• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di salah satu ruangan khusus milik laboratorium fisiologi FK USU. Luas ruangan penelitian adalah sekitar 4 m x 5 m dan ruangan tersebut memiliki 3 jendela. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah AC, dua buah meja, sebuah treadmill yang terhubung dengan komputer, sebuah tempat tidur, sebuah lemari yang berisi alat-alat yang diperlukan dalam penelitian seperti stetoskop, sphygmomanometer, timbangan, serta tersedia obat-obat tertentu untuk mengatasi kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan saat melaksanakan penelitian. Pada dinding ruangan juga telah terpasang alat pengukur tinggi badan setinggi 2 meter dari lantai ruangan.

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan desain studi cross-sectional

terhadap mahasiswi FK USU angkatan 2014 yang telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini dan bersedia menjadi subjek penelitian.

Total subjek penelitian ini berjumlah 60 orang, dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah diberi penjelasan mengenai tujuan, prosedur, risiko, serta manfaat penelitian, subjek penelitian secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini dan telah menandatangani persetujuan setelah penjelasan (informed consent). Pelaksanaan penelitian ini juga telah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berusia antara 17-22 tahun, dengan usia terbanyak adalah 18 tahun, yaitu sebanyak 26 orang (43,3%). Berat badan dan tinggi badan rata-rata subjek penelitian masing-masing adalah sebesar 52,74 kg, dan 157,22 cm.

5.1.3 Hasil Analisis Data

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Subjek Penelitian, yaitu indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan VO2 maks dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.1 Karakteristik Demografis Subjek Penelitian Karakteristik Subjek Jumlah (n) Persentase (%) Indeks Massa Tubuh (kg/m2)

Underweight (< 18,5) Normoweight (18,5-22,9) Overweight (23,0-24,9) Obesity class I (25,0-29,9) Obesity class II (≥ 30,0) 12 34 4 7 3 20,0 56,7 6,7 11,7 5,0 Lingkar Pinggang Normal (< 80 cm) Tidak normal (≥ 80 cm) 44 16 73,3 26,7 VO2 maks (ml/kg/menit) Sangat buruk (<25,0) Buruk (25,0-30,9) Cukup (31,0-34,9) Baik (35,0-38,9) Sangat baik (39,0-41,9) Superior (>41,9) 12 21 7 9 10 1 20,0 35,0 11,7 15,0 16,7 1,7

Dari tabel di atas, dapat diketahui kategori IMT dengan persentase terbesar adalah normoweight yaitu sebanyak 34 orang (56,7%). Sebagian besar subjek penelitian memiliki lingkar pinggang yang normal, yaitu sebanyak 44 orang (73,3%), dan kategori VO2 maks dengan persentase terbesar adalah kelompok 25,0-30,9 ml/kg/menit, yaitu sebanyak 21 orang (35%).

2. Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif karakteristik subjek penelitian, yaitu IMT, lingkar pinggang, dan VO2 maks ditunjukkan pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Subjek Nilai Rerata Simpangan Baku Indeks massa tubuh (kg/m2) 21,38 ± 4,014

Lingkar pinggang (cm) 76,97 ± 8,800

VO2 maks (ml/kg/menit) 30,08 ± 7,978

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa IMT rata-rata subjek penelitian berada dalam kategori normoweight, yaitu 21,38 kg/m2. Lingkar pinggang rata-rata subjek penelitian juga berada dalam batas normal, yaitu 76,97 cm, dan VO2

maks rata-rata subjek penelitian masih rendah, yaitu 30,08 ml/kg/menit. 3. Uji Korelasi

Pada penelitian ini, dilakukan uji statistik nonparametrik dengan uji korelasi Spearman untuk mengetahui korelasi antara teknik pengukuran komposisi tubuh, yaitu indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan VO2 maks. Hasil uji korelasi antara teknik pengukuran komposisi tubuh (indeks massa tubuh dan lingkar pinggang) dengan VO2 maks ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Hasil Uji Korelasi antara Teknik Pengukuran Komposisi Tubuh (Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang) dengan VO2 maks Teknik Pengukuran Komposisi Tubuh VO2 maks

r* p value*

Indeks Massa Tubuh (IMT) -0,075 0,569

Lingkar Pinggang (LP) -0,218 0,094

*r dan p value menggunakan uji korelasi Spearman

Dari hasil uji korelasi antara teknik pengukuran komposisi tubuh, yaitu indeks massa tubuh dan lingkar pinggang dengan VO2 maks pada tabel di atas, terdapat hubungan yang tidak signifikan (p > 0,05) dengan arah korelasi negatif baik antara IMT dan VO2 maks, maupun antara lingkar pinggang dan VO2 maks. 5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, berdasarkan tabel 5.5 mengenai hasil uji korelasi antara IMT dan VO2 maks diperoleh kekuatan korelasi (r) sebesar -0,075, sedangkan berdasarkan tabel 5.6 mengenai hasil uji korelasi antara lingkar

pinggang dan VO2 maks diperoleh kekuatan korelasi (r) sebesar -0,218. Kekuatan korelasi yang lebih besar antara LP dan VO2 maks daripada kekuatan korelasi antara IMT dan VO2 maks dapat disebabkan karena salah satu faktor yang mempengaruhi nilai VO2 maks adalah lokasi distribusi lemak dalam tubuh atau jenis obesitas, dimana obesitas sentral akan lebih berpengaruh terhadap nilai VO2

maks dibandingkan obesitas perifer (ACSM, 2013). Seseorang dikatakan mengalami obesitas sentral apabila memiliki ukuran lingkar pinggang ≥ 80 cm. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah et al. (2013), yang menemukan korelasi antara LP dan VO2 maks lebih kuat daripada IMT dan VO2 maks, yaitu kekuatan korelasi antara LP dan VO2 maks sedang (r = -0,413), sedangkan kekuatan korelasi antara IMT dan VO2 maks lemah (r = -0,360).

Pada penelitian ini, berdasarkan tabel 5.5 dan tabel 5.6 mengenai hasil uji korelasi antara IMT dengan VO2 maks dan LP dengan VO2 maks diperoleh arah korelasi keduanya negatif. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan komposisi tubuh baik berdasarkan IMT maupun LP memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan VO2 maks, artinya jika nilai IMT dan LP semakin tinggi, maka nilai VO2 maks akan semakin rendah, dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian Hanifah et al. (2013), yang mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) antara IMT dan LP dengan VO2 maks juga negatif. Keadaan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar proporsi lemak dari komposisi tubuh seseorang, maka nilai VO2 maks akan semakin rendah (Powers, 2009). Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dhara dan Chatterjee (2015) tentang hubungan antara IMT dan VO2 maks pada mahasiswi pendidikan kesehatan jasmani di India, yang menemukan hubungan yang tidak signifikan dengan arah korelasi positif antara IMT dan VO2 maks (r = 0,0157; p > 0,05). Menurut Dhara dan Chatterjee (2015), hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai VO2 maks adalah kebiasaan berolahraga. Hal ini berarti bahwa walaupun seseorang memiliki IMT di atas nilai normal, tetapi jika ia rutin berolahraga, maka nilai VO2 maks orang tersebut akan tetap tinggi (Powers, 2009).

Pada penelitian ini, dari uji korelasi baik antara IMT dengan VO2 maks maupun antara LP dengan VO2 maks menunjukkan hasil korelasi tidak signifikan (p > 0,05). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor lain yang mempengaruhi VO2 maks selain komposisi tubuh, seperti jenis kelamin, fungsi kardiovaskular, genetik, dan kebiasaan berolahraga setiap individu (Dhara, 2015). Pengaruh faktor jenis kelamin terhadap VO2 maks dapat dilihat pada penelitian sejenis yang dilakukan oleh Dagan et al. (2013), yang membandingkan korelasi antara IMT dan LP dengan VO2 maks antara dan laki-laki, didapatkan bahwa pada , IMT lebih berpengaruh terhadap VO2 maks daripada LP, sedangkan pada laki-laki, LP lebih berpengaruh terhadap VO2 maks daripada IMT.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait