• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Tumor Ganas Paru Berdasarkan Pemeriksaan Sitologi Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Tumor Ganas Paru Berdasarkan Pemeriksaan Sitologi Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2013"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

ROUSHAN FIKRI

110100221

(2)

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

ROUSHAN FIKRI

110100221

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Tumor Ganas Paru Berdasarkan Pemeriksaan Sitologi Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2013

Nama : Roushan Fikri

NIM : 110100221

Pembimbing Penguji I

(dr. Sumondang M. Pardede, Sp.PA) (dr. Indra W. Tanjung, Sp.A

NIP. 195503291983032002 NIP. 400057913

)

Penguji II

(dr. Yunita Sari Pane, M.Si NIP. 197106202002122001

)

Medan, 12 Januari 2015 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 195402201980111001

(4)

ABSTRAK

Kanker paru merupakan penyebab kematian yang utama karena kanker. Di tahun 2012, diperkirakan ada 1,8 juta kasus kanker baru di dunia. Kebiasaan merokok berhubungan dengan kanker paru hingga 85-95 %. Hal ini disebabkan oleh setidaknya 40 macam zat karsinogenik yang terkandung dalam satu batang rokok. Untuk menegakkan diagnosis kanker paru secara pasti, diperlukan pemeriksaan histopatologi. Namun pada praktiknya, ditemukan kesulitan dalam mengambil spesimen untuk pemeriksaan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik tumor ganas paru yang didiagnosis menggunakan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pemeriksaan sitologi untuk menegakkan keganasan paru di RSUP Haji Adam Malik. Sampel penelitian ini berjumlah 252 keganasan yang diambil dengan metode total sampling.

Berdasarkan data ditemukan jenis keganasan Adenocarcinoma berjumlah 61 keganasan (28.1%). Squamous Cell Carcinoma berjumlah 48 keganasan (22.1%). Small Cell Carcinoma berjumlah 7 keganasan (3.2%) dan Large Cell Carcinoma berjumlah 6 keganasan (2.8%). Unidentified berjumlah 95 keganasan (43.8%).

Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan sitologi sikatan bronkus untuk diagnosis keganasan paru masih memiliki kekurangan dalam kemampuan menentukan jenis keganasan yang terjadi dan diperlukan pemeriksaan imunositokimia sebagai penunjang diagnosis yang lebih akurat.

(5)

ABSTRACT

Lung cancer is the most common cause of death in malignancy case. Approximately 1,8 million new malignancy cases occured in 2012. About 85-95% of lung cancer are related with smoking as 40 kinds of carcinogen are contained in a cigarette. Histopatology examination is the golden standard to diagnose malignancies of lung. But, lot of difficulties are found during the speciment withdrawal to do the examination.

The goal of this research is to know the charactheristic of lung malignant tumors which are diagnosed using the bronchial brushing cytologic examination with descriptive design and cross sectional approach. The population was any cytologic examination which is performed to diagnosed the malingnancy of lung in RSUP Haji Adam Malik. There were 252 malignancies taken by total sampling method.

Based on the data, 61 malignancies (28.1%) are Adenocarcinoma, 48 malignancies (22.1%) are Squamous Cell Carcinoma, 7 malignancies (3.2%) are Small Cell Carcinoma, 6 malignancies (2.8%) are Large Cell Carcinoma, and 95 malignancies (43.8%) are Unidentified.

In conclution, cytologic examination using bronchial brushing speciment is inadequate to give clear presentation to determine the type of the malignancies of lung. It is necessary to undergo the Immunocytochemistry examination in diagnosing malignancies of lung as it has more accuracy in determining the type.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala

nikmat, rahmat, dan hidayah yang terus dilimpahkan-Nya sehingga penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Salawat dan salam untuk Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat, serta

keluarganya.

Dalam menyelesaikan penelitian yang berjudul “Karakteristik Tumor

Ganas Paru Berdasarkan Pemeriksaan Sitologi Bronkus di RSUP Haji Adam

Malik Tahun 2011-2013” ini penulis mengalami beragam hambatan dan

tantangan. Namun alhamdulillah begitu banyak Allah karuniakan pertolongan

melalui hamba-hambanya yang lain sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Untuk itu secara tulus saya sampaikan rasa terima kasih serta penghargaan

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM). Sp.A(K), selaku

rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD.KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Sumondang M. Pardede, Sp.PA yang begitu sabar dalam membimbing

penulis dalam menyelesaikan penelitian.

4. dr. Yunita Sari Pane, M.Si dan dr. Indra Wahyudi Tanjung, Sp.A yang

ikhlas menyediakan waktu untuk menguji dan memberikan kritik dan

saran yang membangun.

5. Seluruh staf pengajar FK USU.

6. Ayahanda M. Rusdi Bahrum dan Ibunda Masni Yulidar, kedua orang tua

penulis yang terus mencurahkan cinta, kasih, serta dukungan sehingga

penulis bisa terus melanjutkan pendidikan hingga saat ini. Tidak lupa pula

kepada kakak Cindykia Fithri dan abang M. Fadhli Rusdi, yang terus

(7)

7. Kepada Fikri Bariz, Hafiz Syaiullah Siregar, Hendro Gunawan, Nindi

Lizen, Auladi Halim Umar Lubis, Andry Maival, Iqbal Muhammad,

Muhammad Ibnu Khaldun, Mukhsin Daulay, Rico Rasaki, Wynne

Putradana, Josua Sitorus, dan seluruh teman yang telah membantu proses

penelitian ini baik secara moril maupun materiil.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun terhadap penelitian

ini agar dapat disempurnakan dikemudian hari.

Medan, Desember 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 24

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 24

(9)

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.5. Metode Analisis Data... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 28

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ... 28

5.1.3. Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Kelompok Usia Penderita ... 29

5.1.4. Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Jenis Kelamin Penderita ... 30

5.1.5. Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Tahun ... 31

5.2. Pembahasan ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA....………... 36

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel Tumor Epitel Paru Berdasarkan Klasifikasi WHO... 14

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Penelitian... 24

Tabel 5.1 Tabel Frekuensi Keganasan Paru Berdasarkan Pemeriksaan

Sitologi Sikatan Bronkus di RSUP Haji Adam Malik

Tahun 2011-2013... 29

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru secara Sitologi Sikatan

Bronkus Berdasarkan Rentang Usia Penderita di RSUP

Haji Adam Malik Tahun 2011-2013... 29

Tabel 5.3 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru Berdasarkan Jenis

Kelamin Penderita Dengan Pemeriksaan Sitologi Sikatan

Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2013... 30

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru Berdasarkan Tahun

Dengan Pemeriksaan Sitologi Sikatan Bronkus di RSUP

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambar skematis trakea dan organ sisi anterior... ... 5

Gambar 2.2 Gambar skematis trakea dan percabangan utama bronkus... 5

Gambar 2.3 Gambar skematis paru-paru penampang lateral ... ... 6

Gambar 2.4 Gambar skematis paru-paru penampang anterior... ... 6

Gambar 2.5 Gambar perkiraan kanker berdasarkan jenis kelamin ... 8

Gambar 2.6 Gambar paru yang terkena adenocarcinoma... ... 11

Gambar 2.7 Gambar sitologi adenocarcinoma paru... ... 11

Gambar 2.8 Gambar paru yang terkena squamous cell carcinoma ... 12

Gambar 2.9 Gambar sitologi squa mous cell carcinoma... ... 12

Gambar 2.10 Gambar paru yang terkena small cell carcinoma... ... 13

Gambar 2.11 Gambar sitologi small cell carcinoma... ... 13

Gambar 2.12 Gambar sitologi dari large cell carcinoma... ... 14

Gambar 2.13 Gambar pewarnaan hemotoksilin dan eosin... ... 22

Gambar 2.14 Gambar pewarnaan imunoperoksidase... ... 22

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Ethical Clearance

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

(13)

ABSTRAK

Kanker paru merupakan penyebab kematian yang utama karena kanker. Di tahun 2012, diperkirakan ada 1,8 juta kasus kanker baru di dunia. Kebiasaan merokok berhubungan dengan kanker paru hingga 85-95 %. Hal ini disebabkan oleh setidaknya 40 macam zat karsinogenik yang terkandung dalam satu batang rokok. Untuk menegakkan diagnosis kanker paru secara pasti, diperlukan pemeriksaan histopatologi. Namun pada praktiknya, ditemukan kesulitan dalam mengambil spesimen untuk pemeriksaan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan karakteristik tumor ganas paru yang didiagnosis menggunakan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pemeriksaan sitologi untuk menegakkan keganasan paru di RSUP Haji Adam Malik. Sampel penelitian ini berjumlah 252 keganasan yang diambil dengan metode total sampling.

Berdasarkan data ditemukan jenis keganasan Adenocarcinoma berjumlah 61 keganasan (28.1%). Squamous Cell Carcinoma berjumlah 48 keganasan (22.1%). Small Cell Carcinoma berjumlah 7 keganasan (3.2%) dan Large Cell Carcinoma berjumlah 6 keganasan (2.8%). Unidentified berjumlah 95 keganasan (43.8%).

Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan sitologi sikatan bronkus untuk diagnosis keganasan paru masih memiliki kekurangan dalam kemampuan menentukan jenis keganasan yang terjadi dan diperlukan pemeriksaan imunositokimia sebagai penunjang diagnosis yang lebih akurat.

(14)

ABSTRACT

Lung cancer is the most common cause of death in malignancy case. Approximately 1,8 million new malignancy cases occured in 2012. About 85-95% of lung cancer are related with smoking as 40 kinds of carcinogen are contained in a cigarette. Histopatology examination is the golden standard to diagnose malignancies of lung. But, lot of difficulties are found during the speciment withdrawal to do the examination.

The goal of this research is to know the charactheristic of lung malignant tumors which are diagnosed using the bronchial brushing cytologic examination with descriptive design and cross sectional approach. The population was any cytologic examination which is performed to diagnosed the malingnancy of lung in RSUP Haji Adam Malik. There were 252 malignancies taken by total sampling method.

Based on the data, 61 malignancies (28.1%) are Adenocarcinoma, 48 malignancies (22.1%) are Squamous Cell Carcinoma, 7 malignancies (3.2%) are Small Cell Carcinoma, 6 malignancies (2.8%) are Large Cell Carcinoma, and 95 malignancies (43.8%) are Unidentified.

In conclution, cytologic examination using bronchial brushing speciment is inadequate to give clear presentation to determine the type of the malignancies of lung. It is necessary to undergo the Immunocytochemistry examination in diagnosing malignancies of lung as it has more accuracy in determining the type.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kanker atau tumor ganas adalah pertumbuhan sel/jaringan yang tidak

terkendali, terus bertumbuh/bertambah, immortal (tidak dapat mati). Di Indonesia,

prevalensi kanker adalah 1,4 per mil dengan tertinggi terdapat di DI Yogyakarta

(4,1 per mil), diikuti Jawa Tengah (2,1 per mil), Bali (2 per mil), Bengkulu, dan

DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil. Di Sumatera Utara prevalensi kanker

adalah 1 per mil. Prevalensi kanker meningkat seiring dengan bertambahnya usia

dengan tertinggi pada umur diatas 75 tahun (5 per mil). Prevalensi penyakit

kanker lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki dan pada masyarakat yang

tinggal di kota dibanding masyarakat yang tinggal di desa (RISKESDAS, 2013).

Kanker paru merupakan penyebab kematian yang utama karena kanker. Di

tahun 2012, diperkirakan ada 1,8 juta kasus baru di dunia. Kanker paru masih

menjadi kanker yang diderita pria dengan 1,2 juta kasus (kejadian tertinggi di

Eropa Timur dengan 53,5/100.000 penduduk dan Asia Timur 50,4/100.000

penduduk). Kanker paru pada wanita terbanyak terjadi di Amerika Utara dengan

33,8/100.00 penduduk dan Eropa Utara dengan 23,7/100.000 penduduk. WHO

South-East Asia region memperkirakan terdapat 116 ribu kasus kanker paru pada

pria dengan 104 ribu kematian. Sedangkan pada wanita terjadi 46 ribu kasus

kanker paru dengan 42 ribu kematian (IARC, 2012).

Kebiasaan merokok berhubungan dengan kanker paru hingga 85-95 %.

Hal ini disebabkan oleh setidaknya 40 macam zat karsinogenik yang terkandung

dalam satu batang rokok. Para penderita biasanya datang ke pelayanan kesehatan

dalam stadium lanjut. Usia dan lama merokok menjadi beberapa faktor resiko

seseorang terkena kanker paru (Dharmais, 2014).

Terdapat berbagai pemeriksaan khusus untuk diagnosis kanker paru.

Bronkoskopi, biopsi aspirasi jarum, aspirasi jarum transbronkial, biopsi paru

(16)

histopatologi. Namun pada praktiknya, ditemukan kesulitan dalam mengambil

spesimen untuk pemeriksaan tersebut (PDPI, 2003).

Resiko bronkoskopi terutama berhubungan dengan prosedur biopsi jarum

yang dilakukan menggunakan bronkoskop dimana dapat terjadi perdarahan pada

paru atau pembentukan bocoran udara. Jika pasien muntah saat prosedur dan

muntahan masuk melalui bronkoskop dapat menyebabkan iritasi pada paru dan

menyebabkan pneumonia aspirasi. Beberapa pasien mengalami suara serak dan

sakit tenggorokan selama satu sampai dua hari setelah dilakukan bronkoskopi

(Harvard, 2015).

Pengambilan spesimen dengan operasi masih jarang dilakukan.

Pemeriksaan sitologi adalah pemeriksaan spesimen yang memiliki sensitivitas

cukup baik dalam menegakkan diagnosis keganasan paru dan sitologi sputum

merupakan tindakan diagnostik paling mudah dan murah (PDPI, 2003).

Penelitian ini semula ditujukan untuk menganalisis hubungan faktor risiko

kanker paru terhadap jenis keganasan paru yang ditemukan. Namun karena

minimnya data yang dibutuhkan terkait faktor risiko tersebut maka dilakukan

penelitian untuk mengetahui sejauh mana diagnosis sitologi dapat membantu

menentukan karakteristik tumor ganas paru di Instalasi Patologi Anatomi RSUP

H. Adam Malik Tahun 2011-2013 karena sulitnya menegakkan diagnosis

keganasan paru secara histopatologi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik sitologi bronkus tumor ganas paru di RSUP H.

Adam Malik tahun 2011-2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui profil sitologi bronkus tumor ganas paru di RSUP H. Adam

Malik.

(17)

1. Mengetahui jumlah kasus tumor ganas paru yang ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan sitologi di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013.

2. Mengetahui karakteristik tumor ganas paru yang ditegakkan berdasarkan

pemeriksaan sitologi sikatan bronkus di RSUP H. Adam Malik tahun

2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi mengenai diagnosis tumor ganas paru menggunakan

pemeriksaan sitologi sikatan bronkus di RSUP H. Adam Malik tahun

2011-2013.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Napas Bawah dan Paru-Paru

Trakea berukuran panjang sekitar 11,5cm dengan diameter 2,5cm, mulai

dari batas bawah kartilago krikoid (C6) dan berakhir dengan percabangan dua

setinggi sternal angle of Louis (T4/5) dan membentuk bronkus kanan dan kiri.

Trakea terletak pada bagian leher dan dada. Pada leher, bagian anterior trakea

terdapatisthmus kelenjar tiroid, vena tiroid inferior, otot-otot sternohyoid dan

sternothyroid. Bagian lateral trakea terdapat lobus kelenjar tiroid dan arteri

karotid komunis. Pada bagian posterior trakea terdapat esofagus dengan

n.laryngeal pada lekuk antara esofagus dan trakea (Ellis, 2006).

Patensi trakea dipertahankan oleh rangkaian 15-20 tulang rawan berbentuk

huruf U. Di bagian posterior, trakea mendatar karena kurangnya tulang rawan dan

dindingnya dilengkapi oleh jaringan berserabut dan otot polos. Di bagian dalam,

trakea dilapisi epitel kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet (Ellis, 2006).

Bronkus kanan lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal daripada

bronkus kiri. Panjangnya sekitar 2,5cm dan langsung menuju paru pada setinggi

T5. Sebelum masuk ke paru-paru, bronkus kanan membentuk cabang menuju

lobus atas, dan dari bawah arteri pulmoner memasuki hilum paru-paru (Ellis,

2006).

Bronkus kiri memiliki panjang hampir 5 cm dan berlalu ke belakang

bawah melewati lengkung aorta, didepan esofagus dan aorta desendens. Tidak

seperti bronkus kanan, bronkus kiri tidak bercabang hingga masuk ke hilum

paru-paru yang mencapai setinggi T6.Arteri pulmoner melingkari bagian depan dan

(19)

Gambar 2.1 Gambar skematis trakea dan organ sisi anterior.

Sumber : Ellis, H., 2006. Clinical Anatomy Arevision and applied anatomy for clinical students.11th ed. Blackwell publishing.

Gambar 2.2 Gambar skematis trakea dan percabangan utama bronkus. Sumber : Ellis, H., 2006. Clinical Anatomy Arevision and applied anatomy for clinical students.11th ed. Blackwell publishing.

Paru-paru berbentuk kerucut, bagian apeks tumpul pada ujung sternum

setinggi rusukpertama, dan bagian dasar yang mengikuti lekuk diafragma.

Permukaan kostovertebra luas mencetak untuk membentuk dinding dada dan

permukaan mediastinum yang cekung untuk menopang perikadium. Paru-paru

kanan berukuran sedikit lebih besar dariyang kiri dan terbagi menjadi tiga lobus –

atas, tengah, dan bawah, oleh fisura oblique dan horizontal. Pada paru-paru kiri

(20)

Gambar 2.3 Gambar skematis paru-paru penampang lateral. Sumber : Ellis, H., 2006. Clinical Anatomy Arevision and applied anatomy for clinical students.11th ed. Blackwell publishing.

Gambar 2.4 Gambar skematis paru-paru penampang anterior. Sumber : Ellis, H., 2006. Clinical Anatomy Arevision and applied anatomy for clinical students.11th ed. Blackwell publishing.

Darah vena masuk kembali ke paru-paru melalui arteri pulmoner. Saluran

napas dipendarahi oleh arteri bronkial yang merupakan percabangan kecil dari

aorta desendens. Arteri bronkial mengatur pasokan darah ke parenkim paru

setelah emboli paru, sehingga ketika pasien pulih, funsi paru kembali normal.

Vena pulmoner superior dan inferior mengembalikan darah teroksigenasi ke

atrium kiri, sementara saluran vena bronkial kembali ke sistem azigos (Ellis,

2006).

Aliran limfa paru sentripetal dari pleura menuju hilum. Dari node limfa

bronkopulmoner di hilum, kanal limfa eferen menuju node tracheobronchial di

percabangan dua dari trakea, kemudian menuju node paratrakeal dan truncus

limfa mediastinal biasanya langsung menuju vena brachiocephalica atau jarang

(21)

paru-paru berasal dari truncus vagus dan simpatis, dengan eferen ke otot bronkus dan

aferen dari membran mukus dari bronkiolus dan alveolus (Ellis, 2006).

2.2 Tumor Ganas Paru 2.2.1 Definisi

Istilah kanker paru digunakan untuk tumor-tumor yang berasal dari epitel

pernapasan (bronkus, bronkiolus, dan alveolus). Mesotelioma, limfoma, dan

tumor stroma (sarkoma) berbeda dengan kanker paru epitel. Menurut WHO, ada

empat tipe sel mayor yang mencapai 88% dari seluruh neoplasma paru primer,

yaitu squamous epidermoid carcinoma, small cell (disebut juga oat cell)

carcinoma, adenocarcinoma (termasuk bronchoalveolar), dan large cell (disebut

juga large cell anaplastic) carcinoma. Sisanya termasuk undifferentiated

carcinomas, carcinoids, bronchialgland tumors (termasuk adenoid cystic

carcinomas dan mucoepidermoid tumors), dan tipe tumor yang langka.

Diperlukan diagnosis secara histologi yang tepat untuk menentukan jenis

keganasan yang terjadi karena akan berpengaruh terhadap respon terapi yang

diberikan (Minna, 2005).

2.2.2 Epidemiologi

Berdasarkan insidensi dan angka kematian, kanker paru telah menjadi

yang terbanyak di dunia sejak tahun 1985. Secara global, kanker paru adalah

kanker yang paling banyak angka kejadian baru dengan 1,35 juta kasus dan 12,4%

dari seluruh kejadian baru kanker dan angka kematian 1,18 juta kasus dan 17,6%

(22)

Gambar 2.5 Gambar perkiraan kanker berdasarkan jenis kelamin. Sumber : Dela Cruz, C. S., Tanoue, L. T., Matthay, R. A., 2011. Lung Cancer : Epidemiology, Etiology, and Prevention. Elsevier Inc.

2.2.3 Faktor Resiko a. Merokok

Sekitar 90% dari penderita kanker paru merupakan perokok. Usia

anak-anak dan dewasa muda lebih mudah mengalami kerusakan DNA akibat paparan

asap rokok daripada orang dewasa. Resiko terkena kanker paru setelah berhenti

merokok tergantung pada tingkat konsumsi rokok. Seseorang yang mengonsumsi

1-20 batang rokok setiap hari beresiko 1,6 kali terkena kanker paru setelah

berhenti merokok selama 16 tahun. Seseorang dengan konsumsi rokok lebih dari

21 batang setiap hari beresiko 4 kali lipat terkena kanker paru setelah 16 tahun

berhenti merokok dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok

(23)

Berdasarkan U.S. Environmental Protection Agency (EPA), kira-kira 3.000

orang dewasa yang tidak merokok meninggal dunia akibat kanker paru setiap

tahunnya karena menghirup asap rokok orang lain. Resiko kematian akibat kanker

paru 30% lebih besar bagi orang yang tidak merokok yang tinggal bersama

perokok dibandingkan yang tidak tinggal bersama perokok (Abraham, 2005).

b. Pekerjaan

Paparan terhadap zat seperti arsenik, asbestos, berilium, clorometileter,

krom, hidrokarbon, gas mustard, nikel, dan radiasi (termasuk radon) dikaitkan

dengan perkembangan kanker paru. Paparan asbestos pada perokok dihubungkan

dengan resiko sinergis perkembangan karsinoma bronkogenik. Paparan radon

pada tambang bawah tanah dengan ventilasi yang buruk juga dikaitkan dengan

meningkatnya resiko kanker paru (Abraham, 2005).

Faktor resiko pekerjaan yang paling banyak ialah paparan asbestos.

Penelitian menunjukkan paparan radon berhubungan 10% dari seluruh kasus

kanker paru, sementara polusi udara luar ruangan berhubungan 1-2% (Tan, 2014).

2.2.4 Patofisiologi a. Paparan Karsinogen

Tembakau rokok mengandung lebih dari 300 zat berbahaya dengan

sedikitnya 40 karsinogen poten. Polyaromatic hydrocarbons dan nicotine-derived

nitrosamine ketone (NNK) menyebabkan kerusakan DNA pada model hewan.

Benzo-A-pyrine juga memicu sinyal molekuler seperti AKT, dan mutasi p53 dan

tumor suppressor genes lainnya (Tan, 2014).

Penelitian yang dilakukan Ito mengenai pergeseran tipe histologi kanker

paru di Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan perubahan tipe kanker paru

yang paling sering SCC menjadi Adenocarcinoma berhubungan dengan

(24)

protein pada permukaan membran sel dengan aktivitas GTPase dan terlibat dalam

transduksi informasi. Mutasi gen ras ini terjadi pada Adenocarcinoma dan

ditemukan pada 30% kasus. Mutasi ini tidak ditemukan pada Adenocarcinoma

yang terjadi pada orang yang tidak merokok (Tan, 2014).

Kelainan genetik lain yang ditemukan pada Non Small Cell Lung Cancer

adalah mutasi onkogen c-myc dan c-raf dan pada gen penekan tumor

retinoblastoma (Rb) dan p53 (Tan, 2014).

2.2.5 Klasifikasi

Klasifikasi tumor penting untuk menentukan pengobatan pasien dan untuk

dasar penelitian epidemiologis dan biologis. Klasifikasi yang paling sering

digunakan adalah klasifikasi WHO yang mengelompokkan berdasarkan gambaran

histologi. Terdapat banyak gambaran histologi yang ditemukan, namun perbedaan

klinis masih belum dapat ditentukan. Secara garis besar tumor paru

dikelompokkan menjadi (Husain, 2010):

1. Adenocarcinoma (37% laki-laki, 47% perempuan)

2. Squamous cell carcinoma (32% laki-laki, 25% perempuan)

3. Small cell carcinoma (14% laki-laki, 18% perempuan)

4. Large cell carcinoma (18% laki-laki, 10% perempuan)

Adenocarcinoma adalah tumor ganas epitel dengan diferensiasi glandular

atau produksi mucin dari sel-sel tumor, tumbuh dengan berbagai pola, termasuk

asinar, papillary, bronchoalveolar, dan solid dengan pembentukan mucin. Tumor

ini paling sering terjadi pada perempuan dan orang yang tidak merokok.

Dibanding dengan kanker squamous cell, lesi biasanya terletak lebih perifer dan

berukuran lebih kecil. Adenocarcinoma tumbuh lebih lambat dari pada squamous

(25)

Gambar 2.6 Gambar paru yang terkena adenocarcinoma. Terdapat nodul berwarna putih dibagian perifer.

Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc.

Gambar 2.7 Gambar sitologi adenocarcinoma paru. Sel saling tumpang tindih dengan sitoplasma yang sedikit dan pucat, inti sel relatif besar.

Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5th ed. Lippincott William & Wilkins.

Squamous cell carcinoma adalah yang paling banyak ditemukan pada

laki-laki dan erat kaitannya dengan kebiasaan merokok. Secara histologi terdapat

keratinisasi dan/atau sambungan interseluler. Keratinisasi dapat berbentuk

squamous atau sel dengan sitoplasma eosinofilik. Dulu, kebanyakan squamous

(26)

Gambar 2.8 Gambar paru yang terkena squamous cell carcinoma. Terdapat massa putih pada hilum.

Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc.

Gambar 2.9 Gambar sitologi squamous cell carcinoma dengan inti ganda. Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5th ed. Lippincott William & Wilkins.

Small cell carcinoma adalah tumor ganas yang memiliki tipe sel yang

khusus. Sel epitelnya cenderung kecil dengan sitoplasma sedikit, pinggiran sel

pucat, kromatin inti bergranul sempurna, tidak terlihat nukleolus. Sel ada yang

berbentuk bulat, oval, atau gelendong dengan tingkat mitosis yang tinggi. Tidak

ada ukuran pasti untuk sel tumor, tapi umumnya lebih kecil daripada tiga limfosit.

Hanya 1% penderita small cell carcinoma yang tidak merokok. Tumor ganas

(27)

paru, dan metastasis secara luas, tidak dapat sembuh dengan operasi (Husain,

2010).

Gambar 2.10 Gambar paru yang terkena small cell carcinoma. Tanda panah menunjukkan lumen bronkus yang ditumbuhi small cell carcinoma.

Sumber : Kemp, W. L., Burns, D. K., Brown, T.G., 2008. The Big Picture Pathology.The McGraw-Hill Companies, Inc.

Gambar 2.11 Gambar sitologi small cell carcinoma. Terlihat kelompok sel saling berlengketan dengan bebas.

Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5th ed. Lippincott William & Wilkins.

Large cell carcinoma adalah tumor ganas epitel yang tidak memiliki profil

sitologi small cell carcinoma. Sel memiliki inti besar, nukleolus mencolok, jumlah

(28)

Gambar 2.12 Gambar sitologi dari large cell carcinoma. inti hiperkromatik dengan tekstur kromatin kasar pada sitoplasma yang pucat.

Sumber : Koss, L. G., Melamed, M. R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5th ed. Lippincott William & Wilkins.

Tabel 2.1 Tabel Tumor Epitel Paru Berdasarkan Klasifikasi WHO

PREINVASIVE LESIONS

Squamous dysplasia/carcinoma in situ

Atypical adenomatous hyperplasia

Diffuse idiopathic pulmonary neuroendocrine cell hyperplasia

INVASIVE MALIGNANT LESIONS Squamous cell carcinoma

Variants

Papillary

Clear cell

Small cell

Basaloid

Small cell carcinoma Variant

Combined small cell carcinoma

Adenocarcinoma Acinar

Papillary

Bronchioloalveolar carcinoma

(29)

Mucinous (goblet cell) type

Mixed mucinous and nonmucinous (Clara cell/type II pneumocyte and

goblet cell) type, or indeterminate cell type

Solid adenocarcinoma with mucin formation

Adenocarcinoma with mixed subtypes

Variants

Large cell neuroendocrine carcinoma

Combined large cell neuroendocrine carcinoma

Basaloid carcinoma

Lymphoepitheliomalike carcinoma

Clear cell carcinoma

Large cell carcinoma with rhabdoid phenotype

Adenosquamous carcinoma

Carcinomas with pleomorphic, sarcomatoid, or sarcomatous elements Carcinomas with spindle or giant cells

(30)

Carcinomas of salivary gland type Mucoepidermoid carcinoma

Adenoid cystic carcinoma

Others

Unclassified

Sumber : DeVita, V. T., Lawrence, T. S., Rosenberg, S.A., 2008. Devita, Hellman & Rosenberg’s Cancer : Principles & Practice of Oncology. 8th ed. Lippincott William & Wilkins.

2.2.6 Diagnosis

Gambaran klinik keganasan paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru

lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis dapat

ditemukan keluhan utama berupa batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih,

dapat juga purulen), sesak nafas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan,

benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai

sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat (PDPI, 2003).

Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Tumor

paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada

pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai

akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan

memberikan jasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat menjadi

sumber informasi untuk menentukan stage penyakit, seperti pembesaran KGB

atau tumor diluar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan

perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan

intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang (PDPI,

2003).

1. Gambaran radiologis

a. Foto toraks : pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila

masa tumor berukuran lebih dari 1cm. Tanda yang mendukung keganasan

adalah tepi ireguler disertai identasi pleura, tumor satelit, dll. Pada foto tumor

juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikardium,

(31)

b. CT-Scan toraks : dapat mendeteksi tumor dengan ukuran < 1cm secara lebih

tepat daripada foto toraks. Tanda keganasan tergambar lebih baik meski tanpa

gejala. CT-scan mampu mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening untuk

menentukan stage keganasan paru.

c. Pemeriksaan radiologi lainnya : dilakukan karena foto toraks dan CT-scan

toraks tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Misalnya

Crain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak.

2. Gambaran Sitologi

Pemeriksaan sitologi terhadap sputum, sekret bronkus, dan aspirat

memiliki dua tujuan (Rubin, 2009) :

a. Untuk menentukan adanya tumor

b. Untuk mengelompokkan tumor secara akurat sesuai dengan tipe histologinya.

Identifikasi small cell carcinoma dan non-small cell carcinoma sangat penting

karena dapat mempengaruhi cara penanganan kasus.

Bila dilakukan dengan tepat, pemeriksaan sitologi dapat mengarahkan

diagnosis yang tepat, cepat, dengan akurasi yang yang sama atau bahkan lebih

baik daripada teknik lainnya. Kelebihan dari pemeriksaan sitologi adalah dapat

memberi pilihan rencana penanganan tanpa harus dilakukan biopsi terbuka.

Namun interpretasi dari pemeriksaan sitologi harus selalu disesuaikan dengan

manifestasi klinis, karena sering tumor jinak dapat memicu perubahan seluler

yang menyerupai proses keganasan(Koss, 2006).

Penetapan yang optimal dari berbagai jenis keganasan paru dengan

pemeriksaan sitologi diperoleh dengan memeriksa hapusan yang difiksasi

menggunaan pewarnaan Papanicolaou. Tetapi, pengeringan di udara, hapusan

yang difiksasi metanol, pewarnaan dengan Diff-Quik atau pewarnaan hematologi

lain banyak digunakan terutama untuk sitologi aspirasi percutaneous (Koss,

(32)

b. Trauma yang terjadi pada pengambilan sampel untuk pemeriksaan sitologi

lebih sedikit dibandingkan biopsi.

c. Permukaan lokasi pengambilan sampel pemeriksaan sitologi lebih luas

dibandingkan biopsi yang terbatas pada daerah yang kecil dimana terlihat

jelas adanya kelainan.

d. Dengan pemeriksaan sitologi dapat diperoleh sampel dari tumor-tumor yang

sulit diperoleh dengan biopsi. Sampel peripheral carcinoma paru-paru dapat

diperoleh dengan fine-needle aspiration.

e. Dibandingkan dengan biopsi, pengambilan sampel pemeriksaan sitologi lebih

nyaman bagi pasien.

f. Biaya deteksi kanker menggunakan pemeriksaan sitologi jauh lebih murah

dan tidak diperlukan tes, prosedur, dan pembedahan.

Ketepatan diagnosis menggunakan pemeriksaan sitologi bergantung pada

beberapa faktor, termasuk pengalaman pengambil sampel, metode pengambilan

sampel, kecukupan jumlah sampel, organ target pemeriksaan, dan keahlian

pemeriksa sitologi. Diagnosis false-positive akan jarang terjadi pada ahli

sitopatologi yang berpengalaman, sehingga spesifisitas diagnosis keganasan

mendekati 100%. Sensitivitas tes berada pada rentang 80% hingga 90% untuk

hampir seluruh tipe spesimen. Sel ganas yang tidak terlihat pada pemeriksaan

sitologi tidak menghilangkan kemungkinan adanya keganasan. (Rubin, 2009)

Beberapa kekurangan dari pemeriksaan sitologi (Rubin, 2009) :

a. Sampel yang tidak memadai menyebabkan diagnosis false-negative pada

pemeriksaan sitologi.

b. Klasifikasi tipe tumor lebih sulit dengan sampel sitologi dibandingkan dengan

spesimen biopsi. Hal ini dikarenakan sample sitologi berukuran kecil dan

tidak terlihat pola jaringan.

c. Pemeriksaan sitologi tidak dapat mengetahui luas dan dalam dari invasi

keganasan.

Berikut adalah beberapa jenis pemeriksaan sitologi (Cibas, 2009) :

(33)

Sputum terdiri dari campuran unsur seluler dan non-seluler yang

dibersihkan oleh aparatus mukosilier. Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan

hanya menimbulkan sedikit ketidaknyamanan. Namun skrining yang dilakukan

pada perokok tanpa gejala tidak mampu menurunkan angka kematian akibat

kanker paru. Kini pemeriksaan sitologi sputum dilakukan kepada individu dengan

gejala penyakit paru. Pengumpulan spesimen yang multipel dalam beberapa hari

akan meningkatkan sensitivitas pemeriksaan. Lebih baik bila spesimen diperoleh

dari batuk dalam di pagi hari. Bila sputum yang dikeluarkan tidak cukup, dapat

diinduksi dengan menghirup air atau salin yang di nebul. Induksi sputum dapat

meningkatkan deteksi kanker paru. Bila preparat sputum tidak dapat disiapkan

dengan cepat, pasien dapat meludah ke larutan etanol 70%.

Metode sederhana dalam preparasi sputum dikenal dengan teknik “pick

and smear”, dimana sputum segar diperiksa adanya kepingan jaringan, darah, atau

keduanya. Pulasan disiapkan dari area yang mengandung unsur ini dan segera

difiksasi dengan etanol 95%. Modifikasi metode ini disebut metode Saccomanno,

dimana sputum dikumpulkan dengan etanol 50% dan carbowax 2%. Spesimen

dihomogenkan dengan blender dan dikonsentrasikan dengan sentrifugasi.

Penggunaan dithiothreitol (DTT) pada homogenisasi dapat meningkatkan

sensitivitas. Pulasan dibuat dari materi seluler yang sudah terkonsentrasi dan

digunakan pewarnaan Papanicolau.

Sensitivitas sitologi sputum untuk diagnosis keganasan meningkat dengan

jumlah spesimen yang diperiksa, dari 42% untuk spesimen tunggal menjadi 91%

untuk lima spesimen. Spesifisitas pemeriksaan sputum berkisar 96% hingga 99%

dan positive dan negative predictive value berurutan adalah 100% dan 15%. Hasil

negatif pemeriksan sputum tidak menjamin tidak adanya keganasan pada paru.

Sensitifitas pemeriksaan sitologi sputum tergantung pada lokasi tumor ganas :

46% sampai 77% untuk kanker paru sentral namun hhanya 31% hingga 47%

(34)

setiap bagian saluran pernapasan dapat diambil menggunakan alat ini. Komplikasi

bronkoskopi jarang terjadi, dapat berupa laringospasme, bronkospasme, gangguan

konduksi jantung, kejang, hipoksia, dan sepsis.

3. Bronchial Aspirations and Washings

Sekret bronkus dapat diaspirasi langsung dari saluran napas bawah

menggunakan bronkoskopi, tapi metode yang lebih sering digunakan adalah

mencuci mukosa dengan memasukkan 3 sampai 10 mL salin dan mengaspirasi

cairan cuci. Cairan kemudian disentrifuge dan konsentrat digunakan untuk

membuat sapuan preparat yang tipis.

4. Bronchial Brushings

Bronkoskopi serat optik memberikan gambaran langsung dan sampling

dari cabang tracheobronchial. Pada permukaan lesi endobronkial dilakukan

sikatan dan sel yang didapat dihapuskan ke kaca preparat. Hapusan segera

difiksasi dengan etanol 95%.

5. Brochoalveolar Lavage (BAL)

Pada BAL, bronkoskopi dimasukkan sedalam mungkin dan saluran nafas

bagian distal dibilas dengan normal saline beberapa kali. Bilasan pertama lebih

mewakilkan materi seluler dari saluran udara yang lebih besar.

BAL bermanfaat untuk diagnosis infeksi oportunistik pada pasien dengan

penurunan imunitas, hasil diagnosis untuk patogen infeksius 39% dengan

sensitivitas 82% dan spesifisitas 53%. Pada pasien AIDS sensitivitas BAL

mencapai 86%.

BAL juga bermanfaat untuk diagnosis keganasan dengan sensitivitas

beragam dari 35% sampai 70% dan lebih tinggi untuk tumor mutifokal atau difus

seperti bronchioalveolar carcinoma.

6. Transbronchial Fine-Needle Aspiration

Transbronchial FNA berguna untuk diagnosis lesi paru primer yang

terletak dipermukaan bronchial dan untuk staging kanker paru dengan sample

limfa node mediastinum. Sensitivitas pemeriksaan ini 56% namun bila

dikombinasikan dengan bronchial brush, wash, dan biopsi menjadi 72%, serta

(35)

dari kanker paru non-small cell. Akurasi staging mediastinum meningkat bila

dipandu dengan ultrasound.

7. Transesophageal Fine-Needle Aspiration

Dengan melewatkan jarum melewati esophagus, sampling limfa node

mediastinum dapat dilakukan. Dengan panduan ultrasound, akurasi sampling akan

lebih baik. Endoscopic FNA lebih hemat biaya dan tidak diperlukan thoracotomy.

Akurasi diagnosis endoscopic transesophageal FNA 70% hingga 80%. Bila

dikombinasi dengan transbronchial FNA, hasil diagnosis untuk staging

mediastinum mendekati 100%.

8. Percutaneous Fine-Needle Aspiration

Diagnosis cepat dan mobiditas minimal membuat percutaneous FNA

menjadi alternatif bagi biopsi operasi untuk evaluasi pasien dengan massa di paru.

Namun terdapat beberapa kontraindikasi seperti COPD, emphysema, batuk tidak

terkontrol, pasien yang tidak kooperatif, penyakit jantung, severe pulmonary

hypertension, arteriovenous malformation. Komplikasi paling sering dari

percutaneous FNA adalah pneumothorax (21% - 34% pasien). Percutaneous FNA

memiliki sensitivitas 89% dan spesifisitas 96%. Pada hapusan yang difiksasi

menggunakan metanol dan dikeringkan di udara, digunakan pewarnaan Diff-Quik.

Kategori diagnosis untuk spesimen sitologi (Papanicolau Society, 1999) :

1. Nondiagnostic Specimens (C1)

Bila pada spesimen tidak ditemukan materi seluler, materi bercampur

darah, pengawetan buruk, clinicopathologic tidak bisa didiagnosisi secara

spesifik.

2. Specific Benign Lesions (C2)

Semua neoplasma jinak, proses peradangan, hapusan yang terdapat infeksi

(jamur, mikobakteri, bakteri).

3. Atypical Cells Present, Probably Benign (C3)

(36)

5. Malignancy Present (C5)

Semua specimen yang dapat ditegakkan diagnosis pasti keganasan.

2.2.7 Imunositokimia

Imunositokimia sering digunakan sebagai tambahan dalam diagnosis

morfologi tumor-tumor paru. Pemeriksaan ini sering digunakan untuk

membedakan antara tumor primer dengan tumor metastasis dan antara small cell

dengan non-small cell carcinoma. Tumor paru primer, termasuk small cell cancer

dan adenocarcinoma, menunjukkan faktor transkripsi tiroid (TTF-1) dan

cytokeratin-7. TTF-1 juga dapat terlihat pada tumor tiroid primer.

Carcinoembryonic antigen (CEA) terlihat pada adenocarcinoma paru. Namun

dapat juga terlihat pada adenocarcinoma pankreas, kolon, payudara, dan

organ-organ lainnya. Pada tumor-tumor paru neuroendokrin baik ganas maupun jinak

terlihat marker neuroendokrin, chromgranin-A, synaptophysin, neuron-spesific

enolase, dan CD 56, juga cytokeratin-7 dan TTF-1. (Gupta, 2008)

(37)

Gambar 2.14 Gambar pewarnaan imunoperoksidase untuk thyroid transcription factor-1 (TTF-1) pada pewarnaan inti cell block

(38)

BAB 3

(39)

sedikit, pinggir sel pucat, kromatin inti bergranul

sempurna, tidak terlihat nukleolus

7 Large cell

carcinoma

Tumor ganas epitel dengan nukleus besar, inti sel mencolok, dan jumlah sitoplasma sedang

Rekam medis

Diagnosis

Patologi Anatomi

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional (potong

lintang) untuk menggambarkan dan menganalisis karakteristik tumor ganas paru

menggunakan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus.

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penilitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik dengan rekam medis

sebagai data penelitian.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan April 2014 sampai bulan Desember 2014

4.3Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini seluruh pemeriksaan sitologi paru yang dilakukan

di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik dari bulan Januari tahun

2011 sampai bulan Desember tahun 2 013.

4.3.2 Sampel

Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Adapun kriteria

inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :

a. Kriteria inklusi

1. Seluruh pemeriksaan sitologi sikatan bronkus dari bulan Januari tahun 2011

sampai bulan Desember tahun 2013 yang menunjukkan keganasan (C5)

b. Kriteria eksklusi

1. Data rekam medis yang tidak lengkap

2. Pemeriksaan berulang seorang pasien dengan diagnosis jenis keganasan yang

(41)

Berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, seluruh populasi yang

memenuhi kriteria akan menjadi objek penelitian (total sampling).

4.4Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

didapat dari rekam medis meliputi diagnosis tumor ganas paru melalui

pemeriksaan sitologi bronkus.

4.5Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari rekam medis ditabulasi untuk diolah

menggunakan program Statistic Product and Service Solutions (SPSS). Hasil

(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1Hasil Penelitian

6.1.1 Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam

Malik Medan yang memiliki pelayanan spesialis penunjang klinis patologi

anatomi sebagai kriteria rumah sakit tipe A sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang

klasifikasi rumah sakit dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor

502/MENKES/SK/IX/1991 yang menjelaskan RSUP Haji Adam Malik sebagai

Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara,

Aceh, Sumatera Barat, dan Riau, sehingga diharapkan dapat ditemukan lebih

banyak kasus keganasan.

6.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Pada penelitian ini digunakan data sekunder berupa rekam medis yang

diperoleh dari Departemen Patologi Anatomi Rumah Sakit Umum Pendidikan

Haji Adam Malik, Medan dengan mengambil data mengenai pemeriksaan sitologi

sikatan bronkus yang dilakukan untuk diagnosis keganasan paru. Dari tahun 2011

sampai 2013 diperoleh 217 diagnosis keganasan dengan klasifikasi WHO yaitu

Non-Small Cell Carcinoma (Adenocarcinoma, Large Cell Carcinoma, Squamous

Cell Carcinoma) dan Small Cell Carcinoma. Namun juga terdapat kelompok

Unidentified, dimana ditemukan keganasan dengan kriteria sitologi C5, namun

tidak dapat ditentukan jenis keganasan yang terjadi. Gambaran jenis keganasan

(43)

Tabel 5.1 Tabel Frekuensi Keganasan Paru Berdasarkan Pemeriksaan Sitologi Sikatan Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011-2013

Diagnosis Jumlah (N) Persentase (%)

Adenocarcinoma 61 28.1

Squamous Cell Carcinoma 48 22.1

Small Cell Carcinoma 7 3.2

Large Cell Carcinoma 6 2.8

Unidentified 95 43.8

Total 217 100.0

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 217 keganasan yang ditemukan,

Adenocarcinoma merupakan jenis keganasan terbanyak yang ditemukan dengan

61 keganasan (28.1%). Squamous Cell Carcinoma berjumlah 48 keganasan

(22.1%). Small Cell Carcinoma berjumlah 7 keganasan (3.2%) dan Large Cell

Carcinoma berjumlah 6 keganasan (2.8%). Unidentified berjumlah 95 keganasan

(43.8%).

6.1.3 Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Kelompok Usia Penderita Distribusi jenis keganasan berdasarkan kelompok usia dari penderita

tumor ganas paru berdasarkan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus di Rumah

Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik pada tahun 2011-2013 dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru secara Sitologi Sikatan Bronkus Berdasarkan Rentang Usia Penderita di RSUP Haji Adam Malik Tahun

2011-2013

(44)

60-69 tahun dengan 15 keganasan (6.9%). Large Cell Carcinoma paling banyak

ditemukan pada kelompok usia 60-69 tahun dengan 4 keganasan (1.8%). Small

Cell Carcinoma ditemukan paling banyak pada kelompok usia 40-49 tahun

dengan 3 keganasan (1.4%). Kelompok usia 50-59 tahun adalah kelompok dengan

diagnosis keganasan paling banyak, dengan 84 keganasan (38.7%), namun 59

keganasan (27.2%) adalah Unidentified.

Berdasarkan seluruh keganasan yang ditemukan, terdapat 2 keganasan

(0.9%) pada pasien dengan rentang usia 20-29 tahun, 11 keganasan (5.1%) pada

rentang usia 30-39 tahun, 38 keganasan (17.5%) pada rentang usia 40-49 tahun,

84 keganasan (38.7%) pada rentang usia 50-59 tahun, 55 keganasan (25.3%) pada

rentang usia 60-69 tahun, 24 keganasan (11.1%) pada rentang usia 70-79 tahun,

dan 3 keganasan (1.4%) pada usia diatas 80 tahun.

6.1.4 Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Distribusi jenis keganasan berdasarkan jenis kelamin dari penderita tumor

ganas paru berdasarkan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus di Rumah Sakit

Umum Pendidikan Haji Adam Malik pada tahun 2011-2013 dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Dengan Pemeriksaan Sitologi Sikatan Bronkus di RSUP Haji Adam

Malik Tahun 2011-2013

Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa Adenocarcinoma didiagnosis pada 61

kasus (28.1%), dengan 453 kasus (19.8%) pada laki-laki dan 18 kasus (8.3%)

pada perempuan. Large Cell Carcinoma didiagnosis pada 6 kasus (2.8%), dengan

5 kasus (2.3%) pada laki-laki dan 1 kasus (0.5%) pada perempuan. Squamous Cell

Carcinoma didiagnosis pada 48 kasus (22.1%), dengan 36 kasus (16.6%) pada

(45)

pada 7 kasus (3.6%), dengan 4 keganasan (1.8%) pada laki-laki dan 3 kasus

(1.4%) pada perempuan.

6.1.5 Distribusi Jenis Keganasan berdasarkan Tahun

Distribusi jenis keganasan berdasarkan tahun dari penderita tumor ganas

paru berdasarkan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus di Rumah Sakit Umum

Pendidikan Haji Adam Malik pada tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.4 Tabel Distribusi Jenis Keganasan Paru Berdasarkan Tahun Dengan Pemeriksaan Sitologi Sikatan Bronkus di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011

-2013

Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 terdapat 119

diagnosis keganasan dimana 42 keganasan (19.4%) didiagnosis Adenocarcinoma,

3 keganasan (1.4%) didiagnosis Large Cell Carcinoma, 34 keganasan (15.7%)

didiagnosis Squamous Cell Carcinoma, 7 keganasan (3.2%) didiagnosis Small

Cell Carcinoma. Sebanyak 33 keganasan (15.2%) tidak diklasifikasikan jenisnya.

Pada tahun 2012 terdapat 47 diagnosis keganasan dimana 16 keganasan (7.4%)

didiagnosis Adenocarcinoma, 3 keganasan (1.4%) didiagnosis Large Cell

Carcinoma, 12 keganasan (5.5%) dengan kesan Squamous Cell Carcinoma, dan

tidak diperoleh diagnosis Small Cell Carcinoma. Sebanyak 16 keganasan (7.4%)

tidak diklasifikasikan jenisnya.

Pada tahun 2013 terdapat 47 diagnosis keganasan dimana 3 keganasan (1.4%)

didiagnosis Adenocarcinoma, 2 keganasan (0.9%) didiagnosis Squamous Cell

(46)

6.2Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis Patologi Anatomi

Rumah Sakit Umum Pendidikan Haji Adam Malik terdapat 217 diagnosis

keganasan paru menggunakan pemeriksaan sitologi sikatan bronkus. Kelompok

usia 50-59 tahun adalah kelompok usia yang paling banyak didiagnosis keganasan

paru dengan 84 keganasan (38.7%). Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Titis

et al. (2009) di Jakarta yang menyebutkan bahwa kelompok usia yang paling

banyak terkena keganasan paru adalah dengan rentang usia 60-69 tahun.Hal ini

sejalan dengan penelitian Metha et al. (2014) menyebutkan bahwa 85,2%

penderita karsinoma paru berusia lebih dari 40 tahun. Terdapat kecenderungan

peningkatan jumlah penderita keganasan paru seiring penambahan usia.

Terdapat penurunan jumlah diagnosis keganasan paru berdasarkan

pemeriksaan sitologi sikatan bronkus dari tahun 2011 sejumlah 119 keganasan,

menjadi 47 keganasan pada tahun 2012, dan 51 keganasan pada tahun 2013. Hal

ini menunjukkan kesan penurunan prevalensi keganasan paru. Hasil penelitian

Cancer Research UK (2014) menunjukkan terdapat hubungan antara prevalensi

kanker paru dengan jumlah perokok aktif. Namun berdasarkan RISKESDAS

tahun 2013, perilaku merokok penduduk usia 15 tahun keatas cenderung

meningkat dari 34.2% tahun 2007 menjadi 36.3% tahun 2013. 64.9% laki-laki dan

2.1% perempuan merupakan perokok aktif. Namun menurut CDC, risiko kejadian

kanker paru dipengaruhi oleh lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap setiap

harinya sehingga belum dapat dipastikan penyebab penurunan diagnosis kanker

paru di RSUP Haji Adam Malik akibat kurangnya data penelitian mengenai hal

tersebut.

Adenocarcinoma merupakan jenis keganasan yang paling banyak

didiagnosis, dengan 61 keganasan (28.1%) dari 217 diagnosis keganasan, dengan

43 keganasan (19.8%) pada laki-laki dan 18 keganasan (8.3%) pada perempuan.

Hal ini serupa dengan hasil penelitian Titis, et al. (2009) yang menyatakan bahwa

Adenocarcinoma merupakan kesan diagnosis terbanyak dengan 17 (42,5%) dari

40 pasien dari pasien di RS Persahabatan, Jakarta. Penelitian yang dilakukan Ito

(47)

menunjukkan perubahan tipe kanker paru yang paling sering SCC menjadi

Adenocarcinoma berhubungan dengan peningkatan penggunaan rokok berfilter.

Diagnosis keganasan paru yang tidak ditentukan jenis keganasannya

(Unidentified) yaitu sebanyak 95 keganasan (43.8%) dari seluruh diagnosis

keganasan yang dilakukan. Salah satu hal yang dapat mengakibatkan kesalahan

diagnosis adalah kemiripan mikroskopis dari spesimen pemeriksaan sitologi

seperti pada gambar berikut.

Gambar 5.1 Gambar mikroskopik spesimen sitologi.

Sumber : Idowu, M. O., Powers, C. N., 2010. Lung Cancer Cytology: Potential Pitfalls and Mimics- a Review. Department of Pathology, Virgina Commonwealth University Medical Center. USA.

Berdasarkan studi yang dilakukan Thivolet-Behui, diperkirakan terdapat

1% hasil positif palsu yang dialami bahkan oleh ahli sitopatologi yang

berpengalaman. Sangat penting untuk mengetahui kemungkinan dan kemiripan

dalam sitopatologi pernafasan karena diagnosis positif palsu mungkin dapat

sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas, sedangkan diagnosis

Squamous Cell Carcinoma Squamous Cell Carcinoma Squamous Cell Carcinoma

(48)

efektif untuk penegakan diagnosis keganasan. Pada artikel The Biomedical

Scientist (2011) dituliskan bahwa pemeriksaan imunositokimia dari spesimen

sikatan atau bilasan bronkus dapat meningkatkan akurasi dari diagnosis keganasan

(49)

BAB 6

Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

1. Kejadian keganasan paru terkesan mengalami penurunan sedangkan dari hasil

RISKESDAS 2013 menunjukkan peningkatan jumlah perokok aktif usia lebih

dari 15 tahun. Namun belum dapat ditentukan penyebab turunnya diagnosis

tersebut dikarenakan kurangnya data mengenai lama merokok dan jumah

rokok yang dikonsumsi sebagai salah satu faktor resiko terjadinya keganasan

paru.

2. Pemeriksaan sitologi sikatan bronkus mampu menegakkan diagnosis

keganasan paru sebagai alternatif oleh karena kesulitan biopsi jaringan paru.

Namun gambaran yang ditemukan sering tidak spesifik untuk satu jenis

keganasan paru tertentu. Jam terbang pemeriksa yang tinggi sangat

menentukan akurasi diagnosis.

3. Perbandingan jumlah penderita tumor ganas paru laki-laki dan perempuan

adalah 3:1, dengan Adenocarcinoma merupakan jenis keganasan paru

terbanyak dari tahun 2011 sampai tahun 2013.

4. Banyaknya keganasan yang tidak dikelompokkan jenisnya menunjukkan

diperlukannya metode diagnosis yang lebih baik terhadap keganasan paru.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan pemeriksaan imunositokimia dan pemeriksaan khusus lainnya

(biomolekuler) dalam penegakan diagnosis keganasan paru secara sitologi

sehingga peranan pemeriksaan sitologi dapat ditingkatkan akurasinya.

2. Perlu data lengkap mengenai faktor risiko pada setiap keganasan karena

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, J., Gulley, J.L., Allegra, C.J., 2005. Non-Small Cell Lung Cancer. In: Bethesda Handbook of Clinical Oncology Basic of Disease. 2nd ed. USA: Lippincot William & Wilkins.

Ammanagi, A.S., Dombale, V.D., Miskin, A.T., Dandagi, G.L., Sangolli, S.S., 2012. Sputum Cytology in Suspected Cases of Carcinoma of Lung (Sputum Cytology A Poor Man’s Bronchoscopy!). Available from:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Basyar, M., Hulma, M.A., Mulyani, H., 2014. Hubungan Karakteristik Penderita dengan Gambaran Sitopatologi pada Kasus Karsinoma Paru yang Dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Available from:

http://jurnal.fk.unand.ac.id [Downloaded 09 Desember 2014]

CDC, 2014. What Are the Risk Factors for Lung Cancer?. Centers for Disease Control and Prevention. Available from

http://www.cdc.gov/cancer/lung/basic_info/risk_factors.htm [Accessed 10 Januari 2015]

Cancer Research UK, 2014. Types of Lung Cancer. Available from:

http://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/type/lung-cancer/about/types-of-lung-cancer. [Accessed 13 Desember 2014]

Cibas, E.S., Ducatman, D.S., 2009. Cytology:Diagnostic Principles and Clinical Correlates. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Inc., 67-70

Cruz, C.S.D., Tanoue, L.T., Matthay, R.A., 2011. Epidemiology, Etiology, and Prevention. Philadelphia: Elsevier Inc., 602

DeVita, V.T., Lawrence, T.S., Rosenberg, S.A., 2008. DeVita, Hellman & Rosberg’s Cancer: Principles & Practice of Oncology. 8th ed. Lippincott Williams & Wilkins

Ellis, H., 2006. Clinical Anatomy a revision and applied anatomy for clinical students. 11th ed. Australia: Blackwell Publishing Ltd., 19-28.

(51)

Gupta, P.K., Baloch, Z.W., 2008. Pulmonary Cytopathology. In: Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders Volume One & Two. 4th ed. McGraw-Hill Harvard Medical School, 2015. Bronchoscopy. Available from

http://www.health.harvard.edu/diagnostic-tests/bronchoscopy.htm. [Accessed 09 Januari 2015]

Hidayat, H., Rogayah, R., Swidarmoko, B., Wahyuni, T.D., 2011. The Positive Result of Cytology Brushing at Flexible Fiberoptic Bronchoscopy Compared with Transthoracic Needle Aspiration in Central Lung Tumor. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Husain, A.N., 2010. The Lung Tumors. In: Robbins and Cotran Pathologic Basic of Disease. 8th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.

Idowu, M.O., Powers, C.N., 2010. Lung Cancer Cytology: Potential Pitfalls and Mimics – A Review. Available from

www.ijcep.com /IJCEP1003005. [Accessed 27 November 2014]

International Agency for Research on Cancer, 2012. Globocan 2012: Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. World Health Organization. Available from

[Accessed 24 June 2014]

Kemp, W.L., Burns, D.K., Brown, T.G., 2008. Pulmonary Pathology. In: The Big Picture Pathology.McGraw-Hill

Koss, L.G., Melamed, M.R., 2006. Koss’ Diagnostic Cytology and Its Histopathologic Bases. 5th ed. Lippincott William & Wilkins

McKean, M., Wright, J., 2011. Lung Cancer: The Value of ICC on Bronchial Cytology Cell Blocks. The Biomedical Scientist

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Minna, J.D., 2005. Neoplasms of The Lung. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. McGraw-Hill

(52)

Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional, 2009. Rokok dan Kanker Paru. Rumah Sakit Dharmais Pusat Kanker Nasional. Available from

2014]

Rubin, E., Reisner, H.M., 2009. Essentials of Rubin’s Pathology. 5th ed. Lippincott William & Wilkins

Tan, W. W., 2014. Non-Small Cell Lung Cancer. Available from http://emedicine.medscape.com/article/279960-overview#aw2aab6b2b2

(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Roushan Fikri

Tempat, Tanggal Lahir : Duri, 20 Juli 1993

Alamat : Jl. Abadi Komplek Abadi Palace No.E8 Medan

No Telepon/ Email : 08974704274/roushanfikri@gmail.com

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki- laki

RiwayatPendidikan :

1. Taman Kanak-Kanak Al-Ittihad Rumbai Tahun 1998-1999

2. Sekolah Dasar Cendana Rumbai Tahun 1999-2005

3. Sekolah Menengah Pertama Cendana Rumbai Tahun 2005-2008

4. Sekolah Menengah Atas Cendana Pekanbaru Tahun 2008-2011

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Program Studi Pendidikan

Dokter Tahun 2011-2015

Riwayat Organisasi :

1. Sekretaris Harian Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara 2012-2013

2. Ketua Departemen Kaderisasi Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM)

(54)

3. Ketua Divisi Kenaziran Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara 2013-2014

4. Ketua Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) Rabbani Dewan Pimpinan

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

diagnosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Adenocarcinoma 61 28.1 28.1 28.1

Large Cell Carcinoma 6 2.8 2.8 30.9

Small Cell Carcinoma 7 3.2 3.2 34.1

Squamous Cell Carcinoma 48 22.1 22.1 56.2

unidentified 95 43.8 43.8 100.0

Total 217 100.0 100.0

tahun * diagnosis Crosstabulation

diagnosis

Total Adenocarcinoma

Large Cell

Carcinoma

Small Cell

Carcinoma

Squamous Cell

Carcinoma unidentified

tahun 2011 Count 42 3 7 34 33 119

% of Total 19.4% 1.4% 3.2% 15.7% 15.2% 54.8%

2012 Count 16 3 0 12 16 47

% of Total 7.4% 1.4% .0% 5.5% 7.4% 21.7%

2013 Count 3 0 0 2 46 51

% of Total 1.4% .0% .0% .9% 21.2% 23.5%

(66)

kelamin * diagnosis Crosstabulation

a. 3 cells (30,0%) have expected count less than 5. The minimum

(67)

% of Total 6.9% .0% 1.4% 5.5% 3.7% 17.5%

50-59 Count 13 1 1 10 59 84

% of Total 6.0% .5% .5% 4.6% 27.2% 38.7%

60-69 Count 15 4 2 15 19 55

% of Total 6.9% 1.8% .9% 6.9% 8.8% 25.3%

70-79 Count 8 1 1 8 6 24

% of Total 3.7% .5% .5% 3.7% 2.8% 11.1%

>80 Count 1 0 0 1 1 3

% of Total .5% .0% .0% .5% .5% 1.4%

Total Count 61 6 7 48 95 217

% of Total 28.1% 2.8% 3.2% 22.1% 43.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 58.396a 24 .000

Likelihood Ratio 58.381 24 .000

N of Valid Cases 217

a. 23 cells (65,7%) have expected count less than 5. The minimum

Gambar

Gambar 2.1 Gambar skematis trakea dan organ sisi anterior.
Gambar 2.4 Gambar skematis paru-paru penampang anterior.  Sumber : Ellis, H., 2006. clinical studentsClinical Anatomy Arevision and applied anatomy for .11th ed
Gambar 2.5 Gambar perkiraan kanker berdasarkan jenis kelamin.
Gambar 2.7 Gambar sitologi adenocarcinoma paru. Sel saling tumpang tindih dengan sitoplasma yang sedikit dan pucat, inti sel relatif besar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan intra-operatif yang terdiri dari sitologi imprint (SI) dan potong beku (PB) dipergunakan karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibanding

Skripsi dengan judul “Gambaran CT Scan Tumor Paru Jinak &amp; Ganas Pada Pasien Merokok di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari. 2015- Desember 2015” mengkaji kesesuaian

Gambaran Foto Toraks Pada Penderita Dewasa dengan Diagnosis Klinis Diabetes Melitus yang Disertai Tuberkulosis Paru di Bagian Paru FK UNSRAT BLU RSUP PROF.Dr..

Menurut penelitian Jurnal Respirologi Indonesia, dari 57 sampel penelitian sitologi jaringan, didapati Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil (KPKSK) sebanyak 2 kasus

Berdasar penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pasien tumor paru sekunder di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2013-2016.. Penelitian ini merupakan penelitian

Skripsi dengan judul “Gambaran CT Scan Tumor Paru Jinak &amp; Ganas Pada Pasien Merokok di RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2015- Desember 2015” mengkaji kesesuaian

Kanker paru merupakan kanker yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi yaitu sekitar 1,59 juta jiwa yang terjadi karena tingginya kebiasan merokok yang merupakan faktor

Mengetahui karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2018. Mengetahui kecenderungan kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSUP Haji