• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK KECAMATAN

DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh:

FEBRIANA 120905052

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama :Febriana

NIM :120905052

Departemen :Antropologi Sosial

Judul :Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

Medan, 17 Oktober 2018

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Dr. Fikarwin, M. Ant Dr. Fikarwin, M. Ant

NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005

Wakil Dekan 1,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Husni Thamrin, S.Sos, M.SP NIP. 197203082005011001

(3)

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan ini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Oktober 2018 Penulis,

Febriana

i

(4)

ABSTRAK

Febriana, 2018, Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, skripsi, 5 Bab, 80 halaman.

Skripsi ini mengkaji tentang Pengelolaan Sampah du Desa Purba Dolok, Kec. Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya orang batak toba melalui perilaku penanganan sampah.

Lokasi penelitian adalah di Desa Purba Dolok salah satu desa di Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi partisipan dan wawancara.

Hasil dari penelitian membuktikan pengelolaan sampah pada masyarakat desa Purba Dolok masih sangat kurang, masyarakat hanya mampu memisahkan sampah makanan dengan sampah yang lain disatukan. Pengetahuan masyarakat yang kurang dalam mengelolah sampah sangat berpengaruh bagi kebersihan dan kesehatan lingkungan desa. Keberadaan tempat sampah tidak banyak mengubah kebiasaan masyarakat membuang sampah. Pemerintah seperti tidak serius menyediakan tempat yang merata sehingga program perilaku hidup bersih dan sehat tidak berjalan.

Kesimpulan yang bisa didapat melalui tulisan ini adalah Pengelolaan Sampah yang benar sangat kurang, kebiasan membuang sampah di belakang rumah dan membakarnya sangat susah dihilangkan terlihat dari program pemerintah daerah yang kurang tegas dalam masalah sampah yaitu kurangnya pemberian tempat sampah dan pengetahuan masyarakat yang kurang. Namun hal tersebut belum cukup mengatasi masalah sampah di desa tersebut karena pengetahuan masyarakat masih sangat terbatas. Salah satu contohnya dalam perilaku masyarakat memisahkan sampah sisa makanan untuk pakan ternak tapi sampah yang lain tidak dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Kebiasaan lain warga sekolah dan pegawai kantor yang tidak memiliki kesadaran tentang budaya bersih terhadap lingkungan.

Kata-kata kunci : Pengelolaan Sampah

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur saya sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “PENGELOLAAN SAMPAH PADA

MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK KECAMATAN

DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam pencapaian gelar kesarjanaan Antropologi Sosial pada Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada keluarga saya yang senantiasa membesarkan, mendidik dan menjadi sumber materil maupun segi moril, serta tetap memotivasi saya selama berada dibangku sekolah hingga perkuliahan. Kepada keluarga saya, yaitu: Bapak G Nainggolan, Ibu Delhelda P. Purba, Bapak Tua dan Mama Tua Essi, serta kakak dan adik-adik, Stephany , Renaldo dan Michael.

Saya juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin selaku Dosen Pembimbing atas waktu dan ketulusannya dalam membimbing saya mulai dari pengajuan judul, penyusunan proposal hingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Semoga Tuhan memberikan umur yang panjang, kesehatan, dan rezeki kepada Bapak agar tetap mampu memberikan pendidikan dan pengajaran bagi mahasiswa/i.

(6)

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta jajarannya, Kepada Ketua Departemen Antropologi Bapak Dr. Fikarwin dan Bapak Agustrisno, M.SP selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan dan juga dalam penulisan skripsi ini. Secara umum saya juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh Dosen yang pernah mengajar, dan memotivasi dalam studi perkuliahan.

Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman- teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2012, atas pengalaman, cerita yang tak pernah terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada Anita Lumban Raja, Lestari Panjaitan, Widya S. Bakkara, Erikson Silaban, Mickhael Alex, Jupentus Bintang, Bill Tancher Situmorang, Hardy H.P Munte, Irfan Sukama, Albret Toras T, Mariance Yustitisari, Ruth O Ginting, Mart Intan, Jella Sembiring, Susi Susanti, Rizki Nanda, Kiki Intan, Arif Setiandi, Jayanty Lubis, Muhammad Indra Bako, dan kerabat-kerabat yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.Semoga kesuksesan berpihak kepada kita dikemudian hari.

Begitu juga kepada Abang/Kakak senior antara lain: Reza Mahendra, Candra Sinabutar, Omry Simangunsong, Dapot Silalahi, Evelina Sihombing, Simson Manullang, Novi Sinaga, Putri Septima, saya sampaikan terima kasih untuk bantuan dan juga motivasinya. Begitu juga kepada Adek Stambuk yang senantiasa mengingatkan dan mensupport saya dalam penyelesaian skripsi ini, saya sampaikan terima kasih. Semoga studi perkuliahan kalian lancar dan cepat selesai.

(7)

Saya juga berterima kasih kepada saudara/i yang pernah atau sedang menempati asrama Nyiur,Tioni E. Ompusunggu, Eklesi R. Ompunsunggu, Julprida Purba, Naomi Purba, Mayesti Purba, Ika S Purba, Agnes Purba, Yaneta Manurung, Johan, Haris Purba, atas dorongan dan motivasi kalian saya ucapkan terima kasih dan semoga nanti kita dapat meraih kesuksesan.

Medan, Oktober 2018

Penulis,

Febriana

(8)

RIWAYAT HIDUP

Febriana lahir di Jakarta, pada tanggal 2 Februari 1994.Anak kedua dari empat bersaudara dan beragama Kristen Protestan.

Riwayat pendidikan dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Swasta Stella Maris Flora II Bekasi tahun 1999-2000, dan melanjutkan sekolah dasar di SD Swasta Stella Maris Flora II Bekasipada tahun 2000-2006. Lalu ke jenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri19 Bekasi pada tahun 2006-2009 dan Sekolah Menengah Atas di SMA NEGERI 10 Bekasi pada tahun 2009-2012.

Kemudian pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggidi Universitas Sumatera Utara di jurusan Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Email penulis : febriminoz@gmail.com

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan selama masa studi, antara lain :

 Mengikuti kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru pada tanggal 28-30 Agustus 2012.

(9)

 Mengikuti kegiatan Inisiasi Antropologi Sosial pada tanggal 12-14 Oktober tahun 2012 di Brastagi.

  Anggota di Sie. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2012.

 Anggota di Sie. Kesehatan dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) tahun 2013 di Parapat.

  Anggota di Sei. Acara dalam acara panitia Natal Antropologi tahun 2013.

 Anggota di Sei. ADM Kesek dalam kegiatan Inisiasi Mahasiswa Baru tahun 2014 di Parapat.

  Melakukan penelitian Antropologi Visual di Desa Nagalawan pada tahun

2014.

  Melakukan Pelatihan „‟Training of Facilitator‟‟ (TOF) angkatan V oleh

Departemen Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara di Hotel Candi, Medan pada tanggal 18 Januari 2015.

  LO untuk delegasi dari Universitas Brawijaya pada kegiatan Rapat Kerja

Nasional (RAKERNAS) Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) pada 26 Februari 2015-28 Februari 2015.

  Melakukan PKL 1 di Desa Lumban Suhi-Suhi pada tanggal 30 April- 02

Mei 2015.

  Melakukan PKL II dibagian arsip di kantor Bank BRI Cabang

Sisingamangaraja, Medan pada bulan September-November 2015.

(10)

 Mengikuti survey mengenai PILKADA dari IRC pada tanggal 17 maret 2016-22 Maret 2016.

  Mengikuti survey mengenai PILKADA dari MRC padat anggal 7 Agustus

2016 - 12 Agustus 2016

(11)

HALAMAN PERSETUJUAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS... i

ABSTRAKS ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 13

1.4. Lokasi Penelitian... ... 14

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 14

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 15

1.6. Metode Pengumpulan Data ... 15

1.7. Pengalaman Penelitian ... 17

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa ... 22

2.2. Letak Geografis ... 25

2.3. Komposisi Penduduk ... 27

2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur ... 27

2.3.2 Berdasarkan Mata Pencaharian... 28

2.3.3 Berdasarkan Agama dan Etnis ... 29

2.3.4 Berdasarkan Pendidikan ... 30

2.4. Sarana dan Prasarana Desa ... 30

2.4.1 Pendidikan ... 30

2.4.2 Transportasi Darat ... 31

2.4.3 Air Bersih ... 31

2.4.4 Kesehatan ... 32

2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok ... 33

2.6. Profil Informan ... 34

2.6.1. Heber P. Purba ... 34

2.6.2. Edward Purba ... 35

2.6.3. Ompung Lumban Gaol ... 35

2.6.4. Tumiar Simamora ... 36

2.6.5. G Aritonang ... 36

2.6.6. Marsel Purba ... 36

2.6.7. Natashya Sihite ... 37

2.6.8. Janius Sinaga ... 37

2.6.9. Damai Purba ... 37

2.6.10. Manogam S.P Pasaribu. SE ... 37

(12)

3.1. Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok ...38

3.1.1.Volume Sampah ...38

3.1.2 Perilaku Masyarakat Membuang Sampah. ...42

3.1.3 Pemanfaatan Sampah ...46

3.1.4 Frekuensi Pengangkatan Sampah ke Tempat Pembuangan Akhir...48

3.2. Tradisi Lama dan Sistem Pengelolaan Sampah...48

BAB IV. PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA PURBA DOLOK 4.1. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 4.1.1 Poda Na Lima ...52

4.1.2 Konsep Bersih ...55

4.1.3 Konsep Sehat ...56

4.1.4 Konsep Kotor ...57

4.2. Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga ...58

4.3. Pengelolaan Sampah di Institusi Kehatan ...62

4.4. Pengelolaan Sampah di Tempat Umum ...63

4.5. Pengelolaan Sampah di SMA Negeri 1 Dolok Sanggul ...66

4.6. Pengelolaan Sampah di Tempat Kerja...68

4.7. Peran Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Sampah ...72

4.8. Peran Pemerintah Kabupaten Dalan Pengelolaan Sampah ...73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...78

5.2. Saran ...79 DAFTAR PUSTAKA

(13)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini mencoba mengkaji tentang bagaimana masyarakat Desa Purba Dolok yang penduduknya terdiri dari suku Batak Toba, yang sebagian besar besar bekerja sebagai petani dan beragama Kristen mengelola sampah, serta melihat upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah. Pengelolaan sampah dengan baik dan benar tidak terlepas dari perilaku hidup bersih dan sehat.

Hidup bersih dan sehat merupakan hal yang seharusnya diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang penting bagi setiap manusia..

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dalam Pasal 1 angka 5, pengelolan sampah adalah kegiatan sistematis, munyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Persoalan sampah memang bukan persoalan yang mudah untuk diatasi.

Sampah tidak hanya menyangkut persoalan teknis semata, tetapi juga persoalan budaya atau perilaku masyarakat. Masyarakat perlu terus diingatkan bagaimana mengelola sampah dengan baik. Jika tidak, bencana banjir dan penyakit menular akan mudah datang.

Jika pada suatu lingkungan masyarakat masih ditemukan sampah yang berserakan di mana-mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah akan mendatangkan berbagai kuman sumber penyakit. Penanggulangan masalah sampah adalah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, oleh sebab itu

1

(14)

kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa hidup yang sehat dan bersih adalah hidup yang terbebas dari sampah, namun pada kenyataannya sampah telah menjadi permasalahan yang tiada ujungnya sejak masyarakat mulai berperilaku buruk dalam pengelolaan sampah, permasalahan sampah tersebut semakin sulit ditangani seiiring barjalannya waktu. Sampah yang dibuang secara sembarangan dalam jangka waktu yang cukup singkat akan mengakibatkan penumpukan sampah yang berlebihan, sehingga akan menimbulkan masalah lingkungan.

masalah tersebut tidak hanya dialami oleh masyarakat yang berperilaku buruk dalam pengelolaan sampah, akan tetapi masyarakat yang berperilaku baik dalam pengelolaan sampah pun akan ikut merasakan dampaknya.

Mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang sulit karena masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai atau selokan.

Kriteria sehatnya suatu kota atau desa dapat dilihat dari kebersihan sungai atu selokan dengan tidak adanya sampah dialiran sungai atau selokan. Banyaknya tumpukan sampah akan mendatangkan berbagai kuman dan sumber penyakit.

Oleh karena itu kepedulian dan kesadaran terhadap sampah ini harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah.

Membuang sampah pada tempatnya merupakan sebuah tindakan bijaksana yang dilakukan oleh individu-individu yang menyadari bahwa sampah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kebersihan lingkungan. Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan meskipun terkadang

(15)

aktifitas-aktifitas yang dilakukan manusia sesekali dapat mempengaruhi lingkungan. Hubungan yang berkesinambungan antara manusia dan lingkungan harus seimbang karena perubahan lingkungan dapat menimbulkan kepunahan manusia.

Jenis-jenis sampah saat ini sangat cenderung didominasi oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, uplogam, kaca, dan lain-lain. Jika sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang bisa membahayakan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas udara.

Hasil pembakaran sampah pelastik menghasilkan gas-gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibanding asap rokok1.

Kebiasaan masyarakat untuk membakar sampah sudah membudaya di desa maupun di perkotaan. Sampah sering dinamakan limbah padat (solid waste) yang merupakan konsekwensi dari kegiatan manusia. Sampah muncul atau timbul sebagai sisa, bekas, atau buangan yang berasal dari makanan, pertanian, dan produk-produk konsumsi beserta kemasannya. Dari tahun ketahun peningkatan volume sampah akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas konsumsi masyarakat.

Kesadaran masyarakat baik di kota maupun di desa masih kurang untuk membuang sampah pada tempatnya dan cara memperlakukan sampah. Umumnya masyarakat masih mencampur sampah ke dalam satu penampungan, jenisnya yaitu organik dan anorganik. Hal ini selain disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat, didukung juga dengan kurangnya pengetahuan masyarakat akan

1

Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker.

3

(16)

pengelolaan sampah. Masyarakat masih harus terus diingatkan bagaimana memperlakukan sampah. Jika tidak, bahaya penyakit dan bencana akan terus menghantui masyarakat. Sikap peduli akan kesehatan lingkungan sangat diperlukan, kesadaran dan pengentahuan tentang sampah sangat diperlukan oleh masyarakat desa untuk sekarang.

Pengelolaan sampah memerlukan partisipasi aktif individu dan kelompok masyarakat agar peran pemerintah tidak semakin berat. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, dapat dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat sebagai penghasil sampah terbesar, dengan membudayakan perilaku pengolaan sampah sejak dini dari rumah tangga, sebagai struktur terendah dalam pengelolaan sampah.

Pengelolaan limbah sampah harus sesuai dengan jenis sampahnya karena setiap jenis sampah beda cara penanggulangannya. Penanggulangan sampah yang tergolong organik dapat dilakukan dengan mengubur atau membakar sampah tersebut. Kandungan sampah tersebut adalah bahan-bahan organik yang dapat lenyap ataupun dapat terurai oleh bakteri-bakteri pengurai. Kemudian sampah yang tergolong anorganik memerlukan proses pengolahan seperti mendaur ulang.

Sampah anorganik mengandung bahan-bahan sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri sehingga penanganannya harus lebih intens. Pengklasifikasian sampah merupakan langkah awal dan hal yang sangat perlu diperhatikan.

Pengolahan sampah di Jakarta masih mengandalkan peran pemerintah.

Petugas kebersihan mengambil sampah dari penduduk dan membawa sampah ke TPS untuk diangkut ke TPA oleh dinas kebersihan. Persentasi masyarakat yang

(17)

dilayani di Jakarta masih sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih rendah. Di Jakarta mulai dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah untuk mengatasi sampah. Kota Surabaya menghasilkan sampah 2.177 ton per hari, yang masuk TPA 1.480 ton per hari. Lainnya dikomposkan di sepuluh sentra pengomposan komunal milik Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP), 13 kelurahan pengomposan rumah tangga, dan dibakar dalam sepuluh unit insenerator mini yang tersebar di wilayah kota. Pemerintah Daerah Surabaya melibatkan pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam mengelola sampah. Di Kota Bandung, tanggung jawab pengelolaan sampah dibagi menjadi dua, yaitu pengangkutan dari rumah ke TPS menjadi tanggung jawab masyarakat sedangkan dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah2.

Pengelolaan sampah yang diselenggerakan oleh dinas terkait hanya berfokus pada pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tanpa pengolahan tertentu. Hampir semua pemerintah daerah di Indonesia, masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut sudah saatnya Pemerintah Daerah mau merubah pola pikir yang bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan yaitu dengan meminimasi sampah serta maksimasi kegiatan daur ulang dan pengomposan disertai dengan TPA yang ramah lingkungan.

Desa Purba Dolok, Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan menjadi lokasi penelitian untuk melihat prilaku dalam pengelolaan

2Surahman Asti “Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah Domestik” Artikel Penelitian (Hal 404-410)

5

(18)

sampah. Ide dari penelitian ini muncul dikarenakan peneliti melihat adanya fenomena dimana masyarakat masih menggunakan paradigma lama dalam pengelolaan sampah yaitu kumpul, angkut, buang yang dapat menyebabkan kinerja TPA semakin berat dan cenderung membuang sampah secara sembarangan atau masyarakat berinisiatif untuk membuang sampah di belakang rumah dan kebun mereka masing-masing. Hal yang sama juga dilihat oleh peneliti bahwa pada lingkungan sekolah dan instansi pemerintah yang berada di wilayah desa tersebut.

Berdasarkan fenomena dan uraian di atas maka penulis mencoba melaksanakan penelitian dan menulisnya dalam suatu skripsi yang berjudul

“Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”

1.2 Tinjauan Pustaka

Menurut World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Terciptanya lingkungan yang terbebas dari sampah, tentunya perilaku masyarakat yang menempati lingkungan tersebut haruslah baik khususnya dalam pengelolaan sampah. Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2012, bahwa pengelolaan sampah yang baik adalah pengelolaan yang mengacu kepada dua

(19)

sistem, yaitu sistem pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah. Sistem pengurangan sampah meliputi 3 indikator, antara lain:

1. Pembatasan timbunan sampah, 2. Pendaur ulangan sampah;

3. Pemanfaatan kembali sampah.

1. Pemilahan sampah;

2. Pengumpulan sampah;

3. Pengangkutan sampah;

4. Pengolahan, dan;

5. Pemrosesan akhir sampah.

Kedua sistem pengelolaan sampah yang baik tersebut akan tercapai apabila masyarakat dan pemerintah setempat mau berjalan beriringan, apabila hanya salahsatunya saja yang melaksanakan, maka pengelolaan sampah belum 100%

baik.

Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah. Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir. Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan

7

(20)

di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.3

Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.

Kebudayaan adalah pengetahuan yang diperoleh, digunakan seseorang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial.

Maksudnya jika didalam suatu masyarakat memiliki perilaku membuang sampah sembarangan maka akan mempengaruhi tingkah laku atau perilakunya dalam pengelolaan samapah.(Spredley:2006)

Menurut Prof. Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar.

Melalui ketujuh unsur kebudayaan itu, maka kebudayaan itu dibagi kedalam dua bagian yaitu,

1. Kebudayaan material (lahir,fisik) yaitu kebudayaan yang berwujud dan dapat dilihat wujudnya (konkret), misalnya, rumah, gedung atau bangunan, atau benda-benda lainnya yang hasil ciptaan manusia.

3http://www.dlh.tegalkab.go.id/index.php/2017/03/02/penanganan-sampah-di-indonesia/

(21)

2. Kebudayaan immaterial (spiritual,batin) yaitu kebudayaaan yang tidak terlihat bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak), misalnya, bahasa, religi, adat istiadat, ilmu pengetahuan.

Peneliti memakai arti kebudayaan menurut James P Spredley. Karena masyarakat dalam perilaku membuang sampah sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya atau turun-temurun. Dengan pengetahuan masyarakat yang membuang sampah tentunya akan mempengaruhi bagaimana masyarakat mengelola sampah yang dimilikinya. Hal inilah yang terjadi pada masyarakat saat ini. Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa mengelolanya dengan baik, bisa menjadi sumber penyakit dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap sampah.

Kebudayaan sangat berkaitan erat dengan manusia terutama cara mereka untuk merespon keadaan lingkungan sekitar mereka. Memang pengetahuan mereka yang sangat utama dalam memandang lingkungan sekitar mereka untuk dapat melakukan tindakan ataupun respon dari pengetahuan yang mereka miliki.

Dalam tesisnya, Dr.Fikarwin Zuska konsep kebudayaan yang dimiliki oleh Parsudi Suparlan, bahwa kebudayaan keselurahan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk menciptakan serta mendorong terwujudnya kelakuan.(Zuska:2008) Penulis mengartikan kebudayaan menurut Spredley, bahwa pengetahuan merupakan dasar untuk membentuk cara berfikir masyarakat dalam merespon atau bertindak dalam lingkungannya dalam membuang sampah

9

(22)

sendiri. Perilaku dalam sampah masih minim karena kurang pedulinya masyarakat dalam keseimbangan lingkungan.

Kebudayaan menurut Spradley yaitu pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial yang dapat dikatakan juga sebagai salah satu wujud dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Prof. Koentjaraningrat.

Adapun wujud kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Wujud kebudayaan adalah sebagai sesuatu kompleks dari ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma, peraturan.

2. Wujud kebudayaan adalah suatu kompleks aktivitas kelakuan berpikir darimanusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Dari ketiga wujud kebudayaan tersebut, maka perilaku masyarakat dalam membuang sampah dan pengolaannya merupakan salah satu wujud kebudayaan mereka dimana pengetahuan masyarakat belum mengerti sehingga masih mengikuti tradisi atau kebiasaan secara turun-temurun dalam memperlakukan sampah. Kebudayaan juga pada dasarnya memiliki fungsi dalam mengendalikan perilaku masyarakat dalam menanggulangi dampak sampah terhadap lingkungan.

Apabila didalam masyarakat memiliki tatanan budaya pengelolaan dengan memisahkan sampah sesuai jenisnya maka kebersihan dan kesehatan lingkungan akan baik karena sampah merupakan hasil dari pada akivitas prilaku manusia.

Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau

(23)

sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna, dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat

2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003).

Berdasarkan bentuk dan bahan sampah dibedakan ke dalam beberapa jenis sampah, hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pengelolaan sampah. Berikut uraian mengenai jenis dan tipe sampah:

a. Sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya:

1. Sampah anorganik.

Sampah yang umumnya tidak dapat membusuk dan masih bisa didaur ulang, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.

2. Sampah organik

Sampah yang pada umumnya dapat membusuk,misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.

b. Sampah berdasarkan dapat dan tidaknya terbakar

1. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas dan sebagainya.

2. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2003).

11

(24)

a. Sampah berdasarkan karakteristiknya

1. Abu (Ashes) merupakan sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar, baik di rumah, di kantor maupun industri, seperti:

2. Sampah Jalanan (Street Sweeping) adalah sampah yang berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran dan daun-daunan.

3. Bangkai Binatang (Dead Animal) merupakan jenis bangkai binatang yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.

4. Sampah pemukiman (Household refuse) adalah sampah campuran yang berasal dari daerah perumahan.

5. Bangkai Kendaraan (Abandoned vehicles) termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportas lainnya.

6. Sampah industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi, tumbuh-tumbuhan dan industri lainnya.

7. Sampah hasil penghancuran gedung/bangunan (Demolotion waste) yaitu sampah yang berasal dari perombakan gedung/bangunan.

8. Sampah dari daerah pembangunan adalah sampah yang berasal dari sisa pembangunan gedung, perbaikan dan pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, kertas dan lain-lain.

(25)

9. Sampah Padat Pada Air Buangan (Sewage Solid) jenis sampah yang terdiri dari benda yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengolahan air buangan.

10. Sampah Khusus adalah sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radioaktif dan zat yang toksis (Mukono, 2006).

d. Sumber-Sumber Sampah

1. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes). Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman.

2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum. Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

3. Sampah yang berasal dari perkantoran.Sampah ini dari perkantoran, baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).

13

(26)

1.3 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Pengelolaan Sampah pada Masyarakat Desa Purba Dolok

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan?

2. Sejauhmana upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah di Desa Purba Dolok?

1.4 Lokasi Penlitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purba Dolok, salah satu desa yang ada di Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Desa ini terdapat dalam wilayah Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjarak 2 km arah Selatan dari kantor Camat Doloksanggul. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena daerah tersebut merupakan desa yang didalamnya terdapat sekolah dan beberapa pusat perkantoran pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan daerah ini tidak telepas dari keberadaan sampah yang disebabkan oleh perilaku masyarakat desa, sekolah dan perkantoran.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian pasti memiliki sasaran agar tercapainya tujuan dan menghasilkan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah:

Tujuan

1. Untuk mengetahui seberapa besar kepedulian masyarakat Desa Purba Dolok dalam Pengelolaan Sampah.

(27)

2. Apa saja kegiatan yang dilakukan masyarakat Desa Purba Dolok dalam Pengelolaan Sampah.

3. Menambah pengetahuan dan referensi bagi penulis, masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah yang baik dan benar.

4. Secara akademis bahwa hasil penelitian ini merupakan bahan untuk penulisan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Sosial pada program studi

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

1. Bagi masyarakat sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

2. Bagi aparat desa sebagai sarana penyalur aspirasi masyarakat untuk ikut mendukung kegiatan dalam meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan sampah.

3. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan evaluasi akan pentingnya kepedulian dalam pengelolaan sampah serta pentingnya peran serta pemerintah daerah sebagai pendukung kegiatan positif masyarakat.

1.6 Metode Penelitian 1. Data Primer

Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang digunakan adalah :

15

(28)

a. Observasi

Dalam observasi ini, terdapat dua pedoman observasi yaitu observasi partisipasi yang fokus pada kegiatan sehari-hari masyarakat yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap sampah. Kemudian observasi secara terang-terangan, yakni peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi dengan informan. Komunikasi dilakukan dengan dialok tanya jawab untuk mendapatkan data secara lisan dan tulisan yang di ungkapkan oleh informan. Wawancara dalam hal ini sangat penting untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk kelengkapan data penelitian dan untuk memperoleh data sebanyak mungkin tentang Pengelolaan Sampah di Desa Purba Dolok.

Dalam melakukan observasi maupun wawancara sangat diperlukan adanya rapport dengan para informan. Peneliti telah berusaha beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan peraturan yang berlaku ditempat penelitian dan bersosialisai dengan masyarakat desa.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti bersumber dari buku, dokumen, laporan, jurnal dan referensi lainnya yang

(29)

dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian..

Selama proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu untuk merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada bagian dari pengumpulan data yang terlewat.

1.6 Pengalaman Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Purba Dolok Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Lokasi penelitian dijangkau dengan menggunakan transportasi darat, yaitu bus yang memiliki loket di Simpang Pos Padang Bulan Medan. Bus yang dapat mengantarkan untuk sampai ke desa Purba Dolok adalah Sampri singkatan dari Samosir Pribumi dengan ongkos Rp. 75.000,- dengan jarak tempuh kurang lebih tujuh jam perjalanan. Perjalananpada malam hari cukup nyaman, karena cuaca lebih dingin dan tidak terasa lama karena kita dapat menghabiskan waktu dengan tidur.

Ketika saya sampai di desa Purba Dolok saya tinggal di Jalan Melanton Siregar, tempat tante (inanguda)4 saya tinggal disana. Sembari beristirahat saya bertanya pada inanguda saya bagaimana cara mendapatkan data mengenai desa, siapa yang harus saya hadapi untuk meminta ijin melakukan penelitian, dan juga mengenai tingkah laku masyarakat dalam melalukan pembuangan dan pengelolaan sampah. Setelah saya merasa sudah cukup untuk beristirahat, lalu saya pergi ke kantor kepala desa dengan beroleh informasi dari masyarakat

4Inanguda= adik ibu

17

(30)

sekitar. Untuk sampai ke sana saya menggunakan motor karena jarak yang lumayan jauh. Tetapi sesampainya disana ternyata kantor kepala desa masih tutup.

Lalu saya disarankan untuk datang ke rumahnya, tetapi beliau sedang sibuk dan tidak ada di rumah karena dia memiliki pekerjaan lain untuk membuat paving block dan batu bata. Akhirnya saya pulang, dan kembali ke sana setelah anak sekolah pulang karena kepala desa akan menjemput anaknya dari sekolah.

Sembari jalan saya mengamati jalanan dan halaman rumah masyarakat.

Dari sini saya melihat pada saat di jalan, jalannya sudah beraspal, tetapi dipinggir jalan masih ada sampah yang berasal dari mobil yang lewat yang dibuang sembarangan oleh orang yang ada di dalam, dan hampir setiap rumah sudah ada tong sampah disediakan dari pemerintah desa. Dari sini dapat dilihat bahwa pemerintah desa dan masyarakat sudah cukup peduli dengan lingkungan mereka.

Sesampainya di rumah inanguda saya kembali beristirahat.

Saat jam makan siang sudah lewat, saya kembali menghadap kepaladesa untuk meminta data dan meminta ijin, saya menemuinya di rumahnya. Setelah bertemu dan beliau mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di desa tersebut dan saya diajak ke kantor untuk mengambil data mengenai desa Purba Dolok.

Setelah mengambil data mengenai desa saya kemudian melanjutkan perjalanan saya untuk berkeliling di desa Purba Dolok. Hari pertama saya belum melakukan wawancara hanya mengamati aktivitas masyarakat dan fasilitas di sana. Selain jalan yang memang pada umumnya sudah bagus dan beraspal, serta perumahan sudah cukupramai sehingga pola pemukiman sudah terbentuk secara teratur seiring dengan bertambahnya jumlah rumah di desa Purba Dolok.

(31)

Keesokan harinya saya pergi ke pasar, saya memutuskan untuk pergi ke pasar karena pasar dilakukan di desa Purba Dolok seminggu sekali dan disebut dengan pekan atau onan. Seperti pasar pada umumnya lingkungan pasar memang kotor, tetapi disediakan lapak dari pemerintah untuk para pedagang, dan selesai onan maka pasar kembali dibersihkan oleh petugas Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan yang bertanggung jawab atas kebersihan pasar. Setelah dari pasar saya pergi melihat keadaan desa Purba Dolok dari jalan, sekolah, rumah dan kantor pemerintahan yang ada. Saat saya mengelilingi desa tersebut, saya melihat lokasi sekolah masih ditemukan adanya sampah berserakan walaupun tong sampah sudah tersedia di setiap depan kelas.Terdapat juga poster mengenai kebersihan yang ditempelkan di dinding sekolah.

Pemukiman warga Purba Dolok pada umumnya tempat sampah sudah disediakan tetapi masih ada yang membakar sampah dibelakang rumah atau di kebun mereka.Petugas dari Dinas Lingkungan Hidupakan mengambil sampah seminggu dua kali. Sedangkan untuk kantor pemerintahan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan sudah cukup baik, dan saya memutuskan untuk mewawancari warga pada esok harinya.

Hari berikutnya saya pergi menjumpai kepala desa untuk menanyakan program pemerintah mengenai kebersihan baik yang ada di rumah, sekolah dan kantor pemerintahan. Program diadakannya tempat sampah di depan rumah warga dimulai sejak Desember 2016. Setelah menemui kepala desa, saya pergi untuk menemui warga, dan informan yang saya temui yaitu Ibu br. Purba. Dari Ibu br.

Purba saya mendapatkan informasi mengenai kegiatan gotong royong yang

19

(32)

dilakukan di desa Purba Dolok, pola gotong royong, perilaku dalam mengelola sampah rumah tangga.

Hari itu berlalu, lumayan sering saya mengelilingi Desa Purba Dolok yang setiap senin sampai sabtu dilalui begitu banyak kendaraan umum dan pribadi karena hari-hari itu merupakan hari sekolah dan kerja. Desa ini memiliki daerah yang didalamnya kantor-kantor pemerintahan yaitu Perkantoran Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di wilayah Desa Purba Dolok.Hari- hari berikutnya saya menjumpai informan saya yang merupakan warga asli Desa Purba dolok, selain bapak kepala desa saya menjumpai beberapa keluarga dan melihat bagaimana perilaku keluarga tersebut membuang sampah, sebagian keluarga yang saya jumpai memiliki hewan ternak yaitu babi, kerbau dan ayam.

Saya juga luamayan sering melihat beberapa anggota keluarga memberikan makanan kepada hewan peliharaannya.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang berada di desa Purba Dolok hanya satu yaitu berseberangan dengan rumah kepala desa. Kegiatan yang sering dilakukan adalah melakukan imunisasi rutin yang di lakukan atas program pemerintah, tepat di depan posyandu dimanfaatkan oleh warga untuk membangun Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pertanyan banyak saya lontarkan kepada kepala desa dan warga dan ini juga yang membuat saya sangat segan karena kepala desa selalu menyiapkan minuman dan makanan saatdating untuk wawancara.

Setelah berbulan-bulan saya kembali lagi ke desa tersebut beberapa perubahan yang terlihat, yaitu tong sampah yang berada didepan rumah sebagian

(33)

ada yang rusak, “penyok”, dan berlubang. Tong sampah yang disediakan oleh pemerintah ternyata masih banyak warga yang tidak memilikinya. Beberapa masyarakat juga tinggal berkelompok memiliki satu tempat yang digunakan untuk membakar sampah.

Perkantoran yang sebelumnya saya lihat tidak begitu banyak sampah sekarang sudah banyak berubah. Tempat sampah yang dibuat untuk menjadi tempat sementara berubah berantakan, sampah berserakan sampai ke parit. Seperti tidak terurus dan begitu banyak rumput-rumput liar yang tidak rutin dipotong dan sekitarnya barserakan sampah plastik membuat daerah beberapa kantor terlihat kumuh.

21

(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Desa

Purba Dolok adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan yang berada di selatan Ibukota Kecamatan Doloksanggul. Desa ini diperkirakan telah ada sejak Tahun 1500-an dimana para nenek moyang berasal dari Tipang Bakara. Nenek Moyang yang pertama kali menginjakkan kakinya ke Purba Dolok bernama Tahi Raja dan keluarganya.

Kemudian mereka bermukim di Purba Dolok dan beliaulah yang disebut-sebut sebagai pendiri Purba Dolok pertama kalinya beserta anak-anaknya yang bernama Ompu Raja Ihutan, Ompung Raja Unggul, Ompu Raja Idolok, dan Ompu Habiaran. Konon, terbentuknya Purba Dolok itu di dahului dengan adanya perseteruan antara Purba dan Simanullang Toba yang disebut sebagai perang saudara yang terjadi sekitar Tahun 1600 dan berlangsung selama 1 tahun. Perang tersebut memperebutkan wilayah kekuasan. Perseteruan dengan Raja Simanullang Toba dalam memperebutkan wilayah sekitar 455 hektar, karena keinginan warga Purba yang kuat dan memiliki pasukan lebih banyak dibandingkan Simanullang Toba, maka Simanullang Toba pun menyerah dan wilayah dimaksud itu jatuh ke tangan rakyat Purba.

Setelah wilayah seluas 455 hektar tersebut dikuasai oleh Tahi Raja Purba lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman. Semua dikelola warga Purba dengan pola hidup gotong royong yang terjadi di dalam

(35)

tatanan sosial marga Purba. Meskipun lahan pertanian itu kembali kosong karena banyak masyarakat yang berdagang sehingga memilih untuk tidak mengolah lahan, dengan didapatkannya lahan setelah melakukan perang, namun kekuasaan atas tanah tersebut tetap dipegang secara turun temurun. Masyarakat pun berusaha membentuk suatu organisasi atau kelompok masyarakat berdasarkan garis keturunan. Setelah puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, keturunan kedua Tahi Raja Purba maka dibentuklah sebuah organisasi yang memiliki pemimpin yaitu sekitar tahun 1700, pada saat itu Ompung Raja Unggul berperan sangat kuat dan munculah ide untuk pembagian wilayah yang masih satu yaitu Purba dolok , Purba Manalu, Sosor Jabbatan dengan tokoh-tokoh berdasarkan garis keturunan marga yaitu Toga Purba, Toga Manalu dan Debata Raja, Sejak saat itu, atas kesepakata berpisahnya wilayah tersebut dipimpin Raja masing masing agar tidak terjadi peperangan lagi maka pemimpinlah yang mengatur semua daerah kekuasaan masing-masing

Pada tahun 1951 Desa Purba dibagi menjadi dua desa yaitu Desa Purba Dolok dan Desa Purba Toruan (sekarang Desa Purba Manalu). Kepala Desa Pertama adalah Paulus Purba tahun 1956-1986 dari Huta Lumban Gorat (sekarang Dusun III), yang ke-2 Mangandar Purba tahun 1986-1994 dari Huta Parbubu (sekarang Dusun I), yang ke-3 Tohap Purba tahun 1994-2002 dari Huta Sihumonong (sekarang Dusun II), yang ke-4 Lord Minto Simatupang tahun 2002- 2008 dari Huta Lumban Tumiar (sekarang Dusun III), yang ke-5 Rimson Eledon Purba tahun 2008-2014 dari Huta Sosor Julu, yang ke-6 Heber Posman M. Purba

23

(36)

tahun 2014-2019 sampai dengan sekarang dari Huta Sosor Tapia (sekarang Dusun III).

Penduduk Desa Purba Dolok pada umumnya hidup dari bertani dan beternak dengan kehidupan adat-istiadatnya masih kental. Penduduk asli Purba Dolok 95%

adalah Marga Purba. Disebut desa Purba Dolok karena masyarakatnya adalah Marga Purba dan berada pada dataran tinggi (dolok) , bisa kita lihat dari satu bukti sampai sekarang sumber air minum khusunya di kecamatan Doloksanggul adalah bersumber dari Desa Purba Dolok yang terletak di Lumban Sibabiat yang bisa mengalir deras secara daya grafitasi sehingga Desa Purba Dolok bisa disebut desa sumber air.

Desa Puba Dolok adalah desa lintasan menuju Kecamatan Sijama Polang.

Masyarakat desa Purba Dolok bisa digolongkan dengan desa yang cukup peduli dengan pendidikan, terbukti dengan adanya kerelaan orang tua (pendahulu) memberikan lahan yang sangat luas untuk mendirikan bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA dan SMK yang pertama di Kecamatan Doloksanggul) pada tahun 1976.

(37)

2.2 Letak Geografis 1. Letak dan Luas Desa

Gambar 1: Peta Desa Purba Dolok Sumber: Kantor Desa Purba Dolok

Desa Purba Dolok terbentuk dari 3 dusun, memiliki luas wilayah 525 Ha, dengan perincian sebagai berikut:

1. Dusun I seluas 160 Ha 2. Dusun II seluas 190 Ha 3. Dusun III seluas 175 Ha.

Desa Purba Dolok masuk dalam wilayah Kecematan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan berjarak  2 km arah Selatan dari kantor Camat

Doloksanggul, dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lumban Tobing - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sosor Tolong

25

(38)

- Sebelah Timur bebatasan dengan Desa Purba Manalu - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sihite I

Desa Purba Dolok berada pada ketinggian antara 1.300m diatas permukaan laut. Iklim dari Desa Purba Dolok memiliki suhu 22-28C, curah hujan di desa ini sekitar 2000-3000mm, kelembaban 26C dan kecepatan angin 0,5-5km/jam.

Pola pemukiman masyarakat Desa Purba Dolok adalah pola pemukiman menyebar karena mata pencaharian penduduk umumnya berupa petani, peternak, pedangan. pegawai pemerintahan, wiraswasta dan sebagainya. Penduduk yang tersebar juga membentuk unit-unit kecil. Unit-unit tersebut merupakan rumah- rumah yang mengelompok dan terbentuk karena mendekati fasilitas umum, adanya masalah keamanan, atau karena sikap masyarakat yang berjiwa sosial tinggi.

(39)

2.3 Komposisi Penduduk

2.3.1. Berdasarkan Kelompok Umur

Penduduk Penduduk

Umur Jumlah

Laki-laki Perempuan

(Tahun) Penduduk

(Jiwa) (Jiwa)

0-20 440 483 923

21-40 295 285 580

41-60 149 146 295

61-70+ 67 90 157

Jumlah 951 1004 1955

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di desa Purba Dolok kelompok umur masyarakat yang paling banyak ada di usia 0-20 tahun dan 21-40 tahun, kelompok usia yang paling banyak termasuk dalam kelompok usia produktif.

27

(40)

2.3.2. Berdasarkan Mata Pencaharian

No.

Uraian Jumlah

( KK)

1 Petani 384

2 Supir/Jasa Angkut 49

3 Tukang 15

4 Buruh Bangunan 30

5 Pedagang 15

6 Penjahit 2

7 Pegawai Swasta 65

8 Pegawai Negeri Sipil 63

9 Pensiun 35

10 TNI/Polri 2

11 Perangkat Desa 8

12 Perbengkelan 6

13 Industri Pengelolaan 1

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang dominan di desa Purba Dolok adalah petani, lalu disusul dengan pekerjaan swasta dan pegawai negeri sipil. Pekerjaan yang paling sedikit di desa Purba Dolok adalah penjahit dan industri pengelolaan. Mata pencaharian sebagai petani dalam hal ini adalah bercocok tanam di ladang dan di sawah serta berternak ayam, babi dan kerbau.

Suatu pengharapan utama masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraannya sering diungkapkan melalui umpasa1 yaitu “Sai Sinurma napinahan, gabe ma naniula” artinya, Kiranya ternak piaraan berkembang biak, hasil panen selalu meningkat.

1Umpasa=Pantun

(41)

2.3.3. Berdasarkan Agama dan Etnis

Agama

Jumlah

( Jiwa)

Kristen Protestan 2012

Kristen Katolik 70

Islam 45

Hindu -

Budha -

Khonghucu -

Etnis Jumlah

( KK)

Batak 433

Jawa 1

Nias 1

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

29

(42)

2.3.4. Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan Desa Purba Dolok sebagai berikut:

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Lulusan S-1 keatas 61 7,9

Lulusan SLTA 234 30,6

Lulusan SMP 223 29,2

Lulusan SD 158 20,7

Tidak Tamat SD/ tidak sekolah 87 11,4

Jumlah 763

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok didominasi oleh lulusan SLTA. Tradisi secara turun temurun dalam hal menyekolahkan anak cukup berakar dalam kehidupan masyarakat Desa Purba Dolok. Motto dari masyarakat adalah “Anakonhi do hamoraan di ahu, na ingkon do singkola satimbo-timbona, sintap ni na tolap gogoki” artinya, Anakku adalah aset kekayaan terbesar bagi saya, harus saya sekolahkan hingga jenjang pendidikan tertinggi sebatas kemampuan saya. Dengan motto ini maka para orang tua akan berjuang habis- habisan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2.4. Sarana dan Prasarana Desa 2.4.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang paling penting untuk memperoleh segala yang diinginkan manusia. Setiap orang pasti ingin memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, semua akan dikorbankan agar dapat bersekolah. Sama halnya di Desa Purba Dolok sarana pendidikan di desa ini sudah relatif memadai

(43)

karena memiliki 1 unit TK dan PAUD, 1 unit Sekolah Dasar (SD) 1 unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 1 unit Sekolah Menengah Atas (SMA). Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purba Dolok juga termasuk tinggi karena jarang sekali ada anak yang putus sekolah dan minimal menamatkan tingkat SMA, dan tidak jarang anak-anak desa yang melanjutkan kuliah di Kota Medan maupun di luar Pulau Sumatera.

2.4.2. Transportasi Darat

Desa Purba Dolok memiliki sarana transportasi darat yang cukup lengkap, berbagai kendaraan baik kendaran umum dan pribadi cukup banyak melewati desa ini, karena desa ini berada dekat dengan jalan lintas dari dan menuju Doloksanggul dari Kabupaten Humbang Hasundutan. Kendaraan Lintas seperti kendaraan pribadi yang digunakan sebagai kendaraan umum oleh desa lain, minibus ataupun bus lalu lalang melewati desa Purba Dolok. Banyaknya kendaraan yang melewati desa ini karena prasarana jalan sudah cukup memadai, jalan utama desa yang memiliki aspal mulus menjadi primadona supir bus yang melintasi desa ini, sehingga keadaan desa Purba Dolok menjadi salah satu desa yang cukup ramai. Jika dari Medan untuk sampai ke desa Purba Dolok bias melalui jalur dari Sidikalang menggunakan bus “Sampri”, jika diinginkan bisa diantar sampai depan rumah.

2.4.3. Air Bersih

Desa Purba Dolok memiliki sarana air bersih yang sudah cukup baik karena didukung oleh adanya sumber air yang dijaga kebersihannya, yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Air Bersih Dinas Perumahan dan Permukiman.

31

(44)

Berbeda dengan desa lain yang ada disekitar Desa Purba Dolok, Desa Purba Dolok sudah tidak memiliki MCK (Mandi Cuci Kakus) Umum karena semua rumah sudah memiliki kamar mandi pribadi masing. Dibanding desa lain yang masih memiliki MCK Umum yang merupakan tempat orang mandi dan buang air masyarakat desa, Desa Purba Dolok hanya memiliki tempat penampungan air bagi masyarakat desa tersebut jika air disetiap rumah mati, itulah manfaat dari tempat penampungan air tersebut.

2.4.4. Kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi setiap orang. Dengan tubuh yang sehat dan fresh akan dapat menstimulasi tubuh untuk lebih bersemangat melakukan segala kegiatan baik belajar maupun bekerja. Selaras dengan tingkat kesehatan yang baik, maka ada sarana kesehatan yang cukup baik pula, seperti puskesmas, klinik dan Rumah Sakit dan lain-lain.

Desa Purba Dolok merupakan desa yang memiliki penduduk dengan usia hidup yang tergolong baik. Hal ini ditandai dengan masih banyak orangtua yang berusia antara 70 – 100 tahun. Fasilitas kesehatan di Desa termasuk cukup lengkap, klinik dan Bidan Desa (Bindes). Pelayanan yang cukup baik disediakan pada Posyandu Purba Dolok karena tersedia 1(satu) orang Bidan Desa dan Mantri Kesehatan yang siap melayani pasien. Jarak Rumah Sakit Umum Doloksanggul ke Desa Purba Dolok cukup terjangkau, hanya berjarak 5 km sehingga memudahkan masyarakat memperoleh fasilitas kesehatan yang baik.

(45)

2.5. Potensi Sumber Daya Desa Purba Dolok

Sumber daya alam yang dapat dimanfaakan masyarakat desa Purba Dolok terdiri dari berbagai macam jenis baik ladang maupun sawah. Luas lahan pertanian desa purba dolok: Sawah 152 Ha, Darat 198 Ha, Lahan tidur 110 Ha dan sungai 1.5KM.

NO Jenis Komoditi Luas Lahan (Ha)

Jumlah Produksi

Perhektare (ton)

1 Padi 152 1.5

2 Kopi 15 0.5

3 Cabai 5 5

4 Sayur mayor 4 6

5 Jeruk 2 5

6 Ubi 7 9

7 Terong Belanda 2 1.5

8 Komoditi lain 11 -

Sumber : Kantor Desa Purba Dolok.

Tabel diatas menunjukan bahwa padi merupakan komoditi yang paling banyak ditanam oleh penduduk desa Purba Dolok atau dengan kata lain mayoritas penduduk desa berprofesi sebagai petani, terbukti dengan jumlah lahan sawah berjumlah 152 Ha, dan kopi juga merupakan penyumbang pemasukan bagi

33

(46)

penduduk dengan jumlah lahan 15 Ha dan disusul dengan komoditi lain seperti cabai 5 Ha, sayur mayur 4 Ha, jeruk 2 Ha, Ubi 7 Ha, terong belanda 2 Ha dll.

Penduduk desa Purba Dolok juga sangat banyak memelihara hewan ternak seperti babi, kerbau, lembu, ayam dan lain-lain. Berbeda dengan kampung lainnya, ternak babi di Desa Purba Dolok sudah teratur karena berada dikandang pemilik ternak. Jumlah ayam di desa Purba Dolok 2.000 ekor, dan kerbau 100 ekor dan babi 200 ekor, dan hanya ayam yang terkadang dibiarkan bebas. Dari peternakan ini ada juga permasalahan yang dialami peternak seperti pakan ternak babi yang susah didapatkan. Pakan babi biasanya seperti ubi busuk, daun ubi jalar, nasi sisa dan itu biasanya dilakukan 2-3 kali sehari.

2.6. Profil Informan 2.6.1 Heber P. Purba

Bapak Heber P. Purba merupakan Kepala Desa Purba Dolok yang ke-6, beliau merupakan warga dari Huta Sosortapian yaitu Dusun sering dipanggil oleh warga “ama Abet”. Bapak ini merupakan seorang petani dan pembuatan batu bata di belakang rumahnya. Semenjak 2014 beliau disibukkan dengan jabatannya sebagia Kepala Desa, menurut warga desa perubahan yang dilakukan Kepala Desa sangat terasa. Beliau memiliki 4 anak yang semuanya masih duduk dibangku Sddan SMA. Kepedulian Kepala Desa terhadap masyarakat sangat terasa, salah satunya jalan disebagian desa sudah mulai ada perbaikan dan kepala desa yang mau mendengar keluhan masyarakat. Pengadaan gotong royong setiap bulan di desa merupakan ajakan dari Kepala Desa yang bisa menumbuhkan sikap

(47)

kebersamaan antara masyarakat desa. Beliau jugalah informan pertama bagi peneliti.

Kemudian setelah peneliti mendapatkan informasi dari Bapak Kepala Desa peneliti bertanya dan meminta izin untuk memperbolehkan melakukan wawancara kepada warga Desa Purba Dolok, kemudian Bapak Kepala Desa meperbolehkan dan merokemendasikan keluarga yang bisa diwawancarai.

2.6.2 Edward Purba

Bapak Edward Purba yang berumur 53 tahun merupakan warga yang rumahnya tidak jauh dari SMA Negeri 1 Doloksanggul. Beliau bekerja sebagai petani dan pembuat gorong-gorong yang dipakai untuk membuat selokan. Bapak Edward Purba sering disebut “Ama Nova” merupakan salah satu pemilik penggilingan padi di Desa Purba Dolok. Beliau juga memiliki hewan ternak dan peliharaan. Setiap hari waktu Bapak Edward Purba lebih sering membuat gorong- gorong dari pada bertani, karena sudah ada istri dan pekerja yang dibayar untuk melakukannya. Keluarga Bapak Edward juga banyak mengasilkan sampah rumah tangga yang sebagian dibakar, dijadikan pupuk dan pakan ternak.

2.6.3 Omppung Lumban Gaol

Ompung Lumban Gaol merupakan wanita tua yang berumur 75 tahun ini peneliti temui didepan rumah sedang yang langsung menghadap ke jalan utama desa. Beliau ketika ditemui sedang menjemur kopi yang sudah digiling, kesehariannya yaitu seorang petani, suaminya sudah sejak lama meninggal dan beliau tinggal dengan anak dan menantunya.

35

(48)

2.6.4 Tumiar Simamora

Tumiar Simamora yang ber umur 55 merupakan ibu dari 4 anak, beliau merupakan tetangga Omppung Luman Gaol. Beliau merupakan seorang guru Sekolah Dasar di desa lain yang lumayan jauh dari rumahnya. Kesehariannya Ibu Tumiar tidak hanya mengajar tetapi beliau juga seorang petani sebagai tambahan.

Setiap pulang dari sekolah beliau menyempatkan diri ke ladang belakang rumah.

Ibu Tumiar juga memiliki anjing dan babi sebagai hewan ternak. Keseharian juga ibu Tumiar masak dan melayani anak dan suaminya

2.6.5 G Aritonang

Bapak G Aritonang yang berumur 40 tahun merupakan seorang kepala keluarga bagi istri dan ke-3 anaknya. Beliau merupakan seorang wirausaha dalam bidang jasa perbaikan mobil di depan rumah, sedangkan istrinya bekerja sebagai seorang perawat di salah satu rumah sakit di Doloksanggul dan terkadang beliau memberikan imunisasi di Desa Purba Dolok ketika ada Bulan Imunisasi Nasional. Pekerjaan mereka bukan hanya itu, bertani dan berternak juga menjadi salah satu mata pencaharian. Bagi keluarga ini masa depan sangat penting karena mereka mempunyai 3 anak yang masih kecil dan jika mereka semakin besar kebutuh dan biaya hidup semakin meningkat.

2.6.6 Marsel Purba

Marsel Purba merupakan anak berumur 13 tahun yang duduk dibangku kelas 8 SMP. Anak seumuran Marsel biasa sering bermain sehabis pulang sekolah, terkadang Marsel juga membantu orang tuanya di rumah lalu mengerjakan tugas dari sekolah.

(49)

2.6.7 Natasya Sihite

Natashya Sihite merupakan murid dari SMA Negeri 1 Doloksanggul yang duduk di kelas 11 IPS 2. Natasya tinggal di Pasar Doloksanggul, setiap hari pergi sekolah dengan menggunkan kendaraan umum.

2.6.8 Janius Sinaga

Janius Sinaga merupakan warga dari Huta Lumban Julu, umur beliau 45 tahun. Keluarga Bapak Janius Sianga tinggal di pemukiman yang berkelompok yang jauh dari jalan utama desa. Keberadan tempat sampah yang tudak merata membuat pak Janius dan tetangga-tetangganya membuang sampah berkelompok dan membakarnya.

2.6.9 Damai Purba

Damai Purba merupakan ibu dari 2 anak yang sedang merantau ke Jakarta.

Beliau berumur 60 tahun. Beliau memiliki mata pencaharian bertani, setiap hari beliau pergi ke ladang atau kebun.

2.6.10 Manogam S.P Pasaribu. SE,

Bapak Manogam merupakan Kepala Bidang Pelayanan Kebersihan dan Pengelolaan Sampah di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang Hasundutan. Beliau merupakan informan yang mejelaskan bagaimana pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah dan pengelolaan sampah seperti apa yang ada di Desa Purba Dolok.

37

(50)

BAB III

PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH MASYARAKAT DESA PURBA DOLOK

3.1 Karakteristik Sampah Masyarakat Desa Purba Dolok 3.1.1 Volume Sampah

Volume adalah perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Volume biasa disebut juga dengan kapasitas.

Volume hari ke 1 2 3 Rata-rata

(kg) (kg) (kg) (kg)

Sampah Organik 1,190 1,105 1,203 1,166

Sampah Anorganik 0,375 0.272 0,428 0,358

Sumber : Hasil Observasi Peneliti

Untuk volume sampah di desa Purba Dolok, peneliti menghitung berapa banyak kira-kira sampah yang dihasilkan (dalam satuan kilogram (Kg)) dari suatu kelompok rumah tangga dalam kurun waktu 3 hari. Dimana jumlah dari sampah organik masyarakat per hari sekitar 1,66 kg/KK da. Sampah organik yang dimaksud adalah sampah yang meliputi sisa-sisa makanan, buah-buahan, daun- daunan, kertas, tisu, dan lain-lain.

Sedangkan untuk volume sampah anorganik yaitu plastik, kaleng, kaca, besi, dan lain-lain. Perkiraan sampah anorganik tersebut dalam sehari yaitu 0,358 kg/hari. Dan hasil dari penambahan sampah organik dan sampah anorganik dalam

(51)

sehari yaitu 2,018 kg dan apabila dikalikan dengan 30 hari/sebulan menjadi 60,54kg.Perhitungan tersebut didapat dari hasil penimbangan sampah yang dilakukan disalah satu rumah warga desa Purba Dolok selama 3 hari yaitu rumah bapak kepala desa Purba Dolok.

Gambar 2 : Contoh sampah organik dalam rumah tangga, yaitu sampah bawang.

Sumber : Dokumentasi pribadi.

39

(52)

Gambar 3 : Contoh sampah anorganik dalam rumah tangga, yaitu sampah plastik.

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 4 : Salah satu sampah dari rumah tangga yaitu sampah sisa makanan yang telah di masak dan akan diberikan untuk ternak babi.

Sumber : Dokumentasi pribadi

(53)

Sampah sisa makanan memiliki wadah yang berbeda, tempat sisa cat tembok dibuat masyarakat sebagai wadah yang bentuknya seperti ember biasa berwarna putih, tinggi dan memiliki penutup. Wadah cat ini memiliki masa 15L, keluarga Pak Purba dan ibu Panjaitan setiap hari menghasilkan 1,5-2kg sisa makanan, wadah ini penuh dalam kurung waktu seminggu. Pak Purba memiliki 2 ekor babi yang memerlukan makanan sisa setiap hari sehingga tidak hanya menggunakan makanan sisa dari rumahnya saja tapi beliau mengambil sisa makanan dari rumah kerabatnya yang tidak jauh dari desa. Seminggu sekali anak Pak Purba mengambil sisa makanan dari ruamh kerabatnya yang terisi penuh satu wadah cat. Keluarga Pak purba biasa mengahasilkan kurang lebih 15 kg per minggu, sedangkan kerabatnya menghasilkan 20kg sisa makanan dalam satu minggu.

Pemisahan sampah makanan dilakukan setiap hari, biasa yang melakukannya adalah anggota keluarga yang sedang mencuci piring kotor.

Masyarakat hanya terbiasa memisahkan sisa makanan. Kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat yang memIliki hewan ternak maupun tidak. Banyak masyarakat yang dulunya memiliki hewan ternak dan sekarang tidak memilikinya masih tetap memisahkan makanan karena tetangga atau kerabat yang memiliki hewan ternak juga masih membutuhkannya. Hanya saja sampah yang lain tetap digabung seperti sampah kertas dan plastik dan dibuang ke tempat sampah atau membakarnya di belakang rumah.

41

Gambar

Gambar 1: Peta Desa Purba Dolok  Sumber: Kantor Desa Purba Dolok
Tabel  diatas  menunjukan  bahwa  padi  merupakan  komoditi  yang  paling  banyak ditanam oleh penduduk desa Purba Dolok atau dengan kata lain mayoritas  penduduk  desa  berprofesi  sebagai  petani,  terbukti  dengan  jumlah  lahan  sawah  berjumlah 152 Ha
Gambar 2 : Contoh sampah organik dalam rumah tangga, yaitu sampah bawang.
Gambar 3 : Contoh sampah anorganik dalam rumah tangga, yaitu sampah plastik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

2. Pemerintah Desa Paya Bagas dalam mengelola anggaran dana desa seharusnya lebih transparansi dalam penggunaan anggaran dana desa sehingga seluruh masyarakat desa

Teknik analisa yang digunakan bersifat deskriptif dengan tujuan memberi gambaran mengenai partisipasi masyarakat didalam pemilihan umum, baik itu melalui pemberian suara

14 Endik hidayat. Implementasi kebijakan dana desa untuk penanggulangan pandemi covid-19 di Sampang. Soetomo Communication and Humanities, Vol.1 No.3, hal.. akhirna kesimpulan

Hasil dari penelitian ini adalah peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria adalah sebagai katalisator di dalam

Skripsi ini berisi penelitian mengenai Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Publik (Studi Analisis Deskriptif Peran Televisi Dalam Pembentukan Opini Masyarakat

Selain dari pengetahuan petani, terjadinya variasi pola tanam juga dipengaruhi oleh “melambung” dan “merosotnya” harga kopi robusta dimasa lalu dan nilai yang terkandung dalam

Karena atas berkat dan kehendak-Nya, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “SESAJEN (Studi Deskripsi Mengenai Makna Sesajen pada Penganut Agama Hindu Etnis Karo di

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pengaruh komunikasi pembangunan lingkungan oleh Remaja Masjid Pencinta Alam (REMPALA) terhadap partisipasi masyarakat dalam membangun