• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 April - 05 Mei 2016 dengan jumlah responden sebanyak 40 ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada. Hasil penelitian karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016 Berdasarakan Pengetahuan

No Pengetahuan F (%)

1 Baik 3 7,5

2 Cukup 11 27,5

3 Kurang 26 65

Jumlah 40 100%

Sumber: Penyebaran Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik ibu post sectio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 26 orang (65%)

41

Tabel 4.2 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016.

No Item Pertanyaan Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini F (%) a. Definisi 1 Baik 11 27,5 2 Cukup 23 57,5 3 Kurang 6 15 Jumlah 40 100% b. Manfaat 1 Baik 10 25 2 Cukup 13 32,5 3 Kurang 17 42,5 Jumlah 40 100

c. Cara melakukan mobilisasi dini

1 Baik 7 17,5

2 Cukup 13 32,5

3 Kurang 20 50

Jumlah 40 100%

d. Konta indikasi mobilisasi dini

1 Baik 4 10

2 Cukup 17 42,5

3 Kurang 19 47,5

Jumlah 40 100%

e. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

1 Baik 12 30

2 Cukup 25 62,5

3 Kurang 3 7,5

Jumlah 40 100%

Kerugian mobilisasi dini

1 Baik 10 25

2 Cukup 17 42,5

3 Kurang 13 32,5

Jumlah 40 100

Sumber: Penyebaran Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 40 responden sebagian besar berpengetahuan cukup tentang definisi mobilisasi dini post seksio sesarea yaitu sebanyak 23 orang (57, 5%), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang manfaat mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 17 orang (42,5), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang cara melakukan mobilisasi dini post

42

sectio caesarea yaitu sebanyak 20 orang (50%), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang kontra indikasi mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 19 orang (47,5%), mayoritas responden berpengetahuan cukup tentang faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang kerugian mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 17 orang (42,5%), mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 26 orang (65%).

Tabel 4.2 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016

Umur N %

1 Dewasa muda (< 30 tahun) 29 72,5 2 Dewasa tua (> 30 tahun) 11 27,5

Jumlah 40 100% Pendidikan 1 Rendah (SD-SMP) 10 25 2 Menengah (SMA) 23 57,5 3 Tinggi (> D3) 7 17,5 Jumlah 40 100% Pekerjaan 1 Bekerja 9 30

2 Tidak bekerja (IRT) 31 70

Jumlah 40 100%

Paritas

1 Primipara 22 55

2 Multipara 18 45

Jumlah 40 100%

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui mayoritas responden berada pada dewasa muda yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), sebagian besar responden bependidikan menengah yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 31 orang

43

(70%) dan sebagian besar responden melahirkan anak primigravida yaitu sebanyak 22 orang (55%).

44

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait tentang karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2016, maka didapatkan hasil karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini yaitu:

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini post seksio sesarea yaitu sebanyak 26 orang (65%).

Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Hal ini sesuai dengan pendapa Yamin (2010) Pengetahuan merupakan faktor penting untuk terbentuknya tindakan atau sikap seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap yang di dasari pengetahuan akan lebih baik dari sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang

45

mobilisasi dini diharapkan akan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini pada post seksio saesarea yaitu sebanyak 61,9%.

Pengetahuan ibu post seksio sesarea kurang tentang mobilisasi dini karena mereka kurang mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang mobilisasi post seksio sesarea dan kurangnya mendapat informasi dari media cetak dan elektronik tentang mobilisasi dini.

2. Umur

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui mayoritas responden berada pada dewasa muda yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Menurut pendapat Arikunto, 2002 bahwa umur seseorang akan mempengaruhi terhadap yang akan dilakukan. Semakin tua umur seseorang, maka tingkat pemahaman tentang suatu informasi akan mudah di cerna.

Umur dapat mencerminkan pengalaman dan kematangan jiwanya dalam mampu berfikir kreatif, hasil penelitian Setyowati (2010) menunjukkan bahwa umur > 35 tahun lebih mampu melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea. Penelitian ini dari 30 responden yang memiliki umur 31-40 tahun sebanyak (56,7%) dan yang berumur 20-30 tahun sebanyak (45,3%).

46

Hal ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2011) yang mengatakan umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang bertambah dalam berpikir dan bekerja.Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa >35 tahun lebih mampu melakukan mobilisasi dini post seksio saesarea dari pada umur kurang dari 35 tahun karena lebih banyak mendapatkan pengalaman dari persalinan sebelumya.

Semakin rendah umur seseorang rendah pula cara berpikir seseorang. Karena banyak perjalanan selama hidup yang diperoleh responden. Sehingga ibu akan lebih mengerti tentang manfaat mobilisasi dini bagi ibu nifas, baik untuk memperlancar sirkulasi darah maupun mencegah terjadinya tromboflebitis.

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini bependidikan menengah yaitu sebanyak 23 orang (57,5%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2011) pendidikan merupakan proses untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku seseorang yang terjadi melalui pengajaran. Pendidikan

47

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut semakin baik untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang (>D3) semakin baik pula pengetahuannya. Hal ini sejalam dengan Purani (2012) yang mengemukakan bahwa hal yang berpengaruh pada perilaku kesehatan adalah pendidikan yang membentuk pola pikir dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan khususnya dalam bidang kesehatan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa responden yang berpendidikan menegah kurang mendapatkan informasi dari sekolah tentang masa nifas, meereka hanya mempelajari tentang masalah pendidikan secara umum.

Responden yang berpendidikan menegah kurang mendapatkan informasi dari sekolah tentang masa nifas, meereka hanya mempelajari tentang masalah pendidikan secara umum.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 31 orang (70%).

48

Menurut Hurlock (2005) pekerjaan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya semakin cocok jenis pekerjaan yang diemban, semakin tinggi pula kepuasan yang diperoleh, pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin banyak pekerjaan yang diperoleh diluar rumah, maka semakin banyak pengetahuan yang dapat dikumpulkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah lebih banyak mendapatkan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan ibu yang hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga.

Ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah lebih banyak mendapatkan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan ibu yang hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga.

5. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini yaitu primipara sebanyak 22 orang (55%).

Menurut Mochtar (2008), jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim, ibu yang pernah melahirkan akan memiliki pengalaman lebih dalam melakukan perawatan pada diri sendiri dibandingkan dengan ibu yang belum pernah melahirkan. Semakin tinggi paritas ibu, maka semakin banyak pengalaman ibu dalam melakukan mobilisasi dini, khususnya dengan kegiatan mobilisasi dini yang sangat

49

banyak manfaatnya bagi ibu nifas. Sehingga semakin baik pengetahuan ibu akan mobilisasi dini.

Paritas atau pengalaman ibu nifas post sectio caesarea cenderung dilakukan dengan baik pada ibu yang mulitipara. Multipara lebih berani melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea karena pengalaman ibu yang pernah melahirkan maka ibu mampu untuk melakukan mobilisasi dini lebih cepat berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi paritas ibu, maka semakin banyak pengalaman ibu dalam melakukan mobilisasi dini, khususnya dengan kegiatan mobilisasi dini yang sangat banyak manfaatnya bagi ibu nifas. Sehingga semakin baik pengetahuan ibu akan mobilisasi dini.

50

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea, sebagian besar responden dalam kategori dewasa muda, sebagian besar responden berpendidkan SMA, sebagian besar responden tidak bekerja dan sebagian besar responden berada pada paritas primipara

B. Saran

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya mobilisasi dini setelah post seksio sesarea sehingga mempermudah proses penyembuhan setelah melahirkan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini sehingga dapat memberikan konseling kepada pasien mengenai mobilisasi dini secra tepat

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda pada ibu seksio saesarea.

Dokumen terkait