• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERIMAAN DIRI PADA WANITA DEWASA MADYA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai

Derajat Sarjana Psikologi

RINGKASAN SKRIPSI

Disusun Oleh: Rizky Fadhilla Nasution

M2A006083

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

(2)

MELAKUKAN MASTEKTOMI

Ringkasan Skripsi

PENGESAHAN

Ringkasan skripsi telah disetujui dan disahkan Pada tanggal

______________________

Pembimbing utama Pembimbing Pendamping

Dr. Yeniar Indriana Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi, M.Si

(3)

HALAMAN PENGESAHAN...ii

DAFTAR ISI...iii

ABSTRAK...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

1. Minat dan Ketertarikan 1 2. Permasalahan penelitian 4 3. Pertanyaan Penelitian 4 B. Tujuan Penelitian...4

C. Manfaat Penelitian...5

1. Manfaat Teoretis 5 2. Manfaat Praktis 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan Diri...6

1. Pengertian Penerimaan Diri...6

2. Ciri-Ciri Penerimaan Diri...7

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penerimaan Diri...8

4. Proses Penerimaan Diri...9

B. Wanita Dewasa Madya...10

1. Wanita Dewasa Madya dan Kesehatan Fisik...10

(4)

2. Gejala-Gejala Kanker Payudara...12

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kanker Payudara...12

4. Reaksi Ketika Didiagnosis Penyakit Kanker...14

D. Mastektomi...14

1. Pengertian Mastektomi ...14

2. Reaksi Psikis Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi...14

BAB III METODE PENELITIAN A. Perspektif Fenomenologis...15

B. Fokus Penelitian...15

C. Subjek Penelitian...16

D. Metode Pengumpulan Data...16

E. Analisis Data...16

F. Verifikasi Data...17

BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Kancah Penelitian...18

1. Persiapan Penelitian…...18

2. Proses Penemuan Subjek...18

3. Kendala Peneliti di Lapangan...18

B. Horisonalisasi...18

C. Unit Makna dan Deskripsi...19

(5)

BAB V PEMBAHASAN

A. Dinamika Psikologis Keseluruhan Subjek...24 BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan...28 B. Saran...28 DAFTAR PUSTAKA...31

(6)

Oleh: mengungkap permasalahan yang muncul setelah menjalani mastektomi dan cara mengatasi permasalahan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Subjek berjumlah tiga orang dengan karakteristik: wanita usia 40-60 tahun, pernah melakukan satu kali operasi pengangkatan payudara (mastektomi) dengan jumlah payudara yang diangkat bisa satu atau keduanya dan batasan waktu pasca operasi antara 1-2 tahun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara bertahap, observasi, serta menggunakan materi audio.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses penerimaan diri pada masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu yang berbeda. Subjek #1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi mastektomi. Subjek #2 dan subjek #3 menerima nasibnya ketika didiagnosis kanker payudara. Subjek #3 membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang dibandingkan kedua subjek lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kekambuhan penyakitnya dan komentar negatif yang tidak bisa dilupakan subjek.

Keseluruhan subjek mengalami beragam dampak pasca operasi, yaitu berupa dampak fisik, dampak psikis (encounter reaction), dan dampak konatif. Apabila dampak yang muncul dapat diminimalisir dengan melakukan coping dan menggunakan faktor pendukung maka penerimaan diri pada individu akan tinggi. Apabila individu tidak bisa meminimalisir faktor penghambat maka penerimaan dirinya akan rendah.

Kata kunci: Penerimaan Diri, Mastektomi.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1. Minat dan Ketertarikan

Payudara merupakan organ penting bagi kaum wanita. Bagi seorang wanita payudara merupakan organ untuk menyusui bagi bayinya dan juga merupakan daya tarik bagi kaum pria (Hawari, 2004, h.2-3).

Payudara dapat mengalami berbagai kelainan atau gangguan penyakit. Salah satu kelainan atau gangguan penyakit yang terjadi pada payudara yaitu kanker payudara (Luwia, 2003, h.9-13). Kanker payudara adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam payudara. Tumor tersebut dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Suryaningsih & Sukaca, 2009, h.6).

(8)

Di Indonesia, data statistik kanker payudara sangat memprihatinkan karena setiap tahun muncul 200.000 kasus baru. Sebagian besar kasus kanker payudara, yakni sekitar 60-70%, terdeteksi dalam stadium 3 (kanker terdapat pada payudara dan kelenjar limfa) dan stadium 4 (kanker sudah menjalar ke bagian tubuh lainnya). Sementara, jumlah kasus kanker payudara stadium 1 (kanker hanya terdapat pada payudara) kurang dari 10% kasus (http://www.omni-hospitals.com/ omni_pulomas/blog_detail.php?_id_post=6, 8 Agustus 2011).

Resiko perkembangan kanker biasanya meningkat sering bertambahnya usia, terutama pada usia tengah baya. Lincoln (2008, h.4) menyatakan bahwa separuh dari total keseluruhan kanker payudara ditemukan pada wanita yang berusia 50-64 tahun dan jarang terjadi pada wanita berusia di bawah 30 tahun. Rentang usia tersebut termasuk dalam kategori usia dewasa madya, yaitu antara usia 45 sampai 65 tahun (Papalia, 2008, h.733).

Menurut Hawari (2004, h.109), salah satu tindakan pengobatan pada kanker payudara adalah terapi dengan operasi atau mastektomi. Mastektomi adalah pengangkatan sebagian maupun keseluruhan payudara, yang kadang dilakukan untuk mengobati kanker payudara. Tujuan dari pelaksanaan mastektomi adalah untuk membuang seluruh jaringan payudara sehingga resiko kambuh berkurang (Lincoln, 2008, h.95).

(9)

kurangnya rasa kepemilikan dan perubahan dalam seksualitas, daya tarik dan kewanitaan dengan berpikiran merasa dirinya kurang feminim dan memiliki rasa takut yang menetap akan kemungkinan kambuh atau menyebarnya penyakit. Sementara Hawari (2004, h.64-68) menyatakan bahwa kecemasan, ketergantungan, depresi, hypocondriasis, paranoid, dan obsesi kompulsi merupakan reaksi psikis yang dialami pasien pasca mastektomi.

Menurut Gottesman dan Lewis (dalam Utami & Hasanat, 1998, h.45) kondisi penyakit dan penanganan penyakit kanker dapat menimbulkan stres yang terus menerus. Dibandingkan individu yang sehat pasien kanker menunjukkan lebih mengalami krisis dan depresi. Jika kondisi psikis yang tidak menyenangkan terus bertahan dalam diri individu maka akan mengganggu kepribadian individu. Menurut Hurlock (dalam Ilmi, 2004, h.83) salah satu faktor utama dalam pembentukan kepribadian yang sehat adalah penerimaan diri. Seseorang bisa menerima dirinya apabila stres yang disebabkan oleh kecemasan dan keadaan emosional lain yang berpengaruh pada konsep diri berada pada kondisi yang minimum.

(10)

2. Permasalahan Penelitian

Kondisi fisik dan psikis pada wanita dewasa madya yang telah menjalani operasi pengangkatan payudara akan memberikan pengaruh yang negatif. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa mereka telah kehilangan payudaranya akibat operasi yang mereka jalani. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerimaan Diri Pada Wanita Dewasa Madya Yang Telah Melakukan Mastektomi.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan ketertarikan dan permasalahan penelitian yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini berangkat dari pertanyaan:

1. Bagaimana proses penerimaan diri pada wanita dewasa madya yang telah melakukan mastektomi?

2. Apa saja masalah yang dihadapi subjek setelah mastektomi dan bagaimana usaha subjek untuk mengatasi permasalahan tersebut?

B. Tujuan Penelitian

(11)

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan untuk pengembangan ilmu

psikologi, khususnya psikologi perkembangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi subjek penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi subjek dalam memahami

dan menyelami pengalaman-pengalaman dirinya dalam melakukan

penerimaan diri pasca operasi pengangkatan payudara (mastektomi).

b. Bagi penelitian lain

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penerimaan Diri 1. Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri didefinisikan sebagai sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakat-bakatnya sendiri dan pengakuan akan keterbatasan-keterbatasan sendiri (Chaplin, 2005, h.451).

Maslow (dalam Schultz, 1991, h.100) menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima diri mereka, menerima kelemahan-kelemahan atau kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atau kesusahan. Meskipun individu memiliki kekurangan-kekurangan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal tersebut..

Menurut Supratiknya (1995, h.84-85), yang dimaksud dengan menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau lawannya, dan tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri. Demi penerimaan terhadap dirinya sendiri, individu harus bersikap jujur, tulus dan autentik dalam membuka diri. Individu yang menerima dirinya lebih mampu menerima orang lain disekitarnya.

(13)

malu, serta mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya agar merasa dirinya lebih berharga.

2. Ciri-ciri Penerimaan Diri

Allport (dalam Hjelle & Ziegler, 1992, h.254-255) menyebutkan beberapa

ciri-ciri penerimaan diri yang terdapat pada individu yaitu:

a. Pembukaan diri

Individu dengan penerimaan diri tidak berada dalam hal-hal yang berkaitan

dengan kebutuhan dan keinginannya pribadi. Individu tersebut melakukan

aktivitas yang berguna bagi pekerjaan, keluarga, hobi, keagamaan atau

aktivitas lain yang diaggap berharga

b. Hubungan yang hangat

Hubungan yang hangat meliputi dua hal yaitu intimacy dan compassion.

Intimacy merupakan kemampuan individu untuk menunjukkan perasaan cinta

yang mendalam kepada keluarga dan teman tanpa disertai rasa posesif dan

cemburu. Compassion merupakan kemampuan individu untuk mentoleransi

perbedaan meliputi nilai dan sikap.

c. Pengendalian emosi

Individu dengan penerimaan diri mempunyai pandangan yang positif terhadap

dirinya sehingga dapat mentoleransi frustrasi kejadian yang tidak

(14)

d. Pemikiran yang realistis

Individu dengan mampu melihat diri sebenarnya bukan seperti dirinya yang

diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dan tugas secara objektif

sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki.

e. Diri sebagai objek

Individu dengan penerimaan diri menempatkan dirinya sebagai objek bagi

dirinya sendiri sehingga mengetahui keinginan, perbedaan dengan individu

lain dan pemikiran orang lain terhadap dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang menerima diri ditandai dengan pembukaan diri, memiliki hubungan yang hangat, pengendalian emosi, pemikiran yang realistis dan objektif dalam memandang dirinya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (1991, h.259) faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri yaitu:

a. Aspirasi yang realistis

Individu yang mampu menerima dirinya harus realistis tentang dirinya dan tidak mempunyai ambisi yang tidak mungkin tercapai. Individu harus menetapkan sasaran dalam batasan kemampuannya walaupun batas ini lebih rendah dari apa yang dicita-citakan.

b. Keberhasilan

(15)

c. Wawasan diri

Kemampuan dan kemauan menilai diri sendiri secara realistis serta menerima kelemahan serta kekuatan yang dimiliki, akan meningkatkan penerimaan diri.

d. Wawasan sosial

Kemampuan melihat diri pada individu seperti pandangan orang lain tentang diri individu tersebut menjadi suatu pedoman untuk memungkinkan individu berperilaku sesuai harapan sosial.

e. Konsep diri yang stabil

Bila individu melihat dirinya dengan satu cara pada suatu saat dan cara yang lain pada saat yang lain, yang kadang menguntungkan dan kadang tidak, akan menyebabkan ambivalensi pada dirinya.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah penerimaan diri dipengaruhi oleh aspirasi yang realistis, keberhasilan, wawasan diri, wawasan sosial, dan konsep diri yang stabil.

4. Proses Penerimaan Diri

Shontz (dalam Sarafino, 1998, h.402) memaparkan adanya serangkaian reaksi yang muncul setelah individu mengetahui bahwa dirinya terdiagnosis penyakit kronis. Reaksi tersebut terdiri dari beberapa tahapan sampai akhirnya individu dapat menerima penyakit dan menerima keadaan diri sepenuhnya. Tahap-tahap tersebut adalah:

a. Shock

(16)

b. Encounter

Tahap ini ditandai oleh munculnya perasaan kehilangan, kesedihan, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan pikiran yang simpang siur karena harus hidup dengan penyakit tersebut.

c. Retreat

Pada tahap ini, individu mulai menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penerimaan diri terdiri atas tiga tahapan yaitu shock, encounter, dan retreat.

B. Wanita Dewasa Madya 1. Wanita Dewasa Madya dan Kesehatan Fisik

Hurlock (1996, h.320) menjelaskan bahwa usia dewasa madya atau usia

setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Usia dewasa madya ditandai dengan menurunnya fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Salah satu masalah kesehatan utama pada orang dewasa usia tengah baya adalah penyakit kanker (Santrock, 2002, h.141).

(17)

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wanita

dewasa madya adalah wanita yang berusia antara 40 tahun sampai 60 tahun. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi ancaman wanita dewasa madya adalah kanker payudara.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Madya

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1996, h.10), tugas-tugas perkembangan masa usia pertengahan adalah:

a. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara.

b. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.

c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa.

d. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu. e. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisiologis

yang terjadi pada tahap ini.

f. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan.

(18)

C. Kanker Payudara 1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam payudara. Tumor tersebut dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara (Suryaningsih & Sukaca, 2009, h.6).

Kanker bermula ketika sel mulai membelah dan tumbuh dalam cara yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker bisa tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan disekitarnya dan sel-sel ganas bisa terpisah dari tumor induk untuk untuk menyebar ke bagian-bagian lain di dalam tubuh (Lincoln , 2008, h.31-32).

2. Gejala-Gejala Kanker Payudara

Menurut Gale dan Charette (2000, h.127-128), tanda dan gejala paling umum dari kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada payudara. Kebanyakan 90% ditemukan oleh wanita itu sendiri secara kebetulan. Tanda dan gejala lanjut dari kanker payudara meliputi kulit cekung, retraksi atau deviasi puting susu, nyeri jika ditekan, puting berdarah, kulit Peau d’Orange (tebal dengan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk), nyeri pada bahu, pinggang dan punggung bagian bawah, berat badan menurun), gangguan pencernaan, pusing, penglihatan kabur, dan sakit kepala.

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kanker Payudara

Menurut Bustan (2000, h.96), faktor resiko kanker payudara yaitu:

(19)

b. Status negara. Orang yang berasal dari negara-negara di benua Amerika dan Eropa lebih beresiko daripada orang yang berasal dari negara-negara di benua Asia dan Afrika.

c. Status sosial ekonomi. Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi lebih beresiko.

d. Status perkawinan. Wanita yang tidak menikah lebih beresiko terkena penyakit kanker payudara.

e. Tempat tinggal. Penyakit kanker payudara lebih banyak terjadi pada orang yang tinggal di daerah perkotaan.

f. Ras. Orang kulit putih lebih beresiko terkena kanker payudara.

g. Berat badan. Orang yang gemuk lebih beresiko terkena kanker payudara. h. Umur menstruasi. Umur menstruasi yang lebih awal akan lebih beresiko

terkena kanker payudara.

i. Umur menopause. Menopause yang terlambat akan lebih beresiko terkena kanker payudara.

j. Umur pertama melahirkan. Jika melahirkan di atas usia 30 tahun akan lebih beresiko terkena kanker payudara.

k. Riwayat keluarga dengan kanker payudara.

(20)

4. Reaksi Ketika Didiagnosis Penyakit Kanker

Pasien yang terdiagnosis penyakit kanker menunjukkan reaksi-reaksi psikologis yang terkait dengan penyakit yang dideritanya. Perasaan dan pikiran yang bisa muncul ketika menerima diagnosis kanker adalah kaget dan putus asa, tidak percaya dan menolak, depresi, rasa marah, rasa bersalah, dan menerima kenyataan (Miller, 2008, h.126-131).

D. Mastektomi 1. Pengertian Mastektomi

Menurut Lincoln (2008, h.95) mastektomi mencakup pengangkatan seluruh payudara. Tujuan dari mastektomi adalah membuang seluruh jaringan payudara sehingga resiko kambuh lokal berkurang. Menurut Kearney (2006, h.243), mastektomi adalah penghilangan jaringan payudara termasuk otot pektoralis dan kulit menutupi kanker bersama dengan areola puting susu yang kompleks.

2. Reaksi Psikis Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Perspektif Fenomenologis

Fenomenologi berakar dari filosofi Husserl (1859-1938). Husserl berpendapat bahwa peneliti atau fenomenologis perlu berupaya memahami fenomena, seperti pengalaman-pengalaman atau peristiwa-peristiwa, dalam cara-cara yang berbeda dari yang biasa. Strategi ini bermakna membuat sesuatu yang normal dan alami menjadi asing, sehingga unsur-unsur intinya dapat dikenali (Daymon & Holloway, 2008, h.229-230).

Penelitian fenomenologis berusaha menemukan makna-makna psikologis yang terkandung dalam fenomena melalui penyelidikan analisis contoh-contoh hidup. Analisis terhadap makna yang dialami seseorang akan dapat membuka wawasan baru (Smith, 2009, h.53).

Terdapat beberapa ciri yang lazim didapati dalam riset fenomenologi yaitu mengungkap dasar filosofis riset fenomenologi, mengurung asumsi-asumsi, berfokus pada sebuah fenomena utama, menggarap sampel kecil, dan analisis data tematis (Daymon & Holloway, 2008, h.232-234)

B. Fokus Penelitian

(22)

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan purposive sample. Pendekatan purposive sample didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2002, h.88-89). Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang. Karakteristik subjek untuk penelitian ini sebagai berikut:

1. Wanita dewasa madya usia 40-60 tahun.

2. Subjek pernah melakukan satu kali operasi pengangkatan payudara (mastektomi) dengan jumlah payudara yang diangkat bisa satu atau keduanya. 3. Batasan waktu pasca operasi pengangkatan payudara (mastektomi)

ditetapkan antara 1-2 tahun.

4. Bersedia dan sanggup menjadi subjek penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, observasi, serta materi audio perekaman data menggunakan MP3 recorder.

E. Analisis Data

Dalam analisis data, terdapat alur-alur yang bisa dilakukan untuk menganalisis data. Alur-alur tersebut adalah sebagai berikut:

(23)

2. Peneliti membaca dengan teliti data yang sudah diatur

3. Deskripsi pengalaman peneliti di lapangan

4. Horisonalisasi

5. Unit–unit makna

6. Deskripsi tekstural

7. Deskripsi struktural

8. Makna/esensi pengalaman subjek

F. Verifikasi Data

(24)

BAB IV ANALISIS DATA

A. Deskripsi Kancah Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Sebelum peneliti turun lapangan, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan tersebut antara lain membangun rapport, membuat interview guide, membuat surat izin penelitian, membuat informed consent, dan menyiapkan materi audio berupa MP3 recorder.

2. Proses Penemuan Subjek

Peneliti berusaha mencari subjek penelitian dengan perantara key person yaitu orang yang menurut peneliti mempunyai hubungan dengan orang-orang yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian. Setiap subjek dalam penelitian ini, peneliti dapatkan dari key person yang berbeda.

3. Kendala Peneliti di Lapangan

Selama proses penelitian tidak lepas dari berbagai kendala yang muncul. Kendala-kendala yang muncul mencakup keterbatasan peneliti, keterbatasan subjek, dan tempat penelitian.

(25)

Horisonalisasi merupakan proses dalam melakukan analisis data dengan cara memilah-milah data yang penting dan tidak penting. Transkrip hasil wawancara yang dianggap penting dan relevan dengan penelitian dipisahkan dan diolah lebih lanjut dengan memberi makna psikologis. Pernyataan-pernyataan yang relevan dengan fenomena yang diteliti ditulis dengan huruf yang dicetak tebal.

C. Unit Makna dan Deskripsi

Unit makna didapat setelah pernyataan-pernyataan hasil horisonalisasi dipahami dan dimaknai secara psikologis. Kumpulan makna-makna psikologis tersebut kemudian disimpulkan ke dalam beberapa unit makna. Setiap unit makna mengandung deskripsi tekstural subjek, yaitu pernyataan-pernyataan orisinal subjek, dan deskripsi struktural subjek, yaitu interpretasi peneliti berdasarkan pernyataan orisinal subjek.

D. Pemetaan Konsep

(26)
(27)

E. Esensi atau Makna Terdalam

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa proses penerimaan diri pada masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu yang berbeda. Subjek #1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi mastektomi. Subjek #2 dan subjek #3 sudah pasrah menerima nasibnya ketika didiagnosis kanker payudara dan saat mengetahui bahwa payudaranya harus dioperasi. Subjek #3 membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang dibandingkan kedua subjek lainnya.

Tahap retreat memberikan sumbangan terhadap pembentukan penerimaan diri pada subjek. Pada tahap ini, subjek mulai menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani hidupnya sebaik mungkin, sekalipun dengan penyakit yang dideritanya. Subjek sedikit demi sedikit mulai menghadapi kenyataan sampai akhirnya mampu menghadapi masalah yang dirasakan sebagai stressor.

(28)

Faktor pendukung dapat mempengaruhi terbentuknya penerimaan diri. Faktor pendukung yang memberikan sumbangan besar dalam pembentukan penerimaan diri adalah dukungan sosial. Orang yang memiliki dukungan sosial yang tinggi akan mengalami tingkat stres yang rendah ketika berhadapan dengan stressful experiences dan mereka mengatasinya dengan berhasil (Taylor, 2009, h.187).

F. Verifikasi data 1. Kepercayaan (Credibility)

Untuk menguji keabsahan data yang telah dikumpulkan, maka akan dilakukan beberapa cara, yaitu:

a. Keterlibatan langsung di lapangan penelitian b. Triangulasi

c. Peer debriefing

d. Kecukupan referensi e. Pengecekan anggota 2. Keteralihan (Transferability)

Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya secara rinci tentang persiapan, pelaksanaan, dan hasil penelitian, namun peneliti tidak dapat menjamin nilai transfer dalam penelitian ini berlaku secara konstan disebabkan oleh sifat manusia yang unik dan berbeda satu sama lain.

3. Kebergantungan (Dependability)

(29)

melakukan audit eksternal, yaitu pemeriksaan oleh ahli atau pembimbing yang membantu peneliti dalam melakukan tafsiran hasil penelitian.

4. Kepastian (Confirmability)

Konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui seberapa netral penafsiran dan penarikan kesimpulan. Konfirmabilitas ditunjang oleh:

a. Data mentah hasil wawancara yang meliputi baik hasil rekaman maupun catatan-catatan di lapangan.

b. Proses analisis yang benar dari horisonalisasi hingga makna atau esensi.

c. Pembahasan yang benar dengan menunjukkan bagaimana hasil analisis dihadapkan dengan teori-teori atau penelitian-penelitian lain.

d. Pemeriksaan materi audiovisual berupa kaset rekaman berisi hasil wawancara dan observasi.

(30)

BAB V PEMBAHASAN

A. Dinamika Psikologis Keseluruhan Subjek

Proses penerimaan diri dimulai dengan adanya reaksi psikis ketika merasakan adanya gejala pada payudara. Reaksi psikis yang muncul adalah shock yang kemudian disertai rasa ingin tahu (curiousity) dan takut. Reaksi psikis yang muncul pada subjek tidak hanya disebabkan oleh kemunculan gejala kanker, tetapi juga disebabkan oleh diagnosis dari pihak medis penyakit subjek serta didukung pula dengan diagnosis menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi).

(31)

Setelah menjalani operasi, mereka mengalami encounter reaction dan akhirnya menuju pada tahap retreat kembali. Pasca operasi, subjek #1 dan subjek #3 telah merasa lega meskipun harus kehilangan salah satu payudaranya.

Subjek #3 mengalami tahap shock kembali ketika tumornya tumbuh kembali pada payudara kanannya. Setelah itu, subjek berada pada tahap encounter karena muncul kembali perasaan kecewa dan menjadi lebih sensitif. Pada akhirnya subjek #3 mulai menerima kondisinya dengan ikhlas dan mengganggap kondisinya sebagai cobaan dari Tuhan.

Operasi mastektomi yang dijalani oleh ketiga subjek juga menimbulkan beragam dampak, baik dari segi fisik, psikis (encounter reaction) maupun konatif. Dampak fisik yang dialami mengakibatkan perubahan pada fisik subjek dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas, akibatnya ruang gerak subjek menjadi terbatas sehingga mengalami penurunan dalam beraktivitas dan menjadi tergantung kepada anggota keluarga (dampak konatif). Selain itu, dampak psikis (encounter reaction) juga turut mewarnai kondisi kejiwaan subjek pasca operasi. Dampak psikis (encounter reaction) yang dialami oleh ketiga subjek adalah kecewa, marah, guilty feeling, dan malu. Dampak fisik dan psikis tidak hanya timbul karena efek operasi, tetapi juga timbul karena menjalani pengobatan kemoterapi maupun radioterapi yang dijalani subjek setelah operasi.

(32)

turning to others. Dalam emotion focused coping, ketiga subjek senantiasa berdoa, meningkatkan ibadah serta mengucapkan syukur kepada tuhan (turning to religion). Subjek #3 paling banyak melakukan defense mechanism. Subjek #3 menjadi menghindar (avoidance) terhadap interaksi sosial dikarenakan kekambuhan penyakitnya serta peristiwa traumatis karena subjek pernah mendapatkan komentar negatif dari tetangganya. Subjek #1 menyangkal terhadap kondisinya saat ini dengan menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki penurunan dalam bekerja padahal kenyataannya pekerjaan kantor subjek dibantu oleh rekan kerja.

Proses penerimaan diri diiringi pula oleh adanya faktor pendorong serta faktor penghambat. Faktor pendukung akan membantu subjek untuk memperoleh penerimaan dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah dukungan sosial, penerimaan sosial, belief, harapan, keberhasilan, aspirasi realistis, ketabahan, optimis dan wawasan diri. Faktor penghambat akan menghalangi subjek untuk memperoleh penerimaan diri. Faktor-faktor tersebut adalah konsep diri, komentar negatif, dan kekambuhan penyakit.

Apabila individu telah melakukan upaya coping dan memaksimalkan

faktor pendukung yang tersedia sehingga mampu untuk meminimalisir faktor

penghambat yang muncul, maka penerimaan diri yang tinggi akan dapat terbentuk

pada diri individu. Apabila individu telah melakukan upaya coping dan

memaksimalkan faktor pendukung yang tersedia tetapi tidak juga mampu untuk

meminimalisir adanya faktor penghambat maka penerimaan diri pada individu

(33)

Keseluruhan subjek memiliki penerimaan diri yang tinggi berupa

penerimaan terhadap perubahan fisik pasca operasi, mau untuk terbuka terhadap

orang lain, dan mampu untuk berinteraksi dengan secara sosial dengan

menunjukkan sikap altruist dan empati. Subjek #2 dan subjek #3 menunjukkan

usahanya dalam mengendalikan emosi pasca operasi dengan berusaha untuk sabar.

Subjek #1 tidak melakukan pengendalian emosi karena suami senantiasa menjaga

perasaan subjek sehingga jika ada sesuatu hal yang tidak akan subjek sukai maka

suami beserta anak memilih untuk tidak memberitahu subjek.

Pada subjek #3 penerimaan dirinya tidak sepenuhnya tinggi karena subjek

#3 masih mengalami penyesalan yang belum bisa dihilangkan. Penyesalan

tersebut berupa penyakitnya yang tanpa disadarinya sudah masuk stadium tiga dan

subjek juga merasa menyesal karena tidak memperhatikan tubuhnya. Penyesalan

yang ada dalam diri subjek terbentuk karena adanya kekambuhan penyakit.

Subjek mengakui bahwa dirinya menjadi lebih sensitif setelah mengetahui bahwa

(34)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa proses penerimaan diri pada masing-masing subjek bervariasi dan membutuhkan waktu yang berbeda. Subjek #1 pasrah dan menerima dirinya setelah menjalani operasi mastektomi. Subjek #2 dan subjek #3 sudah pasrah menerima nasibnya ketika didiagnosis kanker payudara dan saat mengetahui bahwa payudaranya harus dioperasi. Subjek #3 membutuhkan proses penerimaan diri yang panjang dibandingkan kedua subjek lainnya. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kekambuhan penyakitnya dan adanya komentar negatif yang tidak bisa dilupakan subjek sehingga subjek menjadi menghindar dan menjadi pribadi tertutup. Subjek juga masih menyimpan penyesalan sampai saat ini dan belum bisa untuk dihilangkan.

(35)

Proses menuju penerimaan diri tidaklah mudah dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi dua yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung penerimaan diri adalah dukungan sosial, penerimaan sosial, belief, harapan, keberhasilan, aspirasi realistis, ketabahan, optimis dan wawasan diri. Faktor penghambat penerimaan diri adalah konsep diri, komentar negatif, dan kekambuhan penyakit.

Apabila individu telah melakukan upaya coping dan memaksimalkan

faktor pendukung sehingga mampu untuk meminimalisir faktor penghambat yang

muncul, maka penerimaan diri yang tinggi akan dapat terbentuk pada diri

individu. Apabila individu tidak mampu untuk meminimalisir adanya faktor

penghambat maka penerimaan diri pada individu akan menjadi rendah.

B. Saran 1. Bagi Subjek

a. Subjek diharapkan dapat meningkatkan potensi yang ada pada dirinya dan terus berkarya walaupun memiliki keterbatasan. Subjek dapat mencari kesibukan dengan mengikuti organisasi di lingkungannya seperti PKK, Posyandu, Dharma Wanita, organisasi keagamaan, dan lain sebagainya. b. Membuka diri dan memperluas sosialisasi terhadap orang lain sehingga

akan memiliki banyak kenalan dan mendapatkan banyak informasi dari orang lain.

c. Mencari dukungan sosial dari komunitas penderita kanker payudara yang dapat membantu penderita dalam menghadapi penyakitnya.

(36)

mengenai penyakitnya dan dapat pula diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Keluarga

a. Membangun komunikasi yang baik dengan subjek sehingga subjek mau terbuka dan nyaman dalam mengungkapkan perasaannya, dengan demikian keluarga dapat memahami dan mengerti perasaan subjek dalam menghadapi permasalahannya.

b. Anggota keluarga selalu membicarakan dengan subjek mengenai hal-hal yang terkait dengan penyakit dan pengobatannya untuk mencegah adanya pengambilan keputusan secara sepihak sebelum dibicarakan dengan subjek yang bersangkutan.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lain tentang kehidupan wanita yang setelah menjalani operasi pengangkatan payudara (mastektomi) yang mengangkat tema mengenai penerimaan keluarga terhadap kondisi wanita pasca mastektomi.

(37)

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaplin, J.P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Daymon, C., dan Holloway, I. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Alih bahasa: Cahya Wiratama. Yogyakarta: Bentang.

Dorland, W.A.N. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Gale, D., dan Charette, J. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Alih

bahasa: I Made Kariyasa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hawari, D. 2004. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hjelle, L.A., dan Ziegler, H.J. 1992. Personality Theories Basic Assumption Research and Aplication. Singapore: McGraw Hill.

Hurlock, E.B. 1991. Perkembangan Anak Jilid 2. Alih bahasa: Meitasari Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

____________.1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan edisi kelima. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.

Ilmi, G.A. 2004. Pengaruh Doa Terhadap Penerimaan diri: Studi Kualitatif Pada Penderita Kanker Payudara. Jurnal Psikologi Sosial, 2 (1), 81-96.

Kearney, N. 2006. Nursing Patients With Cancer Principle and Practice. London: Elsevier Churchill Livingstone.

(38)

Naland, H. 2011. Kanker Payudara. [online]. Diambil tanggal 8 Agustus 2011. Diambil dari: http://www.omni-hospitals.com/omni_pulomas/blog_detail. php?id_post=6

Nealon, T.F., dan Nealon, W.H. 1994. Keterampilan Pokok Ilmu Bedah. Alih bahasa: Irene Winata dan Brahm U. Pendit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Otto, S.E. 2001. Oncology Nursing Fourth Edition. Saint Louis: Mosby Inc. Papalia, D.E., Olds, S.W., dan Feldman, R.D. 2008. Human Development. Alih

bahasa: A.K.Anwar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J.W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Sepanjang Masa Hidup Jilid II. Aalih bahasa: Juda Damanik dan Ahmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.

Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology. Canada: John Willey & Sons.

Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Alih bahasa: Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Alih Bahasa: Kunta R. Jakarta: Grasindo. Smith, J.A. 2009. Psikologi Kualitatif: Panduan Praktis Metode Riset. Alih

bahasa: Budi Santosa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologi. Yogayakarta: Kanisius.

Suryaningsih, E.K., dan Sukaca, B.E. 2009. Kupas Tuntas Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.

Taylor, S.E. 2009. Health Psychology. New York: McGraw Hill.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pra survei yang telah dilakukan, maka peneliti memfokuskan untuk meneliti Pengaruh Theory Planned Behavior (Sikap, Norma Subyektif, dan Efikasi diri) serta

Keluaran Terselenggaranya fasilitasi bagi pengurus FKUB 41 orang Hasil Lancarnya pelaksanaan pemantauan, koordinasi,. pelaporan dan

Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa : Media pembelajaran berbasis web pada mata pelajaran pemasaran online untuk peserta didik SMK

Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Prtanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Prihmantoro H,

[r]

Mengingat kedua posisi tersebut merupakan penopang kemampuan survival suatu organisasi, maka tujuan perusahaan bisnis pada setiap level akan diarahkan untuk menjaga

Kurang strategis : Jauh dari jalan lintas, dekat sentra produksi Tidak strategis : Jauh dari jalan lintas, jauh dari sentra