• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan ini beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Medan, Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990, dan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

RSUP H. Adam Malik Medan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991, yang bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan lembaga lainnya dalam menyelenggarakan pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan dokter keahlian, calon dokter spesialis serta tenaga kesehatan lainnya.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada semua penderita OMA pada anak berumur 1 hari -18 tahun, yang berobat ke Instalasi Rawat Jalan SMF THT Rumah Sakit Umum Pusat

(RSUP) Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009. Sebanyak 85 data telah dikumpulkan dari rekam medis.

5.1.3. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Umur di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. Umur (Tahun) Jumlah

f % 1. 2 26 30,6 2. 3. 4. > 2 - 5 > 5 - 12 > 12 - 18 14 28 17 16,5 32,9 20,0 Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita tertinggi dijumpai pada umur > 5-12 tahun, yaitu 28 orang (32,9%). Proporsi terendah terdapat pada umur > 2-5 tahun, yaitu 14 orang (16,5%).

5.1.4. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. Jenis Kelamin Jumlah

f %

1. Laki-laki 47 55,3

2. Perempuan 38 44,7

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin tertinggi pada laki-laki, yaitu 47 orang (55,3%). Perempuan adalah 38 orang (44,7%).

5.1.5. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis

Distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan gejala klinis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. Seorang penderita dapat mempunyai satu atau lebih dari satu gejala klinis pada masa yang sama.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. Gejala Klinis Jumlah

f %

1. Keluar Cairan 72 84,7

2. Demam 42 49,4

3. Nyeri Telinga 32 37,6

4. Pendengaran Menurun 5 5,9

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi gejala klinis penderita OMA pada anak terbanyak adalah keluar cairan sebanyak 72 orang (84,7%), diikuti demam 42 orang (49,4%), nyeri telinga 32 orang (37,6%), dan pendengaran menurun 5 orang (5,9%). 5.1.6. Distribusi Frekuensi Telinga yang Menderita OMA pada Anak Berdasarkan

Stadium OMA

Distribusi frekuensi telinga yang menderita OMA pada anak berdasarkan stadium OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. Dari 85 orang penderita, terdapat 16 orang penderita yang kedua-dua telinganya terkena OMA. Stadium OMA dari kedua-dua telinga dicatat. 69 orang penderita lain terkena OMA pada satu telinga sahaja. Oleh itu, jumlah telinga yang menderita OMA pada anak berdasarkan stadium adalah 101.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Telinga yang Menderita OMA pada Anak Berdasarkan Stadium OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

f % 1. Oklusi Tuba 4 4,0 2. Hiperemis 18 17,8 3. 4. 5. Supurasi Perforasi Resolusi 10 67 2 9,9 66,3 2,0 Jumlah 101 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi telinga penderita OMA pada anak berdasarkan stadium OMA adalah stadium perforasi yaitu 67 telinga (66,3%), dan yang terendah adalah stadium resolusi yaitu 2 telinga (2,0%).

5.1.7. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena OMA

Distribusi frekuensi telinga penderita OMA pada anak berdasarkan sisi telinga yang terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena OMA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. Sisi Telinga yang Terkena OMA Jumlah f % 1. 2. Unilateral Bilateral 69 16 81,2 18,8 Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita OMA pada anak berdasarkan sisi telinga yang terkena, unilateral adalah sebanyak 69 orang (81,2%), dan bilateral adalah 16 orang (18,8%).

5.1.8. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Riwayat ISPA Distribusi frekuensi penderita OMA pada anak berdasarkan riwayat ISPA di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Riwayat ISPA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

No. Riwayat ISPA Jumlah f % 1. 2. Ada Tidak Ada 56 29 65,9 34,1 Jumlah 85 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 56 orang (65,9%) penderita OMA pada anak mempunyai riwayat ISPA, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat ISPA adalah 29 orang (34,1%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita tertinggi dijumpai pada umur > 5-12 tahun, yaitu 28 orang (32,9%), dan proporsi terendah terdapat pada umur > 2-5 tahun, yaitu 14 orang (16,5%).

Hasil penelitian Titissari (2005) di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita menunjukkan proporsi penderita OMA pada anak tertinggi pada usia > 5-12 tahun, yaitu 32,6%, sedangkan proporsi usia terendah adalah pada usia > 12-18 tahun, yaitu 4,7%. Hasil penelitian Zakzuok et al. (2002) di Saudi Arabia menunjukkan proporsi tertinggi pada usia 4-8 tahun, yaitu 41%, sedangkan proporsi terendah pada usia 8-12 tahun, yaitu 19%.

5.2.2. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin tertinggi pada laki-laki, yaitu 47 orang (55,3%). Perempuan tercatat 38 orang (44,7%). Rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan adalah 47:38, yaitu 1,24.

Menurut Titissari (2005) di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita, proporsi untuk perempuan adalah lebih tinggi, yaitu 51,2% dibandingkan dengan laki-laki 48,8%. Hasil penelitian Onion (1997) menunjukkan rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan adalah 1,35. Hasil penelitian Zakzuok et al (2002) di Saudi Arabia menunjukkan anak laki-laki lebih cenderung menderita OMA, yaitu 57 orang, dibandingkan perempuan, 43 orang.

5.2.3. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Gejala Klinis

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi gejala klinis penderita OMA pada anak terbanyak adalah keluar cairan, yaitu sebanyak 72 orang (84,7%), diikuti demam 42 orang (49,4%), nyeri telinga 32 orang (37,6%), dan pendengaran menurun 5 orang (5,9%).

Penelitian yang dilakukan Titissari (2005) di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita menjumpai penderita yang mempunyai gejala klinis demam sebanyak 69,8% dan yang tidak demam adalah sebanyak 30,2%. Penderita yang mempunyai gejala klinis nyeri telinga adalah sebanyak 83,7% . Penderita yang mempunyai gejala klinis gangguan pendengaran adalah sebanyak 41,9%.

5.2.4. Distribusi Frekuensi Telinga yang Menderita OMA pada Anak Berdasarkan Stadium OMA

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi telinga penderita OMA pada anak berdasarkan stadium OMA adalah stadium perforasi yaitu 67 telinga (66,3%), dan yang terendah adalah stadium resolusi yaitu 2 telinga (2,0%).

Secara teoritis, pada stadium oklusi tuba tidak menunjukkan gejala klinis yang khas dan tidak demam. Pada stadium hiperemis terjadi inflamasi, penderita OMA akan mengeluhkan nyeri telinga/otalgia, rasa penuh dan demam. Pada stadium supurasi, terbentuk sekret eksudat purulen, pasien akan nyeri telinga, demam, dan juga akan terjadi pendengaran menurun akibat gangguan pendengaran konduktif. Pada stadium perforasi, terjadi keluar cairan ditandai oleh ruptur membran timpani. Pada stadium resolusi,

keluhan nyeri telinga akan berkurang dan pendengaran menjadi normal kembali (Djaafar, 2005).

5.2.5. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Sisi Telinga yang Terkena OMA

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita OMA pada anak berdasarkan sisi telinga yang terkena, unilateral adalah sebanyak 69 orang (81,2%), sedangkan bilateral hanya 16 orang (18,8%).

Hasil ini sesuai dengan penelitian Titissari (2005) di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita yang menunjukkan proporsi tertinggi adalah unilateral, yaitu kiri atau kanan sebanyak 79,1%, sedangkan bilateral hanya 20,9%.

5.2.6. Distribusi Frekuensi Penderita OMA pada Anak Berdasarkan Riwayat ISPA Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 56 orang (65,9%) penderita OMA pada anak mempunyai riwayat ISPA, sedangkan yang tidak mempunyai riwayat ISPA adalah 29 orang (34,1%).

Hasil penelitian Titissari (2005) di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan Poli THT RSAB Harapan Kita menunjukkan pada pasien OMA anak yang mempunyai riwayat ISPA, proporsi tertinggi adalah terdapat riwayat ISPA 0-7 hari, yaitu 62,8%, diikuti >7-14 hari yaitu 27,9%, dan >14 hari adalah 9,3%. Penelitian Zakzouk et al. (2002) di Saudi menunjukkan bahwa 62% anak-anak dibawah 12 tahun yang menderita OMA mempunyai riwayat ISPA. Secara teoritis, patogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak adalah dimulai oleh ISPA, terjadi kongesti serta edema pada mukosa nasofaring dan tuba Eustachius. Tuba Eustachius tersumbat sehingga terjadi tekanan negatif, lalu terjadi aspirasi bakteri dan virus dari nasofaring ke telinga tengah. Ini berhubungan dengan anatomi tuba Eustachius anak-anak yang relatif pendek, lebar dan letaknya lebih horizontal. Kecenderungan anak-anak menderita OMA juga berhubungan dengan belum matangnya sistem imum sehingga mudah terkena ISPA (Djaafar, 2007).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait