KEAKURATAN INDEKS RESIKO KEGANASAN-1 DALAM
MEMBEDAKAN TUMOR OVARIUM JINAK DAN TUMOR OVARIUM
GANAS SEBELUM PEMBEDAHAN DI RSUP. H. ADAM MALIK – RSUD.
DR. PIRNGADI MEDAN
T E S I S
OLEH :
GLUGNO JOSHIMIN FOEAD
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP.H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM – 5
Pembimbing :
Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, Sp.OG (K)
Dr. Sarah Dina, Sp.OG (K)
Penyanggah :
Dr. Risman F. Kaban, Sp. OG
Dr. Aswar Aboet, Sp.OG (K)
Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)
Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai keahlian dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5 :
PEMBIMBING:
Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, Sp.OG (K)
………..
Pembimbing I
Tgl: Februari 2011
Dr. Sarah Dina, Sp.OG (K)
………..
Pembimbing II
Tgl: Februari 2011
PENYANGGAH
Dr. Risman F. Kaban, Sp. OG
………..
Tgl: Februari 2011
Dr. Aswar Aboet, Sp.OG (K)
………..
Tgl: Februari 2011
Dr. Deri Edianto, Sp.OG (K)
………..
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, berkat bimbingan dan Karunia-Nya penulisan tesis ini
dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan program adaptasi pendidikan Spesialis Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar
harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam
menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
KEAKURATAN INDEKS RESIKO KEGANASAN DALAM MEMBEDAKAN TUMOR OVARIUM JINAK DAN TUMOR OVARIUM GANAS SEBELUM PEMBEDAHAN DI
RSUP. H. ADAM MALIK / RSUD. DR. PIRNGADI MEDAN
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,
(CTM&H), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Prof. dr. Gontar Siregar, Sp.PD, KGEH, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Adaptasi Pendidikan
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi lulusan luar negeri di Fakultas
Kedokteran USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG, Sekretaris
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim
Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan, Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program
Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. Yusuf
Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Djaffar
Siddik, SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof DR. dr. M.
Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K),
Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG
(K), yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti
Program Adaptasi Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
lulusan luar negeri di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan.
3. Khususnya kepada Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K), ketua panitia
program adaptasi dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi lulusan luar negeri
Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG
(K), Prof.Dr. M Fauzie Sahil, SpOG (K), Dr. M.Fidel Ganis Siregar,
SpOG, terima kasih atas bantuannya serta waktunya sehingga program adaptasi
ini dapat berjalan lancar.
4. Prof.Dr. M Fauzie Sahil, SpOG (K) selaku Ketua Sub Divisi Onkologi
Ginekologi atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
melakukan penelitian ini.
5. Prof.Dr. M Fauzie Sahil, SpOG (K) dan Dr. Sarah Dina, SpOG (K) selaku
pembimbing dan nara sumber yang dengan penuh kesabaran telah
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa
dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
6. Dr. Risman F. Kaban, SpOG, Dr. Aswar Aboet, SpOG (K) dan Dr. Deri
Edianto, SpOG (K) selaku tim penyanggah dan nara sumber dalam penulisan
tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam perbaikan
7. Dr. M.Fidel Ganis Siregar, SpOG, Dr. Soekimin, SpPA, Dr. Surya Dharma,
MPH yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing saya
dalam penyelesaian tesis ini.
8. Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), selaku pembimbing mini refarat Feto
Maternal saya yang berjudul “Gagal Ginjal Kronis dalam Kehamilan”, kepada Dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K) selaku pembimbing mini refarat Fertilisasi
Endokrinologi dan Reproduksi saya yang berjudul “Penanganan Sindroma Asherman dengan Histeroskopi” dan kepada Dr. John S. Khoman, SpOG (K) selaku pembimbing mini refarat Onkologi saya yang berjudul “Pemetaan Limfatik dan Biopsi Kelenjar Getah Bening Sentinel pada Keganasan Ginekologi”
9. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP
H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah
banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir program adaptasi
saya. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan
budi guru – guru saya tersebut.
10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana untuk bekerja sama selama mengikuti program adaptasi di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
11. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan ketua SMF Obstetri dan Ginekologi
RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
untuk bekerja sama selama mengikuti program adaptasi di Departemen Obstetri dan
Ginekologi.
12. Direktur RS PTPN II Tembakau Deli Medan, Dr. Sofian Abdul Illah, SpOG dan Dr.
Nazaruddin Jafar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberi
kesempatan dan bimbingan selama saya bertugas di bagian tersebut.
13. Direktur RS Haji Mina dan ketua SMF Obstetri dan Ginekologi RS Haji Mina
beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja
sama selama mengikuti program adaptasi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
14. Direktur RS Sundari dan Dr. H.M. Haidir, SpOG beserta staf yang telah
memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti
program adaptasi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
15. Direktur RUMKIT Angkatan Darat dan ketua SMF Obstetri dan Ginekologi
RUMKIT Angkatan Darat beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana untuk bekerja sama selama mengikuti program adaptasi di Departemen
Obstetri dan Ginekologi
16. Dr. Ilham Sejahtera Lubis, SpOG, Dr. Anggia Melanie Lubis, SpOG, Dr.
Rony Pumala Bangun, SpOG, Dr. Edward Muljadi, SpOG, Dr. M Yusuf
Rahmadsyah, Dr. Alfian Z Siregar, Dr. Errol Hamzah, Dr. Andri Aswar, Dr.
Johan T. Avisenna, Dr. Elvira M Sungkar, Dr. Tigor P. Hasugian, Dr. Ismail
Usman, Dr. Irwansyah Putra, Dr. Hendri Ginting, Dr. Henry Gunawan, Dr.
Yudha Sudewo, Dr. Eka Handayani, Dr. Aries Misrawani, Dr. Kiko Marpaung,
Dr. Novrial, Dr. Anindita Novina, Dr. Nureliani Amni, Dr. M. Wahyu Wibowo,
Dr. Fifi P Adela, Dr. Rahmanita Sinaga, Dr. Hilma P Lubis, Dr. M. Dezarino,
Dr. Masitha Thaharuddin terima kasih atas dukungan, motivasi dan
kebersamaan kita selama ini.
17. Teman Sejawat Asisten Ahli, Dokter Muda, Bidan, Paramedis,
karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan
bekerjasama dengan saya dalam menjalani pendidikan Spesialis Obstetri dan
Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam
Malik, RSUD Pirngadi Medan, RS Sundari, RUMKIT Angkatan Darat, RS
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya
sampaikan kepada kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda (alm)
Djoeang Foead dan Ibunda Lina Sari Dewi, yang telah membesarkan,
membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih
sayang dari masa kanak-kanak hingga kini, memberi contoh yang baik
dalam menjalani hidup serta motivasi selama mengikuti pendidikan ini.
Kepada abang dan kakak saya : Dr. Agus Iwan Foead M.S (Orth), Dr.
Soesilawati Foead yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya,
khususnya selama menjalani pendidikan dan masa-masa yang sulit serta
memberikan motivasi kepada saya selama mengikuti program adaptasi ini.
Khususnya kepada Istri saya Dr. Rohana Maliono dan anak – anak saya yang
sangat saya kasihi dan cintai Kenneth Hubert Foead dan Edward Gilbert
Foead, terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan dan diiringi
permohonan maaf saya yang sebesar-besarnya karena kesibukan
menyelesaikan tugas-tugas di program adaptasi ini, tugas saya sebagai
Suami dan Ayah sedikit terabaikan. Tanpa pengorbanan, doa dan
dukungan dari kalian, tidak mungkin tugas-tugas ini dapat saya selesaikan.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besamya. Semoga Tuhan senantiasa memberikan
berkah-Nya kepada kita semua.
Medan, Febuari 2011
DAFTAR ISI
1.4.1 Manfaat di bidang pelayanan kesehatan ………….……… . 5
1.4.2 Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian ………... 5
BAB II Tinjauan Pustaka……….……… ... 6
2.1 Tumor Ovarium ………...….. ... 6
2.1.1 Kanker Epitel Ovarium ………... 7
2.1.2 Tumor Germ Cell …………... 10
2.1.3 Tumor Sex Cord – Stromal ……… ... 11
2.2 Stadium Kanker Ovarium………... 12
2.3 Cancer Antigen (CA 125) ……… ... 13
2.4 Ultrasonografi ……… ... 20
2.5 Indeks resiko keganasan (IRK)……...………. ... 26
BAB III Metodologi Penelitian ………...… ... 30
3.1 Rancangan Penelitian ………... 30
3.2 Tempat dan waktu penelitian .……… ... 30
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……… ... 30
3.3.1 Populasi Penelitian ………... 30
3.3.1.1 Kriteria Populasi Penelitian ... 30
3.3.1.1.1 Kriteria Inklusi... 30
3.3.1.1.2 Kriteria Ekslusi … ... 31
3.3.2 Sampel Penelitian ………... 31
3.4 Etik Penelitian ……… ... 32
3.5 Cara Kerja ………... 33
3.6 Batasan Operasional………... ... 33
3.7 Alur Penelitian ………... 36
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan …………... 37
BAB V Kesimpulan dan Saran ………… ... 49
5.2 Saran ………... 50
Daftar Pustaka ……… ... 51
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Faktor resiko timbulnya kanker ovarium…………... 8
Tabel 2.2 Angka ketahanan hidup 5 tahun untuk setiap stadium FIGO pada kanker epitel ovarium………... 9
Tabel 2.3. Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) ...12
Tabel 2.4. Kadar CA 125 pada wanita sehat……… ...15
Tabel 2.5. Kadar CA 125 pada endometriosis dan atau kista endometriotik… ...16
Tabel 2.6. Kadar CA 125 pada neoplasma ovarium jinak...17
Tabel 2.7. Kadar CA 125 pada keganasan non ovarium… ...18
Tabel 2.8. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut stadium dari FIGO……… ...19
Tabel 2.9. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut tipe histologi………..……… ...20
Tabel 2.10. Perbedaan antara ketiga IRK ...27
Tabel 2.11. Sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value pada IRK 1, IRK 2, IRK 3... ...27
Tabel 2.12.Suatu contoh protokol triase wanita dengan menggunakan Index resiko keganasan (IRK), validasi data IRK oleh Prys Davies dan kolega... ...29
Tabel 4.1. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas berdasarkan kelompok usia, paritas dan status menopause……… ...37
Tabel 4.3. Sebaran histopatologi ovarium ganas …… ... 39
Tabel 4.4. Status menopause dengan baku emas histopatologi ... 39
Tabel 4.5. Kadar Ca 125 dengan baku emas histopatologi……… ... 41
Tabel 4.6. Hasil Ultrasonografi (Nilai U) dengan baku emas histopatologi... 42
Tabel 4.7. Hasil Skor IRK dengan baku emas histopatologi………… ... 44
Tabel 4.8. Perbandingan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value,
akurasi dari berbagai uji diagnostik ……..…………... 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Asal mula dari tiga tipe utama kanker ovarium…………... 6
Gambar 2.2. Simple cyst ………... 21
Gambar 2.3. Massa kompleks ovarium ……… ... 22
Gambar 2.4. Gambaran multilokulasi dari cystadenocarcinoma mucinosum ovarium ……… 22
Gambar 2.5. Sonogram transvagina dari kanker ovarium menunjukkan kista multilokular dengan nodul solid …………... 23
Gambar 2.6. Asites mengelilingi ovarium yang membesar …… ... 23
Gambar 2.7. Sistim skoring dari Sassone ……… ... 25
DAFTAR SINGKATAN
AUC : Area Under Curve
CA 125 : Cancer Antigen 125
ELISA : Enzyme Linked Immunosorband Assay
FIGO : International Federation of Gynecologist and Obstetricians
IRK : Indeks Resiko Keganasan
RCOG : Royal College of Obstetricians and Gynaecologists
ROC : Receiver Operator Curve
ABSTRAK
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, keakuratan Indeks Resiko Keganasan dalam membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum pembedahan di RSUP. H. Adam Malik / RSUD. DR. Pirngadi Medan
Metode: Analisa uji diagnostik prospektif
Hasil Penelitian: Selama periode penelitian yang dimulai dari Juni 2010 hingga November 2010 didapati 37 sampel. Jumlah pasien dengan tumor jinak adalah 23 orang dan pasien dengan tumor ganas adalah 14 orang. Usia termuda dari penderita kanker ovarium adalah berumur 19 tahun dan usia tertua berumur 77 tahun. Proporsi tumor ganas ovarium paling banyak didapati pada kelompok usia 40 – 64 tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,4%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia dibawah 20 tahun dan di atas 65 tahun yaitu masing – masing sebanyak 1 orang (7,1%). Proporsi tumor ovarium ganas pada kelompok sudah menopause adalah 4 orang (28,6%). Kadar CA 125 > 35 U/ml mempunyai sensitivitas 92,9%, spesifitas 34,8%, nilai prediksi positif 46,4%, nilai prediksi negatif 88,9%. Skor Ultrasonografi (U>1) mempunyai sensitivitas 64,3%, spesifitas 73,9%, nilai prediksi positif 60 %, nilai prediksi negatif 77,3%. Indeks resiko keganasan (IRK) dengan nilai cut off lebih dari 200 mempunyai sensitivitas 78,6% dan spesifitas 91,3%, nilai prediksi positif 84,6%, nilai prediksi negatif 87,5%, akurasi 86,5%. Nilai cut off IRK pada penelitian ini adalah 275 dengan sensitivitas 78,6% dan spesifisitas 91,3%.
Kesimpulan : Tingkat akurasi IRK merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan kadar Ca 125 dan skor ultrasonografi. IRK juga mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. IRK dapat digunakan sebagai metode penapisan untuk membedakan tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas sebelum pembedahan, yang nantinya dapat menjadi kriteria rujukan untuk pasien dengan sangkaan tumor ovarium ganas kepada sub bagian Ginekologi Onkologi.
ABSTRAK
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, keakuratan Indeks Resiko Keganasan dalam membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum pembedahan di RSUP. H. Adam Malik / RSUD. DR. Pirngadi Medan
Metode: Analisa uji diagnostik prospektif
Hasil Penelitian: Selama periode penelitian yang dimulai dari Juni 2010 hingga November 2010 didapati 37 sampel. Jumlah pasien dengan tumor jinak adalah 23 orang dan pasien dengan tumor ganas adalah 14 orang. Usia termuda dari penderita kanker ovarium adalah berumur 19 tahun dan usia tertua berumur 77 tahun. Proporsi tumor ganas ovarium paling banyak didapati pada kelompok usia 40 – 64 tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,4%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia dibawah 20 tahun dan di atas 65 tahun yaitu masing – masing sebanyak 1 orang (7,1%). Proporsi tumor ovarium ganas pada kelompok sudah menopause adalah 4 orang (28,6%). Kadar CA 125 > 35 U/ml mempunyai sensitivitas 92,9%, spesifitas 34,8%, nilai prediksi positif 46,4%, nilai prediksi negatif 88,9%. Skor Ultrasonografi (U>1) mempunyai sensitivitas 64,3%, spesifitas 73,9%, nilai prediksi positif 60 %, nilai prediksi negatif 77,3%. Indeks resiko keganasan (IRK) dengan nilai cut off lebih dari 200 mempunyai sensitivitas 78,6% dan spesifitas 91,3%, nilai prediksi positif 84,6%, nilai prediksi negatif 87,5%, akurasi 86,5%. Nilai cut off IRK pada penelitian ini adalah 275 dengan sensitivitas 78,6% dan spesifisitas 91,3%.
Kesimpulan : Tingkat akurasi IRK merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan kadar Ca 125 dan skor ultrasonografi. IRK juga mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. IRK dapat digunakan sebagai metode penapisan untuk membedakan tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas sebelum pembedahan, yang nantinya dapat menjadi kriteria rujukan untuk pasien dengan sangkaan tumor ovarium ganas kepada sub bagian Ginekologi Onkologi.
Kata kunci: Indeks Resiko Keganasan, tumor ovarium, kanker.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
histopatologinya dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor ovarium terbagi atas tiga
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu dari epitel
ovarium, germ sel, sex cord – stromal.1 Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 %
kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor
sex cord-stroma.1
Setiap wanita mempunyai resiko seumur hidup (life time risk) mendapat kanker ovarium
yaitu 1 diantara 70 wanita atau 1,4%.2 Kanker ovarium jenis epitel merupakan
penyebab utama kematian wanita akibat kanker ginekologi di Amerika Serikat.3,4 Hal ini
kebanyakan disebabkan diagnosa yang ditegakkan pada saat sudah terjadi stadium
lanjut. Hanya 19% kasus kanker ovarium terdeteksi ketika penyakit masih terbatas pada
ovarium (stadium I). Sekitar 68% pasien terdiagnosa ketika penyakit sudah menyebar
ke rongga abdomen (stadium III) atau lebih jauh (stadium IV), hal ini dikarenakan tidak
adanya metode skinning yang efektif.2,4 Ketahanan hidup 5 tahun adalah 85% hingga
90% untuk stadium I, dan berkurang hingga 20% - 30% pada wanita dengan kanker
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium stadium awal adalah asimptomatik. Gejala
klinisnya tidak spesifik yang berupa perut kembung, kurang selera makan, berat badan
berkurang, konstipasi, sering buang air kecil, dispareunia, lelah, haid tidak teratur. Pada
kanker ovarium stadium lanjut, bisa terjadi distensi abdomen dan efusi pleura.2
Dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa prospek kanker ovarium dipengaruhi oleh
kualitas operasi primer.5 Walaupun keuntungan dan keakuratan surgical staging dan
cyto-reductive surgery sudah diketahui, namun masih banyak pasien tidak mendapat
pembedahan yang optimal pada saat laparatomi pertama. Goff dan kawan-kawan
meneliti 10.000 pasien dengan kanker ovarium, hampir setengah dari pasien kanker
ovarium stadium awal tidak mendapat operasi yang optimal di Amerika Serikat.1
Idealnya pasien dengan kanker ovarium dirujuk kepada ahli ginekologi onkologi yang
mempunyai keahlian pembedahan. Hal ini dikarenakan operasi debulking yang
dilakukan oleh ahli ginekologi onkologi lebih optimal dan lebih akurat menentukan
stadium penyakit dan prognosanya.6,7
Pada prakteknya, diagnosa kanker ovarium sangat susah ditegakkan sebelum
pembedahan dan sering terjadi pembedahan yang kurang optimal oleh ahli bedah junior
atau yang kurang berpengalaman. Adanya metode yang sensitif dan spesifik untuk
diagnosis preoperative kanker ovarium akan memberikan dasar yang rasional untuk
rujukan sebelum dilakukan laparatomi diagnostik. Dengan demikian pasien dengan
kanker ovarium bisa mendapat manfaat dari pembedahan oleh ahli bedah yang
berpengalaman.5
Salah satu penanda tumor yang sering digunakan adalah Ca 125. Kadar serum Ca125
tidak bisa dipercaya untuk membedakan tumor ovarium ganas dan jinak. Hanya 78%
wanita dengan tumor ovarium ganas mempunyai kadar Ca125 meningkat di atas 35
U/ml dan juga pada 22% wanita dengan tumor ovarium jinak.8 Sensitivitas Ca 125
dalam mendeteksi penyakit ganas diperkirakan hanya 70-80% dengan spesifisitas
98,6% hingga 99,4% serta rendahnya nilai prediksi positif(positive prediktif value)
sebesar 3%.2
Pemakaian ultrasonografi juga telah dipelajari untuk membedakan tumor ovarium ganas
dan tumor ovarium jinak. Akan tetapi penggunaan ultrasonografi masih terkendala pada
interpretasi. Karakteristik keganasan pada ultrasonografi juga bisa didapati pada tumor
ovarium jinak.9 Uli J dan kawan-kawan mendapati bahwa tingginya angka false positif
yaitu 27% terutama disebabkan adanya tumpang tindih gambaran ultrasonografi tumor
jinak (seperti myoma geburt, kista endometriosis, serous dan mucinous cystadenoma)
dengan tumor ovarium ganas.10
Indeks resiko keganasan (IRK) dikutip dari Jacob dan kawan - kawan dihitung dengan
hubungan perkalian antara kadar serum CA 125, hasil ultrasonografi dan status
menopause.5 IRK bisa digunakan secara efektif untuk membedakan tumor ovarium
ganas dan jinak sebelum pembedahan, dengan menggunakan batas nilai 200,
Hingga sekarang di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Pirngadi Medan belum mempergunakan metode penapisan yang dapat
secara akurat membedakan tumor ovarium ganas dan jinak sebelum pembedahan.
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat keakuratan IRK sebagai alat
penapisan tumor ovarium ganas dan jinak di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah Indeks Resiko Keganasan dapat digunakan sebagai alat penapisan
keganasan dalam membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak
sebelum pembedahan ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui keakuratan Indeks Resiko Keganasan dalam membedakan
tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum pembedahan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui sensitivitas dari Indeks Resiko Keganasan dalam
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum
pembedahan.
2. Untuk mengetahui spesifisitas dari Indeks Resiko Keganasan dalam
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum
pembedahan.
3. Untuk mengetahui nilai prediksi positif dari Indeks Resiko Keganasan dalam
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum
pembedahan.
4. Untuk mengetahui nilai prediksi negatif dari Indeks Resiko Keganasan dalam
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum
pembedahan.
5. Untuk mengetahui nilai akurasi dari Indeks Resiko Keganasan dalam
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak sebelum
pembedahan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat di bidang pelayanan kesehatan
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh metode penapisan yang
tepat untuk membedakan tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas
sebelum pembedahan.
2. Hasil penelitian diharapkan menjadi kriteria rujukan untuk pasien dengan
sangkaan tumor ovarium ganas berdasarkan Indeks Resiko Keganasan
kepada sub bagian Ginekologi Onkologi.
1.4.2. Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian
• Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TUMOR OVARIUM
Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Sembilan puluh persen tumor ovarium
adalah jinak, walaupun hal ini bervariasi dengan umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak
bersifat kistik. Tumor ovarium jinak yang mempunyai komponen padat adalah
fibromata, thecomata, dermoid, Brenner tumor.11 Tumor ovarium terbagi atas tiga
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel
ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord – stromal.1 Kanker ovarium ganas terdiri dari
90 – 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel
dan tumor sex cord-stroma.1
Gambar 2.1. Asal mula dari tiga tipe utama kanker ovarium.1
90 – 95 % dari kanker ovarium ganas merupakan kanker epitel ovarium, dan selebihnya
5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma.1
2.1.1 Kanker epitel ovarium
Kanker epitel ovarium merupakan penyebab kematian lebih dari keseluruhan
keganasan ginekologi di Amerika Serikat.1 Di seluruh dunia 204.000 wanita terdiagnosa
setiap tahun dan 125.000 wanita meninggal karena penyakit ini.12 Dikarenakan tidak
ada test penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan gejala klinis yang kabur pada
stadium awal, sehingga tiga per empat pasien terdiagnosa sudah stadium lanjut.1 Tipe
– tipe histologi kanker epitel ovarium berdasarkan klasifikasi histologi dari WHO adalah
sebagai berikut:1
• Serous adenocarcinoma • Mucinous tumors
o Adenocarcinoma
o Pseudomyxoma peritonei • Endometrioid Tumors
o Adenocarcinoma
o Malignant mixed mullerian tumor • Clear cell adenocarcinoma
• Transitional cell tumors
o Malignant Brenner tumor o Transitional cell carcinoma • Squamous cell carcinoma
• Mixed carcinoma
• Undifferentiated carcinoma • Small cell carcinoma
Banyak faktor bisa mempengaruhi resiko timbulnya kanker ovarium (tabel 2.1).13 Pil
kontrasepsi oral mempunyai efek proteksi yang terkuat. Analisis dari 12 uji klinis kasus
kontrol wanita menunjukkan odds ratio 0,66 – 0,7.14 Durasi penggunaan pil kontrasepsi
juga penting. Pada uji klinis kasus – kontrol dari 441 wanita dengan kanker ovarium
didapati manfaat pada pemakai pil kontrasepsi oral lebih dari 3 tahun (OR 0,6).15 Uji
klinis kohort dari 17032 wanita menunjukkan keuntungan yang signifikan dari
pemakaian pil kontrasepsi oral selama 8 tahun atau lebih dibanding dengan pemakaian
4 tahun atau kurang.16
Tabel 2.1. Faktor resiko timbulnya kanker ovarium.13
Nullipara dan wanita tanpa anak mempunyai dua kali resiko mendapat kanker ovarium
karena berhubungan dengan periode jangka lama ovulasi berulang.17 Menarche awal
dan menopause lambat meningkatkan resiko kanker ovarium. Sebaliknya, menyusukan
bayi mempunyai efek proteksi, mungkin dikarenakan amenorrhoea yang lama.18 Ligasi
tuba dan histerektomi mengurangi resiko mendapat kanker ovarium.19 Secara
keseluruhan insiden kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya usia
hingga pertengahan 70-an sebelum berkurang sedikit pada wanita berusia lebih dari 80
tahun.20 Riwayat keluarga kanker ovarium pada kerabat derajat pertama yaitu ibu, anak
perempuan atau kakak, mempunyai tiga kali resiko mendapat kanker ovarium.1
Secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun untuk semua stadium kanker epitel
ovarium adalah 50 %, lebih rendah dari kanker uterus (80%) atau kanker servix (70%).1
Stadium yang ditentukan dengan operasi adalah variabel yang paling penting (Tabel
2.2).21
Tabel 2.2. Angka ketahanan hidup 5 tahun untuk setiap stadium FIGO pada kanker epitel ovarium (n=4911 pasien).21
Stadium Ketahanan hidup 5 tahun (%)
I 86
II 70
III 34
IV 19
Kesempatan yang paling baik untuk mengurangi progresifitas kanker ovarium adalah
pada saat laparatomi pertama pada pasien. Tujuan penanganan bedah pada saat ini
adalah untuk menentukan secara akurat tingkat keparahan penyakit dan untuk
mengurangi volume residual tumor menjadi minimal.5 Dokter bedah seharusnya
mengkonfirmasi diagnosis, menentukan stadium sebaran penyakit dan kemudian
melakukan operasi kuratif atau mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan ganas pada
operasi primer (debulking operation) sehingga memungkinan suksesnya lanjutan
kemoterapi atau radioterapi.22 Efektifitas operasi debulking yang optimal
memperpanjang interval bebas penyakit dan memperpanjang ketahanan hidup.23
Operasi pengangkatan tumor yang agresif, yang diikuti dengan kemoterapi berbasis
wanita akan terjadi kekambuhan yang akhirnya menyebabkan bertambah parahnya
penyakit dan kematian.1 Prognosis kanker epitel ovarium tergantung pada stadium
kanker pada saat diagnosis, tipe histologi dan grading, volume tumor residu.24
2.1.2 Tumor germ sel
Tumor germ sel berasal dari element germinal dari ovarium dan terdiri dari sepertiga
dari seluruh neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling sering adalah mature cystic
teratoma, juga sering disebut kista dermoid. 95 % dari tumor germ sel terdiri dari kista
dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor ganas germ sel hanya
merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara – negara barat.1
Klasifikasi tumor germ sel ovarium penting untuk menentukan prognosa dan untuk
kemoterapi. Klasifikasi tumor germ sel adalah sebagai berikut:24
• Dysgerminoma
• Non dysgerminoma (kanker embrional)
o Differensiasi embrional
Mixed
Mature
Immature
o Differensiasi extra embrional
Choriocarcinoma
Endodermal sinus tumour (yolk sac tumour)
Extraembryonal carcinoma
Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari kanker epitel ovarium.
Pertama, tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien usia muda, biasanya pada
usia belasan atau awal duapuluhan. Kedua, kebanyakan terdiagnosa pada stadium I.
Ketiga, prognosis yang bagus walaupun pasien berada pada stadium lanjut
dikarenakan tumor ini sensitif pada kemoterapi. Terapi primer pada wanita yang masih
ingin hamil adalah pembedahan dengan tidak mengorbankan fertilitas.1
2.1.3 Tumor sex cord - stromal
Tumor sex cord – stromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma yang jarang yang
berasal dari matriks ovarium. Klasifikasi histologi tumor ovarium sex cord - stromal dari
WHO adalah sebagai berikut:1
• Granulosa-stromal cell tumors o Granulosa cell tumor
Adult type
Juvenile type
o Thecoma-fibroma group
Thecoma
Fibroma/fibrosarcoma
Sclerosing stromal tumor
• Sertoli-stromal cell tumors o Sertoli cell tumor
o Sertoli - Leydig cell tumor
• Sex cord tumor with annular tubules
• Steroid cell tumors o Stromal luteoma
o Leydig cell tumor
o Steroid cell tumor not otherwise specified
• Unclassified
• Gynandroblastoma
Sel – sel dalam matriks ovarium berpotensi memproduksi hormon, dan hampir 90 %
dari tumor ovarium yang memproduksi hormon adalah tumor sex cord – stromal.
Akibatnya, pasien dengan jenis tumor ini mempunyai gejala dan tanda klinis dari
kelebihan estrogen atau androgen. Reseksi dengan bedah merupakan terapi primer,
dan tumor sex cord – stromal secara umum terbatas pada satu ovarium pada saat
rendah potensi keganasan. Oleh karena sebab – sebab di atas, hanya beberapa pasien
memerlukan kemoterapi berbasis platinum. Walaupun penyakit kambuhan sering
mempunyai respon yang lemah pada pengobatan, pasien dapat bertahan hidup untuk
jangka waktu yang lama karena lambatnya pertumbuhan tumor. Secara keseluruhan
prognosis dari tumor sex cord – stromal adalah baik terutama karena terdiagnosa pada
diagnose awal dan pembedahan kuratif. Dikarenakan jarangnya tumor jenis ini,
membatasi pemahaman perjalanan penyakit, terapi dan prognosis.1
2.2 Stadium Kanker Ovarium
Stadium kanker ovarium diklasifikasikan menurut International Federation of
Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000.24 Stadium kanker ovarium ditentukan
setelah pembedahan laparatomy surgical staging.24
Tabel 2.3. Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000.24
Stadium Keterangan
I Tumor terbatas pada ovarium
IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor pada cairan asites
ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum
IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan kapsul, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada
bilasan cairan di rongga peritoneum
IC Tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu faktor dari kapsul
tumor yang pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan
sel tumor ganas pada cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum
II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites
ataupun bilasan rongga peritoneum
IIB Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan rongga peritoneum
IIC Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan ditemukan sel tumor di cairan asites
atau bilasan rongga peritoneum
III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada
rongga peritoneum di luar pelvis dengan atau metastasis ke kelenjar getah
bening regional
IIIA Metastasis mikroskopis di luar pelvis
IIIB Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang
kurang atau sama dengan 2 sentimeter
IIIC Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang
lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional
IV Metastasis jauh ( di luar rongga peritoneum )
2.3 Cancer Antigen 125 (CA 125)
Pada tahun 1981, Bast dan kawan - kawan pertama kali mendeskripsikan CA 125,
suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi monoklonal murine OC 125 sebagai
penanda untuk keganasan epithelial.25 CA 125 merupakan penanda tumor yang paling
banyak digunakan untuk kanker ovarium. CA 125 merupakan antigen yang diekspresi
oleh epitel coelomic dan amnion sewaktu perkembangan janin. CA 125 tidak diekspresi
oleh epitel ovarium normal pada orang dewasa atau janin. Pada orang dewasa, CA 125
terdapat pada jaringan yang berasal dari coelomic and epitel mullerian. Selain pada
keganasan lainnya seperti kanker pankreas, kanker payudara dan paru – paru dan
pada kasus – kasus jinak seperti endometriosis, kehamilan ektopik, fibroids, arthritis
dan penyakit ginjal.26
Menurut Kenemans dan kawan – kawan, batas kadar CA 125 ditentukan pada 35
U/ml dimana hanya 1% dari 888 wanita sehat mempunyai kadar yang melebihi angka
ini. Jika batas yang digunakan pada 65 U/ml, hanya 0,2% dari 888 wanita sehat
mempunyai kadar yang meningkat.27 Pada laporan uji klinis lainnya pada tabel 4
menunjukkan 0 – 5% wanita sehat mempunyai kadar lebih jika memakai 35 U/ml
sebagai batas normal dan 0 – 1,7% wanita sehat mempunyai kadar lebih jika memakai
65 U/ml (tabel 2.4).27 Kadar CA 125 yang tinggi melebihi 65 U/ml bisa terjadi pada
kehamilan trimester pertama dan sewaktu menstruasi. Pada saat mulainya menstruasi
kadar CA 125 bisa meninggi secara tiba tiba menjadi kadar lebih dari 300 U/ml,
kemungkinan disebabkan mudah masuknya CA 125 dari epitel endometrial ke dalam
sirkulasi sewaktu menstruasi. Penjelasan lain mungkin menunjukkan bahwa mundurnya
darah menstruasi ke rongga abdomen, menyebabkan reaksi inflamasi lokal dan
meningkatnya CA 125.27
Tabel 2.4. Kadar CA 125 pada wanita sehat.27
(dikutip dari Kenemans dan kawan – kawan)27
Banyak uji klinis dilakukan dengan mengukur kadar CA 125 pada pasien dengan
penyakit jinak. Persentase meningginya CA 125 melebihi 35 U/ml berkisar 2 hingga
42% dan yang melebihi 65 U/ml berkisar 1 hingga 16%, bergantung populasi yang diuji.
Beberapa penyakit jinak ditemukan berhubungan dengan kadar CA 125, yang
menyebabkan problem diagnosa banding. Pasien yang mempunyai gagal jantung
kongestif, tuberkulosis, atau sirosis hepatis bisa mempunyai hasil yang positif, seperti
juga pasien dengan penyakit ginekologi jinak seperti myoma uteri dan tumor ovarium
jinak. Pasien dengan endometriosis atau kista endometriosis bisa mempunyai kadar CA
125 yang sangat tinggi (tabel 2.5)27. Neoplasma ovarium jinak lainnya juga bisa
Tabel 2.5. Kadar CA 125 pada endometriosis dan atau kista endometriotik.27
(dikutip dari Kenemans dan kawan – kawan)27
Test serum CA 125 bisa positif pada berbagai jenis kasus malignan non ovarium.
Karsinoma ginekologi yang lain seperti pada endometrium bisa positif pada beberapa
kasus. Hal ini berlaku juga pada kanker non ginekologi seperti kolon dan pankreas bisa
meningkatkan kadar serum CA 125 (Tabel 2.7).27 Tumor berasal dari organ – organ
selain ovarium bisa meningkatkan kadar CA 125 jika sudah metastasis ke ovarium.
Oleh karena itu fungsi test CA 125 kurang mempunyai nilai untuk diagnosa banding
berbagai jenis keganasan.27
Tabel 2.6. Kadar CA 125 pada neoplasma ovarium jinak.27
Tabel 2.7. Kadar CA 125 pada keganasan non ovarium.27
(dikutip dari Kenemans dan kawan – kawan)27
Kadar serum CA 125 pada kanker ovarium sebelum diterapi mencerminkan jumlah
antigen yang berhubungan dengan tumor dalam sirkulasi dalam hubungannya dengan
beratnya penyakit pada saat ditentukan stadium. 27 Tabel 2.8 menyimpulkan hubungan
kadar CA 125 sebelum terapi dengan kanker ovarium sesuai dengan stadium menurut
FIGO. Pada stadium I, hanya 41 % dari semua pasien mempunyai peningkatan kadar
serum CA 125. Oleh karena itu pada lebih dari setengah jumlah pasien dengan
keganasan terbatas pada satu atau dua ovarium (dengan atau tanpa sel malignan pada
cairan asites atau cairan pencucian abdominal) kadar serum CA 125 berada dalam
batas normal.27 Kadar CA 125 yang meningkat didapati pada 50 % pasien dengan
kanker ovarium stadium I dan > 90% wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut.3
Dikarenakan keterbatasan ini, sensitivitas CA 125 dalam mendeteksi penyakit
diperkirakan hanya 70-80% dengan spesifisitas 98,6% hingga 99,4% serta rendahnya
nilai prediksi positif(positive prediktif value) sebesar 3%.2
Tabel 2.8. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut stadium dari FIGO.27
(dikutip dari Kenemans dan kawan – kawan)27
Ketika kadar CA 125 sebelum terapi dikelompokkan sesuai dengan tipe histologi,
terbukti bahwa kebanyakan kanker epitel ovarium non musinosum mempunyai
peningkatan kadar serum (tabel 2.9). Tumor musinosum mempunyai peningkatan kadar
CA 125 hanya pada 58% kasus. Karsinoma ovarium bukan berasal dari lapisan epitel
Tabel 2.9. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut tipe histologi.27
(dikutip dari Kenemans dan kawan – kawan)27
Kadar serum CA 125 mempunyai nilai klinis untuk memonitor penyakit dan mendeteksi
adanya kekambuhan. Karakteristik yang penting dari penanda tumor ini adalah
kemampuannya mencerminkan sifat dari tumor ganas sewaktu terapi atau pada periode
kontrol sesudah selesainya terapi.27
2.4 Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dilakukan untuk mengevaluasi massa di pelvis dan ovarium. Kista
simple (simple cyst) adalah salah satu massa pelvis yang paling sering. Gambaran
klasik sonografi dari kista simple adalah batas yang rata dan regular, anechoic dan
adanya peningkatan akustik posterior. (gambar 2.2)1
Gambar 2.2. Simple cyst.1
Pada umumnya, tumor ganas ovarium mempunyai gambaran multilokulasi, komponen
padat atau echogenik dan mempunyai septa yang tebal dengan area nodular. 1 (gambar
Gambar 2.3. Massa kompleks ovarium. 1
Gambar 2.4. Gambaran multilokulasi dari cystadenocarcinoma mucinosum ovarium. Tampak komponen solid dan septa yang tebal dan irregular. 29
Gambar 2.5. Sonogram transvagina dari kanker ovarium menunjukkan kista multilokular dengan nodule solid.30
Sonografi kurang membantu pada pasien dengan tumor ovarium ganas stadium lanjut.
Sonogram pelvis mungkin sulit menginterpretasi uterus, adnexa dan struktur
sekelilingnya jika ada massa besar di abdomen. Gambaran asites mudah terlihat pada
ultrasonografi.(gambar 2.6)1
Pemakaian ultrasonografi juga telah dipelajari untuk membedakan tumor ovarium ganas
dan tumor ovarium jinak. Jacob dan kawan – kawan memakai skor ultrasonografi
dimana skor ditentukan dengan memberikan nilai satu dari setiap karakteristik yang
dijumpai pada ultrasonografi seperti multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada
tumor ovarium, lesi bilateral, asites dan adanya bukti metastasis intra abdomen.5Jacob
dan kawan – kawan mendapati bahwa ultrasonografi dengan skor 2 memberikan
sensitivitas 71 % dan spesifisitas 83%.5 Akan tetapi penggunaan ultrasonografi masih
terkendala pada interpretasi. Karakteristik keganasan pada ultrasonografi juga bisa
didapati pada tumor ovarium jinak.9 Uli J dan kawan-kawan mendapati bahwa
tingginya angka false positif yaitu 27% terutama disebabkan adanya tumpang tindih
gambaran ultrasonografi tumor jinak (seperti myoma geburt, kista endometriosis, serous
dan mucinous cystadenoma) dengan tumor ovarium ganas.10
Sassone dan kawan-kawan telah mengembangkan sistim skoring untuk membedakan
tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas dengan mencakup struktur dinding
dalam, tebal dinding kapsul, adanya septa, tebal septa, dan echogenesitas. Setiap
karakteristik diberikan skor antara 1 dan 5. Skor minimum adalah 4 dan skor maksimum
adalah 15. Skor < 9 mengindikasikan resiko keganasan rendah. Skor ≥ 9 beresiko tinggi
keganasan. Sistim skor tersebut mencapai maksimum sensitivitas 100%, spesifisitas
83% dan positive predictive value 37% dalam membedakan tumor ovarium jinak dan
ganas. Ukuran ovarium > 5 cm pada ultrasonografi transvaginal mempunyai 2.5 kali
resiko malignan dibanding dengan ovarium yang lebih kecil. Jika ovariumnya normal
atau tidak terlihat, maka dianggap skor ultrasonografinya < 5. (gambar 2.7)31
Sistem skoring yang sama dengan menggunakan ultrasonografi transvagina untuk
menilai ovarium telah dikembangkan oleh Kurjak dan kawan-kawan. Sistim skoring ini
bukan hanya menilai gambaran morfologi keganasan, tetapi juga mencakup perubahan
fungsional yang berhubungan dengan keganasan dengan skoring untuk ada tidaknya
neovaskularisasi dan aliran resisten menggunakan Doppler pulsasi dan warna.9
Walaupun beberapa metode prediksi dari ultrasonografi telah dideskripsikan untuk
membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak, belum ada yang dipakai
secara universal.1
2.5 Indeks resiko keganasan (IRK)
Jacob dan kawan - kawan pada tahun 1990, membuat indeks resiko keganasan (IRK)
berdasarkan serum CA 125, status menopause, dan hasil ultrasonografi, dan
merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan tumor jinak atau ganas dari
tumor ovarium. Dari hasil penelitian Jacob dan kawan - kawan, dengan menggunakan
indeks resiko keganasan (IRK) dengan skor IRK = 200, sensitivitasnya adalah 85,4%
dan spesifisitasnya adalah 96,9%. Hasil ini lebih akurat dibandingkan dengan
penggunaan ultrasonografi dan serum CA 125 secara sendiri - sendiri.5 Mereka juga
menyarankan bahwa IRK bisa digunakan untuk merujuk pasien ke pusat onkologi untuk
mendapat pengobatan yang lebih sesuai dan terapi pembedahan yang lebih efektif.32
Pada tahun 1996, Tingulstad dan kawan - kawan juga membuat Indeks Resiko
kawan dinamakan IRK 1. Pada tahun 1999, Tingulstad dan kawan - kawan
memodifikasinya menjadi IRK 3.35 Adapun perbedaan di antara ketiga indeks adalah
terletak pada perbedaan skor dari hasil ultrasonografi dan skor status menopausal
sementara itu karakteristik ultrasonografi yang digunakan adalah sama serta rumus
yang digunakan adalah sama. Tabel 2.10 menunjukkan perbedaan antara ketiga IRK.
Tabel 2.10. Perbedaan antara ketiga IRK.
M
U = 1 jika ada 1karakteristik
U = 3 jika ≥ 2 karakteristik
Keterangan: IRK 1 menurut Jacob dkk,1990; IRK 2 (menurut Tingulstad dkk, 1996);
IRK 3 ( menurut Tingulstad dkk, 1999)
Perbedaan sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value diantara ketiga IRK
bisa terlihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11. Sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value pada IRK 1, IRK 2, IRK3.
Sensitivitas Spesifisitas Positive Predictive Value
IRK 1 5 85,4 % 96,9 % 92,3 %
IRK 2 34 80 % 92 % 83 %
IRK 3 35 71 % 92 % 69 %
Manjunath dan kawan – kawan telah meneliti mengenai ketiga IRK tersebut dan
serum Ca 125 dan karakteristik ultrasonografi dalam menapiskan keganasan. Tidak ada
perbedaan bermakna dari ketiga IRK dalam mengidentifikasi keganasan.36
Sistim skoring dengan menggunakan Doppler berwarna memerlukan teknologi yang
mahal yang tidak tersedia pada kebanyakan tempat. IRK merupakan sistim skoring
yang sederhana dan komponen ultrasonografinya mencakup karakteristik yang mudah
terlihat dengan menggunakan ultrasonografi transabdominal.9
Indeks resiko keganasan (IRK-1) menurut Jacob dan kawan - kawan dihitung dengan
menggunakan rumus :5
IRK-1 = U X M X Serum CA 125
Keterangan5:
IRK-1 = Indeks resiko keganasan menurut Jacob dan kawan - kawan
U = hasil ultrasonografi
dimana karakteristik ultrasonografi yang dijumpai: - multilokulasi kista ovarium
- komponen solid pada tumor ovarium - Lesi bilateral
- Asites
- Adanya bukti metastasis intra abdomen
Nilai U = 0 , jika tidak dijumpai karakteristik ultrasonografi di atas. Nilai U = 1 , jika dijumpai salah satu karakteristik ultrasonografi di atas Nilai U = 3 , jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas
M = status menopause
Nilai M = 1 jika belum menopause
Nilai M = 3 jika sudah menopause
Serum CA 125 = kadar serum penanda tumor CA 125 dalam U/ml
RCOG (Royal College of Obstetricians and Gynaecologists) menggunakan Indeks
Resiko Keganasan (IRK) sebagai cara yang efektif triase wanita untuk dikelompokkan
menjadi resiko keganasan rendah, sedang, atau tinggi. Tabel 2.12 menunjukkan contoh
protokol triase wanita dengan menggunakan Indeks Resiko Keganasan.33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan uji diagnostik prospektif untuk mengetahui keakuratan
Indeks Resiko Keganasan dalam membedakan tumor ovarium jinak dari tumor ovarium
ganas sebelum pembedahan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H.Adam Malik dan
RSUD. Dr. Pirngadi mulai bulan Juni 2010 hingga November 2010.
3.3 Populasi & Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien pasca operasi tumor ovarium
di RSUP.H.Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
3.3.1.1 Kriteria populasi penelitian 3.3.1.1.1. Kriteria Inklusi
1. merupakan pasien di RSUP.H.Adam Malik, RSUD. Dr. Pirngadi yang akan
menjalani pembedahan tumor ovarium
2. mempunyai hasil Ultrasonografi dari tumor ovarium sebelum operasi
3. mempunyai kadar CA 125 sebelum operasi
4. bersedia ikut dalam penelitian
5. tidak ada kehamilan ektopik, arthritis dan mengidap penyakit ginjal
6. tidak pernah dilakukan histerektomi
7. tidak pernah dilakukan pembedahan untuk tumor ovarium sebelumnya.
3.3.1.1.2. Kriteria Eksklusi
1. mempunyai keganasan lain di luar organ reproduksi seperti kanker pankreas,
kanker payudara, kanker paru-paru.
2. tidak ada hasil patologi anatomi pasca operasi tumor ovarium
3.3.2 Sampel Penelitian
Jumlah sampel penelitian dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (dikutip dari
= 6,828
≈ 7
n = n1+ n2
= 28 + 7
= 35
Berdasarkan perhitungan, maka jumlah sampel minimal penelitian adalah 35 orang.
Pada penelitian ini didapati sampel 37 orang.
Keterangan:
n = jumlah sampel total dimana n = n1 + n2
n1 = jumlah sampel untuk sensitivitas uji diagnostik
n2 = jumlah sampel untuk spesifisitas uji diagnostik
Zα = Interval kepercayaan yang dikehendaki adalah 95% (a=0,05 ; Zα= 1,96)
P1 = Sensitivitas dari uji diagnostik* = 85,4%
P2 = Spesifisitas dari uji diagnostik* = 96,9%
Q = 1 - P
d = penyimpangan untuk sensitivitas dan spesifisitas masing masing sebesar ± 13 %
* Nilai sensitivitas dan spesifisitas diambil dari kepustakaan Jacob dan kawan - kawan.5
3.4 Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi. Sebelum penelitian pasien diberitahu mengenai latar belakang, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Biaya penelitian sepenuhnya ditanggung oleh
peneliti. Subjek penelitian diberi kebebasan untuk menolak turut serta dalam penelitian.
Usulan proposal penelitian telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian bidang kesehatan
FK-USU dengan nomor 203/KOMET/FK USU/2010.
3.5 Cara Kerja
- Pasien diseleksi dari kasus – kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sampai jumlah sampel terpenuhi yang ditentukan secara konsekutif sampling.
- Dari sampel penelitian tersebut dicatat mengenai hal berikut :
1. Karakteristik penderita dengan diagnosa tumor ovarium seperti: umur, paritas,
status menopause.
2. Hasil Ultrasonografi, kadar CA 125 sebelum operasi dan hasil pemeriksaan
histopatologi dari tumor ovarium setelah dilakukan pembedahan.
- Kemudian dilakukan tabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi.
Setelah itu dilakukan analisa uji diagnostik untuk melihat sensitivitas, spesifitas, positive
predictive value, negative predictive value dengan menggunakan SPSS versi 17.0.
3.6 Batasan Operasional
- Tumor ovarium adalah tumor ovarium padat, kistik atau kombinasi baik bersifat jinak
atau ganas yang didapati dari hasil pemeriksaan ultrasonografi.
- Kanker Ovarium adalah penyakit keganasan primer pada ovarium dibuktikan
- Stadium kanker ovarium adalah stadium kanker ovarium berdasarkan klasifikasi
FIGO 2000.
- Indeks resiko keganasan (IRK-1) menurut Jacob dan kawan - kawan dihitung
dengan menggunakan rumus :5
IRK-1 = U X M X Serum CA 125
Keterangan5:
IRK-1 = Indeks resiko keganasan menurut Jacob dan kawan - kawan
U = hasil ultrasonografi
dimana karakteristik ultrasonografi yang dijumpai: - multilokulasi kista ovarium
- komponen solid pada tumor ovarium - Lesi bilateral
- Asites
- Adanya bukti metastasis intra abdomen
Nilai U = 0 , jika tidak dijumpai karakteristik ultrasonografi di atas. Nilai U = 1 , jika dijumpai salah satu karakteristik ultrasonografi di atas Nilai U = 3 , jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas
M = status menopause
Nilai M = 1 jika belum menopause
Nilai M = 3 jika sudah menopause
Serum CA 125 = kadar serum penanda tumor CA 125 dalam U/ml
- Status sudah menopause adalah wanita yang sudah tidak menstruasi paling sedikit
satu tahun sejak menstruasi terakhir.
- Kadar serum CA 125 diukur di laboratorium patologi klinik di RSUP. H. Adam Malik
dengan menggunakan metode ELISA (enzyme linked immunosorband assay)
berdasarkan prinsip sandwich dari Roche Diagnostic Systems (Basel, Switzerland)
dengan satuan dalam U/ml.
- Pemeriksaan ultrasonografi adalah dengan menggunakan real time transabdominal
atau transvaginal ultrasonography yang menggunakan 3 – 5 MHz transducer pada
Medison Live Prime, Sonoace 8000 oleh Dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG.
- Histopatologi adalah pemeriksaan jaringan/masssa tumor secara mikroskopik
setelah dilakukan fiksasi dengan formalin 10% dan pengecatan dengan Hematoxylin
Eosin yang dilakukan di laboratorium patologi anatomi di FK – USU oleh Dr.
3.7 Alur penelitian
Pasien yang menderita tumor ovarium
• Umur, paritas, status menopause
• Hasil Ultrasonografi
• Kadar CA 125 sebelum pembedahan
• Perhitungan Indeks resiko keganasan
Pembedahan
Hasil Histopatologi
Uji Diagnostik
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Selama periode penelitian yang dimulai dari Juni 2010 hingga November 2010 didapati
37 sampel. Adapun distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.1. Dari
penelitian ini didapati bahwa jumlah pasien dengan tumor jinak adalah 23 orang dan
pasien dengan tumor ganas adalah 14 orang.
Tabel 4.1. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas berdasarkan kelompok usia, paritas dan status menopause.
Tumor Jinak Tumor Ganas
N % N %
Dari penelitian ini didapati bahwa usia termuda dari penderita kanker ovarium adalah
proporsi tumor ganas ovarium paling banyak didapati pada kelompok usia 40 – 64
tahun yaitu sebanyak 9 orang (64,4%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia
dibawah 20 tahun dan di atas 65 tahun yaitu masing – masing sebanyak 1 orang
(7,1%). Hal ini sesuai dengan Hacker dan kawan-kawan yang menyebutkan bahwa
80% – 90% kanker ovarium terbanyak timbul setelah umur 40 tahun, sedangkan 10% –
20% timbul sesudah umur 65 tahun.38 Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan
antara kelompok umur dengan kejadian tumor ovarium ganas (p=0,83). Dari kelompok
paritas, dapat dilihat bahwa paritas terbanyak yang menderita kanker ovarium adalah
paritas 0 dan paritas > 3 dengan jumlah pasien 5 orang (35,7%) pada masing – masing
kelompok. Tidak dijumpai hubungan antara kelompok paritas dengan kejadian tumor
ovarium ganas pada penelitian ini (p=0,43). Proporsi tumor ovarium ganas pada
kelompok wanita sudah menopause adalah 28,6%. Hal ini sesuai dengan Hacker dan
kawan-kawan yang menyebutkan bahwa sekitar 30% neoplasma ovarium pada wanita
post menopausal adalah malignan. 38 Pada penelitian ini tidak dijumpai hubungan
antara status menopause dengan kejadian tumor ovarium ganas (p=0,86). Hal ini
mungkin disebabkan karena jumlah sampel yang sedikit.
Tabel 4.2. Sebaran histopatologi ovarium jinak
Dari 23 pasien dengan tumor ovarium jinak, cyst adenoma mucinosum merupakan jenis
tumor jinak yang paling banyak didapati yaitu 10 orang (43,5%), diikuti dengan cyst
adenoma serosum sebanyak 6 orang (26,1%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.3. Sebaran histopatologi ovarium ganas
Diagnosis N (%)
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa kanker ovarium jenis epitel yang paling banyak
didapati yaitu sebanyak 13 orang (92,9%) dan terdapat 1 pasien (7,2%) dengan jenis
germ sel yaitu non dysgerminoma – immature teratoma. Hal ini sesuai dengan Schorge
JO dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa 90% - 95% kanker ovarium
merupakan jenis epitel. Jenis mucinous tumor - adenocarcinoma merupakan jenis yang
paling banyak didapati yaitu 9 pasien (64,2%).1
Tabel 4.4. Status menopause dengan baku emas histopatologi.
Tabel 4.4 di atas menunjukkan hasil uji diagnostik status menopause dalam menilai
tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya. Sensitivitas
dari uji diagnostik status menopause adalah 28,6%. Hal ini berarti kemungkinan 28,6%
hasil uji diagnostik dengan status sudah menopause akan positif bila dilakukan pada
kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik
status sudah menopause adalah 73,9%. Hal ini menunjukkan bahwa 73,9% proporsi
pasien dengan tumor ovarium jinak adalah pasien dengan status belum menopause
dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau
kemungkinan 73,9% uji diagnostik negatif (status belum menopause) bila dilakukan
pada kelompok tumor ovarium jinak.
Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar
40%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium
ganas adalah 40% jika pasiennya sudah menopause. Nilai Prediksi Negatif (Negative
Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 62,9%. Hal ini menunjukkan
bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas adalah 62,9% jika
pasiennya belum menopause. Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 56,8%. Hal
ini menunjukkan bahwa 56,8% uji diagnostik status sudah menopause memberikan
hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik status sudah menopause dalam
mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan
dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 56,8%.
Tabel 4.5. Kadar Ca 125 dengan baku emas histopatologi.
Tabel 4.5. di atas menunjukkan hasil uji diagnostik kadar Ca 125 dengan nilai cut off 35
U/ml dalam menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku
emasnya. Sensitivitas dari uji diagnostik kadar Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml
adalah 92,9%. Hal ini berarti sebanyak 92,9% subyek dengan tumor ovarium ganas
yang terdeteksi dengan kadar Ca 125 > 35 U/ml dibandingkan dengan seluruh subyek
yang menderita tumor ovarium ganas atau kemungkinan 92,9% hasil uji diagnostik
dengan kadar Ca 125 > 35 U/ml akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang
menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik kadar Ca 125 > 35
U/ml adalah 34,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 34,8% proporsi pasien dengan tumor
ovarium jinak akan memberikan hasil uji diagnostik negatif kadar Ca 125 < 35 U/ml
dibandingkan dengan seluruh subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau
kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai dengan Jacob dan kawan-kawan yang
menyatakan bahwa kadar Ca 125 dengan nilai cut off 30 U/ml mempunyai sensitivitas
81% dan spesifisitas 75% dalam membedakan pasien dengan tumor ovarium ganas
dan tumor ovarium jinak.5
Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar
46,4%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium
ganas adalah 46,4% jika hasil uji diagnostiknya positif (Ca 125 > 35 U/ml). Nilai
Prediksi Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar
88,9%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor
ovarium ganas adalah 88,9% jika hasil uji diagnostiknya negatif (Ca 125 < 35 U/ml).
Akurasi pada penelitian ini adalah sebesar 56,8%. Hal ini menunjukkan bahwa 56,8%
uji diagnostik Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml memberikan hasil yang tepat atau
kemampuan uji diagnostik Ca 125 dengan nilai cut off 35 U/ml dalam mendeteksi tumor
ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan dengan
pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 56,8%.
Tabel 4.6. Hasil Ultrasonografi (Nilai U) dengan baku emas histopatologi.
Spesifitas = 17/23 x 100% = 73,9%
Nilai prediksi positif = 9/15 x 100% = 60 %
Nilai prediksi negatif = 17/22 x 100% = 77,3%
Akurasi = 26/37 x 100% = 70,2%
Tabel 4.6 di atas menunjukkan hasil uji diagnostik nilai U > 1 dalam menilai tumor
ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya. Nilai U adalah 0
jika skor ultrasonografi 0, nilai U 1 jika skor ultrasonografi 1 dan nilai U adalah 3 jika
skor ultrasonografi 2 hingga 5. Skor ultrasonografi ditentukan dengan memberikan nilai
1 untuk satu dari setiap karakteristik yang dijumpai pada ultrasonografi; seperti
multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada tumor ovarium, lesi bilateral, asites,
adanya bukti metastasis intra abdomen.
Sensitivitas dari uji diagnostik nilai U > 1 adalah 64,3%. Hal ini berarti sebanyak 64,3%
subyek dengan tumor ovarium ganas terdeteksi dengan nilai U > 1 dibandingkan
dengan seluruh subyek yang menderita tumor ovarium ganas atau kemungkinan 64,3%
hasil uji diagnostik dengan nilai U > 1 akan positif bila dilakukan pada kelompok subyek
yang menderita tumor ovarium ganas. Spesifisitas dari uji diagnostik nilai U > 1 adalah
73,9%. Hal ini menunjukkan bahwa 73,9% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak
akan memberikan hasil uji diagnostik negatif (nilai U ≤ 1) dibandingkan dengan seluruh
subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 73,9% uji diagnostik
negatif (nilai U ≤ 1) bila dilakukan pada kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai
sensitivitas 71% dan spesifisitas 83% dalam membedakan pasien dengan tumor
ovarium ganas dan tumor ovarium jinak.5
Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar
60%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium
ganas adalah 60% jika hasil uji diagnostiknya positif (nilai U > 1). Nilai Prediksi Negatif
(Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 77,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas
adalah 77,3% jika hasil uji diagnostiknya negatif (nilai U ≤ 1). Akurasi pada penelitian
ini adalah sebesar 70,2%. Hal ini menunjukkan bahwa 70,2% uji diagnostik nilai U > 1
memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik nilai U > 1 dalam
mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan
dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 70,2%.
Tabel 4.7. Hasil Skor IRK dengan baku emas histopatologi.
Tabel 4.7. di atas menunjukkan hasil uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 dalam
menilai tumor ovarium dengan pemeriksaan histopatologi sebagai baku emasnya.
Sensitivitas dari uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 adalah 78,6%. Hal ini berarti
sebanyak 78,6% subyek dengan tumor ovarium ganas yang terdeteksi dengan IRK
dengan nilai cut off > 200 dibandingkan dengan seluruh subyek yang menderita tumor
ovarium ganas atau kemungkinan 78,6% hasil uji diagnostik dengan IRK > 200 akan
positif bila dilakukan pada kelompok subyek yang menderita tumor ovarium ganas.
Spesifisitas dari uji diagnostik IRK dengan nilai cut off 200 adalah 91,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa 91,3% proporsi pasien dengan tumor ovarium jinak akan
memberikan hasil uji diagnostik negatif (IRK < 200) dibandingkan dengan seluruh
subyek yang mempunyai tumor ovarium jinak atau kemungkinan 91,3% uji diagnostik
negatif (IRK < 200) bila dilakukan pada kelompok tumor ovarium jinak. Hal ini sesuai
dengan Jacob dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa IRK dengan nilai cut off
200 mempunyai sensitivitas 85,4% dan spesifisitas 96,9% dalam membedakan pasien
dengan tumor ovarium ganas dengan tumor ovarium jinak.5
Nilai Prediksi Positif (Positive Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar
84,6%. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas seseorang menderita tumor ovarium
ganas adalah 84,6% jika hasil uji diagnostiknya positif (IRK > 200). Nilai Prediksi
Negatif (Negative Predictive value) pada penelitian ini adalah sebesar 87,5%. Hal ini
menunjukkan bahwa probabilitas seseorang tidak menderita tumor ovarium ganas
adalah 87,5% jika hasil uji diagnostiknya negatif (IRK < 200). Akurasi pada penelitian
nilai cut off 200 memberikan hasil yang tepat atau kemampuan uji diagnostik IRK dalam
mendeteksi tumor ovarium ganas pada semua penderita tumor ovarium dibandingkan
dengan pemeriksaan baku emasnya histopatologi adalah sebesar 86,5%.
Tabel 4.8. Perbandingan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, akurasi dari berbagai uji diagnostik
Uji Diagnostik Sensitivitas
Tabel 4.8. di atas menunjukkan perbandingan sensitivitas, spesifisitas, positive
predictive value, akurasi dari berbagai uji diagnostik. Uji diagnostik dengan
menggunakan status menopause mempunyai sensitivitas yang rendah yaitu 28,6%. Uji
diagnostik dengan menggunakan kadar Ca 125 > 35 U/ml mempunyai sensitivitas yang
tinggi yaitu 92,9% akan tetapi spesifisitasnya rendah yaitu 34,8%. Kedua uji diagnostik
sudah menopause dan kadar Ca 125 > 35 U/ml mempunyai tingkat akurasi yang
rendah dimana kedua uji diagnostik tersebut hanya memberikan kemungkinan 56%
hasil yang tepat. Nilai U > 1 mempunyai sensitivitas yang lebih rendah dari kadar Ca
125 > 35 U/ml (64,3% vs 92,9%) akan tetapi spesifisitasnya lebih tinggi dari kadar Ca
125 > 35 U/ml (73,9% vs 34,8%). IRK (Indeks resiko keganasan) mempunyai
sensitivitas (78,6%) dan spesifitas (91,3%) tertinggi dari semua uji diagnostik. Tingkat
akurasi IRK (Indeks resiko keganasan) adalah yang tertinggi yaitu 86,5%. IRK lebih
akurat dibandingkan dengan status menopause, kadar Ca 125 dan karakteristik
ultrasonografi sesuai dengan penelitian Manjunath dan kawan – kawan.