1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tumor paru merupakan salah satu tumor paling banyak ditemui di dunia.1 Tumor paru terdiri dari tumor jinak dan ganas.Tumor jinak paru jarang dijumpai, hanya 2% dari seluruh tumor paru, yang biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor jinak jarang memberikan keluhan dan tumbuh sangat lambat. Tumor paru jinak yang sering dijumpai adalah hamartoma.2 Tumor ganas (kanker) paru merupakan tumor yang paling sering terjadi.3
Di dunia kanker paru menduduki peringkat pertama pada laki-laki, sebanyak 34,2%, sedangkan pada perempuan,kanker paru berada diperingkat ke-4 sebanyak 13,6% setelah kanker payudara, kolorektal, dan leher rahim.4 Secara keseluruhan
dalam waktu 5 tahun hanya 30% dari laki-laki dan 50% dari perempuan yang bertahan hidup dengan penyakit lokal dan 5% pada pasien dengan penyakit yang
sudah lanjut.5 Dari semua kanker, kanker paru merupakan kanker yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi (1,59 juta jiwa) dibandingkan jenis kanker lainnya.6
Di Indonesia kanker paru juga menjadi peringkat pertama paling sering menyerang laki-laki. Dari data Globocan / IARC, pada tahun 2012, di Indonesia terdapat 25.322 kasus kanker paru-paru yang menimpa pria dan 9.374 kasus yang menimpa wanita. Menurut Kemenkes, lebih dari 30% kematian akibat kanker disebabkan oleh 5 faktor pencetus, yaitu indeks massa tubuh tinggi, kurangnya aktifitas fisik, kurang mengonsumsi buah dan sayur, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol berlebih.4 Faktor risiko lain juga bisa disebabkan karena terpapar asap rokok (perokok pasif), jenis kelamin, umur, terpapar asbestos dan beberapa bungkus rokok yang digunakan per tahunnya.7
Merokok merupakan faktor pemicu terbesar yang menyebabkan kematian pada kanker didunia.4 Indonesia merupakan salah satu negara pengguna rokok
2
terbanyak didunia. Berdasarkan data riskesdas tahun 2007 sampai tahun 2013 menunjukkan sedikit peningkatan proporsi masyarakat merokok setiap harinya dari 23,7% menjadi 24,3%. Prevalensi konsumsi tembakau ditahun 2013 pada laki-laki lebih tinggi yaitu 66% dan perempuan 6,7%.8 Karena banyaknya perokok
di Indonesia inilah kemungkinan penyakit paru lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit lain.
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang paling utama digunakan dalam menegakkan diagnosa dan diagnosa dini. Yang mempersulit diagnosa kemudian adalah membedakan jinak dan ganas dari suatu nodul yang soliter. Bayangan nodul soliter sering menjadi perdebatan dalam hal menentukan keganasan. Ada yang menyatakan bahwa nodul ganas batasnya tidak jelas, berbenjol-benjol atau ada nodul-nodul kecil sekitarnya sebagai gambaran satelit atau adanya gambaran kaki-kaki infiltrasi (pseudopodi) yang berasal dari nodul tersebut.2
CT scan menjadi pemeriksaan terpilih dalam menegakkan diagnosis tumor paru dan untuk mengevaluasi tumor paru.9 CT scan memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan foto toraks dalam mendeteksi tumor paru.10 CT scan merupakan modalitas yang paling banyak digunakan untuk evaluasi penyakit paru pada tingkat lobar. Beberapa jurnal mengatakan bahwa tumor paru lebih sering berada dilokasi paru kanan dibandingkan dengan paru kiri.11-13 Kontras
yang diberikan pada CT scan dapat menunjukan densitas pada tumor paru, setelah pemberian kontras bila enhancement kontras kurang dari 15 HU termasuk sebagai
tumor jinak sedangkan enhancement sampai 20 HU merupakan tumor ganas. Nilai sensitivitas ini mencapai 98%, spesitifitas 58% , dan keakuratanya 77%.14
Pada pemeriksan CT scan indikasi penggunaannya yaitu untuk menentukan stadium pada tumor paru, nodul paru yang soliter, massa, pelebaran massa pada mediastinum dan penyakit paru infiltratif.11 Di Indonesia lebih sulit ditemukan gambaran nodul yang masih utuh, karena penderita tumor biasanya baru datang pada saat stadium lanjut, kecuali bila secara tidak sengaja ditemukan pada foto toraksnya karena masalah lain yang dikeluhkan pasien.15
3
Jika kita dapat mengembangkan faktor resiko sebagai panduan pemeriksaan CT baik dalam menyaring siapa saja yang perlu diperiksa dan untuk menentukan pasien mana yang memiliki nodul yang harus diperiksa lebih lanjut, kita dapat mengurangi biaya dan kecemasan yang diakibatkan oleh pemeriksaan CT dengan
mengurangi kebutuhan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan dengan meyakinkan pasien dalam penurunan resiko keganasan.8
Di Indonesia, salah satu faktor resiko kanker paru seperti merokok hampir tidak pernah dilakukan pemeriksaan padahal Indonesia merupakan salah satu negara pengonsumsi rokok terbanyak didunia.16 Dengan kondisi seperti ini, sering ditemukan diameter massa paru sudah membesar bahkan sudah metastase. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran CT scan pada tumor paru apakah masih bisa membedakan tumor jinak atau ganas dimana tumor jinak bisa memiliki diameter yang besar.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah untuk skripsi ini adalah “Bagaimana gambaran CT scan tumor paru ganas dan jinak di RSUP Haji Adam Malik, Medan.”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kesesuaian hasil pemeriksaan CT Scan pada tumor paru dalam menegakkan diagnosa keganasan paru.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui jumlah kasus tumor paru
2. Mengetahui lokasi tersering terkena tumor paru
3. Mengetahui sebaran usia dan jenis kelamin pasien yang mengalami tumor paru
4
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan tumor paru.
1.4.2. Bagi Penulis
Pengetahuan bagi penulis tentang gambaran radiologis pasien tumor paru.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat dalam meningkatkan screening terutama pada perokok sebagai pemeriksaan awal.