• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik,

Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

Disusun Oleh : Rien Annisa Putri

120906050

Dosen Pembimbing : Warjio, MA,. Ph.D

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RIEN ANNISA PUTRI (120906050)

POLITIK PEMBANGUNAN SERIKAT PETANI INDONESIA BASIS SEI LITUR TASIK DALAM MEWUJUDKAN KAMPUNG REFORMA AGRARIA DI DESA SEI LITUR TASIK, KECAMATAN SAWIT SEBERANG, KABUPATEN LANGKAT

Rincian Isi Skripsi Terdiri dari, 82 halaman, 20 buku, 1 jurnal, dan 7 situs internet (kisaran buku dari tahun 1965-2015)

ABSTRAK

Penelitian ini meneliti tentang Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam mewujudkan kampung reforma agraria di desa sei litur tasik , kecamatan sawit seberang, kabupaten langkat. SPI Basis Sei Litur Tasik adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang termasuk dalam jenis aktor politik pembangunan yang terlibat dalam pembangunan.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sektor pertanian merupakan motor penggerak kemajuan dan perkembangan ekonomi. Tanah sebagai wadah pertanian merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, bukan saja karena fungsinya sebagai faktor produksi, tetapi juga implikasi fungsi sosialnya.

Serikat Petani Indonesia memiliki memiliki peran didalam mewujudkan pembaruan agraria,diantaranya Sebagai wadah untuk melakukan berbagai bentuk tekanan politik terhadap lembaga negara dan proses politik kenegaraan agar melaksanakan pembaruan agraria sejati. Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang Peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat.

Teori yang digunakan didalam pembangunan ini adalah teori politik pembangunan yang membahas tentang aktor politik pembangunan, dan konsep reforma agraria sebagai alat analisis penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria adalah sebagai katalisator di dalam masyarakat sei litur, perencana kebijakan di desa sei litur,penghubung masyarakat dengan SPI, pengelola laham kampong reforma agrarian, dan pembuat alat produksi.

Kata Kunci: Serikat Petani Indonesia, Aktor Politik Pembangunan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Politik Pembangunan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

RIEN ANNISA PUTRI (120906050)

POLITICAL DEVELOPMENT OF INDONESIAN PEASANT UNION BASE SEI LITUR TASIK IN REALIZING KAMPUNG REFORMA AGRARIA IN SEI LITUR TASIK VILLAGE, SAWIT SEBERANG SUB-DISTRICT, LANGKAT REGENCY

ABSTRACT

This research has reviewed the facts about Indonesian Peasant Union of Base Sei Litur Tasik in real agrarian reform village in sei litur village of tasik, sawit seberang sub- district, langkat district. The SPI base in Sei Litur Tasik is a non-governmental organization used in development.

The agricultural sector has an important role for the economy of a developing country like Indonesia. The agricultural sector is the motor of economic progress and development.

Land as a means of agriculture is one of the most important natural resources, not only because of its function as a factor of production, but also its social function implications.

The Indonesian Peasant Union has the functions of agrarian action, manifesting itself into various forms of social activities and the political process of statehood to exercise your true agrarian. At this time, the researchers held about the Role of Farmers Union of Indonesia Basic Sei Litur Tasik in Realizing Village Reform Agraria in Village Sei Litur Tasik, District Sawit Seberang, Langkat.

The theory that is a developing building is the theory of development politics, which discusses the development actors, and the concept of agrarian reform as a tool of analysis.

The result of this research is the role of Indonesian Peasant Union of Basis of Sei Litur Tasik in Realizing Kampung Reforma Agraria as a factor in society, village policy planner, community liaison with SPI, agrarian reform manager, and maker of production equipment.

Keywords: Indonesian Peasant Union, Political Development Actors, Non-Governmental Organizations, Political Development.

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Rien Annisa Putri NIM : 120906050

Judul : Politik Pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria Di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul :

Tempat :

Majelis Penguji Ketua

Nama ( )

NIP

Penguji Utama

Nama ( )

NIP

Penguji Tamu

Nama ( )

NIP

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Rien Annisa Putri NIM : 120906050

Judul : Politik Pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria Di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Warjio, MA. Ph.D Warjio, MA. Ph.D

NIP. 197408062006041003 NIP.197408062006041003

Mengetahui, Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ... ix

BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 7

I.3. Batasan Masalah ...7

I.4. Tujuan Penelitian... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

I.6. Kerangka Teori dan Konsep ...8

1.6.1.1. Aktor Politik Pembangunan... ...11

1.6.2. Reforma Agraria...15

1.7. Metodologi Penelitian... ...17

1.7.1. Jenis Penelitian...17

1.7.2. Lokasi Penelitian...18

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data... ...18

1.7.4 Teknik Analisa Data...19

1.8. Sistematika Penulisan...19

BAB II DESKRIPSI PROFIL 2.1. Profil Desa Sei Litur Tasik……...21

2.2. Serikat Petani Indonesia...24

2.2.1 Struktur Serikat Petani Indonesia...28

2.2.2 Tujuan Serikat Petani Indonesia...36

2.3. Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik...38

2.3.1.Struktur Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik………...…….39

2.4. Kampung Reforma Agraria ...39

BAB III PERAN SERIKAT PETANI INDONESIA BASIS SEI LITUR TASIK DALAM MEWUJUDKAN KAMPUNG REFORMA AGRARIA 3.1. Permasalahan Agraria di Indonesia...41

3.2.Permasalahan Agraria di Desa Sei Litur Tasik...46

3.3.Peranan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria...51

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... ...71

4.2. Saran...73

DAFTAR PUSTAKA... ...75

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan kepada saya untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Politik Pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria Di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat. Atas rahmat dan karuniaNya saya diberikan jalan untuk menyelesaikan skripsi dan meraih gelar Sarjana Ilmu Politik di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih sebesar-besarnya kepada orang yang paling saya cintai, kedua orang tua saya Ir. M. Rizal M.Si dan Ir. Endrifida yang tulus membimbing saya, dan selalu mendukung apapun pilihan yang saya ambil untuk menjadi sosok yang lebih baik. Saya meyakini apapun yang sudah saya capai sampai saat ini tak pernah lepas dari Doa orang tua.

Kepada abang kandung saya Pandu M. Haeqal S.T, juga adik-adik saya Arwa Tsabitah Azzahra, Sarah Rana Rizqah dan Soraya Ashillah Khairiniswa, walaupun terkadang masih terjadi pertengkaran kecil antar kakak beradik, namun percayalah bahwa kalian yang selalu ada mewarnai kehidupan saya dengan penuh sukacita.

Penulis juga ingin memberikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah banyak berkontribusi kepada penulis selama proses perkuliahan di Departemen Ilmu Politik FISIP USU, diantaranya:

1. Dekan FISIP USU, Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si.

2. Bapak Warjio, MA. Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU dan Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, pemikiran, dan meluangkan waktunya selama proses skripsi ini ditulis

3. Keluarga Besar Ilmu Politik USU terkhusus stambuk 2012. Terimakasih atas hal-hal luar biasa nya, semoga kelak diantara kita dapat memimpin dan memajukan Negeri ini.

4. Kak Ema dan Pak Burhan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi.

(8)

5. Keluarga Besar HmI Komisariat FISIP USU, terkhusus kepengurusan 2014-2015 dan 2015-2016, terimakasih atas wadah yang penuh dengan ilmu dan kekeluargaan dari orang-orang hebat yang berproses di dalamnya.

6. Unit Kegiatan Mahasiswa Teater ‘O’ USU, terkhusus Amy, Mira, dan Babang yang telah mengajarkan kepada penulis tentang kebersamaan, kebudayaan, maupun berjuang lewat seni.

7. Para Pemuda Peduli Kedaulatan Pangan, Sumatran Youth Food Movement (SYFM), Erick, Agung, Akbar, Fandy, Andri Mora, Rudi, Ricky, yang selalu konsisten dalam berjuang.

8. Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara dan Yayasan Sintesa, Ibu Zubaidah, Bang Wawan Lentera, Bang Jeanari, dan Bang Zulfi yang telah memberikan dukungan dan pembelajaran berharga kepada penulis.

9. Dewan Pengurus Basis Serikat Petani Indonesia Sei Litur Tasik, Pak Saenan dan Pak Suzasri yang telah membantu menulis untuk penelitan ini

10. Senior yang telah memberikan dukungan keilmuan maupun moral kepada penulis, Bang Afgan, Bang Fahri, Bang Bimby, terimakasih banyak.

11. Unit Kegiatan Mahasiswa Kendo USU, Senpai Andre, Senpai Setiaman, adikku Dhea Alzihan, dan Anisa Putri yang terus memberikan semangat dan keberanian kepada penulis.

12. OSIS XXI SMAN1 Medan, terimakasih atas pembelajaran selama SMA yang telah membawa pengaruh besar menghantarkan penulis untuk memilih Jurusan Ilmu Politik.

13. Orang-orang luar biasa didalam kehidupan penulis, teman-temanku Khairina Firdani, Maulida Ulfa, Novita Sari, Nurul Huda, Riyan Kurnia, Marlan Lase, Andry Anshari aceh, Haris Fadhil, Ricky Santoso, Fadhli Mahsan, Ananda Gema, Cia Fitrianis, Zultia Safitri, Fahrurrozi, Randa Tanadi, Rakib Wahyudi, Andry Wiranata, Indra Pandapotan, dan Khalifahmi. Tak lupa adikku Tara Arianto, Wincent, Daffa Riyad, Taufik, terimakasih banyak atas kebersamaannya.

14. Arthur Bintang, yang selalu berupaya meluangkan waktu, memberikan bantuan moral kepada penulis, tempat bertukar pikiran dengan cara yang berbeda namun berpengaruh besar dalam kehidupan penulis. Terimakasih banyak bang tur.

(9)

15. Sahabat bagai saudara, yang selalu setia didalam keadaan suka maupun duka, Della Ayu Monica dan Rodiah Marufah. Kebersamaan yang sudah berumur setengah dari umur penulis, bahkan lebih dari 12 tahun lamanya. Semoga kita menjadi orang yang lebih baik dan diberikan jalan terbaik olehNya.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih penulis kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 25 Juli 2018

Rien Annisa Putri

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RIEN ANNISA PUTRI (120906050)

POLITIK PEMBANGUNAN SERIKAT PETANI INDONESIA BASIS SEI LITUR TASIK DALAM MEWUJUDKAN KAMPUNG REFORMA AGRARIA DI DESA SEI LITUR TASIK, KECAMATAN SAWIT SEBERANG, KABUPATEN LANGKAT

Rincian Isi Skripsi Terdiri dari, 84 halaman, 20 buku, 1 jurnal, dan 7 situs internet (kisaran buku dari tahun 1965-2015)

ABSTRAK

Penelitian ini meneliti tentang Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam mewujudkan kampung reforma agraria di desa sei litur tasik , kecamatan sawit seberang, kabupaten langkat. SPI Basis Sei Litur Tasik adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang termasuk dalam jenis aktor politik pembangunan yang terlibat dalam pembangunan.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sektor pertanian merupakan motor penggerak kemajuan dan perkembangan ekonomi. Tanah sebagai wadah pertanian merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, bukan saja karena fungsinya sebagai faktor produksi, tetapi juga implikasi fungsi sosialnya.

Serikat Petani Indonesia memiliki memiliki peran didalam mewujudkan pembaruan agraria,diantaranya Sebagai wadah untuk melakukan berbagai bentuk tekanan politik terhadap lembaga negara dan proses politik kenegaraan agar melaksanakan pembaruan agraria sejati. Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang Peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat.

Teori yang digunakan didalam pembangunan ini adalah teori politik pembangunan yang membahas tentang aktor politik pembangunan, dan konsep reforma agraria sebagai alat analisis penelitian.

Hasil dari penelitian ini adalah peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria adalah sebagai katalisator di dalam masyarakat sei litur, perencana kebijakan di desa sei litur,penghubung masyarakat dengan SPI, pengelola laham kampong reforma agrarian, dan pembuat alat produksi.

Kata Kunci: Serikat Petani Indonesia, Aktor Politik Pembangunan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Politik Pembangunan

(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

RIEN ANNISA PUTRI (120906050)

POLITICAL DEVELOPMENT OF INDONESIAN PEASANT UNION BASE SEI LITUR TASIK IN REALIZING KAMPUNG REFORMA AGRARIA IN SEI LITUR TASIK VILLAGE, SAWIT SEBERANG SUB-DISTRICT, LANGKAT REGENCY

ABSTRACT

This research has reviewed the facts about Indonesian Peasant Union of Base Sei Litur Tasik in real agrarian reform village in sei litur village of tasik, sawit seberang sub- district, langkat district. The SPI base in Sei Litur Tasik is a non-governmental organization used in development.

The agricultural sector has an important role for the economy of a developing country like Indonesia. The agricultural sector is the motor of economic progress and development.

Land as a means of agriculture is one of the most important natural resources, not only because of its function as a factor of production, but also its social function implications.

The Indonesian Peasant Union has the functions of agrarian action, manifesting itself into various forms of social activities and the political process of statehood to exercise your true agrarian. At this time, the researchers held about the Role of Farmers Union of Indonesia Basic Sei Litur Tasik in Realizing Village Reform Agraria in Village Sei Litur Tasik, District Sawit Seberang, Langkat.

The theory that is a developing building is the theory of development politics, which discusses the development actors, and the concept of agrarian reform as a tool of analysis.

The result of this research is the role of Indonesian Peasant Union of Basis of Sei Litur Tasik in Realizing Kampung Reforma Agraria as a factor in society, village policy planner, community liaison with SPI, agrarian reform manager, and maker of production equipment.

Keywords: Indonesian Peasant Union, Political Development Actors, Non-Governmental Organizations, Political Development.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting bagi perekonomian negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Sektor pertanian merupakan motor penggerak kemajuan dan perkembangan ekonomi. Tanah sebagai wadah pertanian merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, bukan saja karena fungsinya sebagai faktor produksi, tetapi juga implikasi fungsi sosialnya. Dari tanahlah proses produksi dalam usaha pertanian dimulai dan dari tanah pula kesejahteraan petani berawal.

Masalah kepemilikan tanah pertanian, terutama dalam hubungan antara petani pemilik tanah dengan penggarap tanah menjadi masalah yang dihadapi oleh pemerintah saat ini.

Kenyataan menunjukkan bahwa pada satu pihak sebagian tanah dipunyai oleh beberapa orang saja (tuan-tuan tanah), sementara di pihak lain dijumpai adanya bagian-bagian tanah pertanian yang kecil yang dipunyai oleh sebagian besar orang (petani gurem).1

Masalah agraria dan pengelolaan sumber daya alam bangsa Indonesia secara umum pernah dirumuskan secara sederhana oleh elite pemerintahan nasional di zaman Reformasi melalui Ketetapan MPR RI No. IX/MPRRI/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, sebagai berikut:

(i) ketimpangan (terkonsentrasinya) penguasaan tanah dan sumber daya alam di tangan segelintir perusahaan,

(ii) (ii) konflik-konflik agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang meletus di sana-sini dan tidak ada penyelesaiannya, dan (iii) kerusakan ekologis yang parah dan membuat layanan alam tidak lagi dapat dinikmati rakyat

Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa hasil statistik tahun 2013 menunjukkan usaha pertanian di Indonesia didominasi oleh jenis usaha rumahtangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau jenis usaha pertanian lainnya, yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia hasil statistik 2013 tercatat sebanyak 26,14 juta rumah tangga, menurun sebesar 16,32 persen dari hasil Sensus Pertanian tahun 2003 yang tercatat sebanyak 31,23 juta rumah tangga.

1Muhammad Ilham Arisaputra. 2015. Reforma Agraria di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika) hal. 9

(13)

Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum hasil statistik tahun 2013 tercatat sebanyak 4.165 perusahaan dan jenis usaha pertanian lainnya sebanyak 5.922 unit.2

Konsentrasi penguasaan tanah, nilai tukar pertanian yang rendah, konversi tanah-tanah pertanian ke non-pertanian, perkembangan teknologi produksi, dan pertumbuhan penduduk miskin, telah membuat akibat yang nyata pada jumlah rumah tangga petani dan luas total pertanian rakyat. Data sensus pertanian 2013 menunjukkan rumah tangga pertanian di Indonesia mencapai 26,13 juta, yang berarti telah terjadi penurunan sebesar 5 juta rumah tangga pertanian, dibandingkan dengan hasil sensus pertanian 2003.3

Kehidupan petani tidak terlepas dari sejarah masyarakat petani yang telah berabad-abad dicengkram oleh sistem feodalisme (kerajaan). Feodalisme yang dimaksud adalah sistem ekonomi dimana raja, keluarganya dan para bangsawan serta penguasa daerah adalah tuan dan rakyat petani sebagai abdi. Alat produksi seperti tanah adalah milik raja dan para bangsawan, rakyat pun menjadi milik raja yang dapat dikerahkan tenaganya untuk kepentingan penguasa.4

Sistem ekonomi feodal yang berlangsung lama tergantikan menjadi sistem kolonialisme oleh Belanda sebagai penjajah, bentuk implikasi dari berkembangnya sistem kapitalisme.

Ekspansi wilayah oleh kaum kapitalis mengambil peranan penting. Disini mulai terjadi penguasaan tanah-tanah jajahan. Ketika kepentingan-kepentingan bangsa-bangsa kapitalis utama mulai berkembang, mulailah dijalankan sistem kolonial, yaitu penaklukan danpenguasaan rakyat bersama sumber daya ekonomi tanah jajahan sebagai bagian dari tujuan kekuasaan mereka.5

Pada tahun 1870, kolonial Belanda memberlakukan Undang-Undang Agraria sebagai awal dari zaman liberal dengan membuka kesempatan bagi para pemilik modal swasta untuk menanamkan modalnya dan mengusahakan tanaman perkebunan. Dampak buruk sistem liberal di masa kolonial terhadap kehidupan rakyat telah menimbulkan berbagai kecaman, bahkan dari para pakar bangsa Belanda , termasuk tokoh dari parlemen Belanda. Timbullah kebijakan baru yang dikenal sebagai Politik Etis, yang mencakup enam program, yaitu di bidang irigasi, reboisasi, transmigrasi (kolonialisasi), pendidikan, kesehatan, dan penkreditan.

2Laporan Hasil Sensus Pertanian. diakses dari https://www.bps.go.id , pada tanggal 31 oktober 2017

3 Noer Fauzi. Opcit. Hal. 6

4Noer Fauzi. 1999. Petani & Penguasa : DinamikaPerjalanan Politik Agraria Indonesia(Yogyakarta: Pusataka Pelajar) hal.

15

5Ibid.Hal. 19

(14)

Politik etis berfungsi untuk memperbaiki kesalahan dan mulai memperhatikan nasib rakyat, namun pada kenyataannya untuk kepentingan pabrik.6

Pada tanggal 17 agustus 1945 Indonesia merdeka dari penjajahtermasuk Jepang pada masa Perang Dunia ke-II,yang dinyatakan lewat proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia sebagai tanda terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu bangsa yang merdeka.

Proklamasi kemerdekaan dari segi yuridismerupakan saat tidak berlakunya hukum kolonial dan berlakunya hukum nasional. Sedangkan dari segi politis, proklamasi kemerdekaan mengandung arti bahwa bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing dan memiliki kedaulatan untuk menentukan nasibnya sendiri.

Proklamasi kemerdekaan RI mempunyai dua arti penting bagi penyusunan hukum agraria nasional. Pada tanggal 18 agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dipimpin oleh Soekarno mengadakan sidang, menghasilkan keputusan antara lain ditetapkannya Undang Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai konstitusi Negara Republik Indonesia.

UUD 1945 meletakkan dasar politik agraria nasional yang dimuat dalam pasal 33 ayat (3)-nya, yaitu “Bumi, Air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ketentuan ini bersifat imperatif, yaitu mengandung perintah kepada negara agar bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandng didalamnya, yang diletakkan dalam penguasaan negara itu dipergunakan untuk mewujudkan kemakmuranbagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, tujuan dari penguasaan oleh negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia.7

Upaya pemerintah Indonesia untuk membentuk Hukum Agraria Nasional berlangsung selama 12 tahun perubahan kepanitiaan dengan serangkaian proses yang cukup panjang, sampai pada tanggal 24 september 1960 Pemerintah berhasil membentuk Hukum Agraria Nasional, yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang lebh dikenal dengan sebutan Undan-Undang Pokok Agraria (UUPA).8

6Rambun Tjajo & Gunawan Wiradi, dll. 1998. Perlawanan Kaum Tani : Analisis Terhadap Gerakan Petani Indonesia Sepanjang Orde Baru (Medan: Yayasan Sintesa Kisaran &Serikat Petani Sumatera Utara) hal. 4

7 Urip Santoso S.H.MH.2005. Hukum Agraria & Hak-Hak Atas Tanah (Jakarta: Prenada Media) hal. 35

8Ibid.Hal 46

(15)

Kelahiran UUPA dimulai pada masa orde lama. Langkah awal yang diambil pemerintahan Soekarno untuk membumikan UUPA adalah melaksanakan landreform, gerakan yang sangat populer yang bertujuan mengubah struktur kepemilikan tanah dengan pemihakan kepada kaum jelata. Secara historis, Orde Lama telah menempatkan landreform sebagai kebijakan revolusioner dalam pembangunan. Syarat pokok untuk tata perekonomian adalah pembebasan berjuta-juta kaum tani dan rakyat pada umumnya dari pengaruh kolonialisme, imperialisme, feodalisme, dan kapitalisme dengan melaksanakan landreform menurut ketentuan hukum nasional Indonesia, sejalan dengan meetakkan dasar-dasar bagi industrialisasi, terutama industri dasar dan industri berat yang harus diusahakan dan dikuasai negara.9

Pergolakan politik pada tahun 1965 yang berujung pada pergantian pemerintahan kepada rezim orde baru Soeharto mulai pada tanggal 12 maret 1967 merubah kesepakatan- kesepakatan pengelolaan agraria dari zaman orde lama.

Selama pemerintahan orde baru, upaya merintis melalui UUPA tidak diakomodasikan sebagaimana mestinya. Pemerintahan orde baru sangat terpacu untuk mencapai kemajuan ekonomi secepat-cepatnya dan tanah sebagai alat pembangunan yang sentralistik sehingga menimbulkan berbagai konflik dengan masyarakat.

Sejak tahun 1978, gerakan politik mahasiswa pun telah ditumpas habis, sehingga basis politik kampus menjadi terobrak-abrik. Tingkat depolitisasi massa tidak hanya diterapkan ditingkat pedesaan saja, namun telah mencapai tingkat para intelekual. Penumpasan ini membuat rezim orde baru tetap berjalan tanpa ada hambatan.

Kelompok-kelompok mahasiswa pro-rakyat tetap mencoba bertahan dengan melakukan kegiatan-kegiatan diluar kampus, misalnya kelompok studi dan diskusi mahasiswa yang mengkaji persoalan kerakyatan, kemudian terjun ke pedesaan untuk membahas bersama petani tentang penindasan yang mereka alami. Kaum petani mendapat wawasan tentang apa yangharus dilakukan secara bersama-sama.

Aksi-aksi protes petani mulai memperoleh tempat didalam percaturan politik. Aksi ini diikuti oleh sejumlah aliansi petani dan mahasiswa dan kelompok tengah pro-rakyat dengan menuntut dihentikannya kesewenangan penguasa dan penindasan oleh penguasa terhadap kaum tani. 10

Penindasan yang terus menerus dialami masyarakat termasuk petani memicu gejolak untuk menentang rezim orde baru. Munculnya kelompok-kelompok petani dan organisasi-

9Elza Syarief. 2012. Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan (Jakarta: PT Gramedia) hal. 164

10Ibid. Hal.88

(16)

organisasi massa petani menjadi indikator resistensi terhadap penguasa, diantaranya termasuk Serikat Petani Indonesia.

Serikat Petani Indonesia(SPI) pada awalnya bernama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). Organisasi ini dideklarasikan tanggal 8 juli 1998 di Kampung Dolok Maraja, Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh sejumlah pejuang petani Indonesia. Kelahiran organisasi petani ini merupakan bagian dari perjalanan panjang perjuangan petani Indonesia untuk memperoleh kebebasan dalam menyuarakan pendapat, berkumpul dan berorganisasi guna memperjuangkan hak-haknya yang telah ditindas dan dihisap oleh rejim ord ebaru selama 33 tahun.11

Serikat Petani Indonesia sebagai organisasi massa tani merumuskan konsep reforma agraria sebagai suatu suatu upaya korektif untuk menata ulang struktur agraria yang timpang, yang memungkinkan eksploitasi manusia atas manusia, menuju tatanan baru dengan struktur yang bersendi kepada keadilan agraria. Keadilan agraria itu sendiri adalah suatu keadaan dimana tidak ada konsentrasi berlebihan dalam penguasaan dan pemanfaatan atas sumber- sumber agraria pada segelintir orang.

Upaya pelaksanaan pembaruan agraria dimulai dari dilaksanakannya program landreform, yaitu suatu upaya yang mencakup pemecahan dan penggabungan satuan-satuan usaha tani, dan perubahan skala pemilikan. Kemudian dilanjutkan dengan peningkatan kemampuan petani dengan berbagai program-program pendidikan, upaya penyediaan kredit, pemilikan teknologi pertanian, sistem perdagangan yang adil, dan mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi petani dan koperasi petani, serta infrastruktur lainnya.12

Serikat Petani Indonesia memiliki memiliki peran didalam mewujudkan pembaruan agraria,diantaranya Sebagai wadah untuk melakukan berbagai bentuk tekanan politik terhadap lembaga negara dan proses politik kenegaraan agar melaksanakan pembaruan agraria sejati.13Sebagai wadah untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan penerima hasil dari pembaruan agraria sejati.

Kampung reforma agraria merupakan implementasi dari konsep reforma agraria. Dari kampung reforma agraria ini petani mampu memproduksi dan menegakkan kedaulatan

11Tentang kami organisasi diunduh dari https://www.spi.or.id/tentang-kami/organsasi/pada 1 November 2017

12Pembaruan Agrariadiunduh dari https://www.spi.or.id/isu-utama/pembaruan-agraria/ diakses pada 1 November 2017 pukul 20:00 WIB

13Serikat Petani Indonesia. 2009. Dokumen Kongres III Serikat Petani Indonesia(Jakarta Selatan: Serikat Petani Indonesia.

Hal 8

(17)

pangan, serta membangun kehidupan masyarakat sekitarnya dengan mendirikan sekolah, pemukiman, hingga fasilitas umum.14

Pada tanggal 26 Januari 2015 telah diresmikan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kampung tersebut adalah sebuah bentuk nyata SPI dalam mewujudkan pembaruan agraria. Ketua SPI Basis Sei Litur Tasik, Sainan menyampaikan, sejak diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh Kepala Dinas Pertanian Sumut alm. M. Roem, kampong reforma agrarian sudah produktif menghasilkan ribuan ton pangan yang menopang kedaulatan pangan desa, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.15

Peresmian kampung reforma agraria adalah realisasi dari konsep reforma agraria Serikat Petani Indonesia. Sebagai sebuah organisasi massa petani, SPI terbukti melaksanakan konsep dan perannya dalam memperjuangkan kaum tani

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana politik pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam mewujudkan Kampung Reforma Agrariadi Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat?

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, perlu membuat pembatasan masalah untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian agar hasil penelitian tidak menyimpang dari tujuan awal penelitian yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang Peran Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

1.4. Tujuan Penelitian

14SPI SambutBaikHasilRapatTerbatasPresidenJokowitentangReformaAgraria (25 Agustus 2016) diunduh dari

https://www.spi.or.id/spi-sambut-baik-hasil-rapat-terbatas-presiden-jokowi-tentang-reforma-agraria/ pada 2 November 2017 pukul 03:00 WIB

15MengenalKampungReformaAgraria SPI di DesaSeiLitur, Langkat, Sumatera Utara ( 12 April 2016) diunduh darihttps://www.spi.or.id/mengintip-kampung-reforma-agraria-spi-di-desa-sei-litur-langkat-sumatera-utara/ pada 3 November 2017 pukul 04:00 WIB

(18)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur dalam mewujudkan kampung reforma agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tentang Politik Pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria di Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan masukan bagi masyarakat untuk mewujudkan reforma agraria

3. Secara pribadi, penelitian ini memberikan sangat banyak manfaat dan wawasan terhadap penulis dalam memahami peranan organisasi dalam mewujudkan reforma agraria.

1.6. Kerangka Teori dan Konsep

1.6.1 Teori Politik Pembangunan

Politik pembangunan adalah satu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan pembangunan. Kedua konsep tersebut, dalam beberapa kajian diperlakukan berbeda atau sendiri-sendiri. Walaupun kenyataannya sesungguhnya memiliki hubungan.16

Karya klasik Aristoteles, Politics: The Athenian Constitution, menggambarkan politik terkait erat dengan negara. Aristoteles menggambarkan negara adalah sebagai organisasi tubuh; lahir, tumbuh, dan berkembang kemudian mati. Negara diperlukan karena manusia saling membutuhkan. Dalam negara ada desa-desa dan terkecil adalah keluarga. Karena negara bersifat organis, maka manusia yang didalmnya hrus bertanggung jawab dan menjaga negara. Aristoteles menitik beratkan politik terhadap negara. Paradigma ini juga dibenarkan oleh Francis Fukuyama didalam karya terkenalnya The Origins of Political Order:From Prehuman Times to The French Revolution. Fukuyama melalui pendekatan sejarah, menjelaskan bahwa negara melalui pendekatan teori modernisasi telah membentuk analisis

16Warjio, Ph.D. 2016. Politik Pembangunan : Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi (Jakarta: Kencana) Hal 84

(19)

penting dalam politik. Sementara itu, Hoogerwerf mendefiniskan politik sebagai pertarungan kekuasaan. Hans Morgenthau juga mendefinisikan politik sebagai usaha mencari kekuasaan (struggle power). Andrew Heywood (2002) dalam karyanya Politics juga menjelaskan bahwa politik adalah seni memeritah, kepentingan publik, konsesus dan kompromi, serta kekuasaan.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Burns, Peltason, Cronin & Magleby (1998). Menurut pakar-pakar politik ini, politik adalah serangkaian proses yang dilakukan baik oleh individu dengan penekanan pada pemerintah dan didalamnya tertumpu pada proses kebijakan publik untuk mencapai tujuan.

Tidak dapat dipungkiri, peran pemerintah sangat besar dalam proses pembangunan.

Merujuk pada kenyataan seperti ini, pembangunan seringkali dihubungkan dengan nasionalisme, dan akhir-akhir ini dihubungkan dengan merujuk pada negara-negara yang sedang bangkit seperti Afrika, Asia dan Amerika Latin. Di negara-negara ini, dapat disaksikan satu “nasionalisme baru”, ia menjadi satu loyalitas politik umum dari satu kelompok yang berjuang untuk memperoleh kemandirian dan lingkungan kebangsaan.17

Todaro (1977) menjelaskan bahwa pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap- sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi, pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan materiel (termasuk bertambah besarnya keadilan kebebasan dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan-perubahan sosial total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individu atau keompok-kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara materiel maupun spiritual.18

Menurut Masoed (2003) pembangunan adalah sebuah proses politik yang menghadirkan banyak aktor satu sama lain saling memengaruhi untuk menguatkan posisi mereka dalam persaingankepentingan mereka. Terutama dalam kepentingan internasional akan menggunakan berbagai cara agar tetap eksis dan berpengaruh dalam mengamankan

17Warjio. Dilema Politik Pembangunan PKS, Islam dan Konvesional (Medan: Perdana Publishing) Hal. 82

18 Warjio. Opcit. Hal.92

(20)

kedudukan dan kepentingan aset mereja dalam pembangunan. Ian Chamers (1996) menjelaskan bahwa hegemoni negara dan mengembangkannya menjadi satu kekuatan dapat mengintervensi berbagai kebijakan untuk meraih tujuan-tujuan pembangunan.19

Politik pembangunan sebagai satu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya. Cara atau strategi tertentu ini dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik. Oleh demikian, sesungguhnya pembangunan pada nya adalah hasil dari proses politik baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan perang-perangkat lain seperti lembaga, partai politik atau bahkan kelompok masyarakat.20 Moeljarto menjelaskan bahwa politik pembangunan merupakan cara, arah, untu mencapai tujuan (dasar) pembangunan. Pandangan lain mengenai politik pembangunan dijelaskan oleh Zulfi Syarif Koto sebagai suatu cara atau strategi atau dasar an model yang dipilih pemerintah dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik berasaskan nilai-nilai yang dianut suatu negara tertentu pada kurun waktu tertentu. 21

Pada penelitian ini penulis mengambil teori politik pembangunan untuk membantu penulis menganalisis peran aktor politik pembangunan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik dalam Mewujudkan Kampung Reforma Agraria. Adanya aktor politik pembangunan menjadi bagian dari politik pembangunan, karena tanpa adanya aktor politik pembangunan, politik pembangunan tidak dapat dijalankan.

1.6.1.1. Aktor Politik Pembangunan

Aktor-aktor politik pembangunan menjadi bagian penting dari proses-proses politik pembangunan dalam rangka mencapai perubahan yang diinginkan. Pertama, perubahan- perubahan yang bersifat otonom karena masyarakat menginginkan adanya pergeseran kearah kondisi sosial atau taraf hidup yang lebih maju. Dengan kata lain,perubahan ini terjadi karena rakyat memang menghendakinya sebagai naluri yang wajar untuk mencapai derajat kemakmuran,keadilan, dan kesejahteraan yang lebih tinggi tinggi. Komponen perubahan yang kedua berasal dari para pemimpin negara, politisi, birokrat, teknokrat intelektual, atau birokrat yang menghendaki perubahan masyarakat ke arah pemajuan sesuai dengan yang mereka pahami dan cita-citakan. Maka tokoh-tokoh tersebut banyak terlibat didalam

19 Warjio. Opcit. Hal 100

20Warjio. Opcit. Hal 13

21Warjio. Opcit. Hal 106

(21)

perencanaan, pengambilan keputusan,implementasi dan evaluasi bahkan sampai pada usaha- usaha untuk membuat cetak biru pembangunan.22

Scramm dan Lerner telah merumuskan Aktor politik pembangunan yang terdri dari dua kelompok, yaitu;

1. Sekelompok kecil warga masyarakat yang merumuskan perencanaan dan berkewajiban dan menggerakkan masyarakat yang lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan, Pengertian merumuskan perencanaan itu tidak berarti bahwa ide- ide yang berkaitan dengan rumusan kegiatan dan cara mencapai tujuan hanya dilakukan sendiri oleh kelompok ini, akan tetapi mereka mereka sekedar merumuskan ide-ide atau aspirasi yang dikehendakii oleh seluruh warga masyarakat melalui suatu mekanisme yang telah didepakati. Sedang perencanan pembangunan di arus yang paling bawah, disalurkan melalui pertemuan kelompok ataupun permusyawaratan pada lembaga terbawah, secara formal dan informal.

2. Masyarakat luas yang berpartisipasi dalam prosesn pembangnan, baik dalam bentuk pemberian input (ide, biaya, tenaga, dan lain-lain), pelaksanaan kegiatan, pemantauan, dan pengawasan, serta pemantauan hasil-hasil pembangunan. Dalam kenyataan, pelaksanaan utama kegiatan pembangunan justru terdiri dari kelompok-kelompok ini; sedangkan kelompok “elite masyarakat” hanya berfungsi sebagai penerjemah “kebijakan dan perencana pembangunan” sekaligus mengorganisasi dan menggerakan partisipasi masyarakat.

Aktor dalam suatu sistem politik dapat berwujud perseorangan atau kelompk, baik kecil maupun besar dan tidak fokus pada gender tertentu yang kesemuanya menjalankan berbagai peranan. Aktor merupakan sumber kejayaan sekalligus keruntuhan bagaimana pembangunan dilakukan. Oleh karena itu, maju mundurnya pembangunan akan ditentukan bagaimana aktor berperan didalamnya. Tanpa aktor, pembangunan akan bergerak tanpa arah.23

Menurut Zulfi Syarif Koto, Politik pembangunan merupakan suatu cara atau strategi atau dasar dan model yang dipilih pemerintah dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih bak berasaskan nilai-nilai yang dianuut suatu negara tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.--> dimaknai sebagai political choice dan didalamnya mengandung strategi.

22 Opcit. Politik Pembangunan:paradoks, teori, dan ideologi. Hal 208

23Opcit. Politik Pembangunan:paradoks, teori, dan ideologi. Hal 210

(22)

Dengan demikian Warjio didalam buku Poitik Pembangunan: Paradoks, Teori, Aktor dan Ideologi, menyimpulkan bahwa politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu yang melibatkan banyak kelompok kepentingan. Sebagai aktor politik pembangunan. Menurut Havlok Nasution, peran politik pembangunan adalah :

1. Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan perubahan pembangunan.

2. Sebagai pemberi pemecahan permasalahan.

3. Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses pemecahan masalah dan penyebaran inovasi serta memberi petunjuk bagaimana:

a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan;

b. Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan c. Mendapatkan sumber-sumber yang relevan

d. Memilih atau memecahkan maslaah; dan

e. Menyesuaikan dan merencanakan pentahan penyelesaian masalah.

4. Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi24

Menurut Warjio. Aktot politik pembangunan dapat dikelompokkan dalam empat jenis aktor. Empat aktor itu, sebagai berikut:

1. Negara 2. Swasta

3. Masyarakat Sipil (LSM) 4. Individu.25

1.6.1.2. Lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai Aktor Politik Pembangunan

24Opcit. Politik Pembangunan:Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi. Hal.214

25Opcit. Politik Pembangunan:Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi. Hal.216

(23)

Kemunculan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), di seluruh dunia secara langsung sering dikaitkan dengan semakin berkurangnya leterlibatan negara dalam mensejahterakan rakyat dibawah kendali neo liberalisme. (Latief, 2010:xxi). Hilman Latief (2010) menjelaskan bahwa pembangunan masyarakat, pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk kaum miskin, perjuangan menumpas kemiskinan, kegiatan, kemanusiaan dan penabggulangan keadaan darurat di lokasibencanatelah menjadi keprihatinan dan perhatian LSM-LSM nasional dan internasional dibandingkan pemerintah. Kebanyakan LSM muncul di suatu negara tidak secara spontan melainkan didirikan karena adanya LSM-LSM intern

asional yang memerlukan partner ditingkat nasional melalui program-program internasional.

LSM memiliki banyak program, fungsi, dan peran yang membantu masyarakat untuk menjadi berdaya, dan akhirnya mencapai pembangunan berkelanjutan. Beberapa peran, fungsi, dan program LSM, seperti keuangan mikro, peningkatan kapasitas, dan kemandirian.

Program keuangan mikro meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan pekerjaan penciptaan dan peningkatan pendapatan. Dalam jangkapanjang, pemberdayaan ekonomi ini akan memberikan kontribusi untuk masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan. Melalui peningkatan kapasitas, LSM mengembangkan kapasitas masyarakat seperti kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan memobilisasi sumberdaya, perencanaan, dan evaluasi inisiasi masyarakat dan memecahkan masalah untuk mendapatkan penguasaan atas hidup mereka.

Hal ini memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek dan membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dengan cara ini, LSM berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat berkelanjutan.26

1.6.2 Reforma Agraria

Reforma Agraria adalah restrukturisasi (penataan ulang susunan kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agraria khususnya tanah). Tujuannya adalah untuk mengubah susunan masyarakat warisan stelselfeodalisme dan kolonialisme menjadi

26Opcit. Politik Pembangunan:Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi. Hal.230

(24)

susunan masyarakat yang adil dan merata.Secara etimologis reforma agraria berasal dari bahasa Spanyol, yang suatu upaya perubahan atau perombakan sosial yang dilakukan secara sadar, gunamentransformasikan struktur agraria ke arah sistem agraria yang lebih sehat dan merata bagi pengembangan pertanian dan kesejahteraan masyarakat desa.27

Istilah Pembaruan Agraria adalah terjemahan dari Agrarian Reform (sering disebut juga Reforma Agraria). Dalam pengertian yang terbatas dikenal sebagai Land Reform, dimana salah satu programnya yang banyak dikenal dalam hal redistribusi tanah (pembagian tanah).Meskipun dianggap identik, Reforma Agraria mempunyai maksud yang lebih luas dari sekedar pembagian tanah.28Agrarian Reform sebenarnya merupakan upaya perubahan atau perombakan sosial yang dilakukan secara sadar , guna mentransformasikan struktur agraria kearah sistem agrarian yang lebih sehat dan merata bagi pengembangan pertanian dan kesejahteraan masyarakat desa, sebagai upaya pembaruan sosial.

Konsep landreform berubah menjadi konseptualisasi baru yang lebih luas dan komprehensif, walaupun tetap berintikan redistribusi penguasaan tanah. Paket lengkap seperti itu diberi istilah Agrarian Reform, atau dalam bahasa Spanyol yang sekarang lebih populer, Reforma Agraria. Namun tetap, intinya adalah redistributive landreform. Hal itu telah direkomendasikan oleh PBB sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu. Namun jauh sebelumnya, di akhir abad ke-l9, atau tepatnya dalam dekade 1880-an, negara pertama di dunia yang sudah lebih dulu melakukan Reforma Agraria adalah Bulgaria, sebelum menjadi negara komunis.

(King, 1977). Sebagai suatu gagasan atau ide, yang kemudian diwujudkan dalam pelaksanaan suatu kebijakan, Reforma Agraria mengalami perubahan dan perkembangan, baik mengenai isinya, sifatnya, tujuannya, maupun mengenai konseptualisasinya secara ilmiah.29

Berdasar pengamatan berbagai pakar dari FAO yang melakukan studi tentang Reforma Agraria di berbagai negara di dunia, maupun pakar-pakar lain yang mengkaji di negara tertentu, diperoleh kesimpulan bahwa agar suatu program Reforma Agraria mempunyai peluang untuk berhasil, maka diperlukan sejumlah prasyarat yang harus dipenuhi. Empat prasyarat yang terpenting adalah: a. Kemauan politik (dalam artinya yang sungguh-sungguh) dari elit penguasa, harus ada.

b. Elit pemerintahan/birokrasi harus terpisah dari elit bisnis (ini sulit menciptakannya).

27 Gunawan Wiradi, Reformasi Agraria. 2000. PerjalananYang Belum Berakhir(Yogyakarta :INSIST Press) hal. 35

28Gunawan Wiradi & Bonnie Setiawan, dll. 2001.Prinsip-Prinsip Reforma Agraria : Jalan Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat(Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama) hal.23

29 .Opcit. PerjalananYang Belum Berakhir(Yogyakarta :INSIST Press) hal. 41

(25)

c. Partisipasi aktif dari semua kelompok sosial harus ada. Organisasi Rakyat/Tani yang pro- reform harus ada. d. Data-dasar masalah agraria yang lengkap dan teliti harus ada. (lihat Russel King, 1977; juga Yujiro Hayami, 1990).30

Frithjof Kuhnen menandai reforma agraria sebagai tindakan untuk mengatasi hambatan pembangunan yang timbul karena adanya kecacatan dalamstruktur agraria yang berlaku.31 Reforma agraria harus bermakna penataan ulangstruktur penguasaan tanah yang mencakup redistribusi tanah dan pembatasan(pencegahan) konsentrasi penguasaan tanah dan bahkan dapat pula di dalamnya terkandung aksi-aksi untuk menata ulang sistem bagi hasil dalam kegiatan pertanian.32

Pembaruan agraria merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang muncul dalam struktur agraria disetiap masyarakat, khususnya dalam mengantisipasi dan melengkapi peralihan agrarian, apakah itu kearah perkembangan sistem kapitalisme, atau kesistem sosialisme. Kedua sistem itu pada dasarnya memerlukan land reform.Karena itu setiap program dan agenda pembaruan agrarian selalu berbeda-beda di masing-masing negara menuruti perbedaan struktur agrarianya dan struktur politiknya. Meskipun demikian bisa disimak adanya beberapa persamaan mendasar mengenai apa yang disebut berbagai negara tersebut mengacu kepada logika pemerataan sumber daya.33

Sementara itu Agrarian Reform, sebagaimana yang biasa digunakan oleh PBB dipakai dalam pengertan yang luas, yaitu dalam mencapai tujuan pemerataan dan produksi yang lebih tinggi. Selain itu juga diterapkan bagi pemanfaatan tenaga kerja secara lebih baik dan sumbangan yang meningkat dari sektor pertanian terhadap upaya industrialisasi. Karena itu, Cohen mengartikan Agrarian Reform sebagai “berbagai upaya yang luas dari pemerintah yang mencakup berbagai macam kebijakan pembangunan” melalui cara-cara: peraturan redistribusi tanah, upaya-upaya menumbuhkan produktivitas, kredit kelembagaan, pajak pertanahan, peraturan mengenai penyakapan dan upah, serta pemindahan dan pembukaan tanah baru.

Berdasarkan hal tersebut, teori politik pembangunan, dan konsep reforma agrarian, akan dipergunakan dalam pembahasan penelitian ini. Teori dan konsep tersebut dipilih karena adanya peranan Serikat Petani Indonesia sebagai organisasi petani dalam mewujudkan kampung reforma agraria sebagai implementasi dari konsep tersebut.

1.7. Metodologi Penelitian

30.Opcit. Perjalanan Belum Berakhir. Hal. 115

31 Bernhard LimbongII. 2012. Reforma Agraria(Jakarta:Margaretha Pustaka) hal. 27

32Ibid.hal. 28

33Gunawan Wiradi & Bonnie Setiawan, dll.Opcit. hal. 30

(26)

1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang mengacu pada identifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karakteristik sekelompok manusia. Menurut Hadari Nawawi, metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, maupun masyarakat pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. 34

Penelitian deskriptif merupakan suatu carayang digunakan untuk memecahkan masalah pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada. Metode penelitian ini berdasarkan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati35 Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang, Kabupaten Langkat

1.7.3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data, keterangan, atau fakta-fakta yang diperlukan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melalui wawancara (interview).

Teknik pengumpulan data melalui wawancara adalah dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. Narasumber yang dibutuhkan didalam penelitian ini adalah Dewan Pengurus Basis Serikat Petani Indonesia Sei Litur Tasik

34 Hadari Nawawi. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial(Yogyakarta: Gajah Mada University). Hal 63

35Moleong,Lexy,J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif(Bandung: PT Remaja Rosdakarya). Hal. 3

(27)

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan mencari data dan informasi melalui buku-buku, internet, jurnal, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, penulis juga mencari informasi dan referensi tambahan melalui artikel-artikel dalam majalah, internet, koran dan sebagainya.

1.7.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data-data primer dan data-data sekunder. Analisa data kualitatif memberikan hasil penelitian untuk memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti danjuga menganalisis makna yang ada dibalik informasi data dan proses tersebut.

Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan data-data primer maupun sekunder yang selanjutnya akan ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

1.8. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini yang dimaksudkan agar dapat diperoleh suatu gambaran yang jelas dan terperinci, maka penelitian ini terdiri dari :

BAB I :PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : DESKRIPSI PROFIL

Deskripsi profil berisi tentang gambaran umum dari lokasi penelitian, sejarah, kampung reforma agraria , dan Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur Tasik

BAB III : PERANAN SERIKAT PETANI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN KAMPUNG REFORMA AGRARIA DI DESA SEI LITUR TASIK, KECAMATAN SAWIT SEBERANG, KABUPATEN LANGKAT

(28)

Dalam bab ketiga ini akan membahas peranan yang dilakukan oleh Serikat Petani Indonesia Basis Sei Litur dalam mewujudkan kampung reforma agraria di Desa Sei Litur Tasik, KecamatanSawitSeberang, Kabupaten Langkat. Serta mengeintrepetasikan dampak kampung reforma agraria sebagai implementasi konsep reforma agraria.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya, sebagai hasil keseluruhan penelitian yang penulis lakukan

(29)

BAB II

DESKRIPSI PROFIL

2.1. Profil Desa Sei Litur Tasik

Nama desa tersebut berasal dari kondisi masyarakat desa sei litur tasik yang sangat susah diatur, sehingga dinamakan sei litur. Penamaan desa berikan pasca Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang dan Belanda. Pada zaman kolonial Belanda, desa ini banyak ditanami tanaman karet dengan masyarakat sebagai budak yang bekerja tanpa upah layak.

Masyarakat desa sei litur menjadi korban penindasan oleh Belanda, terlebih saat agresi militer Belanda, membuat masyarakat meninggalkan desa sei litur sebagai upaya membebaskan dari perbudakan dan kekejaman Belanda. Pada tahun 1945 Indonesia merdeka dari penjajahan, sehingga masyarakat bisa kembali menempati tempat tinggalnya di desa Sei Litur Tasik. Peninggalan Belanda seperti pabrik banyak dimusnahkan, tanah yang sebelumnya banyak ditanam tumbuhan karet diganti dengan tanaman yang dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat desa sei litur seperti palawija.

Peta Sei Litur Tasik

Sumber: Kantor Kepala Desa Sei Litur Tasik

Desa Sei Litur Tasik berbatasan dengan 4 desa:

- Sebelah Utara : Desa Alur Melati ,Kec.Sawit Seberang - Sebelah Selatan : Desa Sukaramai, Desa Sei Bamban

(30)

- Sebelah Timur : Desa Mekar Sawit, Kec Sawit Seberang - Sebelah Barat : Desa Sei Serdang, Kec.Batang Serangan

Desa Sei Litur Tasik, Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat memiliki Luas Area 3.584 ha, Jumlah Penduduk 5.310 jiwa, Jumlah Kepala Keluarga 1.636, dan Jumlah Rumah Penduduk 1.158 Rumah. Desa Seilitur Tasik merupakan salah satu desa di kecamatan sawit seberang kabupaten langkat, yang letaknya kira-kira 10 km dari ibukota kecamatan.

Desa Seilitur Tasik merupakan daerah pemukiman masyarakat yang sudah cukup lama menetap , dan mayoritas penduduk di Desa Seilitur Tasik suku Jawa. Wilayah ini dipimpin oleh Kepala Desa yang mempunyai sekretaris, bendahara, dan 4 kepala Kaur. Didalam struktur pemeirntahan desa terdapat 2 lembaga, yaitu BPD (Badan Pemusyawaratan Desa), LPMD (Lembaga Pemusyawaratan Masyarakat Desa). Didalam wilayah ini terjadi pemekaran menjadi 8 dusun, setiap dusun dikepalai oleh Kepala Dusun.

(31)

2.2 Serikat Petani Indonesia

(32)

Serikat Petani Indonesia (SPI) pada awalnya bernama Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). Organisasi ini dideklarasikan tanggal 8 juli 1998 di Kampung Dolok Maraja, Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh sejumlah pejuang petani Indonesia. Kelahiran organisasi petani ini merupakan bagian dari perjalanan panjang perjuangan petani Indonesia untuk memperoleh kebebasan dalam menyuarakan pendapat, berkumpul dan berorganisasi guna memperjuangkan hak-haknya yang telah ditindas dan dihisap oleh rejim orde baru selama 33 tahun.

Secara historis, SPI (atau sebelumnya SPSU) dibentuk oleh Lembaga Swadaya Masyarakat yang bernama Sintesa. Siintesa merupakan kelompok diskusi yang di bentuk oleh beberapa orang mahasiswa. Kata sintesa sendiri awalnya berasal dari 3 (tiga) kata, yaitu:

tesis, anti tesi dan sintesis. Kelompok ini tidak secara khusus membatasi kajian-kajian di bidang pertanian saja, melainkan di bidang lainnya, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah dan lain-lain.

SPI merupakan organisasi gerakan petani kecil, buruh tani, masyarakat petani dan muda-mudi yang berkeinginan kuat menjadi petani. Sebagai organisasi gerakan petani, SPI aktif memperjuangkan isu-isu yang dianggap representative oleh para petani yaitu seperti pembaharuan agraria, Hak asasi petani, kedaulatan petani, keanekaragaman serta perlawanan terhadap neoliberalisme. SPSU dideklarasikan pada 3 Juni 1994 di Pesantren KH Ahmad Basyir, Desa Parsariran, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pertemuan deklarasi tersebut diikuti oleh 53 peserta yakni, 30 petani dari 6 Kabupaten (Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapaanuli Utara, Asahan, Labuhan Batu dan Deli Serdang), 5 orang mahasiswa, dan aktifis LSM sekaligus fasilitator dan moderator sebanyak 15 orang.

Kongres pertama dilaksanakan pada September 1997, di Desa Lobu Rappa, Kecamatan Bandar Pulo, Kabupaten Asahan. Kongres kedua dilaksanakan pada tahun 2000, Kongres ketiga pada Maret 2004, di Lobu Rappa, Bandar Pulo, Asahan, Dan pada akhir November 2007 yang lalu telah dilaksanakan Kongres ke-IV SPSU. SPSU merupakan pendiri dan anggota Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI). FSPI dideklarasikan pada tanggal 8 Juli 1998 di Dolok Maraja, Desa Lobu Ropa, Kecamatan Bandar pulo, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara oleh beberapa organisasi petani di Indonesia. Saat deklarasi diadakan, dibentuk badan pelaksana sementara yang bertugas mengonsolidasikan kekuatan-kekuatan perjuangan petani Indonesia untuk menjadi anggota FSPI. Badan ini juga bertanggung jawab dalam hal untuk melaksanakan kongres pertama. akan tetapi pada kongres kedua yang dilakukan di

(33)

Malang, Jawa timur kedudukan kantor pusat FSPI dipindahkan ke Ibu kota Jakarta. Pada Kongres ke-III FSPI, di Wonosobo Desember 2007 yang lalu, bentuk organisasi berubah format dari federatif menjadi unitaris. Perubahan format organisasi tersebut di sepakati dan diterima oleh 10 Serikat Anggotanya, Salah satunya adalah SPSU sendiri. Kesepuluh serikat tersebut yakni ; SPSU, SPSB, PERTAJAM, SPSS, SPL, SPB, SPJT, SP-Jatim, Serta NTB dan Serikat Petani Kabupaten Sikka (SPKS).

Pada Tanggal 22-25 Februari 1999 kongres pertama FSPI diselenggarakan di Medan, Sumatera Utara. Kongres pertama ini juga menetapkan kepengurusan FSPI yang berkantor pusat di Medan dan juga membuka kantor perwakilan di Jakarta, Pada saat deklarasi, dibentuk Badan Pelaksana Sementara yang bertugas mengkonsolidasikan kekuatan-kekuatan perjuangan petani di Indonesia, untuk menjadi anggota FSPI dan melaksanakan kongres pertama. Pada tanggal 22-25 Februari 1999 kongres pertama FSPI berhasil digelar di Medan, Sumatera Utara. Kongres pertama menghasilkan kepengurusan FSPI yang berkantor pusat di Medan, Sumatera Utara. Selain itu, FSPI juga membuka kantor perwakilan di ibukota negara, Jakarta. Kemudian, pada tanggal 28 Februari tahun 2003 FSPI melaksanakan kongres kedua di Malang, Jawa Timur. Dalam kongres tersebut ditetapkan bahwa kedudukan sekretariat FSPI dipindahkan dari Medan ke Jakarta. Seiring dengan perkembangan jaman, tantangan yang dihadapi organisasi perjuangan kaum tani semakin besar. Kekuatan kapitalis neoliberal semakin meminggirkan rakyat dan kaum tani, sehingga timbul kesadaran untuk mengkonsolidasikan kembali gerakan petani. Dalam kondisi seperti itu, muncul keinginan untuk mengubah bentuk dan struktur organisasi dari yang semula berwatak federatif menjadi organisasi kesatuan. Perubahan bentuk organisasi dari federatif menjadi kesatuan secara resmi terwujud pada Kongres III FSPI yang diadakan pada tanggal 2-5 Desember di Pondok Pesantren Al Mubarrak Manggisan, Wonosobo, Jawa Tengah. Pada saat itu, 10 serikat petani anggota FSPI mendeklarasikan diri untuk melebur kedalam organisasi kesatuan yang bernama Serikat Petani Indonesia (SPI).

Ada beberapa perubahan dalam tubuh organisasi setelah berubahnya format organisasi

dari federasi menjadi unitaris. Adapun perubahan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Organisasi dari nasional (DPP) hingga ketingkat desa/dusun (basis) memiliki satu Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), sehingga memiliki nama, simbol, dan perangkat organisasi yang seragam dan sama.

(34)

b. Hubungan antar tingkat organisasi dari tingkat nasional hingga tingkat basis bersifat garis komando yang berarti kebijakan dan kontrol organisasi mengikat kuat terhadap pengurus dibawahnya dan seluruh anggotanya.

c. Keanggotan Serikat Petani Indonesia bukanlah organisasi-organisasi tani melainkan adalah orang perorang. Kegiatan dari tingkatan nasional hingga basis saling terkait dan memiliki arah yang sama dalam memperbesar gerak dalam mencapai tujun organisasi.

d. Memiliki sistem dan jenjang perkaderan/pendidikan yang seragam secara nasional am satu kesatuan.

Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani Indonesia Sumatera Utara merupakan salah satu dari beberapa Dewan Perwakilan Wilayah Serikat Petani Indonesia yang berkedudukan di Provinsi Sumatera Utara dan bertempat di Kota Medan sebagai pusat koordinasi untuk segala aktivitas organisasi. Perlu diketahui, sebelum melebur kedalam Serikat Petani Indonesia, DPW SPI Wilayah Sumatera Utara merupakan anggota FSPI dengan nama organisasi Serikat Petani Sumatera Utara (SPSU). Sebagai penggagas berdirinya Federasi Serikat Petani Indonesia, Serikat Petani Sumatera Utara juga menjadi motor penggerak dari beberapa organisasi perjuangan petani yang menyebar di wilayah Republik Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa serta Nusa Tenggara Barat untuk meleburkan diri menjadi Serikat Petani Indonesia yang telah berbentuk unitaris sebagai upaya untuk penguatan organisasi dan pengkonsolidasian organisasi perjuangan tani di seluruh Indonesia.

Adapun agenda perjuangan di SPI adalah :

a. Pembaruan agraria adalah penataan kembali struktur penguasaan sumber-sumber k tanah, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya. SPI sebagai organisasi tani terus-menerus memperjuangkan pembaruan agraria dengan prinsip tanah untuk rakyat, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 dan Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960.

b. Kedaulatan pangan adalah hak rakyat, komunitas dan negara untuk mengatur pertanian dan pangannya. Kedaulatan pangan mengatur produksi dan konsumsi pertanian yang berorientasi kepada kepentingan lokal dan nasional, bukan pasar global. Oleh karena itu, petani kecil dan buruh tani harus diberikan akses terhadap tanah, air, benih dan sumber- sumber agraria lainnya.

c. Hak asasi petani, Hingga saat ini kekerasan terhadap petani masih kerap ditemukan, terutama di wilayah yang mengalami konflik agraria. Hak-hak petani seringkali diinjak-injak

(35)

ketika berhadapan dengan kepentingan perusahaan perkebunan ataupun pemodal. Oleh karena itu SPI berjuang untuk mengangkat hak dan martabat kaum tani dengan menegakkan Hak Asasi Petani (HAP). Tingkat internasional SPI mendesak untuk di Adopsinya sebuah konvenan Hak Asasi Petani oleh PBB

d. Pertanian Berkelanjutan Berbasiskan Keluarga SPI mempromosikan model anjutan keluarga dan mengakomodasi kebudayaan lokal. Pertanian berkelanjutan merupakan cara bertani dengan input luar yang rendah, petani tidak tergantung pupuk, obat-obatan dan benih yang diproduksi oleh pabrik-pabrik besar.

e. Perlawanan Terhadap Neoliberalisme Kebijakan pasar bebas yang diusung oleh kaum neoliberal telah meminggirkan petani dan rakyat kecil. Neoliberal memaksakan kehendaknya terhadap negara-negera lemah melalui berbagai cara, salah satunya melalui tangan-tangan lembaga : WTO, Bank Dunia, IMF, ADB dan lainnya melalui kebijakan-kebijakan.

2.2.1 Struktur Serikat Petani Indonesia

Berikut ini merupakan stuktur organisasi Serikat Petani Indonesia (SPI) mulai dari tingkatan pusat kepada tingkat basis;

Berdasarkan Anggaran Rumah Tangga SPI, terdapat kewenangan dan kewajiban setiap tingkatan hierarki;

Referensi

Dokumen terkait

 Mendiskusikan informasi yang diperolah dari berbagai sumber tentang dampak persatuan dan kesatuan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dengan kerja sama dan percaya diri.

[r]

[r]

[r]

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

operasional pada penelitian ini yaitu tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and Communication Technology)1. Tingkat penggunaan pembelajaran ICT (Information and

Laporan tugas akhir ini dibuat sebagai penjelasan kinerja penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir di Biro Teknologi Dan Sistem Informasi (BTSI), Universitas

Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan adalah bahan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi