• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGAWASI PENGELOLAAN ANGGARAN DANA DESA ( Studi Kasus : Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi,

Kabupaten Serdang Bedagai )

MUHAMMAD RIDHO PRATAMA 140906012

Dosen Pembimbing : Indra Fauzan, SHI., M.Soc.Sc. Ph.D

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Ridho Pratama

NIM : 140906012

Program studi : Ilmu Politik

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk Skripsi dengan Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa ( Studi Kasus : Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji.

3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan yang berlaku di perguruan tinggi.

Medan, 29 Desember 2021

Muhammad Ridho Pratama

NIM : 140906012

(3)

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

MUHAMMAD RIDHO PRATAMA (140906012)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGAWASI PENGELOLAAN ANGGARAN DANA DESA ( STUDI KASUS DI DESA PAYA BAGAS KECAMATAN TEBING TINGGI, KABUPATEN SERDANG BEDAGAI) Rincian isi Skripsi, 107 halaman, 7 tabel, 8 gambar, 10 buku, 6 situs internet, serta 5 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1981-2011)

ABSTRAK

Lahirnya Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa telah membuka peluang bagi desa untuk menjadi mandiri dan otonom. Pengesahan atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa berkah bagi desa – desa di seluruh Indonesia. Partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan anggaran dana desa merupakan hal yang penting dalam suatu pemerintahan desa dan harus terlibat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi., karena agar tidak terjadi nya penyelewengan terhadap sebuah anggaran dan dalam proses pelaksanaan masyarakat desalah yang mengetahui apa yang dibutuhkan desa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang suatu gejala yang ada, menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dan data lainnya dikumpulkan melalui literatur-literatur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian ini di lakukan di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai.

(4)

iii

Hasil penelitian ini dalam implementasinya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Paya Bagas selama ini telah berjalan dengan baik, walaupun pelaksanaannya belum semuanya optimal. Pengawasan anggaran dana desa dikatakan telah berjalan dengan baik dapat ditinjau dari lapangan yang mempunyai bukti nyata yaitu ketika masyarakat secara aktif ikut berpartisipasi dalam setiap proses yang dilakukan.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pengelolaan Anggaran Dana Desa

(5)

iv UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE PROGRAM OF STUDY POLITICAL SCIENCE

MUHAMMAD RIDHO PRATAMA (140906012)

COMMUNITY PARTICIPATION IN SUPERVISING VILLAGE BUDGET MANAGEMENT (CASE STUDY IN PAYA BAGAS VILLAGE, TEBING HIGH DISTRICT, SERDANG BEDAGAI REGENCY).

Details of the contents of Thesis, 107 pages, 7 tables, 8 pictures, 10 books, internet sites, and 5 interviews. (Book range from 1981-2011)

ABSTRACT

The enactment of Law Number 6 of 2014 concerning villages has opened up opportunities for villages to become independent and autonomous. The ratification of Law Number 6 of 2014 concerning Villages has brought blessings to villages throughout Indonesia. Community participation in the process of overseeing the village fund budget is important in a village government and must be involved from planning, implementation, to the evaluation stage, because so that there is no deviation from a budget and in the implementation process the village community knows what to do. village needed.

The method used in this research is descriptive qualitative research, which is research that aims to collect information about an existing symptom, according to what it was at the time the research was conducted. Data collection techniques used the method of observation, interviews and documentation and other data were collected through the literature and articles relevant to this research. This research was conducted in Paya Bagas Village, Tebing Tinggi District, Serdang Bedagai Regency.

The results of this study in its implementation indicate that community

(6)

v

participation in Paya Bagas Village so far has been going well, although the implementation has not been optimal. Supervision of the village fund budget is said to have gone well, it can be seen from the field that has real evidence, namely when the community actively participates in every process carried out.

Keywords: Community Participation, Village Fund Budget Management

(7)

vi

(8)

vii

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Swt. atas segala nikmat, rahmat, hidayah, anugerah, dan karunia-Nya yang telah memberikan penulis kekuatan, kesehatan, kesempatan, kemudahan dan petunjuk untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tahun akademik 2021/2022.

Selain untuk menyelesaikan pendidikan, penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan pola pikir, pengetahuan, sikap, dan wawasan penulis di lingkungan politik nasional.Skripsi ini berisikan hasil analisis mengenai

“Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa ( Studi Kasus : Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai )”.

Terima kasih kepada kedua orang tua penulis tercinta, Bapak Arifin dan Ibu Tuti Arwati, kasih saying dan cinta, doa, serta dukungan moril dan materil yang diberikan selalu menjadi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan umur yang panjang kepada kedua orang tua penulis, agar kelak penulis bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan, semangat, maupun pengertian dan perhatian. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hendra Harahap M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(10)

ix

2. Bapak Indra Fauzan, S.HI., M.Soc.Sc. Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Adil Arifin M.A selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen dan Staff Pengajar Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat.

5. Pak Burhan dan Bang Amrizal yang selalu berbaik hati ,tulus, ikhlas membantu dalam segala urusan administrasi.

6. Seluruh pegawai di FISIP USU, terima kasih untuk bantuan dan kemudahan yang diterima oleh peneliti selama perkuliahan.

7. Ibu Wika Yunara S.Sos selaku sekretaris Desa Paya Bagas dan merupakan narasumber dalam penelitian ini dan telah memberikan kemudahan dalam mengumpulkan informasi dan data.

8. Bapak Ramli selaku tokoh masyarakat di Desa Paya Bagas dan merupakan narasumber dalam penelitian ini dan telah memberi nasehat kepada penulis untuk tetap istiqomah.

9. Bapak Lili Suheri selaku Ketua BPD Desa Paya Bagas dan merupakan narasumber dalam penelitian ini.

10. Bapak Heru S.E selaku kepala dusun X di Desa Paya Bagas dan merupakan narasumber dalam penelitian ini.

11. Bapak Suhedi sebagai perwakilan masyarakat yang menjadi narasumber dalam penelitian ini.

12. Fina Audina Hasibuan tercinta sebagai calon istri dan Keluarga yang selalu menyemangati dan tidak berhenti mengingatkan tentang kesempatan hidup.

13. Teman saya terkhusus, Sonang Tampubolon, Sambi Faradolin, Mariani Simbolon yang selalu berjuang Bersama-sama, susah senang bersama.

(11)

x

14. Teman – Teman Ilmu Politik 2014 lainnya yang menjadi teman seperjuangan affiah rizky, wulan simangungsong, fikri hasibuan, andi, nugrah ferdino, bang heri, tommy, Jhon Garcia dan lain – lain.

15. Seluruh teman-teman saya di Kampus Fisip USU Jurusan Ilmu Politik 2014.

16. Seluruh pihak terkait dan teman-teman yang tidak disebutkan satu persatu yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan.

17. Semua orang yang selalu menanyakan kepada saya kapan tamat dan kapan wisudanya.

Demikianlah skripsi ini ditulis, semoga skripsi ini berguna bagi yang membutuhkan dan dapat menjadi gambaran dan masukan untuk perbaikan kebijakan. Peneliti berharap kritik dan masukan yang membangun dari pihak- pihak yang membaca untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Terima kasih.

Medan, 29 Desember 2021

Muhammad Ridho Pratama

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iv

Halaman Pengesahan ... vi

Halaman Persetujuan ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ...10

1.3. Batasan Masalah ...11

1.4. Tujuan Penelitian ...11

1.5. Manfaat Penelitian ...11

1.6. Kerangka Teori ...12

1.6.1. Pengertian Partisipasi Politik ... 12

1.6.1.1. Landasan Partisipasi Politik ... 14

1.6.1.2. Bentuk – Bentuk Partisipasi Politik ... 15

1.6.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik ... 16

1.6.2. Teori Pengawasan ... 18

1.6.2.1. Tujuan Pengawasan ... 19

1.6.2.1. Tipe- Tipe Pengawasan ... 21

(13)

xii

1.6.3. Pemerintahan Desa ………...22

1.6.3.1. Unsur - Unsur Desa ……….23

1.6.3.2. Masyarakat Desa ……….23

1.6.3.3. Keuangan Desa……….24

1.6.3.4. Aset Desa………..25

1.6.3.5. Sumber Dana Desa ………..26

1.6.3.6. Tujuan Dana Desa………27

1.6.3.7. Prinsip Penggunaan Dana Desa ………..28

1.6.3.8. Prioritas Penggunaan Dana Desa ………29

1.7. Metodologi Penelitian ...30

1.7.1. Metode penelitian ...30

1.7.2. Jenis Penelitian ...31

1.7.3. Lokasi Penelitian...31

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data ...32

1.7.5. Teknik Analisa Data ...33

1.8. Sistematika Penulisan ...33

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAYA BAGAS ... 35

2.1. Gambaran Umum Desa Paya Bagas ...35

2.1.1. Sejarah Desa Paya Bagas ... 35

2.1.2. Keadaan Geografis Desa ... 36

2.2. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Paya Bagas...38

2.2.1. Keadaan Penduduk Desa Paya Bagas... 38

2.2.2. Kehidupan Beragama dan Sosial Budaya ... 40

2.2.3. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Paya Bagas ... 42

2.3. Sarana dan Prasarana ...4343

2.3.1. Sarana Keagamaan ... 43

(14)

xiii

2.3.2. Sarana Pendidikan ... 44

2.3.3. Sarana Kesehatan ... 44

2.4. Pemerintahan Desa Paya Bagas ...45

BAB III PEMBAHASAN ... 52

3.1. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa Di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi ...52

3.1.1. Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan Anggaran Dana Desa .. 52

3.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Desa Paya Bagas Dalam Tahap Proses Perencanaan...54

3.3. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Desa Paya Bagas Dalam Tahap Pelaksanaan ...64

3.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa di Desa Paya Bagas Dalam Tahap Pertanggung Jawaban ...72

BAB IV PENUTUP ... 77

1.1. Kesimpulan ...77

1.2. Saran ...78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN ……….. 83

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 38

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

Tabel 2.3. Penduduk Berdasarkan suku / etnis ... 40

Tabel 2.4. Penduduk Berdasarkan Agama ... 41

Tabel 2.5. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 42

Tabel 2.6. Sarana Peribatan ... 43

Tabel 2.7. Sarana Dan Prasarana Pendidikan ... 44

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Wilayah Desa Paya Bagas ... 37

Gambar 2.2 Struktur Pemerintahan Desa Paya Bagas ... 47

Gambar 3.1. Daftar Hadir Peserta Musrenbang Tahun 2017………. 59

Gambar 3.2. Dalam Pelaksanaan Musrenbang Desa ... 63

Gambar 3.3. Undangan yang ditempel di warung ... 63

Gambar 3.4. Anggaran Dana Desa Paya Bagas Tahun 2017 ……… 64

Gambar 3.5. Masyarakat ikut dalam pembangunan jalan ... 71

Gambar 3.6. Drainase yang diduga menuai mark up ... 71

Gambar 3.7. Jalan rabat beton yang tidak sesuai kebutuhan masyarakat ... 72

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai sistem pemerintahan terkecil desa dituntut harus melakukan adanya pembaharuan untuk mendukung pembangunan desa yang lebih meningkat dan taraf kehidupan masyarakat desa yang lebih baik. Bermacam masalah yang terdapat di desa yang sangat kompleks, menjadikan salah satu penghambat desa untuk bekembang. Dalam mengatasi permasalahan yang ada, Pengesahan atas UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa berkah bagi desa – desa di seluruh Indonesia.

Undang – undang yang telah melewati proses pembahasan yang cukup lama tersebut mengatur sumber pendanaan bagi 74 ribu desa yang berasal dari sumbangan pemerintan pusat dan suntikan kas daerah.

Hadirnya Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa telah membuka peluang bagi desa untuk menjadi desa yang mandiri dan otonom.

Otonomi desa yang dimaksud adalah otonomi pemerintah desa dalam melakukan pengelolaan pemerintahan desa baik dari sistem administrasi, peraturan dan keuangan desa. Kualitas otonomi desa ditentukan pada keterlibatan masyarakat dalam mendukung pembangunan di desa nya masing masing sehingga dengan sendirinya aspirasi dan harapan masyarakat akan muncul sejak dini.1 Demokrasi di idealkan sebagai sistem yang menjamin keberlangsungan kontrol rakyat ( popular control ) terhadap urusan publik ( publicaffairs ) atas dasar prinsip kesetaraan warga negara ( equalrights ). Dari pengertian itu, setidaknya ada tiga dimensi yang melekat pada pengertian demokrasi, yaitu kontrol publik, putusan publik, dan kesetaraan

1 Abe Alexander, 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif, Yogyakarta : Pustaka Jogja Mandiri.

Hlm. 18

(18)

2

warga negara.2 Dengan adanya sistem demokrasi akan berdampak pada masyarakat, yakni demokrasi dapat mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan dapat mempercepat pembangunan desa karena adanya pengawasan secara efektif dari masyarakat kepada pemerintah.3

Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dibentuklah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kemudian diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2016. Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016, disebutkan: “Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang di transfer melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.”4

Desa memiliki sumber pendapatan desa berdasarkan Undang – undang Nomor 6 Tahun 2014, yaitu dari pendapan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi kabupaten / kota, pembagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten / kota, alokasi anggaran pendapatan belanja negara, bantuan keuangan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten / kota, serta hibah dan sumbangan dari pihak yang tidak mengikat yaitu pihak ketiga.5

2 Kurniawan & Pratikno, N.I (n.d.) Struggle to Gain Representation: Mixed Politics in Democratiising Indonesia.

3 K. Marijan.2006. Demokratisasi di derah : Pelajaran dari pilkada secara langsung. Pustaka Eureka dan PusDeHAM. Hlm. 56.

4 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Dana Desa Bersumber dari APBN Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2014.

5 Satria Mentari Tumbel.2017. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Dana Desa Di Desa Tumal Untung Satu, Kecamatan Tarean Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Politico. Vol. 6 no.1. Hlm.2. Diakses melalui https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/16275.

Pada 11 januari 2018 pukul 09.11

(19)

3

Pada Pasal 72 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 terkait dengan keuangan Desa yang sumber menyatakan bahwa sumber Dana Desa berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasal 72 Ayat (2) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan besaran alokasi anggaran yang diperuntukkan langsung untuk Desa, ditentukan 10% dari dan diluar dana transfer ke daerah secara bertahap. Penyusunannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Desa dihitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan Desa, regulasi penggunaan dana Desa diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.6

Pembangunan Desa dapat secara langsung menyentuh berbagai kepentingan besar masyarakat desa dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.7 Untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan desa, maka pemerintah menganggarkan dana desa secara nasional dalam APBN setiap tahun, hal ini guna mengefektifkan program berbasis desa secara merata dan berkeadilan.8 Alokasi dana desa yang kemudian disingkat ADD merupakan dana perimbangan yang diterima kabupaten / kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten / kota setelah dikurangi dana alokasi khusus.9

Sebenarnya kebijakan alokasi dana desa yang sedang dijalankan memiliki tujuan yang besar yang kurang lebih sama yaitu merubah ortodoksi pemerintah kabupaten dalam memberikan kewenangan,pelayanan dan bantuan keuangan kepada pemerintah di level bawahnya yaitu desa, yang mana pada dasarnya pola kebijakan permerintah kabupaten yang dominan dan sentral, melalui metode

6 Khuswatun Chasanah, Slamet Rosyadi, Denok Kurniasih, Implementasi Kebijakan Dana Desa, IJPA-The Indonesian Journal of Public Administration Volume 3 Nomor 2 Desember 2017 Hlm,16

7 Fitriawan Mondale, dkk, Analisis Problematika Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Perbandingan Pada Desa Blang Kolak I dan Desa Blang Kolak Ii, Kabupaten Aceh Tengah), Jurnal Perspektif Ekomormi Darussalam, (Volume 3 Nomor 2, September 2017 ISSN), Hlm,197

8 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014, Pasal 3 dan 4.

9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014. Pasal 1 ayat 10.

(20)

4

alokasi dana desa ini dapat berubah menjadi partisipatif, responsif, dan dijalankan melalui asa desentralisasi.10 Dalam hal ini pemerintahan desa memiliki peran yang signifikan dalam mengelola proses sosial di dalam masyarakat. Untuk mendorong terwujudnya tata pemerintahan desa yang baik perlu dibangun good governance yang memungkinkan keterlibatan seluruh elemen desa dalam urusan publik, penyelenggaraan pemerintahan dan merumuskan kepentingan desa, karena demokratisasi proses penyelenggaraan pemerintahan desa bisa terbentuk melalui perluasan ruang publik, pengaktifan kelompok sosial dan forum warga yang bukan saja untuk kepentingan pribadi kelompok tetapi juga sebagai peningkatan kesadaran warga dan partisipasi dalam urusan pemerintahan di tingkat desa agar setiap keputusan desa tidak ditentukan oleh segelintir elit desa saja tapi juga masyarakat.11

Besarnya anggaran alokasi dana desa setiap tahunnya selalu mengalami kenaikkan, hal ini di ungkapkan oleh presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan dalam pidatonya. Pada tahun 2015 anggaran dana desa mencapai nilai 20,7 triliun rupiah, pada tahun 2016 mencapai angka 47,6 triliun rupiah dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan Kembali mencapai 81 triliun rupiah.12 Alokasi dana desa yang nilainya mencapai triliunan ini dilimpahkan untuk 74 ribu Desa seIndonesia, tidak sedikitnya dana yang dikeluarkan untuk pembangunan Desa mengindikasikan rentannya kegiatan korupsi dan penyalahgunaan anggaran dalam pendistribusian yang dilakukan oleh oknum pemerintah Desa. Kebijakan dari Undang-Undang Desa mempunyai konsekuensi terhadap proses pengelolaan yang semestinya dalam implementasinya harus dilaksanakan secara akuntabel, profesional, efektif, efisien, dan transparan, serta didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen publik yang baik.13

10 Rozaki, Abdur, dkk.2005. Prakarsa Desentralisasi dan Otonomi Desa. Yogyakarta : IRE Press.

Hlm. 120

11 Baswori dan Sukidin. 2012. Sosiologi politik. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm.30

12 Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Replubik Indonesia. 2015. Kebijakan dana Desa T.A.

2016. 7 Desember 2016. Diakses melalui www.djpk.kemenkeu.go.id. Pada 5 februari 2018 pukul 13.40 WIB.

13 Buku Panduan Petunjuk Pengelolaan Keuangan Desa, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Hlm.6

(21)

5

Laporan ICW dari tahun 2015 hingga semester 1 2018, korupsi dana Desa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat sedikitnya ada 181 kasus korupsi dana Desa dengan 184 tersangka yang merugikan negara sebesar 40.6 milyar. Tercatat 17 kasus di tahun 2015, pada tahun 2016 jumlahnya meningkat menjadi 41, dan pada tahun 2017 terdapat berkali lipat yakni 98 kasus dan 27 kasus di semester 1 2018.14 Salah satu kasus yang cukup menyita perhatian adalah yang menjerat Agus Mulyadi, Kepala Desa Dassok, Kabupaten Pamekasan. Agus terlibat dalam dugaan suap ‘pengamanan’ kasus pengadaan yang menggunakan dana desa di Desa Dassok. Yang menarik dari kasus ini adalah KPK turun tangan melakukan OTT karena melibatkan Bupati dan seorang Jaksa. Kemudian terjadi kasus penyelewengan, penyalahgunaan anggaran yang melibatkan Kepala Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Ahmad Suryana. Ia diduga menyelewengkan Dana Desa dan ADD untuk kepentingan pribadi dengan total jumlah Rp 186.881.376. Kasus tersebut telah mulai diproses oleh Kepolisian Daerah Jawa Barat pada Februari 2017 Pada tahun 2015 kerugian mencapai Rp 9,12 Milyar. Pada tahun 2016, kerugian mencapai Rp 8,33 milyar. Sementara pada tahun 2017, kerugian melonjak menjadi Rp 30,11 milyar. Total kerugian negara yang ditimbulkan akibat korupsi di sektor desa mencapai Rp 47,56 milyar atau setara dengan alokasi dasar dana APBN untuk 77 desa. Beragam modus dilakukan oleh para aktor korupsi di desa, diantaranya praktik penyalahgunaan anggaran sebanyak 51 kasus, penggelapan 32 kasus, laporan fiktif dengan 17 kasus, kegiatan/proyek fiktif 15 kasus, dan penggelembungan anggaran sebanyak 14 kasus. Kasus korupsi paling banyak ditangani oleh jajaran Kepolisian RI dengan total 81 kasus, sementara Kejaksaan RI dengan 72 kasus dan 1 kasus yang melibatkan Bupati Pamekasan ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).15 Adanya perilaku buruk penyelenggara pemerintah desa maka tujuan dana desa itu sendiri

14 Indonesia Corruption Watch,2018. Outlook Dana Desa 2018 Potensi Penyalahgunaan Anggaran Desa di Tahun Politik. Jakarta: Indonesia Corruption Watch.

15 Indonesian Corruption Watch. 2018 di akses dari

https://antikorupsi.org/sites/default/files/outlook_desa_2018_-_icw. Pada 02 Januari 2022 pukul 09.34.

(22)

6

tidak akan tercapai. Sebab tujuan dari dana desa itu adalah untuk meningkatkan pembangunan nasional tapi diselewengkan untuk kepentingan pribadi. Melihat dari banyaknya kasus korupsi yang telah terjadi dalam pendistribusian anggaran dana Desa tentu perlu adanya mekanisme serta peraturan yang jelas sebagai upaya pencegahan terjadinya korupsi.

Serdang Bedagai sebagai kabupaten yang mempunyai wilayah yang cukup luas, pada akhir 2017, Serdang Bedagai menerima Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran ( DIPA ) tahun anggaran 2018 yang di serahkan Gubernur Sumatera Utara Dr. Ir. T. Erry Nuradi, M.si Dalam rincian DIPA tersebut terdapat daftar alokasi dan transfer dan dana desa TA 2018 Kabupaten Serdang Bedagai menerima sebesar Rp. 1.291.749.000. Dijelaskan oleh Gubernur Sumatera Utara bahwa pelaksanaan penyerahan DIPA tahun 2018 dilakukan lebih awal yang bertujuan agar pelaksanaan pembangunan dan pencairan anggaran dipusat dan daerah dapat lebih baik dari tahun tahun sebelumnya. Dalam percepatan pembanguan infrastruktur, pelayanan publik dan pertumbuhan ekonomi, Pemkab Serdang Bedagai akan bekerjasama dengan kepala desa dan kecamatan untuk mensosialisasikan dan tersebut.16

Desa Paya Bagas sebagai salah satu dari 74 ribu Desa penerima anggaran dana Desa sudah selayaknya menjadikan Desa Paya Bagas sebagai Desa yang maju, mandiri, adil dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan visi Desa Paya Bagas itu sendiri.

Kondisi saat ini dimana pembangunan yang tidak terarah, dan tidak merata dan kurangnya peningkatan fasilitas Desa, serta pemberdayaan masyarakat yang belum optimal menjadi sebuah pertanyaan besar kemana Dana Desa diperuntukkan serta bagaimana pengawasan dari masyarakat dan juga pemerintahan hal ini bertujuan agar terwujudnya pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa Paya Bagas sesuai yang dicita-citakan. Pembangunan desa sangat lah penting dalam kemajuan kemandirian desa dan masyarakat, di desa Paya Bagas terdapatnya beberapa

16 Indah Suara, DIPA Sergai Tahun 2018 sebesar RP.1.291 T, Diakses dari

www.indahsuaranews.co/dipa-sergai-tahun-2018-sebesar-rp-1291-t/. Pada 5 Februari 2018 Pukul 16.13 WIB.

(23)

7

permasalahan pembangunan salah satunya yaitu tidak meratanya pembangunan yang terjadi di desa tersebut, akibat dari desa Paya Bagas merupakan desa yang dusun nya terpisah dan merupakan termasuk wilayah dari perkebunan, perbedaan tipologi dan adanya perbedaan pilihan politik menjadikan pembangunan di desa tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Di Desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2017 mendapatkan dana dari ADD sebesar Rp. 356.477.768.00. Dalam rincian pembangunan dana desa menuai beragam macam kontroversi di masyarakat. Beberapa pembangunan yang menjadi permasalahan adalah seperti pembangunan saluran drainase dusun III yang menelan dana Rp. 113.610.000,- diduga ada terjadinya Mark up dan tidak sesuai dengan spesifikasi perencanaan pembangunan jangka Panjang. Sebagian masyarakat di desa Paya Bagas mengetahui tentang adanya Anggaran Dana Desa dan Sebagian masyarakat tidak mengetahuinya. Maka dari itu manfaat partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk proses belajar masyarakat dan mengarahkan masyarakat menuju masyarakat yang bertanggung jawab.17

Masyarakat Desa Paya Bagas diberi kesempatan untuk ikut aktif berpartisipasi mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Desa Paya Bagas dalam meningkatkan partisipasi masyarakatnya adalah pelaksanaan musyawarah dusun, dan musyawarah rencana pembangunan desa (Musrenbangdes) yang rutin diselenggarakan satu tahun sekali. Pada pelaksanaan musyawarah dusun dan musrenbang desa ini pemerintah setempat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam proses perencanaan pembangunan. Saat kegiatan ini berlangsung masyarakat bisa dengan leluasa memberikan aspirasinya demi kemajuan desanya meskipun tidak semua aspirasi dapat diwujudkan. Namun pada kenyataannya kondisi di Desa Paya Bagas partisipasi masyarakat tidak semuanya ikut berperan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa.Adanya sentimen politik antara beberapa masyarakat

17 Radar Nusantara, Penggunaan Dana Desa Paya Bagas Menuai Mark up, Di akses dari www.radarnusantara.com pada 6 februari 2018, Pukul 11.52 WIB

(24)

8

yang kalah pada saat pemilihan kepala desa menyebabkan kurangnya partisipasi dari beberapa masyarakat dalam kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa. Selain faktor tersebut ada faktor lain yaitu sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa tidak menyentuh masyarakat umum dan hanya mengkhususkan pada beberapa masyarakat saja seperti masyarakat yang menjadi pendukung pada saat pemilihan dan hanya kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama saja, pantauan awal peneliti ditemukan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah desa yaitu kepala desa menginstruksikan kepada kepala dusun untuk melakukan musyawarah dusun namun sosialisasi yang dilakukan diumumkan di perkumpulan pengajian dan di tempelkan di warung – warung di setiap dusun, hal ini lah yang menyebabkan partisipasi masyarakat menjadi rendah karena informasi yang didapat tidak menyentuh keseluruhan elemen masyarakat. Akibat dari ketidaktahuan masyarakat, adanya pengelompokkan masyarakat dan adanya konflik politik menimbulkan kesejahteraan masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam melakukan pengawasan pengelolaan dana desa tidak berjalan dengan baik.

Pentingnya partisipasi politik masyarakat dalam proses pengawasan pengelolaan anggaran dana desa persfektifnya tidak boleh hanya berangkat dari aspek pemerintahnya saja melainkan juga dari internal masyarakat. Partisipasi dari setiap masyarakat merupakan hal terpenting dalam memegang kedaulatan dari negara ini, bukan hanya sekedar mengawasi pelaksanaan nya saja tapi harus ikut pada setiap proses pengelolaan anggaran dana desa baik dari tahap perencaan, pelaksanaan pembangunan dan pertanggung jawaban. Tanpa partisipasi politik masyarakat dalam setiap kegiatan pengelolaan anggaran dana desa maka setiap kegiatan pembangunan akan gagal. Apapun bentuk nya, partisipasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam sebuah pembangunan dan pengelolaan anggaran dana desa.

Selain itu mengapa partisipasi masyarakat itu dianggap penting, ada beberapa alasan utama nya yaitu, Pertama, fokus utama dan tujuan akhir dari pembangunan, karena itu partisipasi merupakan akibat logis dari hal tersebut.

Memandang masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan menjadi sangat

(25)

9

penting dalam memanusiakan masyarakat. Kedua, partisipasi meningkatkan rasa harga diri dan meningkatkan harkat dan martabat. Ketiga partisipasi dipandang sebagai pencerminan dari hak – hak individu untuk dilibatkan dalam proses pembangunan mereka sendiri. Keempat, partisipasi merupakan cara efektif membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola pembangunan guna memenuhi kas daerah. Pada dasarnya masyarakat sendiri lah yang mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang menjadi kebutuhannya, maka dari itu diharpkan masyarakat mampu lebih berperan aktif untuk ikut dalam perkembangan dan pembangunan desa.18

Partisipasi politik masyarakat dalam mengawasi anggaran dana desa sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang sulit, apabila pengawasan anggaran dana desa dikelola dengan baik dan benar,maka akan mendorong kesinambungan dalam pembangunan desa, karena pengawasan adalah alat kontrol yang harus dilakukan masyarakat agar pelaksanaan pembangunan desa dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat luas.19 Maka pada dasar nya pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun desa dalam upaya memberikan ruang gerak masyarakat di tingkat lokal agar lebih bisa meningkatkan partisipasi dalam mewujudkan tatanan sosial yang demokratis agar masyarakat yang berkeadilan dan berkesehjateraan dapat terwujud.20 Dalam negara demokrasi tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa masyarakat mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan politik. Sebaliknya jika tingkat partisipasi rendah pada umumnya dianggap sebagai hal yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak masyarakat yang tidak menaruh perhatian terhadap masalah pemerintahan. Dikhawatirkan bahwa jika berbagai pendapat dalam masyarakat tidak dikemukakan, pemimpin pemerintahan akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat,

18 Azis Muslim,2008, Metodologi Pengembangan Masyarakat, Yogyakarta : Bidang Akadademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Hlm. 49.

19 Poerbakawatja dan Efendi Harahap.2014. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Jakarta;

PT Gramedia. Hlm. 142

20 Baswori dan Sukidin. Op.Cit. Hlm.75

(26)

10

dan cenderung melayani kepentingan beberapa kelompok saja21. Miriam Budiardjo.

(2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), h 367- 369

Karena tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan anggaran dana desa merupakan hal yang penting dalam suatu pemerintahan desa, dengan demikian maka penulis memandang pentingnya memfokuskan dan mengutamakakan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pada tahap tahap pengelolaan anggaran dana desa, yang asumsinya adalah bahwa partisipasi masyarakat selain untuk mempercepat pembangunan desa juga sebagai upaya terwujudnya demokratisasi desa,maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul “ Partisipasi Masyarakat Dalam Mengawasi Pengelolaan Anggaran Dana Desa ( Studi Kasus di Desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai)’.

1.2. Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian agar dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, maka seorang penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus memulai sebuah penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan peneltian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengawasi pengelolaan anggaran dana desa.

21 Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 367-369.

(27)

11 1.3. Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian, agar penelitian tidak terlalu luas dan lebar dalam pembahasannya, maka penulis perlu membuat batasan masalah untuk menghindari hasil penelitian yang menyimpang dan melebar dari tujuan yang ingin dicapai. Adapun Batasan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengawasi pengelolaan anggaran dana desa pada tahun 2018 di desa Paya Bagas mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban”.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu : Untuk mengetahui dan menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengawasi pengelolaan anggaran dana desa di desa Paya Bagas, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pertanggung jawaban.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bahan studi perbandingan selanjutnya dan dapat menjadi sumbangan pemikirian ilmiah, serta dapat melengkapi kajian – kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan.

2) Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada Pustaka dan enmbah bahan referensi atau media informasi penelitian khusunya pada departemen ilmu politik dan bagi kalangan peneliti lainnya.

3) Secara Praktis, Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu bahan masukan bagi pemerintah desa dalam meningkatkam partisipasi masyarakat di

(28)

12

berbagai bidang dan bagi masyarakat dapat memberikan data dan inforkasi yang berguna bagi semua kalangan serta memberikan masukan bagi warga desa di desa Paya Bagas agar dapat meningkatkan peran aktifnya dalam mengawasi setiap agenda kegitan pengelolaan anggaran dana desa.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Pengertian Partisipasi Politik

Secara etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yakni

“participation “ berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan.22 Dan ini selaras dalam kamus besar Bahasa Indonesia partisipasi adalah ikut atau turut berperan serta dalam sebuah kegiatan atau pengikutsertaan.23 Partisipasi adalah sebuah keterlibatan mental dan emosi orang - orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan-tujuan kelompok dan sama-sama bertanggung jawab terhadapnya.24 Kata partisipasi merupakan hal tentang turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan atau berperan serta.

Partisipasi dianggap merupakan sebuah hal penting yang dapat mempengaruhi perkembangan dalam pembangunan nasional yang sudah di rencanakan atau dalam tahap perencanaan.

Dalam Teori partisipasi politik adalah konsep dari partisipasi yang ditujukan pada satu tujuan untuk mempengaruhi Lembaga-lembaga yang berwenang. Dalam teori partisipasi politik lebih menekankan bahwa semua aspirasi yang dikemukakan oleh masyarakat yang ditujukan untuk mempengaruhi hasil dari sebuah kebijakan yang akan disahkan. Peran politik terkait erat dengan kegiatan politik, mulai dari peranan para politikus, pemberi suara, aktivitas partai sampai demonstrasi.

22 Pius A. Partan dan M.Dahlan Al-Barry, 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya : Arkola. Hlm.

655

23 Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Hlm. 831

24 Abu Huraerah.2018. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. Malaysia: Universitas Sains Malaysia, Hlm. 109

(29)

13

Pengertian partisipasi politik menurut Syarbaini merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pemimpin negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.25 Kemudian menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, partisipasi politik adalah kegiatan warga (privat citizen) yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang bertujuan mempengaruhi keputusan oleh pemerintah.

Partisipasi ini dapat bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal.26

Selanjutnya Herbert McClosky berpendapat bahwa Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum. Hal yang difokuskan terutama adalah tindakan - tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan pemerintah, sekalipun fokus utamanya lebih luas tetapi abstrak, yaitu usaha-usaha untuk mempengaruhi nilai secara otoritarif untuk masyarakat.27 Norman H. Nie dan Sidney Verba dalam Handbook of Political Science : Partisipasi politik merupakan kegiatan pribadi dari warga yang legal yang sedikit banyak bertujuan langsung untuk mempengaruh seleksi pejabat negara dan atau tindakan-tidakan yang diambil oleh mereka.28

Di Negara-negara yang menganut sistem demokrasi pemikiran yang mendasari partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat, yang dalam pelaksanaannya melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang-orang yang akan menjadi pemimpin. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat menunjukan bahwa masyarakat

25 Tarech Rasyid. 2017. Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta : Idea Press Yogyakarta. Hlm.96.

26Samuel P. Huntington dan Joan Nelson,1994. Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta : Rineka Cipta, Hlm. 4.

27 Jacobus Ranjabar.2016. Pengantar Ilmu Politik dari Ilmu Politik sampai Politik di Era Globalisasi, Bandung : Alfabeta, CV.Hlm.230

28 Norman H. Nie dan Sidney Verba, 1975. “political participation” handbook of political science, fred I. grennstein dan Nelson W. polcky (eds), reading mass: addison-welsly publishing company, IV. Hlm. 1

(30)

14

memiliki dan memahami masalah - masalah politik dan ingin ikut melibatkan diri dalam kegiatan politik. Sebaliknya, jika tingkat partisipasi masyarakat rendah dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena banyak masyarakat yang tidak menaruh perhatian terhadap sebuah masalah politik disekitar mereka.

Dapat disimpulkan partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan dan pertanggung jawaban.Termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan, serta merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin secara langsung atau tidak langsung untuk mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah.

1.6.1.1. Landasan Partisipasi Politik

Landasan partisipasi politik adalah asal-usul suatu individu atau kelompok yang melakukan kegiatan - kegiatan partisipasi politik. Menurut Hungtinton dan Nelson, membagi landasan partisipasi politik menjadi :

1. Kelas yaitu individu - individu dengan status sosial, yang pendekatan, dan pekerjaannya yang sama.

2. Komunal yakni individu - individu dengan asal - usul ras, agama, bahasa, dan etnis yang sama .

3. Lingkungan, yakni individu- individu yang jarak tempat tinggalnya saling berdekatan.

4. Partai, yakni individu - individu yang mengidentifikasi diri dengan organisasi formal yang sama dan berusaha untuk meraih kontrol dalam bidang-bidang eksekutif dan legislatif.

5. Golongan yaitu individu - individu yang dipersatukan oleh interaksi yang terus menerus, yang pada akhirnya membentuk suatu hubungan satu sama dengan yang lainnya, yang berlaku pada orang dengan

(31)

15

tingkat status sosial, pendidikan dan ekonomi yang tidak sederajat.29

1.6.1.2. Bentuk – Bentuk Partisipasi Politik

Menurut Gabriel A. Almond telah membedakan partisipasi politik menjadi dua bentuk aksi, yaitu partisipasi politik konvensional dan partisipasi politik non konvensional. Adapun partisipasi politik konvensional yaitu bentuk partisipasi yang normal dalam demokrasi modern. Sementara bentuk non konvensional yaitu kegiatan ilegal dan bahkan penuh kekerasan (violence) dan revolusioner.

a. Bentuk konvensional,

Berupa pemberian suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan, komunikasi individual dengan pejabat politik dan administrasi. Bentuk konvensional yang lebih aktif yaitu ikut mengambil bagian dalam sebuah kegiatan kampanye, bergabung dalam tim sukses, dan ikut serta dalam pendanaan didalam sebuah kegiatan politik, karena bentuk konvensional ini berperan lebih aktif dalam merealisasikan sebuah keinginan atau tuntutan. Kemudian ikut berkompetisi dengan menjadi calon kandidat, karena kandidat harus aktif dalam setiap kegiatan.

b. Bentuk non konvensional,

Berupa pengajuan petisi, berdemonstrasi/unjuk rasa, konfrontasi, mogok, tindakan kekerasan politik terhadap harta benda (perusakan, pemboman, pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan dan pembunuhan), perang gerilya. Partisipasi politik dalam bentuk non konvesional mencakup berbagai kegiatan yang melibatkan suatu bentuk kelompok massa dan pada saat tertentu dapat disertai dengan pelanggaran hukum dan kekerasan. Bentuk non-konvensional ini dapat diterima secara luas jika dalam setiap prosesnya tidak disertai aksi kekerasan.30

29 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson. 1990 . Partisipasi politik dinegara berkembang. Jakarta Rineka cipta. Hlm.21

30 A.A. Sahid Gatara.2009. Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan, Bandung : CV Pustaka Setia Hlm. 317.

(32)

16

1.6.1.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

Menurut Ramlan Surbakti ada dua variabel yang mempengaruhi tinggi rendahnya sebuah tingkat partisipasi politik. Pertama, aspek kesadaran politik terhadap pemerintah. Kedua, bagaimana pandangan terhadap pemerintah.31 Dalam hal ini kesadaran politik yaitu kesadaran hak dan kewajiban warga negara, seperti hak politik, hak ekonomi, hak perlindungan hukum, kewajiban ekonomi dan sosial, dan lain – lain. Aspek ini juga menyangkut seberapa banyak pengetahuan yang dipunyai seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik di sekitarnya. Yang kedua aspek penilaian terhadap pemerintah Meliputi apresiasi terhadap kebijakan-kebijakan maupun terhadap pelaksanaan pemerintahannya.

Penilaian ini merupakan rangkaian dari kepercayaan, baik yang menyangkut apakah pemerintah itu dapat dipercaya atau tidak maupun apakah pemerintah dapat dipengaruhi atau tidak. Artinya, apabila pemerintah dipandang tidak dapat dipengaruhi dalam proses pengambillan keputusan politik, untuk berpartisipasi secara aktif baginya merupakan hal yang sia-sia.32

Selain itu ada faktor - faktor yang berdiri sendiri, Artinya bahwa faktor - faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor - faktor lain, seperti status sosial, afiliasi politik orang tua, dan pengalaman beroganisasi.33 status sosial yaitu kedudukan seseorang berdasarkan keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. kemudian status ekonomi yaitu kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat, berdasarkan tingkat materil. Seseorang yang mempunyai status sosial dan ekonomi tinggi tidak hanya mempunyai pengetahuan politik, tapi juga memiliki minat serta perhatian pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah.

31 Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia. Hlm.140

32Gabriel A . Almond dan Sidney Verba. 1984. Budaya Politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, Jakrta: PT Bima Aksara. Hlm. 56 -70

33 A Rahman H.I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hlm. 144 - 145

(33)

17

Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat yaitu :34

a. Pengetahuan terhadap politik sangat penting, hal ini dapat mempengaruhi apakah ia akan ikut serta dalam politik atau sebaliknya. Dengan pengetahuan yang baik, tentunya orang akan lebih mudah memahami pentingnya politik dan ikut serta di dalamnya. Sebaliknya, ketika seseorang memiliki pengetahuan yang sedikit akan politik, maka ia akan acuh dan tidak peduli terhadap politik.

b. Pekerjaan masyarakat merupakan faktor internal, atau faktor yang berasal dari dalam masyarakat. Biasanya orang dengan jenis pekerjaan tertentu membuat mereka dapat menjadi lebih peduli terhadap politik, atau malah sebaliknya, menjadi lebih jauh dari partisipasi politik.

c. Tingkat pendidikan juga termasuk dalam faktor internal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpastisipasi dalam politik juga memahami politik itu sendiri. Terlebih bagi pemilih yang buta huruf, akan sangat sulit baginya ketika mengenali calon pemimpin atau wakil rakyat atau sulit pula ketika pemungutan suara berlangsung.

d. Peran aparat pemerintahan. Mereka seharusnya memberikan edukasi pada masyarakat terkait politik dan mempermudah akses terhadap pengetahuan atas politik tersebut.

e. Pengaruh Kaum Intelektual. Di era informasi ini, sangat mudah rasanya menyebarkan berbagai ide, pikiran, gagasan. Banyak di antara kaum intelektual bidang politik yang menyampaikan opininya terhadap suatu permasalahan politik tertentu di berbagai media. Bagi para konsumen media, hal tersebut dapat meningkatkan partisipasi politik mereka, atau bahkan sebaliknya, membuat mereka semakin anti terhadap politik.

34 Ranti Fatya Utami, Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik, Diakses dari

https://guruppkn.com/faktor-yang-mempengaruhi-partisipasi, Pada tanggal 12 Februari 2018.

(34)

18

Berdasarkan tingkat tendahnya dua faktor tersebut, paige membagi partisipasi menjadi empat tipe, yaitu : apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan pada pemerintah yang tinggi pada partisipasi politikcendrung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cendrung pasif- tertekan(apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militant radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif(pasif).35

1.6.2. Teori Pengawasan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia istilah pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik – baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi.36 Pengawasan adalah upaya agar sesuatu dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan intruksi yang telah dikeluarkan.37 Sebagai bahan perbandingan diambil dari beberapa pendapat para sarjana dibawah ini antara lain :

Menurut Prayudi “ pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan, denga napa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan.”38 Dan menurut Saeful Anwar : pengawasan atau control terhadap Tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terukur dari penyimpangan- penyimpangan.39 Selanjutnya menurut M. Manullang menyatakan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang telah

35 Op.Cit. Gabriel A . Almond dan Sidney Verba. 1984. Hlm. 144

36 Sujanto. 1986. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 2

37 Riawan Tjandra.2006. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Hlm.131.

38 Prayudi. 1981. Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 60

39 Saeful Anwar. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Glora Madani Press. Hlm. 127

(35)

19

dilaksanakan dan mengoreksi bila perlu dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana awal.40

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah sebuah proses kegiatan yang terus menerus dilaksanakan untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, kemudian di adakan penilaian serta mengoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak. Selain itu pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan perbandingan dari hasil - hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai. Dengan kata lain hasil dari pengawasan harus dapat menunjukkan sampai dimana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan serta mengevaluasi sebab – sebabnya.41

1.6.2.1. Tujuan Pengawasan

Pengawasan bertujuan untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta kesulitan- kesulitan dan kegagalankegagalan lainnya, sehingga bisa dilakukan perbaikan untuk memperbaiki dan mencegah pengulangan-pengulangan kegiatan yangsalah, untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan epesien, dan apakah tidak dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat epesiensi yang besar.42

Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut: 43

1) Agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa yang

40 Manullang. 1995. Dasar – Dasar Menajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia. Hlm. 18

41 Bohari.1995. Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Hlm.3.

42 Angger Sigit Pramukti dan Meylani Cahyaningsih. 2016. Pengawasan Hukum Terhadap Aparatur Negara. Jakarta:Pustaka Yustisia. Hlm. 18.

43 Victor M. Situmorang dan jusuf juhir.1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Hlm. 23

(36)

20

didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang kontruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang objektif, sehat dan bertanggung jawab.

2) Agar terselenggaranya tertib administrasi dilingkungan aparatur pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat. Agar adanya keleluasaan dalam melaksanakan tugas, fungsi/kegiatan, tumbuhnya budaya maka dalam diri masing- masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal - hal yang terhadap masyarakat dan ajaran agama.

Menurut Sukarno K tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut :44 a. Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang

digariskan.

b. Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan intruksi serta asas – asas yang telah di intruksikan

c. Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan, kelemahan – kelemahan dalam bekerja.

d. Untuk mengetahui segala sesuatu apakah berjalan dengan efisien,; dan Untuk mencari jalan keluar bila ternyata di temui kesulitan – kesulitan, kelemahan – kelemahan atau kegagalan kearah perbaikan.

Sedangkan menurut Handayaningrat adalah :45

a. Untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan,

ketidaksesuaian penyelenggaraan yang lain-lain yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan.

b. Agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

44 Sukarno K. 1992. Dasar – Dasar Menajemen. Jakarta : Miswar. Hlm. 115

45 Dikutip dalam Sopi. 2013 Pengaruh Pengawasan dan Penilaian Prestasi Kerja terhadap Motivasi Pegawai kantor Bea dan Cukai tipe Madya Bandung. Hlm.17

(37)

21 1.6.2.2. Tipe - Tipe Pengawasan

Dilihat dari tipenya,pengawasan ini memiliki tiga tipe pengawasan, yaitu :46 a. Pengawasan pendahuluan (steering controls). Pengawasan ini direncanakan untuk mengatasi masalah-masalah atau penyimpangan - penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan.

b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan (Concurrent Controls). Pengawasan ini dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu harus dipenuhi dahulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan atau menjadi semacam peralatan “double check” yang lebih menjamin ketetapan pelaksanaan suatu kegiatan.

c. Pengawasan umpan balik yaitu pengawasan yang megukur hasil-hasil dari kegiatan tertentu yang telah diselesaikan.

Melihat dari tipe-tipe pengawasan tersebut maka suatu pemerintahan desa harus ikut mensertakan masyarakat untuk melakukan pengawasan di setiap proses yang berjalan. Pengawasan bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan atau mencari siapa yang salah, tujuan utama dari pengawasan ialah untuk memahami apa yang salah demi perbaikan dimasa datang, dan mengarahkan seluruh kegiatan- kegiatan dalam rangka pelaksanaan daripada suatu rencana sehingga dapat diharapkan suatu hasil maksimal.47

Jadi pengawasan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan kecakapan, ketelitian, kepandaian, pengalaman, bahkan harus disertai wibawa yang tinggi, hal ini mengukur tingkat efektivitas kerja dari para aparatur pemerintah. pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan, dapat dilakukan secara langsung yaitu

46 Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Pengawasan. Bandung : PT. Refika Aditama. Hlm.176

47 Bohari, Penngawasan Keuangan Negara. Ibid, Hlm. 5.

(38)

22

dengan menyampaikan bahan yang diperlukan oleh aparatur pelaksanaan kegiatan tertentu yang menjadi tanggung jawab fungsionalnya, menyampaikan informasi kepada para wakilnya yang duduk di lembaga perwakilan dan juga dengan memberikan bahan informasi secara faktual dan tanggung jawab.

1.6.3. Pemerintahan Desa

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pemerintahan desa sebagai pemerintahan terendah langsung dibawah kepala desa yang menyelangarakan urusan rumah tangganya sendiri dan terdiri atas kepala desa dan lembaga musyawarah desa.48 Pemerintahan Desa adalah suatu proses pemaduan usaha-usaha masyarakat desa yang bersangkutan dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.49 Dalam undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 23,ditegaskan bahwa Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintahan Desa. Pada Pasal 1 ayat 3 dirumuskan bahwa: Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.50

Pemerintahan desa merupakan sub sistem, dalam sistem pemerintahan nasional. Keberadaan pasal yang mengatur pembentukan pemerintahan desa dan Perangkat Desa, yang akan menghasilkan Kepala Desa sebagai pemimpin Pemerintah Desa dan BPD yang akan membatasi peran pemimpin desa atau lembaga perwakilan lain yang bersifat asli yang ada di desa yang bersangkutan.51

48 Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa,2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 1057.

49 Adon Nasrullah Jamaludin, 2015, Sosiologi Perdesaan, Surakarta :Pustaka setia. Hlm. 109-111.

50 Hanif Nurcholis, 2011, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta : Erlangga. Hlm. 73.

51 Numan. 2015. Strategi Pembangunan Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 233- 234

(39)

23 1.6.3.1. Unsur-Unsur Desa

Menurut R. Bintaro dalam bukunya unsur-unsur Desa merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam penyusunan definisi desa, unsur-unsur tersebut yakni : 52

a. Unsur daerah, dalam artian tanah-tanah produktif, beserta penggunaanya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan batas yang merupakan unsur geografi setempat.

b. Penduduk, dalam hal ini meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, penyebaran dan mata pencaharian penduduk setempat.

c. Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatanikatan pergaulan tata desa. Jadi seluk beluk kehidupan masyarakat (rural society).

1.6.3.2. Masyarakat Desa

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar intraksi adalah antara individu- individu yang berbeda dalam kelompok tersebut. Masyarakat Desa memiliki hak dan kewajiban, ruang lingkup pengaturan hak masyarakat Desa dalam Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 68 ayat 1, yakni:

a. Meminta dan mendapatkan informasi dari Pemerintah Desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;

b. Memperoleh pelayanan yang sama dan adil;

c. Menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;

52 R.Bintarto,1994. Pengantar Geografi Desa, Yogyakarta : Spring, Hlm. 129

(40)

24

d. Memilih, dipilih, dan/atau ditetapkan menjadi:

1. Kepala Desa;

2. Perangkat Desa;

3. Anggota Badan Permusyawaratan Desa 4. Anggota lembaga kemasyarakatan Desa.

e. Mendapatkan pengayoman dan perlindungan dari gangguan kententraman dan ketertiban di Desa.53

1.6.3.3. Keuangan Desa

Pengertian keuangan desa menurut UU desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu tentang uang dan barang yang berhubungan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik. Siklus pengelolaan keuangan desa meliputi:

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan penanggung jawaban. 54 Dengan periodisasi satu tahun anggaran, terhitung dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang ternilai dengan satuan mata uang, yang termasuk hak mili desa adalah segala hak milik desa atas uang dan barang. 55

Menurut Undang - undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang desa, Pasal 71 Ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa : 56

1. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa”.

2. “Hak dan kewajiban yang dimaksud desa mampu menimbulkan

53 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 68 ayat 1.

54 http://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/sakd/files/Juklakbimkonkeudesa.pdf (diundul pada 7 Agustus 2017

55 Andrian Puspawjaya, Julia Dwi Naritha S, 2017. Pengelolaan keuangan desl. Hlm. 1

56 Ibid. Undang-Undang No 6 Pasal 71 Ayat 1

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pembahasan adalah prosedur memperoleh akta kelahiran setelah Putusan MK No.46/PUU-VIII/2010 yaitu terlebih dahulu melaui Putusan/Penetapan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana bentuk pertunjukan Kesenian Dames Group Laras Budaya di Desa Bumisari Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga, serta

Albuminuria and risk of cardiovascular events, death, and heart failure in diabetic and nondiabetic individuals.. Micro-albuminuria in the US population: third national

Pelajaran IPA jenjang Sekolah Dasar hendakanya dapat memberikan rasa keingintahuan siswa yang tinggi agar siswa mampu meningkatkan keterampilan bertanya membantu mereka

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, tujuan perkawinan adalah “Untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita mengatakan kata-kata yang mengandung makna menolak , terkhusus dalam memenuhi kebutuhan

peneliti menyimpulkan bahwa ketika lansia melakukan gerakan Latihan gerak sendi lutut secara bertahap maka akan berdampak pada penurunan nyeri sendi dikarenakan

Manfaat yang diperoleh dari praktikum Mutu dan Keamanan Hasil Ternak yaitu dapat mengetahui bahan pangan yang mengandung Formalin dan Boraks.. Waktu