• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sensitivitas & Spesifisitas Human Epididymis Protein-4 (HE4) Dan Antigen Kanker CA125 Sebagai Biomarker Padatumor Ovarium Jinak Dan Ganas Di RSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sensitivitas & Spesifisitas Human Epididymis Protein-4 (HE4) Dan Antigen Kanker CA125 Sebagai Biomarker Padatumor Ovarium Jinak Dan Ganas Di RSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SENSITIVITAS & SPESIFISITAS

HUMAN EPIDIDYMIS

PROTEIN-4

(HE4) DAN ANTIGEN KANKER CA125

SEBAGAI BIOMARKER PADATUMOR OVARIUM JINAK

DAN GANAS DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

OLEH :

ALI AKBAR

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK

M E D A N

(2)

PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing :

Dr.Sarah Dina, SpOG.K

Dr.Henry Salim Siregar, SpOG.K

Penyanggah :

Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG(K)

Dr. Indra Gunasti Munthe, SpOG(K)

Dr. Deri Edianto, SpOG(K)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh TIM – 5 :

PEMBIMBING :

Dr. Sarah Dina, Sp.OG.K

Pembimbing I Tgl : Mei 2012

...………...

Dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG.K

Pembimbing II Tgl : Mei 2012

……….

PENYANGGAH

Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, Sp.OG.K

Sub bagian Feto Maternal Tgl : Mei 2012

………

Dr. Indra Gunasti Munthe, SpOG(K)

Subbagian Fertilitas Endokrinologi & Reproduksi Tgl : Mei 2012

………....

Dr. Deri Edianto, Sp.OG(K)

Subbagian Onkologi Ginekologi

Tgl : Mei 2012
(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR SINGKATAN...

BAB I PENDAHULUAN………

i

iv

v

vi

1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Rumusan Masalah………..………... 5

1.3. Tujuan Penelitian…..…………. ………...

1.3.1 Tujuan Umum………...

1.3.2 Tujuan Khusus………. 6

6

6

1.4. Manfaat Penelitian………..………

1.4.1 Manfaat Bagi Praktisi...

1.4.2 Manfaat di Bidang Pelayanan Kesehatan...

1.4.3 Manfaat di bidang Pendidikan dan Penelitian...

1.4.4 Manfaat bagi masyarakat... 7

7

7

7

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA….………. 9

2.1. Anatomi dan Fisiologi Ovarium...

2.2 Tumor Ovarium ( Neoplasma Ovarium )...

2.2.1. Tumor ovarium ( neoplasma ovarium jinak tipe epitelial)...

2.2.2. Tumor malignan ovarium...

2.3. Gejala Tumor Ovarium...

(5)

2.5. Faktor Resiko Tumor Ovarium...

2.6. Patogenesis Tumor Ovarium...

2.7. Stadium tumor ovarium jinak dan ganas berdasarkan FIGO...

2.9 Diagnosis Differensial... 2.8. Klasifikasi Histopatologis...

2.10 Pemeriksaan Penunjang...

2.11 Skrining pada Kanker Ovarium...

2.11.1 Human Epididymis Protein-4 ( HE-4)...

2.11.2 Ca-125 Antigen...

2.12 Kerangka Konsep...

BAB III METODE PENELITIAN..………

3.1. Rancangan Penelitian..……….….…….. …..……….

3.2. Waktu dan Tempat.… ………..………...

3.3. Populasi dan sampel penelitian...

3.3.1 Populasi...

3.3.2 Sampel Penelitian...

3.4. Kriteria Penelitian...

3.4.1 Kriteria Inklusi...

3.4.2 Kriteria Eksklusi...

3.5 Perhitungan Besar Sampel...

3.6. Analisa Data...

3.7. Alur Penelitian...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..…

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

5.1 Kesimpulan...

5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA………..………..…….………

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Kadar HE4...32

Tabel 4.1 Tabel Karakteristik berdasarkanhistopatologi...39

Tabel 4.2 Tabel Sebaran hasil Pemeriksaan Histopatologi dari tumor

ovarium jinak dan ganas...41

Tabel 4.3 Perbandingan Cut-off point, sensitivitas, spesifisitas antara

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tiga Tipe Utama Tumor Ovarium...11

Gambar 2 Proses Karsinogenesis Ovarium...19

Gambar 3 Berbagai Subtipe histologik dari tumor ovarium ganas...22

Gambar 4 (A) Potongan transversal ovarium pada minggu

ke-7 menunjukkan degenerasi sex cords primitif dan

pembentukan cortical cords...26

(B) Ovarium dan duktus genitalia pada

bulan ke-5...26

(C) Embryonic coelomic epithelium berdiferensiasi

(8)

DAFTAR SINGKATAN

- AKH : Angka Ketahanan Hidup

- HE-4 : Human Epididymis Protein – 4

- WFDC : Whey Acidic Four- Disulfide Core

- WAP : Whey Acidic Protein

- SLPI : Secretory Leucocyte Proteinase Inhibitor

- LH : Luteinizing Hormone

- hCG : Human Chorionic Gonadotropin

- TCC : Transitional Cell Carcinoma

- LMP : Low Malignant Potential

- BRCA : Breast Cancer gene

- KGB : Kelenjar Getah Bening

- CT-Scan : Computed Tomography- Scan

- USG : Ultrasonography

- OSE : Ovarian Surface Epithelium

- cDNA : core Deoxyribo Nucleic Acid

- mRNA : messenger Ribo Nucleic Acid

- pM : picomolar

- ELISA : Enzyme Link Immuno Sorbent Assay

(9)

- CA-125 : Cancer Antigen 125

- RSHAM : Rumah Sakit Haji Adam Malik

- SD : Standar Deviasi

- EOC : Epithelial Ovarian Carcinoma

(10)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan

Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai

manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan

masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan

sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan

khususnya tentang SENSITIVITAS DAN SEPESIFITAS HUMAN EPIDIDYMIS PROTEIN-4 (HE4) DAN ANTIGEN KANKER CA125 SEBAGAI BIOMARKER PROGNOSTIK PADATUMOR OVARIUM JINAK DAN GANAS DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di

Fakultas Kedokteran USU Medan.

2. Dekan Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar Alamsyah Siregar,

SpPD(KGEH) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU

Medan.

3. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M. Fidel Ganis Siregar, SpOG (K), Sekretaris

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim

Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan, Dr. M. Rhiza Tala, SpOG (K), Sekretaris

(11)

juga Prof. Dr. Djaffar Siddik, SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea,

SpOG(K), Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono

Roeshadi, SpOG (K), Prof. Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Budi R.

Hadibroto, SpOG (K), dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), Prof. M.

Fauzie Sahil, SpOG(K) yang telah bersama-sama berkenan menerima saya

untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

4. Dr. Sarah Dina, SpOG (K), dan Dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K) selaku

pembimbing, Prof.Dr.Daulat H.Sibuea,SpOG(K) Dr. Deri Edianto, SpOG(K),

Dr.Indra Gunasti Munthe, SpOG(K) selaku penyanggah , yang penuh

dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk

membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

5. Kepada Dr. J.S. Khoman, Sp.OG.K, Dr. Herbert Sihite, Sp.OG, Dr. Jenius L.

Tobing, Sp.OG, Dr. Aswar Aboet, Sp.OG.K, Dr. Makmur Sitepu, Sp.OG.K, Dr.

Nazaruddin Jaffar, Sp.OG.K, Dr. Ichwanul Adenin, Sp.OG.K, saya ucapkan

terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan kepada saya selama

menempuh pendidikan ini.

6. Dr. Hotma Partogi Pasaribu SpOG (K), selaku Ayah Angkat saya selama

menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan

memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam

menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.

7. Dr. Surya Dharma, MPH yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk

membimbing untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis

(12)

8. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya

sejak awal hingga akhir pendidikan.

9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr.Pirngadi Medan, Rumkit

DAM I Bukit Barisan, RS Tembakau Deli, RS Haji Mina, RS Sundari yang

telah memberikan kesempatan dan sarana untuk bekerja sama selama

mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10. Khususnya kepada Teman-Teman Dr. Irwansyah Putra, M.Ked(OG), Dr.

Ulfah Wijaya Kusuma, M.Ked(OG), Dr.ArjunaSaputra M.Ked(OG), Dr. Janwar

Sahnanda, M.Ked(OG), Dr. Ismail Usman, Dr. Aries Misrawany terima kasih

yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan kepada saya selama

ini.

11. Kepada senior-senior saya, Dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG, Dr. T.M. Rizki,

Sp.OG, Dr. Mulda F. Situmorang, Sp. OG, Dr. Sim Romi, Sp.OG, Dr. Dwi

Faradina, Sp.OG, Dr. Aidil Akbar, Sp.OG, Dr. David Luther Lubis, Sp.OG, Dr.

Ronny Pumala Bangun, Sp.OG, Dr. Tomy, Sp.OG, Dr. M. Rizky Yasnil,

Sp.OG, Dr. Lily Kuswani, Sp.OG, Dr. Yuri Andriansyah, dan Dr. Heika

Natasha Silitonga, M.Ked(OG), terima kasih atas bimbingan yang diberikan

kepada saya selama masa pendidikan.

12. Kepada tim jagaku, Dr. Robby Pakpahan, Dr. Ferdiansyah Putra Harahap, Dr.

Henry Gunawan, Dr. M. Wahyu Wibowo, Dr. Ray C.Barus, Dr. Anindita

Novina, Dr. Bandini, Dr. Dewi Andriyati, Dr. Johan Ricardo, Dr. Rizal

Kurniawan Aritonang, Dr. Aurora Marezkha Farrah, Dr. Trishna, terima kasih

atas kebersamaan kita selama ini.

13. Kepada Dr. Meity Elvina, Dr. M. Faisal Fahmi, Dr. Ade Ayu C, terima kasih

(13)

Sembah sujud hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada kedua Orang Tua Saya yang terkasih, H.Usman Hasibuan dan

Hj.Sundari.AM.Keb yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta

mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanak-kanak hingga kini

mengantarkan saya meraih cita-cita, tanpa kenal lelah memberikan motivasi dan

perhatian selama saya menjalani pendidikan ini. Terima kasih atas dorongan dan

semangat yang telah diberikan kepada saya.

Mertua saya Prof.dr.H.Achsanudin Hanafie,SpAn-KIC dan dr.Hj.Feraluna

Nasution,SpA-MHA saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa yang

diberikan kepada saya.

Istri saya tercinta Dr. Wulan Fadinie , tiada kata lain yang dapat saya

sampaikan selain terima kasih atas kesabaran, dorongan, semangat,

pengorbanan, dan doa yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat

menyelesaikan pendidikan ini. Buat buah hatiku tersayang Jabonar Habibi

Akbar Hasibuan , anugerah yang terindah dalam hidup kami yang menjadi

sumber inspirasi saya dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada saudara/i ku, kakakku Rafiana Sari Hasibuan,S.Kep,Ners, Adikku

Achmad Syofi Hasibuan,SE,MM, M.Ramadan Hasibuan, M.Fauji Hasibuan

serta saudara-saudara iparku, terima kasih atas kasih sayang, doa, dorongan

dan semangat yang diberikan kepada saya selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan

namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah

banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Mei 2012

(14)

SENSITIVITAS & SPESIFISITAS

HUMAN EPIDIDYMIS PROTEIN-4

(HE4) DAN ANTIGEN KANKER CA125

SEBAGAI BIOMARKER

PROGNOSTIK PADA

TUMOR OVARIUM JINAK DAN GANAS

DI

RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dina S, Siregar HS, Akbar A

Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Unit/Sub-Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU, Medan,

Indonesia, Mei 2012

ABSTRAK

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas serum HE4

dan antigen kanker CA-125 sebagai penanda tumor dalam membedakan tumor

ovarium jinak dan ganas di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP.

H. Adam Malik.

Desain penelitian : Desain penelitian ini adalah menggunakan uji diagnostik

dengan pendekatan observasional. Penelitian dilakukan di Departemen

Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan serta Laboratorium

Prodia. Waktu penelitian ini adalah Desember 2011 sampai April 2012.

Hasil : Penelitian ini dilakukan terhadap 64 wanita yang memenuhi kriteria inklusi

yakni 32 wanita yang termasuk dalam kelompok tumor ovarium jinak dan 32

wanita yang termasuk dalam kelompok tumor ovarium yang ganas. Pada

penelitian ini didapatkan Cut off point untuk CA 125 adalah 96,1 U/ml dengan

sensitivitas 84,4 % dan spesifisitas 78,1%. Sedangkan pada penanda tumor

HE-4 didapatkan cutt off point 66,5 pM dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas

75%.

Kesimpulan : Didapati bahwa sensitivitas dan spesifisitas kadar Ca 125 lebih

(15)

HE-4, maka penggunaannya sebagai penanda tumor tunggal dapat

dikategorikan lemah dalam kemampuannya untuk mendiagnosa ataupun

menyingikirkan tumor ganas ovarium, sehingga perlu dilakukan penggabungan

dengan penanda tumor yang lain.

Kata kunci : Sensitivitas, Spesifisitas, Cut Off point, HE-4, Ca-125, Tumor

(16)

SENSITIVITY & SPESIFICITY OF THE

HUMAN EPIDIDYMIS

PROTEIN-4

(HE4) AND CANCER ANTIGEN CA125

AS

PROGNOSTIC BIOMARKER IN BENIGN AND MALIGNANT

OVARIAN TUMORS

AT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dina S, Siregar HS, Akbar A

Department of Obstetric and Gynecology, Medical Faculty - Universitas Sumatera Utara, Oncology Gynaecology Subdivision, Department of Obstetric and Gynecology,

Medan, Indonesia, May 2012

ABSTRACT

Objective : To determine sensitivity and spesificity of Human Epididymis

Protein-4 and Cancer Antigen CA 125 serum as prognostic biomarker to differentiate

benign and malignant ovarian tumors at Obstetric and Gynaecology Department

of RSUP.H. Adam Malik, Medan.

Methods : This study using diagnostic test with observational approach,

conducted at Obstetric and Gynaecology Department of RSUP.H. Adam Malik,

Medan, and Prodia Clinical Laboratorium, from December, 2011 until April, 2012.

Result : During the period, 64 women met inclusion criteria divided into two

groups, 32 women with benign ovarian tumors, and 32 women with malignant

ovarian tumors. We found that the cut off point for Ca-125 was 96.1 U/ml with a

sensitivity of 84,4% and a specificity of 78,1%. While HE-4 tumor marker

obtained 66.5 pM for cut off point with a sensitivity of 75% and a specificity of

75%

Conclusion : We found that sensitivity of Ca 125 levels was higher than HE-4

serum levels. Based on the sensitivity and spesificity of HE-4 levels, then its uses

(17)

malignant ovarian tumor, furthermore, integrating with the other tumor markers is

needed.

Key Words : Sensitivity, Specificity, Cut Off Point, HE-4, Ca-125, Ovarian

(18)

SENSITIVITY & SPESIFICITY OF THE

HUMAN EPIDIDYMIS

PROTEIN-4

(HE4) AND CANCER ANTIGEN CA125

AS

PROGNOSTIC BIOMARKER IN BENIGN AND MALIGNANT

OVARIAN TUMORS

AT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dina S, Siregar HS, Akbar A

Department of Obstetric and Gynecology, Medical Faculty - Universitas Sumatera Utara, Oncology Gynaecology Subdivision, Department of Obstetric and Gynecology,

Medan, Indonesia, May 2012

THESIS SUMMARY

INTRODUCTION

Background

Malignant ovarian tumors were diagnosed each year in more than 200.000

women worldwide, with the largest event in the US and Northern Europe. In the

US, malignant tumors occupied the second highest number of gynecologic

malignancies that cause death by more than 70%. This, happened because its

difficulties to diagnose at the newly staged, less than 30% of all malignant tumors

were diagnosed at stage I / II with a five – survival rate of more than 80%. While,

about 80% of women with ovarian cancer were diagnoses at stage III or IV, have

a five-survival rate only for 20-30%.

In practice, the diagnosis of early stage ovarian malignant tumors was very

difficult to be established before surgical procedure. Therefore, it is necessary to

find the screening test for diagnosing malignant ovarian tumors. Tumor marker

CA 125, pelvic ultrasound and pelvic examination still have not make an

adequate sensitivity and spesificity for using as screening in women without risk

(19)

A novel biomarker is HE-4 ( Human Epididymis Protein-4) serum was developed

by Fujirebio Diagnostic Inc in 2007 for detecting ovarian cancer, especially in

early stage. HE-4 was overexpressed in patient with malignant ovarian tumors.

Fujirebio Diagnostic Inc found that HE-4 has sensitivity of 86% and specificity of

96% when differentiate malignant ovarian tumors at early stage, and sensitivity of

80% and specificity of 96% when differentiate at advenced stage.

In this study we want to determine sensitivity and spesificity of Human

Epididymis Protein-4 and Cancer Antigen CA 125 serum as prognostic biomarker

to differentiate benign and malignant ovarian tumors at Obstetric and

Gynaecology Department of RSUP.H. Adam Malik, Medan.

Methodology

A diagnostic test with observational approach conducted in 64 women that

divided into 32 women with benign ovarian tumors and 32 women with malignant

ovarian tumors at RSUP. H. Adam Malik Medan, from December 2011 to April

2012.

Subjects who had non ovarian tumors were excluded from this study. After all,

subject who had ovarian tumors that undergoing surgical procedure were

included. HE-4 and CA-125 serum level was taken from blood subject, and after

having surgical procedure, we collected the histopathology results for each

subject and we analyzed for getting the sensitivity and specificity results.

Results

The highest frequency obtained at the age group of 40-64 years. Where, 56.3%

women suffered for benign ovarian tumors and 50% suffered for malignant

ovarian tumors. In 7 nullipara women, we found 53.1 % with benign ovarian

(20)

Based on menopausal status, women with benign ovarian tumor was found more

often in post menopausal women ( 78.1%), and malignant ovarian tumors was

found in 59.4% post menopausal women. 18.8% patient with malignant ovarian

tumors have family history disease.

In this study, we found that the cut off point for Ca-125 was 96.1 U/ml with a

sensitivity of 84,4% and a specificity of 78,1%. While HE-4 tumor marker

obtained 66.5 pM for cut off point with a sensitivity of 75% and a specificity of

75%.

Discussion

In this study, we found that sensitivity of Ca 125 levels was higher than HE-4

serum levels. Based on the sensitivity and spesificity of HE-4 levels, then its uses

as single tumor marker could be categorized as weak in its ability to determine a

malignant ovarian tumor, furthermore, integrating with the other tumor markers is

needed.

The further investigation of sensitivity and specificity of HE-4 and CA 125 at all of

ovarian carcinoma stage is needed, especially in the early stage that promise a

better outcome for patient. The most important, investigation about the

combination of HE-4 and CA125 as prognostic biomarker of ovarian tumors can

be considered.

REFERENCES

1. Andersen et al, Use of a Symptom Index, CA125, and HE4 to predict ovarian cancer, Elsevier Journal, Gynecology Oncology 116 (2010) 378-383.

2. Allard W. J. and Moore R. G, HE4 And CA 125 Combined For The Improved Management Ovarian Cancer, Department of Obstetrics and Gynecology Women and Infants’ Hospital Alpert Medical School Brown University, 2009.

3. P.Boyleand, B.Levin, International Agency for Research on Cancer, and World Health Organization, “World cancer report 2008”, Distributed by WHO Press, Geneva, Switzerland, 2008.

(21)

5. Sihombing M, Sirait AM, Angka Ketahanan Hidup Penderita Kanker Ovarium di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Puslitbang dan Biomedis Farmasi Balitbangkes RI, Jakarta, Majalah Kedokteran Indonesia vol.57 No.10, 2007.

6. Jacobs I, Oram D, Fairbanks J, Turner J, Frost C, Grudzinskas JG. A risk of malignancy index incorporating CA 125, ultrasound and menopausal status for the accurate preoperative diagnosis of ovarian cancer. Br J Obstet Gynaecol. 1990;97(10):922-929

7. Daniel L. Clarke-Pearson, Clinical Practice, Screening for Ovarian Cancer, New England Journal of Medicine, 2009;361:170.

8. Goff, L. Mandel, H. G. Muntz, and C. H. Melancon,“Ovarian carcinoma diagnosis: results of a national ovarian cancer survey,” Cancer, vol. 89, no. 10, pp. 2068–2075, 2000.

9. Kenemans P et al: CA 125 in gynecological pathology-a review. European Journal of Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology 1993;49:115-124.

10. Jemal, R. Siegel, E. Ward, et al., “Cancer statistics, 2008,”CA: A Cancer Journal for Clinicians, vol. 58, no. 2, pp. 71–96, 2008.

11. I. Hellstrom, J. Raycraft, M. Hayden-Ledbetter, et al., “The HE4 (WFDC2) protein is a biomarker for ovarian carcinoma,” Cancer Research, vol. 63, no. 13, pp. 3695–3700, 2003.

12. Jinping Li, Sean Dowdy et al : HE4 as a Biomarker for Ovarian and Endometrial Cancer Management. Expert Rev Mol Diagn. 2009;9(6):555-566.

13. R. G. Moore, A. K. Brown, M. C. Miller, et al., “The use of multiple novel tumor biomarkers for the detection of ovarian carcinoma in patients with a pelvic mass,” Gynecologic Oncology, vol. 108, no. 2, pp. 402–408, 2008.

14. HE4 – Enzyme Imunometric Assay, Fujirebio Diagnostic Inc. Goteborg. Sweden. 2008-06.

15. Busmar B, Kanker Ovarium, Onkologi Ginekologi Edisi pertama, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006. P. 468-524.

16. C. R. Bankhead, C. Collins, H. Stokes-Lampard, et al.,“Identifying symptoms of ovarian cancer: a qualitative and quantitative study,” BJOG, vol. 115, no. 8, pp. 1008–1014, 2008.

(22)

18. T. H. Bourne, S. Campbell, K.M. Reynolds, et al., “Screening for early familial ovarian cancer with transvaginal ultrasonography and colour blood flow imaging,” British Medical Journal, vol. 306, no. 6884, pp. 1025–1029, 1993.

19. R. Drapkin, H. H. von Horsten, Y. Lin, et al., “Human epididymis protein 4 (HE4) is a secreted glycoprotein that is overexpressed by serous and endometrioid ovarian carcinomas,” Cancer Research, vol. 65, no. 6, pp. 2162–2169, 2005.

20. J.R.van Nagell Jr, P.D.DePriest, M.B.Reedy,etal.,“The efficacy of transvaginal sonographic screening in asymptomatic women at risk for ovarian cancer,” Gynecologic Oncology, vol. 77, no. 3, pp. 350–356, 2000.

21. S. Sato, Y. Yokoyama, T. Sakamoto, M. Futagami, and Y. Saito, “Usefulness of mass screening for ovarian carcinoma using transvaginal ultrasonography,” Cancer, vol. 89, no. 3,p. 582–588, 2000.

22. Sadler TW. Urogenital system. Sadler TW (ed). Langman’s Medical Embryology. Ninth Edition. 2000; p321-362

23. Speroff L, Fritz MA. The Uterus. Speroff L, Fritz MA (eds). Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. eighth edition. Lippincott Williams Wilkins, New York, 2008.

24. Auersperg N, Maines-Bandiera SL, Dyck HG. Ovarian carcinogenesis and the biology of ovarian surface epithelium. J Cell Physiol 1997; 173:261–265

25. Cannistra SA, Gershenson DM, Recht A. Ovarian cancer, peritoneal carcinoma and fallopian tube carcinoma. In: DeVita VT, Hellman S, Rosenberg SA, eds. Cancer: Principles and Practice of Oncology. 8th ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2008: 1569-1594

26. Yaznil MR, Khoman JS. Apakah Kanker Ovarium Epitel Berasal Dari Ovarium?. Minireferat Onkogin. Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri Ginekologi FK USU, 2010.

27. Bingle L, et al. The Putative Ovarian Tumor Marker Gene HE4 (WFDC2), Is Expressed In Normal Tissue And Undergoes Complex Alternative Splicing To Yield Multiple Protein Isoforms, Nature Publishing Group, Oncogene, 2002.

28. K. Huhtinen, P. Suvitie, J. Hiissa, et al., “Serum HE4 concentration differentiates malignant ovarian tumours from ovarian endometriotic cysts,” British Journal of Cancer, vol.100, no. 8, pp. 1315–1319, 2009

(23)

30. R. G. Moore, D. S. McMeekin, A. K. Brown, et al., “A novel multiple marker bioassay utilizing HE4 and CA125 for the prediction of ovarian cancer in patients with a pelvic mass,” Gynecologic Oncology, vol. 112, no. 1, pp. 40– 46, 2009.

(24)

SENSITIVITAS & SPESIFISITAS

HUMAN EPIDIDYMIS PROTEIN-4

(HE4) DAN ANTIGEN KANKER CA125

SEBAGAI BIOMARKER

PROGNOSTIK PADA

TUMOR OVARIUM JINAK DAN GANAS

DI

RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dina S, Siregar HS, Akbar A

Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Unit/Sub-Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU, Medan,

Indonesia, Mei 2012

ABSTRAK

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas serum HE4

dan antigen kanker CA-125 sebagai penanda tumor dalam membedakan tumor

ovarium jinak dan ganas di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP.

H. Adam Malik.

Desain penelitian : Desain penelitian ini adalah menggunakan uji diagnostik

dengan pendekatan observasional. Penelitian dilakukan di Departemen

Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan serta Laboratorium

Prodia. Waktu penelitian ini adalah Desember 2011 sampai April 2012.

Hasil : Penelitian ini dilakukan terhadap 64 wanita yang memenuhi kriteria inklusi

yakni 32 wanita yang termasuk dalam kelompok tumor ovarium jinak dan 32

wanita yang termasuk dalam kelompok tumor ovarium yang ganas. Pada

penelitian ini didapatkan Cut off point untuk CA 125 adalah 96,1 U/ml dengan

sensitivitas 84,4 % dan spesifisitas 78,1%. Sedangkan pada penanda tumor

HE-4 didapatkan cutt off point 66,5 pM dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas

75%.

Kesimpulan : Didapati bahwa sensitivitas dan spesifisitas kadar Ca 125 lebih

(25)

HE-4, maka penggunaannya sebagai penanda tumor tunggal dapat

dikategorikan lemah dalam kemampuannya untuk mendiagnosa ataupun

menyingikirkan tumor ganas ovarium, sehingga perlu dilakukan penggabungan

dengan penanda tumor yang lain.

Kata kunci : Sensitivitas, Spesifisitas, Cut Off point, HE-4, Ca-125, Tumor

(26)

SENSITIVITY & SPESIFICITY OF THE

HUMAN EPIDIDYMIS

PROTEIN-4

(HE4) AND CANCER ANTIGEN CA125

AS

PROGNOSTIC BIOMARKER IN BENIGN AND MALIGNANT

OVARIAN TUMORS

AT RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

Dina S, Siregar HS, Akbar A

Department of Obstetric and Gynecology, Medical Faculty - Universitas Sumatera Utara, Oncology Gynaecology Subdivision, Department of Obstetric and Gynecology,

Medan, Indonesia, May 2012

ABSTRACT

Objective : To determine sensitivity and spesificity of Human Epididymis

Protein-4 and Cancer Antigen CA 125 serum as prognostic biomarker to differentiate

benign and malignant ovarian tumors at Obstetric and Gynaecology Department

of RSUP.H. Adam Malik, Medan.

Methods : This study using diagnostic test with observational approach,

conducted at Obstetric and Gynaecology Department of RSUP.H. Adam Malik,

Medan, and Prodia Clinical Laboratorium, from December, 2011 until April, 2012.

Result : During the period, 64 women met inclusion criteria divided into two

groups, 32 women with benign ovarian tumors, and 32 women with malignant

ovarian tumors. We found that the cut off point for Ca-125 was 96.1 U/ml with a

sensitivity of 84,4% and a specificity of 78,1%. While HE-4 tumor marker

obtained 66.5 pM for cut off point with a sensitivity of 75% and a specificity of

75%

Conclusion : We found that sensitivity of Ca 125 levels was higher than HE-4

serum levels. Based on the sensitivity and spesificity of HE-4 levels, then its uses

(27)

malignant ovarian tumor, furthermore, integrating with the other tumor markers is

needed.

Key Words : Sensitivity, Specificity, Cut Off Point, HE-4, Ca-125, Ovarian

(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tumor ganas ovarium didiagnosis setiap tahun pada lebih dari 200.000

perempuan di seluruh dunia, dengan kejadian terbesar di AS dan Eropa Utara.

Di Amerika Serikat tumor ganas ovarium menempati keganasan ginekologi

terbanyak kedua sekaligus penyebab kematian terbanyak dengan lebih dari 70%

kematian disebabkan oleh penyakit ini. Insiden terendah terdapat di Afrika dan

Asia. Tumor ganas ovarium adalah penyebab kematian utama keempat dari

penyakit keganasan dan penyebab kematian mencapai 5% dari semua kematian

akibat kanker pada wanita. Sekitar 1 dari 57 perempuan di AS akan meninggal

akibat penyakit ini. Hal ini disebabkan penyakit ini baru terdiagnosa pada

stadium lanjut. Dan kurang dari 30% dari semua tumor ganas ovarium

terdiagnosis pada stage I / II.1,

Di Indonesia, tumor ganas ovarium menduduki urutan ke enam

terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri,

payudara, kolorektal, kulit dan limfoma.

2

Pada penelitian di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo Jakarta (1989-1995) didapatkan kanker ovarium jenis epitel

55,98% sedangkan kanker ovarium non epitel 44,02%. Kanker ovarium epitel

jenis serosum 44,44%, musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear cell

5,13% dan mixed epithelian malignant 0,85%.25 Menurut Iqbal (2002-2006)

(29)

(80%) kanker ovarium jenis epitel dan 21 kasus (20%) kanker ovarium

non-epitel.

Angka kematian akibat kanker ovarium di Departemen Obstetri dan

Ginekologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 1989-1992

sebesar 22,6% dari 327 kematian kanker ginekologi. Pada umumnya penderita

datang sudah dalam stadium III-IV (42,5%) sehingga keberhasilan pengobatan

sangat rendah. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker adalah

Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun (five year survival rate). Dari hasil

penelitian, menunjukkan bahwa jumlah data penderita kanker ovarium yang

dapat dianalisis sebanyak 218 orang dan diperoleh rata-rata AKH 5 tahun

sebesar 41,25%. Pada stadium I (68 penderita) AKH 5 tahun sebesar 76,3%,

stadium II (9 penderita) 66,6%, stadium III (105 penderita) 24.6% dan stadium IV

( 36 penderita) 8,1%.

2,3,4

Pada prakteknya, diagnosa tumor ganas ovarium stadium awal sangat

susah ditegakkan sebelum pembedahan dan sering terjadi pembedahan yang

kurang optimal oleh ahli bedah junior atau yang kurang berpengalaman pada

tempat fasilitas medis atau rumah sakit yang kurang lengkap. Adanya metode

yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis pre-operatif tumor ganas ovarium akan

memberikan dasar yang rasional untuk rujukan sebelum dilakukan laparatomi

diagnostik. Saat ini, kurang dari 20% kasus tumor ganas ovarium didiagnosis

pada stadium I dan II dengan tingkat kelangsungan hidup lima tahun lebih dari

80%. Sedangkan sekitar 80% dari wanita dengan kanker ovarium yang

didiagnosa pada stage III atau IV mempunyai angka kelangsungan hidup 5 tahun

(30)

hanya 20-30%.4 Oleh karena itu dibutuhkan penapisan (screening) yang akurat

untuk menegakkan diagnosa tumor ganas ovarium. Penelitian mengenai

penanda tumor CA125, USG pelvis dan pemeriksaan pelvis belum

menghasilkan sensitivitas dan spesifisitas yang memadai untuk digunakan

sebagai skrining pada wanita normal tanpa faktor risiko.

Salah satu penanda tumor yang sering digunakan adalah CA 125.

Ditemukan peningkatan serum CA 125 pada 80% pada wanita dengan kanker

ovarium stadium lanjut. Meskipun CA 125 sering meningkat pada tumor ganas

ovarium stadium lanjut, peningkatan pada tumor ganas ovarium stadium dini

ditemukan kurang dari 50%.

1,6,7,8

3

Kadar serum CA125 tidak bisa dipercaya untuk

membedakan tumor ovarium ganas dan jinak. Hanya 78% wanita dengan tumor

ovarium ganas mempunyai kadar CA125 meningkat di atas 35 U/ml. Dan

menurut Brown et al. sekitar 20% wanita dengan kanker ovarium mempunyai

nilai yang negatif.2

Karsinoma ginekologi yang lain seperti pada endometrium bisa

menunjukkan peningkatan serum CA125. Peningkatan serum CA125 juga dapat

terjadi pada tumor ganas non ginekologi seperti kolon dan pankreas. Dan tumor

yang berasal dari organ – organ selain ovarium juga bisa meningkatkan kadar

CA125 jika sudah terjadi metastasis ke ovarium. Oleh karena itu fungsi test

CA125 kurang mempunyai nilai untuk diagnosa banding berbagai jenis

keganasan.

Sebuah penanda tumor baru yaitu serum HE4 (Human epididymis

protein-4) dikembangkan oleh Fujirebio Diagnostic Inc pada tahun 2007 untuk

(31)

mendeteksi kanker ovarium terutama pada stadium awal. HE4 (Human

epididymis protein-4) adalah protein yang secara overekspresi meningkat di

dalam serum penderita tumor ganas ovarium.7 Fujirebio Diagnostic Inc pada

tahun 2007, menyatakan bahwa tumor ganas ovarium pada stadium dini HE4

mempunyai sensitifitas 86% dengan spesifisitas 96%. Dan tumor ganas ovarium

pada stadium lanjut mempunyai sensitivitas 80% dengan spesifisitas 96%.

HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti

4-disulfida (whey acidic four-disulfide core/WFDC) yang diduga bersifat

trypsin-inhibitor. Sekuens asam amino HE4 menunjukkan jumlah yang besar dari

cysteinyl, yang menunjukkan keterkaitan HE4 dalam interaksi antara

protein-protein. HE4 mengandung domain dua whey acidic protein (WAP). Yang

dikarakteristik oleh susunan utama 4-disulfida pada 50 asam amino, termasuk

delapan cystein. Oleh karena domain protein WAP mempunyai aktivitas sebagai

Protease Serine Inhibitor dan disekresi oleh sel pro-inflamasi, protein ini

mempunyai peran dalam mekanisme pertahanan alami terhadap

mikroorganisme. Penelitian secara in vitro dengan pengembangan WAP cDNA

menunjukkan fungsi yang bervariasi, termasuk efek terhadap pertumbuhan sel

dan differensiasi sel.

10,11

HE4 merupakan satu dari beberapa protein WAP yang berlokalisasi pada

kromosom manusia 20q12-13.1. Menariknya, hasil dari beberapa perbandingan

assay hibridisasi genetik menunjukkan bahwa lokus 20q13 sering menunjukkan

variasi kromosom pada tipe kanker, termasuk diantaranya keganasan pada

rongga mulut, mammae, ovarium, kolon, pankreas, lambung dan uterus. Bahkan,

(32)

lokus kromosom ini mempunyai beberapa protein WAP lain, termasuk elafin dan

Secretory Leucocyte Proteinase Inhibitor (SLPI), yang telah diidentifikasi

sebagai pananda tumor untuk beberapa keganasan. HE4 diover-ekspresikan

93% pada jenis sel serous, 100% pada epithelial endometrioid kanker ovarium,

dan 50% dari clear cell (bukan musinosum) kanker ovarium. Walaupun demikian,

penelitian tentang HE4 terus dikembangkan sebagai penanda tumor untuk

tumor ganas ovarium agar dapat menjadi penanda tumor yang akurat dan

prediktif.

1.2. RUMUSAN MASALAH

12,13,14

Tumor ovarium ganas sering salah dalam penanganan oleh karena

kurangnya skrining diagnosa tumor ovarium yang baik, sehingga perlu

mengupayakan teknik diagnostik yang akurat dan prediktif dalam mendiagnosis

tumor ovarium ganas agar tercapai prognosis yang lebih baik. Saat ini sudah ada

beberapa penanda tumor yang digunakan yang terus dikembangkan untuk

mencapai sensitifitas dan spesisitas yang baik. Lebih dari dua dekade penanda

tumor CA125 telah digunakan sebagai penanda biokimiawi kanker ovarium.

Namun sensitivitas dan spesifisitasnya dari berbagai penelitian belum optimal

untuk mendeteksi tumor maupun kanker ovarium. Suatu penanda tumor yang

terakhir ditemukan adalah HE-4 yang telah diteliti lebih sensitif dan spesifik untuk

mendeteksi tumor ovarium jenis epitelial bahkan pada stadium awal. Belum ada

penelitian di institusi pendidikan Departemen Obstetri dan Ginekolagi FK-USU

untuk membandingkan sensitifitas dan spesifitas penanda tumor CA-125 dan

(33)

merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana perbandingan

sensitifitas dan spesifitas serum HE4 dan antigen kanker CA-125 sebagai

penanda tumor prognostik untuk membedakan tumor ovarium jinak dan ganas di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP. H. Adam Malik.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas serum HE4 dan antigen

kanker CA-125 sebagai penanda tumor dalam membedakan tumor ovarium jinak

dan ganas di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU-RSUP. H. Adam

Malik.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menentukan cut off value dari Kadar HE4 sebagai penanda tumor

prognostik pada tumor ovarium jinak dan ganas

2. Menentukan cut off value dari Kadar CA-125 sebagai penanda tumor

prognostik pada tumor ovarium jinak dan ganas

3. Menilai sensitivitas dan spesifisitas kadar HE4 dan CA125 sebagai

(34)

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Manfaat bagi praktisi

1. Hasil penelitian ini dapat membantu peneliti dalam menegakkan diagnosa

tumor jinak dan ganas ovarium.

2. Hasil Penelitian ini dapat segera mendeteksi tumor ataupun kanker

ovarium stadium awal dengan penanda tumor CA-125, HE-4.

1.4.2. Manfaat di bidang pelayanan kesehatan

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh metode penapisan

yang tepat untuk membedakan tumor ovarium jinak dan tumor ovarium

ganas sebelum pembedahan.

2. Dari hasil penelitian ini diharapkan HE4 dan CA 125 dapat digunakan

sebagai penanda tumor prognostik yang sensitif pada pasien penderita

tumor ovarium ganas.

3. Dari penelitian ini, penanda tumor HE4 dan CA 125 dapat dijadikan

sebagai pemeriksaan penanda tumor rutin pada tumor ovarium jinak dan

ganas, sehingga membantu untuk mendiagnosis tumor ovarium ganas

pada stadium awal, sehingga tercapai prognosis yang lebih baik.

1.4.3. Manfaat di bidang pendidikan dan penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian

(35)

1.4.4. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan mengenai tumor ganas

ovarium, serta harapan bagi masyarakat untuk mendapatkan penanganan

secara dini dari tumor ganas ovarium dengan angka harapan hidup yang

lebih besar.

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Ovarium

Sebuah ovarium terletak di kedua sisi uterus, di bawah dan di belakang

tuba falopii. Dua ligamentum infundibulo pelvikum mengikat ovarium pada

tempatnya, pada bagian mesovarium ligamentum latum uterus, memisahkan

ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spina illiaka anterior

superior, dan ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus.

Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan. Secara embriologi ovarium memiliki

asal yang sama (homolog) dengan testis pada pria. Bentuk ovarium ialah oval

dengan ukuran diameter 2- 4 cm, yang terhubung dengan uterus melalui lipatan

peritoneum dari ligamentum latum dan ligamentum infundibulopelvikum ke sisi

lateral dinding pelvis.

Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi dua kali lipat untuk

sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi yang padat dan

sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin. Setelah maturasi

seksual (menarche), luka parut akibat ovulasi dan ruptur folikel yang berulang

membuat permukaan ovarium menjadi lebih kasar. Ovarium terdiri dari dua

bagian:

15

1. Korteks Ovarii

(37)

• Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf

• Terdapat korpus luteum dan albicantes

2. Medula Ovarii

• Terdapat pembuluh darah dan limfe

• Terdapat serat saraf15

Ovarium terdiri dari 2 (dua) lapisan utama, yaitu : korteks bagian luar,

dan medulla di bagian pusat. Bagian hilum adalah awal hubungan ovarium

ke mesovarium yang mengandung saraf, pembuluh darah dan sel hilus.

Oosit terdapat di dalam folikel yang terletak di bagian dalam korteks,

menempel pada lapisan stromal. Bagian terluar korteks disebut tunica

albuginea, bagian permukaannya adalah lapisan tunggal kuboidial epitelium

disebut juga sebagai epitelium permukaan ovarium atau mesotelium

ovarium. Dimana tipe epithelial ovarian carcinoma terjadi paling banyak, yaitu

sekitar 90 % dari seluruh kanker ovarium pada wanita (Gambar 2.1). Lapisan

stromal tersusun dari jaringan penghubung dan sel interstitial yang berasal

dari sel mesenkim dan mempunyai kemampuan untuk merespon LH atau

hCG dengan produksi androgen. Ovarium memiliki potensi untuk aktif dalam

proses steroidogenesis atau untuk membentuk tumor. Sel-sel ini mirip

dengan sel leydig penghasil testosteron di testis.15

Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan memproduksi

hormon steroid gonad. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat

(38)

setiap bulan), satu atau lebih folikel matur dan mengalami ovulasi. Ovarium juga

merupakan tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesterone,

dan androgen) dalam jumlah banyak yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan dan fungsi wanita normal. Oleh karena itu ovarium tidak dapat

hanya dipandang sebagai organ endokrin yang statis pada ukuran serta

fungsinya, namun dapat berkembang dan tergantung pada kekuatan

perangsangan hormon gonadotropin. Gonad wanita adalah jaringan

heterogen yang dapat berubah siklusnya.15

[image:38.612.122.483.319.493.2]

Gambar 1. Tiga tipe utama tumor ovarium

2.2. Tumor Ovarium (Neoplasma Ovarium)

15

Tumor atau neoplasma ovarium adalah massa atau jaringan baru

(abnormal) yang terbentuk pada ovarium, mempunyai bentuk dan sifat yang

berbeda dari sel jaringan asalnya. Keadaan ini disebabkan adanya proliferasi

dan diferensiasi yang abnormal dari sel pada ovarium akibat kerusakan gen

pengaturnya. Klasifikasi tumor ovarium sampai sekarang belum ada yang

(39)

Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering terjadi di ovarium terutama yang

bersifat non-neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari corpus luteum.

Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh

karena itu tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam golongan

non-neoplastik (fungsional) dan golongan non-neoplastik.15

a. Kista ovarium simpleks

2.2.1. Tumor ovarium (neoplasma ovarium jinak tipe epitelial)

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di

dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak

lapisan epitel kuboid. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum

yang kehilangan epitel kelenjarnya.15

Pada umumnya para penulis berpendapat bahwa kista ini berasal dari

epitel permukaan ovarium. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat

pula berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih

keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam

rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi

kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak

jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan

papiler (solid papilloma). Pada umumnya tidak dapat membedakan gambaran

(40)

makroskopis kistadenoma serosum papiliferum yang ganas dari yang jinak,

selain dari pemeriksaan histopatologis. Karena tumor ini barasal dari epitel

permukaan ovarium, maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi

sebagian besar epitelnya terdiri atas silia, seperti yang terdapat pada epitel

tuba.Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer, proliferasi dan stratifikasi epitel,

serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara

mikroskopik digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan tetapi, garis

pemisah antara kistadenoma ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-kadang

sukar ditentukan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa potensi

keganasan yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun demikian, dapat

dikatakan bahwa 30% - 35% dari kistadenoma serosum dapat mengalami

perubahan keganasan.15

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin

berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu elemen

mengalahkan elemen-elemen lain. Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor

berasal dari lapisan germinativum permukaan ovarium, sedang penulis lain

menduga tumor ini mempunyai asal yang sama dengan Tumor Brenner. Tumor

lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan berlobus. Kira-kira

10% dapat mencapai ukuran yang amat besar. Tumor biasanya unilateral, akan

tetapi dapat juga ditemui yang bilateral. Dinding kista agak tebal dan berwarna

putih keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya bila terjadi perdarahan atau

(41)

perubahan degeneratif di dalam kista. Pada kista jenis ini terdapat cairan lendir

yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat

tergantung dari percampurannya dengan darah. Pada pemeriksaan mikroskopik

tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan inti pada dasar sel;

terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir (goblet cells).

Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk

tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista,

maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut,

dan dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat

pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus

bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan.15

d. Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam

terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista

ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya

dengan endometriosis ovarium.15

e. Tumor Brenner

Merupakan neoplasma ovarium padat dan sangat jarang ditemukan.

Terjadi pada sekitar 1-2% dari tumor ovarium, lebih dari 98% jinak (1% ganas)

(42)

jinak pada ovarium sesisi atau kontralateral. Biasanya ditemukan pada wanita

premenopause atau postmenopause. Tumor Brenner disebut juga Transitional

Cell Carcinoma (TCC) ovarium karena mempunyai kemiripan histologik dengan

tumor sel transisi yang ditemukan pada saluran kemih. Meskipun biasanya jinak,

namun telah dilaporkan beberapa kasus yang gambaran histopatologik maupun

klinisnya menunjukkan keganasan. Penelitian terakhir memberi petunjuk bahwa

sarang-sarang tumor tersebut berasal dari epitel coelomik duktus Mullerian.15

2.2.2 Tumor Malignan Ovarium

Tumor-tumor malignan pada ovarium terbagi menjadi 3 jenis sebagai

berikut :

• Tumor malignan epitel. Yaitu suatu bentuk tumor malignan ovarium yang

terjadi di sel-sel epitel ovarium (sel-sel ovarium sebelah dalam). Tumor

malignan epitel ini merupakan jumlah kasus terbany

• Tumor malignan germinal. Yaitu suatu bentuk tumor malignan ovarium

yang terjadi di sel-sel telur yang berada di dalam ovarium. Tumor

malignan germinal ini menyebabkan kasus tumor ovarium jinak dan ganas

sekitar 3%.

• Tumor malignan stromal. Yaitu suatu bentuk tumor malignan ovarium

yang terjadi di sel-sel jaringan ikat ovarium yang menghasilkan hormon

estrogen dan progesteron. Tumor malignan stromal ini menyebabkan

(43)

2.3 Gejala Tumor ovarium

Tumor ovarium mempunyai gejala-gejala tertentu, di antaranya adalah

perut kembung yang berkepanjangan (akibat banyaknya cairan di dalam rongga

perut); sakit/ kram bagian perut atau panggul yang berkepanjangan; hilang

selera makan, susah

pengeluaran urin yang sering; pendarahan dari vagina yang tidak biasa; serta

sakit punggung dan kaki.

2.4 Penyebab Tumor ovarium 8,15,16

Penyebab pasti dari tumor ovarium jinak dan ganas belum diketahui

secara jelas. Hal yang jelas adalah rata-rata umur penderita yang 60 tahun;

persentase tumor ovarium jinak dan ganas yang berhubungan dengan sejarah

tertentu.

2.5 Faktor Risiko Tumor ovarium 8,16,17

Hal-hal yang memperbesar risiko terjadinya tumor ovarium ganas di

antaranya adalah umur yang lanjut; adanya sejarah keluarga yang memiliki

penyakit tumor ovarium ganas, kanker payudara, atau kanker usus besar;

mengalamai obesitas; tidak per

pernah melakukan terapi sulih hormon yang lebih dari 5 tahun, serta adanya

mutasi (perubahan) pada gen-gen penyebab tumor.8,16,17

(44)

Tumor ovarium ganas merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di

Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh

dunia. Tumor ovarium ganas mencapai angka kematian yang tinggi, dari 25.400

kasus baru tumor ovarium ganas, sekitar 14.300 atau separuh lebih wanita

meninggal karena penyakit ini. Tumor ganas ovarium epithelial yang berasal dari

sel epitel merupakan 90-95% kasus dari seluruh tumor ovarium jinak dan ganas.

Tumor ganas ovarium epitelial jarang dijumpai pada wanita berusia kurang dari

40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun.

Pada umumnya tumor ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor

membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya

tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan

(silent killer). Tumor ganas ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan

apabila telah menyebar ke rongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan

pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan

meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor

intraperitoneal.

15,16,17

Kurang lebih 70% dari wanita dengan tumor ovarium didiagnosis

pada stadium lanjut ketika tingkat kesembuhan penyakit hanya 20-30%.

Terjadinya proses malignansi pada epitelial ovarium, setidaknya terdapat

3 (tiga) jalur tumor genesitas yang berbeda untuk menjelaskan heterogenitas

kanker ovarium epitelial (Auesperg et al., 2001), yaitu sebagai berikut :

15,16,17

Pertama, kasus relatif sedikit tampaknya timbul dari akumulasi perubahan

genetik yang mengarah ke transformasi maligna dari kista jinak untuk tumor LMP

(45)

adalah kelas rendah dan lamban secara klinis. Dalam tumor ini, mutasi

onkogenik dari K-ras terjadi awal. Family ras dari onkogen K-ras meliputi, H-ras,

dan-N ras. Produk protein mereka berpartisipasi dalam regulasi siklus sel dan

kontrol proliferasi sel. Dengan demikian, mutasi ras telah terlibat dalam

karsinogenesis dengan penghambatan apoptosis seluler dan promosi proliferasi

selular. Sebaliknya, kanker invasif yang timbul dari tumor LMP memiliki mutasi

pada gen supresor tumor p53.

Kedua, sekitar 5-10% karsinoma ovarium epitelial dengan predisposisi

adanya faktor keturunan. Wanita yang lahir dengan mutasi BRCA hanya

memerlukan satu "hit" ke copy normal lainnya (alel) untuk "knock out" produk gen

penekan tumor BRCA. Akibatnya, kanker terkait-BRCA berkembang sekitar 15

tahun sebelum terjadi kasus sporadis. Setelah itu, kanker ovarium dan peritoneal

terkait-BRCA tampaknya memiliki patogenesis molekuler yang unik, yang

memerlukan inaktivasi p53 untuk mengalami progresi. Adapun p53 adalah gen

supresor tumor yang telah dipetakan pada kromosom 17. Produk proteinnya

menghambat sel-sel memasuki tahap berikutnya dari pembelahan sel dan

dengan demikian menghentikan replikasi sel tumor yang tidak terkendali. Mutasi

pada p53 dihubungkan dengan berbagai kanker. Bahkan, hilangnya fungsi

BRCA dan p53 telah terdeteksi awal sebelum invasi, mendukung sebagai

pemicu awal

18

Ketiga, sebagian besar karsinoma tampaknya berasal de novo dari

permukaan sel epitel ovarium yang diasingkan di kista inklusi dalam stroma

ovarium. Sejumlah peristiwa dapat memicu dan jalur selanjutnya telah

(46)

dikemukakan. Sebagai contoh, perbaikan jaringan epitel yang terjadi siklik di

permukaan ovarium selama periode panjang ovulasi berulang membutuhkan

proses proliferasi seluler yang cukup sering. Pada wanita tersebut, mutasi

spontan p53 yang timbul selama sintesis DNA yang menyertai proliferasi ini

tampaknya memainkan peran utama dalam proses karsinogenesis. Hal ini

menimbulkan postulat beberapa jalur perkembangan kanker yang mungkin

berasal dari awal inaktivasi gen yang tak terhitung banyaknya

[image:46.612.221.443.267.398.2]

18

Gambar 2. Proses Karsinogenesis Ovarium (Auersperg et al, 2001)

2.7 Stadium Tumor ovarium jinak dan ganas berdasarkan FIGO

Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.

Stadium Ia : Pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium

Stadium Ib : Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium;

Stadium Ic : Tumor dengan stadium la atau Ib dengan pertumbuhan tumor

dipermukaan luar satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul

pecah; atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan

(47)

Stadium II : Pertumbuhan pada satu/kedua ovarium dan perluasan ke

panggul

Stadium IIa : Perluasan dan atau metastasis ke uterus dan/ atau tuba

Stadium IIb : Perluasan ke jaringan pelvis lainnya

Stadium IIc : Tumor stadium Ila atau llb tetapi dengan tumor pada permukaan

satu atau kedua ovarium, kapsul pecah; atau dengan asites yang

mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua tumor dengan implan

peritoneum, di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau

inguinal positif. Metastasis permukaan hati masuk stadium III.

Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara histologik

terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

Stadium IIIa : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan KGB negatif tetapi secara

histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya

penumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal

Stadium IIIb : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implantasi

pada permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,

diameter tidak melebihi 2 cm, dan KGB negatif

Stadium IIIc : Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan / atau KGB

retroperitoneal atau inguinal positif.

(48)

metastasis jauh. Disertai efusi pleura dengan hasil sitologi

positif dimasukkan dalam stadum IV. Begitu juga metastasis ke

parenkim hati.18

2.8 Klasifikasi Histopatologis

Tumor ovarium jinak dan ganas berasal dari jenis epithelial.

Tumor ovarium jinak dan ganas jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut di

bawah ini :

- Serous tumours

- Mucinous tumours

- Endometrioid tumours

- Clear cell tumours

- Brenner tumours

- Undifferentiated carcinomas

(49)

Gambar 3. Tipe Histologi Dari Tumor Ganas Ovarium

Tumor ovarium jinak dan ganas jenis epithelial juga dibagi sesuai grading /

differensiasinya seperti :

- GX : Grading tidak dapat ditentukan

- G1 : Berdifferensiasi baik

- G2 : Berdifferensiasi sedang

- G3 : Berdifferensiasi buruk.

Keganasan ovarium jenis non-epithelial 11,15

Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal

1. Dysgerminoma

2. Teratoma

a. Mature

b. Immature

3. Endodermal sinus tumor

4. Embryonal carcinoma

5. Polyembryoma

6. Choiocarcinoma

7. Mixed forms

Jenis Tumor Sex-cord Stromal 11,15

1. Granulosa-stromal-cell tumors

A. Granulosa-cell tumors

B. Tumors in thecoma-fibroma group

(50)

2. Fibroma-Fibrocarcoma

3. Sclerosing stromal tumor

2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors

3. Gynandroblastoma

4. Unclassified.

2.9 Diagnosis Differensial 11,15

Tumor ovarium jinak, tumor korpus uteri, mioma uteri, tumor abdomen

non-ginekologis lainnya.

2.10 Pemeriksaan Penunjang 11,15,18

Radio-diagnostik

Foto toraks. Bila memungkinkan dilakukan CT-Scan abdomino-pelvik.

Barrium enema apabila dicurigai adanya kanker traktus gastro intestinal. Pada

kasus-kasus tertentu yang tidak mungkin dilakukan operasi, maka dilakukan

pungsi asites (pemeriksaan sitologi) atau biopsi jarum.

Ultrasonografi

16,19,20

Merupakan pemeriksaan non invasif dan relatif murah dapat secara tegas

membedakan tumor kistik dengan tumor padat. Tumor dengan bagian padat

kemungkinan keganasan meningkat. Sebaliknya tumor kistik tanpa echo-internal

kemungkinan keganasan rendah. Pemakaian USG transvaginal dapat

meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi

dengan baik. Morfologi yang perlu diperiksa adalah:

• Volume

(51)

• Tebal septum ( > 3 mm)

• Adanya pertumbuhan papil

• Jika alat USG dilengkapi dengan color doppler, perlu diperiksa

Neovaskularisasi dengan penurunan indeks resistensi (

< 0.41).

2.11 Skrining pada Kanker Ovarium 16,19,20,21,22

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kanker ovarium epitel dibagi

atas 3 tipe, yaitu serous, mucinosum dan endometrioid. Kanker ovarium epitel

jenis serosum memiliki epitel yang mirip dengan epitel tuba falopii, jenis

musinosum mirip dengan epitel endoserviks dan endometrioid mirip dengan

epitel pada endometrium. Ketiga jenis ini sama sekali tidak berasal dari sel di

ovarium. Diduga berasal dari epitel coelomic yang berpotensi untuk berkembang

menjadi epitel jenis apapun, akan tetapi pendapat ini diragukan oleh karena

perbedaan embriologi dari ovarium yang berasal dari mesothelium dan

karsinoma ovarium yang sebagian besar berasal dari epitel duktus mullerian

(paramesonephric). Selain itu, terdapat juga bukti yang kuat bahwa secara

morfologi, fungsional dan molekuler bahwa epitel permukaan ovarium juga

berasal dari duktus wolfiian (mesonephric). Duktus wolffian (mesonephric) dan

mullerian (paramesonephric) adalah duktus yang primitif yang ada pada semua

embrio selama periode perkembangan ambiseksual (sampai 8 minggu usia

kehamilan). Setelahnya, salah satu duktus akan menetap dan berkembang

(52)

menghilang pada bulan ketiga kehamilan kecuali untuk duktus sisa yang tidak

fungsional. Proses ini juga dipengaruhi oleh hormonal.

Dasar embriologi inilah yang mendukung bahwa epitel ovarium yang

berkembang menjadi kanker ovarium epitelial mengarahkan kepada studi

proteomic terhadap pengembangan skrining terhadap kanker ovarium epitelial,

salah satunya ditemukannya protein spesifik dari epitel epididimis pria bagian

distal yang berasal dari duktus wolffian (mesonephric) yang homolog dengan

epitel ovarium wanita.

22,23

11

Gambar 4. (A). Potongan transversal ovarium pada minggu ke-7

menunjukkan degenerasi sex cords primitif dan pembentukan cortical

[image:52.612.127.479.323.481.2]
(53)
[image:53.612.170.439.71.270.2]

Gambar 2.5 Embryonic coelomic epithelium berdiferensiasi menjadi

Ovarian surface Epithelium (OSE)18

Berdasarkan teori embriologi, epitel permukaan ovarium (OSE/ovarian

surface epithelium) yang awalnya dinamakan epitel germinal bukan berasal dari

epitel mulleri, namun diduga bahwa OSE berasal dari metanephros. Terdapat

beberapa kandidat asal kanker ovarium, yang pertama adalah epitel permukaan

ovarium (OSE) dengan teori metaplasia selomik yang selama ini dianut, yang

kedua adalah sistem mullerian sekunder dengan teori hipotesis mulleri dan yang

ketiga, prekursor awal adalah dari fimbria tuba falopii yang homolog dengan

duktus wolfii (mesonephricus).

Terdapat bukti bahwa fimbria tuba falopii merupakan kandidat terkuat asal

karsinoma serosum pelvik yang selama ini dianggap primernya berasal dari

ovarium, dimana bukti ini disimpulkan dari adanya karsinoma tuba tersembunyi,

ataupun displasia tuba falopii pada pasien-pasien yang menjalani pembedahan

salpingoophorektomi bilateral profilaksis karena mutasi BRCA-1/BRCA-2 bahkan

(54)

sebelum adanya lesi pada ovarium, bukti kedua berasal dari kesamaan profil

mutasi genetik pada karsinoma serosum ovarii high grade dengan mutasi TP53.

Adanya bukti bahwa dengan memodifikasi faktor-faktor yang dapat mengurangi

inflamasi tuba dapat mengurangi kejadian kanker ovarium secara epidemiologi,

dan akhirnya karsinoma ovarium epitelial jenisnya tidak sama dengan epitel

ovarium asli (mesotel), bahkan mesotelioma sangat jarang dijumpai.25,26

2.11.1 Human Epidydimis Protein-4 (HE4)

HE4 adalah gen yang paling sering di regulasi pada karsinoma epitel

ovarium berdasarkan ekspresi profil gen. Beberapa publikasi telah

mendemonstrasikan superioritas HE4 dibanding CA125 sebagai penanda tumor

pada tumor ganas ovarium. Secara spesifik kemampuan HE4 untuk

membedakan penyakit jinak dari penyakit yang ganas dari sensitifitasnya mampu

memberikan keuntungannya dibanding CA125 saja dalam mendeteksi tumor

ganas ovarium. Tentu saja penggunaan CA125 dalam deteksi Tumor ganas

ovarium di wanita premonopause diasosiasikan dengan sentifitas dan spesifitas

yang sangat rendah.

HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti

4-disulfida (whey acidic four-disulfide core/WFDC) yang diduga bersifat

trypsin-inhibitor. HE-4 pertama kali diidentifikasi dari epitel epididymis distal dan diduga

sebagai protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan sperma.

27,26

HE4 (WFDC2) pertama kali ditemukan dan di golongkan oleh Kirchhoff et

al tahun 1998 dalam pengkodean skrining cDNA jaringan epididimal manusia.

(55)

Hasil studi setelahnya mendapatkan bahwa ekspresi dari HE4 ditemukan pada

jaringan sistem reproduktif laki-laki. Diidentifikasi dari epitel epididymis distal dan

diduga sebagai protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan

sperma. Dengan hibridisasi northern, Bingle et. al mendeteksi ekspresi mRNA

HE4 di paru-paru, ginjal dan kelenjar liur. Galgano et. al menganalisa bentuk

ekspresi HE4 pada jaringan manusia yang normal dan yang ganas dengan

menggunakan mikroaray cDNA. Dimana ditemukan kadar HE4 yang relatif tinggi

pada trakea dan kelenjar liur. Dengan menggunakan PCR kuantitatif real-time,

dapat dideteksi kadar HE4 mRNA yang tinggi di epididimis, trakea dan paru, dan

dalam kadar sedang ditemukan pada prostat, endometrium dan payudara. Dan

ditemukan kadar yang sedikit atau tidak ada terdeteksi ekspresi HE4 di kolon,

ovarium, hati, plasenta, sel darah tepi dan otot skelet. Dalam kadar HE4 yang

normal, tidak menunjukkan suatu kelainan atau keadaan yang abnormal. Domain

protein WAP mempunyai aktivitas sebagai Protease Serine Inhibitor dan

disekresi oleh sel inflamasi, yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

terhadap mikroorganisme. Secara in vitro, pengembangan WAP cDNA

menunjukkan fungsi yang beragam, seperti efek terhadap pertumbuhan sel dan

differensiasi sel.

HE4 adalah salah satu dari 14 gen homolog pada kromosom 20q12-13.1

yang mengkode protein dengan WFDC. Dimana WFDC terdiri dari 50 sekuens

asam amino dengan delapan cysteine residu yang membentuk empat ikatan

disulfide. Gen HE4 mengkode 13kD protein, walaupun di dalam proses maturasi

glycocylated membentuk protein kira-kira 20-25 kD. Lokus kromosom 20q13

(56)

menunjukkan variasi kromosom pada beberapa tipe kanker, seperti keganasan

pada rongga mulut, payudara, ovarium, kolon, pankreas, lambung dan uterus.

Pada lokus kromosom ini juga mempunyai beberapa protein WAP lain, seperti

elafin dan Secretory Leucocyte Proteinase Inhibitor (SLPI), yang telah digunakan

sebagai penanda tumor untuk penyakit keganasan.

HE4 diekspresikan di dalam beberapa jaringan normal termasuk epithelial

traktus respiratorius, traktus reproduksi, dan kelenjar saliva. Selain itu,

peningkatan kadar HE4 dapat ditemukan pada tumor ovarium jinak dan ganas,

kanker paru, kanker colon dan kanker payudara.

27,28,29

HE4 diover-ekspresikan 93% sebagai serous, 100% dari epithelial

endometrioid tumor ovarium jinak dan ganas, dan 50% dari clear cell (bukan

musinosum) tumor ovarium jinak dan ganas.

12,14

Pada pemeriksaan kuantitatif kadar serum HE4 dengan metode ELISA

didapatkan kadar HE4 yang berbeda-beda. Pemeriksaan HE4 – EIA (Enzyme

Immunometric Assay) ini juga dapat digunakan untuk menilai rekurensi dan

progresifitas pada pasien yang menderita tumor ganas ovarium. Peningkatan

kadar serum HE4 juga dapat dijumpai pada penyakit bukan keganasan,

sehingga pemeriksaan HE4 tidak dapat digunakan secara absolut untuk

menentukan diagnosa, maka pemeriksaan kadar serum HE4 untuk tumor ganas

ovarium sebaiknya diikuti dengan monitoring atau penilaian secara klinis

terhadap penyakit ini.

27,28,29

Pada penelitian yang dilakukan oleh Immuni-Biological Laboratories,

didapatkan 94,4% wanita sehat mempunyai nilai kadar serum HE4 dibawah 150

(57)

pM (picomolar) atau picomole/L.9 Huhtinen dkk, pada penelitiannya menunjukkan

rata-rata kadar serum HE4 pada endometriosis 45,5 pM dimana kontrol pada

wanita sehat mempunyai nilai rata-rata 40,5 pM dengan rentang 15,2 – 111,0

pM. Dan didapatkan konsentrasi yang sangat tinggi pada tumor ganas ovarium

dengan nilai rata-rata 1.125,4 pM dengan rentang 46,5 – 10.250,0 pM. Dan juga

ada peningkatan secara signifikan pada kanker endometrial (99,2 pM) dengan

rentang 26,5 – 330,5 pM.

Efektifitas pemeriksaan kadar serum HE4 dalam monitoring

perkembangan penyakit telah dikemukakan dalam sebuah studi dimana

dilakukan penelitian terhadap 354 pasien dan dinilai perubahan yang terjadi pada

kadar serum HE4. Suatu perubahan yang bermakna dinilai jika ada peningkatan

kadar serum HE4 lebih besar dari 25% dari kadar HE4 sebelumnya. Ternyata

60% dari sampel yang menunjukkan peningkatan kadar serum HE4 lebih besar

dari 25% menunjukkan progresifitas yang bermakna, sedangkan 75% pasien

dengan peningkatan kurang dari 25% dari kadar serum HE4 sebelumnya

menunjukkan progresifitas penyakit yang tidak bermakna. Namun hasil

perubahan kadar serum HE4 ini harus di

Gambar

Gambar 1. Tiga tipe utama tumor ovarium15
Gambar 2. Proses Karsinogenesis Ovarium (Auersperg et al, 2001)
Gambar 4. (A). Potongan transversal ovarium pada minggu ke-7
Gambar 2.5 Embryonic coelomic epithelium berdiferensiasi menjadi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi sumberdaya perikanan kakap merah di Pantai Selatan Tasikmalaya, meliputi hubungan antara

Pengetahuan dan perilaku mencegah stroke pada penderita hipertensi di Kelurahan Jarum Kecamatan Bayat Klaten Jawa Tengah pada saat pre test atau sebelum diberikan

Dari data-data yang diperoleh penulis berdasarkan analisis Balanced Scorecard dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini dapat dilihat

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya harga jual yang ditetapkan berdasarkan harga pokok produksi menurut perusahaan dan metode full costing, sehingga dapat

Melalui undangan prakualifikasi ini, Tim IPO PT PP Energi, akan melaksanakan proses seleksi terhadap Lembaga / Profesi Penunjang untuk pelaksanaan Penawaran

Sejatinya, kedua kalimat tersebut memiliki koherensi yang kuat dimana hak perdata dari seorang ayah hanya dapat diterima oleh anak sah atau anak yang lahir sebagai akibat

[r]

Sub total Dibulatkan.. Sub total