• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Diagnostik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil Penelitian

Selama periode penelitian yang dimulai dari Juni 2010 hingga November 2010 didapati 37 sampel. Adapun distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari penelitian ini didapati bahwa jumlah pasien dengan tumor jinak adalah 23 orang dan pasien dengan tumor ganas adalah 14 orang.

Tabel 4.1. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas berdasarkan kelompok usia, paritas dan status menopause.

Tumor Jinak Tumor Ganas

N % N % Usia (tahun) ≤ 20 1 4,3 1 7,1 20 – 39 7 30,4 3 21,4 40 – 64 12 52,2 9 64,4 ≥ 65 3 13,1 1 7,1 Jumlah 23 100 14 100 Paritas 0 8 34,8 5 35,7 1 – 3 6 26,1 4 28,6 > 3 9 39,1 5 35,7 Jumlah 23 100 14 100 Status Menopause Belum menopause 17 73,9 10 71,4 Sudah menopause 6 26,1 4 28,6 Jumlah 23 100 14 100

Dari penelitian ini didapati bahwa usia termuda dari penderita kanker ovarium adalah berumur 19 tahun dan usia tertua berumur 77 tahun. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa

proporsi tumor ganas ovarium paling banyak didapati pada kelompok usia 40 – 64 tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,4%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia dibawah 20 tahun dan di atas 65 tahun yaitu masing – masing sebanyak 1 orang (7,1%). Hal ini sesuai dengan Hacker dan kawan-kawan yang menyebutkan bahwa 80% – 90% kanker ovarium terbanyak timbul setelah umur 40 tahun, sedangkan 10% – 20% timbul sesudah umur 65 tahun.38 Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan

antara kelompok umur dengan kejadian tumor ovarium ganas (p=0,83). Dari kelompok paritas, dapat dilihat bahwa paritas terbanyak yang menderita kanker ovarium adalah paritas 0 dan paritas > 3 dengan jumlah pasien 5 orang (35,7%) pada masing – masing kelompok. Tidak dijumpai hubungan antara kelompok paritas dengan kejadian tumor ovarium ganas pada penelitian ini (p=0,43). Proporsi tumor ovarium ganas pada kelompok wanita sudah menopause adalah 28,6%. Hal ini sesuai dengan Hacker dan kawan-kawan yang menyebutkan bahwa sekitar 30% neoplasma ovarium pada wanita post menopausal adalah malignan. 38 Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan

antara status menopause dengan kejadian tumor ovarium ganas (p=0,86). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang sedikit.

Tabel 4.2. Sebaran histopatologi ovarium jinak

Diagnosis N (%)

Kista Endometriosis 1 (4,3)

Kista Lutein 4 (17,5)

Cyst adenoma serosum 6 (26,1)

Cyst adenoma mucinosum 10 (43,5)

Fibroma ovarium 1 (4,3)

Proses radang kronis 1 (4,3)

Total kasus jinak 23 (100)

Dari 23 pasien dengan tumor ovarium jinak, cyst adenoma mucinosum merupakan jenis tumor jinak yang paling banyak didapati yaitu 10 orang (43,5%), diikuti dengan cyst adenoma serosum sebanyak 6 orang (26,1%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.3. Sebaran histopatologi ovarium ganas

Diagnosis N (%)

Serosum adenocarcinoma 1 (7,1) Mucinous tumors - Adenocarcinoma 9 (64,4) Undifferentiated carcinoma 3 (21,4) Non dysgerminoma - Immature teratoma 1 (7,1)

Total kasus malignan 14 (100)

Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa kanker ovarium jenis epitel yang paling banyak didapati yaitu sebanyak 13 orang (92,9%) dan terdapat 1 pasien (7,2%) dengan jenis germ sel yaitu non dysgerminoma – immature teratoma. Hal ini sesuai dengan Schorge JO dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa 90% - 95% kanker ovarium merupakan jenis epitel. Jenis mucinous tumor - adenocarcinoma merupakan jenis yang paling banyak didapati yaitu 9 pasien (64,2%).1

Tabel 4.4. Status menopause dengan baku emas histopatologi.

Histopatologi

Tumor ganas (+) Tumor Jinak ( - )

Jumlah Sudah Menopause 4 6 10 Belum Menopause 10 17 27 Jumlah 14 23 37 Sensitivitas = 4/14 x 100% = 28,6% Spesifitas = 17/23 x 100% = 73,9% Nilai prediksi positif = 4/10 x 100% = 40% Nilai prediksi negatif = 17/27 x 100% = 62,9%

Tabel 4.4 di atas menunjukkan hasil uji diagnostik status menopause dalam menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya. Sensitivitas

dari uji diagnostik status menopause adalah 28,6%. Hal ini berarti kemungkinan 28,6% hasil uji diagnostik dengan status sudah menopause akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik status sudah menopause adalah 73,9%. Hal ini menunjukkan bahwa 73,9% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak adalah pasien dengan status belum menopause dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 73,9% uji diagnostik negatif (status belum menopause) bila dilakukan pada kelompok tumor ovarium jinak.

Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium ganas adalah 40% jika pasiennya sudah menopause. Nilai Prediksi Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 62,9%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas adalah 62,9% jika pasiennya belum menopause. Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 56,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 56,8% uji diagnostik status sudah menopause memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik status sudah menopause dalam mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 56,8%.

Tabel 4.5. Kadar Ca 125 dengan baku emas histopatologi.

Histopatologi

Tumor ganas (+) Tumor Jinak ( - )

Jumlah Ca 125 > 35 U/ml 13 15 28 Ca 125 < 35 U/ml 1 8 9 Jumlah 14 23 37 Sensitivitas = 13/14 x 100% = 92,9% Spesifitas = 8/23 x 100% = 34,8% Nilai prediksi positif = 13/28 x 100% = 46,4% Nilai prediksi negatif = 8/9 x 100% = 88,9%

Akurasi = 21/37 x 100% = 56,8%

Tabel 4.5. di atas menunjukkan hasil uji diagnostik kadar Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml dalam menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya. Sensitivitas dari uji diagnostik kadar Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml adalah 92,9%. Hal ini berarti sebanyak 92,9% subyek dengan tumor ovarium ganas yang terdeteksi dengan kadar Ca 125 > 35 U/ml dibandingkan dengan seluruh subyek yang menderita tumor ovarium ganas atau kemungkinan 92,9% hasil uji diagnostik dengan kadar Ca 125 > 35 U/ml akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik kadar Ca 125 > 35 U/ml adalah 34,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 34,8% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak akan memberikan hasil uji diagnostik negatif kadar Ca 125 < 35 U/ml dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 34,8% uji diagnostik negatif (Ca125 < 35 U/ml) bila dilakukan pada

kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai dengan Jacob dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa kadar Ca 125 dengan nilai cut off 30 U/ml mempunyai sensitivitas 81% dan spesifisitas 75% dalam membedakan pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak.5

Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 46,4%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium ganas adalah 46,4% jika hasil uji diagnostiknya positif (Ca 125 > 35 U/ml). Nilai Prediksi Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 88,9%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas adalah 88,9% jika hasil uji diagnostiknya negatif (Ca 125 < 35 U/ml).

Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 56,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 56,8% uji diagnostik Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml dalam mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 56,8%.

Tabel 4.6. Hasil Ultrasonografi (Nilai U) dengan baku emas histopatologi.

Histopatologi

Tumor ganas (+) Tumor Jinak ( - )

Jumlah U > 1 9 6 15 U ≤ 1 5 17 22 Jumlah 14 23 37 Sensitivitas = 9/14 x 100% = 64,3%  

Spesifitas = 17/23 x 100% = 73,9% Nilai prediksi positif = 9/15 x 100% = 60 % Nilai prediksi negatif = 17/22 x 100% = 77,3%

Akurasi = 26/37 x 100% = 70,2%

Tabel 4.6 di atas menunjukkan hasil uji diagnostik nilai U > 1 dalam menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya. Nilai U adalah 0 jika skor ultrasonografi 0, nilai U 1 jika skor ultrasonografi 1 dan nilai U adalah 3 jika skor ultrasonografi 2 hingga 5. Skor ultrasonografi ditentukan dengan memberikan nilai 1 untuk satu dari setiap karakteristik yang dijumpai pada ultrasonografi; seperti multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada tumor ovarium, lesi bilateral, asites, adanya bukti metastasis intra abdomen.

Sensitivitas dari uji diagnostik nilai U > 1 adalah 64,3%. Hal ini berarti sebanyak 64,3% subyek dengan tumor ovarium ganas terdeteksi dengan nilai U > 1 dibandingkan dengan seluruh subyek yang menderita tumor ovarium ganas atau kemungkinan 64,3% hasil uji diagnostik dengan nilai U > 1 akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik nilai U > 1 adalah 73,9%. Hal ini menunjukkan bahwa 73,9% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak akan memberikan hasil uji diagnostik negatif (nilai U ≤ 1) dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 73,9% uji diagnostik negatif (nilai U ≤ 1) bila dilakukan pada kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai dengan Jacob dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa skor U > 1 mempunyai

sensitivitas 71% dan spesifisitas 83% dalam membedakan pasien dengan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak.5

Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 60%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium ganas adalah 60% jika hasil uji diagnostiknya positif (nilai U > 1). Nilai Prediksi Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 77,3%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas adalah 77,3% jika hasil uji diagnostiknya negatif (nilai U ≤ 1). Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 70,2%. Hal ini menunjukkan bahwa 70,2% uji diagnostik nilai U > 1 memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik nilai U > 1 dalam mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 70,2%.

Tabel 4.7. Hasil Skor IRK dengan baku emas histopatologi.

Histopatologi

Tumor ganas (+) Tumor Jinak ( - )

Jumlah IRK > 200 (+) 11 2 13 IRK < 200 ( - ) 3 21 24 Jumlah 14 23 37 Sensitivitas = 11/14 x 100% = 78,6% Spesifitas = 21/23 x 100% = 91,3% Nilai prediksi positif = 11/13 x 100% = 84,6% Nilai prediksi negatif = 21/24 x 100% = 87,5% Akurasi = 32/37 x 100% = 86,5%

Tabel 4.7. di atas menunjukkan hasil uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 dalam menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya.

Sensitivitas dari uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 adalah 78,6%. Hal ini berarti sebanyak 78,6% subyek dengan tumor ovarium ganas yang terdeteksi dengan IRK dengan nilai cut off > 200 dibandingkan dengan seluruh subyek yang menderita tumor ovarium ganas atau kemungkinan 78,6% hasil uji diagnostik dengan IRK > 200 akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas.

Spesifisitas dari uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 adalah 91,3%. Hal ini menunjukkan bahwa 91,3% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak akan memberikan hasil uji diagnostik negatif (IRK < 200) dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 91,3% uji diagnostik negatif (IRK < 200) bila dilakukan pada kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai dengan Jacob dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa IRK dengan nilai cut off 200 mempunyai sensitivitas 85,4% dan spesifisitas 96,9% dalam membedakan pasien dengan tumor ovarium ganas dengan tumor ovarium jinak.5

Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium ganas adalah 84,6% jika hasil uji diagnostiknya positif (IRK > 200). Nilai Prediksi Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas adalah 87,5% jika hasil uji diagnostiknya negatif (IRK < 200). Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa 86,5% uji diagnostik IRK dengan

nilai cut off 200 memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik IRK dalam mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 86,5%.

Tabel 4.8. Perbandingan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, akurasi dari berbagai uji diagnostik

Uji Diagnostik Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) PPV (%) Akurasi (%) Sudah Menopause 28,6 73,9 40 56,7 Ca 125 > 35 U/ml 92,9 34,8 46,4 56,8 Nilai U > 1 64,3 73,9 60 70,2 IRK > 200 78,6 91,3 84,6 86,5

Tabel 4.8. di atas menunjukkan perbandingan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, akurasi dari berbagai uji diagnostik. Uji diagnostik dengan menggunakan status menopause mempunyai sensitivitas yang rendah yaitu 28,6%. Uji diagnostik dengan menggunakan kadar Ca 125 > 35 U/ml mempunyai sensitivitas yang tinggi yaitu 92,9% akan tetapi spesifisitasnya rendah yaitu 34,8%. Kedua uji diagnostik sudah menopause dan kadar Ca 125 > 35 U/ml mempunyai tingkat akurasi yang rendah dimana kedua uji diagnostik tersebut hanya memberikan kemungkinan 56% hasil yang tepat. Nilai U > 1 mempunyai sensitivitas yang lebih rendah dari kadar Ca 125 > 35 U/ml (64,3% vs 92,9%) akan tetapi spesifisitasnya lebih tinggi dari kadar Ca 125 > 35 U/ml (73,9% vs 34,8%). IRK (Indeks resiko keganasan) mempunyai sensitivitas (78,6%) dan spesifitas (91,3%) tertinggi dari semua uji diagnostik. Tingkat akurasi IRK (Indeks resiko keganasan) adalah yang tertinggi yaitu 86,5%. IRK lebih akurat dibandingkan dengan status menopause, kadar Ca 125 dan karakteristik ultrasonografi sesuai dengan penelitian Manjunath dan kawan – kawan.

KURVA ROC (Receiver Operator Curve)39

Suatu alat uji diagnostik yang ideal seharusnya mempunyai nilai sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi atau mendekati 1 (nilai 100%). Namun pada prakteknya nilai sensitivitas dan spesifisitas tidak dapat diestimasi.

Kurva ROC (Receiver Operator Curve) memperlihatkan tawar menawar antara sensitivitas dengan spesifisitas. Upaya untuk meningkatkan sensitivitas akan menurunkan spesifisitas dan sebaliknya. Kurva ini menghubungkan nilai sensitivitas dengan 1-spesifisitas. Semakin dekat kurva ROC ke garis diagonal, semakin buruk hasilnya. Semakin luas area di bawah kurva ROC semakin baik hasil uji diagnostiknya. Area di bawah kurva ROC dapat digunakan untuk menilai keakuratan suatu diagnosis.

Dari penelitian ini, uji diagnostik dengan menggunakan indeks resiko keganasan dalam membedakan tumor ovarium jinak dari tumor ovarium ganas sebelum pembedahan dibandingkan dengan baku emasnya hasil histopatologi, didapati hasil AUC (Area under Curve) adalah 0,901. Hal ini menunjukkan hasil uji diagnostik yang baik sekali.39

Gambar 4.1. Kurva ROC

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait