Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma
Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita (polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara body image dan kinerja pada polisi wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 154 orang polisi wanita yang sudah berkeluarga. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala body image dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala body image memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,954 dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,976. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,341 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat body image yang dimiliki polisi wanita yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah body image yang dimiliki, maka semakin rendah kinerja polisi wanita yang sudah berkeluarga.
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi
ABSTRACT
This research aimed to investigate the correlation between body image and performance in the police woman (polwan) who have been married in Polda DIY. The hypothesis was that there was positive relationship between body image and performance on a police woman. The subject in research were154 police women who have been married. Data instrument be used were the scale of body image and performance of a compiled by researchers. The alpha reliability coefficient of body image scale was 0.954 and coefficient of performance scale was 0.976. The technique of data analysis being used was Spearman's rho correlation test because data on both variables are not normal. The research showed that value of r was 0.341 with p 0.000 < 0.05. The results indicated a positive correlation between body image and performance. It was means that the higher the level of body image of police women who have been married, the higher level of performance. On the contrary, the lower body image, therefore the lower the performance of the police woman who is already married
i
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KINERJA PADA POLISI WANITA (POLWAN) YANG SUDAH BERKELUARGA DI POLDA DIY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi NIM : 119114109
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANTA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
MAN JADDA WAJADA
“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil” -Pepatah Arab-
IT’S A LIE TO THINK YOU’RE NOT GOOD ENOUGH.
IT’S A LIE TO THINK YOU’RE NOT WORTH ANYTHING.
-Nick Vujicic-
EVERYBODY IS A GENIUS. BUT IF YOU JUDGE A FISH BY ABILITY TO CLIMB A TREE, IT WILL LIVE IT’S WAHOLE LIFE
BELIEVING THAT IT IS STUPID.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :
Allah SWT yang memberikan pencerahan
Orang tua yang memberikan kasih sayang dan semangat
Oma terkasih
Adik Ralda yang di surga
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi wadah
Saya untuk belajar hidup bersosial.
vii
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DAN KINERJA PADA POLISI WANITA (POLWAN) YANG SUDAH BERKELUARGA DI POLDA DIY
Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma
Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita (polwan) yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara body image dan kinerja pada polisi wanita. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 154 orang polisi wanita yang sudah berkeluarga. Alat pengumpulan data yang digunakan ialah skala body image dan skala kinerja yang disusun oleh peneliti. Skala body image memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,954 dan skala kinerja memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,976. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Hasil penelitian ini menghasilkan r sebesar 0,341 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara body image dan kinerja. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat body image yang dimiliki polisi wanita yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi kinerjanya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah body image yang dimiliki, maka semakin rendah kinerja polisi wanita yang sudah berkeluarga.
viii
THE RELATIONSHIP BETWEEN BODY IMAGE AND PERFORMANCE IN THE POLICE WOMAN (POLWAN) WHO HAVE BEEN MARRIED IN
POLDA DIY
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Fridericus Randy Bernandus Leo Kemi
ABSTRACT
This research aimed to investigate the correlation between body image and performance in the police woman (polwan) who have been married in Polda DIY. The hypothesis was that there was positive relationship between body image and performance on a police woman. The subject in research were154 police women who have been married. Data instrument be used were the scale of body image and performance of a compiled by researchers. The alpha reliability coefficient of body image scale was 0.954 and coefficient of performance scale was 0.976. The technique of data analysis being used was Spearman's rho correlation test because data on both variables are not normal. The research showed that value of r was 0.341 with p 0.000 < 0.05. The results indicated a positive correlation between body image and performance. It was means that the higher the level of body image of police women who have been married, the higher level of performance. On the contrary, the lower body image, therefore the lower the performance of the police woman who is already married
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil alamin penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas berkat dan karunianya, yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Body Image dan
Kinerja Pada Polisi Wanita (Polwan) Yang Sudah Berkeluarga di Polda DIY. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung, membantu, dan membimbing penulis dalam proses menyelesaikan skripsi. Ucapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si Selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Robertus Landung Eko Prihatmoko, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing selama proses penyusunan skripsi. Terimakasih pa katas semua bantuan, bimbingan, waktu, saran,
serta kesabaran yang telah diberikan. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi ini terkadang mengecewakan bapak. Terimakasih
xi
4. Ibu Debri Prisinela, M. Si., selaku dosen pembimbing akademik 2011 yang selalu memberikan saran, dukungan dan bantuan selama penulis
menempuh studi. Terimakasih Ibu Debri.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang
telah berbagi ilmu dan memberikan semangat.
6. Mas Muji, Mas Gandung, Ibu Nanik, dan juga Pak Gik yang telah membantu dan memberi motivasi untuk penulis.
7. Kepada Pakor Polwan di Polda DIY yang sudah memberikan izin sehingga pengambilan data dapat berjalan dengan lancar. Selain itu
terimakasih kepada polwan di Polda DIY yang sudah berkenan dan meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
8. Kepada orang tua saya, terimakasih atas perhatian dan kasih sayangnya.
Terimakasih atas doa, semangat, kesabaran, dan juga segala bantuannya sehingga anakmu bisa menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk
oma atas doanya untuk cucumu dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada sahabatku, Aan, Haris, dan Toto. Terimakasih untuk dukungan,
doa, dan semangat kalian untukku.
10.Kepada Della Virlya Gisa. Terimakasih atas perhatian, doa, dan semangatmu selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
juga atas kasih saying dan cintamu. Segera menyusul ya.
11.Kepada kakak-kakak Kepompong Berkumis. Yatim, Richard, Ochy,
xii
berikan selama saya berada di Fakultas Psikologi. Sampai bertemu dan sukses selalu.
12.Kepada Koh Cing dan Bang Martin. Terimakasih atas pelajaran dan semangatnya ketika berada di luar maupun di dalam lapangan. Sukses
selalu.
13.Kepada keluarga besar Basket Psikologi. Terimakasih atas pengalamannya selama kita di lapangan basket. Senang pernah berjuang
bersama untuk Fakultas Psikologi tercinta.
14.Terimakasih untuk saudaraku Scooterist 9114. Yuda, Bayu, Aji, Anoy,
Tole, Daniel, Haha, Widek. Terimakasih telah mengenalkan saya dengan vespa. Terimakasih juga untuk pengalaman touring bersama menggunakan vespa bersama. Terimakasih lurs.
15.Kepada sahabat dan teman sepermainan. Yuda, Bayu, Aji, Anoy, Tole, Daniel, Haha, Widek, Vander, Vico, Boncel, Grego, Benny, Gempol,
Boni, Kunto, Made, Kiplek, Gunam, Suci, Pamela, Ema. Terimakasih untuk kebersamaan dan permainannya selama ini. Terimakasih untuk
canda tawa yang kalian ciptakan. Terimakasih juga untuk dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kalian. Selalu sukses dan tetap bersahabat. Tuhan memberkati kalian.
16.Kepada teman-teman angkatan 2011, satu persatu dari kita sudah meninggalkan kampus ini. Sukses untuk kalian semua. Senang bisa
xiii
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk doa, bantuan, dan kerjasamanya.
Penulis yakin bahwa Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama penyusunan skripsi ini. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis sangat terbuka untuk menerima saran dan kritik yang dapat memabngun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang. Tuhan memberkati
kita semua. Amin.
Yogyakarta,
Penulis,
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ASBTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II DASAR TEORI ... 9
A. Kinerja ... 9
1. Definisi Kinerja ... 9
2. Aspek Kinerja... 10
3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 13
B. Body Image... 14
xv
2. Aspek Body Image ... 16
3. Faktor Body Image ... 17
C. Polisi Wanita yang Sudah Berkeluarga ... 18
D. Dinamika Kinerja dan Body Image ... 20
E. Hipotesis ... 24
F. Skema Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Variabel Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional... 26
1. Kinerja ... 26
2. Body Image... 27
D. Subjek Penelitian ... 28
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 28
1. Skala Kinerja ... 29
2. Skala Body Image ... 30
F. Validitas dan Reliabilitas ... 31
1. Validitas ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39
C. Deskripsi Data Penelitian ... 40
D. Norma Kategorisasi ... 42
xvi
F. PEMBAHASAN ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ... 29
Tabel 2. Distribusi Item Body Image Sebelum Uji Coba ... 30
Tabel 3. Distribusi Item Kinerja Sebelum Uji Coba ... 31
Tabel 4. Distribusi Item Body Image Setelah Seleksi Item ... 33
Tabel 5. Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item ... 34
Tabel 6. Rentang Usia Subjek ... 40
Tabel 7. Data Empirik Dan Data Teoritik ... 40
Table 8. Norma Kategorisasi... 42
Tabel 9. Norma Kategorisasi body image ... 42
Tabel 10. Norma Kategorisasi Kinerja... 43
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 44
Tabel 12. Hasil Uji Linearitas ... 45
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Iklima (2014) banyak wanita yang sudah berkeluarga dan bekerja di kantor-kantor sebagai dokter, juru rawat, bidan, polisi wanita, arsitek, psikiater dan pegawai negeri sipil. Hal tersebut menjadi salah satu
pilihan wanita masa kini untuk bisa bertahan menghadapi perkembangan global (Vemal.com, 2015). Namun, menurut Frone dan Cooper (dalam
Karimah, 2011) wanita yang menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah. Wanita karir secara kodrati dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengurus dan
membina keluarga secara baik, namun pada sisi lain, sebagai seorang pekerja yang baik mereka dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar
perusahaan/organisasi dengan menunjukkan kinerja yang prima (Tewal & Tewal, 2014).
Kinerja dipahami sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, dalam
Handayani, 2005). Potu (2013) Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam mengerjakan tugasnya.
Menurut Mahmudi (2005: 21) kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu : 1) faktor personal/individu, 2)
faktor kepemimpinan, 3) faktor tim, 4) faktor sistem, 5) faktor konsektual (situasi). Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kinerja melalui faktor personal/ individu, karena keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan
akan ditentukan oleh faktor manusia atau kayawan dalam mencapai suatu tujuan (Susanty & Baskoro, 2012).
Faktor personal/ individu meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, komitmen, dan kepercayaan diri (Mahmudi, 2005: 21). Peneliti ingin melihat dari kepercayaan diri karena kepercayaan diri
lebih mudah dilihat secara spesifik dalam suatu situasi (Goleman, dalam Saputro & Suseno, 2010).
Menurut Lauster (dalam Saputro & Suseno, 2010) mengatakan bahwa kepercayaan diri ialah suatu sikap atau perasaan yakin akan
kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab atas yang diperbuat. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kepercayaan
diri seseorang adalah body image yang positif(Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008).
nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri (Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008). Papalia, Old
dan Feldman (2008) mengemukakan bahwa body image merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang. Memiliki bentuk
fisik yang baik akan menimbulkan kepuasaan dalam diri terhadap tubuhnya (Hurlock, dalam Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008).
Cash dan Pruzinky (dalam Ratnawati & Sofiah, 2012) body image
merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Seseorang yang memiliki body image positif,
akan merasa bahwa tubuh dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang memiliki body image yang negatif, akan merasa
penampilannya kurang menarik dan percaya diri (Bell dan Rushfort, 2008). Seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang baik, percaya bahwa
dirinya akan mampu menampilkan kinerja seperti yang diharapkan (Setiadarma, dalam Yulianto & Nashori, 2006).Demikian peneliti menduga
bahwa semakin individu memiliki body image yang positif maka kinerja individu tersebut akan semakin meningkat.
Subjek penelitian ini adalah polisi wanita yang sudah berkeluarga di
Polda DIY karena persebaran polwan kini semakin merata di setiap kota, salah satunya adalah di Polda DIY. Polda DIY merupakan pelaksana tugas
(Jogja.polri.go.id). Jumlah polwan yang ada di Polda DIY saat ini ada sebanyak 242 anggota (Biro SDM Polda DIY).
Pekerjaan sebagai polwan erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Seperti yang sudah di jelaskan dalam UU Kepolisian
pasal 13 poin c yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menjadi polisi wanita (Polwan) mereka dituntut untuk memiliki tubuh yang ideal saat pendaftaran, tinggi
minimal untuk wanita adalah 160 cm, dan berat badan diperoleh dari tinggi badan dikurangi 110 cm sehingga diperoleh berat badan idealnya
(Penerimaan.polri.go.id). Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa POLRI cukup ketat dalam seleksi sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia yang kompeten dengan kinerja yang baik tentunya dapat
menunjang keberhasilan organisasi, sebaliknya sumber daya manusia yang tidak kompeten dan kinerjanya buruk merupakan masalah kompetitif yang
menempatkan organisasi dalam kondisi yang buruk (Potu, 2013)
Bahkan untuk meningkatkan kinerja polwan tersebut, mereka
mendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan (Beritasatu.com, 2014). Karena dengan menjaga penampilan atau membuat penampilan menjadi lebih baik akan membuat individu terlihat menarik, sehingga secara
tidak langsung akan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri individu, sehingga membuat individu akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan
Namun, pada kenyataannya banyak anggota polisi yang menjadi gemuk, tidak hanya polisi pria banyak juga polisi wanita yang tubuhnya
tidak ideal lagi (Lensaindonesia.com). sesuai dengan syarat untuk menjadi polwan tubuh yang ideal adalah jumlah tinggi badan dan berat badan di
kurangi 110 sehingga diperoleh berat badan idealnya (Penerimaan.polri.go.id). Salah satunya penyebab perubahan fisik yang terjadi pada wanita adalah status pernikahan. Sebuah studi terbaru
menyatakan bahwa ada kecenderungan peningkatan berat badan wanita setelah menikah. Hal tersebut disebabkan karena wanita yang telah menikah
memiliki tanggung jawab besar dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak, alhasil mereka tidak memiliki waktu mengurus atau menjaga penampilan dengan optimal (Tribunnews.com, 2015).
Hal ini tentunya akan mempengaruhi kepercayaan diri polisi wanita dalam bekerja. Fenomena tersebut juga didukung dari hasil wawancara pada
tanggal 7 januari 2016 kepada seorang polwan di Polda DIY yang menyatakan bahwa jika tidak memiliki badan yang ideal akan
mempengaruhi pekerjaannya, karena tambah berat untuk bergerak dan tidak percaya diri ketika berada di kantor. Selain itu, perubahan fisik yang dialami oleh seorang wanita bisa mempengaruhi hubungan sosialnya dengan orang
lain (Husna, 2013). Sebagian wanita ingin menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu rendah diri atau malu, semua perubahan ini
merasa malu seakan semua orang memperhatikan ketidaksempurnaannya, sehingga menyebabkan sulit bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang
lain (Husna, 2013). Hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja polisi wanita yang pekerjaannya berkaitan dengan interaksi langsung dengan
masyarakat.
Peneliti memilih subjek polisi wanita, karena seorang wanita umumnya mempunyai kepedulian yang lebih besar dibandingkan kaum pria
terhadap penampilan fisik (Husna, 2013). Minat terhadap penampilan sangat kuat pada wanita dewasa pada umumnya (Husna, 2013). Menurut
penelitian yang dilakukan Charles dan Kerr (dalam Grogan, 2008: 48) menemukan bahwa kebanyakan wanita tidak puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar menyebabkan makin kuatnya
keinginan para wanita untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan fisiknya (Munfarida, 2007). Karena wanita ingin memiliki
tubuh kurus dan ideal yang digunakan untuk menarik perhatian orang lain (Satria, 2008). Sedangkan menurut Melliana, (2006) wanita yang memiliki
bentuk tubuh idealpun diasosiasikan dengan kesempatan kerja yang lebih luas, seorang wanita yang memiliki bentuk tubuh ideal banyak mendapat kesempatan untuk terjun ke bidang pekerjaan yang membutuhkan interaksi
dalam menjalankan pekerjaan.
Dari latar belakang tersebut peneliti memilih polisi wanita yang
Hal ini tentunya akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seorang polisi wanita dalam melakukan interaksi dengan masyarakat karena tidak percaya
diri dengan tubuhnya yang gemuk. Selain itu sebagai anggota polisi mereka dituntut untuk tetap memiliki tubuh ideal dan memperoleh tunjangan untuk
menjaga penampilan agar dapat menunjukan kinerja yang prima. Dari penjelasan ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di
Polda DIY.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan body image dan kinerja pada polisi wanita (Polwan) yang sudah berkeluarga di Polda D.I.Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan body image dan kinerja pada polisi wanita (Polwan) yang sudah berkeluarga di Polda D.I.Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Memberi masukan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan yang berkaitan dengan body image.
b. Memberi masukan bagi perkembangan ilmu Psikologi Industri & Organisasi yang berkaitan dengan kinerja.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat menjadi acuan instansi Kepolisian untuk mengevaluasi kinerja anggotanya terutama pada polisi wanita. b. Hasil penelitian dapat menjadi acuan instansi untuk mengetahui
penyebab menurunnya kinerja, serta bagaimana meningkatkan kerja
BAB II
KAJIAN TEORI A. Kinerja
1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2013). Sedangkan
Menurut Brahmasari & Suprayetno (2008) mengemukakan bahwa kinerja adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang berbentuk output
kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dan dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Menurut Gomes (dalam Mangkunegara, 2009) kinerja adalah output, efisien serta
efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa kinerja tidak lepas dari hasil yang dicapai,
serta efektif dalam meningkatkan produktivitas.
Menurut Bernandin & Russell (dalam Gomes, 2003) memberi batasan mengenai kinerja sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja (job performance) adalah hasil kerja atau prestasi yang
diperlihatkan oleh seorang pegawai berupa output kuantitatif maupun kualitatif selama satu periode waktu tertentu sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
2. Aspek-aspek Kinerja
Menurut Gomes (2003) menyatakan bahwa evaluasi kinerja karyawan didasarkan pada deskripsi perilaku yang spesifik, antara lain :
a. Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
b. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.
c. Job knowledge, Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
keterampilan.
d. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyesuaikan persoalan yang timbul.
e. Cooperation, kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain. f. Dependability, dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan
penyelesaian kerja.
h. Personal quality, kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi
Sesuai dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011, dalam melakukan penilaian kerja
generik menilai dari 10 aspek kinerja, antara lain :
a. Kepemimpinan : kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan.
b. Jaringan sosial : kemampuan membangun, memelihara dan melaksanakan kerja sama, serta hubungan baik dengan pegawai dan
masyarakat.
c. Komunikasi : kemampuan menerima ide, merumuskan, mengutarakan, dan menerima ide/pendapat baik secara verbal
maupun non verbal, dengan jelas sesama pegawai dan masyarakat. d. Pengendalian emosi : kemampuan mengendalikan emosi dalam
situasi yang penuh tekanan, sehingga tidak mempengaruhi kinerja. e. Agen perubahan : kemampuan merumuskan, memotivasi, dan
melaksanakan perubahan.
f. Integritas : kemampuan bersikap jujur dan konsisten, apa yang dikatakan sesuai dengan apa yang dilakukan.
g. Empati : kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain, serta mengekspresikan perasaan positif dan ketulusan pada orang lain. h. Pengelolaan administrasi : kemampuan merencanakan, mengatur,
i. Kreativitas : kemampuan menghasilkan, mengembangkan, dan melaksanakan ide/cara baru secara efektif.
j. Kemandirian : kemampuan mengendalikan diri dan mengambil inisiatif tindakan dengan mempertimbangkan faktor resiko.
Dari kedua aspek kinerja tersebut, penelitian ini akan menggunakan 5 aspek menurut Gomes (2003), yang digabungkan dengan aspek-aspek
kinerja dalam kepolisian menurut Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia nomor 16 tahun 2011, antara lain :
a. Quantity of work : jumlah kerja yang dilakukan selama periode
waktu tertentu
b. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapan.
c. Creativeness : kemampuan untuk menghasilkan, mengembangkan, dan melaksanakan ide atau gagasan baru guna mengahadapi
persoalan yang muncul secara lebih efektif.
d. Cooperation : mampu membangun, memelihara, melaksanakan, dan bersedia bekerja sama dengan oranglain, serta mampu menjaga
hubungan baik dengan rekan kerja maupun masyarakat.
e. Job knowledge : mengetahui mengenai pekerjaannya. Selain itu,
f. Dependability : dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja.
g. Initiative : semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dalam memperbesar tanggungjawabnya.
h. Personal quality : memiliki kepribadian ynag baik serta ramah terhadap rekan kerja. Selain itu juga memiliki jiwa kepemimpinan, mampu mengendalikan emosi, mandiri dalam menjalankan tugas,
memiliki perasaan empati, mampu berkomunikasi dengan baik, dan juga berintegritas.
3. Faktor-faktor Kinerja
Menurut Mangkunegara dan Prabu (2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari 2 faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sifat-sifat seseorang, sedangkan faktor eksternal mengacu pada lingkungan kerja
seperti perilaku rekan kerja, fasilitas yang tersedia, iklim organisasi, keadilan organisasi, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Mahmudi (2005: 21) menyebutkan bahwa kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kinerja,
a. Faktor Internal
1. Personal /individu, meliputi : pengetahuan, keterampilan
(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
b. Faktor Eksternal
1. Kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan
manajer dan team leader.
2. Tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang
diberikan oleh rekan dalam tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim. 3. Sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas atau infrastruktur
yang diberikan organisasi, proses organisasi dan kinerja dalam organisasi.
4. Konsektual (situasional), meliputi : tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal organisasi.
Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat personal/individu. Sedangkan kepemimpinan, tim, sistem,
dan situasi masuk kedalam faktor eksternal.
4. Pengukuran Kinerja
Menurut Robertson dalam Mahsun (2006) menyatakan bahwa
terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan
barang/jas, kualitas barang/jasa, hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan.
B. Body Image
1. Definisi Body Image
Istilah body image pertama kali dikenalkan oleh Paul Schilder pada tahun 1920. Body image adalah gambaran mental yang dimiliki setiap
individu tentang penampilan tubuhnya yang dibentuk dalam kerangka pikir dan merupakan refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain (Schilder dalam Grogan, 1999). Pada tahun 1950, para peneliti lain
memberikan arti yang berbeda mengenai body image, yaitu persepsi tentang tubuh distorsi ukuran tubuh, dan persepsi sensasi badaniah
(Fisher dalam Grogan, 1999).
Body image merupakan suatu sikap atau perasaan puas dan tidak
puas yang dimiliki oleh seoseorang atau suatu individu tertentu terhadap tubuhnya sehingga dapat melahirkan suatu penilaian yang positif dan negatif pada dirinya (Rombe, 2014). Sedangkan menurut Cash dan
Pruzinky (2002) body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Dari
mengarah pada penampilan fisik. Rice (dalam Mukhlis, 2013) body image adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang
tubuhnya yang meliputi pikiran, perasaan, penilaian, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang tekait dengan tubuhnya.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental atau evaluasi individu terhadap tubuhnya yang meliputi ukuran tubuh, berat badan, dan aspek lain yang
mengarah pada penampilan fisik individu yang terbentuk berdasarkan kerangka pikir dan berupa refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang
lain.
2. Dimensi Body image
Cash & Pruzinsky (2002) mengemukakan ada lima dimensi dalam
pengukuran body image, yaitu:
1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau
belum memuaskan.
2. Appearance orientation (orientasi penampilan)
orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan
dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.
Kepuasan terhadap bagian tubuh, yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, wajah, tubuh bagian atas
(dada, bahu, lengan), tubuh bagian tengah (pinggang & perut), tubuh bagian bawah (pinggul, paha, pantat, kaki), serta bagian tubuh secara
kesuluruhan.
4. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)
Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur bagaimana individu
terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet, dan membatasi pola makan.
5. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu mengukur bagaimana individu menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai gemuk.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa dimensi body image sebagai berikut: Appearance evaluation, Appearance orientation, Body area satisfaction, Overweight
preoccupation, Self-classified weight.
3. Dampak Body Image
Apabila individu memandang tubuhnya positif maka body image yang dimiliki positif, sedangkan apabila individu memandang tubuhnya
dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang
memiliki body image yang negatif, akan merasa penampilannya kurang menarik dan percaya diri. Sedangkan menurut Henggaryadi &
Fakhrurrozi (dalam Sari, 2012) Body image yang positif akan meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri
pada orang lain maupun dirinya sendiri.
Ketika orang-orang memiliki berat badan lebih, stigmasi dan pendapat negatif dari orang lain akan mempengaruhi harga diri mereka
(Miller & Downey dalam Kinnaly, 2012). Ketidakpuasan terhadap tubuh yang besar akan menyebabkan makin kuatnya keinginan para wanita untuk melakukan segala cara demi memperbaiki penampilan
fisiknya (Munfarida, 2007).
C. Polisi Wanita Yang Sudah Berkeluarga
1. Definisi Polisi Wanita Yang Sudah Berkeluarga
Menurut KBBI polisi adalah anggota badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya). Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 2, fungsi kepolisian adalah
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Kepolisian termasuk badan pemerintah yang anggotanya dituntut untuk patuh terhadap atasan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 2 tahun 2003 pasal (1) poin 10 “atasan langsung adalah
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang karena jabatannya
mempunyai wewenang langsung terhadap bawahan yang dipimpinnya”.
hal tersebut menunjukkan bahwa kepolisian masuk kedalam obedience. Obedience adalah keadaan dimana seseorng pada posisi yang berkuasa
cukup mengatakan atau memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu (Sarlito, 2009).
Sejarah polwan di Indonesia dimulai pada 1 September 1948. Ketika
itu, di Bukittinggi, Sumatra Barat, Pemerintah Indonesia tengah berjuan menghadapi agresi militer II Belanda. Akibat serangan besar-besaran
Belanda, ada arus pengungsian dimana-mana. Pria, perempuan, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik
peperangan. Ketika memasuki wilayah yang dikuasai republik, untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi. Tetapi pengungsi perempuan menolak diperiksa polisi pria.
Pemerintah lalu menunjuk Sekolah Polisi Negara di Bukittinggi untuk mulai merekrut polisi wanita. Sejak itu dinyatakan lahirlah Polisi
Polisi wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anggota polisi laki-laki. Hal ini sejalan dengan instruksi Presiden No. 9
Tahun 2000 (dalam UU Kepolisian, 2010) menjelaskan bahwa setiap anggota polisi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
senantiasa memberikan pelayanan terbaik, bersikap hormat kepada siapapun, dan tidak mengenal waktu istirahat selama 24 jam, atau tidak mengenal hari libur (Yuliana & Yuniasanti, 2013). Untuk meningkatkan
kinerja polwan mereka pendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan (Beritasatu.com, 2014)
Karyawan wanita yang sudah berkeluarga berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengatur urusan keluarga dan berperan sebagai anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang
diembannya (Handayani, 2008). Wanita mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam keluarga, karena pada diri wanita terdapat suatu tugas
sebagai makhluk sosial yang mempunyai tanggung jawab membina keluarga sepenuhnya (Iklima, 2014).
Dari penjelasan tersebut bisa disimpulkan polisi wanita yang sudah berkeluarga adalah anggota badan pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat yang berjenis
D. Dinamika Body Image dan Kinerja pada Polisi Wanita
Menurut Cash dan Pruzinky (2002) body image merupakan sikap
yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang berupa penilaian positif atau negatif. Seseorang yang memiliki body image positif, akan merasa
bahwa tubuh dan penampilannya cantik dan menarik, walaupun pada kenyataannya tubuh dan penampilannya kurang menarik, namun bila seseorang memiliki body image yang negatif, akan merasa penampilannya
kurang menarik dan percaya diri (Bell dan Rushfort, 2008). Semakin menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif
harga diri yang dimiliki, karena body image positif yang dimiliki seseorang mampu meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri serta mempertegas jati diri pada orang lain maupun dirinya sendiri (Henggaryadi & Fakhrurrozi, 2008).
Melalui penjelasan diatas body image berkaitan dengan kepercayaan diri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rombe (2014),
diperoleh bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara body image dengan kepercayaan diri pada remaja putri yang bersekolah di SMA Negeri
Samarinda, hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai r = 0.830 dan sig = 0.000. hal ini berarti bahwa apabila body image yang dimiliki oleh remaja putri positif maka akan menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi dan
apabila body image yang dimiliki oleh remaja putri negative maka kepercayaan diri yang timbul akan rendah.
kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak cemas dalam bertindak, merasa bebas, tidak malu dan mampu bertanggung jawab
atas yang diperbuat.
Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja. Menurut Mahmudi (2005: 21) kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor personal/ individu.
Didalam faktor personal/ individu, meliputi pengetahuan, ketrampilan (skill),kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki
oleh setiap individu. Dari penjelasan diatas kepercayaan diri menjadi bagian di dalam faktor personal/ individu yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
Terkait hubungan antara kepercayaan diri dan kinerja, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Parjiyana, Susanto & Nusyirman (2015)
dengan judul pengaruh kepuasan kerja dan kepercayaan diri terhadap kinerja perawat RSJD Dr. RM. Soedjarwadi provinsi jawa tengah.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,940 dan p = 0,000 (p<0,05) yang artinya ada hubungan antara kepercayaan diri dengan kinerja perawat si Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Provinsi
Jawa Tengah.
Menurut Esson (dalam Tewal & Tewal, 2014) mendefinisikan
persyaratan-persyaratan kerja, yang melengkapi kearah sukses organisasi keseluruhan. Menurut Mangkunegara (dalam Handayani, 2005) kinerja adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Prawirosentono (dalam Tampubolon, 2007) menambahkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral dan etika.
Seorang wanita pada umumnya mempunyai kepedulian yang lebih besar dibandingkan kaum pria terhadap penampilan fisik (Husna, 2013).
Minat terhadap penampilan sangat kuat pada wanita dewasa pada umumnya (Husna, 2013).
Pekerjaan sebagai polwan erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Seperti yang sudah di jelaskan dalam UU Kepolisian
pasal 13 poin c yaitu memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan kinerja polwan tersebut, mereka mendapat tunjangan khusus untuk menjaga penampilan
(Beritasatu.com, 2014). Dengan menjaga penampilan atau membuat penampilan menjadi lebih baik akan membuat individu terlihat menarik,
kepercayaan diri individu, sehingga membuat individu akan lebih mudah dalam berinteraksi dengan orang lain (Indriana & Afradhila, 2014).
Dari beberapa uraian tersebut dapat dilihat bahwa kepercayaan diri pada seorang polisi wanita sangat penting karena tugas sebagai polisi wanita
erat kaitannya dengan interaksi langsung kepada masyarakat. Dengan kepercayaan diri seseorang akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain, sebaliknya apabila seseorang tidak percaya diri tentunya akan
menyulitkan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tentunya akan menunjang kinerja anggota polisi wanita menjadi lebih baik.
E. Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara body image dan
kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga. Semakin positif body image yang dimiliki, maka akan semakin tinggi kinerja yang ditunjukkan
Gambar 1. Skema Alur Pikir Hubungan Antara Body Image dan Kinerja
Body Image
Body Image Negatif Body Image Positif
1. Merasa menarik & tidak memuaskan.
2. Ingin memperbaiki dan meningkatkan
Kepercayaan Diri Tidak Percaya Diri
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan analisis dengan menggunakan data – data numerik yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2012). Penelitian korelasional adalah
penelitian yang digunakan untuk mencari informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi antar variabel (Azwar, 2012). Penelitian korelasional
bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan satu atau lebih variable lain berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2012).
B. Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini variable – variable yang digunakan sebagai berikut : 1. Variabel bebas (X) : Body Image
2. Variabel terikat (Y) : Kinerja
C. Definisi Operasional 1. Kinerja
kinerja (job performance) adalah hasil kerja atau prestasi yang diperlihatkan oleh seorang polwan berupa output kuantitatif maupun
dan fungsinya.. kinerja karyawan dapat diukur menggunakan skala kinerja. Skala tersebut terdiri dari 8 aspek, yaitu : Quantity of work,
Quality of work, Job knowledge, Creativeness, Cooperation,
Dependability, Initiative, Personal quality. Semakin tinggi skor total
dari skala kinerja menunjukkan semakin tinggi pula kinerja karyawan, demikian pula sebaliknya.
2. Body Image
Body image adalah gambaran mental atau evaluasi polwan terhadap tubuhnya yang meliputi ukuran tubuh, berat badan, dan aspek lain yang
mengarah pada penampilan fisik yang terbentuk berdasarkan kerangka pikir dan berupa refleksi atas sikap dan interaksi dengan orang lain. Body image diukur menggunakan skala body image. Skala tersebut
terdiri dari 5 dimensi, yaitu : Appearance evaluation (evaluasi penampilan), Appearance orientation (orientasi penampilan), Body area
satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), Self-classified weight
(pengkategorian ukuran tubuh). Semakin tinggi skor total dari pengerjaan skala body image menunjukan subjek memiliki body image positif, sebaliknya semakin rendah skor totalnya menunjukan subjek
memiliki body image negatif. D. Subjek Penelitian
Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti menggunakan convenience sampling. Model tersebut berarti pemilihan sekelompok subjek didasarkan
atas pertimbangan khusus sesuai dengan kriteria penelitian (Noor, 2013).
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menyebarkan skala stimulus yang berisi pernyataan-pernyataan untuk
mengungkapkan indikator dari variabel-variabel yang digunakan. Skala yang diukur adalah skala kinerja dan skala body image. Adapun bentuk
skala mengacu pada model skala Likert, dimana masing-masing item berbentuk favorable dan unfavorable. Dalam aplikasinya, subjek diminta memberikan respon kesesuaian-ketidaksesuaian terhadap setiap item dalam
sebuah kontinum yang terdiri dari beberapa pilihan respon (Supratiknya, 2014). Skala ini dimodifikasikan dengan 4 pilihan jawaban yang disediakan,
Tabel 1.
Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tidak Setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat Setuju (SS) 4 1
Pada penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala body image dan skala kinerja. Skala dari masing-masing variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Skala Body Image
Skala body image disusun berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Cash & Pruzinsky (2002), yaitu:
a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan) b. Appearance orientation (orientasi penampilan)
Table 2.
Distribusi Item Body Image Sebelum Uji Coba
Aspek Kinerja Item Total
Item
Prosentase Favorabel Unfavorabel
Appearance
Skala kinerja disusun berdasarkan aspek-aspek kinerja yang dikemukakan oleh Gomes dan di gabungkan dengan aspek kinerja
menurut kepolisian, yaitu: a. Quantity of work
Delapan aspek tersebut menjadi dasar dalam penyusunan skala kinerja yang disusun oleh peneliti dengan jumlah total 56 item
pernyataan.
Table 3.
Distribusi Item Skala Kinerja Sebelum Uji Coba
Aspek Kinerja Item Total
Item
Prosentase Favorabel Unfavorabel
Quantity of work 2 2 4 7,14 %
Quality of work 2 2 4 7,14 %
Job knowledge 4 4 8 14,28 %
Creativeness 4 4 8 14,28 %
Cooperation 4 4 8 14,28 %
Dependability 4 4 8 14,28 %
Initiative 4 4 8 14,28 %
Personal Quality 4 4 8 14,28 %
Total Item 28 28 56 100%
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument pengukuran
dapat dikatakan memiliki validitas tinggi apabila instrument tersebut memberikan hasil ukur sesuai dengan tujuan pengukuran. Lebih jauh
Penelitian ini menggunakan validitas isi untuk memastikan ketepatan instrument ukur. Validitas isi menyangkut tingkat kebenaran
suatu instrument mengukur area yang ingin diukur (Kountur, 2003). Untuk mengetahui suatu instrument valid atau tidak, dapat dilakukan
dengan cara meminta pendapat ahli atau professional judgement (Azwar, 2004). Validitas isi tidak melibatkan perhitungan statistic, melainkan hanya analisis rasional (Azwar, 2004), dalam penelitian ini
professional judgement dilakukan oleh dosen pembimbing. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana item-item dalam alat ukur ini
mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2011) 2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan dalam proses penyusunan alat ukur untuk
menguji karakteristik masing-masing item yang menjadi bagian tes tersebut (Azwar, 2009). Parameter yang digunakan untuk pengujian
karakteristik masing-masing item adalah daya diskriminasi item. Daya diskriminasi item adalah sejauh mana item mampu membedakan atara
individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2012). Prosedur seleksi item mempertimbangkan koefisien korelasi item- total, indeks reliabilitas
item, dan indeks validitas item. Item yang baik dan dapat digunakan apabila rix ≥ 0,3, sedangkan item yang buruk rix ≤ 0,3 (Azwar, 2012).
diturunkan menjadi 0,25 atau 0,20, tetapi penggunaan batas kriteria 0,20 tidak disarankan (Azwar, 2012).
Uji coba (try out) dilakukan pada tanggal 9 Mei 2016 – 20 Mei 2016. Peneliti menggunakan 30 subjek untuk mengisi skala. Subjek yang
terlibat dalam uji coba merupakan Polisi Wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY. Berikut ini merupakan hasil seleksi item dari kedua variabel.
a. Skala Body Image
Pada skala body image didapatkan beberapa item yang gugur
dengan koefisien korelasi > 0,30 sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.
Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi item
Aspek Favorabel Unfavorabel Total item
Appearance
Keterangan: ( * ) : item yang digugurkan Bold : item yang gugur
Item pada skala body image yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 item. Pengguguran manual dilakukan dengan cara memilih item yang
memiliki nilai koefisien korelasi totoal yang paling terkecil diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien
korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur dan tidak diikutsertakan dalam skala body image.
b. Skala Kinerja
Pada skala kinerja didapatkan beberapa item yang gugur dengan koefisien korelasi > 0,30 sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5.
Distribusi Item Skala Kinerja Setelah Seleksi Item
Aspek Kinerja Item Total Item
Favorabel Unfavorabel
Quantity of work 4, 43 2, 46 4
Quality of work 16, 48 3, 20 4
Job knowledge 1*, 35, 38, 53* 13, 30*, 36, 47* 4
Creativeness 6, 24, 33, 51 17, 26, 52, 55 4
Cooperation 7*, 25, 31, 34 5*, 11, 32*, 42 4
Dependability 19, 21*, 29, 37* 40, 41, 44* 50* 4
Initiative 9*, 18, 54*, 56 14*, 15, 22, 23* 4
Personal Quality
8, 12, 28*, 45 10, 27, 39, 49 4
Total Item 19 13 32
Keterangan: ( * ): item yang digugurkan Bold : item yang gugur
Berdasarkan hasil seleksi item dari 56 item skala kinerja, terdapat 48
dilakukan pengguguran manual. Pengguguran manual dilakukan dengan cara memilih item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling
kecil diantara item lainnya dalam satu aspek yang sama. Item yang memiliki nilai koefisien korelasi total yang paling kecil tersebut dinyatakan gugur.
Item pada setiap aspek kemudian diselaraskan menjadi 4 item, sehingga total item yang sengaja digugurkan adalah 16 item. Item yang digunakan dalam skala kinerja berjumlah 32 item.
3. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan kata dari reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2009).
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur
yang mengandung makna pengukuran. Apabila pengukuran tidak reliable maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya. Perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh
faktor eror daripada faktor perbedaan sebenarnya. Pengukuran yang tidak reliable tidak akan konstan dari waktu ke waktu.
Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yang bertujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes (Azwar, 2010). Reliabilitas konsistensi internal menggunakan teknik
Alpha Cronbach ini adalah mempu mendeteksi indicator-indikator yang tidak konsisten (Malhotra, 2012). Pengambilan data dengan metode ini
tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama karena pengambilan data cukup dilakukan satu kali (Siregar, 2014). Teknik ini akan lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan analisis data SPSS 23 for windows. Koefisien reliabilitas berada pada rentang nilai 0 sampai 1. Bila koefisien skala semakin mendekati nilai 1 maka dapat dikatakan bahwa
skala itu memiliki koefisien reliabilitas yang baik (Azwar, 2009). a. Skala Body Image
Koefisien Cronbach’s Alpha skala body image setelah
seleksi item dilakukan menggunakan SPSS 23 for windows menghasilkan α = 0,954. Hal tersebut menunjukkan bahwa item
pengukuran pada skala body image tergolong reliabel. b. Skala Kinerja
Koefisien Cronbach’s Alpha skala kinerja setelah seleksi
item dilakukan menggunakan SPSS 23 for windows
G. Metode Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitian berasal dari sebaran normal atau tidak pada populasi. Penelitian ini akan menggunakan analisis Kolmogorov – Smirnov pada SPSS 23. Jika hasil perhitungan menunjukan nilai p lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka dapat disimpulkan data berbeda secara signifikan, dengan kata lain data
tidak normal. Suatu data dikatakan normal apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p lebih dari 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2010) b. Uji Linearitas
Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan linear
(Noor, 2013). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for windows versi 23. Data dapat
dikatan linear apabila kedua variabel yang diteliti memiliki signifikan kurang dari 0,05 (0,05).
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kinerja pada polisi wanita yang
Moment pada SPSS 23 for windows jika data terdistribusi dengan normal. Jika dalam uji asumsi, data tidak terdistribusi normal, maka
peneliti akan menggunakan uji hipotesis korelasi Spearman (sutrisno, 2014). Apabila koefisien korelasi memiliki taraf signifikansi p < 0,05
39 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juni 2016 sampai dengan 14
Juni 2016. Peneliti melakukan pengambilan data di Polda DIY sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh peneliti. Secara keseluruhan peneliti membagikan 170 lembar skala penelitian. Dari jumlah tersebut, skala yang
kembali dan dapat dianalisis berjumlah 154 lembar skala. Tidak digunakannya skala penelitian yang berjumlah 16 lembar dikarenakan lupa
mengisi identitas dan kecendurungan menjawab secara asal pada satu kolom sehingga peneliti memutuskan untuk tidak menggunakan skala tersebut B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 170 orang. Data yang terkumpul tidak semuanya dapat diproses dan di analisis karena ada 16
orang yang tidak mengisi identitas sesuai dengan apa yang diminta oleh peneliti. Selain itu ada responden mengisi skala hanya pada satu kolom saja sehingga 16 skala tersebut digunakan dan tersisa 154 skala yang
dapat diproses dan dianalisi lebih lanjut.
Subjek penelitian ini adalah semuanya adalah polisi wanita yang
Table 6. Rentang usia subjek
Rentang Usia Jumlah Subjek
21 – 30 tahun 61 orang
31 – 40 tahun 31 orang
41 – 50 tahun 33 orang
51 – 60 tahun 29 orang
Total 154 orang
C. Deskripsi Data Penelitian 1. Perbandingan Mean
Deskripsi data pada penelitian ini dapat dilihat pada table berikut:
Table 7.
Data Empirik dan Data Teoritik
Variabel Data Teoritik Data Empirik SD P
Min Max Mean Min Max Mean
Body image 20 80 50 43 77 58.15 5.64 0.000
Kinerja 32 128 80 76 128 100.03 8.60 0.000
Uji coba mean dilakukan untuk melihat perbedaan antara mean
teoritik dan mean empiris. Uji coba dalam penelitian ini menggunakan One Sample t-test. Hasil uji beda mean menunjukkan bahwa mean teoritik untuk
skala body image sebesar 50, sedangkan mean empirik sebesar 58.15. Mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik, yaitu 58.15 > 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa body image polwan yang sudah berkeluarga di Polda
disimpulkan bahwa mean empirik memiliki perbedaan yang signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikan lebih kecil dari 0,05
dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
Hasil uji coba mean juga menunjukkan bahwa mean teoritik untuk
skala kinerja sebesar 80, sedangkan mean empirik adalah 100.03. pada skala kinerja diketahui bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik,
yaitu 100.03 > 80. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kinerja polwan yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah tinggi. Berdasarkan hasil uji t, dapat disimpulkan bahwa mean empirik memiliki perbedaan yang
signifikan dengan mean teoritik karena memiliki signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
2. Kategorisasi
Dalam kategorisasi ini dimaksudkan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut
kontimun yang didasarkan pada atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah (Azwar,
2012). Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel 8:
Tabel 8. Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
(μ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi
(μ - 1,0 σ) ≤ X < (μ + 1,0 σ) Sedang
X < (μ - 1,0 σ) Rendah
Keterangan:
σ = Standar Deviasi
pada tabel deskripsi data penelitian (lihat tabel 7) diketahui bahwa
nilai skor mean teoritis dan standar deviasi pada variabel body image sebesar 50 dan 6 (dibulatkan). Maka variabel body image dapat
dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 9.
Norma Kategorisasi body image skala Rentang Skor Kategorisasi Jml.
Subjek
persentasi
Body image
56 ≤ X Tinggi 120 78%
44 ≤ X < 56 Sedang 33 21,4%
X < 44 Rendah 1 0,6%
Berdasarkan hasil kategorisasi diatas dapat dilihat bahwa terdapat 120 atau 78% subjek berada dalam kategori tinggi, 33 atau 21,4% subjek
dalam kategori sedang, dan 1 atau 0,6% subjek dalam kategori rendah. Pada tabel di atas (lihat tabel 7) juga dapat diketahui mean teoritik
Tabel 10.
Norma Kategorisasi kinerja skala Rentang Skor Kategorisasi Jml.
Subjek
persentasi
kinerja 89 ≤ X Tinggi 152 98,7
71 ≤ X < 89 Sedang 2 1,3
X < 71 Rendah - -
Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa 152
atau 98,7% subjek berada dalam kategori tinggi, 2 atau 1,3% subjek berada dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang masuk dalam kategori rendah.
3. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
Peneliti melakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas
dan uji linearitas. a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berasal dari populasi yang memiliki sebaran data yang normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini
Tabel 11. Hasil uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
bodyimage .131 154 .000 .961 154 .000
Kinerja .307 154 .000 .767 154 .000
Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan nilai
probabilitas (p) pada variabel body image sebesar 0,000 dan pada variabel kinerja sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa sebaran data pada kedua variabel bersifat tidak normal karena nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05).
b. Uji Linearitas
Uji linear bertujuan untuk mengetahui pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan mengetahui pola hubungan
linear (Noor, 2013). Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang terdapat dalam SPSS for windows versi 23. Data dapat dikatakan linear apabila kedua
Tabel 12. Hasil Uji Linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas dapat dilihat bahwa variabel body image dan kinerja pada polisi wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY memiliki signifikansi (p) = 0,000 (p <
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat linear.
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa data tidak terdistribusi dengan normal. Hal ini berarti pengujian hipotesis dalam penelitian
menggunakan teknik korelasi Spearman rho pada taraf signifikansi 0,05, dengan menggunakan SPSS for windows versi 23. Berikut adalah
hasil uji hipotesis body image dan kinerja: ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig. kinerja *
bodyimage
Between Groups (Combined) 7166.141 26 275.621 8.439 .000 Linearity 3207.373 1 3207.373 98.206 .000 Deviation
from Linearity
3958.768 25 158.351 4.849 .000
Within Groups 4147.755 127 32.659
Tabel. 13 Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara body image dan kinerja pada polisi
wanita yang sudah berkeluarga di Polda DIY adalah 0,341 dengan probabilitas 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara variabel body image dan kinerja.
3. Analisis Tambahan
Peneliti melakukan perhitungan secara manual untuk membandingkan jumlah polwan yang masuk dalam kategori tinggipada
kelompok usia yang sudah di kelompokkan oleh peneliti. Dari diagram
0
Usia 21-30 Usia 31-40 Usia 41-50 Usia 51-60 Body Image Kinerja
Correlations
bodyimage kinerja Spearman's rho Bodyimage Correlation
Coefficient 1.000 .341** Sig. (1-tailed) . .000
N 154 154
Kinerja Correlation
Coefficient .341** 1.000 Sig. (1-tailed) .000 .
N 154 154
tersebut dapat dilihat pada kelompok usia 21-30 jumlah polwan yang memilikibody image tinggi adalah 48 orang, sedangkan yang memiliki
kinerja tinggi adalah 61 orang. Pada kelompok usia 31-40 tahun memiliki body image body image tinggi 17 orang, sedangkan yang
memiliki kinerja tinggi adalah 30 orang. Pada kelompok usia 41-50 tahun memiliki body image tinggi adalah 27 orang, sedangkan yang memiliki kinerja tinggi 33 orang. Sedangkan pada kelompok usia 51-60
tahun memilikibody image tinggi adalah 29 orang, dan yang memiliki kinerja tinggi adalah 29 orang.
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik korelasi
Spearman rho, body image dan kinerja memiliki korelasi sebesar 0,341 dengan p = 0,000 < 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang
diajukan diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kinerja. Nilai koefisien yang bernilai positif menunjukkan
adanya hubungan positif antara body image dan kinerja, yaitu semakin positif body image yang dimiliki oleh polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin tinggi tingkat kinerjanya. Begitu sebaliknya, semakin negatif body
image yang dimiliki polwan yang sudah berkeluarga, maka semakin rendah tingkat kinerjanya.