• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya."

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya. Subjek pada penelitian ini adalah 106 wanita dewasa madya yang memiliki rentang usia 40 tahun hingga 60 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua skala model Likert, yaitu skala body image dan skala penyesuaian diri. Reliabilitas kedua skala diuji menggunakan analisis Alpha Cronbanch. Hasil koefisien reliabilitas skala body image sebesar 0,916 dan koefisien reliabilitas skala penyesuaian diri sebesar 0,779. Data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis Spearman Rho. Hasil koefisien korelasi (r) antara body image dan penyesuaian diri adalah sebesar 0,425 dengan nilai signifikansi p sebesar 0,000. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya.

(2)

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut

ABSTRACT

This research aimed to examine the correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age women. The hypothesis suggested that there is a correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age. The subjects on this research were 106 middle aged women with age range between 40 until 60 years old. This research used purposive sampling technique. The data were collected using two kind of Likert scales model, they were body image scale and adjustment scale. The reliability of those two scales were examined using Alpha Cronbach analysis. The coefficient reliability of body image scale was 0,916 and the coefficient reliability of adjustment scale was 0,779. The data of this research was examined using Spearman Rho analysis. The coefficient correlation (r) between body image and the level of adjustment was 0,425 with significant level (p) was 0,000. This means there was a significant correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age women.

(3)

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI MENURUT ROBERT PECK PADA WANITA

DEWASA MADYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut NIM : 109114023

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Halaman Motto

You will never reach your destination if you stop and throw stones at

every dog that barks.

(Winston Churcill)

“The first step towards getting somewhere is to decide that you are not

going to stay where you are. Believe in yourself. Don’t quit just because

things are hard. ”

(unknown)

Serahkanlah segala pekerjaanmu pada Tuhan, maka Dia akan

menunjukkan jalan padamu.

(7)

v

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

yang selalu menyertai dan membimbingku

dalam setiap langkahku

Keluargaku, terutama ayah dan ibuku

yang selalu mendoakan, mendukung

dan menanyakan kemajuanku

Teman-teman, sahabat, dan orang-orang

yang aku sayangi

Terima kasih atas dukungan, doa, bantuan, serta inspirasi

(8)
(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI MENURUT ROBERT PECK PADA WANITA

DEWASA MADYA

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya. Subjek pada penelitian ini adalah 106 wanita dewasa madya yang memiliki rentang usia 40 tahun hingga 60 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan dua skala model Likert, yaitu skala body image dan skala penyesuaian diri. Reliabilitas kedua skala diuji menggunakan analisis Alpha Cronbanch. Hasil koefisien reliabilitas skala body image sebesar 0,916 dan koefisien reliabilitas skala penyesuaian diri sebesar 0,779. Data dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis Spearman Rho. Hasil koefisien korelasi (r) antara body image dan penyesuaian diri adalah sebesar 0,425 dengan nilai signifikansi p sebesar 0,000. Artinya, terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada wanita dewasa madya.

(10)

viii

CORRELATION BETWEEN BODY IMAGE AND THE LEVEL OF ADJUSTMENT ACCORDING TO ROBERT PECK IN MIDDLE AGE

WOMEN

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut

ABSTRACT

This research aimed to examine the correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age women. The hypothesis suggested that there is a correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age. The subjects on this research were 106 middle aged women with age range between 40 until 60 years old. This research used purposive sampling technique. The data were collected using two kind of Likert scales model, they were body image scale and adjustment scale. The reliability of those two scales were examined using Alpha Cronbach analysis. The coefficient reliability of body image scale was 0,916 and the coefficient reliability of adjustment scale was 0,779. The data of this research was examined using Spearman Rho analysis. The coefficient correlation (r) between body image and the level of adjustment was 0,425 with significant level (p) was 0,000. This means there was a significant correlation between body image and the level of adjustment according to Robert Peck in middle age women.

(11)
(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, tuntunan, dan penyertaan-Mu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis selama pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dan membantu penulis dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan skripsi hingga dapat selesai dengan baik.

4. Mbak Passchedona Henrietta Puji Dwi Astuti Dian Sabbati, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberi semangat dari awal menjadi mahasiswi Psikologi hingga saat ini, serta selalu menanyakan kemajuan skripsi.

(13)

xi

6. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.Terima kasih atas ilmu, pengetahuan, sharing pengalaman yang Bapak dan Ibu berikan dan ajarkan.

7. Orang tuaku Bapak George Ishak Sumangkut dan Ibu Veronica Ida Triwardani, adikku Michael Biyan Claudio Sumangkut, dan nenekku Uti Ngatiyami Suprapto terima kasih untuk doa, dukungan, bantuan, dan semangat yang tak henti-hentinya diberikan padaku hingga saat ini. Terkhusus kepada Papa yang selalu mendoakan dan menanyakan kemajuan skripsiku dari tempat yang jauh.

8. Ibuk Sisil dan Bapak Ivo yang telah membantu mencarikan subjek penelitian untuk skripsi ini. Trima kasih untuk bantuan, semangat dan dorongannya selama ini.

9. Team Bahagia Ceria Sukses: Ninda Sekar Nidya (Ninda), Maya Kristine Kusumaningtyas (Maya), Ariade Noven Ginanjar Astuti (Tutut), Katharina Ariezsa (Chacha), dan Felicia Anindita Sunanto Putri (Dita Mano). Terima kasih untuk persahabatan, dukungan, semangat, curhatan, nasehat, hiburan, kegilaan, bantuan dan doa yang kalian berikan selama ini dan hingga saat ini. Love you, Girls :-*

10.Koleta Yovi Kusterisa, terima kasih untuk pertemanan, cerita, curhatan, nasehat, semangat, dukungan, dan bantuannya selama ini dan hingga saat ini. Terutama selama pengambilan data penelitian.

(14)

xii

statistik, SPSS, dan bantuan selama pengerjaan skripsi, yang dengan sabar ngajarin walaupun aku banyak tanya. Makasih, Yov 

12.Teman-teman seperjuangan dan satu bimbingan skripsi terutama Ninda, Tutut, Maya, Yovi Koleta, Tyas, Ester, Yutti dan Keket. Terima kasih buat dukungan, semangat, bantuan, dan rame-ramenya.

13.Desepty Ningtyas dan Nariswari G. K, temen ke perpus bareng dan temen seperjuangan selama ngerjain skripsi. Makasih Tyas dan Naris buat semangat, dukungan, kebersamaan, dan wejangan kalian selama ngerjain skripsi. Juga dorongan yang kalian kasih buat segera daftar ujian. Hihihi =D

14.Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya Kelas A. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.

15.Seluruh ibu-ibu paruh baya yang telah bersedia untuk berpartisipasi dan meluangkan waktu dalam pengisian skala untuk penelitian saya.

16.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuan, doa, dan dukungannya.

Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan saran dan kritik yang diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak yang membutuhkan.

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

(16)

xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Body Image ... 10

1. Pengertian Body Image ... 10

2. Aspek Body Image ... 11

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image ... 14

B. Teori Tahap Perkembangan Dewasa Madya ... 16

1. Teori Robert Peck ... 16

a. Valuing wisdom versus valuing physical... 17

b. Socialising versus sexualizing in human relationships ... 17

c. Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment ... 18

d. Mental flexibility versus mental rigidity ... 19

2. Faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri... 19

a. Perubahan Fisik ... 19

b. Stabilitas Kepribadian ... 20

c. Proses Belajar ... 21

C. Wanita Dewasa Madya ... 22

1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Madya ... 22

2. Aspek Perkembangan Dewasa Madya ... 22

a. Perkembangan Fisik ... 22

b. Kognitif ... 23

c. Sosioemosi ... 24

(17)

xv

E. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 31

1. Body Image ... 31

2. Penyesuaian Diri Pada Wanita Dewasa Madya ... 31

D. Subjek Penelitian ... 32

E. Metode Pengambilan Sampel ... 32

F. Metode Pengumpulan Data ... 33

1. Skala Body Image ... 34

2. Skala Penyesuaian Diri ... 35

G. Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 37

(18)

xvi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Analisis Data Penelitian ... 47

1. Deskripsi Data Penelitian ... 47

a. Usia ... 47

2. Statistik Deskripsi Penelitian ... 48

3. Uji Asumsi ... 50

a. Normalitas ... 50

b. Linearitas ... 51

4. Uji Hipotesis ... 52

5 Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

1. Bagi Subjek Penelitian ... 59

2. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Body Image (Sebelum Uji Coba) ... 35

Tabel 2. Pemberian Skor Untuk Skala Body Image ... 35

Tabel 3. Blueprint Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uji Coba) ... 36

Tabel 4. Pemberian Skor Untuk Skala Penyesuaian Diri ... 37

Tabel 5. Blueprint Skala Body Image (Setelah Uji Coba) ... 39

Tabel 6. Distribusi Skala Body Image (Setelah Aspek Kognitif Direvisi) ... 40

Tabel 7. Blueprint Skala Penyesuaian Diri (Setelah Uji Coba) ... 41

Tabel 8. Blueprint tambahan aitem pada aspek Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment (Sebelum Uji Coba) ... 42

Tabel 9. Blueprint tambahan aitem pada aspek Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment (Setelah Uji Coba) ... 43

Tabel 10. Distribusi Skala Penyesuaian Diri (Setelah Penambahan Aitem Baru) 44 Tabel 11. Deskripsi Usia Subjek Penelitian ... 47

Tabel 12. Hasil Statistik Deskriptif Penelitian ... 49

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 14. Hasil Uji Linearitas ... 51

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji Coba ... 65

Lampiran 2. Skala Tambahan Item Aspek Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment dan Mental flexibility versus mental rigidity ... 81

Lampiran 3. Skala Penelitian ... 91

Lampiran 4. Reliabilitas Skala Penelitian ... 105

Lampiran 5. Uji Asumsi: Uji Normalitas & Uji Linearitas ... 112

(22)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penampilan fisik dan memiliki tubuh yang langsing merupakan hal yang sangat diidamkan bagi para wanita. Jika memiliki tubuh yang langsing, wanita tersebut menjadi lebih percaya diri. Mereka menjadi lebih berani ketika bertemu dan menghabiskan waktu bersama teman atau rekan kerja. Oleh karena itu, para wanita tersebut melakukan program penurunan berat badan atau diet. Program yang dilakukan dapat berupa mengurangi porsi makan, olah raga, dan menggunakan produk pelangsing tubuh. Hal tersebut didukung juga oleh iklan yang ditayangkan di media cetak (majalah, tabloid, dan koran), atau media elektronik (televisi dan radio) yang menawarkan berbagai macam merk dan jenis produk untuk membuat tubuh menjadi langsing.

Berdasarkan hasil survei, ditemukan bahwa terdapat tujuh cara melakukan penurunan berat badan yang sering dilakukan, yaitu diet, akupuntur, olahraga, food combining, puasa, menghindari makan malam dan minum obat pelangsing (Rema, 2012). Program-program penurunan berat badan tersebut dilakukan berdasarkan pandangan mengenai bentuk tubuh ideal atau body image.

(23)

Tantleff-Dunn (2002) menyatakan bahwa body image diartikan sebagai penerimaan terhadap persepsi tentang penampilan fisik yang dimiliki oleh diri.

Body image dapat berupa body image positif (body satisfaction) dan body image negatif (body dissatisfaction). Body image positif berarti seseorang menerima bentuk tubuh yang dimiliki. Sedangkan body image negatif berarti orang tersebut tidak menerima atau tidak puas dengan bentuk tubuh yang dimiliki. Bagi wanita tubuh yang ideal adalah tubuh yang kurus atau langsing.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montemuro dan Gillen (2013) menyatakan bahwa tubuh wanita merupakan sebuah objek. Tubuh wanita harus diperhatikan, dijaga dan dibentuk semenarik mungkin supaya dapat menarik perhatian orang lain. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thompson & Heinberg (1999) kecantikan merupakan objektifitas utama wanita, sehingga tubuh yang langsing sangat penting bagi kesuksesan dan kebahagiaan wanita tersebut. Hal tersebut mengakibatkan para wanita menjadi sangat memperhatikan penampilan tubuhnya dan berat badan yang dimiliki. Selain itu, pandangan-pandangan yang dinyatakan oleh keluarga, teman, rekan kerja maupun orang lain juga mendukung pembentukan body image wanita yang negatif (Thompson, J. Kevin, & Heinberg, Leslie J., 1999).

(24)

dianggap kurang ideal dan merasa memiliki lemak berlebih pada bagian tubuh tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montemuro & Gillen (2013) menyatakan bahwa para wanita berpikir bahwa dirinya tidak menarik lagi dan sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Mereka menjadi kurang percaya diri dan berpikir bahwa orang lain tidak akan menerima mereka.

Pandangan negatif mengenai body image tidak hanya berdampak pada remaja dan wanita dewasa awal. Akan tetapi, juga berdampak pada wanita dewasa madya. Dewasa ini semakin banyak wanita paruh baya yang menginginkan menurunkan berat badannya dan mendapatkan tubuh yang langsing. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap wanita berusia 43 tahun, penurunan berat badan dilakukan supaya dapat memiliki ukuran tubuh seperti umur sebelumnya dan bisa memakai pakaian berukuran pinggang yang lebih kecil. Selain itu, penurunan berat badan dilakukan supaya lebih percaya diri. Sedangkan hasil observasi yang dilakukan di supermarket, banyak wanita paruh baya yang berhenti dan melihat produk-produk pelangsing tubuh. Bahkan sebagian dari mereka memasukkan produk pelangsing tubuh tersebut ke keranjang belanja mereka. Selain itu, para wanita dewasa madya sering bertukar informasi mengenai cara yang dipakai untuk menurunkan berat badan maupun membuat tubuh menjadi langsing ketika bertemu.

(25)

melakukan bedah plastik. Bedah plastik sangat diminati dan banyak dilakukan oleh para wanita saat ini (Wardhani, 2014). Bedah plastik tersebut dilakukan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan atau langsing. Akan tetapi, bedah plastik yang dilakukan tersebut memiliki risiko cukup besar terhadap kesehatan dan kondisi tubuh, seperti infeksi, pendarahan dan pembengkakan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa para wanita dewasa madya memiliki body image yang negatif. Hal ini dikarenakan para wanita dewasa madya juga memiliki pandangan bahwa bentuk tubuhnya kurang ideal. Para wanita dewasa madya menjadi malu, kurang percaya diri dan cemas, sehingga mereka melakukan berbagai macam cara untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal. Apalagi dalam perkembangannya, wanita paruh baya mulai mengalami perubahan-perubahan.

(26)

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kondisi pada usia dewasa awal.

Meskipun pada usia dewasa madya terjadi penurunan kondisi fisik, pada usia ini dewasa madya juga mengalami peningkatan pada kemampuan mental. Para dewasa madya telah hidup lebih lama dan telah mengalami banyak kejadian dalam hidupnya. Hal tersebut dapat membantu para dewasa madya dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan suatu problem yang terjadi dalam hidupnya secara lebih bijaksana.

(27)

peningkatan kualitas diri tidak hanya dilihat dari penampilan fisik saja. Akan tetapi, peningkatan kualitas diri juga dilihat dari dalam diri.

Menurut Robert Peck (Lemme, 1995), para wanita dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila dapat melihat proses perubahan (aging) secara lebih positif dan dapat menerima diri apa adanya, sehingga mereka menjadi lebih bahagia. Namun, para wanita dewasa madya masih memiliki body image yang negatif, sehingga tidak menerima diri mereka secara apa adanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montemuro dan Gillen (2013), menyatakan bahwa wanita tidak memandang tubuhnya sebagai apa adanya. Para wanita memandang bahwa bentuk tubuh yang dimiliki harus seperti bentuk tubuh ideal supaya terlihat menarik oleh orang lain.

(28)

Disamping itu, body image negatif yang dimiliki oleh para wanita dewasa madya juga berdampak pada penyesuaian diri mereka. Para wanita dewasa madya masih terlalu berpusat pada dirinya sendiri. Padahal para wanita dewasa madya seharusnya memberikan perhatian yang lebih pada orang lain. Menurut Erikson (Santrock, 2012), pada usia dewasa madya para wanita akan menghadapi isu perkembangan generativitas versus stagnasi. Wanita dewasa madya dianggap mampu melewati masa perkembangan ini bila mereka peduli terhadap orang lain, terutama generasi dibawahnya dengan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan generasi selanjutnya. Sedangkan, apabila para wanita dewasa madya terlalu mengkhawatirkan diri sendiri dan merasa tidak ada yang dapat diberikan pada generasi berikutnya, maka mereka dianggap “tenggelam dalam diri sendiri” atau stagnasi.

(29)

menerima diri. Apabila wanita dewasa madya belum mampu menerima diri apa adanya, maka mereka akan terus mengkhawatirkan diri sendiri dan menjadi kurang peduli terhadap orang lain.

Body image memang sangat penting bagi wanita, termasuk juga wanita dewasa madya. Namun, perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa madya merupakan hal yang normal. Pada usia ini, wanita dewasa madya seharusnya tidak terlalu banyak memikirkan dirinya terutama penampilan fisik dan lebih positif dalam memandang tubuh mereka serta menilai dirinya tidak hanya dari segi fisik saja. Hal tersebut karena dalam evaluasi diri, kemampuan mental lebih diutamakan daripada kemampuan fisik, para wanita dewasa madya dapat menilai dan memutuskan untuk memandang dirinya secara bijaksana, sehingga mampu menyesuaikan diri sesuai dengan teori Robert Peck.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran body image pada wanita dewasa madya dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada tahap dewasa madya.

B. RUMUSAN MASALAH

(30)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui body image dengan penyesuaian diri menurut Robert Peck pada tahap dewasa madya.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kajian teori dalam bidang psikologi perkembangan mengenai body image dan tugas penyesuaian diri Robert Peck.

2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat membantu para wanita dewasa madya untuk memahami perkembangan yang terjadi dalam masa dewasa madya. b. Diharapkan dapat membantu para wanita untuk lebih memahami bahwa body image tidak sama dengan cantik atau menarik. Akan tetapi, memperhatikan kesehatan membuat body image lebih positif.

(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Body Image

1. Pengertian Body Image

Penampilan merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh setiap wanita, terutama bentuk tubuh. Bentuk tubuh yang ideal bagi wanita adalah langsing (Grogan, 1999). Wanita di berbagai usia memiliki pandangan yang sama mengenai hal tersebut. Mereka sering membandingkan tubuh yang dimiliki dengan figur yang memiliki tubuh langsing. Selain itu, mereka ingin menurunkan berat badan supaya lebih langsing dari tubuh yang dimiliki (Cash, 2012).

Menurut Schilder (dalam Grogan, 1999), body image merupakan cara pandang terhadap bentuk tubuh yang dimiliki. Sebuah penelitian menyatakan bahwa body image diartikan sebagai penerimaan terhadap persepsi tentang penampilan fisik yang dimiliki oleh diri (Thompson, J. Kevin, Heinberg, Leslie J., Altabe, Madeline & Tantleff-Dunn, Stacey, 2002).

(32)

muncul terhadap penampilan fisik yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Aquino, Orense, Tanchoco, Amarra, Tajan, dan Cruz (2009), body image merupakan perasaan yang muncul pada diri seseorang terhadap penampilannya.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa body image adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuh yang dimiliki yang mencakup perasaan dan sikap-sikap yang muncul atas penampilannya tersebut.

2. Aspek Body Image

a. Menurut Grogran (1999) body image, terdapat tiga aspek body image, yaitu:

1) Persepsi (perceptions)

(33)

2) Pemikiran (thoughts)

Hal ini meliputi evaluasi terhadap daya tarik tubuh yang dimiliki. Menurut Devaraj dan Lewis (2010), pemikiran mengenai tubuh yang dimiliki dapat dipengaruhi oleh pendapat keluarga dan teman, Pendapat-pendapat yang negatif atau keluhan mengenai penampilan dan tekanan budaya mengenai tubuh yang ideal adalah langsing dapat berpengaruh buruk pada wanita.

3) Perasaan (feelings)

Aspek ini meliputi perasaan yang berhubungan dengan bentuk tubuh dan ukuran tubuh yang dimiliki. Perasaan yang muncul dapat berupa perasaan positif atau negatif dengan tubuh yang dimiliki. Para wanita yang memiliki perasaaan negatif terhadap tubuhnya bisa menjadi stres dan cemas dengan tubuh yang dimiliki, bila bentuk dan ukuran tubuh mereka belum mencapai tubuh ideal (Devaraj & Lewis, 2010).

b. Menurut Cash (2003), terdapat dua elemen yang ada pada diri seseorang terkait dengan persepsi dan sikap diri terhadap tubuhnya. Hal tersebut meliputi empat hal, yaitu:

1) Pemikiran (thoughts)

(34)

mengenai tubuh yang dimiliki, sehingga evaluasi terhadap diri yang dihasilkan dapat berupa evaluasi positif dan evaluasi negatif (Heatherton, 1993).

2) Kepercayaan (beliefs)

Kepercayaan dapat mempengaruhi cara pandang dan perasaan wanita mengenai bentuk tubuhnya. Percaya pada diri sendiri bahwa dirinya menarik akan membuat para wanita menjadi lebih positif dalam memandang dan menerima bentuk tubuhnya, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan bentuk tubuhnya sendiri. Sedangkan, para wanita yang percaya bahwa dirinya menarik berdasarkan pandangan atau perasaan orang lain akan membuat dirinya menjadi kurang menerima bentuk tubuhnya dan memandang tubuhnya secara negatif (Brennan, Lalonde, & Bain, 2010).

3) Perasaan (feelings)

Bagian tubuh tertentu dan ukuran tubuh yang dimiliki akan memunculkan perasaan yang positif atau perasaan yang negatif. Hal ini berkaitan dengan rasa puas dan tidak puas terhadap tubuh yang dimiliki.

4) Perilaku (behaviors)

(35)

terhadap bentuk tubuhnya akan menyamarkan bentuk tubuh mereka dengan pakaian yang dikenakan, merubah postur tubuh, menghindari melihat tubuh mereka, dan menjadi marah ketika memikirkan penampilan mereka (Sarwer, Thompson, & Cash, 2005). Selain itu, para wanita mencoba mengurangi berat badan yang dimiliki dan menghindari aktivitas-aktivitas yang akan mengeskpos tubuh mereka. Hal ini dilakukan dengan melakukan berbagai macam program diet dan operasi plastik (Grogan, 1999).

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga aspek body image, yaitu kognitif, perasaan (feelings), dan perilaku (behaviors). Peneliti menggabungkan aspek persepsi, pemikiran, dan kepercayaan karena ketiga aspek tersebut berkaitan dengan kognitif seseorang.

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image a. Media sosial

(36)

dikarenakan televisi menyiarkan berbagai macam program dan artis yang tampil dalam program tersebut memiliki tubuh yang tinggi dan kecil. Hal tersebut membuat para wanita memandang bahwa tubuh yang ideal adalah tubuh seperti yang dimiiki oleh model atau artis yang kecil, kurus dan tinggi (Thompson, J. Kevin & Heinberg, Leslie J., 1999). Faktor ini menyebabkan para wanita memandang tubuh mereka dan membandingkannya dengan tubuh yang ideal.

b. Interaksi sosial

Interaksi sosial dengan teman dan keluarga dapat membentuk pandangan negatif mengenai tubuh yang dimiliki. Hal tersebut dikarenakan wanita belajar mengenai ketidakpuasan terhadap tubuh yang dimiliki dari komentar atau kritik yang disampaikan oleh keluaga atau sahabat, sehingga mereka belajar bahwa penampilan atau bentuk tubuh mereka kurang ideal (Devaraj & Lewis, 2010).

c. Faktor dari dalam diri

(37)

yang gemuk dipandang secara negatif. Hal tersebut membuat wanita yang memiliki tubuh gemuk memiliki pandangan negatif terhadap tubuhnya dan kurang menghargai diri sendiri dengan bentuk tubuh yang dimiliki (Vonderen & Kinnally, 2012).

B. TEORI PERKEMBANGAN TAHAP DEWASA MADYA 1. Teori Robert Peck

(38)

bila mereka hanya berfokus pada kebutuhan dan keinginan pribadi mereka (Lemme, 1995).

Robert Peck mengembangkan teori Erikson mengenai tahap perkembangan generativitas versus stagnasi. Robert Peck membagi usia dewasa madya menjadi beberapa tahap penyesuaian psikologis. Menurut Robert Peck, dewasa madya memiliki empat tugas penyesuaian diri (Turner & Helms, 1996), yaitu:

a. Valuing wisdom versus valuing physical

Dewasa madya dapat dianggap mampu menyesuaikan diri bila memiliki kebijaksanaan (wisdom). Kebijaksanaan tersebut didapatkan melalui pengalaman-pengalaman sepanjang hidup para dewasa madya. Pengalaman-pengalaman yang telah didapatkan sepanjang hidup tersebut dapat membantu para dewasa madya dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut merupakan pilihan yang paling efektif. Pada tahap ini dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila mereka memiliki penilaian diri dan perilaku yang tidak mengutamakan fisik dan penampilan.

(39)

orang terhadap yang lain dalam membangun relasi sosial. Wanita dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila mampu membangun relasi antar sesama dengan menilai orang lain sebagai seorang individu dengan karakteristiknya dan didasarkan oleh rasa empati, pemahaman dan rasa kasihan, sehingga tidak menilai orang lain berdasarkan penampilan fisik saja. Selain itu, dalam relasi dengan pasangan hidup wanita dewasa madya mampu untuk membangun relasi yang lebih dekat, lebih hangat, dan lebih memahami pasangan hidupnya, sehingga tidak mengutamakan kehidupan seksual.

c. Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment

(40)

madya dianggap tidak dapat menyesuaikan diri bila rasa kehilangan tersebut mendominasi kehidupan emosional mereka, sehingga tidak dapat menemukan hal atau objek lain secara positif.

d. Mental flexibility versus mental rigidity

Wanita dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri bila memiliki keterbukaan terhadap pendapat-pendapat dan tindakan-tindakan serta dapat menerima ide-ide baru. Kemampuan tersebut dapat digunakan untuk memandu menemukan solusi dari permasalahan yang dimiliki. Namun, pada umumnya para dewasa madya merasa bahwa mereka memiliki semua jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman yang pernah dialami dalam menghadapi dan mengatasi berbagai persoalan hidup, sehingga kurang terbuka dan kurang dapat menerima ide atau pendapat lain yang sebenarnya bisa digunakan dalam menyelesaikan suatu persoalan.

2. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri a. Perubahan Fisik

(41)

akan mengalami perubahan seperti kulit mengendur, muncul keriput, dan rambut mulai berwarna putih. Selain itu, para wanita dewasa madya juga mengalami penambahan berat badan. Penambahan berat badan ini membuat para wanita dewasa madya menjadi kurang puas dengan bentuk tubuhnya, sehingga muncul body image yang negatif. Body image negatif ini membuat para wanita dewasa madya menjadi tidak dapat menyesuaikan diri. Hal ini dikarenakan para wanita dewasa madya tidak menerima keadaan dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Para wanita dewasa madya menjadi cemas, malu, bahkan stres dengan bentuk tubuhnya dan menginginkan tubuh yang langsing, sehingga melakukan berbagai macam cara. Cara-cara yang dilakukan tersebut seringkali kurang sesuai dengan kondisi fisik para wanita dewasa madya, sehingga menambah kerentanan terhadap kesehatan pada tubuh.

b. Stabilitas Kepribadian

(42)

menjadi lebih trampil dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, menurut Mroczek, Spiro, & Griffin (dalam Santrock, 2011) konteks sosial, pengalaman baru, dan perubahan sosiohistoris juga mempengaruhi stabilitas kepribadian para dewasa madya.

c. Proses Belajar

(43)

C. WANITA DEWASA MADYA

1. Pengertian dan Batasan Usia Dewasa Madya

Menurut Santrock (2011), usia dewasa madya adalah usia ketika seseorang mulai mengalami penurunan kondisi fisik, meningkatnya rasa tanggung jawab terhadap generasi dibawahnya, dan mengalami kepuasan pekerjaan atau karier yang didapatkan. Selain itu, menurut Semiun (2006), masa dewasa madya adalah masa yang dialami dalam hal perkawinan, pekerjaan, dan hubungan sosial telah mulai terjadi perubahan secara fisiologis.

Santrock (2011) memberikan batasan bahwa seseorang dikatakan memasuki masa dewasa madya ketika mencapai usia 40 tahun hingga 65 tahun. Selain itu, Papalia & Feldman (2014) juga menyatakan bahwa masa dewasa madya dicapai ketika seseorang berada pada usia 40 tahun hingga 65 tahun.

2. Aspek Perkembangan Dewasa Madya a. Perkembangan Fisik

(44)

Masa dewasa madya juga ditandai dengan gangguan kesehatan. Pada masa ini, dewasa madya mulai mengalami penurunan fungsi tubuh, seperti mudah letih, sakit kepala, muncul rasa sakit pada bagian tubuh tertentu, gangguan pencernaan dan sulit tidur (Mappiare, 1983). Selain itu, di usia ini juga rentan terhadap stres. Stres ini dapat menimbulkan penyakit kronis, seperti darah tinggi. Hal ini dikarenakan stres dapat mengangu sistem kekebalan tubuh, sehingga menimbulkan panyakit (Santrock, 2011).

b. Kognitif

Menurut Horn (dalam Santrock, 2011), pada masa dewasa madya kemampuan yang dimiliki ada yang menurun, tetapi juga ada yang meningkat. Terdapat dua kemampuan dalam diri seseorang, yaitu fluid intelligence dan crystalized intelligence. Fluid intelligence merupakan kemampuan yang dimiliki untuk berpikir secara abstrak. Pada masa dewasa madya, kemampuan ini mulai mengalami penurunan. Crystalized intelligence merupakan kemampuan untuk mengakses informasi-informasi yang dimiliki dan kemampuan verbal. Kemampuan ini meningkat pada masa dewasa madya.

(45)

Para dewasa madya memerlukan banyak waktu untuk memroses suatu informasi. Akan tetapi, pada masa ini, keahlian yang dimiliki dewasa madya mencapai puncaknya. Keahlian tersebut diperoleh dari informasi dan pengalaman yang didapat selama hidup, sehingga mereka dapat menyelesaikan permasalah yang dihadapi dan mengambil keputusan secara praktis.

c. Sosioemosi

Menurut Santrock (2011), para dewasa madya akan mengalami sindrom empty-nest. Sindrom empty-nest atau sindrom sarang kosong merupakan menurunnya kepuasan pernikahan setelah anak-anak meninggalkan rumah. Hal ini dikarenakan orang tua mendapat kepuasan dari mengasuh anak. Setelah anak-anak meninggalkan rumah, orang tua menjadi sendiri dan harus menyesuaikan diri untuk hidup bersama pasangan saja tanpa kehadiran anak-anak mereka.

D. HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN TINGKAT

PENYESUAIAN DIRI MENURUT ROBERT PECK PADA WANITA DEWASA MADYA

(46)

adalah pada fisik. Perubahan yang paling nampak tersebut, yaitu kulit mulai mengendur, warna rambut berubah menjadi putih dan mengalami penambahan berat badan (Santrock, 2011). Bentuk tubuh merupakan perubahan yang sangat diperhatikan oleh para wanita dewasa madya.

Para wanita dewasa madya memiliki pandangan yang negatif terhadap bentuk tubuhnya atau memiliki body image negatif. Para wanita dewasa madya merasa tidak puas dengan bentuk tubuh dan penampilan yang dimiliki, sehingga mereka masih mengutamakan penampilan fisik. Hal tersebut dikarenakan wanita dewasa madya memiliki tolok ukur bahwa tubuh yang ideal adalah tubuh yang langsing (Grogan, 1999). Hal ini membuat para wanita dewasa madya melakukan berbagai macam cara agar dapat memiliki tubuh yang langsing, sehingga mereka akan menjadi lebih percaya diri dan dapat menarik perhatian orang lain. Namun dalam perkembangannya wanita dewasa madya juga memiliki tugas perkembangan.

(47)

mampu menyesuaikan diri bila dapat melihat perubahan yang terjadi secara lebih positif dan dapat menerima diri apa adanya (Lemme, 1995).

Di samping itu, body image yang negatif juga mempengaruhi penyesuaian diri. Menurut Erikson (Santrock, 2012), wanita dewasa madya akan menghadapi periode perkembangan generativitas versus stagnasi. Wanita dewasa madya dianggap mampu melewati periode perkembangan ini bila memiliki kepedulian terhadap orang lain dan dapat memberikan kontribusi terhadap generasi dibawahnya. Namun, para wanita dewasa madya masih terlalu terpusat pada penampilan diri, sehingga kepedulian terhadap orang lain menjadi terabaikan. Selain itu, para wanita dewasa madya akan mengalami perubahan peran, yaitu sebagai istri dan ibu rumah tangga (Mappiare, 1983). Perubahan peran tersebut seharusnya membuat para wanita dewasa madya menjadi lebih peduli terhadap orang lain terutama pada anak-anak atau generasi dibawahnya, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan generasi berikutnya. Apabila para wanita dewasa madya dapat menerima diri apa adanya, maka mereka tidak lagi berpusat pada diri sendiri dan dapat menyesuaikan diri. Hal tersebut akan membuat para wanita dewasa madya menjadi lebih tenang, sehingga lebih peduli terhadap orang lain.

(48)

menyadari dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, wanita dewasa madya pasti akan mengalami perubahan dan tidak akan menjadi sama seperti ketika masih berusia 20-30 tahun atau tidak akan menjadi muda lagi seperti dulu. Para wanita dewasa madya juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia, sehingga dapat menerima diri apa adanya. Apabila wanita dewasa madya dapat menyesuaikan diri, maka mereka dapat hidup lebih bahagia (Mappiare, 1983).

(49)

Skema hubungan body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada tahap dewasa madya.

Body image masih dirasa penting dan diutamakan

Muncul body image negatif

Muncul body image positif

Merasa tidak puas dengan tubuh yang

dimiliki

Merasa puas dengan tubuh yang

dimiliki

Muncul perilaku untuk mendapatkan

tubuh ideal dengan berbagai cara

Menerima keadaan diri

Wanita dewasa madya tidak dapat menyesuaikan diri

Wanita dewasa madya dapat menyesuaikan diri Tidak menerima

keadaan diri

Wanita dewasa madya mengalami perubahan seiring

(50)

E. HIPOTESIS

(51)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Menurut Irianto (2004), korelasi merupakan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Selain itu, menurut Noor (2011) penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat tingkat atau seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri menurut Robert Peck pada tahap dewasa madya.

B. Variabel Penelitian

(52)

Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu ”Hubungan Antara Body Image Dengan Tingkat Penyesuaian Diri Menurut Robert Peck Pada Tahap Dewasa Madya”, maka variabel dalam penelitian ini adalah:

1.Variabel bebas : Body image

2.Variabel tergantung : Penyesuaian diri pada dewasa madya

C. Definisi Operasional

Menurut Noor (2011), definisi operasional merupakan bagian yang berisi definisi dari variabel/konsep yang akan diukur dengan indikator yang telah ditentukan, seperti sifat, perilaku, dan aspek.

Definisi operasional dalam skala penelitian ini, yaitu:

1. Body Image

Body image adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuh yang dimiliki yang mencakup perasaan dan sikap-sikap yang muncul atas penampilannya tersebut. Subjek yang mendapat skor semakin tinggi dalam skala ini, menunjukkan bahwa subjek memiliki body image yang positif. Sebaliknya, subjek yang mendapat skor semakin rendah dalam skala ini, menunjukkan bahwa subjek memiliki body image yang negatif.

2. Penyesuaian Diri Pada Dewasa Madya

(53)

dewasa madya dianggap mampu menyesuaikan diri apabila lebih mengutamakan kemampuan mental daripada kemampuan fisik dalam menyelesaikan suatu masalah, lebih memahami dan melihat orang lain sebagai individu yang unik, memiliki fleksibilitas emosi dan pandangan yang positif, serta terbuka pada ide-ide baru untuk membantu menyelesaikan suatu permasalahan. Subjek yang mendapat skor semakin tinggi dalam skala ini, menunjukkan bahwa subjek mampu menyelesaikan keempat tugas penyesuaian diri Robert Peck. Sebaliknya, subjek yang mendapat skor semakin rendah dalam skala ini, menunjukkan bahwa subjek kurang mampu menyelesaikan keempat tugas penyesuaian diri Robert Peck.

D. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita dewasa madya yang berusia antara 40 sampai 60 tahun (Santrock, 2011). Pemilihan usia ini dikarenakan pada usia tersebut wanita dewasa madya masih aktif bekerja dan masih mengikuti macam-macam aktifitas dalam kehidupan sosialnya.

E. Metode Pengambilan Sample

(54)

pertimbangan, sehingga sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti (Noor, 2011). Selain itu, menurut Sangadji & Sopiah (2010) purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu subjek berada pada rentang usia 40 tahun hingga 60 tahun dan berkeluarga utuh (masih berstatus menikah).

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah suatu penelitian (Noor, 2011). Selain itu, menurut Nazir (2005) metode pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala yang dibagi menjadi dua, yaitu skala body image dan skala penyesuaian diri. Skala ini berisi pernyataan-pertanyaan yang mencerminkan aspek-aspek body image dan penyesuaian diri pada dewasa madya.

(55)

memihak objek sikap. Sedangkan pernyataan unfavorable berisi pernyataan yang tidak mendukung atau tidak memihak objek sikap (Azwar, 2009).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Skala Body Image

Skala body image ini digunakan untuk mengukur body image wanita dewasa madya. skala ini terdiri dari aitem-aitem favorable dan aitem-aitem unfavorable. Aitem-aitem tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang mendukung dan yang tidak mendukung aspek body image. Skala ini terdapat empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor yang diberikan pada respon tersebut antara 1 (satu) hingga 4 (empat).

Dalam skala ini terdapat 3 aspek body image, yaitu: a. Kognitif

(56)

Tabel 1.

Blueprint Skala Body Image (Sebelum Uji Coba)

Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Kognitif

Pemberian skor untuk Skala Body Image

Respon Aitem

2. Skala Penyesuaian Diri

(57)

dan aitem-aitem unfavorable. Aitem-aitem tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang mendukung dan yang tidak mendukung aspek penyesuaian diri. Dalam skala ini terdapat 4 aspek penyesuaian diri, yaitu:

a. Valuing wisdom versus valuing physical

b. Socialising versus sexualizing in human relationships c. Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment d. Mental flexibility versus mental rigidity

Tabel 3.

Blueprint Skala Penyesuaian Diri (Sebelum Uji Coba) Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Valuing wisdom versus valuing physical

1, 2, 17, 18, 24

13, 31, 32,

40, 44 10 23%

Socialising versus sexualizing in human relationships

Mental flexibility versus mental rigidity

7, 8, 21, 25, 28

12, 15, 33,

36, 43 10 23%

(58)

Tabel 4.

Pemberian skor untuk Skala Penyesuaian Diri

Respon Aitem

G. Validitas, Seleksi Aitem, dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang ingin diukur (Azwar, 2011). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Peneliti menyusun aitem-aitem yang akan digunakan sebagai alat ukur. Aitem-aitem tersebut telah diperiksa kesesuaiannya dengan aspek-aspek yang ada oleh dosen pembimbing skripsi sebagai professional judgement.

2. Seleksi Aitem

(59)

direvisi. Seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows versi 16. Pengujian keselarasan fungsi aitem dengan fungsi tes dilakukan menggunakan koefisien korelasi yang akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rix) atau daya beda aitem (Azwar, 2011). Kriteria pemilihan aitem yang berkualitas didasarkan pada koefisien korelasi aitem total adalah rix ≥0.3. Aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total 0,3 atau lebih besar dari 0,3 mempunyai daya beda yang baik dan aitem tersebut dapat diikutsertakan menjadi bagian dari skala final. Sedangkan aitem yang memiliki koefisien korelasi aitem total kurang dari 0,3 memiliki daya beda yang kurang baik dan akan digugurkan (Periantalo, 2015). a) Skala Body Image

(60)

Tabel 5.

Blueprint Skala Body Image (Setelah Uji Coba) Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Kognitif

(61)

Tabel 6.

Distribusi Skala Body Image (Setelah Aspek Kognitif direvisi)

Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Kognitif

b) Skala Penyesuaian Diri

(62)

Tabel 7.

Blueprint Skala Penyesuaian Diri (Setelah Uji Coba) Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Valuing wisdom

(63)

tidak memenuhi standar, yaitu kurang dari 0,3. Oleh karena itu, peneliti melakukan revisi dengan menambahkan aitem-aitem baru.

Tabel 8.

Blueprint tambahan aitem pada aspek Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment (Sebelum Uji Coba)

Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Cathectic

(64)

Tabel 9.

Blueprint tambahan aitem pada aspek Cathectic flexibility versus cathectic impoverishment (Setelah Uji Coba)

Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Cathectic

(65)

Tabel 10.

Distribusi Skala Penyesuaian Diri (Setelah Penambahan Aitem Baru)

Aspek

Aitem

Jumlah Bobot Favorable Unfavorable

Valuing wisdom

Keterangan: nomor aitem yang diberi tanda bintang (*) merupakan aitem tambahan yang lolos seleksi setelah diuji coba

3. Reliabilitas

(66)

yang relatif sama (Azwar, 2011). Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau semakin mendekati 1,00 maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan formula Alpha Cronbach dari SPSS for windows versi 16.0. Hasil dari uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas skala body image 0,916. Sedangkan reliabilitas skala penyesuaian diri 0,779. Kedua skala tersebut memiliki hasil koefisien reliabilitas mendekati 1,0. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala body image dan skala penyesuaian diri memiliki reliabilitas yang baik.

H. Metode Analisi Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

(67)

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua variabel yang akan diuji dengan analisis korelasional memiliki hubungan linear (semakin mendekati garis lurus) atau tidak (Priyatno, 2012). Kedua variabel dapat dikatakan memiliki hubungan yang linear bila nilai p atau signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Akan tetapi, kedua variabel dikatakan tidak linear bila nilai p atau signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji linearitas dilakukan dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.

2. Uji Hipotesis

(68)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan dari tanggal 16 Desember 2015 sampai 14 Januari 2016 kepada wanita dewasa madya berusia 40 tahun sampai 60 tahun sebanyak 106 orang di Kota Magelang dan Yogyakarta. Setiap subjek diminta untuk mengisi dua skala, yaitu skala body image dan skala penyesuaian diri.

B. Analisis Data Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian

a. Usia

Subjek pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya berusia 40 tahun sampai 60 tahun. Berikut tabel deskripsi usia subjek:

Tabel 11.

Deskripsi Usia Subjek Penelitian

(69)

44 tahun

2. Statistik Deskripsi Penelitian

(70)

Tabel 12.

Hasil Statistik Deskriptif Penelitian

BI PD

Jumlah Data (N) 106 106

Nilai maksimal 104 144

Nilai minimal 26 36

Rata-Rata Empirik (Mean Empirik) 70,44 108,79

Rata-Rata Teoritik (Mean Teoritik) 65 90

Nilai p (sig. 2-tailed) .000 .000

Keterangan: BI (Body Image), PD (Penyesuaian Diri)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah seluruh data yang diperoleh adalah 106 pada setiap variabel. Rata-rata skor body image atau mean empirik yang didapat subjek adalah 70,44. Berdasarkan penghitungan skor minimal dan skor maksimal diperoleh mean teoritik subjek sebesar 65. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa mean teoritik subjek lebih rendah dari pada mean empirik subjek, sehingga skor body image subjek secara keseluruhan cenderung tinggi.

(71)

diperoleh mean teoritik subjek sebesar 90. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa mean teoritik subjek lebih rendah dari pada mean empirik subjek, sehingga skor penyesuaian diri subjek secara keseluruhan cenderung tinggi.

Berdasarkan analisis uji-t yang dilakukan terhadap data body image dan penyesuaian diri diketahui bahwa nilai p atau signifikasi yang diperoleh sebesar .000 (<0.05). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa ada perbedaan mean yang signifikan antara data body image dan penyesuaian diri.

3. Uji Asumsi a. Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian yang berasal dari populasi memiliki sebaran normal atau tidak. Jika nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05), maka data dikatakan memiliki sebaran normal. Namun, jika nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka data dikatakan memiliki sebaran tidak normal (Santoso, 2010). Berikut hasil uji asumsi kedua variabel penelitian:

Tabel 13.

Hasil Uji Normalitas

(72)

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa variabel body image memiliki nilai p sebesar 0,097. Nilai p tersebut lebih besar dari 0,05 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel body image berdistribusi normal. Sedangkan variabel penyesuaian diri memiliki nilai p sebesar 0,000. Nilai p tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data variabel penyesuaian diri berdistribusi tidak normal.

b. Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua variabel memiliki hubungan linear (semakin mendekati garis lurus) atau tidak (Priyatno, 2010). Berikut hasil uji linearitas terhadap kedua variabel penelitian:

Tabel 14.

Hasil Uji Linearitas

Sig.

Body Image dan

(73)

Gambar 1. Scatter Plot Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linearitas diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel body image dan variabel penyesuaian diri memiliki hubungan yang linear atau semakin mendekati garis lurus. Hal ini didukung juga dengan hasil scatter plot yang menunjukkan bahwa kedua variabel semakin mendekati garis lurus.

4. Uji Hipotesis: Analisis Korelasional

(74)

penyesuaian diri. Pengujian signifikansi hubungan kedua variabel dilakukan dengan cara membandingkan probability value (p) dengan

tingkat signifikasi (α). Jika nilai p < α, maka dapat disimpulkan bahwa

korelasi tersebut signifikan. Nilai α yang digunakan dalam pengujian

ini adalah 0,05 (Santoso, 2010). Berikut hasil uji hipotesis menggunakan analisis korelasi:

Tabel 15.

Hasil Uji Hipotesis

Body_Image Penyesuaian_Diri

Body_Image Correlation

Coefficient 1.000 .425

**

Sig. (1-tailed) . .000

N 106 106

Penyesuaian_Diri Correlation

Coefficient .425

**

1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 106 106

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(75)

5. Pembahasan

(76)

Hasil penelitian Montemuro & Gillen (2013) tersebut berarti bahwa wanita dewasa madya memiliki body image yang negatif karena wanita dewasa madya kurang menerima bentuk tubuhnya dan masih menginginkan memiliki tubuh yang langsing. Namun, pada penelitian ini hasil menunjukkan bahwa subjek (wanita dewasa madya) memiliki body image yang positif. Para subjek tersebut menerima tubuhnya sebagaimana adanya dan merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Selain itu, pada penelitian ini para subjek tidak tergantung pada pendapat orang lain mengenai bentuk tubuhnya. Mereka tidak menunggu pernyataan dari orang lain bahwa dirinya menarik. Namun, hal ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pandangan dan pendapat dari orang lain dan orang terdekat akan membantu membentuk body image yang negatif (Thompson, J. Kevin, & Heinberg, Leslie J., 1999).

(77)

& Kinnally, 2012). Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak berpengaruh pada subjek penelitian. Para subjek tetap merasa puas dan bangga terhadap dirinya, meskipun tetap merasa bahwa beberapa bagian dari tubuhnya perlu dikecilkan.

(78)

dapat memberikan usaha dan kontribusi terhadap orang lain (Turner & Helms, 1996).

Berdasarkan hasil penelitian, penyesuaian diri yang positif diduga dipengaruhi oleh stabilitas kepribadian para subjek. Menurut Mroczek, Spiro, & Griffin (dalam Santrock, 2011), konteks sosial, pengalaman baru, dan perubahan sosiohistoris dapat memengaruhi perkembangan kepribadian. Selain itu, menurut Roberts & Mroczek (dalam Santrock, 2011) perubahan sifat kepribadian pada masa dewasa terjadi dalam arah yang positif. Orang menjadi lebih baik, percaya diri, hangat, bertanggungjawab, dan tenang. Peneliti menduga bahwa para subjek memiliki stabilitas kepribadian, sehingga mereka lebih positif dalam menghadapi perubahan dan permasalahan yang terjadi.

Hasil penelitian ini didukung dengan latar belakang subjek yang masih tinggal bersama anak-anaknya. Menurut Santrock (2011), dewasa madya akan mengalami sindrom empty-nest dan menurunya kepuasan pernikahan setelah anak-anak meninggalkan rumah. Akan tetapi, berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian, sebagian besar subjek merasa puas dengan kehidupan penikahannya. Hal ini dikarenakan subjek masih tinggal satu rumah, sehingga subjek tidak merasa kesepian dan dapat melakukan aktifitas tanpa pengaruh dari emosi yang dirasakan.

(79)
(80)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri pada wanita dewasa madya. Hasil ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi antara kedua variabel sebesar 0,425 dengan nilai signifikansi p sebesar 0,000. Hubungan antara body image dengan tingkat penyesuaian diri pada dewasa madya merupakan hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi body image maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya. Hal ini berarti bahwa semakin positif body image yang dimiliki, maka semakin mampu pula subjek menyesuaikan diri.

B. Saran

1. Bagi Subjek Penelitian

(81)

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

(82)

61

DAFTAR PUSTAKA

Aquino, Mildred T., Orense, Consuelo L., Tanchoco, Celeste C., Amarra, Sofia V., Tajan, Merlyn G., & Cruz, Evelyn O. Dela. (2009). Correlates of Body Image Satisfaction Among Economycally Depressed Urban Filipino Women. Philipine Journal of Science, (138 (1): 67-74).

Azwar, Saifuddin. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, Saifuddin. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Brennan, Maggie A., Lalonde, Christopher E., & Bain, Jody L. (2010). Psi Chi Journal of Undergraduate Research (Vol. 15, No. 3/ISSN 1089-4136). Cash, Thomas. (2012). Encyclopedia of Body Image and Human Apearance (vol.

1: A-F). Amsterdam: Elsevier.

Cash, Thomas F. (2003). Editorial Body Image: past, present, and future. Body Image: An International Journal of Research. Body Image 1 (2004) 1-5 Devaraj, Sowmya & Lewis, Vivienne. (2010). Enhancing Positive Body Image in

Women: An Evaluation of A Group Intervention Program. Journal of Applied Biobehavioral Research, (Vol. 15, No. 2, pp. 103-116).

Ferraro, F. Richard, Muehlenkamp, Jennifer J., Paintner, Ashley, Wasson, Kyla, Hager, Tracy, & Hoverson, Fallon. (2008). Aging, Body Image, and Body Shape. The Journal of General Psychology, 135(4), 379-392. Gillen, Meghan M. & Lefkowitz, Eva S. (2011). Body Size Perceptions in

(83)

Greenwood, Sadja. (1984). Menopause Secara Alami. Jakarta: P.T. B.P.K. Gunung Mulia.

Grogan, Sarah. (1999). Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. London: Routledge.

Heatherton, Todd F. (1993). Body Dissatisfaction, Self-Focus, And Dieting Status Among Women. Psychology of Addictive Behavior, (Vol. 7, No. 4, 225-231). Lemme, Barbara Hansen. (1995). Development in Adulthood. Boston: Allyn & Bacon.

Irianto, Agus. (2004). Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana. Lemme, Barbara Hansen. (1995). Development in Adulthood. Boston: Allyn &

Bacon.

Mappiare, Andi. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional. Montemurro, Beth & Gillen, Meghan M. (2013). Wrinkles and Sagging Flesh:

Exploring Tranformations in Women’s Sexual Body Image. Journal of Women & Aging, 25:3-23.

Nazir, Moh. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.Papalia, Diane E. & Feldman, Ruth Duskin. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia (ed. 12, jilid 2). Jakarta: Salemba Humanika.

(84)

Periantalo, Jelpa. (2015). Penyusunan Skala Psikologi: Asyik, Mudah & Bermanfaat. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan SPSS dan Prediksi Pertanyaan Pendadaran Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Gava Media.

Rema, Dona. (2012). Survei: 47% Wanita Andalkan Diet Karbo Untuk Turunkan Berat Badan. Diakses 13 Maret 2014 dari, http://Wollipop.com.

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Santoso, Agung. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog menjadi Buku. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development (ed. ke-13, jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarwer, David B., Thompson, J. Kevin, & Cash, Thomas F. (2005). Body Image and Obesity in Adulthood. Journal of Psychiatric Clinics of North America (Vol. 28, pp. 69-87).

Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(85)

Thompson, J. Kevin, Heinberg, Leslie. J, Altabe, Madeline, & Tantleff-Dunn, Stacey. (2002). Exacting Beauty. Washington: American Psychological Association.

Turner, Jeffrey S. & Helms, Donald B. (1996). Lifespan Development (5th ed). Fort Worth: Harcourt Brace College Publishers.

Vonderen, Kristen E. Van & Kinnally, William. (2012). Media Effect on Body Image: Examining Media Exposure in the Broader Context of Internal and Social Factors. American Communication Journal, (Vol. 14, Issue 2). Wardhani, Anita K. (2014). Minat Bedah Plastik Banyak, Tapi Jumlah Dokternya

(86)

65

LAMPIRAN 1

(87)

SKALA PENELITIAN

Digunakan sebagai Penyusunan Tugas Akhir

Disusun oleh:

Anastasia Veriska Claudine Sumangkut 109114023

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(88)

Kepada :

Yth. Ibu yang berpartisipasi

Dengan hormat, saya :

Nama : Anastasia Veriska Claudine Sumangkut NIM : 109114023

Fakultas : Psikologi

Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Dalam rangka penyusunan tugas akhir, sebagai pemenuhan tanggungjawab saya sebagai mahasiswa. Saya memohon partisipasi dari Ibu untuk memberikan tanggapan terhadap pernyataan yang telah saya susun dalam skala ini. Tanggapan yang Ibu berikan akan terjaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, Ibu diharapkan untuk memberikan tanggapan sesuai dengan keadaan yang Ibu alami.

Saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan Ibu yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat saya,

(89)

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa saya bersedia mengisi skala ini dengan suka rela dan tanpa paksaan atau di bawah tekanan pihak tertentu, demi membantu terlaksananya penelitian ini.

Semua jawaban yang saya berikan adalah murni dari apa yang saya alami dan bukan berdasarkan pada pandangan masyarakat pada umumnya. Saya bersedia dan mengijinkan penggunaan jawaban yang saya berikan tersebut sebagai data untuk memperlancar penelitian ini.

Tanggal ________________

Menyetujui,

………..

(90)

IDENTITAS

Inisial :

Usia :

Status pernikahan :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

Usia suami :

Pekerjaan suami :

Pendidikan terakhir suami :

Usia perkawinan :

Jumlah anak :

Usia anak 1 :

2 :

3 :

4 :

(91)

PETUNJUK PENGERJAAN SKALA A

Pada skala ini terdapat sejumlah pernyataan, bacalah dan pahami setiap pernyataan yang ada. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan keadaan yang Anda alami, yaitu :

SS : Sangat Sesuai, bila pernyataan tersebut “SANGAT SESUAI” dengan yang Anda alami

S : Sesuai, bila pernyataan tersebut “SESUAI” dengan yang Anda alami TS : Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut ”TIDAK SESUAI” dengan yang Anda alami

STS : Sangat Tidak Sesuai, bila pernyataan tersebut ”SANGAT TIDAK SESUAI” dengan yang Anda alami

Anda berhak memberikan tanggapan menurut Anda sendiri. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah, karena jawaban tersebut mencerminkan diri Anda masing-masing.

Contoh cara pengisian :

Pernyataan SS S TS STS

Saya suka membaca buku.

Contoh koreksi :

Pernyataan SS S TS STS

(92)

No. Pernyataan SS S TS STS 1. Saya merasa puas dengan tubuh yang

saya miliki saat ini.

2. Berat badan saya sesuai dengan ukuran tubuh saya.

3. Bagi saya bentuk dan ukuran tubuh yang saya miliki sudah proporsional. 4. Saya senang dengan penampilan saya

sehari-hari.

5. Saya merasa biasa saja ketika melihat diri saya di cermin.

6. Saya sering menimbang berat badan untuk mengontrol berat badan saya. 7. Saya sering memakai pakaian

berwarna gelap agar terlihat langsing. 8. Saya merasa sedikit iri ketika teman

saya berhasil menurunkan berat badan. 9. Saya membutuhkan pengakuan dari

orang lain bahwa saya menarik. 10. Saya sering membandingkan tubuh

saya dengan orang lain.

11. Para model di televisi dan majalah menginspirasi saya untuk memiliki tubuh yang langsing.

12. Saya selalu memperhatikan perut saya yang buncit dan paha saya ketika berkaca di depan cermin.

(93)

dengan keinginan saya.

14. Menurut saya penampilan saya sudah cukup menarik.

15. Saya tidak malu memakai pakaian yang memperlihatkan lengan saya. 16. Saya berolah raga untuk menjaga

kesehatan saya.

17. Saya percaya bahwa saya sama menariknya dengan orang lain.

18. Saya dapat makan apa saja yang saya inginkan tanpa merasa khawatir dengan berat badan saya.

19. Saya tidak menunggu pengakuan dari orang lain agar percaya bahwa diri saya menarik.

20. Saya puas dengan bentuk tubuh yang saya miliki saat ini.

21. Saya merasa kurang nyaman ketika memakai pakaian yang ketat dan menonjolkan bentuk tubuh.

22. Saya berusaha untuk tidak makan pada malam hari.

23. Saya menjadi sedih bila ada yang mengatakan saya bertambah gemuk. 24. Memiliki tubuh yang langsing

membantu saya dalam bergaul dengan rekan-rekan saya.

25. Saya ingin memiliki ukuran pinggang seperti ketika masih muda.

Gambar

Gambar 1. Scatter Plot Uji Linearitas  .................................................................
Tabel 2. Pemberian skor untuk Skala
Tabel 3. Blueprint
Tabel 4. Pemberian skor untuk Skala Penyesuaian Diri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dewasa madya dimana perubahan yang sangat tampak pada masa ini, dan dibedakan juga menjadi yang bekerja dengan yang tidak bekerja mempunyai cara-cara dalam menyesuaikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan self esteem pada wanita dewasa awal yang menggunakan skincare, untuk mengetahui peran body image

penerimaan diri pada wanita korban nikah sirri yang berhubungan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan diri pada dewasa madya. Dimana semakin tinggi

Dukungan Sosial Yang Diterima Oleh Mahasiswa Dewasa Madya Dalam. Upaya Penyesuaian Diri Pada Lingkungan

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi yang mendorong individu usia dewasa madya untuk menjadi mahasiswa strata satu (S1), upaya penyesuaian diri

maupun variabel terikat yaitu penyesuaian diri, telah terdistribusi secara normal. Syarat kedua yang harus dilakukan adalah uji linearitas untuk mengetahui apakah data variabel

Ada hubungan antara penyesuaian diri terhadap pekerjaan dengan intensitas penggunaan problem focused coping pada kaum biarawati dewasa madya, yang. mana p diperoleh 0,00