• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek produksi pembuatan selai terung belanda (cyphomandra betacea) magdalena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek produksi pembuatan selai terung belanda (cyphomandra betacea) magdalena"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

LAPORAN TUGAS AKHIR PRAKTEK PRODUKSI

PEMBUATAN SELAI TERUNG BELANDA (Cyphomandra betacea)

Diajukan

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Mencapai Gelar Ahli Madya

Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Magdalena Tri Rahayu H3109032

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

PRAKTEK PRODUKSI

PEMBUATAN SELAI TERUNG BELANDA (Cyphomandra betacea)

Disusun Oleh:

Magdalena Tri Rahayu H3109032

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji

Pada tanggal : ………..

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Lia Umi Khasanah, ST, MT Dwi Ishartani, S.TP., M.Si NIP. 198007312008012012 NIP. 198104302005012002

Menyetujui, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

MOTTO

Jangan minta kepada Tuhan apa yang menurut Anda baik,

tetapi mintalah kepada-Nya apa yang menurut Dia baik bagi

Anda.

Hidup bisa memberi kita 100 alasan buat menangis, tapi

Tuhan memberi kita 1000 alasan untuk tersenyum.

Sesungguhnya masih banyak orang di dunia yang lebih susah

dari kita, maka hentikanlah segala keluhan kita dan bersyukur

terhadap apa yang kita punya.

Apa pun tugas hidup, lakukan dengan baik. Seseorang

semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga

mereka yang hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji, hormat dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih, berkat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :

Tuhan Yesus, sahabat terbaikku, terima kasih atas kesempatan yang terlalu banyak Kau berikan dalam langkahku yang mungkin terkadang keliru.

Keluarga tersayang, bapak, ibu, dan keponakan-keponakanku Kevin, ibra, dipta terima kasih atas dukungan dan doanya.

Ibu Lia Umi Khasanah, ST, MT dan Ibu Dwi Ishartani, S.TP., M.Si selaku Dosen Pembimbing tugas akhir, terima kasih atas bantuan, kesabaran dan pengarahannya selama penyusunan laporan.

Sahabat saya, dwi, yuni, indah tri, umi, novita, dhenis, ana, dian, bety, eren, tomblok, endah, risty, anggi, angga, tri, wahyu, fikri, candra, samsul, feri, bul bul, cemeng, dan teman-teman D3 THP 2009 yang aneh-aneh dan

unik lainnya, terima kasih yaaaa semua

Sahabat saya, Galuh Marenda, pasti ngerasa jadi artis deh ,,, terima

kasih sayang, semangatmu, senyummu,, tenang disana ya bey, doaku slalu

bersamamu,, miss u so much

Sahabat terdekat saya, Indra,.. terima kasih atas semuanya, berusahalah jangan hanya dengan hasil yang baik, tetapi dengan proses yang baik, untuk kamu dan keluargamu seperti aku berusaha melakukan

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir yang berjudul Praktek Produksi Pembuatan Selai Terung

Belanda dengan lancar.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis memperoleh banyak

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang tidak pernah berhenti untuk melimpahkan cinta

kasihNya, dukungan dan kebaikanNya.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Ketua Program Studi D3

Teknologi Hasil Pertanian.

3. Lia Umi Khasanah, ST, MT selaku Dosen Penguji I.

4. Dwi Ishartani, S.TP., M.Si. selaku Dosen Penguji II.

5. Teman-teman seperjuangan DIII Teknologi Hasil Pertanian.

6. Serta semua pihak lain yang telah membantu dalam penulisan Laporan Tugas

Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,

sehingga besar harapan penulis akan adanya saran dan kritik yang membangun

dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga laporan praktek produksi ini

dapat bermanfaat.

Surakarta, Juni 2012

(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

MOTTO... iii

PERSEMBAHAN……... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ...ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terung Belanda ... 4

B. Selai ... 7

C. Analisis Produk ... 13

D. Analisis Ekonomi ... 15

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 19

B. Bahan, Alat dan Cara Kerja ... 19

C. Analisis Produk ... 21

D. Analisis Ekonomi ... 21

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

a. Analisis Sensori ... 32

b. Analisis Antioksidan ... 37

B. Desain Kemasan ... 38

a. Bahan ... 39

b.Bentuk ... 39

c. Labelling ... 39

C.Analisis Ekonomi ... 40

1. Perhitungan Biaya Tidak Tetap ... 40

2. Perhitungan Biaya Tetap... 42

3. Biaya Operasi... 44

4. Biaya Produksi dalam 1 bulan ... 44

5. Kapasitas Produksi dalam satu bulan ... 45

6. Harga Pokok Produksi ... 45

7. Harga Jual ... 45

8. Penjualan Dalam 1 Bulan ... 45

9. Laba Kotor dalam 1 bulan ... 45

10. Laba Operasi ... 46

11. Laba bersih dalam 1 bulan ... 46

12. BEP (Break Event Point) ... 46

13. ROI (Return of Investment) Sebelum Pajak ... 46

14. ROI (Return of Investment) Setelah Pajak ... 46

15. PP (Payback Period)... 47

16. B/C (Benefit Cost Ratio) ... 47

17. IRR (Internal rate of return)... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam 100 Gram Terung Belanda ... 5

Tabel 2.2 Manfaat Dari Kandungan Buah Terung Belanda ... 6

Tabel 2.3 Syarat Mutu Selai Buah ... 9

Tabel 2.4 Kondisi Buah Pepaya Berdasarkan Tingkat Kematangan ... 11

Tabel 3.1 Analisis Produk Pada Selai Terung Belanda ... 21

Tabel 4.1 Formulasi Selai Terung Belanda ... 24

Tabel 4.2 Data Hasi Uji Organoleptik ... 33

Tabel 4.3 Penentuan Selai Terung Belanda Terpilih ... 37

Tabel 4.4 Formulasi Selai Terung Belanda Terpilih ... 38

Tabel 4.5 Biaya Bahan Baku dan Bahan Tambahan ... 42

Tabel 4.6 Biaya Kemasan ... 42

Tabel 4.7 Biaya Bahan Bakar/Energi Dalam 1 Bulan ... 42

Tabel 4.8 Upah Dalam 1 Bulan ... 43

Tabel 4.9 Biaya Perawatan dan Perbaikan dalam 1 bulan... 44

Tabel 4.10 Total Biaya Tidak Tetap Dalam 1 Bulan... 44

Tabel 4.11 Biaya Usaha Dalam 1 Bulan ... 45

Tabel 4.12 Amortisasi ... 45

Tabel 4.13 Penyusutan Biaya Tetap dalam 1 bulan ... 45

Tabel 4.14 Bunga dalam 1 bulan ... 46

Tabel 4.15 Total BiayaTetap Dalam 1 Bulan ... 46

Tabel 4.16 Total Biaya Operasi Dalam 1 Bulan... 46

Tabel 4.17 Fix Capital Investment ... 51

Tabel 4.18 Working Capital Investment ... 51

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah Terung Belanda ... 4

Gambar 2.2 Pengolahan Selai Buah Secara Umum ... 9

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Selai Terung Belanda ... 20

Gambar 4.1 Buah Terung Belanda ... 24

Gambar 4.2 Perendaman Pada Buah Terung Belanda ... 25

Gambar 4.3 Pengupasan Pada Buah Terung Belanda ... 26

Gambar 4.4 Proses Penghancuran Buah Terung Belanda ... 26

Gambar 4.5 Hasil Penyaringan Bubur Buah Terung Belanda Tanpa Biji ... 27

Gambar 4.6 Gula Pasir ... 27

Gambar 4.7 Pektin ... 28

Gambar 4.8 Pepaya Mengkal... 28

Gambar 4.9 Asam Sitrat ... 29

Gambar 4.10 Proses Pemasakan Selai Terung Belanda ... 30

Gambar 4.11 Selai Terung Belanda 4 Formulasi ... 30

Gambar 4.12 Selai Terung Belanda Dalam Kemasan ... 31

Gambar 4.13 Proses Pasteurisasi Selai Terung Belanda ... 32

Gambar 4.14 Botol Kemasan Selai Terung Belanda ... 40

(10)

commit to user

x

PRAKTEK PRODUKSI PEMBUATAN “Selai Terung Belanda”

Magdalena Tri Rahayu1 Lia Umi Khasanah2

Dwi Ishartani2

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pembuatan selai terung belanda dengan penambahan zat pengental (pektin dan pepaya) pada berbagai formulasi, mengetahui formulasi selai terung belanda terpilih melalui uji kesukaan (uji rangking), mengetahui aktivitas antioksidan dan analisa ekonomi produk selai terung belanda. Metode yang digunakan adalah persiapan alat bahan, praktek produksi, observasi analisis produk, analisis ekonomi, studi pustaka. Proses pembuatan selai terung belanda meliputi penimbangan, pengupasan, penghancuran, penyaringan, pencampuran, pemasakan, pengemasan, pasteurisasi, labelling. Pada pembuatan selai terung belanda dihasilkan 4 produk selai terung belanda berbagai formulasi. Analisis produk meliputi uji kesukaan (uji rangking) dan aktivitas antioksidan serta analisis ekonomi. Formulasi selai terung belanda terpilih yaitu selai terung belanda penambahan zat pengental pepaya mengkal. Aktivitas antioksidan selai terung belanda 0,133 mmol/100 mg sampel. Harga jual produk selai terung belanda Rp. 14.000/botol jar. Laba bersih Rp. 6.518.084,281/ bulan, Break Event Point 175 botol jar. Payback Period 3,05 bulan. Benefit/Cost ratio 1,3 dan IRR 15,43% per tahun.

Kata kunci : Selai Terung Belanda, Proses Produksi, Analisis Produk Dan Analisis Ekonomi.

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret dengan nama Magdalena Tri Rahayu NIM H3109032.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

THE “Tamarillo Jam” PRODUCTION PRACTICE

Magdalena Tri Rahayu1 Lia Umi Khasanah2

Dwi Ishartani2

ABSTRACT

The objectives of research are to find out the process of tamarillo jam production with coagulating agent (pectin and papaya) in various formulation, to find out the selected tamarillo jam through preference test (ranking test), to find out the antioxidant activity and economic analysis of tamarillo jam product. The method used was material and tool preparation, production practice, observation on product analysis, economic analysis, and library study. The process of tamarillo jam production included weighing, peeling, blending, sieving, mixing, cooking, packaging, pasteurization, and labeling. In producing tamarillo jam, 4 products of tamarillo jam were produced in various formulations. The product analysis included preference test (ranking test) and antioxidant activity as well as economic analysis. The selected tamarillo jam formulation was the one with unripe papaya addition as coagulating agent. Antioxidant activity of tamarillo jam was 0.133 mmol/100 mg sample. The sale price of tamarillo jam product was IDR 14,000/bottle jar. Net profit was IDR 6,518,084.281/month, Break Event Point of 175 bottle jar. Paypack Period of 3.05 months. Benefit/Cost Ratio was 1.3 and IRR was 15.43% per year.

Keywords: Tamarillo jam, production process, Product and Economic Analysis.

Notes:

1) The student of Agriculture Faculty of Agricultural Product technology DIII Study Program/Department of Surakarta Sebelas Maret University, named Magdalena Tri Rahayu NIM H3109032.

(12)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sangat subur dengan iklim tropis yang

memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim tropis yang

terjadi di Indonesia membuat negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang

sangat besar, baik itu yang terkandung di dalam bumi maupun yang ada di atas

tanah.

Produk hortikultura merupakan salah satu dari hasil kekayaan alam

Indonesia, terutama buah-buahan yang menempati posisi penting dalam hal

pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi manusia, khususnya vitamin dan mineral.

Akan tetapi, buah-buahan mudah sekali mengalami perubahan fisiologis,

kimiawi, dan mikrobiologis setelah panen bila tidak ditangani dengan tepat.

Dalam waktu 5-10 hari buah tidak lagi segar, akibatnya mutu dari buah-buahan

akan turun secara drastis (Sari, 2010).

Pengolahan buah-buahan merupakan salah satu alternatif untuk

mengantisipasi hasil produksi buah yang berlimpah dan tidak dapat dipasarkan

karena mutunya yang rendah. Pemanfaatan buah menjadi berbagai macam

bentuk olahan dengan pengawetan sangat menguntungkan. Selain harga jual

menjadi lebih tinggi, pengolahan buah juga bertujuan untuk memperpanjang

daya simpan, mempermudah dalam penanganan selanjutnya dan dapat

memperoleh nilai tambah dari produk olahan tersebut.

Terung belanda merupakan jenis buah yang saat ini belum begitu banyak

dipasarkan dan hanya dapat dijumpai di tempat-tempat tertentu. Budidaya buah

terung belanda juga masih jarang dijumpai, sehingga produk olahan dari buah

terung belanda juga masih minimum seperti misalnya hanya diolah jus dan

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Menurut Alissa, (2010) terung belanda mengandung provitamin A yang

baik untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati sariawan, panas

dalam dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral penting seperti potasium,

fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan. Serat yang

tinggi didalam terung belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit /

konstipasi. Terung belanda mengandung antosianin yang termasuk kedalam

golongan flavonoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak pola kehidupan masyarakat

yang telah berubah. Salah satunya adalah perubahan pola makan masyarakat

modern sekarang ini. Sarapan hanya dengan sepotong roti yang diberi selai pada

pagi hari merupakan pola hidup yang sudah terbiasa pada saat ini. Pola hidup

seperti ini mengakibatkan permintaan terhadap roti terus meningkat dan secara

langsung juga meningkatkan permintaan terhadap selai termasuk selai buah

dimana selai yang beredar dipasaran saat ini adalah selai nanas, strawberry,

blueberry.

Selai merupakan produk makanan semi basah yang dibuat dari pengolahan

bubur buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan

lainnya. Kualitas selai dapat dilihat dari kekonsistensiannya, warna yang

cemerlang, distribusi buah yang merata, tekstur yang lembut, flavor buah yang

alami dan tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan

(Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Pembuatan selai buah dengan bahan baku terung belanda menghasilkan

suatu olahan produk yang praktis, siap dikonsumsi, dan memanfaatkan

kandungan antioksidan yang terdapat pada buah terung belanda. Selain itu,

pembuatan selai terung belanda juga bertujuan untuk mengenalkan produk selai

terung belanda yang buahnya masih jarang dijumpai di pasaran, serta

(14)

commit to user B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pembuatan selai terung belanda dengan penambahan zat

pengental (pektin dan pepaya) pada berbagai formulasi?

2. Bagaimana menentukan formulasi terpilih dari beberapa formulasi selai

terung belanda pada penambahan zat pengental (pektin dan pepaya)?

3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari buah dan selai terung belanda dari hasil

analisis produk?

4. Bagaimana analisis ekonomi pada produk selai terung belanda?

C.Tujuan

1. Mengetahui proses pembuatan selai terung belanda dengan penambahan zat

pengental (pektin dan pepaya) pada berbagai formulasi.

2. Mengetahui formulasi terpilih terhadap produk selai buah terung belanda

melalui uji kesukaan yang meliputi parameter warna, rasa, aroma, tekstur.

3. Mengetahui aktivitas antioksidan pada buah dan selai terung belanda pada

formulasi terpilih.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terung Belanda

Klasifikasi ilmiah dari terung belanda

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan

berpembuluh) Super divisi : Spermatophyta

(menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan Gambar 2.1 Buah Terung Belanda berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Cyphomandra

Spesies : Cyphomandra betacea Sendtn

Buah yang memiliki nama latin Chypomandra betacea ini, mempunyai

beberapa nama popular di berbagai belahan dunia, misalnya di New Zealand

disebut “Tamarillo”, di daerah Jawa Barat disebut “Terung Kori”, di

Siborong-Borong Sumatra Utara masyarakat disana menyebutnya “Tiung” dan di Amazone

disebut “Solanum Kabiu”. Sedangkan di Indonesia secara nasional disebut

“Terung Belanda” (Sianipar, 2008).

Terung belanda merupakan tanaman perdu yang rapuh, pada umumnya

tingginya sekitar 2 sampai 3 meter tetapi ada yang mencapai 8 meter, memiliki

pangkal batang yang pendek, dan percabangannya lebat. Daunnya tunggal,

berselang-seling, berukuran (10-35) cm x (4-20) cm. Buah terung belanda

mempunyai bentuk seperti telur sungsang atau berbentuk bulat telur biasa,

berukuran (3-10) cm x (3-5) cm, meruncing kedua ujungnya, bergelantung, dan

(16)

commit to user

Hasil analisis lengkap kandungan gizi buah terung belanda dapat dilihat

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam 100 Gram Terung Belanda

Kandungan Nutrisi Terung Belanda (Tiap 100g)

Vitamin A 540-5600 µg

Vitamin B1 0.03-0.14mg

Vitamin B2 0.01-0.05 mg

Vitamin B6 0.01-0.05 mg

Vitamin C 15-42 mg

Vitamin E 2 mg

Niasin 0.3-1.4 mg

Potassium (kalium) 0.28-0.38 g

Kalsium 6-18 mg

Fosfor 22-65 mg

Magnesium 16-25 mg

Besi 0.3-0.9 mg

Seng 0.1-0.2 mg

Serat 1.4-4.7 g

Kadar air 80-90 g

Energi 40 kal

Protein 2 gr

Lemak 0,6 gr

Sumber : Departemen Kesehatan R.I, 1992

Menurut Kumalaningsih dan Suprayogi, (2006) terung belanda dapat

dibedakan menjadi tiga kategori atas dasar tipe buahnya yaitu :

a. Terung belanda merah

Terung belanda merah merupakan jenis terung belanda yang memiliki kulit

warna merah, dan terdapat merah gelap disekitar bijinya. Sisa daging

berwarna kuning emas dan mempunyai rasa manis serta bau yang enak

terutama yang berukuran kecil sehingga memungkinkan pemanfaatan sebagai

bahan baku untuk sirup, sari buah, permen.

b. Terung belanda kuning emas

Terung belanda kuning emas mempunyai warna kulit emas

kemerah-kemerahan dan tidak ada warna disekitar biji. Sedangkan sisa dagingnya

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kurang tajam dan mudah rusak bila dibandingkan dengan yang berwarna

merah. Warna yang menarik dan rasa yang lebih manis membuat buah terung

belanda kuning emas lebih disukai untuk diolah menjadi sari buah.

c. Terung belanda kuning

Terung belanda kuning memiliki warna kulit terang dan daging di sekitar biji

kuning emas dan merupakan jenis tanaman terung belanda yang mempunyai

buah paling besar dibandingkan terung belanda merah dan terung belanda

kuning emas.

Komposisi dan manfaat terung belanda bagi manusia dapat dilihat pada

Tabel 2.2 :

Tabel 2.2 Manfaat Dari Kandungan Buah Terung Belanda

Komponen Manfaat

Mineral : Ca, K, Na, Mg, Zn, Cu, Cr Berinteraksi dengan vitamin

mendukung fungsi tubuh sebagai zat gizi

Vitamin :A, B1, B2, B6, Niacinida,

Cholin, Asam Folat, Vit C, E dan Betakaroten

Diperlukan untuk fungsi tubuh

Mono dan Polisakarida :Sellulosa, Glukosa, Mannosa, Aldopentosa, Rhamnosa, Galaktosa, dan Arabinosa

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Enzim : Lipase, Amylase, Katalase, Lipase, Alkaline Phospatase

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Asam Amino : Lysine, Threonin, Valin, Methionin, Leusin, Isoleusin dan Fenilalanin

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Sumber : Suryowidodo, 1988.

Terung belanda mempunyai komponen yang lengkap, yang mempunyai

macam-macam antioksidan, baik yang berbentuk vitamin dan yang bukan seperti

vitamin E, vitamin C, vitamin B6, senyawa karotenoid, anthosianin dan serat.

Lengkapnya antioksidan alami dalam buah terung belanda memungkinkan

pemanfaatan buah terung belanda sebagai bahan baku pembuatan antioksidan

(18)

commit to user

antioksidan alami yaitu untuk meluruhkan zat-zat radikal berbahaya yang bisa

menyebabkan penyakit (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

B. Selai

Selai adalah makanan semi padat atau kental, yang terbuat dari 45 bagian

berat bubur buah dan 55 bagian berat gula. Yang dimaksud dengan bubur buah

adalah daging buah yang telah dihaluskan. Selai diperoleh dengan jalan

memanaskan campuran antara bubur buah dengan gula, kemudian dipekatkan

melalui pemanasan dengan api sedang sampai kandungan gulanya menjadi 68%.

Pemanasan atau pemasakan yang terlalu lama menyebabkan hasil selai menjadi

keras dan membentuk kristal gula. Sedangkan bila terlalu cepat atau singkat, selai

yang dihasilkan akan encer (Naharsari, 2006).

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan selai buah pada umumnya

adalah jenis buah-buahan yang mengandung pektin dan asam yang cukup. Buah

yang digunakan sangat menentukan kualitas selai yang akan dihasilkan. Tingkat

kematangan buah juga perlu dipertimbangkan karena kandungan pektin optimum

pada buah adalah buah yang baru matang dan semakin menurun seiring dengan

tingkat kematangan buah yang semakin matang (Damayanti et al, 1997).

Pada prinsipnya, selai terbentuk karena proses pembentukan gel yang

dihasilkan oleh interaksi antara gula, asam dan hidrokoloid. Untuk selai buah,

yang berperan sebagai pengental adalah pektin yang ada pada buah. Pektin

merupakan polisakarida yang terdapat dalam buah-buahan, memiliki sifat yang

dapat menaikkan kekentalan cairan atau sekaligus dapat membentuk gel dengan

gula dan asam (Fardiaz, 1984).

Selai memiliki konsistensi gel atau semi gel yang diperoleh dari interaksi

senyawa pektin yang berasal dari buah atau pektin yang ditambah dari luar, gula,

sukrosa, dan asam. Interaksi ini terjadi pada suhu tinggi dan bersifat labil setelah

suhu diturunkan. Dalam pembuatan selai ada beberapa faktor yang harus

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

keseimbangan proporsi gula, pektin, dan asam. Gula dan pektin harus berada

dalam keseimbangan yang sesuai, bila gula yang digunakan terlalu sedikit makan

selai yang dihasilkan akan menjadi keras. Sedangkan jika gula terlalu banyak,

maka selai akan menyerupai sirup (Suryani et al, 2004).

Struktur khusus dari produk selai buah-buahan disebabkan karena

terbentuknya kompleks gel dari pektin, gula dan asam. Pektin diperlukan untuk

membentuk gel (kekentalan) pada produk selai. Jumlah pektin yang ideal untuk

pembentukan gel berkisar 0,75%-1,5%. Kadar gula tidak lebih dari 65% dan

konsentrasi pektin 1% sudah dapat dihasilkan gel dengan kekerasan yang cukup

baik. Makin besar konsentrasi pektin maka makin keras gel yang terbentuk

(Fachrudddin, 1997).

Proses pembuatan selai meliputi tiga tahap utama yaitu persiapan bahan,

pemasakan dan pengisian serta pasteurisasi. Sortasi bahan baku akan menentukan

hasil akhir karena sortasi yang baik akan memperoleh selai dengan kualitas yang

diinginkan. Sortasi dilakukan berdasarkan kenampakan fisik buah, ukuran buah

dan tingkat kematangan. Pengaruh panas dan penambahan bahan tambahan

selama proses pemasakan akan mempengaruhi kualitas selai yang dihasilkan.

Pemasakan diperlukan untuk mencampur secara rata hancuran buah dan bahan

tambahan serta menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Suhu

pemasakan pada proses pembuatan selai biasanya 103-1050C. Lama pemasakan

harus tepat, pemasakan yang kurang lama akan menghasilkan selai yang encer.

Proses pengisian produk ke dalam kemasan merupakan faktor penting untuk

menunjang keawetan produk. Pengisian hendaknya dilakukan dalam kondisi

steril untuk menghindari terjadinya kontaminasi produk yang dapat

menyebabkan produk jadi mudah berjamur. Proses penutupan wadah yang benar

juga bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk (Suryani et al, 2004).

(20)

commit to user

Gambar 2.2 Pengolahan Selai Buah Secara Umum (Suryani et al, 2004)

Syarat mutu selai menurut SNI 3746-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.3

sebagai berikut :

Tabel 2.3 Syarat Mutu Selai Buah

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan

6 Cemaran Mikroba

6.1 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1×103

6.2 Bakteri coliform APM/g <3

6.3 Staphylococcus aureus Koloni/g Maks. 2 ×101 6.4 Clostridium sp. Koloni/g <10

6.5 Kapang/khamir Koloni/g Maks. 5× 101

*)dikemas dalam kaleng

Pelarutan hidrokoloid (suhu 95-1000C selama 5 menit)

Pengisian selai ke

Pendinginan

Pengupasan Hidrokoloid Bahan baku

Bubur buah Asam sitrat

Wadah jar/botol Pemasakan

(suhu 105-1100C) Selama 25-30 menit

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menurut Buckle, et al, (1985) bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan selai harus memenuhi persyaratan diantaranya, komposisi bahan

berada dalam kondisi ideal yaitu kandungan gula antara 65-75%, nilai pH antara

3,3-3,4, kandungan pektin 0,75%-1,5%, aroma dan rasa buah asli, dan daya oles

baik. Kerusakan utama yang sering terjadi pada selai adalah terbentuknya

kristal-kristal karena banyaknya bahan terlarut, gel kasar dan kaku yang

disebabkan oleh kadar gula yang rendah, gel yang kurang padat dan menyerupai

sirup karena kadar gula yang tinggi dan tidak seimbang dengan kandungan

padatan, dan pengeluaran air dari gel (sineresis) karena terlalu banyak asam.

Beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam pengolahan selai buah

adalah sebagai berikut:

a. Gula pasir

Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat dengan

rasa manis dan sering digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri

pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit

atau gula tebu (Buckle et al, 1987).

Fungsi utama dari penambahan gula dalam pembuatan selai adalah

untuk mengawetkan bahan baku selama beberapa jangka waktu agar dapat

dikonsumsi karena pada konsentrasi tinggi dapat mencegah pertumbuhan

bakteri, ragi, dan kapang. Konsentrasi gula dalam proses akhir pembuatan

selai menghasilkan tekanan osmotik tinggi. Bahkan buah yang diawetkan

dengan gula akan memiliki rasa dan nilai gizi yang baik (Suryani et al, 2004).

Penambahan gula penting untuk memperoleh tekstur dan penampakan

yang ideal. Kekurangan gula akan membentuk gel yang kurang kuat pada

semua tingkat keasaman membutuhkan lebih banyak asam untuk menguatkan

strukturnya. Walaupun jumlah pektin dan asam dapat ditingkatkan untuk

mengimbangi kekurangan gula, tapi hal ini sebaiknya dihindari karena produk

(22)

commit to user b. Pepaya mengkal

Pada prinsipnya, kondisi buah pepaya yang masih mentah, setengah

matang dan telah masak secara biologis berbeda. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Kondisi Buah Pepaya Berdasarkan Tingkat Kematangan

No Pepaya mentah Pepaya mengkal Pepaya matang 1 Warna putih Warna semburat Warna merah atau

kuning

2 Buah keras padat Buah keras padat Buah agak lunak 3 Sulit dihancurkan Agak mudah

dihancurkan

Mudah dihancurkan

4 Dapat potong Mudah dipotong-potong

6 Kandungan pektin minimal

Kandungan pektin maksimal

Kandungan pektin cukup

7 Tidak memiliki cita rasa

Rasa agak manis, aroma dan rasa spesifik

Rasa manis, aroma, dan rasa spesifik

(Lies Suprapti, 2005).

Buah pepaya merupakan buah-buahan yang mempunyai nilai gizi yang

tinggi terutama kadar vitamin C dan vitamin A. Setiap 100 gram mengandung

3,65 mg vitamin A dan 78 mg vitamin C. Pepaya memiliki kandungan pektin

dengan kadar yang tinggi oleh karena itu dapat diolah menjadi selai yang baik,

yaitu tidak encer dan mengkilap (Dudung, 1999).

c. Asam sitrat

Asam ditambahkan dalam bahan pangan disamping sebagai bahan

pengawet, juga digunakan sebagai penambah rasa, untuk mengurangi rasa

manis, memperbaiki sifat koloidal dari makanan yang mengandung pektin,

memperbaiki tekstur, dan memperbaiki ekstraksi pektin dan pigmen dari

buah-buahan. Asam yang biasa digunakan dalam pembuatan selai adalah

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang

berbentuk kristal atau berbentuk serbuk putih. Asam sitrat mudah larut dalam

air, spritus, etanol dan tidak berbau, rasanya sangat asam serta jika dipanaskan

akan meleleh kemudian terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi

arang. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-buahan seperti nanas, jeruk,

lemon dan markisa (Fatonah, 2002).

Di dalam selai, asam sitrat digunakan untuk membantu mengatur pH,

terutama untuk buah-buahan yang tidak mengandung asam yang cukup,

sehingga diperoleh pH yang diinginkan. Asam sitrat memberikan rasa asam,

mencegah kristalisasi gula, dan penjernih gel yang dihasilkan. Asam sitrat

juga berperan sebagai sumber ion hidrogen yang akan memperkuat struktur

gel. Penggunaan asam sitrat juga memberikan rasa dan aroma yang sangat

penting pada selai, mencegah pencoklatan non-enzimatis dan

mempertahankan kemanisan (Naidu, 2000).

d. Pektin

Pada umumnya senyawa-senyawa pektin dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok senyawa yaitu asam pektat, asam pektinat (pektin),

dan protopektin. Pada asam pektat, gugus karboksil asam galakturonat dalam

ikatan polimernya tidak teresterkan. Asam pektat terdapat pada jaringan

tanaman sebagai kalsium atau magnesium pekat (Winarno, 1997).

Penambahan pektin pada pembuatan selai dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah gagalnya pembentukan gel pada pembuatan selai dari

buah-buahan yang kandungan pektinnya rendah (Fatonah, 2002).

Gel pektin dapat terbentuk pada berbagai suhu walaupun kecepatan

pembentukan gel tergantung pada berbagai faktor yaitu gula, konsentrasi

pektin, jenis pektin, pH dan suhu. Pembentukan gel dapat menjadi lebih cepat

dengan semakin rendahnya suhu serta meningkatnya konsentrasi gula

(24)

commit to user C. Analisis Produk

a. Analisis sensori

Mutu bahan makanan dapat diukur berdasarkan kemampuan organ

indera manusia secara langsung sebagai penilaian organoleptik. Penilaian

yang biasa disebut juga analisis sensori ini bersifat subjektif. Parameter yang

dinilai meliputi penampakan, seperti warna buah, flavor atau aroma dan juga

tekstur yang dipengaruhi oleh kandungan air dalam sel, faktor genetis maupun

varietas buah (Syaifullah, 1997).

Uji rangking termasuk dalam uji skalar karena hasil pengujian panelis

dinyatakan dalam besaran dengan jarak/interval tertentu. Panelis diminta

untuk mengurutkan contoh-contoh yang di uji berdasarkan perbedaan mutu

sensori. Jarak atau interval antara jenjang/ranking tidak harus sama untuk tiap

tingkat. Pada uji ini, komoditi diurutkan dengan pemberian nomor urut

dimana urutan pertama selalu menunjukkan tingkat mutu sensori tertinggi dan

urut selanjutnya menunjukkan tingkat yang rendah (Rahayu, 2001).

Dalam uji rangking, panelis diminta untuk mengurutkan intensitas sifat

yang dinilai. Uji rangking dapat digunakan untuk mengurutkan uji intensitas,

mutu atau kesukaan konsumen. Pada uji rangking ini digunakan panelis

terlatih (untuk uji pembedaan) atau digunakan panelis yang tidak terlatih

(untuk uji kesukaan) (Kartika, dkk, 1998).

(Soekarto, dkk, 1985) menambahkan bahwa metode uji kesukaan atau

uji penerimaan juga disebut acceptance test atau preference test. Uji

penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas

suatu bahan yang menyebabkan orang menyenanginya. Dalam uji rangking,

panelis diminta untuk mengurutkan intensitas sifat yang dinilai. Uji rangking

dapat digunakan untuk mengurutkan uji intensitas mutu atau kesukaan

konsumen. Dalam rangka memilih yang terbaik atau menghilangkan yang

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

b. Analisis Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies

oksigen reaktif (Lautan, 1997). Penggunaan senyawa antioksidan juga anti

radikal saat ini semakin meluas seiring dengan semakin besarnya pemahaman

masyarakat tentang peranannya dalam menghambat penyakit degeneratif

seperti penyakit jantung, kanker serta gejala penuaan. Masalah-masalah ini

bekerja sebagai inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi oleh radikal bebas

reaktif yang menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit degeneratif

(Tahir, dkk, 2003).

Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada sampel yang diduga

mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Terdapat beberapa metode

menentukan aktifitas antioksidan, diantaranya DPPH (diphenyl picril hydrazil

hydrate), Cupric Ion Reducing Antioxidant (CUPRAC) dan Ferric Reducing

Ability of Plasma (FRAP). Metode DPPH dipilih karena memiliki beberapa

keunggulan, diantaranya sederhana, cepat, sensitif dan hanya membutuhkan

sedikit sampel (Aji, 2009).

Metode DPPH merupakan metode uji aktifitas antioksidan yang paling

banyak dilakukan. Prinsip metode uji aktifitas antioksidan DPPH didasarkan

pada reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan.

DPPH berperan sebagai radikal bebas yang diredam oleh antioksidan oleh

antioksidan dari sampel. Selanjutnya DPPH-H (bentuk tereduksi DPPH) oleh

senyawa antioksidan. DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil

dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama dalam keadaan kering dan

kondisi penyimpanan yang baik (Juniarti et al, 2009).

D. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi bertujuan untuk menentukan kelayakan suatu usaha,

(26)

commit to user

dijalankan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Analisis finansial

menitikberatkan kepada aspek keuangan berupa lalu lintas uang (cash flow) yang

terjadi selama usaha dijalankan (Astawan, 2006). Analisis ekonomi yang

dilakukan meliputi perhitungan biaya produksi, harga pokok penjualan, harga

penjualan, perkiraan pendapatan (rugi atau laba), IRR, ROI, dan BEP.

1. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha

dijalankan, yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun

perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya

usaha, amortisasi, biaya penyusutan alat, pajak usaha dan dana sosial.

b) Biaya Tidak Tetap/Variabel (Variabel Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika

melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja,

biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan bakar/energi, biaya

perawatan dan perbaikan.

2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga terendah dari produk yang tidak

mengakibatkan kerugian bagi produsen. Harga pokok penjualan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut

Harga Pokok Penjualan (HPP) =

ln produksi/b jumlah

ln produksi/b biaya

Total

3. Analisa Kelayakan Usaha

Analisa kelayakan usaha yang digunakan adalah meliputi penentuan

B/C ratio, PP, IRR, ROI DAN BEP.

a. Net Benefit Cost Net B/C

Benefit/cost atau B/C ratio yaitu perbandingan antara tambahan

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

bila kita akan memperbandingkan dua methode, contohnya metode

penggunaan teknologi lama dengan teknologi baru. Untuk mengkaji

kelayakan proyek sering digunakan pula kriteria yang disebut (Benefit Cost

Ratio) BCR. Penggunaannya dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek

untuk kepentingan umum atau sektor publik. Meskipun penekanannya

ditujukan kepada manfaat bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan

finansial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan

kriteria ini (Gittinger, 1986).

b. Payback Period (PP)

Metode Payback Period (PP) adalah periode yang diperlukan untuk

menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan

menggunakan arus kas. Dengan kata lain, payback period merupakan rasio

antara initial cash investment dan cash inflow-nya yang hasilnya

merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan

maksimum payback period yang dapat diterima. Payback Periode

merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal

yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun

waktu (baik tahun maupun bulan). Payback periode tersebut harus lebih

dari nilai ekonomis proyek. Untuk industri pertanian diharapkan nilai

tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari lima tahun

(Susanto, 1994).

c. IRR (Internal rate of return)

Menurut Astawan, (2006) internal rate of return adalah untuk

mencari suatu tingkat bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang

dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proceed)

dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Dengan

kata lain, IRR adalah discount rate yang menjadikan NPV sama dengan

(28)

commit to user

Pada dasarnya internal of return dapat dicari dengan cara trial dan

error atau sistem coba-coba. Pertama-tama dihitung dahulu PV dari

proceed yang diharapkan dengan menggunakan discount rate kita tentukan,

kemudian hasilnya dibandingkan dengan investment dari outlay kalau PV

dari proceed lebih besar dari pada PV dari investasi, maka kita harus

menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya. Cara

tersebut dilakukan sampai kita menentukan tingkat bunga yang dapat

menjadikan NPV dari proceed sama besar dengan NPV dari outlannya,

atau dengan kata lain PV sama dengan kata lain NPV sama dengan nol

d. Return On Investment (ROI)

Return On Investment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvertasikan dalam

periode waktu tertentu. Perusahaan perlu membuat perhitungan ROI karena

manfaatnya sangat besar, yaitu perusahaan dapat mengukur tingkat

kemampuan usaha dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya.

Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan modal dalam perusahaan tersebut. Pada umumnya besar

kecilnya ROI ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam menghasilkan

laba, kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal dan

kemampuan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan (Tim Penulis

Swadaya, 2008).

% 100 Produksi Biaya

Total

Laba

ROI= x

ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara hasil

penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi pajak

pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak

pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat dinyatakan

sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap ditambah modal

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

e. Break event point (BEP)

BEP merupakan perbandingan antara nilai hasil penjualan produksi

dengan biaya produksi dengan biaya produksi. Nilai yang diperoleh

merupakan titik impas sebuah usaha dan menggambarkan kondisi usaha

tidak mengalami keutungan maupun kerugian. BEP dipakai untuk

menentukan besarnya volume penjualan di mana perusahaan tersebut sudah

dapat menutup semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian maupun

(30)

commit to user

19 BAB III

TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Produksi Pembuatan Selai Terung Belanda dilaksanakan pada

bulan Februari - Juni 2012 di Laboratorium Pangan dan Gizi, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Bahan, Alat dan Cara Kerja 1. Bahan

Bahan–bahan yang digunakan dalam pembuatan Selai Terung Belanda

adalah buah Terung belanda, gula pasir, zat pengental (pektin dan pepaya)

dan asam sitrat. Bahan yang digunakan pada analisa sensori adalah air

mineral, roti tawar, borang penilaian, snack. Dan pada analisa kimia

meliputi uji aktivitas antioksidan, bahan yang digunakan larutan sampel

Selai Terung Belanda, larutan DPPH, methanol, aseton, alumunium foil.

2. Alat

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan Selai Terung Belanda

adalah kompor, blender, kain saring, panci, solet kayu, timbangan, pisau,

baskom dan sendok. Pada analisa sensori, peralatan yang digunakan

seperti sendok, nampan, pisau, cup. Sedangkan pada peralatan yang

digunakan dalam analisa kimia Selai Terung Belanda adalah tabung reaksi,

spektrofotometri, kuvet, pipet volume 5 ml, pipet volume 1 ml, pipet

volume 10 ml, glass beker, pro pipet, vortex, rak tabung reaksi.

3. Cara Kerja

Proses pembuatan Selai Terung Belanda dengan berbagai fomulasi

penambahan zat pengental (pektin dan pepaya) dapat dilihat pada diagram

alir Gambar 3.1. Sedangkan pembuatan selai terung belanda, terdapat 4

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Selai Terung Belanda Dalam Beberapa Formulasi Keterangan : 24 menit pada suhu

100-1050C

(Blanching) 82-930C selama 4 menit

Pengupasan saring 12 mesh Pepaya mengkal Selai Terung Belanda

(32)

commit to user C. Analisis Produk

Pada pembuatan selai terung belanda dengan 4 formulasi yang

berbeda, perlu dilakukan analisis produk seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Analisis Produk Pada Selai Terung Belanda

Analisis Produk Metode Uji organoleptik

Uji antioksidan

Uji kesukaan yaitu uji rangking (Soekarto, 1985) DPPH (Subagyio dan Morita, 2001)

D. Analisis Ekonomi

Untuk mengetahui harga pokok, harga jual dan keuntungan produk

maka dilakukan analisa kelayakan ekonomi meliputi biaya produksi (biaya

tetap, biaya variabel), Gross Benefit Cost Racio (Net B/C Ratio), IRR, ROI,

BEP. Metode perhitungan yang digunakan dalam penentuan B/C ratio, IRR, ROI, dan BEP sebagai berikut :

1. Biaya produksi

Total biaya produksi = total fixed cost + total variable cost

2. Biaya Perawatan Dan Perbaikan (BPP)

alat

FPP = faktor perawatan dan perbaikan

3. Penyusutan/Depresiasi

NS : Biaya penyusutan

N : Jumlah bulan

4. Pajak Usaha

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

5. Harga Pokok Penjualan

HPP=

produksi kapasitas

produksi Biaya

6. Perhitungan Penjualan

Penjualan = Harga/unit x jumlah unit

7. Perhitungan Rugi Laba

Laba kotor = Penjualan-Biaya Pokok Produksi

Laba bersih = Laba Operasi – Pajak Usaha

8. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

produksi

Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1 dan

NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount

factor kedua harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya.

Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan

NPV negatif yaitu pada NPV = 0.

Rumus:

dimana: i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

*) Net Present Value (NPV)

NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan

social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor.

(34)

commit to user

NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana

TR=TC dalam bentuk present value.

Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi,

biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang

direncanakan.

10.ROI (Return on Investment)

ROI sebelum pajak = x100%

(VC kapasitas produksi HrgJual

FC

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Produk

Selai buah merupakan suatu produk olahan pangan semi basah,

dengan pengolahan bubur buah dan gula yang dibuat dari campuran 45 bagian

berat buah dan 55 bagian berat gula dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan yang diizinkan. Buah terung belanda yang digunakan dalam bahan

baku pembuatan selai terung belanda adalah buah yang sudah masak, masih

segar dan sesegera mungkin diolah menjadi hasil olahan selai. Buah terung

belanda yang masih segar yaitu daging buah yang masih bertekstur keras

berwarna kuning dan bijinya berwarna ungu. Buah terung belanda yang

mengalami penyimpanan terlalu lama pada suhu ruang maka bijinya dapat

berubah semakin lama semakin kekuningan sehingga dapat mempengaruhi

mutu dari buah terung belanda. Dalam praktek produksi ini dibuat selai

Terung Belanda dengan 4 formulasi (Tabel 4.1) yang berbeda berdasarkan

zat pengental yang digunakan yaitu pektin dan pepaya mengkal.

Tabel 4.1 Formula Selai Terung Belanda

Bahan Formula

I

Dalam praktek pembuatan selai Terung Belanda meliputi beberapa

tahapan sebagai berikut :

1. Pencucian

Buah terung belanda sebanyak 1,3 kg kemudian dicuci bersih dan

diambil tangkai buahnya. Proses pencucian bertujuan untuk

(36)

commit to user

terung belanda. Proses pencucian pada buah terung belanda dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 BuahTerung Belanda 2. Blanching

Buah terung belanda yang telah dicuci kemudian diblanching

dalam air yang memiliki suhu930C selama 4 menit. Perendaman dalam air

yang memiliki suhu cukup tinggi ini bertujuan untuk melunakkan jaringan

dari buah terung belanda sehingga memudahkan dalam pengupasan kulit

terung belanda. Proses perendaman dalam air dengan suhu tinggi dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Perendaman Pada Buah Terung Belanda 3. Pengupasan

Setelah buah terung belanda diblanching, kemudian dilakukan

proses pengupasan seperti pada Gambar 4.3. Kulit buah terung belanda

mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat dihilangkan

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

selama 4 menit, mengganti air setelah merebusnya 3 – 4 menit dan

memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa pahit dan sepat buah yang

masih muda (Morton, 1987). Pada proses pengupasan ini dihasilkan kulit

buah terung belanda sebanyak 75 gram dan buah terung belanda 1,225 kg.

Gambar 4.3 Pengupasan Pada Buah Terung Belanda 4. Penghancuran

Buah terung belanda yang telah dikupas kemudian dilakukan

proses penghancuran dengan cara diblender seperti pada Gambar 4.4.

Proses penghancuran ini bertujuan untuk memisahkan bagian-bagian dari

buah terung belanda dari isinya yang sulit hancur. Waktu penghancuran

berlangsung sekitar ± 15 detik. Hal ini dilakukan agar biji-biji buah terung

belanda tidak terikut pada proses penyaringan, sehingga tidak

mempengaruhi tekstur dan warna pada selai terung belanda.

(38)

commit to user

5. Penyaringan

Tujuan dari penyaringan adalah memisahkan biji dari bubur buah

terung belanda agar tidak mempengaruhi penampakan maupun tekstur

pada selai terung belanda. Proses penyaringan dilakukan menggunakan

kain saring berukuran ± 12 mesh. Hasil dari penyaringan ini berupa biji

buah terung belanda sebanyak 175 gram dan bubur buah terung belanda

sebanyak 1 kg. Hasil dari proses penyaringan bubur terung belanda dapat

dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Hasil Penyaringan Bubur Buah Terung Belanda Tanpa Biji

6. Penambahan Bahan Tambahan

a. Gula pasir

Pada pembuatan selai terung belanda dengan bahan baku bubur

buah terung belanda 1 kg, gula pasir yang diperlukan sebanyak 750

gram, dapat dilihat pada Gambar 4.6.

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Tujuan penambahan gula pasir dalam pembuatan selai adalah

untuk memperoleh tekstur, penampakan dan flavour yang ideal.Selain

itu dalam pembuatan selai, gula berperan penting sebab berkaitan

dengan pembentukan gel pektin didalamnya (Yuliani, 2011).

b. Pengental

Pengental yang digunakan dalam pembuatan selai terung

belanda dengan 4 formulasi adalah pektin dan pepaya mengkal yang

dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.

Gambar 4.7 Pektin Gambar 4.8 Pepaya Mengkal Menurut Endrinaldi, dkk (2010) pepaya mengkal mengandung

pektin yang merupakan serat larut dalam air. Pada proses pembuatan

selai, pektin diperlukan untuk membentuk gel. Bila pektin terlalu

rendah maka tidak akan membentuk gel, begitu juga bila pektin terlalu

tinggi maka selai yang terbentuk menjadi sangat kental. Dengan

konsentrasi pektin 1% sudah dapat dihasilkan gel dengan kekerasan

yang cukup baik (Yuliani, 2011). Pada pembuatan selai terung

belanda, formulasi III dan IV selai terung belanda menggunakan

pengental pektin serbuk dari buah apel dengan kadar 0,75% dan 1%,

sedangkan pada 2 formulasi lainnya yaitu formulasi I dan II

menggunakan kandungan pektin alami dari buah pepaya yang masih

mengkal sebanyak 200 gram dan 250 gram. Pada formulasi I dan II

yang menggunakan pepaya mengkal sebagai pengental, buah pepaya

yang masih mengkal dikupas, dicuci kemudian diblender/dihancurkan

(40)

commit to user

bijinya. Hal ini dilakukan karena buah pepaya mengkal yang akan

dihancurkan/diblender tidak akan hancur dengan maksimal karena

tekstur pepaya mengkal yang masih keras. Oleh karena itu,

penghancuran buah pepaya mengkal ditambahkan dengan bubur buah

terung bertujuan agar buah pepaya mengkal dapat benar-benar hancur

menjadi bubur.

c. Asam sitrat

Asam ditambahkan dalam bahan pangan disamping sebagai

bahan pengawet, juga digunakan sebagai penambah rasa, untuk

mengurangi rasa manis, memperbaiki sifat koloidal dari makanan

yang mengandung pektin, memperbaiki tekstur, dan memperbaiki

ekstraksi pektin dan pigmen dari buah-buahan. Asam yang biasa

digunakan dalam pembuatan selai adalah asam sitrat, asam tartat, dan

asam malat (Fachruddin, 1997).Pada pembuatan selai terung belanda,

asam yang digunakan adalah asam sitrat seperti pada Gambar 4.9.

Penggunaan asam sitrat pada pembuatan selai terung belanda

sebanyak 3 gram.

Gambar 4.9 Asam Sitrat

Menurut Winarno et al, (1984) asam sitrat yang termasuk

asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa, warna atau dapat

menyelubungi ‘after taste’ yang tidak disukai. Asam sitrat digunakan

sebagai pemberi derajat keasaman yang cukup baik karena asam sitrat

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

7. Pemasakan

Bubur buah yang sudah terpisah dengan biji buah terung belanda

kemudian ditambahkan gula pasir, pengental dan asam sitrat. Penambahan

bahan tambahan ini dilakukan ketika akan dilakukan proses pemasakan

agar gula, pektin dan asam sitrat benar-benar larut dalam bubur terung

belanda. Proses pemasakan selai terung belanda (Gambar 4.10)

berlangsung selama 24-27 menit dengan suhu 100-1050C.

Gambar 4.10 Proses Pemasakan Selai Terung Belanda

Pada pembuatan selai terung belanda formulasi III dan IV dengan

penambahan pektin, proses pemasakan berlangsung lebih cepat karena

pektin yang digunakan adalah pektin serbuk dengan kandungan/kadar

pektin lebih besar jika dibandingkan selai terung belanda formulasi I dan II

yang menggunakan pektin alami dari pepaya mengkal. Pada proses

pemasakan selai terung belanda formulasi III dan IV, memerlukan waktu

selama ± 20 menit. Sedangkan pada selai terung belanda formulasi I dan

II, proses pemasakan memerlukan waktu ± 24-27 menit.

Dari proses pembuatan 4 formulasi selai terung belanda kemudian

dapat dihasilkan 4 produk selai terung belanda seperti pada Gambar 4.13.

a) Formulasi I b) Formulasi II c) Formulasi III d) Formulasi IV

(42)

commit to user

8. Pengemasan

Pada proses berlangsungnya pemasakan selai, pada saat yang sama

dilakukan proses pasteurisasi pada kemasan selai. Proses pasteurisasi ini

bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam kemasan yang

akan digunakan untuk mengemas selai.

Pengemasan produk selai dilakukan setelah produk selesai dimasak

(kondisi produk masih panas) dan segera mungkin diisi ke dalam kemasan

yang kemudian langsung ditutup. Pengemasan cara ini disebut hot filling

dan dengan cara ini dapat menghemat perlakuan pasteurisasi maupun

sterilisasi setelah pengemasan (Fatonah, 2002).

Gambar 4.12 Selai Terung Belanda Dalam Kemasan

Pengemasan pada selai terung belanda dikemas dalam botol jar.

Selai terung belanda yang sudah masak langsung dimasukkan ke dalam

botol jar dalam keadaan panas dan segera ditutup. Botol yang digunakan

untuk proses pengemasan telah dipasteurisasi pada suhu 85 - 900C selama

30 menit.

9. Pasteurisasi

Selai Terung Belanda yang sudah dikemas dalam botol jar

kemudian dilakukan pasteurisasi pada suhu 85 - 900C selama 30 menit.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Gambar 4.13 Proses Pasteurisasi Selai Terung Belanda

Tujuan dari pasteurisasi ini untuk mengurangi populasi

mikroorganisme pembusuk sehingga bahan pangan yang dipasteurisasi

tersebut akan mempunyai daya awet beberapa hari sampai beberapa bulan.

Setelah proses pasteurisasi dilakukan, kemudian dilanjutkan tahap terakhir

dalam pembuatan selai terung belanda yaitu proses pelabelan. Proses

pelabelan dilakukan di tahap terakhir karena produk selai terung belanda

memerlukan proses pasteurisasi terlebih dahulu. Jika proses pelabelan

dilakukan setelah proses pengemasan maka pada proses pasteurisasi, label

akan menjadi rusak. Dari proses pelabelan kemudian produk selai terung

belanda telah siap dijual/dipasarkan.

a. Analisis Sensoris

Uji organoleptik/analisis sensori adalah pengujian yang dilakukan

untuk memberikan penilaian terhadap suatu produk, dengan mengandalkan

panca indera. Panelis adalah orang/kelompok yang memberikan penilaian

terhadap suatu produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam

melakukan uji organoleptik adalah fisiologi (keadaan fisik panelis),

psikologi (perasaan panelis) dan kondisi lingkungan saat pengujian

(Kume, 2002). Dalam uji panelis diminta tanggapan pribadinya tentang

kesukaan dan ketidaksukaannya. Penilaian organoleptik dilakukan oleh 30

(44)

commit to user

selai terung belanda meliputi parameter warna, rasa, aroma, dan tekstur

dapat dilihat pada Tabel4.2.

Tabel 4.2 Data Hasi Uji Organoleptik

Keterangan :

Rangking 1 : paling suka Rangking 2 : agak suka Rangking 3 : kurang suka Rangking 4 : tidak suka

a. Warna

Warna merupakan parameter yang sangat menentukan bagi

tingkat penerimaan konsumen/panelis terhadap suatu produk. Secara

subyektif, konsumen akan menilai suatu produk dengan melihat warna

yang dilihat secara visual. Penerimaan warna suatu bahan pangan

berbeda-beda tergantung dari faktor alam, geografis, dan aspek sosial

masyarakat penerima (Winarno, 1997). Pada parameter warna Tabel

4.2, selai terung belanda formulasi II, III, memiliki beda nyata dengan selai terung belanda formulasi II, namun tidak beda nyata dengan selai

terung belanda formulasi IV. Sedangkan pada selai terung belanda

formulasi I memiliki beda nyata terhadap selai terung belanda formulasi

II, III dan IV. Pada parameter warna nilai terkecil terdapat pada

formulasi I dengan penambahan pepaya mengkal 200 gram. Dari data

pada parameter warna menunjukkan bahwa pada formulasi I dengan

penambahan pepaya mengkal 200 grammerupakan formulasi selai

terung belanda yang paling disukai. Sampel ini paling disukai karena

pada kenampakannya formulasi I memiliki warna yang lebih menarik

jika dibandingkan dengan formulasi II, III, dan IV. Warna selai terung

belanda formulasi III dan IV cenderung lebih gelap dari formulasi I

dan pada formulasi IIlebih mendekati warna pada formulasi I namun Formula Warna Rasa Tekstur Aroma Overall

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

yang paling disukai adalah pada formulasi I dengan penambahan

pepaya mengkal sebanyak 200 gram. Hal ini disebabkan pada formulasi

I dan II, penambahan pepaya mengkal mempengaruhi warna dari selai,

karena adanya kadar air pada pepaya mengkal dan pepaya mengkal

yang memiliki warna cenderung orange kekuningan sehingga

mempengaruhi warna dari selai.

b. Rasa

Rasa memegang peranan penting dari keberadaan suatu

produk. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen lebih menghargai dan

bersedia membayar tinggi makanan enak atau yang disukai, tanpa

mempertimbangkan komposisi gizi atau sifat obyektif lainnya. Rasa

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah senyawa kimia,

suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa lain (Winarno,

1997). Pada parameter rasa Tabel 4.2, baik formulasi I, formulasi II,

formulasi III maupun formulasi IV memiliki hasil beda nyata terhadap

semua formulasi. Dari Tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa pada parameter

warna nilai terbesar terdapat pada formulasi I dengan penambahan

pepaya mengkal 200 gram. Ini menunjukkan bahwa pada parameter

warna, formulasi I merupakan sampel yang paling disukai. Sampel ini

paling disukai karena padaformulasi I memiliki rasa yang lebih baik

jika dibandingkan dengan formulasi II, formulasi III dan formulasi IV.

Rasa dari selai terung belanda ini adalah rasa manis pada selai

umumnya namun ada rasa asam yang terdapat dari bahan baku buah

terung belanda yang rasanya sangat asam. Pada formulasi III dan IV

memiliki rasa yang sangat asam karena penambahan pektin dalam

sampel tersebut yang bertujuan sebagai pengental tidak dapat

mengurangi rasa asam yang begitu terasa pada pada buah terung

belanda. Sedangkan pada formulasi I dan II memiliki rasa yang tidak

(46)

commit to user

c. Tekstur

Tekstur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

konsumen terhadap suatu produk pangan. Tekstur terkadang lebih

penting dari penampakan, aroma, rasa, karena dapat mempengaruhi cita

rasa makanan. Pada parameter tekstur Tabel 4.2, baik formulasi I,

formulasi II, formulasi III maupun formulasi IVmemiliki hasil beda

nyata terhadap semua sampel. Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada

parameter tekstur nilai terbesar terdapat pada formulasi I dengan

formulasi penambahan pepaya mengkal 200 gram. Ini menunjukkan

bahwa pada parameter tekstur, selai terung belanda formulasi I

merupakan sampel yang paling disukai. Sampel ini paling disukai

karena pada kenampakannya selai terung belanda formulasi I memiliki

tekstur/daya oles selai yang lebih baik jika dibandingkan denganselai

terung belanda formulasi II, III dan IV. Sedangkan pada selai formulasi

II memiliki tekstur yang lebih cair jika dibandingkan dengan selai

formulasi I. Pada selai formulasi III dan IV memiliki tekstur yang

sangat kental/padat dan memiliki daya oles yang kurang baik. Hal ini

disebabkan karena terdapat kandungan pektin dari buah terung belanda

walaupun tergolong rendah.

d. Aroma

Pada parameter aroma Tabel 4.2 pada selai terung belanda

formulasi Imemiliki hasil beda nyata terhadap selai terung belanda

formulasi III dan IV, namun tidak beda nyata dengan selai terung

belanda formulasi II. Dari Tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa pada

parameter aroma nilai terbesar terdapat pada selai terung belanda

formulasi I dengan formulasi penambahan pepaya mengkal 200 gram.

Ini menunjukkan bahwa pada parameter aroma, selai terung belanda

formulasi I merupakan sampel yang paling disukai. Sampel ini paling

disukai karena pada aroma selai terung belanda formulasi I memiliki

aroma buah terung belanda, manis dari gula pasir dan sedikit aroma dari

(47)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

formulasi I yang lebih terasa aromanya jika dibandingkan dengan selai

terung belanda formulasi II, III, IV. Pada selai terung belanda formulasi

II aromanya lebih cenderung aroma pepaya mengkal yang lebih

tercium. Sedangkan pada selai terung belanda formulasi III dan IV

memiliki aroma yang hampir sama karena pada penambahan pektin

tidak mempengaruhi aroma pada sampel tersebut.

e. Over all

Pada parameter over all Tabel 4.2, setiap formulasi selai

terung belanda memiliki hasil beda nyata terhadap semua sampel. Dari

Tabel 4.2 dapat kita lihat bahwa pada parameter over all nilai terbesar terdapat pada selai terung belanda formulasi I dengan formulasi

penambahan pepaya mengkal 200 gram. Ini menunjukkan bahwa pada

parameter over all, selai terung belanda formulasi I merupakan sampel

yang paling disukai.

Pada parameter rasa, selai terung belanda formulasi Imemiliki

rasa yang lebih manis dan paling disukai oleh panelis, begitu juga pada

parameter aroma dan tekstur. Pada parameter aroma, selai terung

belanda formulasi I memiliki aroma khas buah terung belanda, manis

dari gula pasir yang lebih terasa dibandingkan formulasi selai terung

belanda lainnya, dan juga sedikit aroma dari pepaya mengkal.

Sedangkan pada parameter tekstur, formulasi selai terung belanda

formulasi I memiliki tekstur dengan daya oles selai yang baik.

Penentuan formulasi selai terung belanda yang paling disukai juga

ditentukan seberapa ekonomis pada 4 formulasi selai terung belanda

yang diuji organoleptik.

Data hasil uji organoleptik pada Tabel 4.2 menunjukkan pada

parameter over all, selai terung belanda formulasi I merupakan sampel

yang paling disukai oleh panelis. Dari uji organoleptik tersebut kemudian

diolah secara statistik agar didapatkan formulasi selai terung belanda yang

paling disukai, dapat dilihat pada Tabel 4.3. Penentuan formulasi selai

(48)

commit to user

tingkat ekonomis dari penggunaan bahan baku dari pembuatan selai terung

belanda.

Tabel 4.3 Penentuan Selai Terung Belanda Terpilih

Keterangan :

Yang dilingkari = formulasi yang paling disukai untuk setiap parameter

Pada Tabel 4.2 telah dijelaskan dari parameter rasa, tekstur, aroma

dan over all, selai terung belanda yang paling disukai adalah selai terung

belanda dengan penambahan pepaya mengkal 200 gram pada formulasi I.

Sedangkan pada parameter warna, selai terung belanda pada formulasi II

merupakan sampel yang paling disukai. Dari keempat formulasi selai

tersebut, yang membedakan adalah formulasi pengental (pektin dan

pepaya). Pada 4 sampel selai terung belanda dengan formulasi yang

berbeda, formulasi III dan IV dengan penambahan pektin 0,75% dan 1%

merupakan formulasi yang tidak disukai oleh konsumen, dari segi rasa

kedua formulasi ini rasa selai terung belanda sangat asam, pada parameter

warna dari selai terung belanda formulasi III dan IV juga berwarna merah

pucat, tekstur dari kedua formulasi selai terung belanda ini sangat

kental/padat, sehingga daya oles dari selai formulasi III dan IV tidak baik.

Dilihat dari segi ekonomis, pada selai terung belanda formulasi I

dan II lebih ekonomis dibandingkan dengan formulasi selai terung belanda

III dan IV. Penggunaan pepaya mengkal pada formulasi I dan II lebih

ekonomis karena harga pepaya mengkal jauh lebih terjangkau dari pektin

yang digunakan pada selai terung belanda formulasi III dan IV. Pada selai

terung belanda formulasi I merupakan selai yang paling ekonomis dalam

pembuatannya, karena memerlukan pepaya mengkal lebih sedikit sehingga

biaya produksi lebih kecil. Sedangkan pada hasil uji organoleptik, secara Formulasi Warna Rasa Tekstur Aroma Overall

Gambar

Gambar 2.1 Buah Terung Belanda
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam 100 Gram Terung Belanda
Tabel 2.2 :
Gambar 2.2  Pengolahan Selai Buah Secara Umum (Suryani et al, 2004)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu..

Dengan mengucap puji syukur kehadirat kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Taufik dan Hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah variabel yang digunakan yaitu kualitas hubungan, kedekatan hubungan, komunikasi, kualitas komunikasi,

(2) There is a significant difference between the ability of reading recount text of the eighth grade students of MTs N Kudus in academic year 2011/2012 before and

Hasil dari penelitian bahwa orang tua yang melimpahkan Hak Asuh Anak kebanyakan tidak menjalankan prosedur yang seharusnya dalam penyelesaian pelimpahan Hak Asuh

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).

Pasien kehilangan gigi 11 12 15 16 17 21 22 24 25 26 dan 27 yang diindikasikan untuk pembuatan overdenture gigi tiruan sebagian lepasan (GTS) kerangka logam dengan pegangan

Saya berusaha untuk tidak bertanya pada teman. saat