• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep pengendalian mutu dan haccp (hazard analysis critical control point) dalam proses pembuatan “selai terung belanda” anna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep pengendalian mutu dan haccp (hazard analysis critical control point) dalam proses pembuatan “selai terung belanda” anna"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

LAPORAN TUGAS AKHIR

KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN HACCP

(

Hazard Analysis Critical Control Point

) DALAM

PROSES PEMBUATAN “SELAI TERUNG BELANDA”

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Progam Studi

D III Teknologi Hasil Pertanian

Oleh : ANNA RIYANTI

H3109009

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN HACCP

(

Hazard Analysis Critical Control Point

) DALAM

PROSES PEMBUATAN “SELAI TERUNG BELANDA”

Disiapkan dan Disusun Oleh

ANNA RIYANTI H3109009

Telah dipertahankan di hadapan dosen penguji

Pada tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui,

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 195602251986011001

Dosen Pembimbing/Penguji I

Rohula Utami, S.TP., M.P NIP. 198103062008012008

Dosen Pembimbing/Penguji II

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT segala limpahan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) DALAM PROSES PEMBUATAN “SELAI TERUNG BELANDA dengan baik.

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat Ahli Madya Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini tentunya juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Rohula Utami, S.TP., M.P selaku Dosen Pembimbing dan Penguji atas bantuan dan pengarahannya selama penyusunan laporan tugas akhir.

4. Dwi Ishartani, S. TP., MSiselaku Dosen Pembimbing dan Penguji atas bantuan dan pengarahannya selama penyusunan laporan tugas akhir.

5. Bapak dan ibu tersayang terima kasih atas doa dan kasih sayang serta dukungannya selama ini.

6. Joko Sumarno yang selalu menemaniku, de’ Dwi dan de’ Aji yang juga selalu menyayangiku, sehingga saya bisa menyelesaikan laporan tugas akhir.

7. Sahabat-sahabatku Twins yang selalu menyemangatiku dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

8. Teman-teman Diploma III Teknologi Hasi Pertanian angkatan 2009 yang selalu memberi semangat dan kebersamaannya.

Akhir kata penulis berharap agar laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pihak lain pada umumnya, selain itu juga dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juni 2012

(4)

commit to user

iv MOTTO

“ Only Sufferings Can Teach Man To Respect The Goodness And The Wonders Of Life “

(Hanya Penderitaan Hidup Yang Dapat Mengajarkan Manusia Untuk

Menghargai Kebaikan Dan Keindahan Hidup)

“Man shabara zhafira”

(siapa yang bersabar akan beruntung)

“ Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun yang lebih lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan

banyak teman tetapi menyia-nyiakannya “ (Ali bin Abu Thalib)

“ Hanya orang-orang bodoh yang terus maratapi masa lalunya yang kelam, yang seharusnya masa lalunya itu menjadi sebuah motivasi bagi

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur atas semua yang telah ku capai, Tugas akhir ini ku persembahkan untuk :

Bapak dan ibuqu yang tiada hentinya menyayangiku dan selalu mendoakanku serta selalu sabar menasehatiku, sehingga aku diberi kelancaran dalam menyelesaikan tugas

akhir ini.

Adek-adekqu de’Dwi dan de’ Aji dan Eyang putriqu tersayang yang selalu menyemangatiku dan mendukungku

dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Sahabatku Endah, Dhenis, Dyan, dan Intan, Magda kalian yang selalu ada dikala aku membutuhkan, berbagi tawa, canda, dan tangis yang membuat kita terus bersama dalam

menyelesaikan laporan tugas akhir ini,

Teman-temanku semua D3 THP Angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu mendukung dan

menyemangatiku menyelesaikan laporan tugas akhir ini, kalian yang selalu mendengar keluhku dan selalu ada untuk

membuatku tertawa...thank’s my friend...

Kamu yang terus setia mendampingiku dan selalu ada untukku Joko Sumarno makasih udah memberi semangat

buat aku menyelesaikan laporan tugas akhirku... Jangan pernah lelah menunggu dan sabar yaa...

Almamaterku dan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memfasilitasi aku sehingga aku bisa

menyelesaikan laporan tugas akhir ini

(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Selai ... 5

B. Terung Belanda ... 12

1. Deskripsi Terung Belanda ... 12

2. Sifat Fisik Terung Belanda ... 13

3. Sifat Kimiawi Terung Belanda ... 14

4. Manfaat dan Kelebihan Terung Belanda ... 15

5. Panen dan PascaPanen ... 16

C. Pengendalian Mutu ... 17

D. HACCP (Hazard Abalysis Critical Control Points) ... 18

BAB III METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 21

B. Tahapan Pelaksanaan ... 21

C. Analisis Produk Akhir ... 21

D. Metode Penetapan CCP ... 22

(7)

commit to user

vii a. Evaluasi Mutu

1. Evaluasi Mutu Bahan Baku ... 25

2. Evaluasi Mutu Proses ... 26

3. Evaluasi Mutu Produk Akhir ... 28

b. Desain Pengendalian Mutu 1. Desain Pengendalian Mutu Bahan Baku ... 30

2. Desain Pengendalian Mutu Proses Produksi... 34

3. Desain Pengendalian Mutu Produk Akhir ... 39

B. HACCP (Hazard Abalysis Critical Control Points) ... 42

1. Deskripsi Produk ... 42

2. Diagram Alir Proses ... 43

3. Analisa Resiko Bahaya ... 50

4. Analisa Bahaya ... 51

5. Penetapan CCP ... 59

6. Rencana HACCP ... 63

BAB V KESIMPILAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN Lampiran 1: Uji Ph... 73

Lampiran 2: Uji Aktivitas Antioksidan ... 74

Lampiran 3: Uji Serat Buah ... 79

Lampiran 4: Uji Padatan Terlarut ... 80

(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 3746-2008 ... 5

Tabel 2.2 Syarat/Ketentuan Gula Pasir Berkualitas ... 7

Tabel 2.3 Analisis Komposisi Buah Pepaya dan Daunnya ... 9

Tabel 2.4 Kandungan Gizi Terung Belanda Per 100 gram Buah ... 15

Tabel 2.5 Komposisi dan Manfaat Dari Terung Belanda... 16

Tabel 3.1 Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Selai Terung Belanda ... 22

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Organoleptik Buah Terung Belanda Pada Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 25

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Organoleptik Gula Pasir dalam Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 26

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Organoleptik Pepaya yang Digunakan dalam Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 26

Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Mutu Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 27

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kimia Produk Akhir Selai Terung Belanda ... 29

Tabel 4.6 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Terung Belanda... 31

Tabel 4.7 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Pepaya ... 33

Tabel 4.8 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Gula Pasir dan Asam Sitrat ... 34

Tabel 4.9 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Produksi Selai Terung Belanda ... 35

Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Kimiawi Produk selai terung belanda ... 39

Tabel 4.11 Deskripsi Produk Selai Terung Belanda ... 43

Tabel 4.12 Analisa Bahaya Selai Terung Belanda ... 50

(9)

commit to user

ix

Tabel 4.14 Analisa Bahaya Pada Bahan Baku Pembuatan Selai Terung

Belanda... 55

Tabel 4.15 Analisa Bahaya Pada Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 56

Tabel 4.16 Penetapan CCP Bahan Baku ... 60

Tabel 4.17 Penetapan CCP Proses ... 61

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gula Pasir ... 7

Gambar 2.2 Pepaya (Carica papaya L) ... 9

Gambar 2.3 Skema pembuatan selai secara umum ... 11

Gambar 2.4 Tanaman Terung Belanda ... 22

Gambar 3.1 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP ... 22

Gambar 3.2. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku ... 23

Gambar 3.2 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses ... 24

Gambar 4.1 Terung Belanda ... 32

Gambar 4.2 Pepaya Mengkal ... 32

Gambar 4.3. a. Gula pasir, ... 34

b. Asam sitrat ... 34

Gambar 4.4 Diagram Alir Pembuatan Selai Terung Belanda ... 44

Gambar 4.5 Proses Blanching ... 45

Gambar 4.6 a. Terung belanda setelah proses pengupasan ... 46

b. Proses pengupasan pepaya mengkal ... 46

Gambar 4.7 a. Terung belanda sebelum proses pemblenderan ... 47

b. Terung belanda setelah proses pemblenderan ... 47

Gambar 4.8 Proses permasakan... 48

Gambar 4.9 a. Proses sterilisasi pengemas, ... 49

b. Proses pengemasan ... 49

Gambar 4.10 a. Proses pasteurisasi ... 50

(11)

xi

KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN HACCP (Hazard Analysis CriticaControl Point) DALAM PROSES PEMBUATAN SELAI TERUNG

BELANDA

Anna Riyanti1

Rohula Utami, S.TP., M.P2

Dwi Ishartani, S. TP., Msi3

INTISARI

Pelaksanaan praktek Quality Control dilakukan untuk mengetahui konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan dalam proses pembuatan selai terung belanda dari bahan baku, proses produksi dan produk akhir, mengetahui karakteristik produk akhir selai terung belanda, dan mengetahui konsep HACCP yang dapat diterapkan pada pembuatan selai terung belanda. Pengendalian bahan baku dengan mengendalikan penerimaan bahan baku, untuk pengendalian mutu proses dengan memperhatikan tiap detail proses baik alat, pekerja, suhu, waktu, dan juga lama proses. Dan untuk pengendalian mutu produk akhir dengan menyimpan produk pada tempat yang kering bersuhu ruang. Karakteristik produk akhir pada selai terung belanda adalah serat buah positif, padatan terlarut 71,875 %, aktivitas antioksidan sebesar 1,33% penangkapan radikal DPPH/mg sampel, kadar vitamin C 57,105 mg/100gr sampel, dan pH selai terung belanda 3,9. Dari pembuatan konsep HACCP tahapan proses produksi pembuatan selai terung belanda yang dianggap CCP meliputi penerimaan bahan baku, penyaringan dan pasteurisasi. Semua tindakan CCP yang dilakukan terangkum dalam rencana HACCP.

Kata Kunci : Evaluasi Mutu, HACCP, Pengendalian Mutu, Selai terung belanda,

Keterangan :

1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Anna Riyanti, NIM. H3109009

2. Dosen Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Rohula Utami, S.TP., M.P2

(12)

xii

CONCEPT OF QUALITY CONTROL AND HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)

IN THE PROCESS OF MAKING DUTCH EGGPLANT JAM

Anna Riyanti1

Rohula Utami, S.TP., M.P2

Dwi Ishartani, S. TP., Msi3

ABSTRACT

Implementation practices of Quality Control conducted to determine the concept of quality control that can be applied in the process of making the Dutch eggplant jam of raw materials, production processes and final products,to know the characteristics of the final product dutch eggplant jam, and knowing the HACCP concept that can be applied to product Dutch eggplant jam. Control of raw materials by controll the receiving of raw materials, for quality control process by noticing every detail of the process for equipment, labor, temperature, time, and also the process. then, to control the quality of final product by storing the product in a dry room temperature. Characteristics of the final product of Dutch eggplant jam is positive fruit fiber, soluble solid 71.875%, 1.33% antioxidant activity by DPPH radical capture / mg sample, vitamin C levels of 57.105 samples mg/100gr , and pH 3.9 dutch eggplant jam. Making the concept of HACCP is required to prevent the hazards of each process and safety products. Steps of the production process in making the Dutch eggplant jam, which is considered CCPs include the receiving of raw materials, filtration and pasteurization. All actions performed are accumulated CCP in the HACCP plan.

Keywords: Evaluation Quality, HACCP, Quality Control, Dutch eggplant jam

Description:

1. College student Department of / Study Program D-III Agricultural Product Technology Faculty of Agriculture Sebelas Maret University of Surakarta named Anna Riyanti, H3109009

2. Lecturer Department / Study Program D-III Agricultural Product Technology Faculty of Agriculture Sebelas Maret University of Surakarta named Rohula Utami, S.TP., M.P2

(13)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah tamarillo atau terung belanda (Chypomandra betacea)

merupakan buah bergizi yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat, tumbuh

di dataran tinggi dan relatif mahal. Tanaman terung belanda hanya dijadikan

tanaman selingan dan tanaman pagar sehingga hasil produk olahannya tidak

maksimal. Tanaman ini juga masih sangat awam pada kalangan masyarakat,

padahal ditinjau dari kandungan gizinya terung belanda sangat banyak

manfaatnya bagi tubuh.

Terung belanda adalah buah yang bentuknya bulat panjang berasa

kombinasi antara tomat dan jambu biji. Ditinjau dari aspek fungsionalnya

ternyata buah terung belanda mempunyai khasiat yang sangat unggul sebagai

sumber antioksidan alami yaitu untuk meluruhkan zat-zat radikal berbahaya

yang dapat menyebabkan degeneratif, kanker, jantung koroner, katarak dan

cacat pada anak. Banyak sekali ragam antioksidan alami, tetapi jarang yang

memiliki komponen kimia yang lengkap. Buah terung belanda mempunyai

macam-macam antioksidan, baik yang berbentuk vitamin dan yang bukan,

seperti vitamin E, vitamin A, vitamin C, vitamin B6, senyawa karotenoid,

anthosianin dan serat. Di antara antioksidan tersebut, beta karoten

mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap

serangan radikal bebas.

Pada saat panen, buah-buahan akan melimpah sehingga keadaan ini

akan membuat harga buah menjadi rendah dan apabila buah tidak terjual

hanya akan busuk. Untuk menghadapi masalah ini maka harus dilakukan

proses pengolahan dan pengawetan terhadap terung belanda segar agar tetap

dapat memberikan nilai gizi namun ekonomis dimasyarakat, dengan

mengelola menjadi aneka produk olahan dan awetan. Produk-produk olahan

dari terung belanda seperti pewarna alami, sirup, jelly, es krim, sari buah,

(14)

commit to user

belanda adalah dengan mengolahnya menjadi selai terung belanda sebagai

produk akhir. Selai dibuat dengan cara memasak hancuran buah, dicampur

dengan gula dengan atau tambahan air. Selai biasanya digunakan sebagai

bahan olesan roti atau sebagai bahan tambahan untuk pembuatan kue.

Hasil olahan tersebut dapat memberikan nilai tambah ganda yaitu

dapat memperpanjang waktu simpan buah dan meningkatkan nilai jual.

Untuk mencegah terjadinya pembuatan makanan yang mungkin dapat

membahayakan konsumen atau bersifat pemalsuan, maka perlu peraturan

pemerintah khusus makanan awetan yang harus dicantumkan di dalamnya

berupa syarat minimum untuk kadar zat makanan yang diperlukan, agar

makanan yang dihasilkan bergizi tinggi sesuai dengan standar. Namun perlu

dipahami bahwa makanan setelah diolah berlainan kadar nutriennya

dibandingkan dengan produk mentah. Dengan pengolahan, buah dapat

berkurang kadar zat gizinya, tetapi dipihak lain daya cerna menjadi lebih

baik dan rasanya menjadi menarik.

Hal tersebut merupakan masalah penting dalam bidang pangan di

Indonesia, dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan

pangan. Sebab penyakit dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan di

Indonesia sampai saat ini masih tinggi, walaupun prinsip-prinsip

pengendalian untuk berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah

diketahui. Pengawasan pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir

tidak dapat mengimbangi kemajuan yang pesat dalam industri pangan, dan

tidak dapat menjamin keamanan makanan yang beredar di pasaran. Oleh

karena itu, perlu dilakukan suatu pengawasan mutu produk dari mulai bahan

baku, proses, pengemasan hingga pemasaran. Pengawasan mutu bertujuan

untuk menjaga keamanan konsumen. Pengawasan mutu pangan mencakup

juga penilaian pangan.

Selain pengawasan mutu, perlu juga suatu sistem analisis resiko

bahaya yang mungkin timbul pada setiap tahap produksi yaitu Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP), yang bertujuan untuk

(15)

commit to user

terdapat pada produk selai terung belanda. Hal ini dilakukan dengan tujuan

menjaga selai terung belanda agar menjadi produk makanan yang aman dari

kontaminan yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

HACCP merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencegah

terjadinya masalah kualitas produk makanan baik yang disebabkan oleh

faktor biologi, kimia maupun fisis (food safety problem). Identifikasi sumber

masalah dilakukan sejak datangnya bahan baku, proses produksi dilakukan

sampai dengan produk jadi yang siap didistribusikan. HACCP akan dapat

mengidentifikasi critical control points (CCPs) dalam sistem produksi yang

potensial dapat menurunkan mutu produk. Titik-titik kritis ini harus dikontrol

secara ketat untuk menjamin mutu produk dan menjaga kadar kontaminan

tidak melebihi critical limit (Prasetyono, 2000).

HACCP telah dituangkan dalam Standar Nasional Indonesia untuk

HACCP yaitu SNI 01-4852-1998. Namun demikian diperlukan kajian sistem

HACCP yang sesuai dengan kondisi usaha pengolahan selai terung belanda,

sehingga sistem ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh industri selai terung

belanda skala UKM.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan judul tugas ini, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.Bagaimana konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan pada proses

pembuatan selai terung belanda dari bahan baku, proses produksi dan

produk akhirnya?

2.Bagaimana karakteristik produk akhir selai terung belanda?

3.Bagaimana konsep HACCP yang dapat diterapkan pada pembuatan selai

(16)

commit to user C. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Penerapan Quality

Control Pembuatan selai terung belanda” ini adalah :

1.Mengetahui konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan dalam

proses pembuatan selai terung belanda dari bahan baku, proses produksi

dan produk akhir.

2.Mengetahui karakteristik produk akhir selai terung belanda.

3.Mengetahui konsep HACCP yang dapat diterapkan pada pembuatan selai

(17)

commit to user

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Selai

Selai merupakan bentuk olahan yang dibuat dari cacahan,sisa saringan

atau gilingan buah, yang dimasak dengan gula hingga campuran pekat

(Susanto, 1993). Selai terbuat dari 45 bagian berat zat penyusun sari buah

dengan 55 bagian berat gula dan campuran ini dikentalkan sampai mencapai

kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65 % untuk semua jenis selai

(Desrosier, 1988).

Selai yang bermutu baik mempunyai ciri-ciri warna yang cemerlang,

distribusi buah merata, tekstur lembut, cita rasa buah alami, tidak mengalami

sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan (Cross,1984). Pada pembuatan

selai perlu diperhatikan beberapa faktor seperti pengaruh panas dan gula pada

pemasakan, serta keseimbangan proporsi gula, pektin dan asam. Jumlah gula

yang ditambahkan harus seimbang dengan jumlah pektin. Kondisi optimum

pembentukan gel adalah dengan kadar pektin 0,75-1,5%, kadar gula 65-70 %,

dan asam dengan pH sekitar 3,2 -3,4 (Buckle et al, 1985). Standar Mutu Selai

Buah berdasarkan SNI 3746-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 3746-2008

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1.

1.1 1.2 1.3

Keadaan Aroma Warna Rasa

- - -

Normal Normal Normal

2. Serat buah - Positif

3. Padatan terlarut %fraksi massa Min. 65 4.

4.1

Cemaran Logam

Timah (Sn) Mg/kg Maks 250.0

5. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks 1.0

Sumber : SNI 3746-2008

Pada pembuatan selai diperlukan beberapa bahan tambahan. Bahan

tambahan merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk menyempurnakan

(18)

commit to user

tambahan dalam pengolahan selai harus tepat sehingga diperoleh produk akhir

yang baik. Bahan tambahan yang digunakan untuk pengolahan selai adalah

gula, pektin, asam sitrat, dan bahan pengawet (Suryani dkk, 2004).

1. Gula

Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap

karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan

biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau

tebu. Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang

mempunyai daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan

aktivitas air (aw) dan mengikat air (Gautara, 1981).

Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting

karena hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula, sebagai

bahan penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan

untuk memperbaiki susunan dalam jaringan (Subagyo, 2007).

Sifat-sifat sukrosa :

- Kenampakan dan kelarutan, semua gula berwarna putih, membentuk

kristal yang larut dalam air.

- Rasa manis, semua gula berasa manis, tetapi rasa manisnya tidak sama.

- Hidrolisis, disakarida mengalami proses hidrolisis menghasilkan

moosakarida. Hidrolisis sukrosa juga dikenal sebagai inversi sukrosa

dan hasilnya berupa campuran glukosa dan fruktosa disebut “gula

invert”. Inversi dapat dilakukan baik dengan memanaskan sukrosa

bersama asam atau dengan menambahkan enzim invertase.

- Pengaruh panas, jika dipanaskan gula akan mengalami karamelisasi.

Sifat mereduksi, semua monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa

berperan sebagai agensia pereduksi oleh karena itu dikenal sebagai gula

reduksi (Gaman and Sherrington, 1994). Syarat atau karakteristik gula

pasir berkualitas dapat dilihat pada Tabel 2.2, sedangkan gambar gula

(19)

commit to user

Tabel 2.2 Syarat/Karakteristik Gula Pasir Berkualitas Bahan Syarat/Karakteristik

Gula Pasir -Warna putih/terang

-Butirannya lembut tapi juga ada yang kasar, tidak

menggumpal (terpisah)

-Kering

-Manis

-Bebas dari cemaran logam dan kotoran

Sumber : Menik, 2009

Gambar 2.1 Gula Pasir 2. Pepaya (Carica papaya L)

Dalam pembuatan selai dapat digunakan pektin sebagai bahan

pengental. Pektin ini sangat diperlukan dalam pembuatan selai. Fungsinya

ialah untuk menggumpalkan (mengentalkan), yang akan membentuk

struktur gel pada selai. Dengan demikian cepatnya selai mengental maka

jumlah rendemen meningkat (Desrosier, 1988).

Di dalam perdagangan, pektin dijual dalam dua bentuk, yaitu serbuk

dan cair. Bentuk serbuk lebih mudah dalam pengepakan, penyimpanan,

dan pengangkutan, apabila digunakan dalam sari buah akan menggumpal

dan sulit rata, sedang pektin dalam bentuk cair lebih baik dalam

penggunaan tetapi lebih mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lain apabila

dibiarkan lama dalam kaleng pengepakan yang telah dibuka. Pektin

dipakai secara luas karena kemampuannya yang sangat baik untuk

(20)

commit to user

terbaik dicapai jika menggunakan pektin yang gugus metoksilnya sekitar 8

% (John de, 1997).

Pektin pada bahan pangan berguna untuk pembentukan gel yang tidak

merata dan tidak larut dalam media. Pektin terkandung dalam semua jenis

buah dalam jumlah bervariasi, dalam bentuk protopektin, pektin, dan asam

pektat. Buah yang belum matang banyak mengandung pektin dalam bentuk

protopektin, sedangkan buah matang banyak mengandung soluble pektin yang

banyak dimanfaatkan dalam pembuatan selai. Buah yang terlalu matang

ataupun akibat pemasakan yang terlalu lama akan menyebabkan perubahan

pektin menjadi asam pektat (Winarno, 2008).

Pektin terkandung dalam seluruh bagian tanaman pepaya seperti

akar, batang, daun, bunga, dan buah. Dibanding bagian tanaman lainnya,

kulit buah papaya sering dipilih sebagai sumber pektin. Kandungan pektin

pada kulit buah lebih banyak dibanding akar, batang, dan bunga

(Akhmalludin, 2011). Sedangkan kandungan pektin pada papaya sendiri

sebesar 7,82%, mendekati kualitas pektin terbaik kg (Kalie, 1999).

Menurut Steenis (2005), klasifikasi tanaman pepaya dalam

sistematika (taksonomi) tumbuhan dalam divisi : Spermatophyta, sub

divisi : Angiospermae, ordo : Caricales, famili : Caricaceae dan termasuk

spesies : Carica papaya L. Varietas pepaya lebih banyak dikenal dari

bentuk, ukuran, warna, rasa dan tekstur buahnya. Dari parameter tersebut

maka dikenal buah pepaya yang berukuran besar atau kecil, berbentuk

bulat atau lonjong, 2 daging buah berwarna merah atau kuning, keras atau

lunak berair, rasanya manis atau kurang manis dan kulit buah licin menarik

atau kasar tebal. Massa buah pepaya berkisar 0,5-9 kg (Kalie, 1999).

Kandungan kimia C. Papaya L. antara lain papain yang terdapat

dalam getah buah pepaya, yaitu suatu senyawa yang dapat memperpanjang

daya cerna pepsin sehingga pencernaan lebih sempurna. Kandungan lain

yaitu caricaksatin, violaksantin (Tohir, 1978). Pada daun, akar dan buah

juga terdapat karpasida, alkaloid karpain, glukosida karpasida, enzim

(21)

commit to user

protease, enzim tenin. Karpasida yang ada berkhasiat sebagai anti cacing,

karpalna, suatu asam alkaloid yang terkandung dalam pepaya dapat

digunakan untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti amuba, dan obat

peluruh kencing vitamin (Sunarjono, 1998). Analisis komposisi buah

pepaya dan daunnya dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan gambar

papaya dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pepaya (Carica papaya L) Tabel 2.3 Analisis Komposisi Buah Pepaya dan Daunnya

Unsur Komposisi Buah Masak Buah Mentah Daun

Energy (cal) 46 26 79

Air (g) 86,7 92,3 75,4

Protein (g) 0,5 2,1 8

Lemak (g) Sedikit sekali 0,1 2

Karbohidrat (g) 12,2 4,9 11,9

Vitamin A (IU) 365 50 18,250

Vitamin B (mg) 0,04 0,02 0,15

Vitamin B (mg) 78 19 140

Kalium (mg) 23 50 353

Besi (mg) 1,7 0,4 0,8

Fosfor (mg) 12 16 63

Sumber : Kalie, 1999.

3. Asam Sitrat

Pengatur keasaman (asidulan) merupakan senyawa kimia yang

bersifat asam dan merupakan salah satu dari bahan tambahan pangan yang

sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan berbagai tujuan. Asidulan

dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after

taste yang tidak disukai. Pada umumnya terdapat delapan jenis asam

organik yang lebih sering digunakan untuk memperoleh/memberikan rasa

(22)

commit to user

asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, asam tartarat dan

asam fosfat (Cahyadi, 2005; Satuhu, 1996).

Asam-asam organik dapat ditambahkan dalam bahan pangan dengan

tujuan untuk pengawetan dan memperbaiki rasa, mengatur keasaman (pH),

stabilisasi warna dan mengikat logam. Biasanya bahan pengawet ini

ditambahkan dalam jumlah (dosis) yang cukup besar, yaitu lebih dari 1%

(Nurwantoro, 1997).

Asam sitrat merupakan asam organik yang berbentuk kristal atau

serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air dan ethanol, tidak

berbau, rasanya sangat asam. Asam sitrat juga terdapat dalam sari

buah-buahan seperti nenas, jeruk, lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk

meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai

pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain dan juga

untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan

kaleng dan ikan (Margono, 2000).

(23)

commit to user

Menurut Suprapti (2005), beberapa hal yang berpengaruh terhadap

kualitas selai adalah sebagai berikut:

a. Penampilan

Penampilan selai dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu warna,

keseragaman bentuk dan ukuran serta kemasan produk.

1. Warna; warna asli buah biasanya cukup menarik sehingga produk selai

seharusnya tidak menggunakan tambahan pewarna

2. Keseragaman bentuk dan ukuran; untuk menghancurkan buah

menggunakan alat pemarut atau blender. Kedua alat ini memberikan hasil

yang berbeda. Alat parut menghasilkan hancuran yang lebih kasar,

namun sebenarnya hal ini tidak menjadi masalah apabila seragam.

Perbedaan ukuran akan menimbulkan kesan seperti produk BS.

3. Kemasan produk; jenis kemasan yang biasa digunakan untuk produk

selai adalah botol yang bermulut lebar dari bahan kaca sehingga produk

tampak jelas tanpa membuka tutup kemasan dan mempermudah untuk

dikeluarkan.

b. Aroma dan cita rasa

Masing-masing buah memiliki cita rasa yang khas, namun ada

beberapa buah yang tidak terlalu tegas cita rasanya untuk mempertegas cita

rasa perlu bantuan bahan lain seperti gula dan bahan penguat aroma dan cita

rasa, misalnya: daun pandan, kayu manis, cengkeh dan vanili.

c. Ketahanan dalam penyimpanan

Biasanya selai tidak langsung habis dikonsumsi satu kali. Produk selai

diharapkan awet tidak hanya selama masih di dalam botol dan tertutup rapat,

namun juga setelah dibuka.

Ada juga faktor yang mempengaruhi daya tahan produk, daya tahan

produk dalam penyimpanan dipengaruhi oleh kadar gula dan penerapan

sistem pengawet. Kadar gula dalam selai ditentukan sebesar 62% (agar

dapat membentuk tekstur gel). Dalam kondisi demikian, gula tidak hanya

sebagai pemanis, namun juga sebagai pengawet. Sistem pengawetan

(24)

commit to user

atas beberapa langkah kegiatan yaitu sanitasi bahan, alat produksi, dan botol

kemasan produk; sterilisasi botol produk; penambahan bahan pengawet;

pengemasan; dan pasteurisasi.

B. Terung Belanda

1. Deskripsi Terung Belanda

Di Indonesia buah tamarillo dikenal sebagai Terung Belanda.

Menurut Kumalaningsih (2006) terung belanda diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Class : Magnolipsida Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan) Genus : Solanum

Spesies : Solanum betacea

Terung Belanda atau yang dikenal Tamarillo dapat diklasifikasikan

menjadi 3 kategori atas dasar tipe buahnya. Tamarillo merah merupakan

buah yang memiliki kulit merah,daging buah berwarna kuning emas dan

merah gelap di sekitar bijinya serta memiliki rasanya manis dan aroma

yang enak. Jenis tamarillo kuning emas warna kulit kuning emas

kemerah-merahan dan tidak ada warna disekitar biji sedangkan sisa dagingnya

berwarna kuning keemasan. Rasa tamarillo kuning emas lebih manis tetapi

aromanya kurang tajam bila dibandingkan dengan tamariilo merah.

Sedangkan jenis tamarillo kuning mempunyai warna kulit kuning terang

dan daging disekitar biji berwarna kuning emas. Tamarillo kuning

merupakan jenis yang berukuran paling besar dibandingkan merah dan

tamarillo kuning emas (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).

Terung belanda bersifat non-klimakterik dengan produksi CO2 (10

-12 ml CO2/kg/jam) pada suhu 200C, pH berkisar antara 3,17 – 3,80, relatif

humidity optimal antara 90-95 %, etilen yang dihasilkan termasuk rendah

yaitu kurang dari 0,1 µL/kg/jam pada suhu 200C dan tingkat

sensitivitasnya terhadap perlakuan etilen tergolong sedang (Kader, 2001).

(25)

commit to user

Gambar 2.4 Tanaman Terung Belanda 2. Sifat Fisik Terung Belanda

Buah Terung Belanda berupa buah buni yang berbentuk bulat telur,

kedua ujungnya meruncing, bertangkai panjang, daun kelopaknya tidak

rontok. Kulit buah Terung Belanda tipis, licin, dan memiliki warna merah

jingga sampai kekuning-kuningan. Terung Belanda yang telah matang

secara fisiologis, memiliki warna ungu kemerahan, sedangkan untuk buah

yang telah matang penuh, warna kulit buah menjadi merah. Buah yang

baik untuk diolah adalah pada tingkat kematangan 75-100% matang, tidak

rusak, tidak busuk ataupun pecah. Kulit buah Terung Belanda

mengandung suatu zat yang rasanya pahit, tetapi zat ini dapat dihilangkan

dengan mengupas kulitnya atau dengan menyeduhnya dengan air panas

selama 4 menit, mengganti air setelah merebusnya 3 – 4 menit dan

memanaskannya kembali dapat mengurangi rasa pahit dan sepat buah yang

masih muda. Daging buahnya agak asam sampai manis, berwarna

kehitam-hitaman hingga kekuning-kuningan, selain itu daging buah

Terung Belanda agak keras sehingga memudahkan dalam penanganan

pasca panen. Biji buah Terung Belanda berbentuk bulat pipih, tipis, dan

keras (Kader, 2001).

Pada suhu ruang, daya tahan simpan buah sekitar 1 minggu, tetapi

pada penyimpanan dingin dengan suhu 3,5 oC + 1 oC buah dapat disimpan

selama 8 minggu atau lebih. Terung Belanda dapat disimpan selama 2

minggu pada suhu refrigerator dan selama 1 minggu pada suhu ruang.

Kerusakan yang umum terjadi pada buah adalah pembusukan, senesensi,

(26)

commit to user

teksturnya yang mulai melunak, jaringan yang berubah warna menjadi

kecoklatan. Pencoklatan jaringan terjadi karena adanya perubahan

komponen antosianin dan fenolik pada buah yang merupakan akibat dari

produksi gas etilen selama proses maturasi (Sianturi, 2007).

3. Sifat Kimiawi Terung Belanda

Terung belanda merupakan buah yang mempunyai kandungan

nutrisi yang sangat baik, beberapa kandungan vitamin serta kaya akan besi

dan potassium, kandungan sodium yang rendah dan berisi kurang dari 40

kalori (±160kJ). Dari kelengkapan kandungan gizi pada tamarillo ini maka

buah terung belanda terkenal sebagai buah yang mengandung rendah

kalori, sumber serat, bebas lemak (jenis reds) atau rendah lemak (jenis

golden), bebas kolesterol dan sodium dan sumber vitamin C dan E yang

sempurna. Buah terung belanda juga mengandung senyawa-senyawa lain

yaitu beta karoten, antosianin dan serat. Beta karoten adalah salah satu

jenis karotenoid yang banyak terdapat pada buah-buahan, yang berfungsi

penting karena dapat mencegah radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

Kandungan gizi terung belanda dalam tiap 100 gram terung belanda segar

dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kandungan Gizi Terung Belanda Per 100 gram Buah

Komposisi Jumlah

Kalori (kal) 48,00

Protein (g) 1,50

Lemak(g) 0,30

Karbohidrat (g) 11,30

Kalsium (mg) 13,00

Fosfor (mg) 24,00

Besi (mg) 0,80

Vitamin A(SI) 0,00

Vitamin B (mg) 0,04

Vitamin C (mg) 17,00

Air (g) 85,90

B.d.d (%) 73,00

(27)

commit to user 4. Manfaat dan Kelebihan Terung Belanda

Buah terung belanda banyak mengandung senyawa-senyawa seperti

beta karoten, antosianin dan serat, disamping itu mengandung vitamin A,

vitamin E, vitamin C, vitamin B6 dan kalsium. Di antara antioksidan

tersebut, beta karoten mempunyai peranan yang sangat penting karena

paling tahan terhadap serangan radikal bebas. Terung belanda juga sumber

vitamin C, yang berfungsi sebagai antioksidan karena menjaga kesehatan

sel, meningkatkan penyerapan zat besi, dan memperbaiki sistem kekebalan

tubuh. Bagi pria, antioksidan ini memperbaiki mutu sperma dengan cara

mencegah radikal bebas merusak lapisan pembungkus sperma. Di samping

sebagai antioksidan, vitamin C berfungsi menjaga dan memelihara

kesehatan pembuluh kapiler, gigi dan gusi (Kumalaningsih, 2006).

Komposisi dan manfaat dari terung belanda bagi manusia dapat dilihat

pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Komposisi dan Manfaat Dari Terung Belanda

Komponen Manfaat

Mineral : Ca, K, Na,Mg, Zn, Cu,Cr Beribteraksi dengan vitamin mendukung fungsi tubuh sebagai zat gizi

Vitamin : A, B1, B2, B6, E,

Niasinida, vit C, Cholin, Asam folat, dan betakaroten

Diperlukan untuk fungsi tubuh

Mono dan Polisakarida : Selullosa, Glukosa, Mannosa, Aldopentosa, Rhamnosa, Galaktosa, dan Arabinosa

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Enzim : Oksidase, Amylase, Katalase, Lipase, Alkaline, Phospatase

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Asam Amino : Lysine, Threonin, Valin, Methionin, Leusin, Isoleusin dan Fenilalanin

Untuk memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh

Sumber: Suryowidodo, 1988.

Mineral penting seperti potasium, fosfor dan magnesium mampu

menjaga dan memelihara kesehatan. Serat yang tinggi di dalam terung

belanda bermanfaat untuk mencegah kanker dan sembelit/konstipasi.

(28)

commit to user

golongan flavanoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan. Serat

yang tinggi di dalam terung belanda bermanfaat untuk mencegah kanker

dan sembelit/konstipasi (Musthafa, 2009).

Terung belanda selain kaya akan air juga mengandung provitamin A

yang bagus untuk kesehatan mata dan vitamin C untuk mengobati

sariawan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mineral penting seperti

potasium, fosfor dan magnesium mampu menjaga dan memelihara

kesehatan tubuh. Serat yang tinggi di dalam terung belanda bermanfaat

untuk mencegah kanker dan sembelit (Astawan, 2008). Dari berbagai

kelebihan yang terkandung di dalam buah terung belanda maka terung

belanda dapat dijadikan berbagai macam olahan yaitu dodol, sirup, sari

tepung, jus, jelly drink, dan selai.

5. Panen dan Pasca Panen

Panen merupakan hal yang diharapkan oleh petani atau pengusaha

terung belanda. Setelah bersusah payah melakukan penanaman dan

pemeliharaan tanaman, saat panen akan mendapat hasil yang diharapkan.

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara

panennya. Panen harus dilakukan pada waktu yang tepat agar sesuai

dengan keinginan konsumen dan baik kualitasnya. Komoditi terung

belanda yang dipanen terlalu tua akan menjadi busuk dan kurang enak

dikonsumsi. Apabila dipanen terlalu muda, maka kuantitas produksi akan

lebih sedikit dan harga jualnya pun menjadi lebih rendah karena kurang

memenuhi standar perdagangan secara umum (Adi, 2011).

Tanaman terung belanda mulai berbuah pada umur lebih kurang 1

tahun, dan buahnya sudah bisa dipanen apabila buah sudah berwarna hijau

tua atau merah kecokelatan. Pemanenan buah terung belanda tergantung

permintaan konsumen, apakah buah yang masih berwarna hijau atau yang

sudah berwarna merah. Pemanenan buah terung belanda ini dilakukan

apabila sudah ada permintaan dari pasar. Biasanya buah terung belanda

sudah siap dipanen apabila sudah berumur lebih kurang 2 – 3 bulan dari

(29)

commit to user

Mekanisme pemanenan, diperhitungkan pula lama pengangkutan

sampai ke tangan konsumen. Sebaiknya buah yang dipetik adalah buah

muda yang bijinya belum keras dan daging buahnya belum liat. Apabila

pengangkutan memerlukan waktu lama, maka sebaiknya buah dipetik

sebelum masak, tapi sudah tampak bernas (berisi). Waktu panen sebaiknya

dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Hindari waktu panen saat terik

matahari karena dapat mengganggu tanaman dan membuat kulit terung

menjadi keriput (kering) sehingga menurunkan kualitas (Adi, 2011).

Penanganan pasca panen buah terung belanda dagingnya keras dan

kulitnya licin dan liat sehingga mudah dikelola. Dalam keadaan

kehangatan yang normal, daya tahannya sekitar 1 minggu, tetapi pada

penyimpanan dingin dengan suhu 3,5° C ± 1° C buah dapat disimpan

selama 8 minggu atau lebih (Adi, 2011).

C. Pengendalian Mutu

Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi pangan dan bergizi baik.

Keamanan pangan tidak menyangkut dengan cita rasa ataupun sifat

fungsional yang bagus akan tetapi produk tersebut aman tidak untuk

dikonsumsi. Produk pangan yang baik yaitu produk yang bebas cemaran

biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan

membahayakan kesehatan manusia. Mutu, keamanan pangandipengaruhi oleh

setiap tahapan proses yang dilaluinya sejak dari bahan mentah sampai produk

di tangan konsumen. Untuk memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan

perlu dilakukan cara-cara pengendalian pada setiap proses penanganan dan

pengolahan pangan (Hariyadi, 2007).

Pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin

bahwa proses yang terjadi akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan

yang diinginkan. Kegiatan pengawasan mutu adalah mengevaluasi kinerja

nyata proses dan membandingkan kinerja nyata proses dengan tujuan. Hal

tersebut meliputi semua kegiatan dalam rangka pengawasan rutin mulai dari

bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Pengawasan mutu

(30)

commit to user

proses sehingga produk yang dihasilkan aman dan sesuai dengan keinginan

masyarakat dan konsumen (Puspitasari, 2004).

Pengendalian mutu produk pangan erat kaitannya dengan sistem

pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan, penyimpangan

yang terjadi dan hasil akhir. Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu

pangan) dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran,bentuk dan

cacat; kinestika: tekstur, kekentalan dan konsistensi; citarasa: sensasi,

kombinasi bau dan cicip) serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan

mikroba). Sedangkan secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh

kemampuan untuk mencapai kekonsistenan mutu (syarat dan standar) yang

ditentukan oleh pembeli, baik di dalam maupun di luar negeri. Pengendalian

mutu pangan juga bisa memberikan makna upaya pengembangan mutu produk

pangan yang dihasilkan oleh perusahaan atau produsen untuk memenuhi

kesesuaian mutu yang dibutuhkan konsumen. Untuk ilustrasi sederhana, suatu

kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan suatu pasar swalayan, yaitu

melakukan sortasi berulang-ulang terhadap sayur dan buah-buahan yang

diperoleh dari pemasok sebelum siap dijual, misalnya penerimaan

diidentifikasikan oleh kondisi daun hijau segar dan tidak kekuningan atau

coklat, daun tidak berlubang, batang/tangkai daun tidak lecet/luka atau patah,

tidak berbau yang tidak enak, warna cerah dan mengkilap, tidak layu dan tidak

berserangga/berulat; dan untuk buah-buahan dicirikan oleh tingkat

kematangan optimum, ukuran dan bentuk relatif seragam, tidak berlubang,

tidak cacat fisik dan permukaan menarik (Hubeis, 2010).

D. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point )

HACCP adalah suatu alat (tools) yang digunakan untuk menilai

tingkat bahaya, menduga perkiraan risiko dan menetapkan ukuran yang tepat

dalam pengawasan, dengan menitikberatkan pada pencegahan dan

pengendalian proses dari pada pengujian produk akhir yang biasanya dilakukan

dalam cara pengawasan tradisional (Suklan, 1998).

Konsep HACCP merupakan suatu metode manajemen keamanan

(31)

commit to user

dikenal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi hazard (bahaya) yang

kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan

makanan, dan tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya

hazard tersebut. HACCP merupakan akronim yang digunakan untuk mewakili

suatu sistem hazard dan titik kendali kritis (Hazard Analysis and Critical

Control Point). HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan

makanan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan.

Identifikasi letak suatu hazard yang mungkin akan muncul di dalam proses,

tindakan pengendalian yang dibutuhkan akan dapat ditempatkan sebagaimana

mestinya. Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan makanan memang

dikelola dengan efektif dan untuk menurunkan ketergantungan pada metode

tradisional seperti inspeksi dan pengujian (Habibie, 2010).

Aktivitas pemantauan dalam sistem HACCP menentukan keberhasilan

sistem. Dalam sistem HACCP, pemantauan limit kritis mencakup kegiatan

sebagai berikut :

a. Mengecek bahwa prosedur pengolahan dan penanganan pada CCP dapat

dikendalikan.

b. Pengujian atau pengamatan terjadwal terhadap efektivitas proses untuk

mengendalikan CCP dan limit kritisnya.

c. Urutan pengamatan dan pengukuran yang direncanakan terhadap limit kritis

yang dirancang untuk menghasilkan data yang teliti, dengan tujuan dapat

menjamin bahwa limit kritis yang ditetapkan menjamin keamanan produk

(Roos and Garret, 1992).

Dalam aplikasinya HACCP mengacu pada beberapa prinsip utama,

yaitu :

Ø Prinsip I: mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan

produksi pangan pada semua tahapan, mulai dari usaha tani, penanganan,

pengolahan dipabrik dan distribusi sampai kepada titik produk pangan

dikonsumsi. Penilaian kemungkinan terjadinya bahaya dan menentukan

(32)

commit to user

Ø Prinsip 2: menentukan titik atau tahap operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadinya

bahaya tersebut (Critical Control Point). CCP berarti setiap tahapan di

dalam produksi pangan dan atau pabrik yang meliputi sejak diterimanya

bahan bakunya dan atau diproduksi, panen, diangkut, formulasi, diolah,

disimpan dan lain sebagainya,

Ø Prinsip 3: Menetapkan batas kritis yang harus dicapai untuk menjamin

bahwa CCP berada dalam kendali,

Ø Prinsip 4: Menetapkan sistem pemantauan pengendalian (monitoring) dari

CCP dengan cara pengujian dan pengamatan,

Ø Prinsip 5: Menetapkan tindakan perbaikan yang dilaksanakan jika hasil

pemantauan menunjukkan bahwa CCP tertentu tidak terkendali,

Ø Prinsip 6: Menetapkan prosedur verivikasi yang mencakup dari pengujian

tambahan dan prosedur penyesuaian yang menyatakan bahwa sistem

HACCP berjalan efektif,

- Prinsip 7: Mengembangkan dokumentasi mengenai semua prosedur dan

pencatatan yang tepat untuk prinsip-prinsip ini dan penerapannya, oleh

karena itu HACCP adalah sebagai sistem yang memberikan efisiensi

manajemen keamanan pangan (Pustaka Pangan, 2011).

Critical Control Point (CCP atau titik pengendalian kritis), adalah

langkah dimana pengendalian dapat diterapkan dan diperlukan untuk

mencegah atau menghilangkan bahaya atau menguranginya sampai titik aman

(33)

commit to user

21 BAB III

METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai akhir Bulan

Maret 2012 sampai bulan Juni 2012 di Laboratorium Rekayasa Proses dan

Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

B. Tahapan pelaksanaan

1. Pengumpulan Data secara Langsung

a) Wawancara : melaksanakan wawancara secara langsung selama proses

pengolahan mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir.

b) Observasi : melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi

dan kegiatan pada pembuatan selai terung belanda, serta menganalisa

karakteristik selai terung belanda meliputi kadar antioksidan, vitamin

C, pH, serat buah dan padatan terlarut.

2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung

a) Studi Pustaka : mencari dan mempelajari pustaka mengenai

permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan.

C. Analisis Produk Akhir

Untuk mengetahui spesifikasi produk akhir dari selai terung belanda

maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap selai terung belanda. Adapun

analisis serta metode yang digunakan pada pengujian produk akhir dapat

(34)

commit to user

Tabel 3.1 Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Selai Terung Belanda

Jenis Analisis Metode

Uji kandugan Vitamin C Metode titrasi iodine (Sudarmadji, 1981)

Uji kandungan Antioksidan DPPH (Subagyo dan Morita, 2001)

pH pH meter (Widowati, 1986)

Serat buah SNI 3746-2008 Lampiran B3

Padatan terlarut SNI 3746-2008 Lampiran B4

D. Metode Penetapan CCP

Langkah-langkah penerapan HACCP meliputi identifikasi bahaya yang

mungkin ditimbulkan dari bahaya fisik, kimia, maupun mikrobiologi. Dari

bahaya tersebut dapat ditetukan Critical Control Point (CCP), batasan kritis

CCP, cara pemantauan dan tindakan koreksi yang harus dilakukan

perusahaan. Kegiatan selanjutnya verifikasi dari proses-proses keseluruhan

dan dokumentasi yang berfungsi sebagai bukti nyata yang dapat diakses

kapan saja. Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP dapat

dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP Identifikasi Bahaya (Fisik, Kimia, Mikrobiologis)

Batas kritis CCP CCP

Bila terjadi penyimpangan Pemantauan CCP

Dokumentasi. Tindakan koreksi

(35)

commit to user

Dalam penyusunan dan implempentasi sistem HACCP perlu dessision

tree tentang bahan baku. Bahan baku yang masuk tahapan proses dapat

mengandung bahaya yang dapat mengakibatkan bahan baku tersebut termasuk

dalam status CCP atau tidak. Dari bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan produk tersebut adakah tahapan yang akan mengeliminasi dan

mengurangi bahaya yang ditimbulkan. Dessision tree tentang bahan baku

dapat dilihat pada Gambar 3.2.

]

Dalam peyusunan HACCP perlu dessision tree tentang proses produksi.

Tahapan proses dapat mengandung bahaya yang dapat mengakibatkan proses

tersebut termasuk dalam status CCP atau tidak. Dari tahapan proses tersebut

adakah tahapan yang akan mengeliminasi dan mengurangi bahaya yang

ditimbulkan. Dessision tree tentang proses produksi dapat dilihat pada

Gambar 3.3.

Apa bahan PENANGANAN / PENGOLAHAN (termasuk cara mengkonsumsi)

dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya

Ya Bukan CCP (CP) TIDAK CCP

CCP DESSISION TREE Bahan Mentah

Apa bahan mentah mungkin MENGANDUNG/ SENSITIF bahan berbahaya

(mikrobiologis, kimia, fisik)

YA Tidak Bukan CCP (CP)

(36)
(37)

commit to user

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian Mutu a. Evaluasi Mutu

1. Evaluasi Mutu Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan selai terung

belanda harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk

mengevaluasi bahan baku yang digunakan dan dibandingkan dengan

persyaratan yang telah ditetapkan maka dilakukan evaluasi mutu

bahan baku. Pelaksanaan evaluasi bahan baku dilakukan secara fisik.

Sifat fisik dari bahan baku dapat diuji melalui uji organoleptik.

Pengujian ini mengunakan fungsi panca indra yaitu mencicip, melihat,

mencium, merasakan (meraba).

Bahan baku utama pada proses pembuatan selai terung belanda

adalah terung belanda warna merah. Namun terung belanda belum

memiliki persyaratan dalam SNI, sehingga mutu dari terung belanda

tidak dapat dibandingkan dengan persyaratan mutu buah tersebut.

Hasil evaluasi mutu terung belanda yang digunakan dalam proses

pembuatan selai terung belanda dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Organoleptik Buah Terung Belanda Pada Proses Pembuatan Selai Terung Belanda

No. Uji Organoleptik Hasil Uji 1.

2. 3. 4. 5.

Kematangan Kenampakan Kebersihan Aroma Warna

Matang merata, tidak ada yang busuk Utuh, segar, keras

Bersih

Aroma terung belanda Merah tua

Bahan lain dalam pembuatan selai terung belanda adalah gula

pasir. Gula pasir mempunyai berbagai fungsi dalam pembuatan selai

terung belanda, selain sebagai pemanis gula, dan pembentuk rasa, gula

juga berfungsi sebagai pengawet alami. Evaluasi mutu gula pasir yang

(38)

commit to user

pada Tabel 4.2. Sebagai perbandingan kualitas gula yang digunakan

dalam pembuatan selai terung belanda sudah sesuai dengan

persyaratan gula yang baik menurut Menik (2009).

Tabel 4.2. Hasil Pengujian Organoleptik Gula Pasir dalam Proses Pembuatan Selai Terung Belanda

No. Uji Organoleptik Hasil Uji Persyaratan

(Menik, 2009)

Butirannya tidak

menggumpal (terpisah) Kering

Rasanya manis Bebas dari kotoran

Selain itu dalam pembuatan selai terung belanda menggunakan

pepaya. Pepaya yang digunakan adalah pepaya mengkal. Pepaya

mengkal digunakan sebagai pengganti pektin yang dapat berfungsi

mengentalkan selai. Pembentukan jell terbaik dicapai jika

menggunakan pektin yang gugus metoksilnya sekitar 8 % (John de,

1997). Kandungan pektin pada pepaya sebesar 7,82%, mendekati

kualitas pektin terbaik (Kalie, 1999). Hasil evaluasi mutu pepaya yang

digunakan dalam proses pembuatan selai terung belanda dapat dilihat

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Organoleptik Pepaya yang Digunakan dalam Proses Pembuatan Selai Terung Belanda

No. Uji Organoleptik Hasil Uji

1.

Mengkal (setengah matang) Utuh, segar

Terdapat kotoran Bau pepaya

Hijau muda mendekati orange

2. Evaluasi Mutu Proses

Evaluasi proses dimaksudkan untuk mengevaluasi proses yang

berlangsung pada pembuatan selai terung belanda dan dibandingkan

dengan persyaratan pembuatan selai secara umum. Evaluasi mutu

(39)

commit to user

Tabel 4.4. Hasil Evaluasi Mutu Proses Pembuatan Selai Terung Belanda

- Bahan baku diterima langsung dari petani

-

- Bahan baku yang diterima harus sesuai kriteria bebas dari cemaran kimia, fisik, dan biologi

- Sortasi bahan baku

- Terung jenis merah, utuh, keras

- - Bahan baku dan tidak baik yang busuk tidak dipakai - Pencucian - Bersih - Pencucian - Dicuci dalam air mengalir

sampai bersih, bebas dari kotoran.

- Blanching - Selama 4 menit pada suhu 82-93 0C

- - Waktu yang digunakan harus tepat air yang digunakan harus mendidih - Pengupasan - Dilakukan manual dengan

pisau stainless stell

- Pengupasan dan

Pemotongan kecil-kecil,

- Pemotongan buah hanya untuk buah yang besar ukurannya dipotong seukuran 3-5 cm. - Pemblenderan - Waktunya 4-5 menit agar

tidak benar-benar hancur bijinya

- Pemblender an

- Pemblenderan sampai menjadi bubur buah - Penyaringan - Dengan kain saring dan

diperas (12 mesh)

- - Tidak ada biji buah yang lolos data penyaringan - Pencampuran dan

penambahan gula, asam sitrat dan pepaya

- Bahan tambahan semua dicampurkan jadi satu

- - Pencampuran dilakukan rata tercampur secara homogen

- Pemanasan /pemasakan

- Dimasak hingga terbentuk gelembung/gel yang terdapat di sendok, pemanasan di api kecil, selama 24 menit, sambil diaduk secara kontinyu

-Pemasakan

- Pemasakan dilakukan sambil mengaduk secara kontinyu, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Pemanasan sampai titik didih 1000C-1050C atau tergantung perbandingan buah. Pemanasan diakhiri apabila padatan terlarut 65%-68%

- Pemasukan dalam kemasan

- Masih dalam kondisi panas dan segera ditutup rapat. Sebelumnya pengemas distrerilisasi dahulu dalam air mendidih

-Pengemasan - Dilakukan secara cepat dan pengemas harus disterilisasi baik dengan hot filling ataupun sterilisasi - Pasteurisasi - Dilakukan pasteurisasi

pada suhu 85-900C pada produk selai yang sudah dikemas pada air panas selama 30 menit

- - Dilakukan dengan suhu 85-900C dengan waktu 30 menit

- Sterilisasi botol jar

- Direbus pada air panas sampai mendidih

-Sterilisasi pengemas

(40)

commit to user

Dilihat dari Tabel 4.4. hasil evaluasi mutu proses pengolahan

selai terung belanda terjadi perbedaan proses dibanding dengan proses

pengolahan selai secara umum namun secara garis besar prosesnya

sama.

Perbedaan pengolahan terutama terjadi pada proses

pemotongan buah, penyaringan, blanching, pasteurisasi dan proses

penambahan gula pektin dan asam sitrat. Dalam pembuatan selai

terung belanda dilakukan proses blanching untuk melunakkan tekstur

terung belanda, mematikan mikroba, selain itu juga bertujuan untuk

mempermudah dikupas kulitnya. Buah terung belanda tidak perlu

dipotong-potong karena buah terung belanda berukuran kecil selain itu

pada proses blanching juga dapat membuat buah menjadi sedikit

melunak. Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan biji buah

dari bubur buah terung belanda. Proses penambahan gula, pektin, dan

asam sitrat dilakukan sebelum proses pemanasan jadi bahan

dicampurkan dalam bubur buah baru dipanaskan. Sedangkan pada

proses pembuatan selai secara umum terdapat proses pemotongan

buah, tidak disaring, tidak ada proses blanching dan pada proses

penambahan gula, pektin, dan asam sitrat dilakukan sesaat setelah

pemanasan dilakukan. Secara umum proses pembuatan selai tidak

melalui proses pasteurisasi, proses pasteurisasi dilakukan pada suhu

85-900C selama 30 menit. Proses ini untuk menginaktifkan mikroba

yang ada diproduk akhir selain itu juga dapat memperpanjang umur

simpan. Sterilisasi botol jar dilakukan sebelum botol jar digunakan

untuk mengemas produk selai terung belanda yang telah jadi.

3. Evaluasi Mutu Produk Akhir

Untuk melihat hasil kualitas mutu produk akhir maka

dilakukan analisa kimia pada produk, namun produk akhir yang

dianalisa merupakan produk sebelum dipasteurisasi. Hasil Analisa

kimia produk akhir dapat dilihat pada Tabel 4.5. Pengujian kualitas

(41)

commit to user

vitamin C, dan padatan terlarut. Dari hasil analisa kimiawi, sampel

selai terung belanda menunjukan bahwa sudah sesuai dengan mutu

persyaratan selai buah menurut SNI 3746:2008. Persyaratan selai buah

menurut SNI 3746:2008 yang dianalisa yaitu serat buah dan padatan

terlarut.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Kimia Produk Akhir Selai Terung Belanda

No Karakteristik kimia Hasil Analisis SNI 3746:2008

1 pH 3,9 -

2 Aktivitas antioksidan

1,33 % penangkapan radikal DPPH/ mg

sampel

-

3 Vitamin C 57,105 mg/100gr sampel -

4 Serat buah Positif Positif

5 Padatan terlarut 71,875 % Min 65 %

Berdasarkan Tabel 4.5, nilai padatan terlarut sebesar 71,875

%. Nilai tersebut masuk dalam spesifikasi dalam SNI nilainya > 60%.

Sedangkan serat buah juga masuk dalam spesifikasi persyaratan di

SNI serat buah menunjukkan hasil positif. Untuk hasil analisis kimia

yang merupakan keunggulan produk yaitu aktivitas antioksidan pada

produk akhir yaitu sebesar 1,33% penangkapan radikal DPPH/mg

sampel, sedangkan untuk kadar vitamin C 57,105 mg/100gr sampel,

dan pH selai terung belanda 3,9.

Berdasarkan hasil tersebut, kadar vitamin C pada selai terung

belanda termasuk tinggi, karena dengan mengkonsumsi selai terung

belanda maka kebutuhan vitamin C tubuh dapat terpenuhi dalam

sehari. Menurut Massot et al (2010), kebutuhan vitamin C tubuh

adalah 50 mg-75 mg per hari pada kondisi normal dan pada kondisi

tidak normal bisa meningkat 2 kali lipat. Tubuh hanya bisa

menyimpan 100 mg/kg BB atau rata -rata 6 g. Karena sifatnya larut

air, maka yang tidak digunakan akan di buang melalui urine dan tidak

di simpan. Oleh karena itu setiap hari di butuhkan asupan yang

(42)

commit to user

Aktivitas antioksidan dalam selai terung belanda yang

terkandung yaitu 1,33% penangkapan radikal DPPH/mg sampel,

artinya setiap mg sampel mampu menangkap radikal bebas sebesar

1,33%. Sedangkan untuk pH selai sebesar 3,9 masih termasuk kondisi

asam sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

b. Desain Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu produk pangan erat kaitannya dengan sistem

pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan,

penyimpangan yang terjadi dan hasil akhir (Hubeis, 2010).

1. Desain Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku sangat mempengaruhi kualitas suatu produk yang

dihasilkan dalam suatu proses produksi. Bahan baku yang baik dan

berkualitas akan menghasilkan produk yang baik begitu juga sebaliknya

apabila dalam proses produksi bahan baku yang disediakan tidak baik

maka akan mempengaruhi hasil yang tidak maksimal bahkan produk

bisa dikatakan tidak berkualitas. Oleh karena itu sangat penting adanya

pengendalian mutu baik pada bahan baku, proses produksi, dan produk

akhir. Pengendalian mutu dilakukan untuk menjaga kualitas produk

yang dihasilkan.

Macam-macam bahan baku yang digunakan pada proses

pembuatan selai terung belanda, terdiri dari:

a. Terung Belanda

Bahan baku utama pada proses pembuatan selai terung

belanda adalah buah terung belanda. Terung belanda yang digunakan

dalam pengolahan selai ini menggunakan terung belanda organik

yang diperoleh di petani langsung saat panen. Dalam hal ini,

pengendalian mutu bahan baku sangatlah dibutuhkan untuk menjaga

kualitas produk selai terung belanda, sehingga menghasilkan produk

yang berkualitas. Pengendalian mutu yang dilakukan yaitu dengan

pengujian organoleptik. Salah satu cara pengendalian mutu yang

(43)

commit to user

Sortasi bertujuan memilih buah yang baik, tidak cacat, dan

dipisahkan dari buah yang busuk, pecah, tergores atau tertusuk.

Sortasi juga berguna untuk membersihkan buah dari kotoran, sisa –

sisa duri, tangkai dan ranting (Kartasapoetra, 1989).Terung belanda

yang digunakan yaitu terung belanda berwarna merah dengan

kriteria yang baik. Warna merah pada buah terung belanda

menunjukkan bahwa buah tersebut matang, selain itu terung belanda

harus segar, keras (tidak lembek), tidak busuk maupun berbau busuk,

tidak rusak atau terjadi kerusakan fisik. Untuk spesifikasi terung

belanda terung belanda yang baik untuk diolah serta pengendalian

mutunya, dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan untuk gambar terung

belanda yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Tabel 4.6 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Terung Belanda Uraian Parameter Batas

Kritis

secara visual

(44)

commit to user

Gambar 4.1 Terung Belanda

b. Pepaya

Pepaya dalam pembuatan selai terung belanda ini digunakan

sebagai pektin alami. Kandungan pektin yang tinggi dari buah pepaya

menjadikan buah ini sebagai subtitusi pektin buatan. Selain harganya

yang terjangkau dan mudah didapat, pepaya juga mempunyai

kekuatan yang tak kalah dalam mengentalkan tekstur selai

dibandingkan pektin sintesis. Pepaya yang digunakan adalah pepaya

mengkal yang mempunyai tekstur keras, kenampakan buah yang

masih banyak getahnya apabila dibuka saat masih segar, berwana

orange. Spesifikasi pepaya yang baik untuk diolah serta pengendalian

mutunya, dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan untuk gambar pepaya

mengkal dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar

Tabel 4.15 Analisa Bahaya Pada Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ...  56
Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 3746-2008
Tabel 2.2 Syarat/Karakteristik Gula Pasir Berkualitas Bahan Syarat/Karakteristik
Gambar 2.2 Pepaya (Carica papaya L)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Praktek Quality Control Di Home Industri Inti Cassava Bantul yang memproduksi nata de cassava dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses pembuatan nata de cassava,

Pengendalian mutu untuk penyaringan bahan baku ini adalah sebaiknya menggunakan saringan halus, wadah yang bersih dan untuk hasil saringan sebaiknya dimasukkan pada wadah

KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) DALAM PROSES PEMBUATAN KERIPIK BELUT. DI UKM

Penelitian ini bertujuan untuk 1) m engetahui proses pembuatan moho; 2) mengetahui pengendalian mutu proses pembuatan moho dari bahan baku, proses produksi dan

Pelaksanaan praktek Quality Control dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan dan mengevaluasi proses pembuatan manisan rambutan kering dari bahan baku,

Praktek Quality Control pada Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri yang memproduksi tortilla jagung dilakukan dengan tujuan menganalisis mutu produk

menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang dihasilkan (Lampiran

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan bubur pepaya dan bubur terung belanda berpengaruh nyata terhadap nilai total padatan terlarut selai yang