• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.6. Patogenesis Tumor Ovarium

tertentu.

2.5 Faktor Risiko Tumor ovarium 8,16,17

Hal-hal yang memperbesar risiko terjadinya tumor ovarium ganas di

antaranya adalah umur yang lanjut; adanya sejarah keluarga yang memiliki

penyakit tumor ovarium ganas, kanker payudara, atau kanker usus besar;

mengalamai obesitas; tidak per

pernah melakukan terapi sulih hormon yang lebih dari 5 tahun, serta adanya

mutasi (perubahan) pada gen-gen penyebab tumor.8,16,17

Tumor ovarium ganas merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di

Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh

dunia. Tumor ovarium ganas mencapai angka kematian yang tinggi, dari 25.400

kasus baru tumor ovarium ganas, sekitar 14.300 atau separuh lebih wanita

meninggal karena penyakit ini. Tumor ganas ovarium epithelial yang berasal dari

sel epitel merupakan 90-95% kasus dari seluruh tumor ovarium jinak dan ganas.

Tumor ganas ovarium epitelial jarang dijumpai pada wanita berusia kurang dari

40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun.

Pada umumnya tumor ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor

membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya

tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan

(silent killer). Tumor ganas ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan

apabila telah menyebar ke rongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan

pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan

meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor

intraperitoneal.

15,16,17

Kurang lebih 70% dari wanita dengan tumor ovarium didiagnosis

pada stadium lanjut ketika tingkat kesembuhan penyakit hanya 20-30%.

Terjadinya proses malignansi pada epitelial ovarium, setidaknya terdapat

3 (tiga) jalur tumor genesitas yang berbeda untuk menjelaskan heterogenitas

kanker ovarium epitelial (Auesperg et al., 2001), yaitu sebagai berikut :

15,16,17

Pertama, kasus relatif sedikit tampaknya timbul dari akumulasi perubahan

genetik yang mengarah ke transformasi maligna dari kista jinak untuk tumor LMP

adalah kelas rendah dan lamban secara klinis. Dalam tumor ini, mutasi

onkogenik dari K-ras terjadi awal. Family ras dari onkogen K-ras meliputi, H-ras,

dan-N ras. Produk protein mereka berpartisipasi dalam regulasi siklus sel dan

kontrol proliferasi sel. Dengan demikian, mutasi ras telah terlibat dalam

karsinogenesis dengan penghambatan apoptosis seluler dan promosi proliferasi

selular. Sebaliknya, kanker invasif yang timbul dari tumor LMP memiliki mutasi

pada gen supresor tumor p53.

Kedua, sekitar 5-10% karsinoma ovarium epitelial dengan predisposisi

adanya faktor keturunan. Wanita yang lahir dengan mutasi BRCA hanya

memerlukan satu "hit" ke copy normal lainnya (alel) untuk "knock out" produk gen

penekan tumor BRCA. Akibatnya, kanker terkait-BRCA berkembang sekitar 15

tahun sebelum terjadi kasus sporadis. Setelah itu, kanker ovarium dan peritoneal

terkait-BRCA tampaknya memiliki patogenesis molekuler yang unik, yang

memerlukan inaktivasi p53 untuk mengalami progresi. Adapun p53 adalah gen

supresor tumor yang telah dipetakan pada kromosom 17. Produk proteinnya

menghambat sel-sel memasuki tahap berikutnya dari pembelahan sel dan

dengan demikian menghentikan replikasi sel tumor yang tidak terkendali. Mutasi

pada p53 dihubungkan dengan berbagai kanker. Bahkan, hilangnya fungsi

BRCA dan p53 telah terdeteksi awal sebelum invasi, mendukung sebagai

pemicu awal

18

Ketiga, sebagian besar karsinoma tampaknya berasal de novo dari

permukaan sel epitel ovarium yang diasingkan di kista inklusi dalam stroma

ovarium. Sejumlah peristiwa dapat memicu dan jalur selanjutnya telah

dikemukakan. Sebagai contoh, perbaikan jaringan epitel yang terjadi siklik di

permukaan ovarium selama periode panjang ovulasi berulang membutuhkan

proses proliferasi seluler yang cukup sering. Pada wanita tersebut, mutasi

spontan p53 yang timbul selama sintesis DNA yang menyertai proliferasi ini

tampaknya memainkan peran utama dalam proses karsinogenesis. Hal ini

menimbulkan postulat beberapa jalur perkembangan kanker yang mungkin

berasal dari awal inaktivasi gen yang tak terhitung banyaknya

18

Gambar 2. Proses Karsinogenesis Ovarium (Auersperg et al, 2001)

2.7 Stadium Tumor ovarium jinak dan ganas berdasarkan FIGO

Stadium I : Tumor terbatas pada ovarium.

Stadium Ia : Pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium

Stadium Ib : Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium;

Stadium Ic : Tumor dengan stadium la atau Ib dengan pertumbuhan tumor

dipermukaan luar satu atau kedua ovarium; atau dengan kapsul

pecah; atau dengan asites berisi sel ganas atau dengan bilasan

Stadium II : Pertumbuhan pada satu/kedua ovarium dan perluasan ke

panggul

Stadium IIa : Perluasan dan atau metastasis ke uterus dan/ atau tuba

Stadium IIb : Perluasan ke jaringan pelvis lainnya

Stadium IIc : Tumor stadium Ila atau llb tetapi dengan tumor pada permukaan

satu atau kedua ovarium, kapsul pecah; atau dengan asites yang

mengandung sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua tumor dengan implan

peritoneum, di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau

inguinal positif. Metastasis permukaan hati masuk stadium III.

Tumor terbatas dalam pelvis kecil, tetapi secara histologik

terbukti meluas ke usus besar atau omentum.

Stadium IIIa : Tumor terbatas di pelvis kecil dengan KGB negatif tetapi secara

histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya

penumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal

Stadium IIIb : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implantasi

pada permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik,

diameter tidak melebihi 2 cm, dan KGB negatif

Stadium IIIc : Implan di abdomen dengan diameter > 2 cm dan / atau KGB

retroperitoneal atau inguinal positif.

metastasis jauh. Disertai efusi pleura dengan hasil sitologi

positif dimasukkan dalam stadum IV. Begitu juga metastasis ke

parenkim hati.18

2.8 Klasifikasi Histopatologis

Tumor ovarium jinak dan ganas berasal dari jenis epithelial.

Tumor ovarium jinak dan ganas jenis epithelial diklasifikan seperti tersebut di

bawah ini :

- Serous tumours

- Mucinous tumours

- Endometrioid tumours

- Clear cell tumours

- Brenner tumours

- Undifferentiated carcinomas

Gambar 3. Tipe Histologi Dari Tumor Ganas Ovarium

Tumor ovarium jinak dan ganas jenis epithelial juga dibagi sesuai grading /

differensiasinya seperti :

- GX : Grading tidak dapat ditentukan

- G1 : Berdifferensiasi baik

- G2 : Berdifferensiasi sedang

- G3 : Berdifferensiasi buruk.

Keganasan ovarium jenis non-epithelial 11,15

Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal

1. Dysgerminoma

2. Teratoma

a. Mature

b. Immature

3. Endodermal sinus tumor

4. Embryonal carcinoma

5. Polyembryoma

6. Choiocarcinoma

7. Mixed forms

Jenis Tumor Sex-cord Stromal 11,15

1. Granulosa-stromal-cell tumors

A. Granulosa-cell tumors

B. Tumors in thecoma-fibroma group

2. Fibroma-Fibrocarcoma

3. Sclerosing stromal tumor

2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors

3. Gynandroblastoma

4. Unclassified.

2.9 Diagnosis Differensial 11,15

Tumor ovarium jinak, tumor korpus uteri, mioma uteri, tumor abdomen

non-ginekologis lainnya.

2.10 Pemeriksaan Penunjang 11,15,18

Radio-diagnostik

Foto toraks. Bila memungkinkan dilakukan CT-Scan abdomino-pelvik.

Barrium enema apabila dicurigai adanya kanker traktus gastro intestinal. Pada

kasus-kasus tertentu yang tidak mungkin dilakukan operasi, maka dilakukan

pungsi asites (pemeriksaan sitologi) atau biopsi jarum.

Ultrasonografi

16,19,20

Merupakan pemeriksaan non invasif dan relatif murah dapat secara tegas

membedakan tumor kistik dengan tumor padat. Tumor dengan bagian padat

kemungkinan keganasan meningkat. Sebaliknya tumor kistik tanpa echo-internal

kemungkinan keganasan rendah. Pemakaian USG transvaginal dapat

meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi

dengan baik. Morfologi yang perlu diperiksa adalah:

• Volume

• Tebal septum ( > 3 mm)

• Adanya pertumbuhan papil

• Jika alat USG dilengkapi dengan color doppler, perlu diperiksa Neovaskularisasi dengan penurunan indeks resistensi (

< 0.41).

2.11 Skrining pada Kanker Ovarium 16,19,20,21,22

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kanker ovarium epitel dibagi

atas 3 tipe, yaitu serous, mucinosum dan endometrioid. Kanker ovarium epitel

jenis serosum memiliki epitel yang mirip dengan epitel tuba falopii, jenis

musinosum mirip dengan epitel endoserviks dan endometrioid mirip dengan

epitel pada endometrium. Ketiga jenis ini sama sekali tidak berasal dari sel di

ovarium. Diduga berasal dari epitel coelomic yang berpotensi untuk berkembang

menjadi epitel jenis apapun, akan tetapi pendapat ini diragukan oleh karena

perbedaan embriologi dari ovarium yang berasal dari mesothelium dan

karsinoma ovarium yang sebagian besar berasal dari epitel duktus mullerian

(paramesonephric). Selain itu, terdapat juga bukti yang kuat bahwa secara

morfologi, fungsional dan molekuler bahwa epitel permukaan ovarium juga

berasal dari duktus wolfiian (mesonephric). Duktus wolffian (mesonephric) dan

mullerian (paramesonephric) adalah duktus yang primitif yang ada pada semua

embrio selama periode perkembangan ambiseksual (sampai 8 minggu usia

kehamilan). Setelahnya, salah satu duktus akan menetap dan berkembang

menghilang pada bulan ketiga kehamilan kecuali untuk duktus sisa yang tidak

fungsional. Proses ini juga dipengaruhi oleh hormonal.

Dasar embriologi inilah yang mendukung bahwa epitel ovarium yang

berkembang menjadi kanker ovarium epitelial mengarahkan kepada studi

proteomic terhadap pengembangan skrining terhadap kanker ovarium epitelial,

salah satunya ditemukannya protein spesifik dari epitel epididimis pria bagian

distal yang berasal dari duktus wolffian (mesonephric) yang homolog dengan

epitel ovarium wanita.

22,23

11

Gambar 4. (A). Potongan transversal ovarium pada minggu ke-7 menunjukkan degenerasi sex cords primitif dan pembentukan cortical cords. (B) Ovarium dan duktus genitalia pada bulan ke-5.18

Gambar 2.5 Embryonic coelomic epithelium berdiferensiasi menjadi Ovarian surface Epithelium (OSE)18

Berdasarkan teori embriologi, epitel permukaan ovarium (OSE/ovarian

surface epithelium) yang awalnya dinamakan epitel germinal bukan berasal dari

epitel mulleri, namun diduga bahwa OSE berasal dari metanephros. Terdapat

beberapa kandidat asal kanker ovarium, yang pertama adalah epitel permukaan

ovarium (OSE) dengan teori metaplasia selomik yang selama ini dianut, yang

kedua adalah sistem mullerian sekunder dengan teori hipotesis mulleri dan yang

ketiga, prekursor awal adalah dari fimbria tuba falopii yang homolog dengan

duktus wolfii (mesonephricus).

Terdapat bukti bahwa fimbria tuba falopii merupakan kandidat terkuat asal

karsinoma serosum pelvik yang selama ini dianggap primernya berasal dari

ovarium, dimana bukti ini disimpulkan dari adanya karsinoma tuba tersembunyi,

ataupun displasia tuba falopii pada pasien-pasien yang menjalani pembedahan

salpingoophorektomi bilateral profilaksis karena mutasi BRCA-1/BRCA-2 bahkan

sebelum adanya lesi pada ovarium, bukti kedua berasal dari kesamaan profil

mutasi genetik pada karsinoma serosum ovarii high grade dengan mutasi TP53.

Adanya bukti bahwa dengan memodifikasi faktor-faktor yang dapat mengurangi

inflamasi tuba dapat mengurangi kejadian kanker ovarium secara epidemiologi,

dan akhirnya karsinoma ovarium epitelial jenisnya tidak sama dengan epitel

ovarium asli (mesotel), bahkan mesotelioma sangat jarang dijumpai.25,26

2.11.1 Human Epidydimis Protein-4 (HE4)

HE4 adalah gen yang paling sering di regulasi pada karsinoma epitel

ovarium berdasarkan ekspresi profil gen. Beberapa publikasi telah

mendemonstrasikan superioritas HE4 dibanding CA125 sebagai penanda tumor

pada tumor ganas ovarium. Secara spesifik kemampuan HE4 untuk

membedakan penyakit jinak dari penyakit yang ganas dari sensitifitasnya mampu

memberikan keuntungannya dibanding CA125 saja dalam mendeteksi tumor

ganas ovarium. Tentu saja penggunaan CA125 dalam deteksi Tumor ganas

ovarium di wanita premonopause diasosiasikan dengan sentifitas dan spesifitas

yang sangat rendah.

HE4 merupakan protein yang terdiri dari gugus asam dengan inti

4-disulfida (whey acidic four-disulfide core/WFDC) yang diduga bersifat

trypsin-inhibitor. HE-4 pertama kali diidentifikasi dari epitel epididymis distal dan diduga

sebagai protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan sperma.

27,26

HE4 (WFDC2) pertama kali ditemukan dan di golongkan oleh Kirchhoff et

al tahun 1998 dalam pengkodean skrining cDNA jaringan epididimal manusia.

Hasil studi setelahnya mendapatkan bahwa ekspresi dari HE4 ditemukan pada

jaringan sistem reproduktif laki-laki. Diidentifikasi dari epitel epididymis distal dan

diduga sebagai protease inhibitor yang terlibat dalam proses pematangan

sperma. Dengan hibridisasi northern, Bingle et. al mendeteksi ekspresi mRNA

HE4 di paru-paru, ginjal dan kelenjar liur. Galgano et. al menganalisa bentuk

ekspresi HE4 pada jaringan manusia yang normal dan yang ganas dengan

menggunakan mikroaray cDNA. Dimana ditemukan kadar HE4 yang relatif tinggi

pada trakea dan kelenjar liur. Dengan menggunakan PCR kuantitatif real-time,

dapat dideteksi kadar HE4 mRNA yang tinggi di epididimis, trakea dan paru, dan

dalam kadar sedang ditemukan pada prostat, endometrium dan payudara. Dan

ditemukan kadar yang sedikit atau tidak ada terdeteksi ekspresi HE4 di kolon,

ovarium, hati, plasenta, sel darah tepi dan otot skelet. Dalam kadar HE4 yang

normal, tidak menunjukkan suatu kelainan atau keadaan yang abnormal. Domain

protein WAP mempunyai aktivitas sebagai Protease Serine Inhibitor dan

disekresi oleh sel inflamasi, yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh

terhadap mikroorganisme. Secara in vitro, pengembangan WAP cDNA

menunjukkan fungsi yang beragam, seperti efek terhadap pertumbuhan sel dan

differensiasi sel.

HE4 adalah salah satu dari 14 gen homolog pada kromosom 20q12-13.1

yang mengkode protein dengan WFDC. Dimana WFDC terdiri dari 50 sekuens

asam amino dengan delapan cysteine residu yang membentuk empat ikatan

disulfide. Gen HE4 mengkode 13kD protein, walaupun di dalam proses maturasi

glycocylated membentuk protein kira-kira 20-25 kD. Lokus kromosom 20q13

menunjukkan variasi kromosom pada beberapa tipe kanker, seperti keganasan

pada rongga mulut, payudara, ovarium, kolon, pankreas, lambung dan uterus.

Pada lokus kromosom ini juga mempunyai beberapa protein WAP lain, seperti

elafin dan Secretory Leucocyte Proteinase Inhibitor (SLPI), yang telah digunakan

sebagai penanda tumor untuk penyakit keganasan.

HE4 diekspresikan di dalam beberapa jaringan normal termasuk epithelial

traktus respiratorius, traktus reproduksi, dan kelenjar saliva. Selain itu,

peningkatan kadar HE4 dapat ditemukan pada tumor ovarium jinak dan ganas,

kanker paru, kanker colon dan kanker payudara.

27,28,29

HE4 diover-ekspresikan 93% sebagai serous, 100% dari epithelial

endometrioid tumor ovarium jinak dan ganas, dan 50% dari clear cell (bukan

musinosum) tumor ovarium jinak dan ganas.

12,14

Pada pemeriksaan kuantitatif kadar serum HE4 dengan metode ELISA

didapatkan kadar HE4 yang berbeda-beda. Pemeriksaan HE4 – EIA (Enzyme

Immunometric Assay) ini juga dapat digunakan untuk menilai rekurensi dan

progresifitas pada pasien yang menderita tumor ganas ovarium. Peningkatan

kadar serum HE4 juga dapat dijumpai pada penyakit bukan keganasan,

sehingga pemeriksaan HE4 tidak dapat digunakan secara absolut untuk

menentukan diagnosa, maka pemeriksaan kadar serum HE4 untuk tumor ganas

ovarium sebaiknya diikuti dengan monitoring atau penilaian secara klinis

terhadap penyakit ini.

27,28,29

Pada penelitian yang dilakukan oleh Immuni-Biological Laboratories,

didapatkan 94,4% wanita sehat mempunyai nilai kadar serum HE4 dibawah 150

pM (picomolar) atau picomole/L.9 Huhtinen dkk, pada penelitiannya menunjukkan

rata-rata kadar serum HE4 pada endometriosis 45,5 pM dimana kontrol pada

wanita sehat mempunyai nilai rata-rata 40,5 pM dengan rentang 15,2 – 111,0

pM. Dan didapatkan konsentrasi yang sangat tinggi pada tumor ganas ovarium

dengan nilai rata-rata 1.125,4 pM dengan rentang 46,5 – 10.250,0 pM. Dan juga

ada peningkatan secara signifikan pada kanker endometrial (99,2 pM) dengan

rentang 26,5 – 330,5 pM.

Efektifitas pemeriksaan kadar serum HE4 dalam monitoring

perkembangan penyakit telah dikemukakan dalam sebuah studi dimana

dilakukan penelitian terhadap 354 pasien dan dinilai perubahan yang terjadi pada

kadar serum HE4. Suatu perubahan yang bermakna dinilai jika ada peningkatan

kadar serum HE4 lebih besar dari 25% dari kadar HE4 sebelumnya. Ternyata

60% dari sampel yang menunjukkan peningkatan kadar serum HE4 lebih besar

dari 25% menunjukkan progresifitas yang bermakna, sedangkan 75% pasien

dengan peningkatan kurang dari 25% dari kadar serum HE4 sebelumnya

menunjukkan progresifitas penyakit yang tidak bermakna. Namun hasil

perubahan kadar serum HE4 ini harus diikuti dengan pemeriksaan secara klinis

dari perkembangan penyakit.

28

Dalam sebuah studi, dinilai sembilan penanda tumor, dalam serum wanita

dengan massa adnexal, berdasarkan kemampuan dalam meningkatkan

sensitivitas CA125 untuk prediksi keberadaan tumor ganas ovarium. Dinilai pada

spesifisitas yang telah ditentukan sebelumnya 90%, 95% dan 98%. Diantara ke

sembilan penanda tumor yang dikaji, hanya HE4 yang meningkatkan sensitivitas

CA125 secara signifikan. Untuk semua pasien, kombinasi CA125 dan HE4

memberikan sensitivitas 80,7% pada spesifisitas 90%, dibandingkan dengan

61,2% dan 77,6% masing-masing untuk CA125 dan HE4 secara sendiri-sendiri.

Peningkatan sangat mencolok pada wanita dengan penyakit Stadium I, dimana

kombinasi HE4 dan CA125 memberikan sensitivitas 46,1% pada spesifisitas

90%, sementara sensitivitas CA125 dan HE4 masing-masing 23,1% dan 46,2%.

Temuan ini menunjukkan bahwa HE4 meningkatkan sensitivitas pada penyakit

stadium dini dibandingkan dengan CA125.2 Namun pada spesifisitas 95%

didapatkan nilai sensitifitas dari kombinasi CA 125 dan HE-4 adalah 76,4%.

HE-4 diekspresikan di beberapa jaringan normal termasuk epitelial

traktus reproduksi. Peningkatan kadar HE4 dalam satuan picomole (pM)

dapat ditemukan pada tumor jinak ginekologi lainnya, tumor paru dan

jaringan normal dengan kadar HE-4 yang bervariasi 0 sampai lebih dari 500

pM (Tabel 2.3). Pada kanker ovarium, HE4 diover-ekspresikan pada 93% sel

epitel tumor ovarium serous. Sebanyak 94.4% wanita sehat menunjukkan kadar

HE4 dibawah 150 pM.

28

28

2.11.2 CA125 Antigen

CA-125 (antigen kanker-125) adalah antigen permukaan-sel dengan berat

molekul tinggi. Substansi ini adalah merupakan antigen coelomic, yang

terdeteksi pada 80% karsinoma epitelial. Namun antigen ini disekresikan dari

jaringan normal, seperti epithelium coelom, amnion dan derivatifnya, sistem

pernapasan, organ mesenterik dan epitelial sistem genital perempuan. Karena

itu, adanya kadar CA-125 normal adalah disebabkan fungsi sekresi organ

ini.

CA 125 pertama sekali dideskripsikan oleh Bast dkk, pada tahun 1981,

CA 125 adalah suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi monoklonal murine

OC 125 sebagai penanda keganasan epithelial. CA 125 diekspresikan oleh epitel

coelomic dan amnion sewaktu perkembangan janin. Pada orang dewasa, CA

125 dihasilkan oleh jaringan yang berasal dari coelomic dan epitel mullerian. CA

125 digunakan sebagai penanda tumor yang paling banyak untuk tumor ganas

ovarium, walaupun CA 125 juga dapat meningkat pada beberapa keganasan lain

seperti kanker pankreas, kanker payudara dan kanker paru-paru.

Kadar serum CA 125 kurang dari 35 U/ml dianggap kadar yang normal.

Menurut Kenemans dan kawan-kawan 1% dari 888 wanita sehat mempunyai

kadar yang lebih dari 35 U/ml. Kadar CA 125 lebih dari 65 U/ml bisa terjadi pada

kehamilan trimester pertama dan sewaktu menstruasi.

9,30,31

Beberapa penyakit juga ditemukan kadar CA 125 yang meninggi antara

lain pasien dengan gagal jantung kongestif, tuberkulosis, atau sirosis hepatis.

Dapat juga ditemukan kadar yang meningkat pada kelainan ginekologi seperti

mioma uteri, tumor ovarium jinak, endometriosis atau kista endometriosis. CA

125 juga dapat ditemukan meningkat pada tumor yang berasal dari jaringan lain

yang sudah metastasis ke ovarium. Didapati kadar serum CA 125 yang

meningkat pad sekitar 50% pasien dengan tumor ganas ovarium stadium I dan

lebih dari 90% wanita dengan tumor ganas ovarium stadium lanjut.

9,30,31 9,30,31 2.12 Kerangka Konsep

Kadar Ca-125

Kadar HE-4

Tumor Ovarium : - Jinak - Ganas

Dokumen terkait