKTER ... 11

(15)

xiv

1. Pengertian Sikap ... 18

2. Aspek Sikap ... 21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 21

C. SEKOLAH KRISTEN SHEKINAH ... 22

1. Visi dan Misi ... 22

2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan ... 24

3. Sarana dan Prasarana ... 26

4. Kurikulum ... 26

D. SIKAP ORANG-TUA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER ... 27

E. PERTANYAAN PENELITIAN ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Definisi Operasional ... 35

C. Subyek Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ……… 36

1. Alat Pengumpulan Data ... ... 36

2. Penilaian dan Penskoran ………....……. 39

3. Validitas ………...……... 40

(16)

xv

A. PERSIAPAN PENELITIAN ... 45

1. Uji Coba (Try Out) Alat Ukur ... 45

2. Blue Print ... 47

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 48

C. HASIL PENELITIAN ... 49

1. Analisis Data ………...……… 49

2. Hasil Empiris Penelitian ... 50

E. PEMBAHASAN ... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(17)

xvi

Tabel 3 Skor berdasarkan pernyataan aitem unfavorable ... 40

Tabel 4 Blue Print Skala Sikap ... 47

Tabel 5 Blue Print Distribusi aitem Skala Sikap ……… 47

Tabel 6 Blue Print setelah uji coba dengan nomor aitem yang baru ……. 48

Tabel 7 Hasil Analisis teoritik dan empiric ………...……….. 51

Tabel 8 Kategorisasi dalam 5 Kategori……….….………..….. 52

(18)

xvii

Data Try Out ……… 69

Reliabilitas Try Out ………. 77

Skala Penelitian Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter …………... 81

Data Penelitian ……… 85

Reliabilitas Alpha Cronhbach ………. 93

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang-tua menjadi tempat pembentukan karakter anak yang utama,

terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan mereka, yaitu pada usia dini.

Menurut Koesoema (2007), orang-tua memiliki investasi afeksi yang tidak

dapat digantikan oleh peranan pihak lain termasuk sekolah. Jadi, sedekat

apapun hubungan emosional antara guru dan siswa, ikatan emosinal antara

anak dengan orang-tua merupakan pengalaman tak tergantikan yang menjadi

modal dasar pertumbuhan emosi dan kedewasaan anak.

Tiap-tiap orang-tua memiliki keinginan dan kepentingannya sendiri

terhadap kemajuan pendidikan karakter anak-anak mereka. Meskipun

orang-tua telah mempercayakan pendidikan karakter anak mereka pada sekolah

pilihan mereka, tanggung jawab orang-tua terhadap perkembangan karakter

anak tidak hilang.

Berdasarkan alasan tersebut, dapat diketahui bahwa sikap orang-tua

terhadap pendidikan karakter di sekolah sangatlah penting. Bagaimana respon

orang-tua terhadap pendidikan karakter berdasarkan pengetahuan yang telah

mereka miliki sebelumnya serta berdasarkan pengalaman-pengalaman yang

mereka peroleh, khususnya yang menyangkut tentang pendidikan karakter.

Komunikasi yang intensif serta interaksi yang aktif antara sekolah

dengan orang-tua menjadi hal yang penting dalam pendidikan karakter di

(20)

sekolah, sehingga orang-tua lebih bisa menentukan sikap terhadap pendidikan

karakter yang berlangsung di sekolah. Sekolah bisa memberikan laporan

tentang perkembangan kepribadian dan karakter anak di sekolah secara

berkala, memberikan buku panduan tentang program pendidikan karakter

bagi orang-tua, atau mengadakan evaluasi terhadap hasil dari pendidikan

karakter yang sudah diterapkan.

Sekolah perlu mengetahui sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter

yang telah didapat oleh anak, sehingga sekolah dapat memperoleh informasi

terhadap pendidikan karakter yang selama ini telah diterapkan. Informasi

yang didapat ini bisa dijadikan masukan untuk mempertimbangkan langkah

selanjutnya yang akan diambil oleh sekolah terhadap pendidikan karakter

yang sedang berlangsung.

Thomas dan Znaniecki (1974) mengemukakan bahwa melalui sikap, kita

memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan

yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosial. Artinya proses ini

terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat

terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan

norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.

Thurstone dan Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan bahwa

sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias,

asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan

(21)

Sikap orang-tua merupakan kecenderungan respon yang memberikan

muatan emosional, yang diperoleh dari pengalaman masing-masing orang-tua.

Pengalaman ini berasal dari proses belajar yang sifatnya individual sehingga

sifatnya subjektif dan unik. Keunikan ini terjadi oleh adanya perbedaan

individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan

dan dikelola oleh para orang-tua.

Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter merupakan cara orang-tua

merespon tentang adanya pendidikan karakter berdasarkan pengalaman dan

nilai-nilai yang telah dimiliki oleh orang-tua sebelumnya. Topik mengenai

sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter inilah yang akan dibahas dalam

penelitian ini. Penelitian ini menggunakan setting sekolah dengan kurikulum

pendidikan karakter. Sekolah Kristen Shekinah Temanggung merupakan

salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dalam

kurikulumnya.

Sekolah Kristen Shekinah Temanggung didirikan dalam rangka

membantu pemerintah dalam melaksanakan program Pendidikan Nasional

yang tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini didirikan

sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya para

orang-tua murid Kristen yang ada di Temanggung dan sekitarnya. Dengan

didirikannya sekolah ini diharapkan dapat menjadikan peserta didik unggul

dalam kerohanian, kecerdasan dan karakter.

Hal ini dapat di lihat dari Visi dan Misi Sekolah Kristen Shekinah

(22)

mempersiapkan generasi yang takut akan Tuhan dan memiliki karakter,

hikmat, dan kemampuan yang bisa memberikan dampak positif bagi keluarga

dan bangsa. Sedangkan misi Sekolah Kristen Shekinah Temanggung adalah

membina siswa sehingga mempunyai kehidupan rohani, karakter, dan

integritas yang kuat di dalam Tuhan, mengembangkan potensi dan kreativitas

dalam diri siswa serta membekali ilmu pengetahuan untuk menjadi pemimpin

yang tangguh, dan memperlengkapi setiap siswa untuk tunduk pada otoritas,

memiliki hati dan pikiran yang mudah dibentuk dalam akhlak dan budi pekerti

yang luhur.

Dengan melihat Visi dan Misi Tersebut, Sekolah Kristen Shekinah

merupakan salah satu sekolah yang cukup berpotensi dalam mengembangkan

kualitas dan kuantitas SDM melalui pendidikan karakter, dalam hal ini peserta

didik. Adapun alasan penulis menjadikan Sekolah Kristen Shekinah

Temanggung sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut

merupakan salah satu sekolah baru yang cukup popular, sedangkan visi dan

misi sekolah tersebut erat hubungannya dengan pendidikan karakter. Selain

itu, peneliti juga terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar di

sekolah ini (Dokumentasi Visi Misi Sekolah Kristen Shekinah, 2009).

Peneliti berusaha untuk meneliti sikap orang-tua terhadap pendidikan

karakter di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung karena ada permintaan

khusus dari pihak sekolah untuk memberikan informasi mengenai pendidikan

karakter yang telah berlangsung selama setahun ini (dari tahun 2008-2009).

(23)

gambaran mengenai sejauh mana orang-tua meresponi pendidikan karakter

yang selama ini telah dijalankan oleh sekolah, sehingga sekolah dapat

memberikan pertimbangan dan upaya yang lebih baik terhadap pendidikan

karakter.

Sebagus apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal,

orang-tua tetap memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalaninya

berhasil atau tidak. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk menjadikan

orang-tua sebagai subjek penelitian, sebab orang-orang-tua dinilai sebagai pihak yang

paling mengerti perkembangan yang terjadi pada anak-anaknya.

Berdasarkan hasil sharing, beberapa orang-tua memiliki pendapat dan

pandangan yang berbeda mengenai pendidikan karakter yang telah

dilaksanakan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Ada orang-tua yang

berpendapat bahwa pendidikan karakter yang telah dilaksanakan tersebut

merupakan hal yang positif bagi anaknya. Menurut orang-tua, mereka melihat

bahwa mulai ada perubahan dalam diri si anak. Anak yang tadinya terbiasa

bersikap kasar terhadap teman, tidak mau mengalah, dan sering mengeluarkan

perkataan negatif, setelah mendapatkan pendidikan karakter di sekolah

menjadi lebih lembut dan mau berbagi dengan teman.

Beberapa orang-tua menyatakan bahwa mereka tidak melihat

perubahan-perubahan tertentu dalam diri anaknya. Mereka menilai bahwa pada dasarnya,

si anak sudah memiliki karakter yang baik, sehingga pendidikan karakter

dalam kurikulum sekolah tidak terlalu berpengaruh bagi perkembangan

(24)

Ada pula orang-tua yang berpendapat bahwa pendidikan karakter yang

diterapkan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung justru membebani

orang-tua, karena mereka diminta untuk mereview kembali karakter yang

telah diajarkan di sekolah. Orang-tua merasa bahwa pendidikan karakter tidak

ada manfaatnya, hanya menambah berat tugas anak di rumah.

Perbedaan pendapat itulah yang mendasari peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter yang telah

diadakan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung.

Berdasarkan uraian di atas, akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti

tentang Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter Di Sekolah Kristen

Shekinah Temanggung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter Di

Sekolah Kristen Shekinah Temanggung?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang akan di bahas lebih jelas dan fokus, maka

penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut:

(25)

2. Sampel yang digunakan hanya orang-tua dari anak yang menjadi

siswa/i di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung pada tahun ajaran

2009/2010.

D. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk meneliti Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan

Karakter Di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung.

E. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti, untuk mendapatkan informasi tentang pendidikan karakter

yang telah berjalan di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung sehingga

dapat memberikan masukan terhadap pihak sekolah karena peneliti

terlibat langsung dalam proses belajar dan mengajar di sekolah tersebut.

2. Bagi Sekolah, sebagai informasi dan masukan terhadap pelaksanaan

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu kesepakatan tentang apa yang

seharusnya dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk mengarahkan

kepada nilai-nilai (values) dan kebajikan (virtues) yang akan

membentuknya menjadi manusia yang baik (Nord dan Haynes, 2002).

Tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk kapasitas intelektual

manusia yang memungkinkannya untuk membuat keputusan

bertanggungjawab atas hal atau permasalahan rumit yang dihadapinya

dalam kehidupan.

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku

yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai

keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

2. Komponen Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter Lickona (1992) menekankan pentingya

tiga komponen karakter yaitu knowing the good atau persepsi tentang

karakter yang baik, feeling the good atau perasaan tentang karakter yang

baik dan acting the good atau perbuatan yang baik. Hal ini diperlukan agar

(27)

siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus

nilai-nilai kebajikan.

a. Knowing the good

Terdapat enam hal yang diajarkan dalam komponen knowing the good, yaitu:

1) Moral Awareness

Pokok persoalan kesadaran moral yang paling sederhana yang ada

dalam situasi kehidupan sehari-hari

2) Knowing Moral Value

Melibatkan pengetahuan moral yang diwariskan kepada suatu

lingkungan tertentu (semacam etika tertulis). Pengetahuan tentang

nilai moral ini juga melibatkan pengaplikasian dalam situasi

tertentu.

3) Perspective Taking

Berhubungan erat dengan pergerakan dari rasa mementingkan diri

sendiri beralih pada kegunaan bersama.

4) Moral Reasoning

Merupakan pemahaman tentang arti dari melakukan tindakan

(28)

5) Decision Making

Berfokus pada memilih perilaku moral yang tepat dari suatu

situasi tertentu.

6) Self-Knowledge

Memiliki kesadaran terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi

dengan mempertimbangkannya lewat waktu dan refleksi terhadap

diri sendiri., merupakan tahap dari knowing the good yang paling

sulit.

Untuk membentuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu

mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami

kenapa perlu melakukan hal itu. Selama ini mereka tahunya mana

yang baik dan buruk, namun mereka tidak tahu alasannya. Tahapan ini

merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter, di mana anak

diharapkan memiliki pemahaman tentang karakter. Tujuan dari tahap

ini adalah:

1) Anak mampu membedakan mana karakter yang baik dan tidak baik

2) Anak memahami secara logis dan rasional pentingnya karakter

dalam kehidupan

3) Anak mengenal figur yang dapat dijadikan teladan bagi karakter

(29)

Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan keenam aspek

yang ada dalam knowing the good pada skala penelitian, aspek yang

digunakan hanya aspek moral awareness, moral reasoning, dan

decision making. Ketiga aspek lain tidak digunakan karena peneliti

belum mampu menemukan pengaplikasian yang konkret ke dalam

aitem soal pada skala.

b. Feelingthe good

Terdapat 6 hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus

mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter

yakni:

1) Conscience

Memiliki dua sisi, yang pertama adalah sisi kognitif, yaitu

mengetahui apa yang benar. Yang kedua adalah kesadaran akan

kewajiban untuk melakukan yang benar. Orang dapat memiliki

pengetahuan secara kognitif tapi sangat kurang dalam hal keinginan

untuk melakukannya secara emosional.

2) Self-esteem

Merupakan sebuah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum

menghormati orang lain. Ketika kita dapat melihat ke dalam diri

kita sendiri kita tidak akan menyakiti orang lain dan akan lebih

(30)

3) Empathy

Sebuah pengidentifikasian, perasaan mengerti atau mengalami

sendiri apa yang sedang dialami oleh orang lain. Empati inilah

yang membuat kita dapat melihat suatu situasi dari sudut pandang

orang lain.

4) Loving the good

Merupakan bentuk tertinggi dari karkater, ketertarikan yang murni

terhadap hal-hal yang baik, keinginan yang murni untuk menjadi

seorang yang baik sebagai bentuk motivasi terhadap karakter yang

baik.

5) Self-control

Emosi seseorang dapat meluap tanpa alasan, oleh karena itu

dibutuhkan pengendalian diri untuk membantu kita bertindak

sesuai dengan etika yang ada meskipun sedang berada di bawah

tekanan emosi orang lain.

6) Humility

Meupakan sebuah kebajikan moral yang diabaikan, merupakan sisi

afektif dari self knowledge. Di dalamnya memiliki konsep untuk

bersikap terbuka terhadap koreksi serta keinginan yang murni

(31)

Tahapan ini mencoba membangkitkan keinginan untuk

melakukan perbuatan baik. Tahapan ini dimaksudkan untuk melatih

seseorang merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan,

sehingga ia mampu menilai dirinya sendiri dan semakin tahu

kekurangan-kekurangannya. Jika feeling the good sudah tertanam, itu

akan menjadi “mesin” atau kekuatan luar biasa dari dalam diri

seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan perbuatan

negatif.

Peneliti tidak memakai semua aspek yang ada dalam feeling the

good ke dalam skala penelitian. Hanya tiga aspek yang digunakan

yaitu conscience, emphaty, dan loving the good. Ketiga aspek lain

tidak dimasukkan pada skala penelitian karena peneliti belum mampu

mengungkapkan bentuk nyata dari aspek-aspek tersebut ke dalam

aitem soal.

c. Acting the good

Tindakan ini merupakan hasil (outcome) dari dua komponen

karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang

dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek

(32)

1) Kompetensi (competence)

Kemampuan untuk mengubah pengetahuan dan perasaan moral

menjadi suatu tindakan yang efektif. Dapat dianggap sebagai

pengaplikasian aktif dari knowing the good dan acting the good.

2) Keinginan (will)

Berhubungan dengan tujuan. Sesuatu yang bertujuan agar dapat

diterima orang sebagai suatu tindakan yang benar seringkali

menjadi bagian yang paling sulit untuk dilaksanakan.

Membutuhkan suatu keinginan yang besar untuk melakukan

tindakan moral dalam situasi yang tepat.

3) Kebiasaan (habit)

Pengaplikasian dari knowing the good dan feeing the good yang

dilakukan secara disengaja dalam situasi yang kompeten. Orang

yang memiliki karakter yang baik seringkali melakukan tindakan

kebajikan sebagai suatu hal yang biasa tanpa harus berpikir

mengenai hal baik apa yang seharusnya dilakukan.

Tahapan ini berusaha untuk melatih seseorang melakukan

perbuatan baik. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau

dirasakan oleh seseorang, tidak akan ada artinya. Berbuat sesuatu yang

(33)

Inilah puncak keberhasilan pendidikan karakter, orang mampu

mempraktekkan karakter yang baik dalam perilakunya sehari-hari.

Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu aspek dari

acting the good, yaitu kebiasaan (habit). Kedua aspek lain tidak

dimasukkan ke dalam skala karena peneliti belum bisa menuangkan

ide dari aspek-aspek tersebut secara konkret ke dalam aitem soal.

3. Kualitas Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mengajarkan tentang berbagai kualitas karakter di

dalamnya. Character First Education mendefinisikan 49 jenis kualitas

karakter, di antaranya adalah karakter penuh perhatian, ketaatan, kejujuran,

tahu berterimakasih, ketertiban, ketulusan, kesalehan, dan murah hati.

Bentuk kualitas pendidikan karakter dalam penelitian ini meliputi:

a. Penuh Perhatian, menunjukkan penghargaan kepada seseorang atau

suatu tugas dengan berkonsentrasi penuh

b. Ketaatan, dengan segera dan senang hati melakukan perintah dari

orang-orang yang bertanggung jawab atas saya

c. Kejujuran, memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta

yang akurat

d. Tahu berterimakasih, menyatakan kepada orang lain melalui

perkataan dan tindakan bahwa mereka telah berjasa bagi hidup saya

e. Murah hati, dengan teliti mengelola segala sumber daya sehingga

(34)

f. Ketertiban, mengatur diri sendiri dan lingkungan sekitar untuk

meningkatkan efisiensi

g. Pengampunan, memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain

serta tidak menaruh dendam

h. Ketulusan, selalu melakukan yang benar dengan motif yang

transparan

i. Kesalehan, nilai moral yang tinggi karena melakukan yang benar

secara konsisten

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974)

mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine

yaitu cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan

pikiran, dan perilaku. Free online dictionary (2009) mencantumkan sikap

sebagai kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan

perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu.

Thomas dan Znaniecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah

predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku

tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang

murni dari individu (purely psychic inner state), tetapi sikap lebih

merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini

(35)

dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai

dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu.

Thurstone dan Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan definisi

sikap sebagai keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan, curiga atau

bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan,

dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik tertentu. Pendapat ini

berbeda dengan Thomas dan Znaniecki (1920) yang berpendapat bahwa

sikap tidak semata-mata ditentukan oleh aspek internal psikologis individu

melainkan melibatkan juga nilai-nilai yang dibawa dari kelompoknya,

Thurstone lebih spesifik menunjukkan faktor yang menentukan sikap

seseorang terhadap sesuatu objek sikap (specific topic).

Pendapat Allport (1935) mengenai sikap lebih memperkaya

pandangan yang dikemukakan sebelumnya. Menurut Allport sikap adalah

kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang

mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu

terhadap semua objek dan situasi yang terkait.

Pendapat Krech & Crutchfield (1948) memilah lebih tajam komponen

sikap yang dikemukakan oleh Thurstone dan Chave dan Allport yang

dikemukakan sebelumnya. Menurut Krech dan Crutchfield sikap adalah

pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi,

persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam

berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu ini dapat

(36)

kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam

berhubungan dengan objek sikap.

Campbell (1950) mengemukakan bahwa sikap adalah sekumpulan

respon yang konsisten terhadap objek sosial. Penekanan konsistensi respon

ini memberikan muatan emosional pada definisi yang dikemukakan

Campbell tersebut. Sikap tidak hanya kecenderungan merespon yang

diperoleh dari pengalaman tetapi sikap respon tersebut harus konsisten.

Pengalaman memberikan kesempatan pada individu untuk belajar.

Aiken (1970) menambahkan bahwa sikap adalah predisposisi atau

kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon

secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau

memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain. Definisi yang

dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik dalam hal

mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri. Predisposisi

yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa sikap merupakan keterkaitan ide dengan emosi yang

digunakan untuk merespon situasi sosial tertentu secara konsisten, di mana

proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu.

2. Aspek Sikap

(37)

a. Aspek kognitif yang berhubungan dengan belief (kepercayaan atau

keyakinan), ide, konsep. Aspek ini dapat berupa persepsi, stereotipe,

opini yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

b. Aspek afektif yang berhubungan dengan kehidupan emosional

seseorang. Aspek ini menyangkut perasaan individu terhadap objek

sikap dan menyangkut masalah emosi.

c. Aspek Konatif yang merupakan kecenderungan bertingkah laku

(kecenderungan: belum berperilaku)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Rahayuningsih (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap siswa dalam pendidikan karakter adalah:

a. Pengalaman pribadi, harus meninggalkan kesan yang kuat

b. Kebudayaan, pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat

individu tersebut dibesarkan

c. Orang lain yang dianggap penting (Significant Others), yaitu

orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah

laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang

berarti khusus

d. Media massa, membawa pesan-pesan sugestif yang dapat

mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup

kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal

(38)

e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama, berfungsi meletakkan

dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman

baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan

seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.

f. Faktor Emosional, suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang

fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan

bentuk mekanisime pertahanan ego.

C. Orang-tua

Definisi orang-tua menurut kamus Wikipedia (2009) adalah ayah

dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.

Umumnya orang-tua memiliki peranan yang sangat penting dalam

membesarkan anak dan panggilan ibu atau ayah dapat diberikan untuk

perempuan atau pria yang bukan orang-tua kandung (biologis) dari seseorang

yang mengisi peranan ini.

Orang-tua pada penelitian ini adalah ayah atau ibu dari siswa/i Sekolah

Kristen Shekinah Temanggung. Orang-tua yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah orang yang diketahui oleh peneliti terlibat dalam proses

belajar anak, diantaranya seperti orang-tua yang sering berada di kantin

sekolah pada jam istirahat anak maupun orang-tua yang sering menjemput

anak di sekolah, orang-tua yang rutin bertanya pada guru mengenai materi

(39)

memberikan tanya jawab soal pada anaknya di kantin sekolah ketika ada

ujian, serta rajin datang pada pertemuan orang-tua yang diadakan di sekolah.

D. Sekolah Kristen Shekinah Temanggung

1. Visi dan Misi

Sekolah Kristen Shekinah merupakan salah satu sekolah swasta yang

didirikan dalam rangka membantu melaksanakan program Pendidikan

Nasional yang tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah ini

didirikan sebagai wadah untuk memenuhi aspirasi masyarakat, khususnya

para orang-tua murid yang ada di Temanggung dan sekitarnya. Dengan

didirikannya sekolah ini diharapkan dapat menjadikan siswa unggul dalam

kerohanian dan kecerdasan.

Hal ini dapat di lihat dari visi dan misi Sekolah Kristen Shekinah.

Adapun visi dari Sekolah Kristen Shekinah yaitu mempersiapkan generasi

yang takut akan Tuhan dan memiliki karakter, hikmat, dan kemampuan

yang bisa memberikan dampak positif bagi keluarga dan bangsa.

Misi Sekolah Kristen Shekinah adalah:

a. Membina siswa sehingga mempunyai kehidupan rohani, karakter, dan

integritas yang kuat di dalam Tuhan

b. Mengembangkan potensi dan kreativitas dalam diri siswa serta

(40)

c. Memperlengkapi setiap siswa untuk tunduk pada otoritas, memiliki

hati dan pikiran yang mudah dibentuk dalam akhlak dan budi pekerti

yang luhur.

Dengan melihat visi dan misi Tersebut, Sekolah Kristen Shekinah

merupakan salah satu sekolah yang cukup berpotensi dalam

mengembangkan kualitas dan kuantitas sumber daya siswanya. Adapun

alasan penulis menjadikan Sekolah Kristen Shekinah sebagai tempat

penelitian dikarenakan sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah baru

yang visi dan misinya berhubungan erat dengan pembentukan karakter

siswa lewat pendidikan karakter.

2. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan

Guru-guru Sekolah Kristen Shekinah terdiri dari sarjana S-1 lulusan

berbagai fakultas yang berkualitas dalam bidang studi masing-masing.

Dengan penyeleksian yang sangat ketat dan harus kompeten dalam

bidangnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat menjadikan siswa

cakap dalam ilmu pengetahuan dan memiliki kualitas karakter yang baik.

Adapun para siswa yang ada di sekolah berasal dari latar belakang

yang berbeda-beda. Ada yang sudah terbentuk karakternya di rumah dan

ada yang belum. Oleh karena itu, dibutuhkan ada kerjasama yang baik

antara pihak sekolah, orang-tua dan masyarakat. Dengan adanya kerjasama

tersebut diharapkan visi dan misi yang telah dicanangkan akan tercapai.

Berdasarkan uraian dalam alinea di atas, pihak sekolah senantiasa

(41)

memberikan salam dengan berjabat tangan, menyapa guru ketika bertemu,

menghormati yang lebih tua dan sebagainya.

Pihak orang-tua di rumah seharusnya juga memberikan contoh yang

baik terhadap anaknya. Oleh karena itu, pihak sekolah dan orang-tua harus

bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang berkarakter baik di

rumah, di sekolah maupun di masyarakat.

a. Keadaan Guru Sekolah Kristen Shekinah

Dewan guru/pengajar di Sekolah Kristen Shekinah sebagian

besar adalah guru Swasta. Tenaga pengajar yang mengajar di Sekolah

Kristen Shekinah berjumlah 14 orang, yang terdiri dari 12 wanita, dan

2 laki-laki.

b. Keadaan Siswa

Siswa Sekolah Kristen Shekinah, tahun pelajaran 2009-2010

tercatat berjumlah 55 siswa/i. Dengan perincian untuk kelas playgroup

dengan jumlah siswa 15 orang. Untuk kelas TK A dengan jumlah

siswa sebanyak 15 orang. Untuk kelas TK B dengan jumlah siswa

sebanyak 8 orang. Untuk kelas 1 dengan jumah siswa sebanyak 17

orang. Jadi jumlah keseluruhannya ada 4 kelas, dengan jumlah siswa

sebanyak 55 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

(42)

Tabel 1

Keadaan Siswa Sekolah Kristen Shekinah

Kelas Putra Putri Jumlah

Total

Playgroup 14 13 27

TK A 8 8 16

TK B 9 11 20

Kelas 1 9 11 20 Kelas 2 8 10 18

Jumlah 48 53 101

c. Keadaan Karyawan

Karyawan sebagai tenaga kependidikan ikut menentukan juga

di dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar, maka keberadaanya

mempunyai keterkaitan erat dengan tenaga kependidikan lainnya,

dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di sekolah ini sudah sangat bagus dan

memadai serta mendukung dalam pembentukkan karakter. Di lingkungan

sekolah Shekinah, terdapat gereja sebagai fasilitas untuk mendukung

perkembangan karakter dan kerohanian siswa/i.

4. Kurikulum

Sekolah Shekinah bertujuan untuk menyeimbangkan antara

spiritualitas dan proses belajar-mengajar akademis. Beberapa hal yang

(43)

a. Spiritualitas

1) Devotion, pembekalan rohani untuk membangun spirit dan karakter siswa/i.

2) Character First

b. Akademis

1) CCC Christian Centered Curricullum 2) Modul pembelajaran / Bahan ajar 3) Alat peraga untuk mengajar

E. Sikap Orang-tua Terhadap Pendidikan Karakter di Sekolah Kristen

Shekinah Temanggung

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Krech

Crutchfield dan Ballachy (1962) sikap sebagai terdiri dari tiga komponen,

yakni pengertian dan pemahaman (cognition), perasaan (feelings), serta

kecenderungan bertindak (action tendencies). Ketiga komponen inilah yang

akan membentuk sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter yang akan

berbeda sikap orang-tua yang satu dan lainnya.

Perbedaan sikap orang-tua terhadap objek yang sama, yaitu pendidikan

karakter disebabkan adanya perbedaan-perbedaan dalam pengalaman pribadi,

kebudayaan, significant others, media massa, institusi maupun faktor

(44)

Pengalaman pribadi yang telah dan sedang orang-tua alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan orang-tua terhadap stimulus

pendidikan karakter. Tanggapan orang-tua terhadap pendidikan karakter akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap orang-tua, untuk dapat

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan pendidikan karakter sebagai

objek psikologis.

Orang-tua yang memiliki pengetahuan atau pengalaman yang

berhubungan dengan pendidikan karakter, akan dapat memberikan pengertian

kepada anak mengenai alasan mengapa ia boleh melakukan sesuatu atau tidak

boleh melakukan sesuatu. Sedangkan orang-tua yang belum memiliki

pengamalan pribadi mengenai pendidikan karakter, mengetahui bahwa ini

boleh dilakukan dan itu boleh dilakukan, namun mereka tidak tahu alasannya

apa. Sehingga terkadang orang-tua memberikan larangan kepada anaknya

tanpa alasan yang jelas dan tanpa memberikan pengertian yang benar

terhadap apa yang dilakukan si anak.

Jika orang-tua selama ini pernah menyekolahkan anaknya di sekolah

yang mengajarkan pendidikan karakter, maka orang-tua akan mempunyai

pandangan tentang seberapa pentingnya pendidikan karakter. Sedangkan

orang-tua yang belum pernah menyekolahkan anaknya di sekolah yang

mengajarkan pendidikan karakter, maka orang-tua belum mempunyai

(45)

Kebudayaan di mana orang-tua hidup dan dibesarkan, mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan

karakter anak. Orang-tua yang dibesarkan dengan kebudayaan yang ada di

kota kecil yaitu Temanggung, yang belum terlalu familiar dengan maksud

dari pendidikan karakter, akan memiliki kecenderungan untuk

mengutamakan prestasi akademik ketimbang pendidikan karakter anak.

Orang-tua yang sebelumnya telah dibesarkan dengan kebudayaan yang

memiliki pemahaman mengenai pendidikan karakter, akan memandang

bahwa pendidikan karakter itu penting. Tanpa mereka sadari, kebudayaan

semacam ini telah menanamkan garis pengaruh sikap mereka terhadap

pendidikan karakter anak mereka.

Orang lain yang ada di sekitar orang-tua merupakan salah satu di antara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap orang-tua. Orang-tua yang

telah mendengar informasi dari orang-tua lain tentang pendidikan karakter

yang telah berlangsung di sekolah lain, dan mendapatkan bahwa ternyata

orang-tua tersebut belum menemukan adanya perubahan pada karakter anak,

maka penerimaan mereka terhadap pendidikan karakter yang dilaksanakan di

sekolah menjadi biasa saja.

Berbagai bentuk media massa yang digunakan untuk memberikan

informasi mengenai pendidikan karakter yang ada di sekolah, seperti radio,

surat kabar, dan brosur, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

(46)

massa tersebut, ternyata tidak cukup kuat, kurang memberi dasar afektif bagi

orang-tua dalam menilai pendidikan karakter sehingga terbentuklah sikap

orang-tua yang tidak terlalu menanggapi adanya pendidikan karakter.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh dalam

pembentukan sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter, karena

seharusnya lembaga-lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep

moral dalam diri orang-tua, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah

antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Jika fungsi dan

keberadaan kedua lembaga tadi belum dapat dirasakan oleh orang-tua secara

langsung, maka kedua lembaga itu belum bisa dijadikan pijakan untuk

menentukan sikap terhadap adanya pendidikan karakter.

Faktor lain yang akan mempengaruhi sikap orang-tua terhadap

pendidikan karakter adalah faktor emosional yang ada di dalam diri setiap

orang-tua. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan emosi

yang berfungsi sebagai penyaluran mengenai apa yang ada di dalam diri

orang-tua. Orang-tua akan cenderung tidak memiliki emosi tertentu terhadap

pendidikan karakter, jika informasi dan sosialisasi dari pihak sekolah

mengenai pendidikan karakter masih kurang.

Orang-tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah yang berpendidikan

karakter sedikit banyak telah memilki kepercayaan (keyakinan), ide, dan

(47)

mendapatkan pendidikan karaktr, maka orang-tua akan mempunyai

kehidupan emosional atau evaluasi terhadap pendidikan karakter yang sudah

dijalankan. Kemudian, orang-tua akan memiliki kecenderungan untuk

bertindak terhadap pendidikan karakter yang sudah dijalankan di sekolah.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap orang-tua

(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Subana (2001) menyatakan bahwa penelitian

kuantitatif deskriptif dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan,

variabel, serta fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang dan

menyajikannya apa adanya. Penelitian deskriptif menjelaskan dan

menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami

sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan

antar variabel, pengaruh terhadap suatu kondisi dan lain-lain.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis hanya sampai pada

taraf deskripsi saja, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara

sistematik sehingga dapat dipahami dan disimpulkan dengan lebih mudah.

Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga

semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.

Pengolahan data deskriptif umumnya didasarkan pada analisis

persentase dan analisis kecenderungan (Azwar, 2004). Dalam penelitian

ini peneliti mengajukan sebuah variabel penelitian. Variabel yang akan

diungkap dan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah sikap orang-tua

terhadap pendidikan karakter anak usia dini di Sekolah Kristen Shekinah

Temanggung.

(49)

B. Definisi Operasional

Variabel penelitian merupakan faktor-faktor yang berperanan dalam

peristiwa atau gejala yang menjadi objek pengamatan peneliti (Hastuti,

2003). Dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel sebagai variabel

utama, yaitu sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

Sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter adalah kepercayaan,

ide, konsep, perasaan serta kecenderungan perilaku tertentu yang dimiliki

oleh orang-tua terhadap pendidikan karakter dengan komponen karakter

knowing the good, feeling the good, dan acting the good.

Sikap dalam skripsi ini diukur dengan menggunakan skala sikap

yang disusun berdasarkan skala Likert. Subjek yang memiliki skor total

tinggi dapat dikategorikan memiliki sikap positif terhadap pendidikan

karakter, sedangan subjek yang memiliki skor total rendah akan

dikategorikan memiliki sikap negatif terhadap pendidikan karakter

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang-tua murid dari anak yang

bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Dalam penelitian

ini, subyek penelitian diperoleh dengan menggunakan metode purposive

sampling, artinya kelompok subjek tersebut dipilih berdasarkan ciri-ciri

atau sifat-sifat khusus yang dipandang mempunyai sangkut paut erat

(50)

sebelumnya (Hadi, 2004). Adapun kriteria subjek yang menjadi subjek

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Orang-tua dari siswa playgroup sampai dengan kelas 2 SD yang

bersekolah di Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Orang-tua yang

dimaksudkan bisa ayah atau ibu, terutama mereka yang sering dilihat

atau ditemui oleh peneliti di sekitar lingkungan sekolah.

2. Periode 2009/2010. Peneliti mengambil orang-tua pada periode ini

karena Sekolah Kristen Shekinah baru berdiri selama hampir 2 tahun,

jadi yang dijadikan subjek penelitian adalah orang-tua dari anak yang

telah mendapatkan pendidikan karakter di Sekolah Kristen Shekinah

pada tahun pertama (selama satu tahun).

Subjek yang digunakan sebagai subjek penelitian sebanyak 60

orang-tua murid.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel penelitian yaitu

sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

E. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpulan data

Sebagai usaha untuk memperoleh tingkat objektivitas dalam

suatu penelitian ilmiah, maka perlu menggunakan prosedur

(51)

penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

skala sikap. Skala sikap berisi aitem-aitem yang berisi

pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek sikap, yaitu komponen kognitif,

afektif dan konatif yang telah dikaitkan dengan objek sikap.

a. Skala sikap dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur

sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter anak usia dini,

skala ini didasarkan pada 3 komponen sikap yaitu:

1) Komponen kognitif

2) Komponen afektif

3) Komponen konatif

Ketiga komponen ini akan dibagi lagi dalam pernyataan

yang favorable dan unfavorable.

b. Aspek pendidikan karakter adalah:

1) Knowing the good, yang di dalamnya terdapat 6 komponen,

yaitu:

a) Moral awareness

b) Knowing moral value

c) Perspective taking

d) Moral reasoning

e) Decision making

f) Self-knowledge

2) Feeling the good, yang di dalamnya terdapat 6 komponen,

(52)

a) Conscience

b) Self-esteem

c) Empathy

d) Loving the good

e) Self-control

f) Humility

3) Acting the good, yang di dalamnya terdapat 3 komponen,

yaitu:

a) Competence

b) Will

c) Habit

Masing-masing aspek pendidikan karakter memiliki jumlah

aitem yang sama, yaitu berjumlah 24 aitem. Kemudian dari 24

aitem, dibagi menjadi 2 yaitu 12 aitem favorable dan 12 aitem

unfavorable. Jumlah keseluruhan aitem dalam skala try out

adalah 72 aitem.

Dalam penelitian ini, aspek yang digunakan dari komponen

knowing the good hanya aspek moral awareness, moral

reasoning, dan decision making. Pada komponen feeling the

good hanya tiga aspek yang digunakan yaitu conscience,

emphaty, dan loving the good. Sedangkan pada komponen

acting the good, peneliti hanya memasukkan satu aspek yaitu

(53)

Peneliti hanya menggunakan sebagian aspek dari

komponen-komponen karakter tersebut karena peneliti merasa

belum mampu menemukan pernyataan dalam bentuk konkret

untuk dimasukkan ke dalam aitem soal pada skala penelitian.

Metode penyusunan skala yang digunakan adalah summated

ratings scale. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert. Pada

skala ini subjek diminta untuk menanggapi setiap butir pernyataan

itu dengan mengungkapkan taraf kesesuaian dan ketidaksesuaiannya

(Suryabrata, 2003).

Skala Likert terdiri dari 5 kategori jawaban sangat sesuai,

sesuai, belum memutuskan, tidak sesuai dan sangat tidak sesuai.

Namun, pada penelitian ini alternatif respon jawaban yang

disediakan oleh peneliti hanya berjumlah 4 kategori, dengan

menghilangkan kategori ‘belum memutuskan’ pada pilihan

jawabannya. Menurut Hadi (1991) modifikasi skala Likert yang

meniadakan kategori jawaban di tengah didasarkan pada 3 alasan,

yaitu:

a. Kategori belum memutuskan memiliki arti ganda, bisa diartikan

belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban (menurut

konsep aslinya), namun juga bisa diartikan netral (setuju tidak,

(54)

b. Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah (center tendency effect), terutama bagi

mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

c. Kategori jawaban SS-S-ST-STS dimaksudkan untuk melihat

kecenderungan pendapat responden, terarah ke setuju atau tidak

setuju. Jika disediakan kategori jawaban tengah maka akan

menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi

banyak informasi yang dapat dijaring dari para responden.

2. Penilaian atau penskoran

Alternatif respon jawaban yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak

sesuai dan sangat tidak sesuai. Skor yang diberikan pada setiap

pernyataan bergerak dari 1-4.

Terdapat perbedaan pemberian skor pada beberapa aitem

favorable dan aitem unfavorable. Tabel berikut ini memberikan

gambaran mengenai perbedaan pemberian skor kepada keduanya

(55)

Tabel 2

Skor berdasarkan pernyataan aitem favorable

Jawaban Skor Sangat sesuai 4

Sesuai 3 Tidak sesuai 2

Sangat tidak sesuai 1

Tabel 3

Skor berdasarkan pernyataan aitem unfavorable

Jawaban Skor Sangat sesuai 1 Sesuai 2 Tidak sesuai 3 Sangat tidak sesuai 4

Subjek yang memiliki skor total tinggi (mendekati skor

maksimal) dapat dikategorikan memiliki sikap positif terhadap

pendidikan karakter, sedangan subjek yang memiliki skor total

rendah (mendekati skor minimum) akan dikategorikan memiliki

sikap negatif terhadap pendidikan karakter.

3. Validitas

Berhasil tidaknya suatu skala digunakan sebagai alat

pengumpulan data yang akurat, salah satunya adalah teruji secara

validitas. Validitas didefinisikan sebagai ukuran sejauh mana skala

(56)

ukurnya (Azwaar, 1999). Jadi suatu instrumen tes dikatakan akurat

salah satunya ketika instrumen tersebut mampu mengungkap apa

yang hendak diungkap.

Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas isi.

Validitas isi dilakukan oleh professional judgment atau orang yang

dianggap ahli. Dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan dosen

pembimbing skirpsi sebagai professional judgment, untuk melihat

kesesuaian aitem soal dengan blue print yang telah dibuat

sebelumnya dan juga keterwakilannya dari setiap aspek sikap.

4. Reliabilitas

Alat ukur penelitian juga harus teruji reliabilitasnya.

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil alat

ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran

yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat

dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi antar individu lebih

ditentukan oleh faktor error (kesalahan) dari pada faktor perbedaan

yang sesungguhnya (Azwar, 1999).

Jadi tujuan dari pengujian reliabilitas adalah untuk melihat

sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam penelitian memberikan

hasil ukur yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali

(57)

dengan menggunakan teknik Alpha Crohnbach, program SPSS versi

15 for windows.

5. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan

dalam langkah-langkah sebagai berikut:

a. Try Out (Uji Coba)

Uji coba penelitian dilakukan dengan menggunakan 54

orang subjek penelitian dengan karakteristik yang sama dengan

subjek penelitian sebenarnya. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam pelaksanaan try out antara lain:

1) Membuat blue print mengenai jumlah aitem dan indikator

skala

2) Membuat skala dengan Summated Rating

3) Peneliti menentukan kelompok subjek yang memiliki

karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang

sesungguhnya

4) Melaksanakan try out (uji coba) terhadap 54 orang subjek

yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek

penelitian yang sesungguhnya

5) Menganalisa data dari hasil uji coba untuk memperoleh

aitem-aitem yang sahih untuk dipakai pada penelitian yang

(58)

b. Penelitian

Penelitian dilakukan kepada 60 orang subjek dengan

menggunakan aitem yang telah memenuhi kriteria kesahihan

aitem pada uji coba (try out) penelitian. Langkah-langkah yang

dilakukan selama penelitian, antara lain:

1) Skala penelitian disusun dengan menggunakan aitem

penelitian yang telah memenuhi kriteria kesahihan aitem pada

uji coba penelitian

2) Memberikan skala pada subjek penelitian

3) Menganalisis data

4) Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut

5) Menyajikan hasil penelitian dan kesimpulan dalam bentuk

kajian deskriptif

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara

statistik dengan bantuan sistem SPSS versi 15 for windows. Data yang

akan dianalisis secara deskriptif ini meliputi penyajian data melalui tabel,

perhitungan modus, mean dan standar deviasi.

Subjek dibedakan ke dalam kelompok sikap yang positif atau negatif

dengan cara melakukan uji perbandingan mean antara mean empirik

(59)

subjek positif, namun jika mean empirik < mean teoritik maka sikap

subjek adalah negatif.

Setelah dilakukan uji perbedaan mean untuk mengetahui sikap

subjek, maka selanjutnya diadakan uji signifikasi untuk mengetahui

apakah sikap subjek tersebut signifikan atau tidak signifikan. Uji

signifikasi dilakukan dengan menggunakan uji –t one sample T-test yang

hasilnya kemudian dibandingkan dengan t-tabel. Jika t > t tabel, maka

sikapnya dikatakan signifikan, namun jika t < t tabel, maka sikap subjek

dikatakan tidak signifikan.

Sebagai pelengkap untuk mengetahui gambaran sikap subjek secara

lebih jelas maka dilakukan kategorisasi dengan menggunakan 5 kategori,

yaitu sangat positif, positif, netral, negatif, dan sangat negatif. Analisis

terhadap data kemudian dilakukan secara umum, untuk melihat sikap yang

dimiliki oleh sebagian besar subjek penelitian. Selain pengkategorian

secara umum, dilakukan pula pengkategorian untuk tiap indikator karakter

(60)

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Persiapan Penelitian

1. Uji coba (try out) alat ukur

Sebelum melakukan penelitian, alat ukur penelitian perlu

melewati tahap uji coba agar diperoleh alat ukur dengan kualitas

yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Uji coba pada

penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan skala kepada 60 orang

subjek. Penyebaran alat ukur uji coba dimulai dari tanggal 3 Agustus

2009 hingga tanggal 15 Agustus 2009. Dari 60 skala yang

disebarkan, 6 skala tidak dikembalikan kepada peneliti, sehingga

jumlah keseluruhan subjek uji coba sebanyak 54 subjek.

a. Estimasi Alat Ukur (Skala)

Validitas yang digunakan dalam skala ini adalah validitas

isi. Validitas isi dilakukan oleh professional judgment atau

orang yang dianggap ahli. Dalam penelitian ini peneliti meminta

bantuan dosen pembimbing skripsi sebagai professional

judgment, untuk melihat kesesuaian aitem soal dengan blue print

yang telah dibuat sebelumnya dan juga keterwakilannya dari

setiap aspek sikap.

(61)

b. Seleksi Aitem

Dari hasil analisis terhadap 72 aitem soal uji coba, maka

diperoleh 18 aitem soal yang gugur atau tidak layak untuk

digunakan sebagai alat ukur penelitian. Aitem soal tersebut

antara lain: aitem 4, aitem 7, aitem 8, aitem 9, aitem 10, aitem

11, aitem 15, aitem 16, aitem 20, aitem 21, aitem 22, aitem 23,

aitem 26, aitem 28, aitem 31, aitem 57, aitem 65, dan aitem 66.

Aitem soal yang layak digunakan sebagai alat ukur penelitian

sebanyak 54 aitem soal, dengan koefisien korelasi yang bergerak

dari 0,361 sampai 0,626. Dari 54 aitem soal yang layak tersebut

kemudian dipilih 48 aitem dengan koefisien korelasi terbaik dari

masing-masing komponen dan disesuaikan dengan komposisi

blue print agar masing-masing komponen dapat terwakili secara

proporsional.

c. Estimasi Relabilitas Alat Ukur

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Alpha Cronhbach

program SPSS versi 15.0 for windows. Dari hasil pengukuran

terhadap alat ukur diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,937.

Rekaman hasil kesahihan butir dan reliabilias skala dapat dilihat

(62)

2. Blue Print

Tabel 4

Blue Print Skala Sikap

Aspek Favorable Unfavorable

Jumlah per aspek Sikap

Kognitif

Kognitif-knowing the good 4 4 8 Kognitif-feeling the good 4 4 8 Kognitif-acting the good 4 4 8 Afektif

Afektif-knowing the good 4 4 8 Afektif-feeling the good 4 4 8 Afektif-acting the good 4 4 8 Konatif

(63)

Tabel 5

Blue Print Distribusi aitem Skala Sikap

Aspek No. Aitem

Favorable

No. Aitem Unfavorable

Jumlah per aspek Sikap

Kognitif Kognitif-knowing the good 1, 4, 43, 55 2, 5, 31, 56 8 Kognitif-feeling the good 9, 13, 25, 44 8, 28, 42, 52 8 Kognitif-acting the good 24, 59, 63, 69 12, 26, 37, 60 8 Afektif

Afektif-knowing the good 3, 22, 57, 65 6, 18, 45, 46 8 Afektif-feeling the good 21, 36, 66, 68 10, 30, 61, 62 8 Afektif-acting the good 48, 51, 70, 72 15, 40, 54, 71 8 Konatif

Konatif-knowing the good 7, 19, 32, 58 16, 17, 20, 33 8 Konatif-feeling the good 11, 34, 38, 50 14, 23, 29, 35 8 Konatif-acting the good 27, 41, 47, 49 39, 53, 64, 67 8

(64)

Tabel 6

Blue Print setelah uji coba dengan nomor aitem yang baru

Aspek No. Aitem

Favorable

No. Aitem Unfavorable

Jumlah per aspek Sikap

Kognitif Kognitif-knowing the good 1, 27, 37 2, 4, 38 6 Kognitif-feeling the good 6, 12, 28 26, 34 5 Kognitif-acting the good 11, 43, 46 21, 40 5 Afektif Afektif-knowing the good 3 5, 9, 29, 30 5 Afektif-feeling the good 20, 45 15, 41, 42 5 Afektif-acting the good 31, 33, 48 24, 36, 47 6 Konatif Konatif-knowing the good 10, 16, 39 8, 17 5 Konatif-feeling the good 18, 32, 22 7, 14, 19 6 Konatif-acting the good 13, 25 23, 35, 44 5

Jumlah aitem total 48

B. Pelaksanaan Penelitian

Setelah peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur penelitian,

didapatkan aitem-aitem terbaik yang selanjutnya akan digunakan sebagai

alat ukur dalam penelitian. Penyebaran skala kemudian dilakukan kepada

60 subjek penelitian. Penyebaran skala dimulai dari tanggal 20 Agustus

2009 sampai dengan 2 September 2009. Waktu yang diperlukan cukup

lama karena peneliti mencari subjek yang sesuai dengan criteria secara

acak di seluruh Sekolah Kristen Shekinah Temanggung. Peneliti

menunggui subjek ketika mengisi skala, sehingga jika subjek

membutuhkan penjelasan terhadap pernyataan yang ada peneliti langsung

(65)

Peneliti memiliki 60 subjek penelitian, karena dari skala yang

disebarkan, semua skala dikembalikan kepada peneliti.

C. Hasil Penelitian

1. Analisis data

Dari hasil pengukuran terhadap alat ukur diperoleh koefisien

reliabilitas Alphe Crohnbach sebesar 0,937. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik deskriptif yang

meliputi penyajian data melalui tabel, perhitungan nilai maksimum,

perhitungan nilai minimum, perhitungan mean teoritik, mean empirik

dan Standar Deviasi.

Berikut ini adalah tahap penghitungannya:

X minimum teoritik:

Jumlah aitem x skor terendah yang mungkin diperoleh subjek

pada skala

48 x 1 = 48

X maksimum teoritik:

Jumlah aitem x skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek

pada skala

48 x 4 = 192

Range:

Luas jarak sebaran antara nilai maksimun dan nilai minimum

(66)

Menghitung mean (µ):

Mean teoritik, yaitu rata-rata teoritik dari skor maksimum dan

skor minimum

X maks + X min = 240 = 120 2 2

Menghitung SD:

Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam enam satuan deviasi

standar

Range = 144 = 24 6 6

2. Hasil Empirik Penelitian

Berdasarkan analisis di atas, diperoleh hasil empirik penelitian

sebagai berikut:

Hasil empirik penelitian secara umum:

N : 60

Mean : 123,883

Maks : 183

Min : 90

SD : 19,90919

(67)

Ket:

X : mean empirik

µ : mean teoritik

S : SD Empirik

N : Jumlah subjek

t = 123,883 - 120 = 3,883 = 1,55 19,90919 2,56

√60

t-tabel = 2, 00, jadi t < t-tabel = tidak signifikan

Tabel 7

Hasil Analisis teoritik dan empirik

Teoritik Empirik N Min Maks Mean SD N Min Maks Mean SD t Signifikasi Umum 60 48 192 120 24 60 90 183 123,883 19,9 1,55 Positif,

(68)

Dari hasil perhitungan di atas, jika akan dibuat kategorisasi

dalam lima kategori (sangat negatif, negatif, netral, positf, sangat

positif) maka akan diperoleh pengkategorian sebagai berikut:

Sangat positif : µ + 1,5 SD ≤ X

Positif : µ + 0,5 SD ≤ X < µ + 1,5 SD

Netral : µ - 0,5 SD ≤ X < µ + 0,5 SD

Negatif : µ - 1,5 SD ≤ X < µ - 0,5 SD

Sangat negatif : X ≤ µ - 1,5 SD

Tabel 8

Kategorisasi dalam 5 Kategori

Kategori Skor Sangat Positif 156 ≤ X Positif 132 ≤ X < 156 Netral 108 ≤ X < 132 Negatif 94 ≤ X < 108 Sangat Negatif X ≤ 94

Data tentang rentang skor komposisi subjek penelitian pada

variable sikap orang-tua terhadap pendidikan karakter.

Tabel 9

Data Deskriptif Sikap Orang-tua terhadap Pendidikan Karakter

Kategori Rentang Skor Frekuensi %

Sangat Positif 156 ≤ X 4 7 Positif 132 ≤ X < 156 15 25 Netral 108 ≤ X < 132 27 45 Negatif 94 ≤ X < 108 11 18 Sangat Negatif X ≤ 94 3 5

Gambar

Tabel 1
Tabel 4 Blue Print Skala Sikap
Tabel 5
Tabel 6 Blue Print setelah uji coba dengan nomor aitem yang baru
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu, pengeloalaan dana umat seperti Zakat, Infaq, dan Sedekah yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa Kota Makassar sebagai wadah oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang

1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori

Pertamina selaku pemungut pajak penghasilan sudah melakukan pemungutan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yakni pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor

ditemukan, yaitu: (1) guru belum mengidentifikasi masalah siswa secara menyeluruh; (2) guru kurang membantu dan mengarahkan siswa menyelesaikan masalah; (3) guru

Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang telah ditandatangani oleh semua anggota Direksi disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris selambatnya 60 (enam puluh)

Berdasarkan identifikasi unsur dan faktor yang mempengaruhi minat dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan kecenderungan dalam individu untuk tertarik pada suatu obyek,

Yang dimaksud dengan persetujuan pengoperasian kapal adalah persetujuan pengoperasian kapal yang diterbitkan untuk orang pribadi atau badan guna mengoperasikan kapal

Karena yang melakukan penilaian terhadap penampakan hilal adalah mata manusia, maka pandangan manusia tidak boleh terhalangi oleh komponen alat optik...