• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

3. Hasil Penelitian 1.Uji Asumsi

Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang memiliki sebaran data yang normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik sampel Kolmogorov-Smirnov Test yang diperhitungkan menggunakan program SPSS for windows versi 23. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 11. Hasil uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. bodyimage .131 154 .000 .961 154 .000

Kinerja .307 154 .000 .767 154 .000

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan nilai probabilitas (p) pada variabel body image sebesar 0,000 dan pada variabel kinerja sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).

b. Uji Linearitas

Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear (Noor, 2013). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for windows versi 23. Data dapat dikatakan linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan kurang dari 0,05 (0,05). Uji linearitas dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY memiliki signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi dengan normal. Hal ini berarti pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05, dengan menggunakan SPSS for windows versi 23. Berikut adalah hasil uji hipotesis body image dan kinerja:

ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. kinerja * bodyimage

Between Groups (Combined) 7166.141 26 275.621 8.439 .000 Linearity 3207.373 1 3207.373 98.206 .000 Deviation from Linearity 3958.768 25 158.351 4.849 .000 Within Groups 4147.755 127 32.659 Total 11313.896 153

Tabel. 13 Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah 0,341 dengan probabilitas 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara variabel body image dan kinerja.

3. Analisis Tambahan

Peneliti melakukan perhitungan secara manual untuk membandingkan jumlah polwan yang masuk dalam kategori tinggipada kelompok usia yang sudah di kelompokkan oleh peneliti. Dari diagram

0 10 20 30 40 50 60 70

Usia 21-30 Usia 31-40 Usia 41-50 Usia 51-60 Body Image Kinerja

Correlations

bodyimage kinerja Spearman's rho Bodyimage Correlation

Coefficient 1.000 .341** Sig. (1-tailed) . .000 N 154 154 Kinerja Correlation Coefficient .341** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 . N 154 154

tersebut dapat dilihat pada kelompok usia 21-30 jumlah polwan yang memilikibody image tinggi adalah 48 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 61 orang. Pada kelompok usia 31-40 tahun memiliki body image body image tinggi 17 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 30 orang. Pada kelompok usia 41-50 tahun memiliki body image tinggi adalah 27 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi 33 orang. Sedangkan pada kelompok usia 51-60 tahun memilikibody image tinggi adalah 29 orang, dan yang memiliki kinerja tinggi adalah 29 orang.

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi Spearman rho, body image dan kinerja memiliki korelasi sebesar 0,341 dengan p = 0,000 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kinerja. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja, yaitu semakin positif body image yang dimiliki oleh polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi tingkat kinerjanya. Begitu sebaliknya, semakin negatif body image yang dimiliki polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin rendah tingkat kinerjanya.

Polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY dan memiliki body image yang positif yang berarti mereka memiliki kepercayaan diri yang

baik, kepercayaan diri yang dimiliki akan membantu mereka dalam menyelesaikan perintah dari atasannya. Menurut Henggaryadi dan Fakhrurrozi (2008) semakin menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif harga diri yang dimiliki, karena body image positif yang dimiliki seseorang mampu meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri.

Polisi wanita yang memiliki kepercayaan diri tidak cemas dalam bertindak, tidak malu berada di kantor, dan mampu bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan. Menurut Lauster (dalam Saputro & Suseno, 2010) mengatakan bahwa kepercayaan diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab atas yang diperbuat.

Kepercayaan diri yang dimiliki Polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY mempengaruhi tingkat kinerjanya yang tinggi dan mampu bekerja dengan baik ketika diberikan perintah oleh atasannya. Hal ini di dukung dengan hasil mean empirik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean teoritik. Menurut Mahmudi (2005: 21) kepercayaan diri merupakan faktor personal yang mempengaruhi kinerja seseorang. Dengan kepercayaan diri yang dimiliki akan yakin terhadap kemampuan dirinya dalam menjalankan tugas dari atasan, tidak cemas dalam bertindak, tidak

malu ketika berada di kantor dan bertanggung jawab atas apa yang ia kerjakan.

Selanjutnya, berdasarkan analisis tambahan dengan melakukan perhitungan secara manual untuk membandingkan jumlah polwan yang masuk dalam kategori tinggi pada kelompok usia yang sudah di kelompokkan oleh peneliti. Dari diagram dapat dilihat pada kelompok usia 21-30 jumlah polwan yang memiliki body image tinggi adalah 48 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 61 orang. Pada kelompok usia 31-40 tahun memiliki body image body image tinggi 17 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi adalah 30 orang. Pada kelompok usia 41-50 tahun memiliki body image tinggi adalah 27 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi 33 orang. Sedangkan pada kelompok usia 51-60 tahun memilikibody image tinggi adalah 29 orang, dan yang memiliki kinerja tinggi adalah 29 orang.

50 BAB V

Dokumen terkait