PERAN MAHASISWA TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN
KAMPUS
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Disusun oleh
Muhammad Johan Muchlisin Nasution
090901073
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Lingkungan kampus yang asri adalah idaman setiap mahasiswa/i. Demi berlangsungnya program lingkungan sehat di kampus ini perlu adanya sinergi antara pimpinan kampus dan mahasiswa Mahasiswa sebagai seorang yang berintelektual harus bisa menjadi contoh dan panutan dalam mendukung Indonesia Sehat. Penerapan kampus sehat selama ini belum maksimal dikarenakan kurangnya kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sehat sehingga perilaku mahasiswa masih pasif terhadap gerakan lingkungan sehat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan kampus. Untuk itu peneliti menggunakan metode penelitan deskriptif dengan pendekatan kwalitatif untuk menghasilkan data yang di inginkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan delapan responden mewakili Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Hasil penelitian menunjukan peran serta mahasiswa dalam menjaga kebersihan masih belum maksimal. Perlu adanya sinergisitas antara birokrasi kampus dengan mahasiwa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. Misalnya; dengan membuat regulasi dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggar kebersihan.
Kebersihan lingkungan sangat relevan dengan peran mahasiswa dalam menjaga kebersihannya. Juga di tuntut kontrol oleh pihak kampus. Oleh karena itu seharusnya mahasiswa sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dan menjadi pelopor dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dan diharapkan dukungan kampus dengan memberikan fasilitas-fasilitas kebersihan.
ABSTRACT
A beautiful campus environment is a dream every students. For the sake of the ongoing healthy environment program on this campus need for synergy between the campus and student leaders as an intelectual Students should be an example and a role model in supporting healthy Indonesia. Application of a healthy campus during this time is not maximized due to the lack of awareness and concern for the environment healthy so that the behavior of the students still passive to the movement of a healthy environment.
The aim of this study is to investigate the role of environmental hygiene students to the campus. To the researchers use descriptive research method with qualitative approach to produce the desired data. In this study the authors used eight respondents representing the School of Public Health and the Faculty of Social and Political Sciences.
The results showed the participation of students in maintaining the cleanliness was not maximized. The need for synergy between the bureaucracy campus with students in maintaining the cleanliness of the campus. For example; by making regulations with strict sanctions against violators of cleanliness.
Environmental hygiene is very relevant to the student's role in keeping it clean. Also in demand control by the campus. Therefore, students should be aware of the importance of environmental hygiene and became a pioneer in keeping the environment clean. And be expected support the campus by providing hygiene facilities
DAFTAR ISI
ABSTRAK………i
KATA PENGANTAR……….iii
DAFTAR ISI………...viii
DAFTAR DIAGRAM……….xii
DAFTAR LAMPIRAN………...xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………...1
1.2.Perumusan Masalah………...6
1.3.Tujuan Penelitian………...6
1.4. Manfaat Penelitian………...6
1.4.1. Manfaat Teoritis………...7
1.4.2 Manfaat Praktis………7
1.5. Defenisi Konsep………..8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Perilaku Sosial………...10
2.2. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial………...12
2.3. Paradigma Defenisi Sosial……….…....15
2.4. Kepedulian Lingkungan………...………..17
2.4.2. Kepedulian Lingkungan……….18
BAB III. METODE PENELITAIAN 3.1. Jenis Penelitian………...23
3.2.Lokasi Penelitian……….24
3.3.Unit Analisis dan Informan………24
3.4.Teknik Pengumpulan Data……….25
3.5.Interpretasi Data………..26
3.6. Keterbatasan Data………..27
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara…….28
4.2. Pimpinan Universitas………..30
4.3.Sejarah dan Perkembangan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ……….31
4.3.1. Sejarah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara………..31
4.3.2. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara……….40
4.4. Profil Informan………58
4.5. Interpretasi Data………..72
4.5.1. Keadaan Kebersihan Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara………72
4.5.1.2. Keadaan Kebersihan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara…76
4.5.2. Hubungan Kebersihan Lingkungan Kampus
Dengan Kenyamanan Belajar Mahasiswa………78
4.5.3. Peran Mahasiswa Terhadap Kebersihan
Lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik………81
4.5.3.1. Kesadaran Mahasiswa dalam menjaga Kebersihan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik………86
4.5.3.2. Bentuk-Bentuk Peran Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus………..89
4.5.4. Pandangan Mahasiswa Terhadap Fasilitas Kebersihan
Yang Disediakan Pihak Universitas Sumatera Utara………..92
4.5.5. Komunitas Mahasiswa Pecinta Lingkungan
Di Kampus Universitas Sumatera Utara……….96
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan……….99
5.2. Saran………100
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Lingkungan kampus yang asri adalah idaman setiap mahasiswa/i. Demi berlangsungnya program lingkungan sehat di kampus ini perlu adanya sinergi antara pimpinan kampus dan mahasiswa Mahasiswa sebagai seorang yang berintelektual harus bisa menjadi contoh dan panutan dalam mendukung Indonesia Sehat. Penerapan kampus sehat selama ini belum maksimal dikarenakan kurangnya kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sehat sehingga perilaku mahasiswa masih pasif terhadap gerakan lingkungan sehat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan kampus. Untuk itu peneliti menggunakan metode penelitan deskriptif dengan pendekatan kwalitatif untuk menghasilkan data yang di inginkan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan delapan responden mewakili Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Hasil penelitian menunjukan peran serta mahasiswa dalam menjaga kebersihan masih belum maksimal. Perlu adanya sinergisitas antara birokrasi kampus dengan mahasiwa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. Misalnya; dengan membuat regulasi dengan sanksi yang tegas terhadap pelanggar kebersihan.
Kebersihan lingkungan sangat relevan dengan peran mahasiswa dalam menjaga kebersihannya. Juga di tuntut kontrol oleh pihak kampus. Oleh karena itu seharusnya mahasiswa sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dan menjadi pelopor dalam menjaga kebersihan lingkungan. Dan diharapkan dukungan kampus dengan memberikan fasilitas-fasilitas kebersihan.
ABSTRACT
A beautiful campus environment is a dream every students. For the sake of the ongoing healthy environment program on this campus need for synergy between the campus and student leaders as an intelectual Students should be an example and a role model in supporting healthy Indonesia. Application of a healthy campus during this time is not maximized due to the lack of awareness and concern for the environment healthy so that the behavior of the students still passive to the movement of a healthy environment.
The aim of this study is to investigate the role of environmental hygiene students to the campus. To the researchers use descriptive research method with qualitative approach to produce the desired data. In this study the authors used eight respondents representing the School of Public Health and the Faculty of Social and Political Sciences.
The results showed the participation of students in maintaining the cleanliness was not maximized. The need for synergy between the bureaucracy campus with students in maintaining the cleanliness of the campus. For example; by making regulations with strict sanctions against violators of cleanliness.
Environmental hygiene is very relevant to the student's role in keeping it clean. Also in demand control by the campus. Therefore, students should be aware of the importance of environmental hygiene and became a pioneer in keeping the environment clean. And be expected support the campus by providing hygiene facilities
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kampus secara harfiah adalah lapangan atau tegal. Ini di ambil dari bahasa latin yaitu “Campus”
yang memilikai arti lapangan. Kemudian di terjemahkan menjadi daerah lingkungan bangunan
utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan
administrasi berlangsung. Biasanya kampus meliputi ruang kuliah, perpustakaan, penginapan
atau asrama bagi murid atau siswa, dan ada tempat untuk dijadikan taman yang digunakan
sebagai tempat berdiskusi dan bersosialisasi.
Di Indonesia Kata kampusbiasanya digunakan untuk menyebut sebuah lembaga perguruan
tinggi, Intitut perguruan tinggi, sekolah tinggi, Perguruan tinggi atau biasa disebut
Universitas. Kata “kampus” juga telah diterapkan pada universitas Eropa, meskipun lembaga
tersebut sebagian besar ditandai dengan kepemilikan bangunan individu di daerah perkotaan
daripada seperti tamanrumput di mana bangunan ditempatkan.
(http://infokampusonline.com/arti-kampus-dalam-istilah-dan-penerapannya.html)
Berbicara mengenai kampus tentu tidak terlepas dari kenyamanan para mahasiswa dalam
melakukan berbagai macam kegiatan seperti perkuliahan, aktifitas kemahasiswaan seperti
organisasi dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu tidak terslepas dari peran berbagai pihak yang
terlibat dalam kampus tersebut termasuk mahasiswa.
produktifitas belajar mereka sehingga proses belajar mengajar tercapai sesuai dengan yang
diinginkan. Hal ini dapat digambarkan dengan kemudahan para pelajar dalam berfikir, berkreasi
dan mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang bersih sangat mendukung
timbulnya ketertiban dan kenyamanan pada saat proses pembelajaran berlangsung, berbeda
halnya dengan lingkungan belajar yang kotor, tentunya akan menimbulkan kesan malas dan
membosankan sehingga tidak muncul rasa semangat yang dengan sendirinya dapat
mempengaruhi minat belajar siswa. dengan kata lain lingkungan yang bersih merupakan salah
satu factor timbulnya minat bagi seorang pelajar untuk mengembangkan segala potensi yang ada
dalam dirinya.
Kelestarian lingkungan universitas sematera utara sangat tergantung pada kepedulian masyarakat
kampus USU itu sendiri, apakah dapat menjaga dan melestarikannya atau tidak untuk masa depan calon pelajar atau justru hanya memanfaatkan segala fasilitas gedung dan yang lainnya
sebagai fasilitas belajar saja. Kenyataan di lapangan memperlihatkan kondisi lingkungan kampus yang kurang tertata dengan baik. Hal itu terlihat dari kondisi beberapa fasilitas kampus yang
kurang layak untuk di pergunakan seperti toilet kampus dan taman kampus.
Kampus merupakan tempat bagi para mahasiswa meluangkan waktunya untuk menuntut ilmu
dan sudah menjadi rumah kedua bagi mahasiswa/i. Seperti yang kita ketahui kenyamanan dalam
menuntut ilmu tak lepas dari faktor lingkungan yang bersih dan sehat. Maka akan terasa lebih
baik bila dalam proses perkuliahan kenyamanan kita tidak terganggu oleh bau yang tidak sedap
yang berasal dari toilet karena toilet bersampingan dengan ruang belajar, selain itu indera
penglihatan kita akan terasa lebih nyaman bila di sekeliling kita tidak terdapat sampah yang
berserakan di lantai ( sampah = kertas, tissu ) Kenyamanan dalam belajar sangat menentukan
Lingkungan kampus yang asri adalah idaman setiap mahasiswa/i, bukan hanya mahasiswa tapi
dosen juga menginginkan hal tersebut.Lingkungan yang sehat adalah hak setiap insan.Tidak
satupun makhluk hidup di dunia ini rela tempat hidupnya dikotori (dicemari). Namun apa yang
terjadi saat ini, apakah masih ada harapan untuk hidup sehat?, jika tidak diimbangi dengan
perilaku yang ramah lingkungan. Sampah kertas dan plastik yang merupakan jenis sampah
anorganik masih banyak berserakan di lingkungan kampus, dan akan mengganggu kenyamanan
kita bersama. Lingkungan kampus harus terus dan tetap dijaga kebersihan dan keteraturannya
guna menyadarkan manusia - manusia berpendidikan yang tidak ramah terhadap lingkungan
hidup sehingga lingkungan idaman kita dapat terwujud dan tercipta kenyamanan dalam proses
perkuliahan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan langkah yang tepat untuk mengatasi pencemaran
yang terjadi di kampus kita.dimulai dari diri kita sendiri selaku mahasiswa/i yang peduli terhadap
lingkungan.
Lingkungan merupakan tempat di mana manusia hidup, yang mana merupakan salah satu elemen
kehidupan.Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Lingkungan dapat mewarnai segala aktifitas kehidupan manusia, mulai dari gaya hidup,
cara berprilaku, pola pikir, bahkan kepribadian. Di dalam lingkungan di mana manusia hidup
terdiri dari berbagai elemen, yang merupakan faktor pembentuk lingkungan, diantaranya yaitu,
masyarakat.Masyarakat merupakan kumpulan dari berbagai individu manusia yang saling
berinteraksi dan mempunyai suatu tujuan tertentu.Interaksi antar individu tersebut
mengakibatkan suatu hubungan kekerabatan yang dapat dijadikan suatu sarana komunikasi
dalam rangka membentuk suatu himpunan kemasyarakatan.Lingkungan merupakan tempat hidup
manusia.Oleh karena itu sudah sepatutnya jika menjadikan lingkungan tempat tinggal menjadi
mendiaminya. Salah satu cara untuk menjaga kenyamanan lingkungan yaitu dengan cara
mencanangkan dan memprioritaskan kebersihan, baik itu kebersihan individu, kebersihan
kampus maupun kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Lingkungan yang sehat juga penting untuk tempat-tempat pendidikan seperti kampus.
Terciptanya lingkungan sehat di area kampus akan memberikan suasana nyaman dan
pembelajaran menjadi optimal bagi para mahasiswa. Dalam jangka panjang, lingkungan yang
sehat akan menghasilkan kinerja para staf meningkat dan prestasi mahasiswa juga demikian.
Demi berlangsungnya program lingkungan sehat di kampus ini perlu adanya sinergi antara
pimpinan kampus dan mahasiswa.Adanya gerakan sadar lingkungan harus dimulai dari
masing-masing mahasiswa. Kesadaran akan berperilaku sehat akan berdampak dalam perwujudan
program ini. Sehat yang dimaksudkan disini adalah sehat rohani, sehat jasmani, sehat intelektual,
sehat lingkungan, dan sehat sosial.
Mahasiswa sebagai seorang yang berintelektual harus bisa menjadi contoh dan panutan dalam
mendukung Indonesia Sehat. Penerapan kampus sehat selama ini belum maksimal dikarenakan
kurangnya kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sehat sehingga perilaku mahasiswa masih
pasif terhadap gerakan lingkungan sehat.
Oleh sebab itu peneliti tertarik apakah mahasiswa berperan aktif dalam menjaga kebersihan
kampus demi kenyamanan bersama sehingga peneliti mengangkat judul : “Peran Mahasiswa
Terhadap Kerbersihan Lingkungan Kampus USU”.
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting kerena langkah ini akan menentukan
kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan
pertanyaan yang jawabannya akan di cari melalui penelitian (Soehartono, 2008: 23).Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba menarik suatu permasalahan. Maka hal yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana peranan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian
(Bungin, 2008:75). Maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana peranan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara dalam menjaga kebersihan lingkungan
kampus.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan haruslah memiliki manfaat yang jelas, baik manfaat secara
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pemahaman, serta
sumbangan bagi mahasiswa hingga dapat menambah wawasan ilmiah. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sosiologi lingkungan.
1.4.2.Mafaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan penulis
dalam membuat karya tulis ilmiah. selain itu penelitian ini juga dapat memperkaya wawasan peneliti tentang lingkungan.
b. Bagi mahasiswa, penelitian ini juga dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya
menjaga dan melestarikan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk kenyamanan bersama dalam melakukan berbagai aktifitas perkuliahan.
1.5 Defenisi Konsep
Untuk memperjelas maksud dan pengertian mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian ini maka peneliti membatasi konsep-konsep yang digunakan.pemberian batasan
konsep ini diperlukan untuk menuntun peneliti dalam menangani rangkaian proses penelitian bersangkutan seerta dalam menginterpretasikan hasil penelitian (Sanafiah Faisal 1998: 107).
a. Peranan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran dan keikutsertaan mahasiswa dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
b. Kebersihan lingkungan kampus dalam penelitian ini adalah keindahan, kenyamanan, dan kerapian lingkungan tempat mahasiswa belajar dan beraktifitas di Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
c. Prilaku mahasiswa dalam penelitian ini adalah perilaku mahasiswa yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan dalam penelitian ini khusunya kebersihan lingkungan kampus di
Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
d. Peduli lingkungan dalam penelitian ini adalah peduli lingkungan mahasiswa terhadap
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam
kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan orang lain yang akan selalu menghasilkan
hubungan timbal balik antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, manusia
dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak mengganggu hak orang lain, toleran
dalam hidup bermasyarakat dan melaksanakan hak dan kewajiban yang harus ditunaikan.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial
seseorang tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal
balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain
(Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku tersebut ditunjukkan dengan
perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.Ruang
lingkup sosial tidak hanya berlaku kepada hubungan timbal balik manusia melainkan lingkungan
atau tempat tinggal manusia juga merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka kepedulian
terhadap lingkungan juga merupakan prilaku sosial.
Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relative untuk menanggapi orang lain dengan cara
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dalam melakukan kerjasama, ada orang yang melakukannya
diatas kepentingan pribadinya, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabar dan hanya ingin
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk social (W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak dilahirkan,
manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya
termasuk didalamnya kenyamanan ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan. Pada
perkembangan menjuju kedewasaan, interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan
kehidupannya secara individual.Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi
social, maka manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang
utuh sebagai hasil interaksi sosial.Potensi-potensi yang dimiliki seseorang dapat diketahui dari
perilaku kesehariannya.Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku
social.Pembentukan perilaku social seseorang dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang
bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
Pada aspek eksternal situasi social memegang pernanan yang cukup penting.Situasi sosial
diartikan sebagai setiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lain (W.A. Gerungan, 1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan
terjadinya interaksi sosial bisa dikatakan sebagai situasi social. Contoh situasi sosial misalnya di
lingkungan pembelajaran seperti kampus, sekolah akademi ataupun pasar dankegiatan saat rapat.
2.2Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut
Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”.
Sedangkan sikap social dinyatakan oleh cara kegiatan yang sama dan berulang terhadap obyek
social yang menyebabkan terjadinya cara tingkah laku yang dinyatakan berulang terhadap salah
satu obyek social (W.A. Gerungan, 1978:151-152).
lingkungan. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku social seseorang
yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas diantara anggota kelompok lainnya.
Perilaku social dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu :
1. Kecenderungan Perilaku Peran
a) Sifat pemberani dan pengecut secara social. Orang yang memiliki sifat pemberani,
biasanya akan suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak
segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut
menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya.
b) Sifat berkuasa dan sifat patuh, orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku social,
biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan,
percaya diri, berkemauan keras, suka member perintah dan memimpin langsung.
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku social yang sebaliknya.
c) Sifat inisiatif secara social dan pasif. Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka
mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka member
masukan atau saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih
kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara social ditunjukkan oleh perilaku
yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.
d) Sifat mandiri dan tergantung. Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat
segala sesuatunya dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana sendiri,
dukungan dari orang lain, dan secara emosional cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang
ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku social sebaliknya.
2. Kecenderungan Perilaku dalam Hubungan Sosial
a) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain. Orang yang memiliki sifat dapat diterima
oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya,
pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak
biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
b) Suka bergaul dan tidak suka bergaul.Orang yang suka bergaul biasanya memiliki
hubungan social yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian.
Sedangkan orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku sebaliknya.
c) Sifat ramah dan tidak ramah.Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah
didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung
bersifat sebaliknya.
d) Simpatik dan tidak simpatik.Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap
perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.
Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.
3. Kecenderungan Perilaku Ekspresif
a) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama).Orang
yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan social sebagai perlombaan, lawan
adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang tidak
b) Sifat agresif dan tidak agresif.Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain
baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada
penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif
menunjukkan perilaku sebaliknya.
c) Sifat kalem atau tenang secara social.Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika
berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa
terganggu jika ditonton orang.
d) Sifat suka pamer atau menonjolkan diri.Orang yang suka pamer biasanya berperilaku
berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang
lain.
2.3 Paradigma Defenisi Sisoal
Paradigma definisi sosial dalam sosiologi yang telah dipelopori oleh Max Weber
merupakan suatu pendekatan terhadap individu.Tanpa melepaskan dari pencarian untuk
penjelasan kausal Max Weber (1864-1920) menempatkan konsep tindakan individu yang
bermakna pada pusat teorinya tentang masyarakat.
Bagi Weber ciri yang mencolok dari hubungan-hubungan sosial adalah kenyataan bahwa
hubungan-hubungan tersebut bermakna bagi mereka yang mengambil bagian
didalamnya.Melalui analisis kenyataan tindakan manusialah kita memperoleh pengetahuan
mengenai ciri dan keanekaragaman masyarakat manusia.Perfektif kontruktifisme beranggapan
bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam.Manusia selalu
Sosiologi bagi Weber adalah ilmu tentang perilaku sosial, perilaku sosial terjadi dikarenakan
pergeseran kearah kenyakinan, motivasi dan tujuan dari anggota masyarakat, yang semuanya
memberi isi dan bentuk kepada kelakuannya. Pada halaman pertama bukunya Wirtschaft und
Gesellschaft (Economy and society),ia menuliskan bahwa sosiologi; “eine wissenchaft, welche soziales handeln deutend versthen und dadurch in seinen wirkungen ursachlich arklaren will”.
Artinya ilmu yang bertujuan untuk memahami perilaku sosial melalui penafsirannya, dan
dengan itu menerangkan jalan perkembangannya dan akibat-akibatnya menurut sebab-sebabnya.
Sedangkan tujuan interpretatif dari tindakan sosial adalah untuk sampai pada penjelasan kausal
mengenai berbagai peristiwa beserta akibatnya.
Menurut Weber bahwa tindakan sosial serta antar hubungan sosial merupakan yang dikaji oleh
sosiologi. Bahwa yang dimaksudkan tindakan sosial menurut Weber tindakan individu yang
sepanjang tindakannya itu memiliki makna atau arti subjektif bagi diri dan diarahkan bagi orang
lain. Sebaliknya jika tindakan tersebut diarahkan dengan objeknya benda mati, tanpa
dihubungkannya dengan tindakan orang lain maka, bukan termasuk tindakan sosial.
Pola perilaku khusus yang sama mungkin bisa sesuai dengan kategori-kategori tindakan sosial
yang berbeda dalam situasi yang berbeda, tergantung pada orientasi subjektif dari individu yang
terlibat. Jabatan tangan mungkin suatu ungkapan persahabatan yang spontan, mungkin
mencerminkan kebiasaan, atau menunjukan persetujuan usaha dagang antara orang yang tidak
memiliki hubungan sosial yang lain. Tindakan sosial hanya dapat dimengerti menurut arti subjek
dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu.
Weber menganjurkan melalui penafsiran dan pemahaman (interpretave understhanding) atau
memperoleh data yang valid tentang arti-arti subjektif tindakan sosial. Bagi Weber, istilah ini,
tidak sekedar introspeksi.
Introspeksi memberikan pemahaman atau motif sendiri atau arti subjektif, tidak cukup
memahami arti-arti subjek tindakan orang lain. Sebaliknya apa yang diminta adalah empati
kemampuan untuk menempatkan kerangka diri untuk berfikir kerangka orang lain yang
perilakunya mau dijelaskan dan situasi-situasi dan tujuannya mau dilihat dalam perfektif itu.
Sosiologi sebagai cara pandang dengan metode vestehen menjadikan sosiologi menjadi cara
pandang yang melakukan pembongkaran terhadap yang terkandung dari tindakan.
2.4 Kepedulian Lingkungan
2.4.1 Prilaku Peduli
Pembahasan mengenai perilaku peduli mengambil beberapadefinisi yang disadur dari beberapa
sumber, sehingga penggunaan kataperilaku peduli atau kepedulian sedikit berbeda satu sama
lainnya namuntetap memiliki arti yang sama. Gea, dkk (2002) menggunakan isitilahkepedulian
sosial, sedangkan Baswardono (2010) dan Schiller, dkk (2002)menggunakan istilah
kepedulian.Definisi pertama dari perilaku peduli atau kepedulian sosial adalahsuatu bentuk
keterlibatan antara satu pihak ke pihak lainnya dalammerasakan apa yang sedang dirasakan atau
dialami oleh orang lain, baiksuka maupun duka. Kepedulian sosial tidak hanya sebatas pada
hubungan timbal balik antar manusia melainkan juga kepada lingkungan sosial agar tercipta
kenyamanan dan ketentraman dalam lingkungan masyarakat.
2.4.2 Kepedulian Lingkungan
Lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhiperkembangan dan tingkah laku
mempengaruhi perkembangankehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung
jugamerupakan pengertian lingkungan.Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai: 1)
daerahtempat suatu makhluk hidup berada; 2) keadaan atau kondisiyang melingkupi suatu
makhluk hidup; 3) keseluruhan keadaanyang meliputi suatu makhluk hidup atau sekumpulan
makhlukhidup (Bahrudin, 2009:11). Menurut Undang Undang RI No. 4 tahun 1982,
tentangKententuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup danUndang-Undang RI No.
32 Tahun 2009, tentang PengelolaanLingkungan Hidup, dikatakan bahwa: Lingkungan hidup
adalahkesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, danmakhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan,
dankesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Otto Soemarno, seorang pakar lingkungan mendefinisikanlingkungan hidup sebagai berikut:
lingkungan adalah jumlahsemua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempatiyang
mempengaruhi kehidupan kita (Harum, 1993:6) .Pengertian lingkunganhidup menurut S. J.
McNaughton dan Larry L. Wolf adalahsemua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika
yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusia.
Menurut Emil Salim (1985) dalam bukunya: LingkunganHidup dan Pembangunan, menyatakan
bahwa lingkungan hidupadalah segala benda, daya, kondisi, keadaan dan pengaruh yangterdapat
dalam ruang yang kita tempati dan mempunyai hal-halyang hidup termasuk kehidupan manusia
(Amos, 2008:27). Lingkungan hidupmenurut Mohamad Soerjani dan Surna T. Djajadiningrat
(1985)dikaji oleh ilmu lingkungan yang landasan pokoknya adalahekologi, serta dengan
mempertimbangkan disiplin lain, terutamaekonomi dan geografi.Berdasarkan pendapat
serta saling keterkaitan antara ekologi,ekonomi dan geografiuntuk mewujudkan lingkungan
hidupyang selaras.
Sifat lingkungan hidup ditentukan oleh beberapa faktor.Pertama, jenis dan
masing-masing jenis unsur lingkungan hiduptersebut.Kedua, hubungan atau interaksi antar unsur
dalamlingkungan hidup itu.Ketiga, kelakuan atau kondisi unsurlingkungan hidup.Keempat,
faktor non-materiil suhu, cahaya dankebisingan (Otto, 1994:53). Faktor-faktor inilah yang
menentukan lingkunganhidup akan menjadi lebih baik atau akan menjadi lebih buruk.Untuk
menciptakan lingkungan yang harmonis, antara faktorlingkungan dan lingkungannya haruslah
seimbang. Dengan pekaatau sadar terhadap lingkungan, maka lingkungan akan menjadilebih
baik serta dapat memberikan sesuatu yang positif yangdapat kita manfaatkan dengan baik.
Dari berbagai pengertian lingkungan yang sama itu perludisadari bahwa pengelolaan oleh
manusia sampai saat ini tidaksesuai dengan etika lingkungan. Etika lingkungan sangatdibutuhkan
untuk menyeimbangkan alam semesta, sementara itumanusia beranggapan bahwa manusia bukan
bagian dari alamsemesta sehingga manusia secara bebas mengelolanya bahkansampai merusak
lingkungan hidup.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika diartikanilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral). Etika adalahsebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
normadalam menentukan perilaku manusia(Najmuddin, 2005:22). Etika lingkunganmerupakan
kebijakan moral manusia dalam berhubungan denganlingkungannya.Etika lingkungan sangat
diperlukan agar setiapkegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secaracermat
prinsip-prinsip yangdigunakan. Adapun prinsip-prinsip-prisip etika lingkungan menurut SonyKeraf antara
lain(Prabang, 2011:8) :
a. Sikap hormat terhadap alam
b. Prinsip tanggung jawab
c. Solidaritas kosmis
d. Kasih sayang dan kepedulian terhadap alam
e. Tidak merugikan
f. Hidup sederhana dan serasi dengan alam
g. Keadilan
h. Demokrasi
i. Integritas moral
Hakikat Kepedulian terhadap lingkungan adalah prilaku sangat peduli atau sikap
mengindahkan.Makadapat disimpulkan bahwa kepedulian lingkungan adalah peka danpeduli
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitardan senantiasa memperbaiki bila
terjadi pencemaran atauketidakseimbangan.Kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat
ditinjaudengan dua tujuan utama: pertama, dalam hal tersedianyasumber daya alam, sampai
sejauhmana sumber-sumbertersebut secara ekonomik menguntungkan untuk digali dankemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan gunamembiayai kegiatan pembagunan. Kedua, jika
kekayaanyang dimiliki memang terbatas dan secara ekonomik tidakmenguntungkan untuk digali
dan diolah, maka untukselanjutnya strategi apa yang perlu ditempuh untukmemenuhi kebutuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
melakukan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang
menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang di dapat dari apa yang diamati. Pendekatan
kualitatif juga dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik (utuh) misalnya tentang perilaku, tindakan motivasi dan lain-lain
(Moleong, 2006:6).
Menurut (Nawawi, 1995:2), ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Sumber data dalam kondisi sewajarnya
2. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa uraian-uraian atau kalimat-kalimat
yang menginformasikan mengenai keadaan sebagaimana adanya sumber data dalam
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
3. Dalam penelitian kualitatif baik proses maupun hasil sama pentingnya.
4. Analisis data dilakukan terus menerus sejak awal dan selama proses penelitian
berlangsung.
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi lokasi penelitian adalah di Fakultas Kesehatan Masyarakat
dan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara . Alasan peneliti memilih
lokasi tersebut karena melihat kondisi lingkungan kampus khususnya di Fakultas Kesehatan
Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang mana
3.3. Unit analisis dan informan
Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 1999:132).
Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah para siswa dan guru yang dianggap
berkompeten untuk menjadi informan dalam penelitian ini.
Informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun
orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007 : 76). Adapun informan dalam
penelitian ini adalah :
1) Mahasiswa stambuk 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2) Mahasiswa stambuk 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang aktif di organanisasi
Lingkungan.
3.4 Tekhnik pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dapat di bedakan atas dua bagian yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :
a) Observasi, yaitu pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan hasil wawancara.
para infoman ketika melakukan wawancara di lokasi penelitian tanpa ikut terlibat langsung
didalam pekerjaan yang mereka laksanakan setiap harinya.
b) Wawancara mendalam, yaitu peneliti melakukan Tanya jawab secara langsung dengan para
informan. Agar wawancara terarah maka digunakan instrument guide atau pedoman
wawancara yang berupa urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk
memperoleh data yang diperlukan.
c) Dokumentasi, dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabadikan hal-hal
yang tidak terobservasi serta aktivitas masyarakat atau perilaku para mahasiswa ketika
beraktivitas.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan,
pencatatan dokumen yaitu dengan cara mengumpulkan data mengambil referensi, dokumen,
majalah, jurnal dan bahan dari situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan tahap berikutnya yang harus
dilakukan adalah interpretasi data.Ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap
inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan dengan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan
kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Analisa data ditandai dengan pengoalahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap
ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah mereduksi data yaitu melalui pembuatan abstrtaksi
yang merupakan usaha membuat rangkuman inti.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pelaksaan penelitian ini adalah :
1. Faktor internal, merupakan kendala-kendala yang berasal dari dalam peneliti yang meliputi
keterbatasan waktu peneliti dan sedikitnya literatur. Dalam hal ini peneliti belum dapat
mendeskripsikan penelitian ini secara komprehensif dan mendalam sehingga penyajian data
dan analisis masih belum maksimal.
2. Faktor eksternal, merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses penelitian, seperti
kurangnya pemaksimalan dalam memawancarai informan dan susahnya utuk mencari waktu
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Sejarah dan Gambaran Umum Universitas Sumatera utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet
Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur
Sumatera Utara untuk memenuhi keinginan masyarakat Sumatera Utara khususnya dan
masyarakat Indonesia umumnya. Yayasan ini diurus oleh suatu Dewan Pimpinan yang diketuai
langsung oleh Gubernur Sumatera Utara, dengan susunan sebagai berikut: Abdul Hakim (Ketua);
Dr. T. Mansoer (Wakil Ketua); Dr. Soemarsono (Sekretaris/Bendahara); Ir. R. S. Danunagoro,
Drh. Sahar, Drg. Oh Tjie Lien, Anwar Abubakar, Madong Lubis, Dr. Maas, J. Pohan, Drg.
Barlan, dan Soetan Pane Paruhum (Anggota). Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan
tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum Perang Dunia-II, tetapi tidak disetujui oleh
pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka
di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi
Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit
Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat clash pada tahun 1947,
Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatera
Utara mengumpulkan uang untuk pendirian sebuah universitas di daerah ini.
Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang
diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro,
berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat
Universitas, dan Dewan Fakultet. Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari
seluruh masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh,
pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirikan Fakultas Kedokteran di Jalan Seram dengan dua
puluh tujuh orang mahasiswa diantaranya dua orang wanita. Tanggal 20 Agustus 1952 telah
ditetapkan sebagai hari jadi atau Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun. Kemudian 2
tahun berikutnya fakultas yang ada kemudian bertambah dengan berdirinya Fakultas Hukum dan
Pengetahuan Masyarakat (1954), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (1956), dan Fakultas
Pertanian (1956).
Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir.
Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Dan seiring dengan berjalannya
Universitas Sumatera Utara terus melakukan penambahan fakultas seperti Fakultas Kedokteran
Gigi (1961), Fakultas Sastra (1965), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (1965),
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik (1982), Sekolah Pascasarjana (1992), Fakultas
Kesehatan Masyarakat (1993), Fakultas Farmasi (2007), Fakultas Psikologi (2008), dan Fakultas
Keperawatan (2009).
Pada tahun 2003, USU berubah status dari suatu perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi suatu
perguruan tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perubahan status USU dari PTN
menjadi BMHN merupakan yang kelima di Indonesia. Sebelumnya telah berubah status UI,
UGM, ITB dan IPB pada tahun 2000. Setelah USU disusul perubahan status UPI (2004) dan
UNAIR (2006). Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi
Peternakan USU di Banda Aceh. Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Negeri Medan (1964), yang sekarang berubah menjadi Universitas Negeri
Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USU.
Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan (1999), yang semula adalah Politeknik USU.
4.2 Pimpinan Universitas
Adapun pimpinan universitas dari tahun 1958 – sekarang adalah :
1957-1958 Prof. Dr. Ahmad Sofian, Presidium
1958-1962 Z. A. Soetan Koemala Pontas, Ketua Presidium
1962-1964 Prof. Mr. Mahadi, Ketua Presidium
1964-1965 Ulung Sitepu, Presidium
1965-1966 Drg. Nazir Alwi, Rektor
1966 (Mei-Nov) Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A., Pejabat Rektor
1966-1970 Dr. S. Harnopidjati, Rektor
1970-1978 Harry Suwondo, SH, Rektor
1978 (Mei-Juli) O. K. Harmaini, SE, Ketua Rektorium
1978-1986 Dr. A. P. Parlindungan, SH, Rektor
1994-2010 Prof. Chairuddin P. Lubis, D.T.M.&H., Sp.A.(K),
Rektor
2010-2015 Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM),
Sp.A.(K)
4.3 Sejarah dan Perkembangan Fakultas Kesehatan Masyrarakat Dan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
4.3.1 Sejarah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1982 di Indonesia baru didapati 2 (dua) buah Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)
yaitu FKM UI di Jakarta (1965) dan FKM UNHAS di Ujung Pandang (1982). Pada saat itu
kedua FKM tersebut belum mampu menghasilkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
sejumlah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia.
Oleh sebab itu dirasa perlu untuk menambah FKM di Indonesia yang lokasinya tersebar yaitu
dengan mendirikan 3 (tiga) FKM lainnya yang menyebar di seluruh tanah air yaitu FKM UNAIR
di Surabaya, FKM UNDIP di Semarang dan FKM USU di Medan.
Pada 1 Juni 1983 tiba di Medan dr. Does Sampoerno, MPH sebagai tim “Consortium Health
Sciences (CHS)” untuk menjajaki kemungkinan dan perencanaan berdirinya FKM USU di
Medan. Tim tersebut bertemu dengan Rektor USU, Pimpinan Fakultas Kedokteran USU, Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat FK USU, Kakanwil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Ka
suatu Fakultas Kesehatan Masyarakat.Hal tersebut juga mengingat bahwa potensi di USU baik
staf pengajar tetap maupun tidak tetap sudah cukup. Juga sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI
No 27 tahun 1981 Bab III tentang Penataan Fakultas pada Universitas Negeri dimana dijelaskan
bahwa Fakultas Kedokteran dapat dikembangkan menjadi Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Untuk merealisasikan proses berdirinya FKM ini maka oleh Rektor USU, Prof. Dr. A.P.
Parlindungan, SH dibentuk Panitia Pembentukan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang diketuai
oleh dr. Bachtiar Fanani Lubis selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU dengan SK No.
334/PT05/SK/C.83 tertanggal 22 September 1983. Berbagai rekomendasi yang menyokong
berdirinya FKM USU adalah dari Kakanwil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Ka BKKBN
Propinsi Sumatera Utara, Ketua DPRD Kotamadya Medan dan Gubernur Provinsi Sumatera
Utara. Sejak saat itu dimulailah berbagai kegiatan baik yang bersifat regional maupun nasional.
Kegiatan yang dilakukan dalam menyongsong berdirinya FKM USU antara lain berupa
penyusunan Rencana Pembangunan Lima Tahun FKM USU, penyusunan kurikulum,
penambahan dan peningkatan mutu staf pengajar yang dilaksanakan baik di dalam maupun di
luar negeri, penyediaan fasilitas dan sarana, dan melaksanakan berbagai seminar dan lokakarya.
Pada tanggal 27 Agustus 1984 Rektor USU mengirimkan surat Nomor : 8523/PT05/C.84 kepada
Dirjen Dikti Depdikbud tentang permintaan izin pembukaan FKM USU di Medan.Pada tanggal
26 s/d 30 September 1984 diadakan Semiloka Nasional Kurikulum S1 Kesehatan Masyarakat di
Malino, Sulawesi Selatan dengan tujuan menyeragamkan kurikulum secara garis
besar.Selanjutnya tanggal 13-15 Desember 1984 di Bandungan Semarang dilaksanakan Semiloka
Nasional Pengelolaan FKM dan telah disepakati bersama bahwa untuk ketiga Program Studi
Kesehatan Masyarakat yang baru untuk sementara waktu sebelum dibukanya FKM USU, FKM
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (PSKM). Dasar pembukaan PSKM FK USU adalah SK
Dirjen Dikti Depdikbud No. 11/Dikti/Kep/1985 tanggal 20 Maret 1985 tentang Pembukaan
Program Studi Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada tanggal 9 April 1985 Rektor USU dengan SK No. 186/PT05/ SK/C.85 telah membentuk
tim Pengelola Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran USU dengan
susunan :
Penanggung jawab : dr. Bachtiar Fanani Lubis
Ketua : dr. Rozaini Nasution, SKM
Sekretaris Bidang Akademis : dr. Nasap Sembiring, SKM
Sekretaris Bidang Adm. & Keuangan : dr. Zainal Rasyid, SKM
Sekretaris Bidang Kemahasiswaan : dr. David H. Simanjuntak
Pada tanggal 31 Juli 1985 Rektor USU meresmikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran USU (PSKM FK-USU). Kurikulum Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat disesuaikan dengan kurikulum Program Pendidikan Sarjana Bidang Kesehatan
Masyarakat (SK Dirjen Dikti DepDikBud RI No.26/DJ/Kep/1983).Pada tahun akademik
1985/1986 Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran USU (PSKM
FK-USU) menerima mahasiswa sebanyak 18 orang dari lulusan Akademi (Perawat, Penilik
Kesehatan dan Gizi) dan mereka ini telah menyelesaikan studinya pada tanggal 1 Agustus 1987.
Pada tahun akademik 1987/1988 mulai menerima mahasiswa lulusan SLTA melalui ujian
SIPENMARU. Jumlah mahasiswa yang diterima pada tahun akademik tersebut adalah 58 orang,
38 orang lulusan SLTA dan 20 orang lulusan Akademi.
Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
0376/O/1993 tanggal 21 Oktober 1993 tentang pembukaan Fakultas Kesehatan Masyarakat pada
Universitas Sumatera Utara berdirilah FKM USU sebagai fakultas ke-10 di Universitas Sumatera
Utara. Peresmian pembukaan dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal
25 Januari 1994.
Semula Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat menggunakan fasilitas gedung Fakultas
Kedokteran USU berupa ruang kuliah, ruang komputer, ruang baca, dan ruang diskusi. Pada
tahun 1988 secara keseluruhan Program Studi telah pindah ke gedung baru yang luasnya 2400
m2. Pada tahun 1996 FKM-USU mendapat tambahan gedung baru tiga lantai dengan luas 2400
m2, sehingga total luas gedung FKM-USU menjadi 4800 m2.Terhitung sejak 12 Januari 2009
ruang baca FKM USU dipindahkan dari lantai III ke lantai I gedung B dan berubah menjadi
Pustaka Pusat USU Cabang FKM USU, dengan demikian pengelolaan dan fungsinya sudah sama
dengan Pustaka Pusat USU. Disamping itu pada tanggal 17 Agustus 2009 telah diresmikan
sarana belajar terbuka yang disebut dengan ”Sanggar Akademik” dengan luas 200 m2 .
Sejak tahun akademik 1985/1986 selama 10 tahun PSKM FK USU/FKM USU melaksanakan
kurikulum yang disusun pada Semiloka Nasional Kurikulum S1 Kesehatan Masyarakat di
Malino Sulawesi Selatan. Mulai tahun akademik 1996/1997 FKM USU melaksanakan kurikulum
yang disusun berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0310/U/1994 tanggal 30 November 1984 tentang kurikulum yang berlaku secara nasional
pendapat persetujuan dalam rapat Dewan Pertimbangan Fakultas (DPF) tanggal 9 Mei 2006,
diikuti dengan keluarnya Keputusan Rektor USU Nomor : 888/JO5/SK/PP/ 2006 tanggal 20 Juni
2006 tentang Penetapan Kurikulum Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Kesehatan
Masyarakat Kelas Ekstensi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
dan Keputusan Rektor USU Nomor : 889/JO5/SK/PP/2006 tanggal 20 Juni 2006 tentang
Penetapan Kurikulum Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Kesehatan Masyarakat Kelas
Reguler dan Reguler Mandiri pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
FKM USU mulai melaksanakan kurikulum baru yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
merujuk pada Pasal 37 ayat (2), Pasal 38 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Dengan terbitnya SK Rektor USU Nomor. 929/H5.1.R/SK/PRS/2009 tanggal 11 Mei 2009
tentang Pembentukan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenjang Program Doktor (S3)
Universitas Sumatera Utara yang dalam ketetapannya membentuk Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat jenjang Program Doktor (S3) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat USU,
kemudian diikuti dengan SK Rektor USU Nomor 1465/H5.1.R/SK/SDM/2009 tanggal 12
Agustus 2009 tentang Pengangkatan Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister (S2) dan
Doktor (S3) Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, SK Rektor USU Nomor. 1535/H5.1.R/SK/PRS/ 2009 tanggal 18 Agustus 2009
tentang Penetapan Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Manajemen
Kesehatan Lingkungan Industri, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat menjadi Program Studi (S-2)
Ilmu Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Strata-1 (Kode PS : 201), Strata-2 (Kode PS :
13-101) dan Strata-3 (Kode PS : 13-001).
Sebagai tidak lanjut Evaluasi Diri terkait dengan Akreditasi Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Strara-1 yang telah disampaikan kepada BAN PT DepDikNas, juga telah dikunjungi
oleh tim asesor BAN PT pada bulan Juli 2009 telah dilaksanakan Lokakarya Evaluasi Kurikulum
dengan topik“Penyempurnaan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi” pada tanggal 28
-29 Juli 2009 bertempat di Hotel Sibayak, Berastagi. Evaluasi kurikulum terus berlanjut di
kampus FKM USU sampai telaah dan kajian secara substansi dan komprehensif menghasilkan
kurikulum yang tepat dan bisa diterapkan sebagai instrumen Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Hasil reakreditasi Program Studi (S1) Kesehatan Masyarakat telah diperoleh berdasarkan
Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor :
027/BAN-PT/Ak-XII/S1/IX/2009 tentang Status, Peringkat dan Hasil Akreditasi Program Sarjana di Perguruan
Tinggi, tanggal11 September 2009, dengan nilai B.
Selama masih berstatus Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) FK USU dipimpin oleh
Prof. dr. Rozaini Nasution, SKM sebagai Ketua Program Studi, dan pada tanggal 10 Februari
1994 beliau dilantik sebagai Dekan FKM-USU yang pertama untuk periode 1994-1997. Pada
tanggal 7 Juni 1997 dilantik dr. Achsan Harahap, MPH sebagai Dekan FKM-USU yang kedua
untuk periode 1997-2000 (periode pertama), dan pada tanggal 10 Juni 2000 dr. Achsan Harahap,
MPH kembali dilantik untuk periode 2000-2004 (periode kedua), selanjutnya periode Dekan dr.
Achsan Harahap, MPH diperpanjang sesuai dengan SK Rektor USU Nomor
630/JO5/SK/KP/2004, tanggal 19 Mei 2004 sebagai penyesuaian atas perubahan status PTN
USU menjadi PT BHMN USU. Pada hari Selasa, 28 Juni 2005 dr. Ria Masniari Lubis, MSi
759/JO5/SK/KP/2005, tanggal 23 Juni 2005. Sejak bulan Juli 2010 Dekan FKM USU
digantikan Dr. Drs. Surya Utama, M.S berdasarkan SK Rektor USU Nomor
2048/H5.1.R/SK/SDM/2010, tanggal 7 Juli 2010.
DEKAN FKM USU
1. Prof. dr. Rozaini Nasution, SKM (1994-1997)
2. dr. Achsan Harahap, MPH (1997-2004)
3. dr. Ria Masniari Lubis, Msi (2005-2010)
4. Dr. Drs. Surya Utama, M.S (2010-2015)
VISI
Menjadi Fakultas Unggulan untuk Pengembangan Tenaga Kesehatan Masyarakat di Tingkat
Nasional pada Tahun 2019
MISI
1. Mempersiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat akademik dan profesional dalam
menerapkan, mengembangkan pengetahuan ilmiah, teknologi dan seni, serta berdaya saing tinggi
dalam bidang kesehatan masyarakat di tingkat nasional. Mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu, teknologi, seni dan rancangan penerapannya untuk mendukung produktivitas dan daya
saing masyarakat dalam bidang kesehatan masyarakat
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu, teknologi, seni dan rancangan penerapannya
untuk mendukung produktivitas dan daya saing masyarakat dalam bidang kesehatan masyarakat
di tingkat nasional.
TUJUAN
1. Menghasilkan sarjana, magister, dan doktor untuk menjadi anggota masyarakat yang
bermoral, memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang kesehatan masyarakat di
tingkat nasional. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni
dalam bidang kesehatan masyarakat yang berbasis industri, serta mengupayakan penggunaannya
untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam bidang
kesehatan masyarakat yang berbasis industri, serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di tingkat nasional.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat secara
berkelanjutan untuk menempati posisi unggul dalam persaingan dan kerjasama global dalam
bidang kesehatan masyarakat.
4. Mendukung pembangunan kesehatan masyarakat dengan berperan sebagai kekuatan
konseptual dan moral yang mandiri di tingkat nasional.
4.3.2 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas ke sembilan di lingkungan
dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi , dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi,
Fakultas Hukum pada tahun 1979. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen
dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan
Fakultas Hukum pada tahun 1979.
Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. M. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr.
AP. Parlindungan, S.H, M.Solly Lubis, S.H dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal
tersebut Rektor USU Dr. AP Parlindungan, S.H memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP.
Pada tahun 1980 mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di
Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham
Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU
Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.
Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian
SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang.
Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya
diresmikan oleh Rektor USU Prof. Dr. AP Parlindungan,SH di gedung perkuliahan Fakultas
Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut.
Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas
Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan
di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU
yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983
kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan
gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan „embrio‟ (cikal
Berkat perjuangan dan usaha, yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian
tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1982
tanggal 7 September 1982. Dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial
Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke- 9 di USU. Semua mahasiswa
yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP
USU.
Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs. M. Adham
Nasution sebagai Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat. Melalui utusan tersebut
diangkatlah Saudara Drs. M. Adham Nasution menjadi Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982, tanggal 7 September 1982
Tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat keputusan tersebut
dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
merupakan Fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di USU. Sehubungan dengan itu
maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU
berubah statusnya menjadi Fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut
otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU. Pada waktu itu mahasiswa yang kuliah di FISIP USU
belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan, karena ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP
USU belum ada. Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU.
Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU.
Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat Fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula
Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan pada FISIP
tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat
Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. tujuan dari
pembetukan panitia tersebut adalah untuk memilih Dekan yang akan memimpin FISIP USU.
Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat
Sementara Dekan FISIP USU. Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan
Rektor tentang Pengangkatan saudara Drs. M. Adham Nasution sebagai pPejabat Sementara
Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83. sedangkan Pejabat Sementara Para
Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya adalah:
1. Pembantu Dekan I : T. Daoed Ahmad, S.H.
2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution
3. Pembantu Dekan III : Dra. Nurlela Ketaren
Pada Tahun Akademi 1982/1983 jumlah mahasiswa yang diterima pada FISIP USU adalah
sebanyak 73 orang.
Pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administarsi FISIP USU dipindahkan ke Gedung Biro Rektor
USU Lantai I, yang sekarang merupakan Gedung Pusat Komputer yang terletak di Jalan
Universitas Kampus USU. Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama kalinya
melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981. Sedangkan
pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas Kampus USU Medan.
Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu fakultas, FISIP USU mengusulkan agar dapat
membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah Fakultas di
lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan yaitu:
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara bertahap hal ini
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Mengingat
juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar (dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin ilmu yang
dimiliki dosen pada masing-masing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka adalah Jurusan
Ilmu Administrasi dan Ilmu Komunikasi.
Bagi mahasiswa angkatan 1980/1981 yang sebelumnya tidak memiliki jurusan sampai semester
VI, maka pada semester VII mereka diwajibkan untuk memilih salah satu dari dua jurusan yang
ada.
Berdasarkan kedua jurusan yang telah dibuka pada FISIP USU, maka melalui SIPENMARU,
FISIP USU menambah jumlah penerimaan mahasiswa. Adapun jumlah mahasiwa yang diterima
pada Tahun Akademik 1983/1984 yaitu sebanya 74 orang.
Setelah tiga tahun berdiri yaitu pada tahun 1983 Drs M. Adham Nasution yang sebelumnya
adalah sebagai Pejabat Sementara Dekan, diangkat menjadi Dekan FISIP USU yang pertama
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
77121/C.I/83 dengan masa periode 1983-1986.
Pada periode ini Dekan sebagai pimpinan fakultas menunjuk para pembantunya yaitu sebagai
berikut: