• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja Dengan Tidak Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja Dengan Tidak Bekerja"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PERUBAHAN FISIK

WANITA DEWASA MADYA BEKERJA DENGAN TIDAK BEKERJA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

MILNA CHAIRUNNISA HARAHAP

071301102

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja dengan Tidak Bekerja.

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila ditemukan adanya kecurangan, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2012

MILNA CHAIRUNNISA HARAHAP

(3)

Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya yang Bekerja dan Tidak Berkerja.

Milna Chairunnisa dan Ade Rahmawati ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik wanita yang bekerja dan tidak bekerja. Di antara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa madya, salah satunya adalah tugas yang berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Bagi wanita bekerja dan tidak bekerja diketahui memiliki cara berbeda dalam menerima perubahan fisik, wanita bekerja/ perempuan karir saat ini lebih mengarah kepada kecantikan sebagai gaya hidup karena banyaknya bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan wanita tidak bekerja lebih menghabiskan waktu dengan pekerjaan rumahnya sehingga perubahan fisik tidak menjadi masalah pada dirinya, dengan adanya perbedaan tersebut, maka diyakini akan berbeda pula penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada wanita bekerja dan tidak bekerja. Penelitian ini melibatkan 80 orang wanita dewasa madya sebagai subyek penelitian. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita bekerja dan tidak bekerja usia 40-60 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling, dimana data didapatkan akan diolah dengan menggunakan uji-t. Alat ukur yang digunakan adalah skala penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Hasil analisis data menunjukkan tidak ada perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik wanita dewasa madya yang bekerja dan tidak bekerja dengan nilai P = 0.233, dimana wanita dewasa madya yang bekerja dan tidak bekerja berfikir positif terhadap perubahan fisik tersebut.

(4)

The differences self Adjustment Against Physical Changes woman Adult middle who work and no working

Milna Chairunnisa dan Ade Rahmawati ABSTRACT

The study was a comparative quantitative study to know the differences in self adjustment to physical changes in women who are working and not working. Among the many developmental tasks of middle adulthood, one of which is related to the task of adjustment to physical changes. For women working and not working are known to have different ways of receiving a physical change, women working / career women now more directed to beauty as a lifestyle because of socializing with others, while women do not work over spending time with his homework so that physical changes do not a problem in itself, with a difference, it is believed to be different self adjustment to physical changes in women's working and not working. The study involved 80 women middle adulthood as research subjects. Criteria of the sample used in this study were working and not working women aged 40-60 years. Sampling was using incidental sampling technique, where the data obtained will be processed using the t-test. Measuring instrument used is the scale of self adjustment to physical changes. The results of data analysis showed no differences in adjustment to physical changes in middle adult women working and not working with a value of P = 0233, where the middle of adult women working and not working to think positive about the physical changes.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja dengan Tidak Bekerja”.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ke dua orang tua penulis papa dr.H. Nazmil Fuad Harahap M.Kes dan mama Hj. Zubaidah Nasution. Terima kasih penulis ucapkan untuk setiap, didikan, cinta dan kasih sayang, doa, dan semua hal yang telah kalian berikan selama ini “sayang papa dan mama”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU, beserta Pembantu

Dekan I, II, dan III Fakultas Psikologi USU.

2. Kak Ade Rahmawati M.Psi., selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan, dukungan, perhatian, masukan yang kakak berikan, dan waktu yang kakak berikan ditengah-tengah kesibukan untuk membimbing penulis. Penulis sangat berterima kasih kepada kakak, semua kebaikan kakak tidak mampu penulis balas dan akan penulis kenang selalu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kakak. Terima kasih kak.

(6)

4. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih untuk segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

5. Kakak, abang, adikku yang ku sayangi (Kak Icha, bang Wiwin, Riri), terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada seluruh keluarga besar opung, nenek anum, unyang, dan semuanya terima kasih atas doa-doanya selama penyelesaian penelitian ini.

6. Untuk Prayudi, terima kasih atas dukungan, perhatian, pengertian, kasih sayang dan semangat yang diberikan selama penulisan skripsi ini. Terutama waktu yang telah diberikan selama ini untuk berkelana dan menemani kesana-kemari selama ini untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Untuk sahabatku anak mbeng (Liza, Dania, Ririn, Yossy, Indah). Terima kasih atas dukungan, informasi, saran dan semangat yang telah kalian berikan. Kalian sahabat-sahabat yang terbaik selama di psikologi USU.

8. Untuk teman-temanku terutama Debby yang membantu menjadi guru private, karin, inge, Ina, Fina, sulastrie dan seluruh anak Psikologi 2007. Terima kasih atas masukan, diskusi dan pengajaran yang diberikan. Masukan kalian sangat sangat membantu dalam penyelesaian penelitian ini

9. Untuk sahabatku yang selalu ada di selama masa sekolah sampai perkuliahan Nabila, Nana, Dira. Terima kasih menjadi tempat untuk senang dan sedih. Semoga kita sukses ya semuanya.

10.Seluruh pegawai jurusan dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti.

(7)

12.Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian penelitan ini, peneliti menyampaikan terima kasih atas bantuan dukungan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia psikologi perkembangan pada khususnya.

Medan, Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik ... 12

1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 12

2. Kriteria Penyesuaian Diri ... 13

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri...14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 16

5. Penyesuaian Diri Masa Dewasa Madya ... 19

B. Perubahan Fisik ... 22

1. Pengertian Perubahan Fisik ... 22

2. Ciri-ciri Perubahan Fisik ... 23

3. Tanda-tanda Perubahan Fisik Usia Dewasa...25

(9)

1. Pengertian Dewasa Madya ... 27

2. Karakteristik Dewasa Madya ... 28

3. Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Madya... 30

E. Status Pekerjaan ... 32

1. Wanita Bekerja ... 32

a. Pengertian Wanita Bekerja ... 32

b. Faktor-faktor yang Mendorong Wanita Bekerja... 33

2. Wanita Tidak Bekerja ... 36

a. Pengertian Wanita Tidak Bekerja ... 36

F. Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja dengan Tidak Bekerja ... 37

G. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Identifikasi Variabel ... 41

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 41

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel... 43

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 45

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 48

1. Validitas Alat Ukur ... 48

2. Uji Daya Beda Aitem ... 48

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 49

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 50

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 51

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 52

(10)

3. Tahap Pengolahan Data Penelitian ... 53

G. Metode Analisa Data ... 53

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Subjek Penelitian ... 55

1. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 55

B. Hasil Penelitian... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Homogenitas ... 58

3. Uji Hipotesis Utama... 59

C. Hasil Tambahan ... 61

D. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Cara penilaian skala penyesuaian diri ... 46

Tabel 2 Blue print skala penyesuaian diri... 47

Tabel 3 Distribusi aitem-aitem skala penyesuian diri setelah uji coba ... 50

Tabel 4 Distribusi aitem-aitem skala penyesuian diri yang digunakan dalam penelitian... ... 51

Tabel 5 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia ... 55

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas skala penyesuaian diri ... 58

Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas ... 59

Tabel 8 Hasil Uji Independent Sample t-test ... 60

Tabel 9 Gambaran skor penyesuaian diri ... 60

Tabel 10 Kategorisasi norma nilai penyesuaian diri ... 63

Tabel 11 Data skor penyesuaian diri pada seluruh sampel ... 64

(12)

Perbedaan Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya yang Bekerja dan Tidak Berkerja.

Milna Chairunnisa dan Ade Rahmawati ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik wanita yang bekerja dan tidak bekerja. Di antara sekian banyak tugas perkembangan orang dewasa madya, salah satunya adalah tugas yang berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Bagi wanita bekerja dan tidak bekerja diketahui memiliki cara berbeda dalam menerima perubahan fisik, wanita bekerja/ perempuan karir saat ini lebih mengarah kepada kecantikan sebagai gaya hidup karena banyaknya bersosialisasi dengan orang lain, sedangkan wanita tidak bekerja lebih menghabiskan waktu dengan pekerjaan rumahnya sehingga perubahan fisik tidak menjadi masalah pada dirinya, dengan adanya perbedaan tersebut, maka diyakini akan berbeda pula penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada wanita bekerja dan tidak bekerja. Penelitian ini melibatkan 80 orang wanita dewasa madya sebagai subyek penelitian. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita bekerja dan tidak bekerja usia 40-60 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling, dimana data didapatkan akan diolah dengan menggunakan uji-t. Alat ukur yang digunakan adalah skala penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Hasil analisis data menunjukkan tidak ada perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik wanita dewasa madya yang bekerja dan tidak bekerja dengan nilai P = 0.233, dimana wanita dewasa madya yang bekerja dan tidak bekerja berfikir positif terhadap perubahan fisik tersebut.

(13)

The differences self Adjustment Against Physical Changes woman Adult middle who work and no working

Milna Chairunnisa dan Ade Rahmawati ABSTRACT

The study was a comparative quantitative study to know the differences in self adjustment to physical changes in women who are working and not working. Among the many developmental tasks of middle adulthood, one of which is related to the task of adjustment to physical changes. For women working and not working are known to have different ways of receiving a physical change, women working / career women now more directed to beauty as a lifestyle because of socializing with others, while women do not work over spending time with his homework so that physical changes do not a problem in itself, with a difference, it is believed to be different self adjustment to physical changes in women's working and not working. The study involved 80 women middle adulthood as research subjects. Criteria of the sample used in this study were working and not working women aged 40-60 years. Sampling was using incidental sampling technique, where the data obtained will be processed using the t-test. Measuring instrument used is the scale of self adjustment to physical changes. The results of data analysis showed no differences in adjustment to physical changes in middle adult women working and not working with a value of P = 0233, where the middle of adult women working and not working to think positive about the physical changes.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

I. A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan dan penyesuaian diri memiliki kaitan yang sangat erat. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku, agar terjadi hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara diri sendiri dengan lingkungannya (Schneiders, 1964).

(15)

menyesuaikan diri mau itu penyesuaian diri pribadi maupun sosial tidak terkecuali wanita dewasa (Qomariyah, 2006).

Masa dewasa merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, & Peng (2001) (dalam Santrock, 1995), menyatakan bahwa masa dewasa ditandai dengan tanggung jawab yang berat dan beragam, menurut perannya yaitu tanggung jawab sebagai seorang yang menjalankan rumah tangga, perusahaan, membesarkan anak, dan mungkin merawat orang tua mereka, serta mulai menata karir yang baru. Selain itu juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis yang terjadi seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kesehatan, dan perubahan dalam seksual (Hurlock, 1999).

Masa dewasa dialami oleh individu saat berusia antara 40 sampai 60 tahun, masa ini terbagi kedalam dua subbagian, yaitu : usia madya dini yang membentang antara usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya lanjut yang terbentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Masa dewasa madya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat walaupun banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat sehingga terlihat lebih jelas daripada masa lalu (Hurlock, 1999).

Menurut Papalia (2008) dimana pada masa ini kemampuan fisik dan perubahan fisik psikologi sangat jelas nampak. Sebagian besar orang dewasa madya cukup realitis untuk menerima perubahan penampilan, kinerja indra, motor, dan sistemik, dan dalam kapasitas reproduktif / seksual dan sebagian dari mereka mengalami sexual renaissance (puber kedua) (papalia, 2002).

(16)

akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Hurlock (1991) menyatakan salah satu bentuk-bentuk penyesuaian diri dewasa yaitu penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Hal ini didukung oleh penelitian Dirgayunita (2006) bahwa wanita dewasa madya menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dengan melakukan beberapa usaha dalam menghadapi dengan menjaga kesehatan (fitness, senam, berkerudung) agar tetap terlihat cantik, muda dan percaya diri.

Pada saat dewasa madya perubahan fisik organ tubuh mereka mengalami penurunan secara fungsi. Lapisan lemak jadi tebal dan kulit menjadi keriput. Tak hanya fisik, kemunduran secara psikis juga berlangsung secara bersamaan. Kualitas feminin seperti kecantikan, daya tarik, vitalitas, daya ingat, daya dengar, daya fikir, dan fungsi-fungsi psikis lainnya, mengalami proses kemunduran yang nyata. Akibatnya, kondisi ini menimbulkan berbagai penyesuaian dan konflik secara psikis. Stres dan depresi sangat mungkin terjadi. Diperparah dengan perasaan melankolis yang rentan mendominasi. Merasa sudah tua dan tidak menarik lagi (Monks, 1998).

(17)

menguning, tubuh semakin lama semakin pendek, sulit melihat objek-objek yang jauh, penurunan pada sensitivitas pendengaran, menopause, penurunan kebugaran fisik (Santrock, 1995).

Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa madya salah satunya ialah menerima dan penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini. Dalam hal ini perubahan-perubahan seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indra, perubahan pada keberfungsian psikologis (Hurlock, 1996).

Ketika dewasa madya mengalami perubahan fisik seperti yang halnya tugas-tugas perkembangan dewasa madya dimana dewasa madya dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik tersebut, dimana penyesuaian diri (adjustment) dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang berkelanjutan dengan diri individu itu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik, mengingat individu secara konstan juga mempengaruhinya. Penilaian tentang baik buruknya penyesuaian diri tergantung dari nilai-nilai yang dianut oleh individu tersebut dan situasi dimana perilaku berperan. Perilaku yang mungkin tampak normal dalam suatu situasi bisa menjadi tidak normal dan suatu situasi bisa menjadi tidak normal dalam situasi yang berbeda. Apa yang kelihatannya seperti penyesuaian diri baik menurut suatu perangkat nilai dapat dilihat buruk menurut perangkat nilai lain (Calhoun & Acocella, 1995)

(18)

seseorang mempunyai cara berfikir yang positif maka ia akan dapat menyesuaikan diri pada perubahan fisik yang dialaminya tetapi jika ia berfikir secara negatif mengenai perubahan fisik yang dialaminya maka ia akan bersikap kurang menyesuaikan diri, Cash (dalam Calhoun & Accocella, 1995). Sejalan dengan hal tersebut Dirgayunita (2006) dalam penelitiannya menyatakan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik yaitu wanita dewasa madya melakukan beberapa usaha dalam menghadapi dengan menjaga kesehatan (fitness, senam, diet, minum vitamin dan jamu), merubah penampilan (berdandan, menyemir rambut, berkerudung) agar tetap terlihat cantik, muda dan percaya diri.

Wanita menyadari bahwa soal penampilan atau kecantikan adalah hal yang sangat penting untuk kesuksesan pergaulan maupun pekerjaan. Maka dari itu wanita sering merasa takut dan khawatir memikirkan keriput-keriput yang bakal timbul, takut untuk memakai kacamata baca karena hal itu menunjukkan ketuaannya. Pengakuan penerimaan dan penyesuaian diri terhadap keadaan tua ini biasa menimbulkan berbagai masalah pada wanita (Diputra, 2006).

Pada dewasa madya dimana perubahan yang sangat tampak pada masa ini, dan dibedakan juga menjadi yang bekerja dengan yang tidak bekerja mempunyai cara-cara dalam menyesuaikan diri mereka terhadap perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa tersebut, bagaimana cara mereka menghadapi perubahan fisik tersebut yang juga sejalan seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1996) tugas-tugas perkembangan wanita dewasa madya adalah menyesuaiakan diri terhadap perubahan fisik.

(19)

didalam diri wanita. Bila wanita berdandan yang sebenarnya hanya untuk memenuhi nalurinya yang demikian, seringkali disalah artikankan oleh orang lain sebagai upaya untuk menarik lawan jenis. Dimata orang lain, kemajuan karir seorang wanita cantik dianggap lebih dikarenakan rupa yang cantik dan bukan karena kemampuan kerja sesungguhnya. Berbuat ramah kepada rekan bisnis, khususnya rekan bisnis pria, seringkali disalahartikan sebagai upaya untuk memikat lebih jauh (Ancok, 1995).

Penelitian menyangkut situasi wanita bekerja (dalam Rini, 2002), tentang penyesuaian hidup wanita bekerja yang pernah dilakukan oleh Ferree (1976) menunjukkan, bahwa wanita yang bekerja menunjukkan tingkat penyesuaian hidup sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja, meski ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan. Dalam dunia pekerjaan saat ini, fenomena wanita bekerja sebenarnya menjadi sesuatu hal yang biasa di tengah masyarakat. Seorang wanita yang bekerja, pada masa dewasa madya akan mulai memasuki masa pensiun sehingga akan hilang pula kesibukan rutinnya sehari-hari. Ini berarti hilangnya status diri yang bisa menyebabkan timbulnya kehampaan. Perasaan tidak mampu juga timbul karena adanya ketidakmampuan bersaing dengan wanita yang lebih muda Adikusuma (dalam Rachman, 2007)

Wanita yang tidak bekerja biasanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Biasanya istri melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak dari suami. Disini istri yang adalah orang yang bertanggung jawab besar atas pekerjaan rumah (tidak bekerja) (Schinovacz dalam Santrock, 1995). Dimana mereka hanya bertanggung jawab dalam melakukan hal-hal yang merupakan kewajibannya dalam mengurus rumah tanpa memperhatikan hal-hal yang lain seperti penampilan fisiknya.

(20)

dewasa madya tidak bekerja dalam hal menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi.

I. B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah terdapat perbedaan penyesuaian diri terdahap perubahan fisik antara wanita dewasa madya yang bekerja dengan tidak bekerja?

I. C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik antara wanita dewasa madya yang bekerja dengan tidak bekerja.

I. D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis :

I. D. 1.Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dalam bidang pendidikan mengenai penyesuaian diri terhadap perubahan fisik antara wanita dewasa madya yang bekerja dengan tidak bekerja.

I. D. 2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

a. Wanita dewasa

(21)

b. Masyarakat

Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai perbedaan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik antara wanita dewasa madya bekerja dengan tidak bekerja. c. Peneliti selanjutnya

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi nantinya kepada peneliti selanjutnya mengenai penyesuaian diri terhadap perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa madya bekerja dan tidak bekerja.

I. E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Bab I ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab II ini terdiri uraian teori yang menjadi acuan pembahasan masalah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penyesuaian diri, perubahan fisik, masa dewasa madya, wanita bekerja dan tidak bekerja. Bab III : Metode Penelitian

Bab III ini terdiri uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel penelitian, definisi opersional, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan dalam penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisa data.

Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan

(22)
(23)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik 1. Pengertian Penyesuaian Diri

Menurut Schneiders (dalam Patosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sawrey dan Telford (dalam Colhoun & Acocella, 1990) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional. Dalam interaksi tersebut baik individu maupun lingkungan menjadi agen perubahan. Penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi yang kontiniu dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan dunia. Ketiga faktor ini secara konsisten mempengaruhi seseorang. Hubungan ini bersifat timbal balik (Calhoun & Acocella, 1990).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat di simpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya, untuk mempertemukan tuntutan diri dan lingkungan agar tercapai keadaan atau tujuan yang diharapkan oleh diri sendiri dan lingkungannya.

2. Kriteria Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri berlangsung secara terus-menerus dalam diri individu dan lingkungan. Schneiders (1964) memberikan kriteria individu dengan penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut :

a. Pengetahuan tentang kekurangan dan kelebihan dirinya. b. Objektivitas diri dan penerimaan diri

(24)

d. Integrasi pribadi yang baik

e. Adanya tujuan dan arah yang jelas dari perbuatannya f. Adanya perspektif, skala nilai, filsafat hidup yang adekuat g. Mempunyai rasa humor

h. Mempunyai rasa tanggung jawab i. Menunjukkan kematangan respon

j. Adanya perkembangan kebiasaan yang baik k. Adanya adaptabilitas

l. Bebas dari respon-respon yang simtomatis atau cacat

m. Memiliki kemampuan bekerjasama dan menaruh minat terhadap orang lain n. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain

o. Adanya kepuasan dalam bekerja dan bermain p. Memiliki orientasi yang adekuat terhadap realitas

Individu dengan penyesuaian diri yang baik maka dia memiliki ciri-ciri penyesuaian diri yang baik tersebut secara terus menerus di dalam hidupnya.

3. Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Schneiders (1964) mengungkapkan bahwa penyesuaian diri yang baik meliputi enam aspek sebagai berikut :

a. Tidak terdapat emosionalitas yang berlebih

(25)

b. Tidak terdapat mekanisme psikologis

Aspek kedua menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.

c. Tidak terdapat perasaan frustrasi personal

Penyesuaian dikatakan normal ketika seseorang bebas dari frustasi personal. Perasaan frustasi membuat seseorang sulit untuk bereaksi secara normal terhadap situasi atau masalah. Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.

d. Kemampuan untuk belajar

Proses dari penyesuaian yang normal bisa diidentifikasikan dengan pertumbuhan dan perkembangan dalam pemecahan situasi yang penuh dengan konflik, frustasi atau stres. Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres.

e. Pemanfaatan pengalaman masa lalu

(26)

Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.

f. Sikap realistik dan objektif

Penyesuaian yang normal secara konsisten berhubungan dengan sikap realistik dan objektif. Sikap yang realistik dan objektif adalah berdasarkan pembelajaran, pengalaman masa lalu, pemikiran rasional mampu menilai situasi, masalah atau keterbatasan personal seperti apa adanya. Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

g.Pertimbangan rasional dan pengarahkan diri

Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

(27)

Menurut Schneiders (1964) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah:

a. Keadaan fisik

Kondisi fisik individu merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, sebab keadaan sistem-sistem tubuh yang baik merupakan syarat bagi terciptanya penyesuaian diri yang baik. Adanya cacat fisik dan penyakit kronis akan melatarbelakangi adanya hambatan pada individu dalam

melaksanakan penyesuaian diri. b. Perkembangan dan kematangan

Bentuk-bentuk penyesuaian diri individu berbeda pada setiap tahap perkembangan. Sejalan dengan perkembangannya, individu meninggalkan tingkah laku infantil dalam merespon lingkungan. Hal tersebut bukan karena proses pembelajaran semata, melainkan karena individu menjadi lebih matang. Kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri.

c. Keadaan psikologis

Keadaan mental yang sehat merupakan syarat bagi tercapainya penyesuaian diri yang baik, sehingga dapat dikatakan bahwa adanya frustrasi, kecemasan dan cacat mental akan dapat melatarbelakangi adanya hambatan dalam penyesuaian diri. Keadaan mental yang baik akan mendorong individu untuk memberikan respon yang selaras dengan dorongan internal maupun tuntutan lingkungannya. Variabel yang termasuk dalam keadaan psikologis di antaranya adalah pengalaman, pendidikan, konsep diri, dan keyakinan diri.

d. Keadaan lingkungan

(28)

tinggal di lingkungan yang tidak tentram, tidak damai, dan tidak aman, maka individu tersebut akan mengalami gangguan dalam melakukan proses penyesuaian diri. Keadaan lingkungan yang dimaksud meliputi sekolah, rumah, dan keluarga. Sekolah bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi juga dalam aspek sosial dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar penyesuaian diri yang baik (Schneiders, 1964).

(29)

Apabila orang tua merupakan model yang baik, identifikasi akan menghasilkan pengaruh yang baik terhadap penyesuaian diri.

e. Tingkat religiusitas dan kebudayaan

Religiusitas merupakan faktor yang memberikan suasana psikologis yang dapat digunakan untuk mengurangi konflik, frustrasi dan ketegangan psikis lain. Religiusitas memberi nilai dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan, dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam hidupnya (Schneiders, 1964). Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri.

5. Penyesuaian Diri Masa Dewasa Madya

Masalah-masalah tertentu yang timbul pada tiap tahap kehidupan membutuhkan penyesuaian diri. Penyesuaian diri yang yang terlibat lebih sulit dari tahap kehidupan yaitu pada masa dewasa madya. Menurut Hurlock (1998) penyesuaian sebagai orangtua yang memiliki anak remaja, pola kehidupan keluarga yang semakin kompleks, munculnya perubahan perubahan jasmani dan mental merupakan masalah-masalah yang timbul pada masa dewasa madya. Terlebih lagi jika individu tersebut dihadapi pada keadaan yang mengharuskannya menjadi orangtua tunggal karena kehilangan pasangan, baik karena bercerai maupun karena kematian pasangan

B. PERUBAHAN FISIK 1. Pengertian Perubahan Fisik

(30)

Untuk alasan yang sama, kebiasaan kesehatan dan gaya hidup pada masa paruh baya mempengaruhi apa yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Orang-orang yang membatasi keterpaparan diri mereka terhadap matahari dapat meminimalisir kerut dan menghindari kanker kulit, dan orang yang aktif secara fisik dapat mempertahankan kekuatan otot prediktor yang sangat kuat terhadap kondisi fisik di usia tua, Rantanen ( dalam papalia, 2008).

2. Ciri – Ciri Perubahan Fisik a. Kinerja sensori dan psikomotor

Masalah penglihatan yang berkaitan dengan usia sebagain besar terjadi pada lima daerah : near, vision, dynamic vision, sensitivity to light, visual search ( misalnya, menemukan lokasi sinyal), dan kecepatan memproses informasi visual, Kline (dalam Papalia, 2008). Umumnya adalah sedikit kemunduran dalam visual acuity : atau ketajaman pendengaran. Karena perubahan pada pupil mata, orang – orang usia pertengahan membutuhkan cahaya yang lebih cerah untuk mengompensasi penurunan tingkat cahaya yang dapat mencapai retina, Belbin (dalam Papalia, 2008).

Banyak orang usia 40 dan lebih tua memerlukan kacamata baca karena prebyopia (rabun jauh), penurunan kemampuan untuk fokus pada objek dekat kondisi yang dikaitkan dengan usia. Myopia juga meningkatkan pada usia pertengahan, Merill & Verbrugge (dalam Papalia, 2008) . Bifocal dan trifocal kacamata yang lensa bacanya digabung dengan lensa untuk pandangan jauh membantu mata menyesuaikan antara objek dekat dan jauh.

Orang dewasa mulai kehilangan sensitivitas seutuhnya setelah usia 45 tahun, dan terdapat rasa sakit setelah usia 50 tahun. Akan tetapi, rasa sakit berfungsi sebagai proteksi terus bertahan, walaupun orang-orang merasa kurang sakit, akan tetapi mereka semakin tidak mampu menoleransinya, Katchadourian (dalam Papalia, 2008).

(31)

persen dari kekuatan maksimum mungkin menghilang pada usia 60. Kebanyakan orang memerhatikan bahwa pelemahan pertama terjadi pada otot betis luar dan dalam lalu kemudian pada lengan dan bahu dua bagian yang terakhir baru akan terjadi ketika memasuki usia 60-an. Alasan hilangnya kekuatan ini adalah hilangnya serat otot yang digantikan oleh lemak. Pada usia paruh baya lemak tubuh yang hanya merupakan 10 persen dari berat tubuh sepanjang masa remaja mencapai paling tidak 20 persen, Katchadourian (dalam Papalia 2008). Akan tetapi terdapat perbedaan individu besar disana, dan menjadi semakin besar pada setiap dekade yang berlalu (Spirduso & MacRae, 1990; Vercruyssen, 1997) (dalam Papalia, 2008). Latihan beban dapat mencegah kehilangan tersebut dan bahkan mengembalikan kekuatan tersebut, Whitbourne (dalam Papalia, 2008).

b. Perubahan Struktur dan Sistemik

Perubahan fisik berkaitan dengan tingkat penggantian yang melambat, rambut tanpak semakin tipis dan keabu-abuan seiring dengan menurunnya reproduksi melanin yang merupakan agen pigmen. Orang-orang bekeringat semakin sedikit karena jumlah kelenjar keringat menurun. Mereka cenderung menambah berat badan karena akumulasi lemak tubuh, dan kehilangan tinggi badan karena pengerutan cakram tulang belakang (Intervertebral disc), Merrill & Verbrugge (dalam Papalia, 2008).

(32)

c. Seksual dan Kinerja Reproduksi

Menopause, terjadi ketika wanita berhenti berovulasi dan menstruasi, dan tidak lagi dapat hamil. Kondisi ini biasanya terjadi satu tahun setelah periode menstruasi terakhir terjadi. Dalam perbandingannya satu banding empat, kondisi ini terjadi antara usia 45 dan 55, rata-rata terjadi pada usia 50 atau 51 tahun (Papalia 2008).

4. Tanda – tanda perubahan fisik Usia Dewasa

Adapun tanda-tanda perubahan fisik usia dewasa menurut Papalia (2008) : a. Berat badan bertambah

Selama usia madya lemak mengumpulkan terutama sekitar perut dan paha. b. Berkurangnya rambut dan beruban

Rambut pada pria yang berusia dewasa mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada bagian atas kepala. Rambut di hidung, telinga dan bulu mata menjadi lebih kaku. Sedangkan rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur. Rambut wanita semakin tipis dan rambut di atas bibir atas dan dagu bertambah banyak. Baik rambut pria maupun rambut wanita mulai memutih mejelang usia lima puluh tahunan, dan beberapa orang sudah beruban sebelum berusia madya.

c. Perubahan pada kulit

(33)

d. Tubuh menjadi gemuk

Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi pengemukan seluruh tubuh yang membuat perut kelihatan menonjol sehingga seseorang kelihatan lebih pendek.

e. Perubahan otot

Umumya otot orang yang berusia madya menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu. Pada lengan bagian atas, dan perut.

f. Masalah Persendian

Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan lengan yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang sekali ditemukan pada orang-orang muda.

g. Perubahan pada gigi

Gigi menjadi kuning dan harus lebih sering diganti, sebagainya atau seluruhnya dengan gigi palsu.

h. Perubahan pada mata

Mata kelihatan kurang bersinar daripada ketika mereka masih muda, dan cenderung mengeluarkan kotoran mata yang menumpuk di sudut mata.

i. Perubahan seksual

Bagi wanita pada masa ini wanita memasuki “menopause atau perubahan hidup”, dimana masa menstruasi berhenti, dan merasa kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pada pria mengalamai “masa klimakterik pria”.

C. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik

(34)

madya harus seperti sediakala pada saat mereka kuat. Mereka yang berusi madya harus dapat meneriman kenyataan bahwa kemampuan reproduksi sudah berkurang atau akan berakhir, dan bahkan mungkin mereka akan kehilangan dorongan seks serta daya tarik seksual. Seperti anak-anak puber yang pada masa kanak-kanaknya berurusan tentang akan jadi apa mereka dan bagaimana penampilannya bila mereka sudah besar dan siapan yang kemudian menyesuaiakan diri sehingga realitas penampilan mereka bila tidak bertumbuh sesuai dengan harapan mereka, demikian juga orang berusia madya harus mengesankan diri terhadap perubahan-perubahan yang tidak mereka sekai dan yang menandai tibanya usia tua mereka.

Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya Hurlock (1999). Perubahan fisik yang terpenting pada masa dewasa madya adalah menyesuaiakan diri terhadap perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera, perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan, perubahan seksual Hurlock (1999).

D. Dewasa Madya

1. Pengertian Dewasa Madya

(35)

1. Masa dewasa dini (18 – 40 tahun )

Masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang disertai berkurangnya kemampuan produktif.

2. Masa dewasa madya (40 – 60 tahun)

Masa menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang tampak jelas pada setiap orang.

3. Masa dewasa lanjut (Usia lanjut)

Dimulai dari usia 60 tahun sampai kematian. Pasa masa ini kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian serta dandanan memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti saat mereka masih lebih muda.

2 Karakteristik Dewasa Madya

Seperti halnya setiap periode dalam rentang kehidupan, usia madya pun diasosiasikan dengan karakteristik tertentu yang membuat berbeda. Berikut ini akan diuraikan sepuluh karakteristik dewasa Hurlock (1998).

1. Periode yang sangat ditakuti

Terdapatnya kepercayaan tradisional dimana pada masa ini terjadi kerusakan mental, fisik dan reproduksi yang berhenti serta merasakan bahwa pentingnya masa muda. 2. Masa transisi

Perubahan pada ciri dan perilaku masa dewasa madya yaitu perubahan pada ciri jasmani dan perilaku baru. Pada pria terjadi perubahan keperkasaan dan pada wanita terjadi perubahan kesuburan atau menopause.

3. Masa stres

(36)

Pada wanita terjadi pada usia 40-an yaitu masuk menopause anak-anak meninggalkan rumah dan pada pria terjadi pada usia 50-an saat masuk pensiun.

4. “Usia yang berbahaya”

Terjadi kesulitan fisik dimana usia ini banyak bekerja, cemas yang berlebihan, kurang perhatian terhadap kehidupan dimana hal ini dapat menganggu hubungan suami-isteri dan bisa terjadi perceraian, gangguan jiwa, alkoholisme, pecandu obat, hingga bunuh diri.

5. “Usia canggung”

Serba canggung karena bukan muda lagi dan bukan juga tua. Kelompok usia madya seolah berdiri di antara generasi pemberontak yang lebih muda dan generasi senior. 6. Masa berprestasi

Sejalan dengan masa produktif dimana terjadi puncak karir. Menurut Erikson, usia madya merupakan masa krisis yaitu generativity (cenderung untuk menghasilkan), stagnasi (cenderung untuk tetap berhenti) dan dominan terjadi hingga menjadi sukses atau sebaliknya. Peran kepemimpinan dalam pekerjaan merupakan imbalan atau prestasi yang dicapai yaitu generasi pemimpin.

7. Masa evaluasi

Terutama terjadi evaluasi diri. Jika berada pada puncak evaluasi maka terjadi evaluasi prestasi.

8. Dievaluasi dengan standar ganda

a. Aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani yaitu rambut menjadi putih, wajah keriput, otot pinggang mengendur.

b. Cara dan sikap terhadap usia tua yaitu tetap merasa muda dan aktif tetapi menjadi tua dengan anggun, lambat, hati-hati hidup dengan nyaman.

(37)

Masa sepi atau empty nest terjadi jika anak-anak tidak lagi tinggal dengan orangtua. Lebih terasa traumatik bagi wanita khususnya wanita yang selama ini mengurus pekerjaan rumah tangga dan kurang mengembangkan minat saat itu. Pada pria mengundurkan diri dari pekerjaan.

10. Masa jenuh

Pada pria jenuh dengan kegiatan rutin dan kehidupan keluarga dengan sedikit hiburan. Pada wanita jenuh dengan urusan rumah tangga dan membesarkan anak-anak

3. Tugas-tugas Perkembangan pada Usia Dewasa Madya

Havighurst (dalam Hurlock, 1998) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah tuntutan yang diberikan kepada individu oleh lingkungan atau masyarakat sekitar terhadap diri individu tersebut, yang mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Havigrust, dewasa madya memiliki tugas perkembangan sebagai berikut:

1.Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan fisiologis terjadi pada tahap ini

2.Membantu anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia

3.Mengembangkan kegiatan pengisi waktu senggang 4.Pasangan dianggap sebagai suatu individu

5.Mencapai tanggung jawab umum dan sosial dan sebagai warganegara

6.Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier bekerja 7.Menyesuikan diri dengan orang tua yang semakin tua

(38)

1. Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik

menerima dan menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan fisik yang normal terjadi pada masa usia madya

2. Tugas yang berkaitan dengan perubahan minat

mengasumsikan tanggungjawab warga negara dan sosial, mengembangkan minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan, pada kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keluarga yang biasa dilakukan pada masa dewasa dini

3. Tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan (pekerjaan) pemantapan dan pemeliharaan standar hidup yang relatif mapan

4. Tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga

berkaitan dengan pasangan, menyesuikan diri dengan orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggun jawab.

(39)

D. Wanita Bekerja

1. Pengertian Wanita Bekerja

Tingginya tingkat pendidikan dewasa ini membuat banyak wanita usia dewasa awal memasuki dunia profesionalisme dengan bekerja. Abad 21 juga dicirikan dengan persaingan di dunia kerja dan peluang tersebut sangat terbuka bagi para wanita (Bhatnagar & Rajadhyaksha, 2001). Suryadi (dalam Anoraga, 2001) mengartikan wanita bekerja sebagai wanita yang bekerja untuk menghasilkan uang atau lebih cenderung pada pemanfaatan kemampuan jiwa atau karena adanya suatu peraturan sehingga memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam pekerjaan, jabatan, dan lain-lain. Wanita bekerja adalah wanita yang berperan sebagai ibu dan bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan disamping berada dirumah dan membesarkan anak (Working Mothers Forum, 2000).

Maheshwari (1999) mengatakan bahwa wanita bekerja adalah wanita yang pergi keluar rumah dan mendapatkan bayaran atau gaji. Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa wanita bekerja adalah seorang ibu yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan atau gaji disamping berada dirumah untuk mengatur rumah tangga.

2. Faktor-Faktor yang Mendorong Wanita Bekerja

Rini (2002) mengemukakan beberapa faktor yang mendorong wanita bekerja di luar rumah, yaitu :

1. Kebutuhan Finansial

Faktor ekonomi umumnya menjadi alasan seorang wanita bekerja karena dengan penghasilan yang diperoleh, dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Kebutuhan Sosial-Relasional

(40)

3. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Bekerja merupakan salah satu jalan untuk mengaktualisasikan diri, sesuai dengan pendapat Maslow (dalam Rini, 2002) bahwa salah satu kebutuhan bagi manusia adalah aktualisasi diri. Dengan bekerja, seseorang dapat bekerja, berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dengan orang lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menghasilkan sesuatu, mendapatkan penghargaan, penerimaan dan prestasi.

Bagi kebanyakan wanita yang mempunyai tanggung jawab ganda (tugas rumah tangga dan pekerjaan di luar rumah), biasanya akan memperberatkan masalah hubungan keluarga. Karena jumlah wanita sedikit dibandingkan dengan kondisi dimana pria lebih banyak bekerja ini dikarena kan beberapa kondisi yang mempengaruhi wanita dalam bekerja (Hurlock, 1998).

a. Kepuasan kerja

Wanita yang menyukai pekerjaannya mereka akan dapat menyesuaikan diri jauh lebih baik daripada mereka yang terpaksa melakukan pekerjaannya karena tanggung jawab akan keluarga dan yang sekarang mereka “terperangkap” dalam kerjanya.

b. Kesempatan Promosi

Setiap tahun, pada saat bekerja semakain mendekati masa wajib pensiun, kesempatan bagi mereka untuk dpromosikan semakin sedikit dan mereka lambat laun digeser dari posisi untuk memberi kesempatan kepada karyawan yang lebih muda. Kondisi seperti ini mempunyai efek balik pada penyesuaian kerja.

c. Harapan Pekerjaan

(41)

d.Sikap Pasangan

Jikalau suami tidak puas dengan status istrinya ditempat kerja, gajinya, atau bahwa kerjanya merampas istrinyaa dari rumah sehingga suaminya kesepian, maka istrinya juga semakin tidak puas dan senang. Wanita yang suaminya keberatan dan mengeluh terhadap keadaan mereka dirumah bisa juga mengalami ketidakpuasan kerja.

e. Sikap Terhadap Usaha Besar

Pekerja yang merasa bangga karena bekerja pada perusahaan besar, penuh prestige, penyesuaian terhadap pekerjaan lebih baik, dibanding mereka menganggap dirinya hanya sebagai sekrup kecil dari mesin yang besar.

f. Sikap Terhadap Teman Sekerja

Pekerja wanita dalam hal ini harus menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar karena dalam sebuah pekerjaan akan dituntun saling mendukung dan bekerja sama dengan teman sekerja.

g. Relokasi

Perasaan pekerja yang harus dipindah ditempat atau pindah ke masyarakat lain dengan tujuan agar mereka tetap bekerja pada pekerjaannya yang sekarang atau untuk dipromosikan pada kedudukan yang lebih baik, akan mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap proses penyesuaian pekerjaan.

E. Wanita Tidak Bekerja

1. Pengertian Wanita Tidak Bekerja

Adiningsih (2004) mengatakan bahwa dalam UU Perkawaninan No.1/1974 pasal 31 ayat 3 menunjukkan bahwa seorang istri bertanggung jawab akan urusan rumah tangga, yang tidak mneghasilkan, seingga ia tergantung pada hasil kerja suaminya.

(42)

bentuk untuk menggambarkan wanita yang tidak dibayar sebagai tenaga kerja untuk menjaga keluarganya. www.shaadi.com [online] mengatakan bahwa ibu rumah tangga (housewife) adalah non-working woman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wanita tidak bekerja adalah seorang istri yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga atau merawat keluarga tanpa memiliki pekejaan diluar rumah.

Istri tidak bekerja dapat disebut juga ibu rumah tangga (Housewife). Menurut Kamus Oxford, pengetian housewife adalah : “a merried woman whose main occupation is carryin for her family and running the household”. Jadi dapat diartikan ibu rumah tangga adalah wanita menikah yang pekerjaan utamanya adalah merawat keluarga dan menjalankan rumah tangga.

Seorang istri atau ibu merupakan sesuatu yang paling mulia dalam kehidupan. Wanita yang tidak bekerja biasanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Biasanya istri melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak dari suami. Disini istri yang adalah orang yang bertanggung jawab besar atas pekerjaan rumah (tidak bekerja) (Schinovacz dalam Santrock, 1995).

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja menyatakan bahwa alasan para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah tangga. Alasan yang cukup bayak dilontarkan oleh para istri adalah dilarang suami. Hanya sebagaian kecil yang menyatakan bahwa penghasilan suami sudah cukup, kurang mampu bekerja, sibuk di organisasi ataupun alasan kesehatan. Alasan para istri bekerja tidak jauh berbeda antara golongan menengah dan istri golongan bawah.

(43)

istri dari golongan menengah dan dari golongan bawah. Para istri dari golongan bawah ingin bekerja lebih karena alasan nenambah penghasilan. Disamping itu, istri dari golongan bawah juga mengemukakan alasan ingin bekerja supaya mempunyai penghasilan sendiri dan mengisi waktu luang.

F. Dinamika Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik Wanita Dewasa Madya Bekerja dan Tidak Bekerja

Penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian dalam arti fisik, fisiologis atau biologis. Perubahan fisik merupakan akibat dari usia dan genetik, faktor perilaku dan gaya hidup yang dimulai dari masa muda dapat dipengaruhi kecenderungan, penentuan waktu, dan luas perubahan fisik. menopause merupakan salah satu perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa madya (Papalia, 2008).

Dewasa madya dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya tergantung pada kemampuan dirinya didalam menerima perubahan yang terjadi apakah dia sudah menerima dan mengatasi masalahnya atau tidak, juga tergantung dari bagaimana cara berfikir mereka terhadap perubahan fisik (Papalia, 2008).

Pada masa sekarang ini terdapat perubahan sosial yang menyebabkan wanita lebih mempunyai kesempatan besar untuk memilih. Wanita dapat melakukan aktifitas berkarier ataupun wanita tidak berkarier. Pada waktu wanita mengerjakan karier, mereka dihadapkan dengan pertanyaan apakah mereka bisa bersaing dengan wanita muda atau tidak. (Aderson & Leslie; Gustafson & Magnusson; Steil & Weltman dalam santrock, 1990). Ada yang bisa menikmati perannya sebagai wanita karier, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

(44)

aktualisasi diri. Banyaknya bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh wanita membuat wanita harus menyesuaikan diri. Wanita bekerja sebenarnya menjadi sesuatu hal yang biasa di tengah masyarakat. Seorang wanita yang bekerja, pada masa dewasa madya akan mulai memasuki masa pensiun sehingga akan hilang pula kesibukan rutinnya sehari-hari. Menurut UU Perkawinan No.1/1974 pasal 31 ayat 3 (Adiningsih, 2004), seorang istri didefinisikan sebagai ibu rumah tangga. Wanita yang mengatur rumah tangga sedangkan pria bekerja diluar untuk mendapatkan gaji atau bayaran, wanita tersebut disebut ibu rumah tangga (housewife. Housewife) disebut juga sebagai non-working woman (Who Is A Working Woman, 2001).

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Suryochondro (1990) mengenai wanita dan kerja menyatakan bahwa alasan para istri tidak bekerja sebagaian besar karena kesibukan rumah tangga. Maka dari itu seorang Ibu rumah tangga tidak melakukan kegiatan diluar rumah dan menganggap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya dapat dijalanin tanpa harus ada kegelisahan.

(45)

II. F . Hipotesis

Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, prosedur pelaksanaan penelitiaan dan metode penelitian (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian komparatif (Comparative Research) yang bertujuan untuk membandingkan dua atau lebih varians dalam satu variabel.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Variabel tergantung (Dependent Variable) : Penyesuaian Diri Terhadap

Perubahan Fisik.

2. Variabel bebas (Independent Variable) : Status Pekerjaan :

Bekerja dan Tidak Bekerja B. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik

(47)

pemanfaatan pengalaman (utilization of past experience), sikap yang realistis dan objektif (realistic and objective attitudes) dan pertimbangan rasional dan pengarahan diri (rational deliberation and self direction). Sedangkan perubahan fisik dibuat peneliti dengan menggunakan teori berdasarkan Papalia (2008) yaitu : Kinerja sensori dan psikomotor, perubahan struktur dan sistematik, seksual dan kinerja reproduksi.

Total skor yang diperoleh pada skala penyesuaian diri menggambarkan tingkat penyesuaian diri. Semakin tinggi skor skala penyesuaian diri yang diperoleh, menunjukkan semakin tinggi tingkat penyesuaian diri terhadap perubahan fisiknya. Sebaliknya, semakin rendah skor skala penyesuaian diri yang diperoleh menunjukkan semakin rendah tingkat penyesuaian diri terhadap perubahan fisiknya.

2. Status Pekerjaan

Status pekerjaan yaitu identitas seseorang dalam rutinitas sehari-harinya yang merupakan pekerjaannya sehari-hari.

a. Wanita Bekerja

Wanita bekerja yaitu seorang wanita yang bekerja diluar rumah untuk mendapatkan penghasilan atau gaji disamping berada dirumah untuk mengatur rumah tangga.

b. Wanita tidak bekerja

Wanita tidak bekerja adalah seorang istri yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga atau merawat keluarga tanpa memiliki pekerjaan diluar rumah.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

(48)

2. Sampel

Sampel adalah sebahagian dari poulasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai saling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Adapun karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Dewasa Madya

Dewasa madya menurut Hurlock (1998) yang berusia 40-60 tahun. 2. Bekerja dan tidak bekerja.

Bekerja : Orang-orang dengan pola karier stabil bertahan dengan satu pekerjaan dan pada usia pertengahan, sering kali sudah mencapai posisi yang kuasa dan memiliki tanggung jawab (Papalia, 2008).

Tidak Bekerja : Wanita tidak bekerja adalah seorang istri yang bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga atau merawat keluarga tanpa

memiliki pekerjaan diluar rumah.

Menurut Azwar (2007) secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 80 sampel. Masing-masing 40 wanita dewasa madya yang bekerja dan 40 wanita dewasa madya yang tidak bekerja.

3. Metode pengambilan sampel

Teknik sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili populasi (Hadi, 2000).

(49)

menyelidiki individu-individu atau group-group yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja (Hadi, 2000). Dalam hal ini jika peneliti menemukan individu yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian, maka peneliti langsung menjadikannya sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan memberikan skala kepada wanita dewasa madya yang bekerja dan tidak bekerja.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Azwar (2005), skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari berbagai bentuk alat ukur yang lain. Skala psikologi merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai karakteristik psikologis yang terdapat dalam individu. Skala psikologi lebih banyak dipakai untuk mengukur aspek afektif.

Menurut Azwar (2005) karakteristik dari skala psikologi yaitu:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

b. Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda dinterpretasikan secara berbeda.

(50)

personal frustration), kemampuan untuk belajar (ability to learn), pemanfaatan pengalaman (utilization of past experience), sikap yang realistis dan objektif (realistic and objective attitudes) dan pertimbagan rasional dan pengarahan diri (rational deliberation and self direction). Sedangkan skala penyesuaian diri disesuaikan dengan ciri-ciri perubahan fisik Papalia (2008) yaitu kinerja sensori dan psikomotor, perubahan struktur dan sistemik, seksual dan sistemik.

Model skala penyesuaian diri ini menggunakan skala model Likert, terdiri dari pernyataan dengan empat pilihan jawaban yakni sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Jumlah aitem skala Penyesuaian Diri ini pada saat ujicoba adalah 70 aitem. Skala disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Penilaian skala untuk item favorable adalah nilai 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk nilai untuk jawaban Sesuai (S), nilai 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Sedangkan penilaian untuk aitem unfavorable adalah nilai 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk jawaban Sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), serta nilai 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Berikut ini adalah blue print yang menyajikan distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri.

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Penyesuaian Diri

Bentuk Pertanyaan 1 2 3 4

(51)

Tabel 2

Berikut dalam tabel 2 akan dirangkumkan blue print skala penyesuaian diri : Tabel 2. Blue Print skala penyesuaian diri

(52)

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas

Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi atau content validity. Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement (Azwar, 2000).

2. Uji Daya Beda Aitem

(53)

yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2007). Penelitian ini menggunakan batasan rix ≥ 0.30.

3. Uji Reliabilitas

Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.

Uji reliabilitas dalam skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, dimana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek, hal ini dilakukan untuk mendapatkan reliabilitas yang baik. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan programSPSS Versi 17.00 for Windows.

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

(54)

Tabel 3. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri setelah uji coba

3. Tidak terdapat perasaan frustasi pribadi

38 08, 24 3

4. Kemampuan untuk belajar

40, 63 27, 44 4

5. Pemanfaatan

pengalaman masa lalu

43,51, 56, 59, 64 03, 25, 32, 37, 48 10 6. Sikap yang realistis dan

objektif

02, 15, 19 28, 33, 47, 66 7 7. Pertimbangan rasional

dan pengarahan diri

05, 16, 29, 42, 47 04, 17, 18, 21, 30 10

Total 19 22 41

Setelah uji coba dari 70 aitem skala Peyesuaian diri dengan 110 orang subjek, ditemukan 29 aitem yang gugur, sehingga jumlah aitem yang dapat digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya adalah sebanyak 41 aitem yang memiliki koefisien korelasi yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (rix ≥ 0.30). Reliabilitas alat ukur yang diuji cobakan adalah sebesar 0.919. Sedangkan indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi (di atas 0,30) bergerak dari 0,300 sampai dengan 0,644.

(55)

Tabel 4. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian

3. Tidak terdapat perasaan frustasi pribadi

11 20, 22 3

4. Kemampuan untuk belajar

06, 24 07, 33 4

5. Pemanfaatan

pengalaman masa lalu

09, 10, 28, 29, 38 08, 14, 25, 37, 39 10 6. Sikap yang realistis dan

objektif

12, 16, 32 19, 21, 27, 36 7 7. Pertimbangan rasional

dan pengarahan diri

13, 23,26,35, 40 05,15, 30, 31, 34 10

Total 19 22 41

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data

1. Tahap persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari: a. Pembuatan alat ukur

(56)

b. Perizinan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat perizinan penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Setelah surat izin dari fakultas dikeluarkan, surat tersebut sebagai pegangan untuk peneliti ketika melakukan penelitian. c. Uji coba alat ukur

Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan melibatkan 80 wanita dewasa madya. Hasil uji coba ini diolah melalui dua kali pengujian reliabilitas agar memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas maka diperoleh aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya.

d. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

(57)

3. Tahap pengolahan data penelitian

Setelah diperoleh data dari skala penyesuian diri, maka dilakukan pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa statistik.

Alasan yang mendasari digunakannya analisa statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah statistik bekerja dengan angka, statistik bersifat objektif, dan universal (Hadi, 2000).

G. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan statistik analisa independent sample t-test dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliput i uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas diajukan dengan menggunakan uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal jika harga p > 0.05 (Hadi, 2000).

2. Uji homogenitas

(58)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan keseluruhan hasil penelitian. Analisa data diawali dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hasil analisa data tersebut.

A. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita dewasa madya yang berusia 40-60 tahun. Subjek pada penelitian ini berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 orang wanita dewasa madya yang bekerja dan 40 wanita dewasa madya yang tidak bekerja. Dari 80 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia

Status Pekerjaan

N Persentase Bekerja Tidak bekerja

40-45 tahun 17 14 31 38,75%

46-51 tahun 14 21 35 43,75%

52-60 tahun 9 5 14 17,5%

Total 40 40 80 100%

(59)

bekerja, usia 52-60 tahun sebesar 17,5% terdiri dari 9 orang wanita bekerja, dan 5 orang wanita tidak bekerja.

B. Hasil Penelitian 1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi secara normal. Adapun untuk mengukur normalitas itu sendiri dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Prosedur yang digunakan untuk melakukan interpretasi hasil uji normalitas dengan melihat perbandingan nilai signifikansi (p) dengan nilai α (Alpha) yang merupakan taraf kepercayaan. Penelitian ini menggunakan α = 0.05. Apabila nilai p < α, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel tidak menyebar secara normal. Apabila nilai p > α, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data penelitian masing-masing variabel telah menyebar secara normal (Hadi, 2000). Perhitungan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fasilitas program SPSS 17.0 for windows. Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 6

Tabel 6. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov untuk Uji Normalitas Penyesuaian Diri

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Subjek

N 80

Normal Parametersa,,b Mean 116.05

Std. Deviation 6.336

Most Extreme Differences Absolute .108

Positive .108

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .968

Asymp. Sig. (2-tailed) .306

Gambar

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Penyesuaian Diri
Tabel 2. Blue Print skala penyesuaian diri
Tabel 3. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri setelah uji coba
Tabel 4. Distribusi aitem-aitem skala penyesuaian diri yang digunakan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur Pengolahan Bahan baku Menjadi produk jadi Penyimpanan Produk jadi dalam gudang Penentuan harga pokok bahan baku.. yang

Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek biologi meliputi struktur ukuran ikan yang tertangkap, tipe pertumbuhan dan faktor kondisi ikan kembung perempuan di

Dengan dapat diketahuinya data nasabah, tentu kita dapat melakukan penyaringan untuk mencari model-model pembayaran yang dilakukan oleh nasabah terkait sehingga dapat

Kemampuan tumbuh kembali hutan mangrove Cikiperan Cilacap sangat baik, meskipun ada beberapa jenis dalam kondisi kritis.. Dengan melihat kondisi hutan mangrove

· Daging tetelan, dagig yang banyak mengandung jaringan ikat dan atau lemak Salah satu hasil pengolahan setengah jadi daging adalah dendeng, macam-macam hasil olahan daging

i) Pertanyaan diambil dari amplop paket pertanyaan yang telah diserahkan peserta kepada peguji sebelumnya. ii) Paket pertanyaan berisi 4 pertanyaan. iii) Setiap pertanyaan

Menguji Analisis Pengaruh Kualitas Aset, Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

The result of students’ observation 1 was 57,3%, observation 2 was 56%, observation 3 was 63% and the activities of active learning had been done are: the students can be