• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERHADAP MUTU DAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PROSES PRODUKSI TORTILLA JAGUNG PADA INDUSTRI KELOMPOK USAHA WANITA TANI MAKMUR ASRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TERHADAP MUTU DAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PROSES PRODUKSI TORTILLA JAGUNG PADA INDUSTRI KELOMPOK USAHA WANITA TANI MAKMUR ASRI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

TUGAS AKHIR

“ KAJIAN TERHADAP MUTU DAN HACCP

(Hazard Analysis Critical Control Point) PROSES PRODUKSI TORTILLA JAGUNG

PADA INDUSTRI KELOMPOK USAHA WANITA TANI

MAKMUR ASRI ”

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Ahli Madya

Teknologi Hasil Pertanian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

Fanny Intan Cahyaningtyas

H 3108085

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

Think big if you want to be big...

Hidup menawarkan begitu banyak pilihan. Pilih serta

jalani yang terbaik, dan menjadi seorang pemenang…..

Miliki impian apapun, dan jangan ragu tuk berusaha

mewujudkannya. Masa depan adalah milik kita yang

percaya pada keindahan impian……

Lebih cepat lebih baik……

(4)

commit to user

iv

Buah karya ini ku persembahkan untuk :

Kedua orang tua serta

Kakak, adikku tersayang

Seseorang yang berada jauh disana

Sahabat-sahabatku yang terkasih

(5)

commit to user

v

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan Tugas Akhir Progam Studi DIII Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berjudul Kajian

Terhadap Mutu dan HACCP (Hazard Analysis Crtitical Control Point) Proses

Produksi Tortilla Jagung Pada Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur

Asri.

Tugas akhir Praktek Quality Control dikategorikan sebagai mata kuliah

wajib atau salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa Progam Studi DIII

Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang dirasa sangat bermanfaat, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada kami sehingga dalam

penyelesaian laporan ini kami tidak megalami kesulitan yang cukup berarti.

2. Ibu dan Ayah tercinta serta segenap keluarga tercinta terima kasih untuk

dukungan dan doanya.

3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS.

4. Dimas Rahadian, STP. MSc dan Gusti Fauza, ST. MT selaku dosen

pembimbing yang dengan senantiasa membimbing dalam meyelesaikan

laporan ini.

5. Rohula Utami, STP. MP selaku pembimbing akademik penulis.

6. Semua Dosen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi ilmunya kepada penulis.

7. Kakakku Fristy dan adikku Fahriza Ramadhani yang selalu memberi semangat

dan doa.

8. Rendy Kharisma Putratama yang selalu memberi doa, semangat, motivasi,

(6)

commit to user

vi

9. Ibu Untari selaku Ketua Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri dan

segenap karyawan yang telah memberi izin penulis dan kerjasamanya dalam

penyusunan tugas akhir ini.

10. Teman–teman Program Diploma III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2008 yang telah

banyak memberi dorongan, semangat dan masukannya.

11. Teman-teman sepermainan “Seven Tools” Mita, Ririn, Dyah, Luppie, Ika,

Afri yang selalu memberi semangat, dukungan, dan masukan.

12. Teman-teman kos “Kiky dan Yeni” Mbak Dhea, Tika, Mia, Stevy, Weby,

Cece, Ayu, Hesti, Riyanti, Chaca, Iik, Kelud, Gemma, Dyah, Acil, dan Kiki

yang selalu menemani disaat suka dan duka, motivasi dan dukungan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini jauh dari yang

diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

untuk kesempurnaan laporan ini sehingga akan lebih baik dimasa yang akan

datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

(7)

commit to user

vii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. ... Totril la ... 4

B. ... Baha n Pembuat Tortilla ... 6

C. ... Kajia n Mutu ... 9

D. ... HAC CP ... 14

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN DAN METODELOGI ... 17

A. Pelaksana ... 17

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 17

C. Metedologi ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

(8)

commit to user

viii

1. ... Sejar

ah Berdirinya Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri

... 24

2. ... Loka

si ... 24

3. ... Tujua

n didirikan Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri ... 24

4. ... Orga

nisasi... 24

B. Pengendalian Mutu Tortilla Jagung ... 24

1. ... Peng

endalian Mutu Bahan Baku ... 25

2. ... Peng

endalian Mutu Proses Pengolahan ... 29

3. ... Peng

endalian Mutu Produk Akhir... 34

C. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) ... 39

1. ... Pemb

entukan Tim HACCP ... 39

2. ... Desk

ripsi Produk ... 40

3. ... Identi

fikasi Tujuan Penggunaan Produk ... 41

4. ... Peny

usunan Diagram Alir ... 41

5. ... Anali

sa Bahaya ... 42

6. ... Penet

apan Critical Control Point (CCP) ... 51

7. ... Penet

(9)

commit to user

ix

8. ... Penet

apan Prosedur Pemantauan dan Tindakan Koreksi ... 58

D. Evaluasi ... 61

1. ... Baha n Baku ... 61

2. ... Prod uk ... 62

3. ... HAC CP ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 2.1 Kandungan Gizi Jagung per 100 gram Bahan ... 5

4.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Jagung ... 25

4.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Bawang Putih ... 27

4.3 Hasil Uji Organoleptik Tortilla Jagung ... 34

4.4 Komposisi Nilai Gizi Tortilla Jagung Makmur Asri ... 35

(10)

commit to user

x

4.6 Identifikasi Bahaya Pada Bahan Baku ... 42

4.7 Analisis Bahaya Pada Proses Produksi ... 44

4.8 Penentuan Signifikansi Bahaya ... 48

4.9 Penetapan CCP Pada Bahan Baku ... 54

4.10 Penetapan CCP Pada Proses Pembuatan Tortilla Jagung ... 54

4.11 Penentuan Batas Kritis ... 57

4.12 Penentuan Prosedur Pemantauan dan Tindakan Koreksi ... 59

4.13 Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan umum ... 62

4.13 Komposisi %AKG Tortilla Jagung Happy Tos dan Makmur Asri ... 62

. DAFTAR GAMBAR 2.1 Proses Pembuatan Tortilla Jagung ... 8

2.2 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP ... 16

4.1 Proses Pembuatan Tortilla Jagung Makmur Asri ... 29

4.2 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku ... 52

(11)

commit to user

xi

KAJIAN TERHADAP MUTU DAN HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) PROSES PRODUKSI TORTILLA JAGUNG

PADA INDUSTRI KELOMPOK USAHA WANITA TANI MAKMUR ASRI

Fanny Intan Cahyaningtyas1

Dimas Rahadian A. M., STP. MSc2 dan Gusti Fauza, ST. MT3

(12)

commit to user

xii

Tortilla merupakan makanan ringan yang dibuat dengan bahan dasar jagung yang berbentuk menyerupai kerupuk dan berwarna coklat. Praktek Quality Control pada Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri yang memproduksi tortilla jagung dilakukan dengan tujuan menganalisis mutu produk tortilla jagung dan merancang konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada proses pengolahannya, mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi dan produk akhir. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, studi pustaka, dan pencatatan. pengendalian mutu pada pembuatan tortilla meliputi pengendalian mutu pada bahan baku, proses produksi, dan produk akhir. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada bahan baku jagung pipilan dan bawang putih sudah sesuai dengan SNI (Standart Nasional Indonesia), namun pengendalian pada bahan baku harus tetap diawasi lagi dengan memperhatikan penyimpananya. Pengendalian mutu proses produksi harus diperhatikan semua proses agar tortilla jagung mempunyai kualitas mutu yang tinggi. Dari hasil uji proksimat tortilla jagung diperoleh kadar air 5,3%, kadar abu 2,7%, kadar lemak 27,8%, kadar protein 6,7%, kadar serat kasar 6,9%, kadar karbohidrat 50,4 %.. Perancangan konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) pada proses produksi tortilla jagung ini dilakukan dengan menggunakan analisis pengambilan keputusan (Decision Tree). Identifikasi menunjukkan adanya bahaya yang merupakan Critical Control Point (CCP) terdapat pada produksi tortilla jagung adalah penerimaan bahan baku jagung; pengeringan dengan sinar matahari; penggorengan; dan pengemasan.

Kata Kunci : Proses Produksi tortilla jagung, Pengendalian Mutu, HACCP Keterangan :

1. Mahasiswa Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta NIM H3108085

2. Dosen Pembimbing I/Penguji I 3. Dosen Pembimbing II/Penguji II

STUDY ON THE QUALITY AND HACCP

(Hazard Analysis Critical Control Point)

OF THE PRODUCTION PROCCES CORN TORTILLA IN

WOMEN FARMER ENTERPRISES MAKMUR ASRI

Fanny Intan Cahyaningtyas1

Dimas Rahadian A. M., STP. MSc2 and Gusti Fauza, ST. MT3

ABSTRACT

(13)

commit to user

xiii

designing the concept of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) in the production processing, start from raw materials, until final product. Data collection methods used in this activities were interview, observation, documentation, literature study, and recording. Quality control on the tortilla’s prduction includes quality conttrol on raw materials, production procces, and the final product. The result showed that the raw materials corn granules and garlic are in accordance with SNI (Indonesian National Standard), but the raw materials’s control should remain supervised again with the storage. Whereas the quality control of production procces must be noted all of the procces so thah the corn tortillas have a high quality level. The tortillas have moisture contains 5.3%, 2.7% rate of ash, fat 27.8%, protein 6.75, crude fiber 6.9%, carbohydrate 50.4%. The design concept of HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) on this corn tortillas production is done by decision tree. Identification showed that a Critical Control Point (CCP) is located on the corn raw materials receiving; drying in the sun; frying; and packaging.

Keywords : corn tortilla production procces, Quality Control, HACCP Description:

1. D-III Study Program Student of Agricultural Technology Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University Surakarta NIM H3108085

(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sebagai negara agraris yang dianugerahi biodiversitas melimpah,

Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar terutama pada tanaman

biji-bijian atau serealia. Tanaman serealia di Indonesia sangat beragam antara lain

padi dan jagung. Dari kedua jenis tanaman tersebut, padi merupakan makanan

pokok masyarakat Indonesia, namun Jagung masih jarang digunakan sebagai

makanan pokok. Jagung banyak diolah menjadi makanan yang mempunyai

banyak fungsi seperti camilan, dessert, minuman, dan lain-lain.

Salah satu produk camilan dari jagung adalah tortilla. Tortilla

merupakan produk olahan menyerupai kerupuk, yang terbuat dari jagung,

tepung, air kapur, garam dan bawang putih. Salah satu industri yang mengolah

jagung menjadi tortilla adalah Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri.

Seiring berjalannya waktu perhatian masyarakat terhadap pangan sangat

tinggi, terutama terhadap nilai gizi dan keamanan pangan yang dikonsumsi.

Oleh sebab itu, saat ini masyarakat sangat memperhatikan makanan yang akan

di konsumsi, sehingga pengendalian kualitas produk sangat diperlukan untuk

menjaga mutu produk hingga ke tangan konsumen.

Pengawasan mutu pada sebuah produk tidak hanya pada produk

akhirnya saja namun sejak dari bahan baku hingga produk tersebut dikonsumsi

oleh konsumen. Konsep pengawasan mutu pada tortila jagung sangat perlu

dilakukan, sebab produk makanan ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Selain itu Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) telah diakui

sebagai perangkat yang efektif untuk mengendalikan keamanan pangan. Sistem

HACCP adalah suatu piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem

pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan

sebagian besar pengujian produk akhir (end product testing) atau suatu sistem

pencegahan untuk keamanan pangan. Rencana HACCP dapat diterapkan baik

pada perusahaan yang sudah berkapasitas besar, maupun pada industri rumah

(15)

commit to user

2

tangga. Dalam pelaksanaannya, sistem HACCP ini penting untuk diterapkan

dalam model pengolahan tortilla ini. HACCP dapat diterapkan pada seluruh

rantai pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan

penerapannya harus dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan

manusia pada SNI No. 01-4852-1998 yang merupakan SNI Sistem analisa

bahaya dan pengendalian titik kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya.

Makmur Asri merupakan Kelompok Usaha Wanita Tani yang

memproduksi tortilla jagung. Produk tersebut berbahan baku jagung pipilan

dari petani-petani desa. Pada usaha kelompok tani tersebut proses

pembuatannya masih sederhana dan masih menggunakan metode tradisional

sehingga belum mempunyai standar mutu yang baku dan HACCP (Hazard

Analysis Critical Control Point). Pada proses produksi masih banyak

bahaya-bahasi fisik, biologi maupun kimia sehingga perlu dilakukan perancangan

dokumen pengendalian mutu.

B.Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dijawab dalam pembuatan Tugas Akhir “Kajian

Terhadap Mutu dan HACCP Tortilla Jagung”ini ialah :

1. Bagaimana pengendalian mutu bahan baku, proses produksi, dan produk

akhir pada tortilla jagung mulai dari bahan baku, proses pembuatan dan

produk akhir tortilla jagung yang baik bagi Kelompok Usaha Wanita Tani

“Makmur Asri” ?

2. Bagaimana HACCP pada tortilla jagung mulai dari bahan baku, proses

pembuatan dan produk akhir tortilla jagung yang baik bagi Kelompok

(16)

commit to user

3

C.Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan Tugas Akhir “Kajian Terhadap Mutu dan

HACCP Tortilla Jagung” ini adalah :

1. Menganalisis mutu produk tortilla jagung di industri produksi Kelompok

Usaha Wanita Tani “Makmur Asri” tortilla jagung di Desa Tulungrejo

Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro.

2. Merancang konsep HACCP pada industri produksi Kelompok Usaha

Wanita Tani “Makmur Asri” tortilla jagung di Desa Tulungrejo

(17)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tortilla

Penanganan dan pengolahan hasil pertanian penting untuk

meningkatkan nilai tambah, terutama pada saat produksi melimpah dan harga

produk rendah, juga untuk produk yang rusak atau bermutu rendah. Jagung

dapat diolah menjadi berbagai produk olahan. Salah satu hasil olahan jagung

yang disukai konsumen adalah tortila atau keripik jagung. Proses pengolahan

produk ini cukup sederhana sehingga berpeluang diadopsi oleh masyarakat

pedesaan, terutama wanita tani sebagai industri rumah tangga

(Mudjsihono et al. 1993).

Tortilla dari jagung sangat terkenal di Meksiko, Amerika Tengah dan

bagian selatan Amerika. Kata tortilla berasal dari bahasa spanyol yang berarti

jagung. Tortilla merupakan sumber karbohidrat dan protein yang cukup berarti

terhadap penduduk yang masih miskin didaerah Amerika Tengah, karena

tortilla dijadikan bahan makanan. Teknologi pengolahan tortilla yang

dilaksanakan masyarakat tersebut sebagian besar disebut kerupuk jagung,

bukan tortilla. Hal ini dikarenakan dalam proses pengolahan maupun bentuk

produk hampir sama dengan kerupuk. Dalam teknologi pembuatan tortila pada

umumnya menggunakan kombinasi proses pemanggangan dan penggorengan

sehingga sifat produknya lebih bersifat renyah atau mudah patah (mudah

hancur). Contoh nyata produk tortilla yang sudah dikenal luas masyarakat

adalah Happy Tos Tortilla Chips. Teknologi pembuatan tortilla ini

mengadopsi teknologi pembuatan kue kering dan pembuatan chips atau

keripik lainnya, yaitu mengkombinasikan proses pemanggangan (baking) dan

penggorengan (deep frying). (Anonimc, 2010)

Dalam proses pengolahan tortila menurut Jumadi (2008), mula-mula

dipilih jagung yang bersih dan kondisinya baik, terutama bebas dari serangan

jamur. Proses pengolahannya dapat dijelaskan pada gambar 2.1.

(18)

commit to user

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tortilla Jagung air

Jagung

Perebusan selama 1-2 jam

Perendaman dengan air kapur selama 22 jam Pencucian

Penirisan dan diberi bumbu garam 1,25%, bawang putih 2%

Pencucian sampai bersih

Perebusan hingga mendidih dan matang ± 2 jam

Penggilingan sampai lembut

Pembentukan lempengan, dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2 cm x 3 cm

Pengeringan dengan sinar matahari selama 2 jam

Pengorengan

Pengeringan dengan dijemur dibawah sinar matahari

Pengemasan Tortila jagung

air

air air

air

air

air

air

air

(19)

commit to user

B. Bahan Pembuat Tortilla 1.Bahan Utama

Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia

yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung termasuk dalam family

Graminae, yang berarti satu family dengan padi-padian yang lain seperti

misalnya gandum, jewawut, cantel, dan padi. Sebagai sumber karbohidrat

utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif

sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di

Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan

jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung

juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil

minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah

tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir

dan tepung tongkolnya). Jagung yang telah direkayasa genetika juga

sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi (Yahyono, 2005).

Tongkol jagung kaya akan pentosa, pentosa adalah polisakarida yang bila

dihidrolisa akan pecah menjadi monosakarida dengan lima atom karbon.

Pentosa jika dihidrolisa dengan asam akan membentuk senyawa yang

disebut furfural. Furfural merupakan salah satu turunan senyawa furan

yang banyak digunakan sebagai pelarut dalam ekstraksi pelumas dari

minyak bumi dihasilkan melalui dehidrasi pentosan dari sumber biomassa

(Margayu, 2008).

Jagung yang dibudidayakan memiliki sifat bulir/biji yang

bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar jagung yang

dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang

membentuk bulirnya:

1. Indentata (Dent, "gigi-kuda")

2. Indurata (Flint, "mutiara")

3. Saccharata (Sweet, "manis")

(20)

commit to user 5. Amylacea (Flour corn, "tepung")

6. Glutinosa (Sticky corn, "ketan")

7. Tunicata (merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota

subspesies yang berbeda dari jagung budidaya lainnya).

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada

endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh

bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa

campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar

atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak

berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan

sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin

lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa

(Effendi, 1991).

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

(21)

commit to user

2. Bahan Pembantu a. Air Kapur

Fungsi kapur sirih adalah untuk membuat tekstur lebih renyah, hal

ini dikarenakan kapur sirih banyak mengandung kalsium sehingga kalsium

tersebut terserap ke dalam daging buah (Winarno, 1997) selain itu fungsi

dari air kapur memperkuat kerangka bahan makanan, sehingga keripik

yang dihasilkan lebih renyah. Juga bisa digunakan untuk industri cocktail

dan manisan, pepaya, mangga, salak dan sebagainya. Buah buahan tidak

layu/lembek apabila direndam dalam larutan air kapur sirih atau larutan.

b. Garam

Garam dengan nama senyawa kimia sodium atau natrium klorida

(NaCl) yang merupakan bagian dari sodium yang sangat diperlukan

tubuh. Garam yodium (garam dapur) berperan penting untuk membantu

perkembangan kecerdasan atau kepandaian pada anak. Yodium juga

dapat membantu mencegah penyakit gondok, gondong atau gondongan.

Yodium berfungsi untuk membentuk zat tirosin yang terbentuk pada

kelenjar tiroid. Garam dapur biasa digunakan sebagai bumbu dapur serta

banyak digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri pangan karena

garam memberi rasa gurih (Anonimb, 2011). Penambahan garam pada

produk tertentu dapat berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dari produk

itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai pemantap cita rasa adalah sebanyak

2 - 5% dari total bahan bakunya (Suprapti, 2000).

c. Bawang Putih

Bawang putih adalah tanaman dari genus Alium yang memiliki

khas pada umbinya, yakni berlapis atau bersiung. Perbedaan antara

bawang putih dan bawang merah terletak pada warna umbinya tersebut.

Sesuai namanya, bawang putih memiliki umbi berwarna putih, sedangkan

bawang merah memiliki umbi berwarna merah/keunguan menurut

Rukmana (1995). Bawang putih maupun bawang merah kaya akan

vitamin serta zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Bawang

(22)

commit to user

Kandungan antioksidan yang tinggi dalam bawang putih membuatnya

berkhasiat sebagai antibiotik alami. Sedangkan bawang merah

mengandung vitamin C, kalsium, protein, dan zat besi yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Purwaningsih Eko, 2006). Bawang

putih juga berfungsi sebagai penambah citarasa, yaitu masakan yang

apabila di tambahkan bumbu bawang putih rasanya akan sedap dan gurih.

C. Kajian Mutu

Pengawasan mutu mencakup pengertian yang luas, meliputi aspek

kebijaksanaan, standardisasi, pengendalian, jaminan mutu, pembinaan mutu

dan perundang-undangan (Soekarto, 1990). Hubeis (1997) menyatakan

bahwa pengendalian mutu pangan ditujukan untuk mengurangi kerusakan

atau cacat pada hasil produksi berdasarkan penyebab kerusakan tersebut. Hal

ini dilakukan melalui perbaikan proses produksi (menyusun batas dan derajat

toleransi) yang dimulai dari tahap pengembangan, perencanaan, produksi,

pemasaran dan pelayanan hasil produksi dan jasa pada tingkat biaya yang

efektif dan optimum untuk memuaskan konsumen (persyaratan mutu) dengan

menerapkan standardisasi perusahaan /industri yang baku. Tiga kegiatan yang

dilakukan dalam pengendalian mutu yaitu, penetapan standar (pengkelasan),

penilaian kesesuaian dengan standar (inspeksi dan pengendalian), serta

melakukan tindak koreksi (prosedur uji) ( Anonimd, 2011).

Pada proses produksi terdapat pengendalian mutu bahan baku,

pengendalian mutu proses produksi, dan pengendalian mutu produk akhir.

Pengendalian mutu bahan baku digunakan untuk menjaga agar bahan yang

digunakan dapat sesuai dengan syarat mutu yang telah ditetapkan oleh

perusahaan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu

yang diinginkan (Kamarijani, 1983).

Pengendalian kualitas merupakan manajemen untuk mengukur

karakteristik dari produk, dan membandingkannya dengan spesifikasi serta

mengambil sebuah tindakan perbaikan yang sesuai jika terdapat perbedaan

(23)

commit to user

merupakan salah satu cara untuk memelihara serta meningkatkan mutu

sehingga produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Ada beberapa

definisi mutu yang masing-masing memberikan definisi yang berbeda,

ditinjau dari dasar pendefinisiannya. Adapun definisi mutu yang cukup

popular ada 5 jenis yaitu menurut American Society for Quality Contol

(ASQC), mutu merupakan karakteristik produk dan feature yang memenuhi

kepuasan pelanggan. Menurut Webster dalam kamusnya, mutu adalah tingkat

atau derajat kehebatan suatu benda. Berdasarkan pengguna, mutu adalah apa

yang dikatakan konsumen. Berdasarkan manufaktur, mutu adalah derajat

kecocokan produk dengan spesifikasi desain. Berdasarkan produk, mutu

adalah tingkat karakteristik produk yang dapat diukur (Ma’arif, 2001). Bila

ditinjau dari produsen definisi mutu adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat

suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan

konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan

(Prawirosentono, 2002). Mutu menurut ISO 9000:2000 yaitu derajat/tingkat

karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi

persyaratan/keinginan. Menurut Kramer dan Twigg (1966) sifat penentu

mutu dapat berupa sifat yang dapat diamati oleh indera seperti ukuran, aroma,

warna, bentuk, kekerasan, dan rasa.

Menurut Soekarto (1990) jenis-jenis dari mutu meliputi beberapa

bagian antara lain :

1. Mutu indrawi

Mutu indrawi pangan adalah sifat produk/komoditas pangan yang

hanya dikenali atau diukur dengan proses penginderaan yaitu proses

penginderaan yaitu penglihatan dengan mata, penciuman/pembauan

dengan hidung, pencicipan dengan rongga mulut, perabaan dengan ujung

jari tangan, atau pendengaran dengan telinga. Uji indrawi pada produk

pangan secara sempit disebut uji cita rasa, hal ini karena penilaian mutu

pangan dengan pencicipan cita rasanya sangat menonjol. Uji inderawi

sangat penting untuk produk pangan, terutama untuk makanan special

(24)

commit to user

Sifat mutu organoleptik hanya dapat diukur dengan uji atau

penilaian organoleptik disebut sifat mutu organoleptik. Sifat mutu ini

banyak ditemukan pada produk pangan, seperti : pahit, manis, asam,

empuk, renyah, pulen, halus, sepet, tengik, enak, dan suka. Dalam

pengawasan mutu uji inderawi banyak digunakan dalam berbagai kegiatan.

Terutama pengujian secara visual. Kegiatan-kegiatan yang banyak

menggunakan pengamatan visual adalah pemanenan, sortasi, pengkelasan

mutu (grading), pemeriksaan mutu, pengendalian proses, dan standarisasi

mutu.

2. Mutu fisik

Sifat-sifat fisik pada produk memegang peran penting dalam

pengawasan dan standarisasi mutu produk. Sifat fisik terdapat dua

pengertian yaitu sifat fisik umum dan sifat fisik khusus. Sifat fisik umum

adalah sifat fisik yang berlaku untuk semua produk. Beberapa sifat mutu

fisik komoditas berlaku pada semua komoditas misalnya warna, bentuk,

ukuran. Warna dimiliki hampir semua produk padat dan cair.

Kadang-kadang warna suatu produk memberikan ciri atau sifat tertentu.

Sifat fisik khusus ialah sifat fisik produk yang khas berlaku untuk

jenis komoditas tertentu. Karena sifatnya yang khas itu beberapa dapat

digunakan mencirikan jenis produk. Contohnya kelompok produk cair

sifat-sifat mutunya menggunakan sifat benda cair, misalnya titik beku pada

susu segar, indeks refraksi pada sirup, endapan pada sari buah, titik beku

pada minyak goreng. Beberapa produk cair bersifat bening, dengan

demikian sifat keruh dan bening menjadi criteria mutu yang penting. Pada

produk padat sifat-sifat mutu seperti bentuk, kekerasan, menjadi penting

dalam pengawasan mutu. Pada produk pasta, bentuk gel, dan adonan

kental (dodol) dikenal sifat mutu produk seperti kental, lengket, elastik,

kenyal. Produk bentuk lembaran seperti bahan pembungkus, sayur daun,

dan kembang tahu mempunyai sifat mutu tahan sobek, ketipisan, dan

(25)

commit to user

Sifat-sifat fisik yang penting dalam pengawasan mutu dapat

dikelompokkan menjadi morfologi, sifat spektral, sifat thermal, dan sifat

reologi. Sifat thermal adalah sifat fisik pada produk yang berkaitan dengan

dalam pengawasan mutu ialah bentuk, ukuran, sifat permukaan, susunan

dan warna. Sifat reologi yaitu sifat fisik produk pangan yang berkaitan

dengan deformasi bentuk akibat terkena gaya mekanis yang termasuk sifat

reologi adalah kekentalan, kelengketan, elastisitas, plastis, lentur, kenyal

dan sejenisnya.

3. Mutu spektral dan visual

Sifat spektral merupakan fenomena fisik atau sifat komoditas yang

menyangkut sinar. Sinar merupakan energi gelombang eketromagnetik.

Sifat spektral dan sifat visual mempunyai kesetaraan yaitu jika sifat

spektral adalah fenomenal fisik yang dapat diukur dengan instrument fisik

maka sifat visual adalah fenomenal psikologik yang dikenali dengan

observasi menggunakan indera mata. Sifat kilap disebut juga mengkilap

(glossy, shiny). Kilap dan kusam adalah sifat permukaan. Kulit jeruk

disebut mengkilap bila permukaan itu berkilau-kilau bila terkena cahaya.

Sebaliknya permukaan mata ikan yang mulai membusuk menjadi kusam

atau suram.

Sifat keruh dan bening adalah sifat dari dalam produk yang dapat

dilewati sinar. Sinar yang masuk dalam produk melalui permukaan disebut

sinar masuk, sedangkan sinar yang mengena permukaan disebut datang.

Sifat keruh dan bening adalah sifat dari dalam produk yang dilewati sinar.

Sinar yang masuk, sedangkan sinar yang setelah melewati produk terus

keluar lagi disebut sinar keluar. Keruh dihasilkan dari pantulan sinar

masuk yang setelah masuk ke dalam benda dipantulkan secara acak, tidak

searah. Di dalam benda tersebut terdapat partikel-partikel yang jika

menerima sinar lalu dipantulkan ke luar secara difusi (menyebar) menebus

permukaan benda. Sifat bening dihasilkan dari sinar yang tembus

langsung, tidak ada gangguan selama melalui produk. Di dalam produk

(26)

commit to user

melayang-layang. Refraksi atau bias ialah sinar yang dibelokkan arahnya

karena benda bening. Sinar yang mengenai benda disebut sifat masuk,

yang melewati benda bening disebut sinar bias.

4. Mutu warna

Warna mempunyai arti dan peranan penting pada produk pangan.

Peranan itu sangat nyata pada 3 hal yaitu daya tarik, tanda pengenal dan

atribut mutu. Sifat-sifat produk pangan yang paling menarik perhatian

konsumen adalah sifat warna. Warna mempunyai banyak arti dan peranan

diantaranya sebagai perici jenis, tanda pematangan buah,

tanda-tanda kerusakan, petunjuk tingkat mutu, pedoman proses pengolahan.

5. Mutu kimiawi dan gizi

Tiap komoditas dibangun dari senyawa kimia. Zat-zat kimia yang

menyusun komoditas pangan dan hasil pertanian dapat digolongkan pada

komponen makro (penyusun utama) dan komponen mikro (kandungan zat

renik). Komponen makro merupakan zat-zat kimia struktural yang terdiri

dari zat-zat bermolekul besar yang menyusun bentuk sel atau zat penyusun

utama dalam produk pangan. Komponen makro pada komoditas nabati

terdiri dari selulosa, pektin, pati, hidrokoloid, lemak, dan protein.

Sedangkan produk hewani terdiri dari karbohidrat seperti kitin, protein

struktural seperti kalogen, retikulin, keratin, aktomiosin, serta lemak

seperti trigliserida, kolesterol, atau spingosin. Komponen mikro terdiri dari

zat kimia bermolekul kecil yang mudah bergerak atau larut yaitu vitamin,

mineral, enzim, asam organik, dan gula.

Dalam pengolahan pangan kadang-kadang ditambahkan zat kimia

dengan tujuan atau fungsi tertentu, misalnya pengawet untuk

mempertahankan mutu. Penyedap untuk menyedapkan makanan dan

penambahan zat-zat untuk mendapatkan sifat lain yang diinginkan pada

produk pangan. Zat-zat kimia ini ditambahkan dalam jumlah kecil dan

tidak dimaksud untuk menyusun formulasi dasar. Zat kimia demikian

disebut zat tambahan (food additives). Menurut definisi Codex

(27)

commit to user

sebagai makanan atau biasanya tidak dipakai sebagai campuran makanan,

bergizi atau tanpa gizi, dan penambahannya mempunyai tujuan untuk

membantu teknologi dalam pengolahan, persiapan, perlakuan,

pengemasan, transportasi dan penyimpangan produk supaya mutu terjaga.

6. Mutu mikrobiologi

Aspek mikrobiologi mempunyai peranan penting dalam penilaian

mutu pangan. Pada beberapa produk pangan tidak selalu berarti

membahayakan. Produk pangan yang terbuka atau dalam kemasan namun

tidak disterilkan akan selalu mengandung mikroba yaitu bakteri, kapang,

khamir. Pada produk pangan yang ditutup secara hermitis dan disterilisasi

maka dapat diharapkan steril atau terbebas dari adanya mikroba. Ini berarti

semua produk pangan, dengan sedikit kekecualian selalu mengandung

mikroba yang dapat mendatangkan bahaya peracunan, kerusakan, atau

penurunan mutu.

Mikroba patogen dan indeks sanitasi pada umumnya tidak

menyebabkan kebusukan pangan, namun dapat menyebabkan gangguan

kesehatan. Sebaliknya mikroba yang menyebabkan kebusukan pangan

umumnya (dengan beberapa kekecualian yaitu Clostridium dan Bacillus)

tidak patogen dan tidak digunakan sebagai index sanitasi. Untuk

mengurang jumlah mikroba maka pengendalian mutu yang digunakan

adalah sterilisasi dengan panas.

D. HACCP

Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem

control dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasar atas

identifikasi titik-titik kritis didalam tahap penanganan dan proses produksi.

HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan

untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan

(preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam menghasilkan

makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan penerapan HACCP dalam suatu

(28)

commit to user

dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tuntutan konsumen.

HACCP merupakan bagian dari sistem pengendalian mutu sejak bahan baku

dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan.

Dengan diterapkannya HACCP akan mencegah resiko keluhan adanya bahaya

pada produk pangan (Ebook Pangan, 2006).

Critical Limit atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi

dalam setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau

mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas tersebut akan memisahkan

antara yang diterima dan yang ditolak yang berupa kisaran toleransi pada setiap

CCP. Batas kritis diterapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan

dengan baik. Penentuan batas kritis harus bersifat memiliki alasan kuat

mengapa batas tersebut digunakan dan harus dapat validasi artinya sesuai

persyaratan yang ditetapkan (Thaher, 2005).

Untuk menentukan batas kritis maka pertanyaan yang harus dijawab

adalah apakah komponen kritis yang berhubungan CCP, suatu CCP mungkin

memiliki berbagai komponen yang harus dikendalikan untuk menjamin

keamanan produk. Secara umum batas kritis dapat digolongkan ke dalam batas

fisik (suhu, waktu) atau batas kimia (pH, kadar garam). Penggunaan

mikrobiologi (jumlah mikroba) yang sebaiknya dihindari karena memerlukan

waktu untuk mengukurnya. Salah satu cara untuk menjaga keamanan pangan

dari produsen pangan antaranya adalah dengan menerapkan HACCP (Hazard

Analysis Critical Control Point). HACCP adalah sistem jaminan mutu yang

mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa Hazard (bahaya)

dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat

dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut. Kunci

utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang

mengutamakan kepada tindakan pencegahan dari pada mengandalkan

(29)

commit to user Diagram penerapan HACCP:

(Ebook Pangan, 2006)

Gambar 2.2 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP Identifikasi Bahaya (fisik, kimia, biologi)

Tindakan koreksi CCP

Pemantauan CCP

Dokumentasi. Tindakan verifikasi.

Batas kritis CCP

(30)

commit to user

BAB III

TATA LAKSANA PERENCANAAN DAN METODOLOGI

1. Pelaksana

Nama : Fanny Intan Cahyaningtyas

NIM : H3108085

Prodi : Diploma III Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas : Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta

2. Tempat dan waktu pelaksanaan

Kegiatan pembuatan Tugas Akhir ini dilakukan penelitian pada akhir

Bulan Maret di industri rumah tangga krupuk tortilla Kelompok Usaha Wanita

Tani “Makmur Asri” desa Tulungrejo, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro pada

tanggal 11-12 April 2011 Pukul 09.00 – 15.00 WIB dan di Laboratorium

Pangan dan Gizi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta pada tanggal 11-20 April 2011.

3. Metodelogi

3.1Prosedur Pengujian Tortilla 3.1.1 Uji Kadar Air

3.1.1.1Alat

- Botol Timbang

- Oven

- Eksikator

- Timbangan Analitik

3.1.1.2Bahan

- Tortilla

- Jagung Pipilan

(31)

commit to user

3.1.1.3Cara Kerja

- Disiapkan botol timbang yang telah bersih dan keringkan dalam

oven pada suhu 1050C selama 1 jam dengan tutup dibuka.

- Dinginkan dalam eksikator dalam kondisi tertutup dan botol

ditimbang.

- Sampel ditimbang sebanyak 2 gr dalam botol timbang yang

telah diketahui beratnya dan di oven pada suhu 1050C selama 24

jam.

- Didinginkan dalam eksikator dan ditimbang.

- Dipanaskan lagi dalam oven selama 30 menit, dinginkan

eksikator. Ulangi perlakuan ini hingga berat konstan.

- Dihitung kadar airnya.

3.1.2 Uji Kadar Abu 3.1.2.1 Alat

- Botol Timbang

- Oven

- Eksikator

- Kompor Listrik

- Tanur

- Timbangan Analitik

3.1.2.2 Bahan

- Tortilla

3.1.2.3 Cara Kerja

- Disiapkan botol timbang yang telah bersih dan keringkan dalam

oven pada suhu 1050C selama 1 jam dengan tutup dibuka.

- Didinginkan dengan eksikator dalam keadaan tertutup dan

ditimbang.

- Sampel ditimbang sebanyak 3 gram dalam botol timbang dan di

(32)

commit to user

- Diabukan dalam tanur pada suhu 6000C selama 12 jam atau

hingga sampel berbentuk abu yang sempurna dan didinginkan

dalam eksikator.

- Di oven pada suhu 1200C selama 1 jam, dinginkan dalam

eksikator dan ditimbang.

- Dihitung kadar abunya.

3.1.3 Uji Kadar Lemak 3.1.3.1Alat

- Kertas Saring

- Oven

- Eksikator

- Alat Ekstraksi Soxhlet

- Erlenmeyer

- timbangan

3.1.3.2Bahan

- Tortilla

- Benzen

3.1.3.3Cara Kerja

- Sampel ditimbang 2 gr dan bungkus dengan kertas saring yang

telah diketahui beratnya.

- Keringkan dalam oven pada suhu 1050C selama 5 jam,

dinginkan dalam eksikator dan ditimbang.

- Labu penampung, alat ekstraksi soxhlet dan alat pendingin

dipasang,dituangkan pelarut organik (benzen) melalui lubang

alat pendingin sampai eter turun ke dalam labu penampung dan

diisi lagi.

- Air pendingin dialirkan dan pemanas dihidupkan. Ekstraksi

(33)

commit to user

- Saat eter di dalam alat ekstraksi mengalir turun ke labu

penampung, pemanas dimatikan. Kemudian bungkusan eter

dikeluarkan

- Dikeringkan dalam oven sampai semua eter menguap dan

ditimbang dalam keadaan panas.

- Dihitung presentase lemaknya.

3.1.4 Uji Kadar Protein 3.1.4.1 Alat

- Labu Kjehdal

- Lemari asam

- Alat distilasi Buret

- Pipet

- Timbangan

3.1.4.2 Bahan

- Tortilla

- Katalis N (Na2SO4 : CuSO4 : Se)

- Asam Sulfat Pekat 97%

- Aquadest

- Nitrogen

- NaOH Tiosulfat 40%

- Asam Borat 4%

- Indikator MRBCG

- HCL 0,02 N

3.1.4.3 Cara Kerja

- Sampel ditimbang ± 0,3 gr dimasukkan dalam labu kjehdal dan

ditambah dengan katalis N 0,7 gr.

- Ditambahkan asam sulfat pekat 97% sebanyak 4 ml dan

didestruksi dalam lemari asam sampai warna jernih (± 1 jam).

- Didinginkan dan diencerkan ± 10 ml dengan aquadest dan

(34)

commit to user

NaOH tiosulfat 40% sebanyak 20 ml. Distilat ditampung dalam

5 ml asam borat 4%.

- Setelah mendidih akan terjadi reaksi asam kuat dan basa kuat

membentuk NH3 bersama air dan ditangkap asam borat

membentuk.

- Setelah mencapai 60 ml distilasi dihentikan dan dititrasi dengan

HCl 0,02 N sampai warna merah.

- Dihitung prosentase proteinnya.

3.1.5 Uji Kadar Serat Kasar 3.1.5.1 Alat

- Neraca analitik

- Pendingin

- Corong buchner

- Pompa vakum

3.1.5.2 Bahan

- Tortilla

- Asam sulfat, H2SO4 1,25 %

- Natrium hidroksida, NaOH 3,25 %

- Etanol 96 %

- Kertas saring Whatman 54, 541 atau 41

3.1.5.3 Cara Kerja

- Sampel ditimbang 2-4 gr. Lemaknya dibebaskan dengan cara

ekstraksi soxhlet . Contoh dikeringkan dan dimasukkan kedalam

Erlenmeyer 500 ml.

- Ditambahkan 50 ml larutan H2SO4 1,25 %, kemudian di

didihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin

tegak.

- Ditambahkan 50 ml NaOH 3,25%, kemudian dididihkan selama

(35)

commit to user

- Dalam keadaan panas, disaring dengan corong Buchner yang

berisi kertas saring tak berabu Whatman 54, 41 atau 541 yang

telah dikeringkan dan diketahui bobotnya.

- Endapan yang terdapat pada kertas saring berturut-turut dicuci

dengan H2SO4 1,25 % panas, air panas, dan etanol 96 %

menggunakan pompa vakum.

- Kertas saring beserta isinya diangkat, dimasukan ke dalam kotak

timbang timbang yang telah diketahui bobotnya, dikeringkan

pada suhu 1050C

- Didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap.

3.1.6 Uji Organoleptik

Uji organoleptik yang dilakukan dengan proses

penginderaan yaitu penglihatan dengan mata,

pembauan/penciuman dengan hidung, pencicipan dengan rongga

mulut, dan perabaan dengan ujung jari tangan. Parameter yang

diuji pada organoleptik ini adalah kenampakan, bau, rasa, dan

tekstur. Melalui hasil pengujian organoleptik akan diketahui daya

(36)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Industri

1. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri

Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri berdiri pada

tanggal 20 September 2001. Industri rumah tangga ini didirikan oleh Ibu

Untari. Sebelum mendirikan usaha tersebut, ibu Untari bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian Bojonegoro. Setiap ada

kesempatan penyuluhan dan pelatihan di desa-desa, Ibu Untari selalu

menciptakan resep-resep makanan dari bahan baku hasil pertanian yang

terdapat di Bojonegoro. Resep-resep tersebut berbahan baku dari jagung

dan singkong, antara lain tortilla jagung dan rengginang singkong. Setelah

sekian banyak desa mendapat penyuluhan dan pelatihan Ibu Untari

berinisiatif untuk mengembangkan produk tersebut untuk dijual, dari

inisiatif tersebut kemudian mendirikan kelompok usaha wanita tani dan

industri rumah tangga yang diberi nama “Makmur Asri” dengan produk

yang diproduksi adalah tortilla jagung.

Pada awal berdirinya kelompok usaha tani dan industri tersebut Ibu

Untari belum memiliki pekerja. Ibu Untari dan adiknya yang membuat

tortilla kemudian dibantu oleh tetangga dan produk hanya dipasarkan ke

toko-toko kecil dan pasar desa. Seiring berjalannya waktu, semakin

banyak permintaan dan ibu Untari tidak bisa mengerjakan sendiri karena

kesibukannya di kantor. Kemudian Ibu Untari merekrut warga sekitar

sebagai pekerja selanjutnya produk bukan hanya dipasarkan ke toko-toko

kecil dan pasar desa, melainkan dipasarkan pada toko-toko besar dan

keluar kota seperti Cepu, Lamongan, Tuban, Jombang, dan Surabaya.

Setelah produk menyebar ke berbagai kota produk tersebut semakin

banyak peminat dan dipasarkan ke luar jawa seperti Kalimantan dan

Sulawesi. Untuk menarik minat konsumen, tortilla dikemas dengan plastik

PP dan diberi label.

(37)

commit to user

2. Lokasi

Lokasi Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri

terletak di Jalan Cepu lama tambangan 2 RT 06 RW 02 Desa Tulungrejo

Kecamatan Trucuk Kabupaten Bojonegoro Jawa timur. Lokasi industri ini

terletak ± 4 Km dari pusat kota Bojonegoro.

3. Tujuan Pendirian Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri

Tujuan berdirinya Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur

asri milik Ibu Untari yang memproduksi tortilla jagung antara lain :

a. Meningkatkan nilai ekonomi jagung

b. Mendukung program keanekaragaman pangan

c. Menciptakan pekerjaan bagi warga setempat

d. Menambah pendapatan keluarga

4. Organisasi

Industri Kelompok Usaha Wanita Tani Makmur Asri ini diketuai

oleh Ibu Untari dan kepala proses produksi adalah Ibu Supi’ah. Karyawan

yang bekerja di industri ini terdapat lima orang, yang merupakan ibu

rumah tangga warga setempat. Jam kerja dimulai pukul 08.00 sampai

pukul 15.00 WIB. Sistem penggajian diberikan setiap minggu sekali dan

apabila terdapat kerja lembur maka diberikan gaji tambahan.

B. Pengendalian Mutu Tortilla Jagung

Pengendalian mutu merupakan usaha mempertahankan mutu dari bahan

baku, proses produksi sampai produk berada di tangan konsumen pada batas

yang dapat diterima dengan biaya seminimal mungkin. Pengendalian mutu

produk pangan menurut Hubeis (1999), erat kaitannya dengan sistem

pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan, penyimpangan

(38)

commit to user

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor yang menentukan dalam proses

pembuatan makanan. Jika bahan baku yang digunakan mutunya baik maka

diharapkan produk yang dihasilkan berkualitas. Pada pembuatan tortilla

jagung bahan baku yang digunakan adalah jagung pipilan, dan bahan

pelengkap yang digunakan antara lain bawang putih, garam, dan penyedap.

Jagung pipilan sebagai bahan baku mempunyai spesifikasi persyaratan

mutu SNI 01-3920-1995 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1Spesifikasi persyaratan mutu jagung pipilan.

No Jenis Uji Satuan Persyaratan umum Hasil uji

I II III

1 Kadar air (%) Maks. 14 Maks. 14 Maks. 15 13,897

2 Butir rusak (%) Maks. 2 Maks. 4 Maks. 6 1,719 3 Butir

warna lain

(%) Maks. 1 Maks. 3 Maks. 7 0

4 Butir pecah (%) Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3 1,719 5 Kotoran (%) Maks. 1 Maks. 1 Maks. 2 0

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2011.

Dari Tabel 4.1 ditunjukan spesifikasi mutu jagung pipilan meliputi

kadar air, untuk parameter secara kimia. Untuk parameter secara

organoleptik antara lain butir rusak, butir warna lain, butir pecah dan

kotoran. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam

bahan. Pada penelitian ini analisis kadar air menggunakan metode oven

sebagai bahan baku tortilla yaitu hasilnya sebesar 13,897 %. Hasil uji

kadar air yang diperoleh sudah memenuhi syarat SNI 01-3920-1995.

Kadar air pada tiap butir jagung maks 14-15% yaitu apabila kadar air

diatas prosentase tersebut maka jagung pipilan tidak awet dan mudah

ditumbuhi jamur. Kadar air dapat mempengaruhi kesegaran dan daya awet

produk, semakin tinggi kadar air maka dapat mengakibatkan bakteri,

kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi

(39)

commit to user

Selain uji kadar air pada bahan baku juga dilakukan uji organoleptik.

Parameter pada uji organoleptik adalah butir rusak diperoleh sebesar

1,719%. Hasil tersebut diperoleh dari 122,7 gram sampel jagung pipilan

terdapat 21,1 gram butir rusak dan dikalikan 100% sehingga diperoleh

hasil prosentase butir rusak. Tidak ada butir warna lain, butir pecah

1,719% dari 122,7 gram jagung pipilan terdapat 21,1 gram butir pecah dan

dikalikan 100%, dan tidak ada kotoran pada jagung pipilan tersebut, hasil

yang diperoleh sudah sesuai dengan persyaratan mutu pada SNI

01-3920-1995.

Supaya bahan baku tetap bagus dan tidak tumbuh kapang,

penyimpanannya perlu diperhatikan yaitu jagung pipilan dapat disimpan

dalam karung goni, bakul besar dari bambu atau kotak kayu. Peletakannya

tidak langsung menempel tanah, tetapi diberi alas berupa balok kayu

supaya tidak lembab dan tidak mudah tumbuh kapang (Warisno, 1998).

Penyimpananan bahan baku (jagung) yang dilakukan pada Kelompok

Wanita Tani “Makmur Asri” sudah sesuai, yaitu karung yang berisi jagung

diletakkan diatas balok kayu sehingga tidak menempel pada tanah.

Pengendalian mutu pada bahan tambahan atau bahan yang digunakan

sebagai bumbu yaitu bawang putih, garam dan penyedap. Untuk bawang

putih parameter yang digunakan secara organoleptik sesuai SNI

(40)

commit to user

Tabel 4.2Spesifikasi persyaratan mutu bawang putih. Karakteristik Persyaratan Mutu Cara

Pengujian

Seragam Seragam Organoleptik Seragam

Tingkat

Kotoran Tidak ada Tidak ada Organoleptik Tidak ada

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2011.

Parameter uji organoleptik pada bawang sesuai SNI 01-3160-1992

antara lain kesamaan varietas, tingkat ketuaan, kekompakan siung,

kebernasan siung, kekeringan, kulit luar pembungkus, dan kotoran. Dari

hasil uji organoleptik bawang putih tersebut antara lain untuk kesamaan

varietas seragam. Tingkat ketuaan bawang putih yang digunakan adalah

bawang putih tua. Kekompakan siung pada bawang putih tersebut kurang

kompak dan kebernasan kurang bernas, pada karakteristik kekeringan,

bawang putih disimpan pada tempat yang kering dan bersih sehingga tidak

mudah busuk dan keadaannya tetap kering sampai bawang tersebut

digunakan. Pada kulit luar pembungkus umbi sempurna menutup umbi,

sehingga umbi tidak mudah terkontaminasi oleh mikroba pembusuk dan

bentuknya tidak mudah rusak karena terlindungi oleh kulit pembungkus,

kemudian pada bawang putih tersebut tidak terdapat kotoran. Dari hasil uji

organoleptik diperoleh hasil bahwa bawang putih yang digunakan untuk

(41)

commit to user

Bahan pelengkap lain yang digunakan untuk bumbu tortilla adalah

garam dan penyedap. Garam yang digunakan oleh UKM Tortilla “Makmur

Asri” yaitu garam dengan ciri-ciri berwarna putih, tidak ada kotoran

(kerikil, debu), tidak berair, dan tidak menggumpal. Pengendalian mutu

yang dilakukan adalah penyimpanan garam dan penyedap di tempat yang

kering, tidak lembab, dan bersih. Untuk mencegah kerusakan, maka garam

(42)

commit to user

2. Pengendalian Mutu Proses Pengolahan

Gambar 4.1 Proses pembuatan tortilla jagung “Makmur Asri” Pencucian bersih dan dihilangkan kulitnya

air

Perebusan setengah matang ± 2 jam dengan air kapur 3%

Perendaman selama 24 jam Pencucian

30 kg Jagung

air air

air air

air air

kulit dan air

Perebusan hingga mendidih dan matang suhu ± 600C selama 2 jam

air

air Penirisan dan diberi bumbu garam 1,25%, bawang putih

1 kg

Penggilingan sampai lembut

Pembentukan bulatan, dipotong 1-2 cm, dipipihkan dan diangin-anginkan

Pemipihan dengan mesin

Pengeringan setengah kering dan dipotong-potong kecil ± 3 cm

Pengorengan dengan 10 kg minyak goreng suhu ± 600C sampai matang Pengeringan sampai kering ± 1 hari

(43)

commit to user

Proses produksi merupakan cara atau metode untuk menciptakan

atau menambah guna suatu barang dengan memanfaatkan sumber yang

ada (Prasetya, 2009). Wujud proses produksi terdapat tiga macam yang

antara lain proses kimia biasanya terjadi pada kandungan gizi produk

seperti protein, lemak, karbohidrat. Proses perubahan bentuk biasanya

terjadi pada awal proses bentuk kecil menjadi besar, dan proses

assembling (pengumpulan). Pada saat proses pengolahan, pengawasan

mutu perlu dilakukan dengan pengendalian mutu pada proses produksi.

Pengawasan mutu pada proses produksi terdiri dari pengendalian terhadap

kebersihan air yang digunakan pencucian dan perendaman, suhu

pemasakan, tingkat kematangan jagung, penirisan, kelembutan dalam

penggilingan, pemotongan dan pembentukan, pemipihan, suhu

pengeringan, dan tingkat kematangan tortilla. Selain proses yang perlu

diperhatikan alat-alat yang digunakan selama proses produksi juga harus

ada pengendalian mutu dengan pembersihan alat dan perawatan alat secara

rutin. Pada proses pembuatan tortilla ini industri kelompok usaha tani ini

Makmur Asri mempunyai resep sendiri. Proses pembuatan tortilla pada

industri kelompok usaha wanita tani Makmur Asri dapat dilihat pada

diagram alir Gambar 4.1.

Pengendalian mutu terhadap kebersihan air yang digunakan untuk

pencucian dan perendaman yaitu melihat secara langsung apakah air yang

digunakan sudah bersih atau kotor. Pada proses pencucian, jagung dicuci

dengan air bersih yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran sehingga

jagung yang akan digunakan sebagai bahan baku tortilla akan menjadi

lebih bersih dari debu, kerikil, dan mikroorganisme lain. Pada perendaman

dengan air kapur dilakukan selama 24 jam. Perendaman biji jagung

dilakukan sebagai proses hidrasi yang menyebabkan biji mengembang

akibat hidrasi sehingga kulit pecah. Apabila perendaman dilakukan kurang

dari 24 jam maka hasilnya kurang maksimal, yaitu jagung masih keras dan

(44)

commit to user

dari 24 jam maka jagung terlalu banyak menyerap air dan teksturnya

lembek sehingga saat direbus akan hancur.

Pengendalian mutu pada proses perebusan yaitu melihat suhu

pemasakan dan waktu yang diperlukan untuk perebusan, pada perebusan

pertama dilakukan selama dua jam dengan air kapur sebanyak 3 % dari

jumlah jagung. Proses niktamalisasi atau perebusan dengan kapur tersebut

dimaksudkan untuk menghancurkan kulit ari (kulit tipis terbuat dari bahan

selulosa yang menyelimuti biji jagung), sehingga memudahkan penetrasi

air dan panas kedalam biji jagung. Proses niktamalisasi tersebut dianggap

cukup apabila biji jagung ketika dipegang jari tangan terasa licin dan kulit

ari hancur atau rusak. Setelah dicuci bersih, biji jagung direndam air bersih

semalam. Perendaman ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

penetrasi air kedalam biji jagung, sehingga memudahkan proses

pengukusan. Pengawasan mutu pada saat perendaman semalam yaitu pada

proses tersebut jagung diletakkan di tempat yang bersih dan tidak lembab

supaya tidak mudah ditumbuhi bakteri dan waktu perendaman tepat 24

jam tidak kurang atau lebih. Kemudian proses perebusan tahap kedua ini

dilakukan selama 1-2 jam. Perebusan kedua ini dilakukan untuk

membunuh bakteri yang mungkin tumbuh selama proses perendaman.

Perlakuan penirisan setelah proses perebusan juga bertujuan untuk proses

pendinginan. Kondisi dijaga supaya tidak basah dan tidak ditumbuhi

bakteri pembusuk.

Setelah proses penirisan, jagung diberi bumbu dan kemudian

digiling dengan mesin penggiling sampai lembut. Pengawasan mutu pada

proses tersebut yaitu sebelum proses penggilingan alat di cek dan di

bersihkan supaya sisa-sisa penggilingan sebelumnya tidak terangkut dan

wadah hasil gilingan jagung harus bersih tidak ada bekas gilingan jagung

sebelumnya. Setelah digiling, jagung dibentuk bulatan. Pembentukan

bulatan dilakukan secara manual dengan tangan. Untuk menghindari

kontaminasi mikroba pekerja harus mencuci tangan dengan sabun atau

(45)

commit to user

selanjutnya adalah pemipihan dengan botol, kebersihan botol harus selalu

diperhatikan. Sebelum digunakan untuk memipihkan botol harus dicuci

dengan sabun atau disinfektan supaya tidak terjadi kontaminasi silang.

Selanjutnya produk diangin-anginkan hingga dapat ditipiskan dengan alat,

saat diangin-anginkan tempat yang baik untuk peletakkan encek (bambu)

yaitu tempat yang bersih dan tidak ada lalat sehingga produk yang

diangin-anginkan aman dan tidak terkontaminasi. Selanjutnya proses penipisan

dengan alat pastel atau mesin pemipih, untuk pengawasan mutu alat yang

digunakan harus sering dibersihkan agar sisa-sisa adonan sebelumnya

tidak tercampur dan tidak mengontaminasi.

Proses selanjutnya adalah pengeringan pertama selama 1-2 jam,

pengeringan tortilla dengan menggunakan sinar matahari, maka adonan

yang telah ditipiskan diletakkan pada encek (bambu) kemudian

dikeringkan secara alami. Pengendalian mutu pada pengeringan ini

menghindarkan produk dari kotoran binatang (ayam, burung, dan

sebagainya) dengan cara meletakan bambu di atas tatakan dengan tinggi 1

meter supaya tidak dihinggapi ayam. Tujuan dari pengeringan adalah

memperpanjang umur simpan dengan cara mengurangi kadar air untuk

mencegah ditumbuhi mikroorganisme pembusuk. Setelah dikeringkan

tortilla mentah dipotong persegi empat dengan mesin pemotong yang

berbentuk pisau, pengawasan mutu dari pemotongan yaitu membersihkan

mesin pemotong supaya tidak berkarat, dan setelah dipotong tortilla

mentah dikeringkan kembali hingga kering.

Proses berikutnya yaitu tortilla yang telah dikeringkan kemudian

digoreng. Pengawasan mutu pada penggorengan tortilla yaitu mengawasi

suhu penggorengan supaya kematangan tidak terlalu gosong, renyah, dan

tortilla mengembang seperti kerupuk ketika digoreng. Kerenyahan

kerupuk sangat ditentukan oleh kadar airnya. Semakin banyak

mengandung air, kerupuk akan semakin kurang renyah dan volume

pengembangan dipengaruhi oleh kadar air kerupuk mentah dan suhu

(46)

commit to user

maka saat proses penggorengan tidak mengembang dan kerupuk tidak

renyah, selain itu minyak yang digunakan harus selalu diganti untuk

menghindari kerusakan minyak. Kombinasi lamanya pemanasan dan suhu

yang tinggi mengakibatkan terjadinya beberapa reaksi penyebab kerusakan

minyak. Minyak yang rusak akan menghasilkan bahan dengan rupa yang

kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak, serta kerusakan sebagian

vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat dalam minyak

(Syah, 2005).

Setelah proses penggorengan tortilla tidak langsung dikemas tetapi

didinginkan terlebih dahulu supaya tidak terjadi global migrasi pada

plastik. Global migrasi merupakan jumlah keseluruhan komponen

senyawa-senyawa yang berpindah ke dalam makanan dengan atau

memperhatikan sifat–sifat racun atau juga aspek–aspek bahaya lain dari

segi fisiologi. Konsep global migrasi meniadakan perlunya identifikasi

dari setiap migran, karena bahan pangan merupakan gabungan berbagai

unsur (komponen) yang dapat menyulitkan dalam pendekatan aspek

matematika dalam migrasi (Syarif dan Isyana, 1988). Tortilla di kemas

dengan plastik polipropilen dan dipress dengan sealer supaya tortilla tetap

renyah. Pengawasan mutu dari pengemasan ini yaitu pada saat

memasukkan tortilla ke dalam plastik, pekerja harus membersihkan tangan

dengan sabun atau menggunakan sarung tangan supaya tidak terjadi

kontaminasi mikroba, karena fungsi dari pengemasan adalah melindungi

makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya,

mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar

matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno,

1983).

Dari proses pembuatan tortilla jagung “Makmur Asri” ini

dibandingkan dengan proses pembuatan tortilla pada Gambar 2.1. Dari

diagram alir tersebut terdapat perbedaan pada proses perendaman yang

mana menurut Jumadi (2008) perendaman jagung selama 22 jam

(47)

commit to user

Kemudian pada proses pembentukan lempengan tipis lalu dipotong-potong

2-3 cm berbeda dengan proses tortilla “Makmur Asri” yaitu dibentuk

bulatan kecil, dipotong 1-2 cm, pemipihan dan diangin-anginkan. Tujuan

dari diangin-anginkan yaitu supaya adonan tidak lengket ketika dipipihkan

dengan mesin sedangkan menurut teori adonan langsung dijemur tidak di

angin-anginkan dahulu. Kemudian menurut teori pengeringan hanya

dilakukan sekali sedangkan pada “Mamur Asri” penjemuran dilakukan dua

kali yang pertama sebelum dipotong kecil-kecil dikeringkan setengah

kering yang bertujuan supaya tortilla mudah dipotong dan tidak lengket

pada alat kemudian dikeringkan lagi sampai kering. Pada proses

penggorengan secara teori dengan “Makmur Asri” sama kemudian tortilla

yang sudah matang dikemas dan dipasarkan.

3. Pengendalian Mutu Produk Akhir

Pada pengendalian mutu produk akhir parameter yang digunakan

antara lain sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu pangan) dapat

dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran,bentuk dan cacat;

kinestika: tekstur, kekentalan dan konsistensi; citarasa: sensasi, kombinasi

bau dan cicip) serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan

mikroba). Sedangkan secara eksternal (citra industri) ditunjukkan oleh

kemampuan untuk mencapai kekonsistenan mutu (syarat dan standar) yang

ditentukan oleh pembeli, baik di dalam maupun di luar daerah. Ada

beberapa hal yang diuji untuk melihat apakah produk akhir memenuhi

standar kualitas yang ditetapkan sebelum didistribusikan. Pengujian yang

pertama kali dilakukan adalah uji organoleptik pada produk akhir. Dari

hasil uji organoleptik yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Organoleptik Tortilla Jagung

No Parameter Hasil Uji Organoleptik 1. Kenampakan Kuning Kecoklatan/normal

2. Bau Normal

3. Rasa Normal

(48)

commit to user

Dari Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa uji organoleptik dari produk

hasil dari parameter kenampakan, bau, rasa, dan tekstur sudah memenuhi

syarat yaitu hasilnya normal. Kualitas produk yang dihasilkan sangat

dipengaruhi oleh proses yang terjadi, sehingga apabila terjadi

ketidaksesuaian kualitas produk maka hal pertama yang dilakukan adalah

perbaikan proses, baru selanjutnya penanganan terhadap produk. Selain uji

organoleptik pengujian pada bahan baku juga dilakukan uji proksimat

untuk memperoleh komposisi gizi pada tortilla, selain itu juga dilakukan

uji kadar timbal untuk mengetahui cemaran logam berat pada tortilla dan

uji pengawet borak pada tortilla jagung. Komposisi nilai gizi tortilla

jagung “Makmur Asri” dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Komposisi Nilai Gizi Tortilla Jagung “Makmur Asri”

No Komposisi Gizi %

1. Kadar air 5,3 %

2. Kadar abu 2,7 %

3. Protein 6,7 %

4. Lemak 27,8 %

5. Serat Kasar 6,9 %

6. Karbohidrat 50,4 %

7. Energi total 474,3 kkal/100 gr

Sumber : hasil analisis tortilla jagung Makmur Asri

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat diketahui hasil dari beberapa

analisis terhadap produk akhir Tortilla “Makmur Asri” yang meliputi

parameter kadar air, kadar abu, protein, lemak, serat kasar, karbohidrat,

timbale dan boraks.

a. Kadar Air

Kadar air dalam makanan ikut menentukan kesegaran dan daya

awet makanan tersebut. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatnya

mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,

sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997

dalam Wiryadi, 2007) karena air merupakan komponen penting dalam

Gambar

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Tortilla Jagung
Tabel 2.1.
Gambar 2.2 Langkah Penyusunan dan Implementasi Sistem HACCP
Tabel 4.1 Spesifikasi persyaratan mutu jagung pipilan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Penelitian : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) KELOMPOK TANI TANI MAKMUR DESA SINAR MULYA

Pelaksanaan praktek Quality Control dilakukan untuk mengetahui konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan dalam proses pembuatan selai terung belanda dari bahan

Pelaksanaan praktek Quality Control pembuatan “Keripik Pangsit” di UKM Bu Ning bertujuan untuk mengetahui konsep pengendalian mutu produk yang meliputi pengendalian mutu bahan

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan Kelompok Wanita Tani Bunga Anggrek dalam pengolahan jagung dan tepung singkong menjadi mie jagung selama proses

Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untuk memperoleh gambaran pengolahan mocaf yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Medal Asri dan

Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melalui Kegiatan Pemberian Nilai Tambah Olahan Jagung ( Zea mays L.) (Suatu Kasus Pada Kelompok Wanita Tani Cipta Lestari Di Desa Haurgeulis