• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus meninggal karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus meninggal karena"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masyarakat yang dinamis. Setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus meninggal karena persalinan. Hal tersebut menarik perhatian cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian pada ibu bersalin. Usaha tersebut terlihat dari beberapa program dari organisasi internasional (WHO) yaitu program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program). Selain usaha-usaha tersebut ada pula program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu pemerintah melaksanakan strategi utama yaitu mengupayakan komplikasi ibu saat hamil dan melahirkandapat ditangani, kedua mengupayakan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, ketiga memberi pertolongan persalinan yang diberikan oleh tenaga kesehatan(Depkes, 2004)

Salah satu jenis persalinan oleh tenaga kesehatan adalah seksio sesarea, dimana seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2010).Menurut WHO tahun 2011, angka kejadian seksio sesarea meningkat 5 kali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di Asia sebesar

(2)

2

30%, dan di Indonesia berdasarkan survei demografi kesehatan indonesia (SDKI), angka persalinan seksio sesarea secara nasional rata-rata 22,5% dari seluruh persalinan.

Data angka kelahiran dengan tindakan seksio sesarea di beberapa Rumah Sakit Umum di Indonesia pada bulan Januari-Desember 2012 mencapai 1648 kasus atau 55% dari seluruh kasus persalinan. Sedangkan di Rumah Sakit Pusat tahun 2013 persalinan dengan seksio sesarea didapatkan data jumlah pasien 325 atau 45% dari 720 ibu melahirkan baik spontan maupun seksio sesarea. Pada empat bulan terakhir dari Januari-April 2014 didapatkan data persalinan seksio sesarea sebanyak 425 dan yang dilakukan tubektomi sebanyak 44 pasien (Hartati, 2015).Di RSUD Pekanbaru tahun 2013 angka persalinan dengan seksio sesarea sebesar 1072 kasus.

Seksio sesarea umumnya sudah semakin aman, cepat, mudah dan prosedurnya sendiri biasanya tidak sakit karena calon ibu di bius. Persalinan seksio sesarea juga mempunyai risiko diantaranya adalah perdarahan yang lebih berat yaitu menimbulkan anemia, nyeri pasca bedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Pada ibu post seksio sesarea juga mengalami perawatan yang lebih lama. Salah satu faktor yang memperpanjang lama perawatan ibu setelah seksio sesarea adalah luka bekas seksio sesarea. Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka setelah seksio sesarea antara lain adalah infeksi, dan

(3)

3

iritasi. Proses penyembuhan luka dapat dipercepat dengan mobilisasi dini (Dewi, 2012).

Mobilisasi diniakan membantu kelancaran sirkulasidarah sehingga berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka setelah seksio sesarea.Proses penyembuhan luka bekas seksio sesarea membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan persalinan normal. Pada ibu post seksio sesarea dianjurkan melakukan pergerakan (mobilisasi) sedikit demi sedikit untuk mempercepat proses penyembuhan luka seksio sesarea.Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Jannah, 2011).Mobilisasi ibu pasca seksio sesarea adalah suatu pergerakkan, posisi, atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea (Hartati, 2015).

Pada pelaksanaan mobilisasi dini, sebagian besar ibu post seksio sesarea melakukannya dengan tidak tepat. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi pelaksaan mobilisasi dini. Salah satu faktornya yaitu rasa nyeri pada pada bekas sayatan seksio sesarea. Rasa nyeri tersebut membuat ibu menunda melakukan mobilisasi dini post seksio sesararea (Hartati, 2013)

Sebagian besar ibu setelah (post) seksio sesarea mempunyai kekhawatiran untuk menggerakkan tubuhnya pada posisi tertentu karena akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh.Mobilisasi

(4)

4

akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga mengurangi rasa nyeri, menjamin kelancaran sirkulasi darah, melancarkan pengeluaran lochea, mempercepat involusi uterus, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka. Apabila ibu tidak melakukan mobilisasi dini akan meyebabkan peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi, menghambat pengeluaran darah dan sisa-sisa plasenta, sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus, kontraksi uterus akan mempengaruhi pengeluaran darah yang abnormal(Jitowiyono, 2012).

Sebagian besar ibu post seksio sesarea tidak mengetahui dan tidak mendapatkan informasi yang benar tentang mobilisasi dini. Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini yaitu masih kurangnya pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini post seksio sesarea. Pengetahuan yang kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang tepat akan menimbulkan prilaku baru yang diharapkan, khususnya pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post seksio sesarea (Notoadmojo, 2011).Pengetahuan adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

(5)

5

Adapun karakteristik yang menyebabkan ketidaktepatan ibu melakukan mobilisasi dini adalah pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas. Pengetahuanyang baik akan mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini. Umur 20-35 tahun cendrung lebih memiliki pengetahuan yang baik tentang mobilisasi dini. Pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi pengetahuan tentang mobilisasi dini. Pekerjaan yang diluar rumah memiliki informasi yang lebih tentang mobilisasi dini. Paritas dikelompokkan menjadi primipara, multipara. Ibu yang memiliki riwayat paritas Multipara memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan mobilisasi dini (Hartati, 2013).

Menurut hasil penelitian oleh Nanik Sudiharjani (2012) tentang Hubungan mobilisasi dan penyembuhan luka operasi pada ibu post seksio sesarea di peroleh ibu post seksio sesarea yang dilakukan mobilisasi dini secara terus menerus penyembuhan lukanya semakin bagus.Penelitian oleh Suryani Hartati (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu post seksio sesarea dalam melaksanakan mobilisasi dini, Terdapat hubungan yang signifikan antara faktorpengetahuan, motivasi, dan pemberian informasi oleh petugas kesehatan terhadap tindakan mobilisasi dini dengan p value (p=0.005; á=0.05). Faktor yang paling berpengaruh terhadap tindakan mobilisasi dini adalah faktor pemberian informasi oleh petugas kesehatan.

Data persalinan seksio sesarea di RSIA Norfa Husada pada tahun 2013 sebanyak 743, pada tahun 2014 sebanyak 721,dan pada tahun 2015

(6)

6

sebanyak 644. Berikut tabel angka kejadian seksio sesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang.

Tabel 1.1. Tabel Jumlah Persalinan Seksio Sesarea Tahun 2015 di RSIA Norfa Husada Bangkinang

No Bulan Jumlah Seksio Sesarea

1 Januari 51 2 Februari 39 3 Maret 40 4 April 41 5 Mei 63 6 Juni 66 7 Juli 58 8 Agustus 69 9 September 44 10 Oktober 62 11 November 54 12 Desember 57 Total 644

Sumber: Instalasi Rekam Medis dari tahun 2015 di RSIA Norfa Husada Bangkinang

Berdasarkan data diatas angka kejadian persalinan seksio sesarea masih banyak dan cendrung meningkat.Sebagian besar ibu post seksio sesarea merasa khawatir jika tubuhnya digerakkan akan mempengaruhi luka jahitan operasi yang masih belum sembuh, juga dikarenakan rasa nyeri yang dirasakan ibu setelah efek anestesi hilang. Dari hasil wawancara 10 ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang, ibu-ibu tersebut melakukan mobilisasitetapi tidak sesuai dengan tahapan yang dianjurkan karena khawatir luka jahitannya terbuka kembali dan melakukan mobilisasi dini dengan baik tanpa mengetahui manfaat dari mobilisasi itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang pentingnya mobilisasi bagi ibu post seksio sesarea yang mana dapat membantu melancarkan sirkulasidarah

(7)

7

sehingga berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka setelah seksio sesarea, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah karakteristik ibu post seksio sesareayang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2015?"

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di ruang Kebidanan RSIA Norfa Husada Bangkinang.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini berdasarkan pengetahuan.

b. Untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini berdasarkan umur.

(8)

8

c. Untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini berdasarkan pendidikan.

d. Untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini berdasarkan pekerjaan .

e. Untuk mengetahui karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini berdasarkan paritas.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, dan dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan serta menambah informasi ilmiah yang berhubungan dengan mobilisasi dini pada ibu post seksio sesarea.

2. AspekPraktis

a. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan khususnya mobilisasi dini pada ibu post seksio sesarea.

b. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi petugas kesehatan di RSIA Norfa HusadaBangkinang untuk lebih meningkatkan dalam pemberian

(9)

9

informasi kesehatan tentang manfaat dari mobilisasi dini kepada ibu post seksio sesarea yang tidak melakukan mobilisasi dini.

(10)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Mobilisasi Dini

a. Definisi Mobilisasi Dini

Mobilisasi ibu pasca seksio sesarea adalah suatu pergerakkan, posisi, atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea (Hartati, 2015). Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Jannah, 2011).

Mobilisasi dini adalah suatu usaha mempertahankan keseimbangan pasca pembedahan dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktifitas sehari-hari (Potter & Perry, 2006).

b. Tujuan Mobilisasi Dini

Tujuan mobilisasidini yaitu membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelahoperasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangiterjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh,mengatasi terjadinya

(11)

11

gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2010)

c. Manfaat mobilisasi dini

Menurut Potter and Perry (2006), mobilisasi dini mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

a) Meningkatkan curah jantung, kemudian menguatkan otot jantung, menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena.

b) Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar, meningkatkan pengembangan diafragma.

c) Dapat melancarkan pengeluaran lochea

d) Mempercepat Involusio Alat Kandungan, dengan melakukan mobilisasi dini bisa mempelancar pengeluaran darah, kontraksi uterus baik sehingga proses kembalinya rahim kebentuk semula berjalan dengan baik.

e) Mempercepat fungsi ASI (Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI) dan pengeluaran sisa metabolisme.

(12)

12 d. Rentang Gerak Mobilisasi Dini

Menurut Winarsih (2012), mobilisasi dini memeliki rentang gerak, yaitu sebagai berikut:

1) Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot-otot orang lain secara pasif, misalnya perawat/bidan mengangkat dan menggerakkan kaki pasien

2) Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya, pasien yang berbaring menggerakkan kakinya sendiri.

3) Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.

e. Kontra Indikasi Mobilisasi Dini

Menurut Jannah (2011), mobilisasi tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit-penyakit berikut:

1) Anemia 2) Jantung 3) Paru-paru 4) Demam

(13)

13

f. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi Dini Pada Seksio Sesarea Menurut Lia (2009), kerugian tidak dilakukan mobilisasi dini antara lain:

1) Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi, salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

2) Perdarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik, sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan.

3) Involusi uteri yang tidak baik, apabila tidak dilakukan mobilisasi dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

g. Keuntungan Dilakukan Mobilisasi Dini

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), keuntungan dari mobilisasi dini adalah:

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat

2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

3) Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya.

4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. 5) Tidak mempengaruhi luka di perut.

(14)

14

Menurut Carpenito(2010), keuntungan mobilisasi dini adalah mencegah trombosis vena, membantu proses penyembuhan ibu yang telah melahirkan, untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka sayatan setelah operasi seksio sesarea, mengurangi resiko terjadinya konstipasi, mengurangi terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot – otot di seluruh tubuh, mengatasi terjadinya gangguan sirkulasi darah, pernafasan, peristaltik maupun berkemih.

h. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini

Menurut Chapman (2006), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi pasca persalinan adalah sebagai berikut: 1) Rendahnya pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini post seksio sesarea. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah terhadap manfaat dari mobilisasi maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu post seksio sesarea tersebut akan mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi dini.

2) Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental

Persalinan merupakan proses yang melelahkan, saat persalinan ibu mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati proses yang

(15)

15

persalinan yang panjang. Tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering memilih tidur dari pada melakukan pergerakan secara bertahap.

3) Depresi

Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami depresi. Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya berupa mudah tersinggung , menangis, tanpa sebab, gelisah, takut pada hal yang sepele.

4) Nyeri atau rasa tidak nyaman

Rasa nyeri setelah melahirkan membuat ibu enggan untuk mulai belajar mclakukan pergerakan, dimana seluruh alat reproduksi mengalami perubahan, rasa nyeri saat buang air kecil, buang air besar. Hal ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman, besar kemungkinan ibu akan lebih memilih berbaring terus, diatas tempat tidur, dan pelaksanaan mobilisasi tentu saja akan terhambat.

5) Kecemasan

Kecemasan ibu terhadap ketidakmampuan dalam melakukan mobilisasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan saat melakukan pergerakan, ibu harus mempunyai keyakinan untuk dapat melakukan mobilisasi dini dengan cepat dan tepat. Mobilisasi yang dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang

(16)

16

benar dan bertahap dapat mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh secara umum.

i. Hal-Hal Penting Dalam Mobilisasi Dini

Menurut jannah (2011), ada enam hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan mobilisasi dini, diantaranya :

1) Rasa kepercayaan diri untuk dapat melakukan mobilisasi dengan cepat adalah salah satu cara untuk melatih mental

2) Mobilisasi yang dilakukan segera mungkin dengan cara yang benar dapat mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh

3) Gerakan tubuh saja tidak menyebabkan jahitan lepas atau rusak, buang air kecil harus dilatih karena biasanya setelah proses persalinan normal timbul rasa takut untuk buang air kecil, dan akhirnya kesulitan untuk buang air kecil

4) Mobilisasi dini harus dilakukan secara bertahap agar sernua sistem sirkulasi dalam tubuh bisa menyesuaikan diri untuk dapat berfungsi dengan normal kembali

5) Jantung perlu menyesuaikan diri, karena pembuluh darah harus bekerja keras selama masa pemulihan. Mobilisasi dini yang berlebihan bisa membebani kerja jantung.

6) Tetap memperhatikan pola nutrisi. Sebaiknya mengkonsumsi yang berserat, supaya proses pencernaan lancar dan tidak perlu terlalu mengedan saat buang air besar.

(17)

17 j. Tahapan Mobilisasi Dini

Menurut Jitowiyono (2012), tahapan mobilisasi dini sebagai berikut: 1) Bernafas dalam dan latihan menggerakkan kaki 2 jam setelah

operasi

2) Setelah 6-10 jam ibu melakukan pergerakan miring kanan dan kiri untuk mencegah trombosis dan trombo emboli

3) Setelah 12-24 jam ibu dianjurkan untuk duduk 4) Setelah 24 jam ibu belajar berdiri dan berjalan k. Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Menurut Hartati (2015), pelaksanaan mobilisasi dini sebagai berikut: 1) Hari ke 1 (6-10 jam pertama)

a) Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam ibu sadar.Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal. b) Menggerakkan kaki

Setelah memiringkan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat

(18)

18

menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah yang dapat menyebabkan varices ataupun infeksi

c) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Cara nya adalah ibu berbaring dan tekukkan kaki sedikit dan tempatkan kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas. Lalu hembuskan ke arah tangan ibu.

d) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa ia mulai pulih. Mulailah dengan sangat pelan untuk mengganti posisi secara perlahan-lahan.

2. 12-24 jam (hari 1)

a) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk. Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman

b) Belajar duduk dan meraih, yaitu duduklah dibagian tepi tempat tidur. Cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan alamiah untuk membungkuk, lemaskan tubuh ke depan selama satu menit.

(19)

19

c) Saat menyusui, tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot-otot perut selama beberapa detik lalu lemaskan. Lakukan 5-10 kali.

3. Hari ke 2

a) Berdiri atau turun dari tempat tidur

Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.

b) Ke kamar mandi

Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan.

4. Hari ke 3-7

a) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi. Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur.

c) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.

(20)

20

5. Seksio Sesarea

a. Definisi Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2010).Seksio sesarea adalah proses persalinan yang dilakukan dengan cara mengiris perut hingga rahim seseorang ibu untuk mengeluarkan bayi (Fauzi, 2007). Seksio sesarea adalah cara persalinan yang digunakan sebagai tindakan untuk menolong ibu atau janin yang mengancam kehidupan ibu atau janin (Kasdu, 2013).

b. Tujuan Kelahiran Dengan Seksio Sesarea

Beberapa tujuan dengan seksio sesarea diantaranya adalah:

1) Menurut Hartati (2015) menyatakan bahwa tujuan dari kelahiran seksio sesarea adalah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu tindakan seksio sesarea dilaksanakan dalam keadaan dimana penundaan kelahiran akan memperburuk keadaan janin, ibu atau keduanya, sedangkan kelahiran pervaginam tidak mungkin dilakukan dengan aman. 2) Operasi sesarea dapat dilakukan secara terencana maupun

segera, dimana pada operasi seksio sesarea terencana (elektif) operasi telah direncanakan jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin (Fauzi, 2007).

(21)

21 c. Indikasi Seksio Sesarea

1) Pada ibu yang dilakukan operasi seksio sesarea

Beberapa indikasi pada ibu yang dilakukan operasi seksio sesarea, antara lain:

a) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystosia).

b) Detak jantung janin melambat (fetal distress) c) Komplikasi pre-eklamsi

d) Ibu menderita herpes e) Putusnya tali pusat

f) Resiko luka parah pada rahim

g) Bayi dalam posisi sungsang, letak lintang. h) Bayi besar.

i) Masalah plasenta.

j) Pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum, distosia, seksio sesarea berulang.

k) Presentasi bokong hipertensi akibat kehamilan

(pregnancy-incduced hypertention)

l) Kelainan plasenta dan malpresentasi misalnya presentasi bahu (Kasdu, 2008).

2) Indikasi Pada Janin Yang Dilakukan Operasi Seksio Sesarea: a) Gawat janin.

(22)

22 c) Primigravida tua

d) Kehamilan dengan diabetes mellitus e) Infeksi intra partum.

f) Kehamilan kembar.

g) Kehamian dengan kelainan congenital.

h) Anomali janin misalnya hidrosefalus (Kasdu, 2008).

6. Karakteristik ibu

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2011).Kategori pengetahuan:

1. Baik : Hasil persentase 76%-100% Pengetahuan 2. Cukup : Hasil persentase 56%-75%

3. Kurang : Hasil persentase <56%

Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post seksio sesarea.

(23)

23 b. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun.S emakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang bertambah dalam berpikir dan bekerja.Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam, 2011).Umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya, tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut(>45th) kemampuan penerimaan atau daya ingat suatu pengetahuan akan berkurang. Kategori umur adalah:

1. Dewasa Muda : <30th Umur

2. Dewasa tua : >30th Umur lebih >30th akan mempengaruhi c. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku seseorang yang terjadi melalui pengajaran. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorangmaka orang tersebut semakin baik untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang (>D3) semakin baik

(24)

24

pula pengetahuannya (Notoadmojo, 2011). Tingkat pendidikan dapat mendasari ibu dalam meyerap informasi tentang mobilisasi dini pst seksio sesarea. Kategori pendidikan adalah:

Rendah: SD-SMP

Pendidikan Menengah: SMA/SMK Tinggi: >D3

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi. Orang yang bekerja diluar rumahlebih banyak mendapatkan informasi, dibandingkan sehari-hari berada di rumah. Semakin banyak seseorang mendapatkan informasi semakin baik pengetahuan yang dimiliki (Notoadmojo, 2011). Kategori pekerjaan adalah:

1. Bekerja: kegiatan untuk menghasilkan (uang) Pekerjaan

2. Tidak bekerja: Ibu Rumah Tangga (IRT)

e. Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup maupun meninggal(Prawirohardjo, 2010). Paritas dikelompokkan menjadi:

(25)

25

1. Primipara (melahirkan bayinya 1kali melahirkan)

Paritas

2. Multipara (melahirkan bayi > 1 kali melahirkan) Ibu yang memiliki riwayat paritas >1 kali lebih memiliki pengalaman melakukan mobilisasi dini.

B. Kerangka Teori

Keterangan:

: diteliti : tidak diteliti

Skema 2.1 kerangka teori

Karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini 1. Pengetahuan 2. Umur 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Paritas Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu

yang melakukan mobilisasi dini : 1. Umur

2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengalaman 5. Sumber informasi

(26)

26

C. Penelitian Terkait

1. Hubungan Mobilisasi Dini Dan Penyembuhan Luka Operasi Pada Ibu Post Sectio Caesarea (SC) Diruang Dahlia RSUD Kota Salatiga

Penelitian ini dilakukan oleh Nanik sudiharjani anggrowati (2012). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC dengan penyembuhan luka operasi pada ibu post SC. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan case

control, dilakukan pada 31 sampel dan metode pengambilan sampel accidental sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan januari-februari

2012. Hasil penelitian diperoleh mobilisasi dini hari ke 1, mobilisasi dini dilakukan sebanyak 12 responden (38,7%), hari ke 3 mobilisasi dini dilakukan sebanyak 4 orang (12,9%). Penyembuhan luka operasi hari ke 1, kondisi luka operasi tidak baik sebanyak 9 responden (29,0%), penyembuhan luka operasi hari ke 3, kondisi luka tidak baik sebanyak 2 responden (6,5%). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan antara mobilisasi dini dan penyembuhan luka operasi hari ke 3 (p: 0,013) α = 0,05.

Adapun kaitan penelitian Nanik sudiharjani anggrowati yang berjudul “Hubungan mobilisasi dini dan penyembuhan luka operasi pada ibu post sectio caesarea (SC) di RSUD Salatiga” dengan penelitian saya yang berjudul “Gambaran Pengetahuan ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di ruang Kebidanan RSUD bangkinang 2015” adalah

(27)

27

dimana didalam penelitian ini sama-sama meneliti tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan pada ibu post seksio sesarea bila mobilisasi dini tersebut dilakukan oleh ibu post seksio sesarea. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan case control, variabel independent mobilisasi dini dan variabel dependent penyembuhan luka operasi, berjumlah 31 responden, tekhnik pengambilan sampel adalah

accidental sampling, dengan hasil uji statistik (p: 0,013) α = 0,05.

2. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Mobilisasi Dini Pasca Sectio Caesarea Di RSUD Dr. Moewardi

Penelitian yang dilakukan oleh Isti Marfuah (2012). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam mobilisasi dini pasca sectio caesarea. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan jenis penelitian noon eksperimen, bersifat kuantitatif dengan pendekatancase control. Hasil penelitian ini diperoleh 39 responden (36,8%) mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang mobilisasi, 67 responden (63,2%) mempunyai pengetahuan yang rendah tentang mobilisasi. Sebanyak 31 responden (29,2%) mempunyai sikap yang baik tentang mobilisasi pasca sectio caesarea dan 75 responden (70,8%) mempunyai sikap yang kurang tentang mobilisasi pasca sectio caesarea. Hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,385 dengan nilai signifikansi p = 0,000 terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap ibu dalam mobilisasi dini pasca sectio caesarea.

(28)

28

Adapun kaitan penelitian Isti Marfuah yang berjudul “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dalam mobilisasi dini pasca sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi” dengan penelitian saya yang berjudul “Gambaran Pengetahuan ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini di ruang Kebidanan RSUD bangkinang 2015” adalah dimana didalam penelitian ini sama-sama meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea.Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan jenis penelitian noon eksperimen, pendekatancase control, variabel independent tingkat pengetahuan dan variabel dependent mobilisasi dini, berjumlah 106 responden, tekhnik pengambilan sampel adalah accidental sampling, dengan hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,385 dengan nilai signifikansi p = 0,000.

(29)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross sectional yaitu bagaimana karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2016.

1. Rancangan penelitian

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dimulai

Ibu Post Seksio Sesarea yang Tidak

Tepat Melakukan Mobilisasi Dini Melakukan Pengukuran dan Pengamatan pada variabel

Mendeskripsikan karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea berdasarkan: - Pengetahuan

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Paritas

(30)

30 2. Alur Penelitian

Skema 3.2 Alur Penelitian

3. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, prosedur yang dilalui oleh peneliti adalah:

a. Mengajukan surat permohonan izin kepada institusi STIKes Tuanku Tambusai Riau untuk mengadakan penelitian.

b. Setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti memohon izin kepada pihak RSIA Norfa Husada Bangkinang.

Ruang Kebidanan RSUD Bangkinang

Ibu Post Seksio Sesarea yang tidak tepat melakukan

mobilisasi dini

Menyebarkan Kuesioner Kepada Ibu Post Seksio Sesarea yang tidak tepat

melakukan mobilisasi dini

Pengolahan Data

(31)

31

c. Peneliti memberikan informasi secara lisan dan tulisan manfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasian responden.

d. Setelah memberikn penjelasan, memberikan informed consentuntuk bersedia menjadi responden.

e. Jika ibu-ibu post seksio sesarea bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani surat persetujuan menjadi responden yang diberikan peneliti

f. Membagikan kuesioner kepada responden yang ada diruangan pada saat penelitian.

g. Setelah responden menjawab semua pertanyaan yang ada dalam kuesioner, maka kuesioner dikumpulkan kembali untuk dilakukan analisa data dan dikelompokkan.

4. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 April sampai dengan 22 Mei 2016 di RSIA Norfa Husada Bangkinang.

(32)

32

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang pada tahun 2016.

2. Sampel penelitian

Sampel yang diteliti adalah sebagian dari populasi yang telah memenuhi kriteria dari seluruh ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang pada tanggal 22 April sampai dengan 05 Mei 2016 sebanyak 40 orang.

a. Kriteria Sampel 1) Kriteria Inklusi

Dalam penelitian ini yang termasuk kriteria inklusi adalah ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang pada bulan April-Mei 2016, Ibu post seksio sesarea yang membutuhkan perawatan khusus, Ibu post seksio sesarea yang buta huruf atau tidak bisa membaca.

2) Kriteria Eksklusi

Dalam penelitian yang termasuk kriteria eksklusi adalah Ibu post seksio sesesarea di RSIA Norfa Husada Bangkinang yang tidak bersedia menjadi responden.

(33)

33 3. Tekhnik pengambilan sampel

Tekhnik pengambilan sampel adalah Quota sampling yaitu teknik unruk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

D. Etika Penelitian

1. Lembar Persetujuan

Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar responden mengerti maksud dari tujuan penelitian. Jika calon responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut. Jika menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Tanpa Nama

Untuk menjaga kerahasian responden peneliti tidak akan mencantumkan namanya pada lembaran pengumpulan data, cukup memberi nomor kode masing-masing lembaran teks.

3. Kerahasian

Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

(34)

34

E. Alat Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembaran isian (kuesioner) sebagai alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan mengenai mobilisasi dini pasien post seksio sesarea. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada ibu post seksio sesarea.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum kuesioner digunakan terlebih dahulu harus dilakukan uji validitas, uji validitas diberikan kepada responden yang dilakukan pengujian terlebih dahulu sehingga diketahui validitas atau reliabilitas yaitu dengan cara mengujicobakan instrumen kepada responden diluar sampel penelitian agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal (notoadmojo, 2011). Uji coba instrumen kepada responden diluar sampel penelitian, dilakukan di RSIA Norfa Husada Kabupaten Kampar.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Pada penelitian ini digunakan uji validitas dengan analisis butir yaitu skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor totall dipandang nilai Y. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus pearson product moment (Hidayat, 2014).

(35)

35 n( ∑xy) – (∑x).(∑y) r = √{n.∑X ² - (∑X) ²}.{n.∑y ² - (∑y) ²} Keterangan: r = Koefisien korelasi ∑Xi= Jumlah skor item ∑Yi= Jumlah skor total (item) n = Jumlah responden

Dasar pengambilan keputusan dari uji validitas tersebut adalah sebagai berikut :

a) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

b) Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

c) Jika r hasil > r tabel, tapi bertanda negative maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal consistency yaitu uji coba instrumen kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan tekhnik tertentu (Hidayat, 2014).Tekhnik yang digunakan untuk reliabilitas adalah tekhnik alfa cronbach dengan rumus:

k∑σi2

r11 =

(36)

36 Keterangan :

r11 : reabilitas yang dicari

n : jumlah item pertanyaan yang diuji ∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item : varians total

Adapun ketentuan pengujiannya adalah dikatakan reliabilitas jika r11> r

tabel berarti reliabel, dan apabila r11< r tabel tidak reliabel.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui prosedur sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonn izin kepada Ketua STIKes Tuanku tambusai untuk melakukan penelitian di ruang Kebidanan RSIA Norfa Husada Bangkinang.

2. Setelah mendapat surat izin penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin ke direktur RSIA Norfa Husada Bangkinang untuk melakukan penelitian di ruang rawat inap Kebidanan pada pasien post seksio sesarea.

3. Peneliti memberikan informasi tentang etika penelitian serta menjamin kerahasian responden.

(37)

37

4. Jika pasien post seksio sesarea bersedia menjadi responden, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan menjadi responden yang diberi oleh peneliti.

5. Setelah responden menjawab semua pertanyaan, maka kuesioner dikumpulkan kembali untuk dilakukan analisa data dan dikelompokkan.

H. Tekhnik Pengolahan Data

Data yang telah ditentukan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Yaitu dilakukan untuk memeriksa kuesioner, pada saat responden selesai mengisi kuesioner dan dikembalikan pada peneliti.

2. Coding

Yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah perhitungan. Data yang telah diperoleh nantinya akan diubah ke dalam bentuk angka (kode).Pengetahuan: Baik (1), Cukup (2), kurang (3). Umur: Remaja akhir (17-25th) (1), Dewasa awal (26-35th)(2), Dewasa akhir (36-45th) (3). Pendidikan: Rendah (SD-SMP) (1), Sedang (SMA/SMK) (2), Tinggi (D3-S1) (3). Pekerjaan: Bekerja (kegiatan yang menghasilkan uang) (1), Tidak bekerja (IRT) (2). Pengetahuan: Baik (76%-100%) (1), Cukup (56%-75%) (2), Kurang (56%) (3).

(38)

38

3. Tabulating

Yaitu setelah dilakukan pengkodean pada semua data selanjutnya data diolah dengan menggunakan program komputer.

I. Definisi Operasional

Tabel 2.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Kategori 1 Pengetahuan responden tentang mobilisasi dini

Sesuatu yang diketahui oleh ibu post seksio sesarea tentang definisi mobilisasi dini, tujuan, manfaat,cara melakukan, kontraindikasi, kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini, faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisas dini Kuesioner dengan 30 pertanyaan Ordinal 1.Baik : Jika responden mampu menjawab 23-30 pertanyaan dengan benar atau 76%-100% 2.Cukup : Jika responden mampu menjawab dengan benar 17-22 atau 56-76% 3.Kurang : Jika responden mampu menjawab < 17 pertanyaan <56%

2 Umur Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat penelitian dilakukan

Kuesioner Ordinal 1.Dewasa muda: <30th 2.Dewasa tua: >30th

3 Pendidikan Proses untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku seseorang yang terjadi melalui pengajaran

Kuesioner Ordinal

1.Rendah: SD-SMP 2.Menegah:SMA/SMK 3.Tinggi: >D3

4 Pekerjaan Aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam menjalani kehidupannya

Kuesioner Ordinal 1.Bekerja: kegiatan yang menghasilkan (uang)

2.Tidak bekerja: Ibu rumah tangga (IRT)

(39)

39

J. Analisa Data

Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel karena penelitian ini ingin mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi masing–masing variabel yang diteliti.Dilakukan dengan menggunakan rumus :

P =F x 100% n

Keterangan : F : Frekuensi

n : Jumlah seluruh observasi P : Persentase

5 Paritas Jumlah anak yang dilahirkan baik lahir hidup maupun meninggal

Kuesioner Ordinal 1.Primipara: 1kali melahirkan

2.Multipara: > 1 kali melahirkan

(40)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 22 April - 05 Mei 2016 dengan jumlah responden sebanyak 40 ibu post seksio sesarea di RSIA Norfa Husada. Hasil penelitian karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016 Berdasarakan Pengetahuan

No Pengetahuan F (%)

1 Baik 3 7,5

2 Cukup 11 27,5

3 Kurang 26 65

Jumlah 40 100%

Sumber: Penyebaran Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik ibu post sectio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 26 orang (65%)

(41)

41

Tabel 4.2 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016.

No Item Pertanyaan Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini F (%) a. Definisi 1 Baik 11 27,5 2 Cukup 23 57,5 3 Kurang 6 15 Jumlah 40 100% b. Manfaat 1 Baik 10 25 2 Cukup 13 32,5 3 Kurang 17 42,5 Jumlah 40 100

c. Cara melakukan mobilisasi dini

1 Baik 7 17,5

2 Cukup 13 32,5

3 Kurang 20 50

Jumlah 40 100%

d. Konta indikasi mobilisasi dini

1 Baik 4 10

2 Cukup 17 42,5

3 Kurang 19 47,5

Jumlah 40 100%

e. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini

1 Baik 12 30

2 Cukup 25 62,5

3 Kurang 3 7,5

Jumlah 40 100%

Kerugian mobilisasi dini

1 Baik 10 25

2 Cukup 17 42,5

3 Kurang 13 32,5

Jumlah 40 100

Sumber: Penyebaran Kuisioner

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 40 responden sebagian besar berpengetahuan cukup tentang definisi mobilisasi dini post seksio sesarea yaitu sebanyak 23 orang (57, 5%), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang manfaat mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 17 orang (42,5), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang cara melakukan mobilisasi dini post

(42)

42

sectio caesarea yaitu sebanyak 20 orang (50%), sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang kontra indikasi mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 19 orang (47,5%), mayoritas responden berpengetahuan cukup tentang faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), sebagian besar responden berpengetahuan cukup tentang kerugian mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 17 orang (42,5%), mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini post sectio caesarea yaitu sebanyak 26 orang (65%).

Tabel 4.2 : Karakteristik Ibu Post Seksio Sesarea Yang Tidak Tepat Melakukan Mobilisasi Dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang Tahun 2016

Umur N %

1 Dewasa muda (< 30 tahun) 29 72,5 2 Dewasa tua (> 30 tahun) 11 27,5

Jumlah 40 100% Pendidikan 1 Rendah (SD-SMP) 10 25 2 Menengah (SMA) 23 57,5 3 Tinggi (> D3) 7 17,5 Jumlah 40 100% Pekerjaan 1 Bekerja 9 30

2 Tidak bekerja (IRT) 31 70

Jumlah 40 100%

Paritas

1 Primipara 22 55

2 Multipara 18 45

Jumlah 40 100%

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui mayoritas responden berada pada dewasa muda yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), sebagian besar responden bependidikan menengah yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 31 orang

(43)

43

(70%) dan sebagian besar responden melahirkan anak primigravida yaitu sebanyak 22 orang (55%).

(44)

44

BAB V PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait tentang karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini di RSIA Norfa Husada Bangkinang tahun 2016, maka didapatkan hasil karakteristik ibu post seksio sesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini yaitu:

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini post seksio sesarea yaitu sebanyak 26 orang (65%).

Menurut Notoatmodjo (2011) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari indra pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Hal ini sesuai dengan pendapa Yamin (2010) Pengetahuan merupakan faktor penting untuk terbentuknya tindakan atau sikap seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap yang di dasari pengetahuan akan lebih baik dari sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan meningkatnya pengetahuan ibu tentang

(45)

45

mobilisasi dini diharapkan akan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini pada post seksio saesarea yaitu sebanyak 61,9%.

Pengetahuan ibu post seksio sesarea kurang tentang mobilisasi dini karena mereka kurang mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang mobilisasi post seksio sesarea dan kurangnya mendapat informasi dari media cetak dan elektronik tentang mobilisasi dini.

2. Umur

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui mayoritas responden berada pada dewasa muda yaitu sebanyak 29 orang (72,5%). Menurut pendapat Arikunto, 2002 bahwa umur seseorang akan mempengaruhi terhadap yang akan dilakukan. Semakin tua umur seseorang, maka tingkat pemahaman tentang suatu informasi akan mudah di cerna.

Umur dapat mencerminkan pengalaman dan kematangan jiwanya dalam mampu berfikir kreatif, hasil penelitian Setyowati (2010) menunjukkan bahwa umur > 35 tahun lebih mampu melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea. Penelitian ini dari 30 responden yang memiliki umur 31-40 tahun sebanyak (56,7%) dan yang berumur 20-30 tahun sebanyak (45,3%).

(46)

46

Hal ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2011) yang mengatakan umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang bertambah dalam berpikir dan bekerja.Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa >35 tahun lebih mampu melakukan mobilisasi dini post seksio saesarea dari pada umur kurang dari 35 tahun karena lebih banyak mendapatkan pengalaman dari persalinan sebelumya.

Semakin rendah umur seseorang rendah pula cara berpikir seseorang. Karena banyak perjalanan selama hidup yang diperoleh responden. Sehingga ibu akan lebih mengerti tentang manfaat mobilisasi dini bagi ibu nifas, baik untuk memperlancar sirkulasi darah maupun mencegah terjadinya tromboflebitis.

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini bependidikan menengah yaitu sebanyak 23 orang (57,5%).

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2011) pendidikan merupakan proses untuk menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan prilaku seseorang yang terjadi melalui pengajaran. Pendidikan

(47)

47

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut semakin baik untuk menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media massa. Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang (>D3) semakin baik pula pengetahuannya. Hal ini sejalam dengan Purani (2012) yang mengemukakan bahwa hal yang berpengaruh pada perilaku kesehatan adalah pendidikan yang membentuk pola pikir dan sikap pengambilan keputusan seseorang. Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan khususnya dalam bidang kesehatan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa responden yang berpendidikan menegah kurang mendapatkan informasi dari sekolah tentang masa nifas, meereka hanya mempelajari tentang masalah pendidikan secara umum.

Responden yang berpendidikan menegah kurang mendapatkan informasi dari sekolah tentang masa nifas, meereka hanya mempelajari tentang masalah pendidikan secara umum.

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 31 orang (70%).

(48)

48

Menurut Hurlock (2005) pekerjaan kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya semakin cocok jenis pekerjaan yang diemban, semakin tinggi pula kepuasan yang diperoleh, pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Semakin banyak pekerjaan yang diperoleh diluar rumah, maka semakin banyak pengetahuan yang dapat dikumpulkan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah lebih banyak mendapatkan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan ibu yang hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga.

Ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah lebih banyak mendapatkan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan ibu yang hanya berkerja sebagai ibu rumah tangga.

5. Paritas

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu post seksio saesarea yang tidak tepat melakukan mobilisasi dini yaitu primipara sebanyak 22 orang (55%).

Menurut Mochtar (2008), jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim, ibu yang pernah melahirkan akan memiliki pengalaman lebih dalam melakukan perawatan pada diri sendiri dibandingkan dengan ibu yang belum pernah melahirkan. Semakin tinggi paritas ibu, maka semakin banyak pengalaman ibu dalam melakukan mobilisasi dini, khususnya dengan kegiatan mobilisasi dini yang sangat

(49)

49

banyak manfaatnya bagi ibu nifas. Sehingga semakin baik pengetahuan ibu akan mobilisasi dini.

Paritas atau pengalaman ibu nifas post sectio caesarea cenderung dilakukan dengan baik pada ibu yang mulitipara. Multipara lebih berani melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea karena pengalaman ibu yang pernah melahirkan maka ibu mampu untuk melakukan mobilisasi dini lebih cepat berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2012) yang mengatakan bahwa semakin tinggi paritas ibu, maka semakin banyak pengalaman ibu dalam melakukan mobilisasi dini, khususnya dengan kegiatan mobilisasi dini yang sangat banyak manfaatnya bagi ibu nifas. Sehingga semakin baik pengetahuan ibu akan mobilisasi dini.

(50)

50

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang tentang mobilisasi dini pada pasien post sectio caesarea, sebagian besar responden dalam kategori dewasa muda, sebagian besar responden berpendidkan SMA, sebagian besar responden tidak bekerja dan sebagian besar responden berada pada paritas primipara

B. Saran

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya mobilisasi dini setelah post seksio sesarea sehingga mempermudah proses penyembuhan setelah melahirkan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik ibu post seksio sesarea tentang mobilisasi dini sehingga dapat memberikan konseling kepada pasien mengenai mobilisasi dini secra tepat

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda pada ibu seksio saesarea.

Gambar

Tabel  1.1.  Tabel  Jumlah  Persalinan  Seksio  Sesarea  Tahun  2015  di  RSIA  Norfa Husada Bangkinang
Tabel 4.2 :  Karakteristik  Ibu  Post  Seksio  Sesarea  Yang  Tidak  Tepat  Melakukan  Mobilisasi  Dini  di  RSIA  Norfa  Husada  Bangkinang Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem

bahwa berdasarkan Pasal I angka 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

( silo ) dan pull feeder sehingga tidak ada batubara ke mill pulvirizer , mengakibatkan kehilangan daya beberapa mw jika terlalu lama pengerjaannya, kurangnya kebutuhan

Ibu Asmah : Dalam mengajari anak mereka dalam pembelajaran jarak jauh bahwa menurut mereka orang tua disebut juga guru pertama kali bagi anak di rumah, sehingga selama

I 926,28 ‐ 1140  Kapasitas  BKM  sangat  baik  dalam  menjalankan  kegiatan  PLPBK  BKM  Podosugih,  Kelurahan  Podosugih  Kota  Pekalongan  II 712,52 ‐  926,27 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan beserta hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai

Rule 3: Null values (distinct from the empty character string or a string of blank characters and distinct from zero or any other number) are supported in fully relational DBMS

Apabila variabel ratex bersifat signifikan, sedangkan nilai variabel yang diperoleh dari fitted persamaan yang menggunakan residual ratex tidak signifikan, maka berarti