• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.5. Interpretasi Data

4.5.1. Keadaan Kebersihan Lingkungan Kampus Universitas

Kondisi lingkungan hidup di Universitas Sumatera Utara masih tergolong baik jika dibandingkan Universitas-Universitas dengan standard yang hampir sama dengan Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan yang dibuat oleh pihak Universitas yang kemudian di jalankan di tiap-tiap Fakultas. Seperti misalnya dengan adanya petugas-petugas kebersihan yang setiap hari melakukan tugasnya menjaga kebersihan dan kerapian kampus baik secara keseluruhan atau di tingkatan fakultas-fakultas, kemudian dengan di sediakannya alat-alat

Kesemunya itu tentunya merupakan kebijakan yang telah di tetapkan oleh pihak kampus Universias Sumaera Uara.

Meskipun demikian tidak dapat di pungkiri bahwasanya walau pun sudah tersedianya fasilitas kebersihan bukan berarti menjamin bahwa kampus selalu bersih. Hal ini bisa di lihat dengan masih adanya sampah yang berserakan di seputaran kampus.

Seperti yang di ungkapkan salah seorang petugas kebersihan kampus Universitas Sumatera Utara yaitu ibu Zannah:

“memang dek di USU ini sedah lengkapnya segala fasilitas kebersihan, Cuma terkadang adek- adek mahasiswa ini belum semua memanfaafkan fasilitas tersebut. Kayak tong sampah dek, masih banyak mahasiswa yang buang sampah bukan di tong sampah. Jadi kan berantakan semuanya dek”.

Dari hasil wawancara di atas, kita dapat melihat bahwa penyediaan alat-alat fasilitas kebersihan telah di sediakan oleh pihan Universitas, seperti tong sampah dan perangkat penunjang lainnya. Juga petugas-petugas kebersihan yang bekerja untuk membersihkan lingkungan kampus. Tetapi meskipun demikian kita juga melihat bahwa penyediaan fasilititas tersebut tidak menjamin kebersihan lingkungan kampus secara keseluruhan. Karena masih dapat di temui beberapa tempat yang belum sepenuhnya bersih. Seperti yang diungkapkan oleh informan. Hal ini bukanlah kesalahan dari pihak Universitas melaikan karena rendahnya kesadaran masyarakat kampus akan pentingnya menjaga lingkungan.

4.5.1.1 Keadaan Kebersihan Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Sering kali kita dengar slogan “Kebersihan sebagian dari iman”. Sebagian orang awam pasti

akan berpikir bahwa orang yang tidak menjaga kebersihan adalah orang yang tidak mempunyai iman. Dewasa ini banyak orang yang tidak lagi peduli terhadap kebersihan, baik kebersihan

tubuh, kebersihan tempat kerja, kebersihan lingkungan, dan bahkan kebersihan tempat dimana Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung. Makna bersih tidak hanya bebas dari kotoran, tapi juga bersih dari hal-hal yang tak sepantasnya dilihat. Unmul sebagai kampus dimana lebih dari dua puluh ribu mahasiswanya menimba ilmu merupakan universitas yang besar. Dengan jumlah mahasiswa yang banyak tidak menutup kemungkinan banyaknya pula sampah yang dihasilkan setiap hari.

Keadaan kebersihan lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara tidak jauh berbeda dengan Fakultas-Fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara. Yang mana hal ini bisa di lihat dari masih banyaknya sampah yang berserakan di lingkungan kampus meskipun seperti kita ketahui bahwsanya pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik telah menyediakan fasilitas-fasilitas kebersihan seperti sapu dan tempat sampah dan juga telah menyediakan petugas kebersihan. Seperti kita ketahui bersama bahwa meski sudah ada fasilitas kebersihan tersebut tetapi nyantanya sampah masih berserakan dimana-mana. Seperti yang di ungkapkan salah satu petugas kebersihan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Masdah

“ iya dek disini sebenarnya sudah lengkapnya fasilitas kebersihan yang di berikan kampus, tapi terkadang masih terlihat berantakan juga padahal kami para petugas sudah menyapunya pagi hari tapi siang sudah kotor lagi sore juga di sapu laginya. Mungkin memang sudah kebiasaan mahasiswa ini tak pernah sadar diri untuk membuang sampah bekasnya sendiri ke tong sampah yang sudah disediakan kampus”.

(Sumber: hasil Wawancara 23 September 2015)

Seperti juga yang di ungkapkan oleh kak Yanti yang juga salah satu petugas kebersihan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

“iya sih sebenarnya masih banyak juga yang kotor padahal tiap hari sudah kakak sapu dan pel lantainya tiap pagi dan sore tapi masih ada juga sampah seperti puntung rokok, bungkus rokok, dan sisa-sisa makanan mahasiswa disini, bahkan kadang pas kakak ngepel masih ada juga yang lewat-lewat padahal lantai masih basah”.

(Sumber: hasil wawancara 23 September 2015)

Dari hasil wawancara di atas kita dapat melihat bahwa kebersihan lingkungan kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara masih belum sepenuhnya rapi meski sudah tersedia fasilitas kebersihan. Hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian mahasiswa untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus. Tingkat kesadaran mahasiwa sangatlah kurang, mereka acuh tak acuh dengan keberadaan sampah dan kebersihan lingkunganya. Padahal lingkungan yang kotor sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.Ruang lingkup sosial tidak hanya berlaku kepada hubungan timbal balik manusia melainkan lingkungan atau tempat tinggal manusia juga merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan prilaku sosial.

4.5.1.2 Keadaan kebersihan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sebuah pertanyaan retoris apabila anda sebagai mahasiswa menjawab “Kebersihan kampus itu tanggung jawab siapa?” Seringkali kita melihat banyak mahasiswa yang tidak perduli terhadap

lingkungan fakultasnya. Seringnya membuang sampah sembarangan menjadikan sebuah budaya baru yang kini berkembang di Indonesia tak terkecuali di lingkungan kampus.

Slogan kebersihan yang terpampang dimana-mana seharusnya bisa mengingatkan seluruh warga Kampus akan pentingnya kebersihan. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Seakan-akan tidak bisa membaca, mereka cenderung untuk tidak menghiraukan himbauan-himbauan tersebut. Mirisnya lagi adalah slogan-slogan yang terpasang di tempat yang tidak strategis justru membuat sampah karena merusak pemandangan mata.

Berbeda dengan keadaan pada Fakultas Ilmu Soaial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, kedadaan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara jika dilihat secara sekitas lebih sedikit terawat hal itu di tandai dengan beberapa perturan-peraturan seperti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara menerapkan peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Selain itu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara juga mendirikan suatu kelompok mahasiswa pencinta lingkungan dengan nama Bank Sampah. Pihak kampus juga menyediakan fasilitas-fasilitas kebersihan seperti yang ada pada fakultas-fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara.

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Laila yang penulis lakukan terhadap petugas kebersihan yang ada di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dapat di ambil informasi sebagai berikut:

“Jadi beginilah dek, kalo dilihat dari keadaan kebersihan di FKM ini memang bersih dek ko lihat tapi dek masih ada juga kelakuan-kelakuan mahasiswa yaang sukak-saukanya saja menbuang sampah sembarang, jadi cemana lagi mau di buat uda adanya semua tong sampah disitu di buat tapi taknya di buangnya di situ. Makanya kami disini jadi kerja ekstra keras tiap ada sampah langsung kami bersihkan”.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh petugas kebersihan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang lainnya yang bernama Ibu Rosidah:

“Seperti ini lah dekku sebernanya kalo di FKM ini memang sudah agak bersih, tapi dek itu karna kami yang kerja mati-matian membersihakan sampah anak-anak mahasiswa ini. Memang gak semua dek mahasiswa yang suka -sukanya membuang sampah ada juganya yang masih sadar mau membuang sampah di tong sampah yang sudah di sediakan”.

(Sumber: hasil wawancara 24 September 2015)

Dari hasil wawancara di atas dapat di lihat bahwa kepedulian mahasiswa terhadap kebersihan lingkungan kampus di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sama seperti di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dimana tingkat kepedulian mahasiswa masih belum bisa dikatakan tinggi. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku tersebut ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.Ruang lingkup sosial tidak hanya berlaku kepada hubungan timbal balik manusia melainkan lingkungan atau tempat tinggal manusia juga merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan prilaku sosial.

4.5.2 Hubungan Kebersihan Lingkungan Kampus Dengan Kenyamanan Belajar Mahasiswa

Lingkungan kampus yang kondusif dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar mereka. Lingkungan kampus yang kondusif yang meliputi hubungan yang baik antara sesama mahasiswa serta hubungan antara mahasiswa dengan dosen,

lingkungan fisik seperti ukuran kelas, suhu udara di dalam ruang kelas, pengendalian kebisingan, kebersihan kampus. Lingkungan kampus yang kondusif dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Lingkungan yang tidak sehat akan membuat siswa merasa stres dan pada akhirnya menurunkan motivasi belajar mahasiswa yang pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya.

Penelitian dalam skripsi ini ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh lingkungan kampus terhadap motivasi belajar mahasiswa sehingga dosen dan semua pihak yang terlibat di dalam pengelolaan universitas dapat menggunakannya untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik bahwasanya menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ternyata ada hubungan antara kebersihan lingkungan kampus dengan kenyamanan belajar bmahasiswa seperti petikan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan saudara Hary mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Ya pasti ada lah bang. Kalau lingkungan kampus kita bersih dan gak ada bau-bau yang tidak sedap ruangan kelas rapi udah pasti nyaman la bang belajar di kelas. Tidak seperti sekarang ni bang kalau kelas kotor mahasiswa kurang semangat belajarnya bang”.

(Sumber: hasil wawancara 28 September 2015)

Hal yang sama juga di ungkapkan salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Anggi Wardhani:

“Begini bang kalau berbicara masalah hubungan kebersihan lingkungan kampus dengan kenyamanan mahasiswa sedah tentu ada bang, kalau lingkungan kampus bersih maka mahasiswa juga semangat dalam melakukan segala bentuk aktifitas di kampus, baik itu kuliah maupun diskusi bang. Hal ini juga berpengaruh bang pad perstasi mahasiswa karena mahasiswa nyaman dalam belajar di kampus karena lingkungan kampus yang bersih.”

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara bahwa hubungan antara kebersihan lingkungan kampus dengan kenyamanan belajar mahasiswa sangat erat hubungannya. Hal tersebut di buktikan dengan pernyataan-pernyataan informan seperti di atas.

Tidak berbeda jauh dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara hal serupa juga terjadi di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Dimana hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan informan yang merupakan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang bernama Nur sania Harahap

“Pasti ada, soalnya kalau misalnya kotorkan kelihatan jorok terus kalau udah kotor dan mengendap lama kan jadi bau tidak sedap hal itu akan mengganggu pikiran dan mahasiswa tidak akan nyamnan dalam perkuliahan. Kalau bersih lingkunganya kan semangat mahasiswa juga bertambah bang dalam menimba ilmu di kampus.”

(Sumber: hasil wawancara tanggal 1 Oktober 2015)

Hal yang sama juga di ungkapkan salah satu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang bernama Asbi Syahreza Putra.

Sudah pasti ada bang, karena kalau lingkungan kampus kita bersih maka akan nyaman bagi mahasiswa untuk menimba ilmu. Hal ini juga akan sangat berpengaruh pada prestasi mahasiswa. Kalau kampusnya kotor kan akan jadi gak nyaman buat mahasiswa untuk belajar. (Sumber: hasil wawancara tanggal 1 Oktober 2015)

Lingkungan kampus adalah lingkungan dimana mahasiswa menjalani proses belajar dan melakukan aktivitas. Pengertian lingkungan kerja dapat memberikan kesamaan defenisi dari pengertian lingkugan kampus. Sihombing (2004) menyatakan bahwa: “lingkungan kerja adalah faktor-faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik dalam suatu organisasi. Faktor fisik mencakup peralatan kerja, suhu di tempat kerja, kesesakan dan kepadatan, kebisingan, luas ruang

kerja sedangkan non fisik mencakup hubungan kerja yang terbentuk di perusahaan antara atasan dan bawahan serta antara sesama karyawan. Lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja dalam suatu organisasi. Indikator lingkungan kerja adalah (1) fasilitas kerja, (2) gaji dan tunjangan, (3) hubungan kerja”.

4.5.3 Peran Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M. Echols & Hasan Shadily, 2000: 419). Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil -hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46).

Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi, (2001: 201-202) dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

H.A.R.Tilaar, (2009: 287) mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottom-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Menurut Sundari ningrum dalam Sugiyah (2001: 38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi 2 (dua) berdasarkan cara keterlibatannya,

a. Partisipasi Langsung adalah Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatantertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.

b. Partisipasi tidak langsung adalah Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya.

Mahasiswa sebagai kaum intelektual mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga lingkungan hidup. Selain itu mahasiswa adalah agent of change atau agen pembawa perubahan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dari sebelumya. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah salah satu caranya yaitu perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Dukungan berbagai pihak seperti pemerintah, WALHI, GREEN PEACE, dan juga AMDAL juga dibutuhkan dalam menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Lingkungan yang sehat akan menciptakan perdamaian pula.

Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda mahasiswa, dan pemikiran kritis mereka sangat didambakan masyarakat. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini. Di mata umat dan masyarakat pada umumnya, mahasiswa adalah agen perubahan sosial karena mahasiswa selaku insan akademis, dipandang memiliki kekuatan intelektual yang lebih sehingga kepekaan dan nalar yang rasional diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan negara dan sosial dimasyarakat. Sehingga sudah menjadi konsekuensi terhadap tuntutan dari seorang mahasiswa untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sebagai suatu kebutuhan pribadi dan masyarakat. Fungsi kontrol sosial

yang dimiliki mahasiswa bagi pembangunan diharapkan mutlak demi kemajuan pembangunan. Mahasiswa yang sudah mapan dalam berpikir, adalah mahasiswa yang tidak sekedar memikirkan kepentingan akademis semata, namun jauh tersirat dalam benaknya tentang arti dari kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu mengabdi terhadap masyarakat. Sebagai pribadi yang mampu melihat permasalahan disekitarnya dan menjadi bagian dari penyelesaiannya. Sehingga ia mampu mengerahkan potensi yang dimilikinya dan menjadi bagian penentu arah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Lebih-lebih mahasiswa juga harus peduli terhadap lingkungan kampusnya sendiri, baik itu secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Seperti yang di ungkapkan salah satu informan di bawah ini, yang bernama Maulidia Rahma Uami dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.

“kalau masalah peran atau partisipasi mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus ada bang dengan mahasiswa juga turut untuk menjaga kebersihan lingkungan kampus Fakultas Kesehatan Masyarakat ini. Iyakan kayak tadi di bilang mahasiswa itu gak buang sampah sembarangan.kalau gitu kan enak di lihat, kalau pun ada sampa h pasti di kumpuli dan di buang juga”.

(Sumber: hasil wawancara tanggal 2 Oktober 2015)

Sama juga halnya seperti yang di ungkapkan informan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat yang bernama Dinda Faradiba Lubis

“berbicara masalah partisipasi mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus khususnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ini bang pasti ada, seperti mahasiswa sudah turut menjaga fasilitas-fasilitas kampus kayak toilet, tong sampah dan lain sebagainya. Selain itu bang sebagian besar mahasiswa disini juga sudah sadar akan pentingnya menjaga kebersihan seperti membuang sampah pada tempatnya dan tidak mencemari lingkungan kampus”.

Selain pendapat dari informan Fakultas Kesehatan Masyarakat ada juga pendapat yang sama dari informan yang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang bernama Yusria Aqmarina

“begini bang, sebenarnya sebagian mahasiswa khususnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sudah turut berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. Hal ini terlihat dari tindakan sebagian besar mahasiswa yang mana sudah sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya. Tidak mencemari lingkungan kampus. Walau pun sebagian mahasiswa masih ada yang belum sadar bang, tapi hal itu tertutupi oleh petugas kebersihan yang ada sehingga kampus tidak terlihat berantakan”. (Sumber: hasil wawancara tanggal 29 September 2015)

Pendapat yang sama juga di ungkapkan informan yang ada di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik universitas Sumatera Utara yang bernama Hanum Reza.

“kalau menurut aku bang sebagian besar mahasiswa disni belum berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus, kita dapat lihat bang bahwa masih ada juga mahasiswa yang membuang sampah sembarangan, sehingga kadang kampus terlihat sedikit berantakan bang. Untung aja sekarang sudah ada petugas kebersihan yang setiap hari membersihkan lingkungan kampus sehingga kampus sedikit lebih rapi bang”.

(Sumber: hasil wawancara tanggal 29 September 2015)

Peran merupakan bagian dari tindakan sosial dalam penulisan ini, peran yang di lakukan mahasiswa adalah menjaga kebersihan lingkungan kampus. Menurut Weber bahwa tindakan sosial serta antar hubungan sosial merupakan yang dikaji oleh sosiologi. Bahwa yang dimaksudkan tindakan sosial menurut Weber tindakan individu yang sepanjang tindakannya itu memiliki makna atau arti subjektif bagi diri dan diarahkan bagi orang lain. Sebaliknya jika tindakan tersebut diarahkan dengan objeknya benda mati, tanpa dihubungkannya dengan

tindakan orang lain maka, bukan termasuk tindakan sosial Paradigma definisi sosial dalam sosiologi yang telah dipelopori oleh Max Weber merupakan suatu pendekatan terhadap individu.Tanpa melepaskan dari pencarian untuk penjelasan kausal Max Weber (1864-1920) menempatkan konsep tindakan individu yang bermakna pada pusat teorinya tentang masyarakat.

4.5.3.1 Kesadaran Mahasiswa Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Kesadaran mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan kampus. Kebersihan sebuah cerminan bagi setiap individu dalam menjaga kesehatan yang begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. Dan seperti yang kita ketahui bahwa kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, penyakit, dan lain-lain, yang dapat merugikan segala aspek yang menyagkut setiap kegiatan dan perilaku lingkungan masyarakat/kampus. Dan sebagaimana di ketahui bahwa kehidupan manusia sendiri tidak bisa dipisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Maka sebagai individu harusnya segala aspek yang ada dalam mahasiswa harus dapat menjaga kebersihan lingkungan. Karena tanpa lingkungan yang bersih setiap individu akan menderita sebab sebuah faktor yang merugikan seperti kesehatan. Kesehatan itu begitu malah harganya. Sehingga semuanya harus di olah dengan baik. Lingkungan yang kotor berarti menggangu kesehatan yang juga berarti membuat bibit penyakit. Namun segala sesuatu ada kata perubahan hanya saja dalam segala persoalan-persoalan, semua ini tidak bisa di jalankan tanpa sebuah kesadaran dari setiap individu mahasiswa maupun kelompok mahasiswa untuk menjaga kebersihan kampus, maka kebersihan itu tidak akan berguna dan menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui bahwa pandangan masyarakat/mahasiswa tentang sadar lingkungan sangatlah penting berikut cara menjaga kebersihan lingkungan:

1. Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat/mahasiswa bagaimana menjaga kebersihan lingkungan

2. Selalu libatkan elemen-elemen yang adadi kampusuntuk memberikan pengarahan kepada mahasiswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Dokumen terkait