• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Profil Pesantren

a) Pesantren Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang

Pondok pesantren Bina Insani resmi berdiri pada tanggal 14 April 2002 di bawah naungan yayasan pendidikan Islam Haji Achmad Khamim. Pondok Pesantren Bina Insani berdiri sebagai lembaga pendidikan Islam non formal yang muncul sebagai lembaga pendidikan non profit (tidak mencari keuntungan). Walaupun dengan komitmen yang semacam itu Pondok pesantren Bina Insani tetap berusaha mengupayakan pendidikan yang berkualitas tetapi terarah dengan biaya yang ringan.

Tujuan didirikanya pondok pesantren ini adalah untuk membangun, mengarahkan dan mencetak insan seutuhnya, sebagai calon ilmuwan dan ulama‟ yang mempunyai pengetahuan agama dan umum secara seimbang melalui pendidikan terpadu antara pendidikan umum kepesantrenan, ketrampilan serta penanaman akhlaq Islami. Pendidikan di Pondok Pesantren Moderen Bina Insani memadukan sistem pendidikan tradisional dan moderen dengan spesialisasi yang jelas dan terarah.

Pondok Pesantren Moderen Bina Insani menempati tanah seluas 7025 m2, terletak di Dukuh Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Pondok pesantren ini di kelilingi beberapa dusun sebagai yaitu sebelah barat: Dusun Ketapang; sebelah timur: Dusun Karang Tengah dan Dusun Sarimulyo. sebelah Utara : persawahan penduduk dan bengkok lurah; dan sebelah selatan: Dusun Kuangan.

Lokasi pondok pesantren sangat strategis atau cocok untuk kegiatan belajar mengajar pengetahuan umum maupun agama bagi para santrinya karena suasananya yang tenang dan jauh dari keramaian. Situasi atau suasana yang aman dan kondusif juga tercipta karena adanya dukungan yang baik dari tokoh masyarakat, pemerintah dan warga masyarakat sekitar pondok pesantren (Ki Bagus Kusuma, 2015:1-2)

27 Visi pesantren Bina Insani adalah mewujudkan insan yang beriman, berbudaya, berilmu dan berprestasi; sedangkan misi pesantren adalah 1) mengkaji, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang komprehensif dan rahmatan lil ‘alamin; 2) menyelenggarakan sistem pendidikan efektif, kompetitis, inovatif dan dinamis, denga berorientasi pada masyarakat; 3) mengupayakan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan fasilitas pendidikan secara optimal; 4) melaksanakan kegiatan pencapaian ketuntasan kompetensi kelulusan baik pengetahuan, ketrampilan, sikap dan prilaku; 5) melaksanakan managemen berbasis sekolah secara mantap; 6) mengupayakan pengembangan pembiayaan untuk mendukung kegiatan persekolahan secara menyeluruh; 7) melaksanakan penelitian secara menyeluruh dan berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya (Rahman, 2012:2).

b) Pesantren Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang

Pondok Pesantren Al-Ittihad didirikan tahun 1893 M/1310 H oleh KH Misbah pada tahun, lahir di desa Gogodalem Bringin Kabupaten Semarang. Beliau ahli ilmu syari‟at, beliau merasa bertanggung jawab untuk

nasyrul ‘ilmi waddin”. Pesantren ini didirikan untuk mengemban misi

dakwah bagi masyarakat dan mengajarkan santri ilmu agama Islam. 2. Pendidikan Entrepreneurship di pesantren

a. Konsep pendidikan kewirausahaan Menurut Z:

“… memang kenyataannya banyak anak-anak lulusan pesantren setelah lulus tidak memiliki keterampilan kerja dan hal itu menjadi beban masyarakat, tidak hanya itu anak lulusan SMA pun juga mengalami masalah yang sama, anak-anak SMA gengsi bekerja seperti orang tuanya… berangkat dari situlah, kita merancang keterampilan untuk anak-anak teknologi tepat guna….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

Z melanjutkan:

“…kita bikin tim sembilan, antara lain ada pak Badar Zumroni, pak Muntaha, pak Imam Baihaqi (alm), yang dari pesantren ada pak Kyai Muhsoni, pak Kyai Salman, dari Kemenag bagian Haji pak Mubin, dari

28 LSM ada pak Muzayinul Arif (Ketapang, aktivis WALHI) sama pak Musthofa (LSM Qaryah Thoyibah), waktu itu Qaryah Thoyibah belum ada, kita beriringan yang mengilhami sama-sama pak Muntaha, jabatan terakhir beliau pembantu rektor 1 PTIQ, rumahnya Cebongan, tahun 1999 (merintisnya) ….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

F2 selaku santri PP Bina Insani menuturkan:

“…saya mengikuti kegiatan kewirausahaan ini karena biar bisa mengembangkan bakat dan memiliki bekal keterampilan besok kalau sudah lulus dari pesantren ini….saya besok ingin jadi pengusaha….” (Wwcr dengan F2, tanggal 22 November 2017 pukul 13.30 – 14.30) Sementara itu, Ch salah seorang pengurus pondok pesantren Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang menuturkan:

“…santri kalau lulus dari Madrasah diwajibkan ikut program paket C,

nanti setelah paket C bisa dilanjutkan kuliah….kalau sudah paket C khan terserah santri, mbah Kyai menganjurkan untuk kuliah, ijasah paket C itu bisa serba guna lah, kuliah bisa kerja bisa, tetapi setelah lulus dari Madrasah itu dianjurkan berkhidmah dulu….” (wwcr, 29 November 2017, pukul 12.45 – 14.00).

Hal senada juga disampaikan Df salah seorang santri pesantren Al Ittihad

b. Pelaksanaan pendidikan entrepreneurship

Kegiatan pendidikan kewirausahan di Pondok pesantren Bina Insani kabupaten Semarang, menurut Z:

“… kita membangun berbagai jejaring pak, dengan Qaryah Thayibah kita juga ada, dengan kelompok tani Al Barokah (Susukan, Kabupaten Semarang), yang teknologi dengan Lembaga Riset Muda Indonesia (LRMI) dulu kantor pusatnya di Sala, sekarang di Jakarta pak, kita juga dengan badan ketahanan pangan, untuk mengolah produk bahan-bahan lokal, untuk menjadi berbagai makanan itu yang pertama kita kerja sama dengan badan ketahanan pangan Kabupaten Semarang, kita dengan dinas perikanan dan kelautan Kabupaten Semarang terkait dengan ikan, pembibitan dan beternak lele dan pengolahannya,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

29 “…kita sama-sama mengembangkan pertanian pak, pengolahan pupuk, Qaryah Thoyibah dan Al Barokah itu khan semacam anaknya gitu mas (anak binaan Qaryah), tapi orang-orangnya di sini khan lebih dekat dengan Al Barokah, yang mengembangkan padi organik,…termasuk pembuatan pupuk, pengolahan sampah-sampah menjadi pupuk cair, pupuk padat, tamanisasi, untuk meresapkan air, biar struktur tanah tetap terjaga, lebih pada bentuk-bentuk kerja sama pertanian,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15).

Z melanjutkan penuturannya:

“… di bidang teknologi pengolahan sampah, sekarang ini pengolahan air, ini yang mau kita garap untuk menjadi obat, menjadi BBM, untuk menjadi stimulan tumbuhnya, semacam perangsang tumbuhnya tanaman, kalau disiram pakai air itu cepet tumbuh, cepet berbuah, semacam minuman berenergi, bisa untuk obat, semacam oxy bahkan lebih dari itu, kalau di Jakarta 1 galon Rp.500.000,-- ini belum on tapi alatnya sudah dipasang. Kemarin sudah datang ke sini, tetapi tenaganya, kita ingin yang datang ke sini beliaunya. Kita dengan LRMI mulai dari kompor sampah, listrik tenaga santri (santri yang melanggar peraturan dihukum memutar kumparan listrik nanti energinya disimpan, seperti accu kering), sampah menjadi BBM, sekarang ini pengolahan

air,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

Terkait jenis usaha di pesantren Z menambahkan:

“…kita bengkelpun juga punya pak, pertanian, peternakan, budidaya lele itu, boga juga iya, selama ini memang belum saya promosikan pak untuk secara khusus tentang kewirausahaan, baru ini rencana kita desain….kalau yang kemarin itu khan baru setengah hati…untuk tahun ini kita sudah merumuskan kecerdasan majmuk, bahwa pada prinsipnya anak punya keunggulan-keunggulan tertentu dan saat ini kita petakan, pondok SSB, pondok tahfidz, pondok kitab kuning, pondok bahasa, pondok seni, pondok keterampilan ada enam yang saat ini kita unggulan, ini baru mau kita desain dan promosikan…awalnya tahfidz sama bahasa, namun target-targetnya kemarin itu belum terumuskan secara jelas….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

“…kita memang ada program unggulan, banyak hal yang kita dispensasikan, paling tidak tiga kali untuk anak-anak yang unggulan, kalau yang tidak unggulan masuk diekstrakurikuler, di muatan lokal. karena berbenturan juga dengan kegiatan sekolah dan pondok yang

sangat padat jadwalnya,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017

30 “…ya mereka ikut ekstra kurikuler kewiarusahaan sifatnya pilihan, kita seleksi, kita batasi, kalau tidak dibatasi ngebyuk, satu angkatan 10 – 15,…peminatnya ya lumayan banyak, tapi akhirnya ikutnya yang ke regular, kalau unggulan itu khan sampai produksi sampai pasar… seminggu tiga kali itu hari.. minggu, jumat, rabu…mereka mulainya setelah KBM, jam 1 – 2.30, setelah KBM langsung ke lokasi, di sana sudah siap tenaga pendampingnya,… pendampingnya dari luar, …dari dalam juga ada sebagai pamongnya….untuk rekrutmennya…itu kita serahkan kepada gurunya pak, yang penting kesungguhannya. Memang anak itu punya kretivitas, punya aide-ide kreatif, tapi bisa berkembang , karena tuntutan di boga kita karya-karya inovasi pak, ketika kita ikut lomba tingkat nasional bagaimana dulu produknya, sekarang produknya apa, harus beda… jadi kita memang unjuk kreasi-kreasi yang harus kita tunjukkan, kalau kita yang kita unggulkan karya boga itu khan bahannya dari singkong, kita yang sudah sampai tingkat nasional itu

yang singkong…untuk pembiayaannya…biaya include di SPP, kita

juga ada uang tahunan dan kita kebetulan dapat blockgrant, dari kemendikbud dari direktorat itu satu tahun Rp.30.000.000,-- block

grant pengembangan keterampilan….sifatnya mengajukan, kita masuk

sekolah alternatif, sekolah yang punya ciri khusus, di SBP juga ada (sekolah berbasis pesantren) kita menguatkan di sekolah alternatif , kita sudah lima tahun berjalan program tersebut berkelanjutan , itu ada program pertama, program kedua, program ketiga dan itu harus inovatif….pak Fauzan yang SBP dan kita tidak boleh menerima dua grant dalam satu tahun, pernah kita satu tahun terima dua tapi konangan pak, ya go nasionalnya kita lebih dulu yang sekolah alternatif, diknas, ya sama sebenarnya, tapi saya satu lewat sekolah berbasis pesantren dan satu lewat sekolah alternatif. Sekolah alternatif itu pengembangan dari sekolah terbuka, akhirnya yang SBP kita dicoret… SBP kita programnya dalam…ada juga program keterampilan, ini khan tahun ketiga…itu program pembinaan dari UIN Jakarta, Kemendikbud dan kemenag untuk SBP. kalau sekolah alternatif itu dari kemendikbud

saja…pembiayaan pelatihnya yang program ekskul maka anggarannya

dari pembimbing ekstra,namun yang program unggulan itu kita biayai dari RKAKS, yang boga itu ada perputaran modal, sehingga anggarannya bisa tidak minus (kurang), kalau untuk menjahit itu kesulitannya pemasarannya, sulit untuk dijual, dulu ada menjahit namun karena perputaran modalnya kurang cepat akhirnya sekolah harus mensupport terus, kalau yang boga ini kita sempat beli tanah juga pak, sekitar Rp.700.000.000,- ini sudah tahun yang keenam,…” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

“…SMP, SMA semua kita perlakukan sama, cuma nanti targetnya beda antara yang unggulan dengan yang ekstrakurikuler, SMP baru pengenalan, misalnya merebus, menggoreng, kalau SMA sudah mulai

31 produk-produk inovatif pak, produk kita dibandingkan dengan produk di masyarakat ada nilai lebihnya, kalau makanan lain hanya mengenyangkan, kalau punya kita bisa menjadi obat karena kita ditatar untuk inovasi , kita sempat juga singkong itu semuanya laku, mulai dari kulitnya sampai berbagai jenis makanan dengan olah teknologi, kalau dihitung itu pernah lebih dari 100 jenis olahan makanan, kadang kita bikin momen lalu membuat makanan siapa membuat apa yang bahan

bakunya dari singkong….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul

13.30 – 14.15)

“…bedanya dengan program unggulan, program unggulan lebih intens, lebih penuh; sementara kalau ekstrakurikuler hanya sebagai sampingan. program unggulan kegiatannya seminggu empat kali….” (Wwcr dengan F2, tanggal 22 November 2017 pukul 13.30 – 14.30)

Menurut F2, salah seorang santri PP Bina Insani:

“…tugas yang dilakukan dalam kewirausahaan adalah memberi makan ikan dan membersihkan kolam ikan…mengikuti kegitan lewat jalur ekstra kurikuler, pelaksanaannya Sabtu, jam 15.00 – 16.00….” (Wwcr dengan F2, tanggal 22 November 2017 pukul 13.30 – 14.30)

Sementara itu, menurut Ch salah seorang pengurus Pondok Pesantren Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang:

“…kalau di pesantren salafi, keterampilan kerja itu ngabdi dalem, habis sekolah terus ikut ndalem, kalau ndalem ada kerjaan cari kayu maka cari kayu, ke hutan, nanti kalau pak Kyai nyuruh apa..itu khan

keterampilan kerja…yang keterampilan sama pengabdian, kerja di

ndalem itu khan macam-macam, kalau p Kyai Fatchur itu ada ternak kambing, ternak lele, itu khan santri yang nangani, terus sawah…tetapi memang pak Kyai atau pengurus ada niatan itu, jadi mereka ngabdi sekaligus latihan kerja….” (Wwcr, dengan Ch tanggal 29 November 2017, pukul 12.45 – 14.00)

“…kalau mengabdi itu sendiri-sendiri, kalau sudah lulus baru wajib

mengabdi…saya ikut kyai Nur Kholis, jadi selama saya mondok di

madrasah sampai sekarang ya saya di tempat pak Kyai itu, nanti setelah lulus ada kewajiban mengabdi di pondok….” (Wwcr, dengan Ch tanggal 29 November 2017, pukul 12.45 – 14.00).

Jadwal kegiatan rutin harian di pondok al Ittihad Poncol adalah: 04.00 – 04.30 : Sholat Subuh

32 06.30 – 07.00 : Istirahat

07.00 – 09.00 : Sekolah madrasah salafi 09.00 – 09.30 : Istirahat

09.30 – 10.30 : Masukkelas

10.30 – 13.00 : Istirahat, kerja ndalem

13.00 – 14.30 : Sholat dhuhur, mengaji, bandongan 14.30 – 16.00 : Istirahat

16.00 – 16.15 : Sholat ashar

16.15 – 18.00 : Mengaji, bandongan 18.00 – 18.30 : Sholat Maghrib

18.30 – 19.30 : Mengaji al Quran dengan pak Kyai 19.30 – 20.00 : Istirahat

20.00 – 20.15 : Sholat Isya 20.15 – 22.00 : Tiqrar

22.00 – 22.30 : Mengaji, bandongan per kelas 22.30 – 04.00 : Istirahat, jaga malam

Selain kegiatan rutin harian, ada juga kegiatan rutin mingguan yaitu: Malam Jumat : Yasinan

Jumat Kliwon : Khataman al Quran 30 Juz Habis Isya : Dhiba‟an

Malam Selasa : Qira‟ah / seni baca al Quran Habis Isya : Khitabah

Malam Kamis : Syawir

: Fathul Qarib (MA/MTs)

: Mabadi‟ul Fiqh (Ibtidaiyah)

Malam Jumat : Silat (Pagar Nusa)

(Sumber : dokumen PP Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang)

c. Dampak pendidikan entrepreneurship

Menurut Z, pengasuh PP Bina Insani Susukan Kabupaten Semarang: “…pasang surut pak, orang tua khan juga komplek, tidak Cuma keterampilan unsich….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

“…kalau anak-anak yang program unggulan kita ajari mulai dari memilih bahan pak, sampai menghitung ke analisis penjualan, ini anak sudah bisa pak, mulai dari pembelanjaannya dan sampai menghitung

33

untung dan ruginya,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul

13.30 – 14.15)

Sementara itu, menurut F2 salah seorang santri PP Bina Insani:

“…pengalaman yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini adalah : kedisiplinan, tahu segala hal tentang peternakan lele, dll….“…dampak yang saya rasakan adalah rajin, disiplin, berani menatap masa depan, berani ambil resiko….” (Wwcr dengan F2, tanggal 22 November 2017 pukul 13.30 – 14.30).

Menurut Ch salah seorang pengurus PP Al Ittihad Poncol:

“…beberapa kegiatan di pondok itu misalnya khitobah dimaksudkan

agar santri memiliki rasa percaya diri, khidmat kepada pak kyai membuat santri latihan kerja keras, tekun dan tabah….mengikuti silat santri menjadi suka tantangan,….mereka juga berorganisasi untuk

melatih kepemimpinan,…berkhitmat juga melatih kreatif, inovatif

misalnya ternak lele, disawah, karnaval (akhir sya‟ban) keliling kampung…dan di sini kalau dekorasi pengajian harus bikin sendiri tidak pakai MMT agar santri kreatif…ada juga ta‟ziran membuat santri jujur dan tekun…bentuknya baca al Quran di depan masjid, bersih-bersih komplek pondok dan lain-lain, semua santri wajib ikut kegiatan, penanggung jawab kegiatannya adalah para pengurus komplek pondok….” (Wwcr, dengan Ch tanggal 29 November 2017 pukul 12.45 – 14.00)

d. Kendala dan solusi

Menurut Z, salah seorang pengasuh PP Bina Insani masalah yang muncul dalam pelaksanaana pendidikan kewirusahaan adalah:

“…kelemahan kita, belum tertata jelas pak, untuk pemasaran kita masih banyak masalah, yang boga, yang lele, kita membuat krupuk dari lele, kita baru bisa memutar di lingkungan pondok, untuk keluar kita masih kerepotan, lelepun anak juga punya keterampilan mengolah lele menjadi berbagai jenis makanan, namun masih terbatas di lingkungan pondok, jadi kita untuk memasarkan produk berbagai macam dan kita punya semacam izin usaha, teapi anak mondok di sini khan sekitar tiga sampai enam tahun, yang sudah jadi mereka itu rata-rata khan pada kuliah, itu khan mereka sudah keluar dari sini, lalu kita mengkader lagi, sehingga pengembangannya ya hanya di daerahnya masing-masing… ini yang semacam itu menjadi permasalahan, memang dari dalam belum ada tim besar yang mengkordinir produksi dan pemasaran dalam skala besar sampai ke luar ini baru akan kita program pak saat ini yang

34 mau kita program untuk usaha-usaha dari boga, budi daya dan pengelolaan lele, yang selama ini sudah jalan tapi terganjal untuk yang

memasarkan keluar….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul

13.30 – 14.15)

“…ketika mereka banyak nyambi, usahanya ndak maksimal, mereka kadang juga pingin di akademiknya apa, di sini juga banyak disampiri pekerjaan akhirnya tim yang bekerja juga kurang maksimal….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

“…terlalu padatnya jadwal kegiatan anak di pesantren, antara sekolah dan mondok, diniyah sekolah itu terlalu padat…, yang kedua kesempatan untuk keluar, anak untuk mencari bahan sendiri itu memang agak dibatasi oleh pondok, katakanlah kita mau beli singkong, mau beli bumbu-bumbu untuk keluarnya masih dibatasi, santri ndak boleh keluar jauh-jauh,….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

Jadwal kegiatan harian di Pondok pesantren Bina Insani sebagai berikut.

Waktu Kegiatan

03.00 – 04.30 Bangun, tahajud, Mandi, sholat Subuh 04.30 – 06.00 Pelajaran, Ngaji pondok

06.00 – 07.00 Mandi, Makan, persiapan sekolah 07.00 – 13.00 Sekolah

13.00 – 14.30 Istirahat 14.30 – 16.00 Diniyah sore

16.00 – 18.00 Tadarus al Qur‟an / mandiri

18.00 – 19.00 Mengaji al Qur‟an dengan Ustadz / Kyai 19.00 – 20.30 Makan, Istirahat

20.30 – 22.00 Diniyah malam 22.00 – 23.00 Mujahadah 23.00 – 03.00 Istirahat

(Sumber : dokumen Pondok Pesantren Bina Insani Susukan)

“…mitra ndak begitu masalah, sebenarnya toko-tokopun sebenarnya siap asalkan rutin, konsisten, nah kelemahan kita itu belum konsisten lemahnya di manajamen itu, di sisi lain kadang bapak ibu guru juga sibuk ngajar, memang wirausaha itu kalau disambi itu hasilnya kurang

maksimal….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 –

35 Sementara itu F2 menuturkan:

“…masalah yang dihadapi : 1) pengecekan amuba, pakai cairan tertentu karena kalau tidak pas nanti ikannya pada mati; 2) waktu : padatnya jam kegiatan di pondok; 3) pelatihnya sambil kuliah sehingga sering kosong….” (Wwcr dengan F2, tanggal 22 November 2017 pukul 13.30 – 14.30).

Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut Z:

“…akhirnya yang belanja itu dari bapak itu….” (Wwcr dengan Z, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

“…nah ini kita sedang merintis ke arah situ, rumah yang tampak seperti mushalla itu adalah ruang praktik anak, yang disamping nya itu kita mempekerjakan orang di situ, ini baru mau penataan pak, pokoknya pondok kita harus punya income dari hasil usaha…termasuk sampahpun kita terbantu, sekarang itu plastik-plastik itu dikumpulkan dan dijual, tiga minggu laku Rp.300,--ribuan….” (Wwcr, Jumat 17 Nov 2017 pukul 13.30 – 14.15)

Masalah yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan di pondok pesantren Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang antara lain, sebagaimana ditururkan oleh Ch:

“…misalnya begini pak, yang ngabdi ndalem kadang-kadang menyalahgunakan kepercayaan, seperti dia tidak sekolah bilangnya ada tugas ndalem, padahal tidak ada tugas Khitobah, santri dapat jatah petugas khitobah, malah dia ijin pulang…, kadang-kadang semangatnya kurang dalam mengikuti kegiatan..kegiatan qiraah masalahnya adalah bagi mereka yang suaranya ndak bagus, ndak PD…dan lain-lain…kalau silat ndak ada masalah pak…”

Untuk mengatasi masalah tersebut, Ch melanjutkan:

“…solusi kita adalah kita klarifikasi ke pak Kyai apakah benar si anak tersebut ada tugas di ndalem apa tidak…untuk yang khitobah tetap dijadwal mingu depannya…sementara itu bagi yang kurang semangat solusi kita adalah kita ajak mujahadah agar hatinya dibuka oleh Allah….” (Wwcr, dengan Ch tanggal 29 November 2017 pukul 12.45 – 14.00).

Hal senada juga disampaikan oleh Df, salah seorang santri pondok pesantren Al Ittihad Poncol Kabupaten Semarang.

36 B.Pembahasan

1. Konsep pendidikan entrepreneurship

Ada perbedaan konsep pendidikan yang melandasi pendidikan entrepreneurship di pesantren modern dan salaf. Pada lembaga pesantren modern, pesantren lebih berpikir proyektif realistif didasarkan pada realitas empirik bahwa banyak lulusan sekolah yang menganggur, sulit mencari pekerjaan dan terkadang menjadi masalah sosial di lingkungan masing-masing.

Pesantren berharap tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan menambah jumlah pengangguran terdidik di masyarakat. Pesantren berusaha mendesain pendidikan sedemikian rupa, sehingga lulusannya kelak memiliki keterampilan hidup (life skill) baik hard skill maupun soft skill. Keterampilan hidup ini sangat dibutuhkan untuk eksistensi kehidupan para alumninya besok, terutama kejayaan di dunia dalam rangka mengantarkan kejayaan di akherat. Menurut Muhtar Buchori (2001:41), pendidikan harus mengemban menjamah the basics bagi anak didik, yaitu kegiatan pendidikan yang mampu mempersiapakan peserta didik mampu menjalani kehidupan (preparing children for life). Oleh karena itu pendidikan harus mampu menyeimbangkan antara pendidikan jasmani dan rohani, antara pengetahuan alam dengan pengetahuan sosial budaya, dan antara pengetahuan masa kini, masa lampau dan masa depan.

Upaya yang dilakukan pesantren untuk mewujudkan maksud di atas adalah dengan memodifikasi pesantren menjadi pesantren yang memiliki nilai keunggulan dalam rangka memfasilitsi pengembangan potensi santri. Pesantren modern telah memiliki cara pandang multiple inteligensi dalam mengembangkan program pendidikannya, sehingga pesantren didedesain dengan enam keunggulan yang berbeda, yaitu pesantren SSB, pesantren Tahfidz, pesantren Kitab kuning, pesantren Seni, pesantren Bahasa, dan pesantren Keterampilan. Keenam jenis keunggulan tersebut diharapkan mampu mewadahi ragam kecerdasan yang dimiliki para santri.

37 Kalau ditilik dalam dokumen, kegiatan pendidikan yang dikembangkan di Pesantren Bina Insani merupakan realisasi dari misi kelembagaan, yaitu mengkaji, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang komprehensif dan rahmatan lil‟alamin; menyelenggarakan sistem pendidikan efektif, kompetitif, inovatif dan dinamis, dengan berorientasi pada masyarakat.

Pengkajian, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam secara komprehensif diwujudkan melalui kajian dan membekali santri dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mampu mengembangkan seluruh dimensi keragam santri, baik itu bidang kinestetik, linguistic verbal, bidang intellectual quotient (IQ), bidang seni-budaya, dan bidang skill motorik. Semua itu dikembangkan dalam rangka memfasilitasi potensi santri dan membekali santri untuk kehidupan masa depannya.

Dokumen terkait