• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint, Potong Beku dan Histopatologi pada Lesi Tiroid di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint, Potong Beku dan Histopatologi pada Lesi Tiroid di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU

TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2011-2012

TESIS

POLTAK POIDA BERLIANA GURNING

NIM. 087108014

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

dan Histopatologi pada Lesi Tiroid di RSUP. Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2012

Nama : Poltak Poida Berliana Gurning

NIM : 087108014

Program Studi : Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Patologi Anatomi

TESIS INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH : Pembimbing I

Prof. Dr. HM. Nadjib D. Lubis, Sp.PA(K) NIP. 130 318 033

Pembimbing II

dr. Lidya Imelda Laksmi,M.Ked(PA), SpPA NIP. 19760110 200812 2 002

Ketua Program Studi

Patologi Anatomi FK USU

Ketua Departemen

Patologi Anatomi FK USU

dr. H. Delyuzar, M.Ked(PA), Sp.PA(K)

NIP. 19630219 199003 1 001

dr. T.Ibnu Alferraly, M.Ked(PA), Sp.PA, D.Bioet

NIP. 19620212 198911 1 001

(3)

LEMBAR PANITIA UJIAN

Judul Penelitian

Nama

NIM

: Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint Dan Potong

Beku Terhadap Histopatologi Lesi-lesi Tiroid Di

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2012

: Poltak Poida Berliana Gurning

: 087108014

Telah diuji pada

Hari/Tanggal : Jumat, 10 Mei 2013

Pembimbing : 1. Prof. Dr. HM. Nadjib D. Lubis, Sp.PA(K)

2. dr. Lidya Imelda Laksmi, M. Ked.(PA), Sp.PA

Penguji : 1. dr. H. Joko S. Lukito, Sp.PA(K)

(4)

PERNYATAAN

Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint Dan Potong Beku Terhadap Histopatologi Lesi-lesi Tiroid Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruaan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam rujukan ini.

Yang menyatakan

Peneliti

dr. Poltak Poida Berliana Gurning

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa atas berkat dan

rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul

“Konfirmasi Diagnostik Sitologi Imprint Dan Potong Beku Terhadap Histopatologi Lesi-lesi Tiroid Di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2012”.

Tesis ini adalah salah satu syarat yang harus dilaksanakan penulis dalam rangka

memenuhi persyaratan untuk meraih gelar Magister Patologi Anatomi dalam Program

Magister Kedokteran Klinik pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya tesis ini, ijinkan penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM),

Sp.A(K) dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof.dr. Gontar A. Siregar,

Sp.PD (KGEH), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk

dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. HM. Nadjib D.

Lubis, Sp.PA(K) (Pembimbing I) dan dr. Lidya Imelda Laksmi, M. Ked.(PA), Sp.PA

(Pembimbing II) yang penuh perhatian dan kesabaran telah mengorbankan waktu untuk

memberikan dorongan, bimbingan, bantuan serta saran-saran yang bermanfaat kepada

penulis mulai dari persiapan penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Terima kasih kepada dr. H. Joko S. Lukito, Sp.PA(K) dan dr. H. Delyuzar, M.

Ked.(PA), Sp.PA(K), yang juga merupakan Ketua Program Studi Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah bersedia menguji,

(6)

dr.Stephan Udjung, Sp.PA, dr.Lely Hartati, Sp.PA di Instalasi Patologi Anatomi Rumah

Sakit Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan tempat dan mengizinkan penulis

untuk mengambil sampel data penelitian ini.

Terima kasih kepada dr.T.Ibnu Alferraly, M.Ked(PA), Sp.PA, D.Bioet selaku Ketua

Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas

segala bantuannya selama penulis menjalankan pendidikan Program Magister

Kedokteran Klinik di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Terima kasih kepada dr.Jessy Chrestella,M.Ked(PA),Sp.PA sebagai dosen pembimbing

akademik atas segala bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

menjalankan pendidikan Program Magister Kedokteran Klinik di Departemen Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada dewan guru lainnya yakni

Prof. Dr. Gani W Tambunan, Sp.PA(K), dr. H. Soekimin, Sp.PA,

dr. Betty, M.Ked.(PA),Sp.PA, dan dr.Hj.Kemala Intan, M.Pd.

Persembahan terima kasih tulus tak terhingga, rasa hormat dan sembah sujud kepada

kedua orang tua, Ibunda tercinta R. boru Manurung dan Ayahanda tercinta O. Gurning

(Alm), yang telah membesarkan, mendidik dengan susah payah, namun penuh kasih

sayang tulus dan doa. Juga tak terlupakan yang selalu turut memberikan dorongan dan

doa Adinda Salama br. Gurning, SP, Adinda Richard Siagian, Ibu D. boru Manurung,

Ibu mertua M. br. Ginting, dan Adinda Oscar Siagian.

Kepada suami tercinta Herpendi Purba, SSI dan anak-anak terkasih Pricilla Philia br.

Purba, Felicia br. Purba dan Vania br. Purba, tiada kata setara yang dapat diucapkan

untuk mengutarakan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas

cinta, kasih sayang, pengertian, pengorbanan kesabaran, serta doa yang tulus yang

diberikan kepada penulis. Dan kepada seluruh keluarga besarku, abang-abang,

kakak-kakak, adik-adik, kemanakan-kemanakan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, saya

ucapkan terima kasih atas dorongan moral, materi, dan doa yang selalu menyemangati

(7)

Patologi Anatomi atas doa, semangat dan persahabatan selama ini, serta seluruh

pegawai di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

Dan tak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Pak Katemin, Pak Armin

(alm), Mas Yusni, Mas Husin, Mas Sumitro, Mbak Nafiah, Mbak Tika sebagai teman

kerja di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, serta seluruh staf paramedis di Instalasi Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam

Malik Medan yang telah mendukung proses pendidikan dan penelitian penulis selama

ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa isi hasil penelitian ini masih perlu mendapat koreksi

dan masukan untuk kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan

saran untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita

semua. Amin.

Penulis,

(8)
(9)

2.7.7. Tumor-tumor Sel Hurthle………...

2.7.13. Tumor Sekunder (Tumor Metastasis) pada Tiroid………… 2.8. Penatalaksanaan………... 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 44

3.2.1. Tempat Penelitian... 44

3.2.2. Waktu Penelitian... 44

3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel ………..………. 45

3.3.1 Populasi... 45

3.3.2 Sampel... 45

3.3.3 Besar Sampel... 3.3.4 Pengambilan Sampel... 45

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 45

3.4.1 Kriteria Inklusi………….………. 45

(10)

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi diagnosis sitologi biopsi aspirasi jarum halus

berdasarkan The British Thyroid... 15 Tabel 2.2. Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid……….... Tabel 2.3. Klasifikasi tumor tiroid berdasarkan Klasifikasi WHO

(2004)……….. Tabel 3.1. Waktu pelaksanaan penelitian………. Tabel 4.1. Distribusi frekuensi penderita lesi tiroid berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin……….. Tabel 4.2. Hasil pemeriksaan histopatologik 29 lesi tiroid………... Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan sitologi imprint 29 lesi tiroid……... Tabel 4.4. Hasil pemeriksaan potong beku 29 lesi tiroid……… Tabel 4.5. Tabel uji diagnostik (2x2) sitologi imprint terhadap

histopatologik………... Tabel 4.6. Tabel uji diagnostik (2x2) potong beku terhadap

histopatologik………... Tabel 4.7. Tabel uji diagnostik (2x2) kombinasi sitologi imprint dan

potong beku terhadap histopatologik ….……….... Tabel 4.8. Analisa perbandingan sitologi imprint, potong beku,

(11)

Halaman

Gambar 2.1. Skema progresifitas dan diferensiasi tumor tiroid dari sel

folikel……... 10 Gambar 2.2. Manifestasi klinis karsinoma tiroid... Gambar 2.3. Sitologi colloid goiter... Gambar 2.4. Gambaran histologik nodular hyperplasia...………

Gambar 2.5. Tiroiditis Hashimoto……….……..……….

Gambar 2.6. Gambaran histologik tiroiditis Hashimoto...………...

Gambar 2.7. Tiroiditis de Quervain……….………...

Gambar 2.8. Tiroiditis Riedel………... Gambar 2.9. Kista duktus tiroglosus………...………...

Gambar 2.10. Neoplasma folikular………....

Gambar 2.11. Adenoma folikular………..…….……… Gambar 2.12. Tumor sel Hürthle dengan berbagai pewarnaan...

11 Gambar 2.13. Sitologi karsinoma papiler tiroid…...……….. Gambar 2.14. Gambaran makroskopis karsinoma papiler tiroid………... Gambar 2.15. Gambaran mikroskopis karsinoma papiler tiroid………… Gambar 2.16. Varian histopatologik karsinoma papiler tiroid………….. Gambar 2.17. Sitologi karsinoma folikular tiroid……….. Gambar 2.18. Gambaran makroskopik karsinoma folikular tiroid……… Gambar 2.19. Gambaran histologik karsinoma folikular tiroid…………. Gambar 2.20. Sitologi undifferentiated carcinoma………

Gambar 2.21. Gambaran makroskopik undifferentiated carcinoma……

Gambar 2.22. Gambaran mikroskopik undifferentiated carcinoma…….. Gambar 2.23. Sitologi karsinoma sel skuamosa tiroid………... Gambar 2.24. Histopatologik karsinoma sel skuamosa………. Gambar 2.25. Sitologi karsinoma meduler tiroid………... Gambar 2.26. Gambaran mikroskopik karsinoma meduler tiroid……….. Gambar 2.27. Metastasis karsinoma renal pada tiroid………... Gambar 2.28. Histopatologik karsinoma metastasis pada tiroid………… Gambar 3.1. Skema kerangka operasional……….……

(12)

BCL-2 = B-cell lymphoma 2

BRA = V-Raf Murine Sarcoma Viral Oncogene Homolog B1

CD4 = Cluster Differentiation 4

CD8 = Cluster Differentiation 8

CT-scan = Computed Tommography scanning

FNAB = Fine Needle Aspiration Biopsy

HLA-DR = Human Leukocyte Antigens D-related

HTG = Human Thyroglobulin

PAS = Periodic Acid-Schiff

PET-scan = Positron Emision Tommography scanning

RAS = Rat Sarcoma

RET = Rearranged during Transfection

TSH = Thyroid-Stimulating Hormone

TTF-1 = Thyroid Transcription Factor-1

T3 = Triiodotironin

T4 = Tiroksin

(13)

Lampiran 1. Tabel Daftar Sampel

Lampiran 2. Lembaran Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitin Bidang Kesehatan

Lampiran 3. Lembaran Tanda Bukti Telah Dilakukan Pembacaan Ulang Slaid Lampiran 4. Lembaran Surat Izin Pengambilan Data Dari Rekam Medis dan

Peminjaman Slaid

(14)

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012

P. Poida B. Gurning, M. Nadjib D. Lubis, Lidya Imelda Laksmi Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Latar belakang : Lesi tiroid adalah semua kelainan yang terdapat pada kelenjar tiroid. Lesi tiroid yang biasanya menyebabkan keluhan adalah nodul tiroid. Nodul tiroid dapat merupakan nodul jinak atau ganas. Sitologi biopsi aspirasi jarum halus (Sibajah) memiliki keterbatasan dalam menentukan diagnosis. Pemeriksaan intra-operatif yang terdiri dari sitologi imprint (SI) dan potong beku (PB) dipergunakan karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibanding Sibajah dalam menentukan diagnosis.

Tujuan : Mengetahui perbandingan diagnosis SI dan PB sebagai prosedur diagnostik intra-operatif terhadap pemeriksaan pada lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Bahan dan Metode : Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain cross-sectional dan pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Seluruh sampel penelitian sebanyak 29 kasus (yang memenuhi kriteria inklusi) periode 2011-2012 di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Slaid pemeriksaan SI, PB dan histopatologik, diperiksa kembali kemudian dibandingkan dengan menggunakan tabel 2x2 dan dianalisa dengan 2-way Contingency Table Analysis (JavaStat Analyse) untuk memperoleh sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dari SI, PB dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku (SI+PB).

Hasil : Sensitivitas SI 72,7%, sedangkan sensitivitas PB dan SI+PB menunjukkan sensitivitas yang sama (81,8%). Spesifisitas SI 94,4%; sedangkan PB dan SI+PB 100%. Akurasi SI pada penelitian ini 86,2% sedangkan pada PB dan SI+PB 93,1%.

Kesimpulan : Sitologi imprint dan potong beku dapat digunakan sebagai diagnosis intra-operatif di RSUP Haji Adam Malik dengan nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang tinggi.

(15)

Background. Thyroid lesions are all of the abnormality of the thyroid gland. Thyroid lesions that usually cause symptoms are the thyroid nodules. Thyroid nodule can be benign or malignant. Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) have limitations in determining the diagnosis. Intra-operative examination consisting of imprint cytology (IC) and frozen section used (FS) due to its sensitivity and specificity better than FNAB in determining the diagnosis.

Aim. Knowing comparison diagnosis IC and FS as intra-operative diagnostic procedures for the examination of thyroid lesions in the laboratory of Anatomic Pathology Haji Adam Malik Hospital.

Material and Method. This study is a diagnostic test with a cross-sectional design and sampling by consecutive sampling method. The entire study sample were 29 cases (with inclusion criteria) during 2011-2012 in the laboratory of Anatomic Pathology Haji Adam Malik Hospital in Medan. Slides os IC, FS and histopathology from thyroid lesions were reviewed and compared by using a 2x2 table and analyzed with 2-way Contingency Table Analysis (JavaStat Analysis) to obtain the sensitivity, specificity, and accuracy of IC, FS and a combination of imprint cytology and frozen section (IC+FS).

Result. Sensitivity of IC was 72.7%, while FS and IC+FS showed the same sensitivity (81.8%). Specificity of IC was 94.4%, while FS and IC+FS were 100%. Accuracy of IC was 86.2% in this study, while IC and IC+FS were 93.1%.

Conclusion : Imprint cytology and frozen section can be used as an intra-operative diagnosis in Haji Adam Malik Hospital with high sensitivity, specificity, and accuracy.

(16)

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID

DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012

P. Poida B. Gurning, M. Nadjib D. Lubis, Lidya Imelda Laksmi Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Latar belakang : Lesi tiroid adalah semua kelainan yang terdapat pada kelenjar tiroid. Lesi tiroid yang biasanya menyebabkan keluhan adalah nodul tiroid. Nodul tiroid dapat merupakan nodul jinak atau ganas. Sitologi biopsi aspirasi jarum halus (Sibajah) memiliki keterbatasan dalam menentukan diagnosis. Pemeriksaan intra-operatif yang terdiri dari sitologi imprint (SI) dan potong beku (PB) dipergunakan karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibanding Sibajah dalam menentukan diagnosis.

Tujuan : Mengetahui perbandingan diagnosis SI dan PB sebagai prosedur diagnostik intra-operatif terhadap pemeriksaan pada lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Bahan dan Metode : Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain cross-sectional dan pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling. Seluruh sampel penelitian sebanyak 29 kasus (yang memenuhi kriteria inklusi) periode 2011-2012 di Instalasi Patologi Anatomi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. Slaid pemeriksaan SI, PB dan histopatologik, diperiksa kembali kemudian dibandingkan dengan menggunakan tabel 2x2 dan dianalisa dengan 2-way Contingency Table Analysis (JavaStat Analyse) untuk memperoleh sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dari SI, PB dan kombinasi sitologi imprint dan potong beku (SI+PB).

Hasil : Sensitivitas SI 72,7%, sedangkan sensitivitas PB dan SI+PB menunjukkan sensitivitas yang sama (81,8%). Spesifisitas SI 94,4%; sedangkan PB dan SI+PB 100%. Akurasi SI pada penelitian ini 86,2% sedangkan pada PB dan SI+PB 93,1%.

Kesimpulan : Sitologi imprint dan potong beku dapat digunakan sebagai diagnosis intra-operatif di RSUP Haji Adam Malik dengan nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang tinggi.

(17)

Background. Thyroid lesions are all of the abnormality of the thyroid gland. Thyroid lesions that usually cause symptoms are the thyroid nodules. Thyroid nodule can be benign or malignant. Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) have limitations in determining the diagnosis. Intra-operative examination consisting of imprint cytology (IC) and frozen section used (FS) due to its sensitivity and specificity better than FNAB in determining the diagnosis.

Aim. Knowing comparison diagnosis IC and FS as intra-operative diagnostic procedures for the examination of thyroid lesions in the laboratory of Anatomic Pathology Haji Adam Malik Hospital.

Material and Method. This study is a diagnostic test with a cross-sectional design and sampling by consecutive sampling method. The entire study sample were 29 cases (with inclusion criteria) during 2011-2012 in the laboratory of Anatomic Pathology Haji Adam Malik Hospital in Medan. Slides os IC, FS and histopathology from thyroid lesions were reviewed and compared by using a 2x2 table and analyzed with 2-way Contingency Table Analysis (JavaStat Analysis) to obtain the sensitivity, specificity, and accuracy of IC, FS and a combination of imprint cytology and frozen section (IC+FS).

Result. Sensitivity of IC was 72.7%, while FS and IC+FS showed the same sensitivity (81.8%). Specificity of IC was 94.4%, while FS and IC+FS were 100%. Accuracy of IC was 86.2% in this study, while IC and IC+FS were 93.1%.

Conclusion : Imprint cytology and frozen section can be used as an intra-operative diagnosis in Haji Adam Malik Hospital with high sensitivity, specificity, and accuracy.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Lesi tiroid adalah semua kelainan yang terdapat pada kelenjar tiroid. Lesi

tiroid muncul apabila terjadi kelainan pertumbuhan jaringan yang biasanya

membentuk benjolan yang dapat diketahui dengan perabaan. Lesi tiroid yang

biasanya menyebabkan keluhan pada penderita adalah nodul tiroid.1 Nodul tiroid dapat hanya terdiri dari satu nodul (solitary thyroid nodule) atau beberapa nodul

(multinodular), juga dapat berupa nodul solid atau nodul kistik. Nodul tiroid dapat

merupakan nodul yang jinak atau yang ganas (maligna) tergantung pada sel-sel

yang membentuk nodul tersebut. Terdapat tiga kategori yang menyebabkan

pembesaran kelenjar tiroid yaitu kelainan produksi hormon tiroid, proses

peradangan dan tumor pada tiroid.2

Kanker pada kelenjar tiroid merupakan kanker yang jarang namun

merupakan kanker yang paling sering dari sistem endokrin. Insidensi kanker ini

meningkat dalam dekade terakhir pada kebanyakan negara sejak tahun 1970, namun

kematian akibat kanker ini menurun.3,4 Insidensi kanker tiroid sekitar 1% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan di negara-negara berkembang, dengan

perkiraan insidensi terakhir 122.000 di seluruh dunia.Diperkirakan terdapat 37.000

kasus baru dan 1600 kematian di Amerika Serikat pada tahun 2008.4-9

Perempuan tiga kali lebih sering terkena daripada pria.4,10,11 Dilaporkan lebih dari 90% keganasan tiroid pada anak-anak adalah karsinoma papiler, di mana

(19)

Karsinoma tiroid terbagi atas empat tipe utama berdasarkan morfologi dan

gambaran klinis yaitu tipe papiler, tipe folikular, tipe meduler, dan tipe

anaplastik.3,4,10,13 Selain karsinoma, keganasan komponen non epitelial dan metastasis dari organ lain juga dapat ditemukan pada tiroid.14

Nodul tiroid sebagian besar merupakan tumor jinak. Sekitar 90% dari nodul

tiroid merupakan gejala dari goiter (gondok).15 Pendekatan diagnostik yang jelas sangat penting dilakukan untuk memastikan penderita nodul tiroid dikelola secara

tepat.8 Biopsi aspirasi jarum halus atau fine needle aspiration biopsy (FNAB)

kelenjar tiroid telah ditetapkan sebagai pemeriksaan diagnostik rutin dan lebih

disukai untuk mengevaluasi pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan merupakan

pemeriksaan efektif tunggal untuk diagnosis preoperatif nodul tiroid soliter serta

prosedur diagnostik pada nodul tiroid terutama dalam menentukan suatu

neoplasma. FNAB juga dapat digunakan untuk mendeteksi dini atau skrining kanker

tiroid. 13,15-18

Nodul tiroid ditemukan secara klinis pada 4-7% pasien dewasa, 5% dari

seluruh nodul tiroid adalah ganas. Walaupun tes fungsi tiroid, skintigrafi, dan

ultrasonografi (USG) telah digunakan secara rutin untuk mendiagnosis nodul tiroid,

namun lesi jinak dan ganas belum dapat dibedakan dengan prosedur ini.19

FNAB terhadap nodul tiroid memiliki sensitivitas sekitar 65-98% dengan

spesifisitas 73-100%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa FNAB paling

akurat, hemat biaya pengolahan sediaan, sederhana, dengan kemungkinan

komplikasi yang ringan. Namun FNAB memiliki keterbatasan dalam menentukan

diagnosis sehubungan dengan kecukupan spesimen, keterampilan dokter yang

melakukan biopsi, pengalaman ahli patologi dalam menginterpretasi sediaan dan

(20)

Dalam beberapa penelitian diketahui juga bahwa sensitivitas potong beku (

frozen-section) untuk menentukan diagnosis karsinoma tiroid hanya sekitar 60-70%.

Ketepatan diagnosis intra-operatif meningkat menjadi 99% bila prosedur potong

beku dikombinasi dengan sitologi imprint. Oleh Taneri et al diketahui bahwa

sensitivitas prosedur potong beku yang dikombinasi dengan sitologi imprint adalah

96% dengan spesifisitas 96%. Sediaan sitologi imprint dapat menunjukkan

gambaran sel dengan ukuran dan bentuk mirip asalnya, sehingga dapat membantu

prosedur potong beku dalam diagnosis intraoperatif.19,20

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perbandingan

sitologi imprint dan potong beku sebagai diagnosis intra-operatif lesi-lesi tiroid di

Instalasi Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan, dengan melakukan

perbandingan prosedur sitologi imprint dan potong beku (frozen section) terhadap

prosedur baku emas yaitu pemeriksaan histopatologi dengan pewarnaan

hematoksilin dan eosin.

1.2.Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan sitologi

imprint dan potong beku terhadap pemeriksaan histopatologi lesi-lesi tiroid di

Instalasi Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan diagnosis sitologi imprint dan potong beku

sebagai prosedur diagnostik intra-operatif terhadap pemeriksaan histopatologi

dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin pada lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi

(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif

dan akurasi sitologi imprint pada lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi

Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan.

2. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif

dan akurasi potong beku pada lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi

Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif

dan akurasi kombinasi sitologi imprint dan potong beku pada lesi-lesi

tiroid di Instalasi Patologi Anatomi RSUP Haji Adam Malik Medan.

4. Mengetahui profil lesi tiroid yang dilakukan pemeriksaan sitologi

imprint dan potong beku sebagai diagnostik intra-operatif di Instalasi

Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Dapat mengetahui ketepatan diagnosis intra-operatif (sitologi imprint

dan potong beku) baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi pada

lesi-lesi tiroid di Instalasi Patologi Anatomi RSUP. Haji Adam Malik

Medan.

b. Dapat mengetahui profil lesi tiroid setelah dilakukan evaluasi diagnostik

intra-operatif (sitologi imprint dan potong beku) di Instalasi Patologi

Anatomi RSUP. Haji Adam Malik Medan

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Histologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid dewasa normal berbentuk mirip dengan kupu-kupu terdiri

atas dua lobus lateralis yang dihubungkan oleh ismus yang tipis, dibungkus oleh

kapsul fibrous yang tipis, sehubungan dengan kapsul ini banyak sekat fibrous tipis

yang menembus parenkim tiroid dan membagi tiroid menjadi lobulus-lobulus yang

mengandung 20-40 folikel yang tersebar merata.9,21-24

Unit dasar tiroid adalah folikel atau asinus yang merupakan unit struktural

dan fungsional kelenjar, bentuk bulat sampai sedikit oval yang dilapisi sel epitel

kuboid sampai low columnar di atas membrana basalis. Lumen folikel mengandung

bahan koloid yang kental yang sebagian besar dibentuk oleh protein yang

disekresikan oleh sel-sel folikel termasuk tiroglobulin yang menghasilkan reaksi

positif Periodic Acid-Schiff (PAS).21,23 Kelenjar tiroid respons terhadap thyroid-stimulating hormone (TSH) sekitar minggu ke-22 pada fetus.9

Epitel folikel juga mengandung sekitar 10% populasi sel-sel parafolikular

yang tersebar, yang disebut sel-sel parafolikular (sel C) yang mensintesis dan

menghasilkan hormon kalsitonin. Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan

absorpsi kalsium di sistem skeletal dan menghambat resorpsi tulang oleh

(23)

2.2. Epidemiologi

Lebih dari 90% nodul tiroid bukan merupakan kanker.2 Nodul tiroid yang dapat diraba ditemukan pada sekitar 5% orang dewasa, namun prevalensinya

bervariasi di berbagai tempat di seluruh dunia.7 Dari hasil penelitian oleh Makes terhadap histopatologik nodul tiroid Departemen Patologi Anatomik FKUI-RSCM

tahun 1999-2003 diketahui 32,63% adalah maligna dan 67,37% adalah jinak.

Karsinoma papiler adalah keganasan tersering (69,36%) diikuti oleh karsinoma

folikuler (9,68%), karsinoma anaplastik (8,06%), karsinoma insular (6,45%),

limfoma (3,23%), Karsinoma sel Hurthle (1,61%) dan plasmasitoma (1,61%).

Sedangkan lesi jinak yang tersering adalah adenomatous goiter (90,63%) diikuti

oleh tiroiditis (4,69%), adenoma tiroid (2,34%) dan 0,78% kista degeneratif,

hemorrhagic cyst dan amyloid goiter.19

Di Inggris berdasarkan Head and Neck Oncology nodul tiroid dapat

dideteksi dengan palpasi pada 10% perempuan dan 2% laki-laki. Prevalensi nodul

tiroid dapat mencapai 50% atau lebih jika menggunakan ultrasonografi (USG).8 Kanker tiroid merupakan bentuk tersering dari keganasan endokrin (93%

dari seluruh keganasan endokrin). Di Amerika Serikat merupakan 3% dari seluruh

kasus kanker yang baru didiagnosis dan 1,7% dari seluruh kasus baru kanker di

seluruh dunia. Di Indonesia kanker tiroid menempati urutan 9 dari 10 keganasan

yang paling sering ditemukan. Insidensi kanker tiroid tiga kali lebih tinggi pada

perempuan dibanding pada laki-laki. Di seluruh dunia insidensinya bervariasi pada

berbagai daerah geografis, berkisar 0,5-10 per 100.000 populasi.28 Secara keseluruhan lebih tinggi pada negara-negara maju dan di negara dengan struma

endemik. Insidensi tertinggi terdapat di Korea Selatan, Amerika Utara, Australia

(24)

kelompok-kelompok etnik. Di AS kanker tiroid dua kali lebih banyak pada kulit

putih dibanding kulit hitam. Kematian akibat kanker tiroid masih rendah dengan

angka kematian sekitar 0,6%.6,19,25,26

Kanker tiroid berasal dari sel-sel parenkim dan stroma kelenjar tiroid, yang

berasal dari sel-sel epitel/folikel tiroid disebut sebagai karsinoma tiroid, secara

histopatologi dapat diklasifikasi atas tipe papiler 75%, tipe folikuler 10%,

karsinoma sel Hurtle 2-4%, tipe anaplastik 1-2%, tipe medular 5-9%, limfoma

sekitar 1- 3%, dan sarkoma <1%.25

Karsinoma tiroid dijumpai pada segala usia dengan puncak pada usia muda

(7-20 tahun) dan usia setengah baya (40-60 tahun). Berdasarkan usia penderita

karsinoma tiroid terjadi sekitar 1,5% dari semua karsinoma dewasa dan 3% dari

semua karsinoma anak. Menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta

tersering berkisar pada umur 40-60 tahun (1984). Insidensi kanker tiroid sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain demografi, lingkungan, usia, riwayat

keluarga dan pernah terpapar radiasi.Insiden karsinoma tiroid di Indonesia belum

diketahui hingga sekarang, disebabkan belum adanya pendataan keganasan yang

terpadu.25,26

Diantara tumor-tumor epitelial, karsinoma yang berasal dari sel-sel folikular

jauh lebih banyak ditemukan daripada yang berasal dari sel C. Kebanyakan yang

berasal dari sel folikular merupakan keganasan yang berkembang secara perlahan

dengan 10 year survival lebih dari 90%. Limfoma tiroid dan keganasan-keganasan

(25)

2.3. Etiologi dan Patogenesis

Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan timbulnya satu atau lebih nodul

tiroid antara lain (1). Defisiensi iodium dalam menu makanan; (2). Pertumbuhan

jaringan tiroid normal yang disebut sebagai adenoma tiroid yang kadang-kadang

menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme); (3). kista tiroid

yang kebanyakan berasal dari degenerasi adenoma tiroid. Seringkali komponen

solid bercampur dengan cairan dalam kista tiroid. Kista biasanya jinak tetapi

kadang-kadang mengandung komponen solid yang ganas; (4). Tiroiditis; (5).

Multinodular goiter; (6). Kanker tiroid.27

Tiroiditis merupakan kelompok inflamasi pada tiroid mulai dari tiroiditis

dengan rasa nyeri akut dan berat (termasuk infectious thyroiditis, subacute

granulomatous thyroiditis), sampai kelainan dengan proses radang dan rasa nyeri

yang relatif minimal yang disebabkan oleh disfungsi tiroid (subacute lymphocytic

thyroiditis, fibrous (Riedel) thyroiditis. Tiroiditis yang lebih signifikan secara klinis

antara lain Hashimoto thyroiditis (chronic lymphocytic thyroiditis), subacute

granulomatous thyroiditis, dan fibrous (Riedel) thyroiditis.9,11

Chronic lymphocytic (Hashimoto) thyroiditis merupakan penyebab tersering

hipotiroidisme di daerah kekurangan iodium, di mana terjadi kegagalan fungsi

tiroid secara bertahap disebabkan oleh destruksi autoimun terhadap kelenjar tiroid.

Terjadi kerusakan progresif sel-sel epitel tiroid dengan mekanisme imunologi yang

multipel dengan sensitisasi dari sel T helper CD4 yang autoreaktif terhadap antigen

tiroid sebagai peristiwa awal. Reaksi sel T helper CD4 terhadap antigen tiroid

menyebabkan produksi interferon γ (IFN-γ) yang menimbulkan radang dan aktivasi

makrofag dan sel T sitotoksik CD8 yang menghancurkan sel-sel tiroid. Terdapat

(26)

melaporkan hubungan antara HLA-DR3 dan HLA-DR5 dengan Hashimoto

thyroiditis, tetapi hubungannya lemah. Beberapa gen non-HLA juga berhubungan

dengan kelainan tiroid autoimun.9,11

Subacute granulomatous thyroiditis yang juga disebut tiroiditis de

Quervain, lebih jarang terjadi dari tiroiditis Hashimoto. Kebanyakan pasien

mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan atas.9,11

Etiologi kanker tiroid yang pasti sampai saat ini masih belum diketahui.

Beberapa faktor risiko yang mungkin pada kanker tiroid antara lain (1) jenis

kelamin dan umur. Kanker tiroid tiga kali lebih banyak pada perempuan dibanding

pada laki-laki. Kanker tiroid dapat terjadi pada umur berapa saja namun puncak

risiko lebih muda pada perempuan (usia 40-50 tahun) daripada laki-laki (usia 60-70

tahun).13,25,28,29 (2) diet rendah yodium. Pada daerah endemik insidensi kanker tiroid folikuler dan anaplastik lebih sering, sedangkan pada daerah kaya yodium (Iceland)

tipe papiler lebih menonjol. Diet rendah yodium dapat meningkatkan resiko kanker

papiler pada seseorang yang terpapar radioaktif; (3) radiasi. Paparan radiasi

merupakan faktor resiko yang paling jelas bagi kanker tiroid, termasuk terapi

radiasi medik dan radiasi dari kecelakaan sumber tenaga nuklir ataupun senjata

nuklir. Resiko tergantung pada dosis radiasi dan usia terpapar. Pada umumnya

resiko meningkat pada dosis tinggi dan usia makin muda13,25,28,29 (4) kelainan genetik dan riwayat dalam keluarga. Beberapa kelainan genetik dapat berhubungan

dengan tipe kanker tiroid.13,28,29 Dasar molekuler tipe meduler dengan sindrom familier telah dipahami, dengan adanya mutasi germline proto-onkogen RET.29 (5) ras. Di Amerika Serikat penduduk kulit putih lebih memiliki kemungkinan

(27)

Kanker tiroid telah dianalisis menunjukkan berbagai perubahan genetik.

Mutasi tertentu relatif berkorelasi dengan klasifikasi histologis tertentu. Aktivasi

sinyal jalur RET-RAS-BRAF ditemukan pada sebagian besar tipe papiler.

Rearrngement RET ditemukan pada 20-40% tipe papiler, dan frekuensinya

meningkat setelah kecelakaan Chernobyl.7 Mutasi BRAF tampaknya merupakan mutasi tersering dalam karsinoma papiler. Sebagian besar mutasi yang terlihat pada

berbagai kanker tiroid dapat ditemukan pada tipe anaplastik. Mutasi p53 juga

berperanan penting dalam pertumbuhan anaplastik. Pada karsinoma meduler terjadi

mutasi titik yang menginduksi aktivitas tirosin kinase.7,24,29-31

Gambar 2.1. Skema progresifitas dan diferensiasi tumor tiroid dari sel folikel 31

2.4. Gambaran Klinis

Kebanyakan nodul tiroid tidak menimbulkan tanda dan gejala.

Kadang-kadang nodul menjadi sangat besar sehingga dapat teraba atau terlihat, sering

sebagai pembengkakan di leher depan atau menekan saluran pernafasan dan

esofagus sehingga sulit bernafas atau sulit menelan.27

Gejala kanker tiroid biasanya timbul setelah tumor bertumbuh antara lain

(28)

sulit berbicara dengan suara normal, pembengkakan kelenjar getah bening (KGB)

terutama di leher, sulit menelan atau bernafas, atau nyeri di tenggorokan atau leher.

Gejala-gejala ini bisa juga ditimbulkan oleh infeksi, goiter jinak, atau kelainan

lain.12

Hal yang penting diketahui adalah telah berapa lama kelainan tersebut

dijumpai dan apakah pertumbuhannya lambat, cepat atau timbul secara tiba-tiba.

Informasi ini sangat penting karena nodul atau massa multipel yang tumbuh

perlahan sedikit sekali yang menjadi lesi ganas.13

Gambar 2.2. Manifestasi klinis karsinoma tiroid 10

Sebagian besar keganasan pada tiroid tidak menunjukkan gejala yang berat,

kecuali jenis anaplastik yang sangat cepat membesar bahkan dalam hitungan

minggu. Pada pasien dengan nodul tiroid yang besar, kadang disertai dengan

adanya gejala penekanan pada esofagus dan trakea.27,32

Nyeri tiroid sebagai keluhan utama pada usia muda atau pertengahan

biasanya disebabkan oleh tiroiditis akut, kista dengan perdarahan akut, tiroiditis

(29)

dan tiroiditis Hashimoto. Nyeri tiroid pada pasien tua harus waspada dengan

kemungkinan karsinoma anaplastik.14

2.5. Pemeriksaan

Prosedur pemeriksaan terhadap lesi tiroid antara lain pemeriksaan fisik

disertai pertanyaan terhadap riwayat penyakit penderita dan keluarga, juga

pemeriksaan laboratorium dan imaging untuk mengetahui gambaran tiroid dan

tempat-tempat lain.13,26,27

2.5.1. Pemeriksaan Fisik.

Pemeriksaan mencakup palpasi terhadap kelenjar tiroid, KGB leher dan

benjolan lain di sekitarnya. Nodul diidentifikasi berdasarkan konsistensinya keras

atau lunak, ukurannya, disertai rasa nyeri atau tidak, permukaan nodul rata atau

berbenjol-benjol, tunggal atau multipel, berbatas tegas atau tidak, dan mobilitas

nodul, kistik atau solid, apakah ada nodul yang dominan dalam multinodular tiroid.

Selain itu juga dicatat kualitas suara, dan bila perlu dilakukan

laringoskop.8,12,13,15,26,27

2.5.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar TSH serum berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan

sel-sel folikel. Meningkatnya kadar TSH dapat terjadi berhubungan dengan tiroiditis

sedangkan turunnya kadar TSH dapat menunjukkan adanya hiperfungsi (toksik)

tiroid.4,13 Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tirotoksikosis walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG)

(30)

berdiferensiasi baik. Baik tipe papiler maupun tipe folikular dapat meningkatkan

kadar HTG serum. Namun meningkatnya HTG serum dapat juga dijumpai pada

keadaan jinak.4,12,13 Jika diduga karsinoma meduler maka akan dilakukan pemeriksaan kadar kalsium darah, kadar kalsitonin darah. Pemeriksaan kalsitonin

serum digunakan secara rutin untuk diagnosis dan follow-up terhadap karsinoma

meduler.4,13

2.5.3. Ultrasonografi (USG)

Melalui pemeriksaan USG dapat diketahui jumlah nodul, ukuran nodul dan

apakah nodul padat atau berisi cairan, memberikan informasi terbaik tentang bentuk

dan struktur nodul dan dapat membedakan kista dari nodul tiroid, menentukan

jumlah nodul dan sebagai panduan dalam melakukan FNAB.4,13,15,27

2.5.4. Radionuclide Scanning/Nuclear Scintigraphy

Pemeriksaan ini dilakukan jika terdapat fasilitas kedokteran nuklir.

Pemeriksaan ini menggunakan bahan radioaktif I131 atau tecneticum pertechnetate

(Tc99m) dalam jumlah yang sangat kecil untuk membuat gambaran nodul tiroid

pada hasil pemindaian (scanning). Nodul tiroid yang menyerap bahan radioaktif

kurang dari tiroid normal disebut nodul dingin (cold nodule). Nodul dingin dapat

bersifat jinak atau ganas. Hot nodule menyerap lebih banyak bahan radioaktif

dibanding tiroid normal dan biasanya jinak. Sedangkan yang sama afinitasnya

disebut warm nodule.9,13,26

Risiko keganasan lebih besar pada cold nodule daripada hot nodule,

(31)

tiroiditis. Pemeriksaan ini sekarang sudah jarang dipakai karena meningkatnya

penggunaan FNAB.4

2.5.5. Radio-imaging

Foto sinar-X bertujuan mengambil gambar bagian dalam tubuh. Penggunaan

CT-scan dengan kontras untuk mengetahui kompresi terhadap trachea. MRI dengan

kontras untuk melihat perluasan tumor ke organ sekitarnya. Sedangkan PET-scan

mungkin akan digunakan setelah tiroidektomi untuk memantau apakah kanker

tumbuh kembali atau untuk mengetahui apakah telah terjadi metastasis pada

organ-organ lain di tubuh.15,28

2.5.6. Biopsi

Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah nodul adalah

kanker. Biopsi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum (FNAB) atau melalui

prosedur bedah.13

2.5.6.1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Pada prosedur biopsi aspirasi jarum halus atau fine needle aspiration biopsy

(FNAB) dilakukan pengambilan sampel jaringan tiroid dengan jarum halus dan

selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologik. Kadang-kadang prosedur ini dipandu

dengan USG.8,13,15,27

Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan

merupakan metode utama yang digunakan untuk diagnosis preoperatif pada

anak-anak dan dewasa. Biopsi aspirasi jarum halus memegang peranan yang penting

dalam mendeteksi neoplasma tiroid dan membantu dalam penanganan reseksi

pembedahan selanjutnya serta mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik yang dapat

(32)

Sitologi biopsi jarum halus terutama diindikasikan pada nodul tiroid soliter

atau nodul dominan pada multinodul goiter.16 Sejak meluasnya penggunaan FNAB

penemuan kanker tiroid sebelum operasi meningkat dari 15% menjadi 40%, namun

untuk membedakan adenoma folikular dan karsinoma folikular tidak dapat

dilakukan berdasarkan sitologi, sehingga dimasukkan dalam kategori suspek.4

Tabel 2.1. Klasifikasi diagnosis sitologi biopsi aspirasi jarum halus berdasarkan

The British Thyroid8

Kategori

Si-Bajah Sitologi

Thy 1 Bahan tidak cukup

(Insufficient material)

Thy 2 Jinak (nodul goiter) (Benign (nodular goiter))

Thy 3 Curiga suatu neoplasma

(Suspicious of neoplasm (follicular))

Thy 4 Curiga keganasan (papilari/meduler/anaplastik)

(Suspicious of malignancy (papillary/medullary/anaplastic))

Thy 5 Positif ganas

(Definite malignancy)

2.5.6.2. Biopsi Bedah

Jika diagnosis tidak dapat dibuat dari aspirasi jarum halus, dokter dapat

melakukan operasi untuk mengangkat nodul kemudian dilakukan pemeriksaan

(33)

dilakukan apabila setelah dua kali prosedur FNAB menunjukkan spesimen non

diagnostik (Thy 1) atau diduga limfoma.8

2.5.6.3. Pemeriksaan Durante Operasi (Sitologi Imprint dan Potong Beku)

Walaupun pemeriksaan fisik, skintigrafi dan USGdapat memberi informasi

tentang nodul tiroid namun tidak dapat membedakan lesi jinak dan ganas, dengan

demikian FNAB preoperatif, potong beku dan sitologi imprint intra-operatif

(durante operasi) telah digunakan secara rutin untuk diagnosis dan penatalaksanaan

nodul tiroid. Hanya saja karena invasi vaskular dan kapsul tidak dapat diidentifikasi

dengan FNAB, pemeriksaan ini kurang bermanfaat dalam mendiagnosis neoplasma

folikular.20

Sitologi imprint sangat kaya akan sel-sel dan dengan demikian akan lebih

digunakan oleh ahli patologi sebagai pemeriksaan sitologi kecuali untuk melihat

invasi vaskular dan kapsul yang tidak dapat ditunjukkan dengan teknik ini. Pada

penelitian oleh Pluto et al ditunjukkan bahwa sitologi imprint lebih bernilai untuk

membedakan lesi jinak dan lesi ganas pada nodul tiroid. Dalam penelitian oleh

Masuda et al penemuan gambaran morfologi sel seperti lekukan pada inti,

meningkatnya densitas matriks sitoplasma, banyaknya kelompokan sel-sel yang

berukuran besar sebagai gambaran malignansi diperoleh dari sitologi imprint.

Novik et al memeriksa 1129 pasien dengan nodul tiroid menemukan bahwa FNAB

dan/atau sitologi imprint memiliki sensitivitas 92,3% dan spesifisitas 75% untuk

menentukan keganasan. Hal-hal ini menunjukkan bahwa sitologi imprint lebih

efisien dan lebih handal karena selularitasnya. Teknik potong beku sebagai

pemeriksaan intra-operatif jaringan dapat digunakan walaupun pada FNAB tidak

(34)

potong beku juga tidak adekuat untuk diagnosis neoplasma folikular meskipun

gambaran invasi vaskular dan kapsul mungkin dapat ditunjukkan dengan sampel

jaringan yang diperoleh. Teknik potong beku membutuhkan waktu prosesing yang

lebih lama dan lebih mahal dari sitologi imprint.19,20

Indikasi pemeriksaan intra-operatif (sitologi imprint dan potong beku)

antara lain mengetahui diagnosis awal, namun peranan ini mulai berkurang dengan

adanya FNAB, core biopsy dan endoskopi; mengetahui kecukupan spesimen biopsi

dalam menentukan batas daerah lesi dan normal; untuk menentukan stadium

keganasan dan untuk mengevaluasi kecukupan eksisi.36

Terdapat tiga cara utama untuk membuat sediaan sitologi spesimen jaringan

intra-operatif: scrape and smear (cytoscrape), touch imprint, dan squash and

smear. Pilihan tergantung pada individu, tipe jaringan dan ukuran jaringan. Untuk

scrape dan touch, harus dilakukan pada permukaan yang dilakukan pemotongan

baru, bukan pada permukaan yang kering akibat cautery atau akibat perjalanan dari

ruang operasi ke ruang patologi. Pada teknik ini kelebihan cairan dan darah juga

harus dihindari. Teknik cytoscrape biasanya digunakan pada spesimen yang besar,

yang tidak menghasilkan sel secara mudah seperti tumor mesenkimal dan tumor

disertai kalsifikasi. Cytoscrape dapat dilakukan dengan ujung slaid atau dengan

permukaan pisau bedah. Touch imprint adalah yang paling populer di kalangan

patolog, merupakan teknik yang baik terutama untuk spesimen yang kecil dan pada

jaringan yang menghasilkan banyak sel seperti jaringan limfoid, adenoma tiroid dan

hipofise. Teknik squash and smear paling sering digunakan untuk lesi sistem saraf

pusat. Semua sediaan sitologi dapat dilakukan baik fiksasi basah dengan alkohol

(35)

sedangkan fiksasi kering diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky, Diff-Quik atau

Giemsa.36

2.6. Klasifikasi

Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid 14

No. Tipe lesi Subtipe

1 Kista (Cysts)

2 Goiter(Goiters) Colloid goiter

3 Tiroiditis

Perlu dipertimbangkan walaupun diagnosis yang sangat spesifik dapat

diperoleh dengan FNAB peranan utama pemeriksaan ini adalah untuk membedakan

(36)

secara jelas menurunkan jumlah total tiroidektomi, sedangkan proporsi penanganan

bedah pada karsinoma meningkat secara nyata.14

Klasifikasi tumor pada tiroid berdasarkan klasifikasi oleh World Health

Organization (WHO) dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Klasifikasi tumor tiroid berdasarkan Klasifikasi WHO (2004) 4,5

No Klasifikasi

Sclerosing mucoepidermoid carcinoma with eosinophilia Mucinous carcinoma

Medullary thyroid carcinoma

Mixed medullary and follicular cell carcinoma

Spindle cell tumour with thymus-like differentiation (SETTLE) Carcinoma showing thymus-like differentiation (CASTLE)

2 Thyroid adenomas and related tumours

Follicular adenoma

Hyialinizing trabecular tumour

3 Other thyroid tumours

Teratoma

Primary lymphoma and plasmacytoma Ectopic Thymoma

Angiosarcoma Smooth muscle tumours Peripheral nerve sheath tumours Paraganglioma

(37)

2.7. Gambaran Sitologi dan Histopatologi Lesi-lesi Tiroid

2.7.1. Colloid Goiter

Sinonimnya antara lain adenomatous goiter, diffuse/nodular colloid goiter,

simple goiter, endemic goiter, dan multinodular goiter, nodular hyperplasia.5,12,14 Gambaran sitologi colloid goiter tergantung pada tipe lesi. Aspirat dapat solid,

semi-solid atau cairan. Aspirat yang solid atau semi-solid sering berisi massa koloid

yang pada pewarnaan Papanicolaou berupa massa pink yang homogen, dengan

pewarnaan Diff-Quik menunjukkan warna ungu kebiruan. Kadang-kadang aspirat

hanya terdiri dari massa koloid dengan sedikit sel-sel folikel atau makrofag.

Walaupun sediaan ini tidak termasuk dalam kriteria adekuat, biasanya sediaan ini

merupakan colloid goiter.14

Pada kebanyakan kasus, sediaan mengandung sel-sel folikel berbentuk

kuboid yang kecil, terlihat secara tunggal atau kelompokan flat sheet dengan inti

bulat kecil dan batas sitoplasma dengan gambaran honeycomb dapat dikenali.

Sel-sel folikel yang “naked” sering tersebar dalam sediaan dan harus dibedakan dengan

sel-sel limfosit. Inti sel limfosit sedikit lebih kecil dan dengan pembesaran kuat

biasanya dikelilingi oleh sitoplasma yang sangat tipis berwarna biru. Pada nodul

paska perdarahan atau kista, sejumlah makrofag (biasanya mengandung granul

fagositik hemosiderin) dapat dijumpai. Aspirat yang mengandung cairan biasanya

menunjukkan adanya degenerasi kistik. Cairan bisa saja jernih, kekuningan atau

coklat dengan latar belakang perdarahan sebelumnya.14

Colloid goiter biasanya disebabkan oleh hiperplasia kelenjar tiroid yang

diinduksi oleh defisiensi iodium. Gambaran histologiknya bervariasi sesuai dengan

stadium perkembangan penyakit. Pada stadium awal terjadi perubahan bilateral dan

(38)

beberapa folikel akan mengalami dilatasi dan membentuk nodul dengan diameter

sekitar 1 sampai beberapa centimeter. Perubahan degeneratif seperti perdarahan,

nekrosis, kista (sebenarnya pseudokista) dan pembentukan parut, sering dijumpai

pada nodul. Proses ini dapat terjadi pada seluruh kelenjar atau hanya secara fokal

dan terbentuk nodul soliter. Pada skintigrafi sering dinyatakan sebagai “cold nodul”

saja yang sulit dibedakan dengan adenoma atau karsinoma sehingga biasanya

merupakan alasan untuk dilakukan biopsi aspirasi.5,12,14

A B

Gambar 2.3. Sitologi Colloid Goiter. A. Sel-sel folikel membentuk kelompok flat sheets dengan gambaran “honeycomb”. B. Kelompokan sel-sel folikel dengan latar belakang

sebaran sel-sel folikel 14

A B

Gambar 2.4. Gambaran histologik nodular hyperplasia A. Makroskopik dengan arean kistik dan perdarahan. B. Mikroskopik dengan pembentukan struktur papiler jinak yang

tumbuh ke lumen folikel yang berdilatasi. Tampak inti yang tersusun di basal 12

2.7.2. Lymphocytic/Autoimmune Thyroiditis (Hashimoto's Disease/Struma Lymphomatosa)

Gambaran tiroiditis Hashimoto pada hapusan aspirasi biasanya

(39)

Hürthle dengan proporsi yang bervariasi, serta kelompokan sel-sel folikel. Pada

beberapa kasus aspirat dapat didominasi sel-sel limfosit dengan berbagai tingkatan

maturasi sehingga mirip dengan hiperplasia KGB. Kadang-kadang sel-sel oncocytes

lebih dominan. Aspirat terdiri dari sel-sel besar yang membentuk struktur lembaran

atau gambaran kelenjar, dengan sitoplasma banyak, eosinofilik dan bergranul

disertai inti berukuran bervariasi. Kadang-kadang inti mengandung nukleolus yang

besar dan sangat jarang dengan intranuclear cytoplasmic inclusions. Karena

abnormalitas inti, sel-sel ini dapat disalah duga sebagai sel-sel maligna.

Kadang-kadang dapat dijumpai psammoma bodies (sangat jarang) dan dapat disangkakan

sebagai karsinoma papiler.14

Pada lesi ini biasanya kedua lobus terlibat, dengan pembesaran yang difus

dan padat, tetapi kadang-kadang asimetris dengan pembentukan nodul. Kapsul intak

dan berbatas tegas terhadap struktur sekitarnya. Pada pemotongan permukaan

berwarna pucat, kuning kecoklatan, padat dan kadang-kadang dijumpai nodul. Pada

pemeriksaan histologik, stroma diinfiltrasi oleh sel-sel radang mononukleus terdiri

dari sel-sel limfosit dan sel-sel plasma yang dapat membentuk folikel limfoid

dengan germinal center. Folikel kelenjar tiroid sering hancur atau mengalami atrofi.

Komponen mayor adalah adanya oncocytes (Hürthle cells), yang dapat melapisi

struktur kelenjar atau membentuk struktur lembaran solid dengan ukuran bervariasi.

Kadang-kadang sel-sel Hürthle menunjukkan sel besar tunggal di dalam epitel

folikel normal, yang kadang-kadang disebut sebagai “sel-sel Ashkenazy”.

(40)

Gambar 2.5. Tiroiditis Hashimoto. A. Gambaran aspirat dengan sel-sel limfosit yang dominan dengan berbagai tingkatan maturasi. B. Sebaran limfosit dan sel-sel Hürthle yang besar. C. Sel Hürthle yang menunjukkan intranuclear cytoplasmic inclusion. D. Gambaran histologik tiroiditis Hashimoto's menunjukkan deposit limfosit dan folikel yang dilapisi

sel-sel Hürthle 14

`A

B

Gambar 2.6. Gambaran histologik tiroiditis Hashimoto. A. Makroskopik, pada pemotongan mirip dengan gambaran hiperplasia kelenjar getah bening. B. Mikroskopik,

tampak folikel limfoid dengan germinal centre dan epitel folikel onkositik 12

2.7.3. Subacute/de Quervain/Granulomatous Thyroiditis

Tiroiditis de Quervain khususnya terjadi pada wanita usia pertengahan

dengan radang tenggorokan dan ditandai dengan kelenjar tiroid yang lembut dan

sering disertai demam dan malaise. Sebagian besar lesi ini mengalami resolusi

sempurna, namun karena sering menyebabkan tiroid membesar secara asimetris

maka secara klinis diduga sebagai suatu keganasan. Secara makroskopis kelenjar

membesar hampir dua kali ukuran normal dan melibatkan seluruh kelenjar,

biasanya hanya sedikit atau tidak melekat pada jaringan sekitar.12

B A

(41)

A B

Gambar 2.7. Tiroiditis de Quervain. A. Gambaran sitologik, tampak multinucleated giant cell dikelilingi oleh debris (pewarnaan Diff-Quik). B. Gambaran histopatologik menunjukkan granuloma dengan folikel di bagian tengah, tampak juga multinucleated

giant cell yang banyak 12

Gambaran mikroskopis lesi ini ditandai oleh inflamasi dan granuloma yang

mengandung foreign body giant cell yang menelan koloid. Granuloma tersebut

mengelilingi folikel-folikel, nekrosis dapat dijumpai tetapi tanpa nekrosis

perkejuan. Walaupun timbul setelah infeksi saluran pernafasan atas, pada tiroid

tidak dijumpai infeksi bakteri. Dugaan bahwa lesi ini disebabkan oleh virus pun

masih belum terbukti.12

2.7.4. Riedel's Struma/Fibrosing Thyroiditis (Fibrous/Invasive Thyroiditis)

Tiroiditis Riedel merupakan lesi tiroid yang sangat jarang, secara klinis

berupa pembesaran tiroid yang sering melekat dengan jaringan sekitarnya bahkan

menekan trakhea, sehingga diduga sebagai karsinoma. Secara makroskopik kelenjar

membesar asimetrik, padat, hanya melibatkan kelainan secara lokal pada tiroid dan

tidak melibatkan KGB sekitar. Kelenjar yang terlibat sangat keras sehingga sulit

dipotong, terdiri dari jaringan ikat fibrous yang padat meluas dari kapsul tiroid ke

otot di sekitarnya. Secara mikroskopis jaringan ikat fibrous hialin menggantikan

folikel secara meluas dan juga menginfiltrasi otot skeletal di sekitarnya. Giant cell

(42)

eosinofil juga dapat terlihat. Gambaran penting untuk mendiagnosis adalah vena

yang dikelilingi oleh jaringan ikat disertai sel-sel radang.12

A B

Gambar 2.8. Tiroiditis Riedel A. Histopatologik menunjukkan sklerosis dan inflamasi dengan parenkim yang mengalami atrofi. B. Tampak juga inflamasi pada vena 12

2.7.5. Kista Tiroid

Sediaan aspirat dari kista atau pseudokista tiroid, tergantung pada

ukurannya, terdiri dari beberapa tetes sampai beberapa milliliter cairan yang dapat

jernih, keruh, kuning, coklat atau berdarah. Pada kista degeneratif sediaan sitologi

biasanya menunjukkan makrofag yang banyak dengan sitoplasma berbuih berisi

debris sel yang dapat disertai dengan sel-sel radang. Kadang-kadang sedikit

kelompok sel-sel folikel dapat terlihat.14,36

Kista tiroid ditemukan dalam 10-30% dari seluruh nodul tiroid. Pseudokista

berkembang dalam nodular goiters atau adenoma yang terjadi akibat degenerasi

atau perdarahan. 14

Kista sebenarnya yang sangat jarang berasal dari sisa duktus tiroglosus yang

berada di daerah midline biasanya di atas tiroid, disebut thyroglossal duct cyst,

dilapisi sel kolumnar atau pseudostratified bersilia maupun skuamous, yang sering

positif dengan TTF1 tetapi negatif dengan tiroglobulin. Dinding kista terdiri dari

(43)

dapat dijumpai pada dinding kista. Beberapa folikel tiroid juga sering dijumpai.

Karsinoma juga dapat berkembang dalam kista ini.12,14,36

Gambar 2.9. Kista duktus tiroglosus. Tampak kista berisi massa gelatinus 12

2.7.6. Adenoma Folikular

Adenoma folikular merupakan tumor jinak berkapsul yang terdiri sel-sel

folikel tanpa invasi kapsul atau pembuluh darah. Sebagian besar mengandung

folikel-folikel dengan ukuran yang bervariasi dari kecil sampai sedang mengandung

koloid yang juga bervariasi, tapi juga dapat membentuk susunan yang solid atau

trabekular. Pada bentuk solid dan trabekular biasanya sel-sel folikel tidak

menghasilkan koloid. Kadang-kadang juga terlihat sel-sel Hurthle yang fokal.

Abnormalitas inti juga dapat dijumpai berupa inti yang membesar dan

hiperkromatik.14

Secara sitologik gambaran adenoma folikular tidak bisa dibedakan dengan

karsinoma folikular, dengan gambaran yang sangat seluler dengan susunan yang

sinsisial, sebagian dengan struktur tiga dimensi, „nuclear crowding’ yang dominan

(44)

Gambar 2.10. Neoplasma follikular. A,B. Kelompokan sel-sel folikel bentuk flat spherical

(MGG), massa koloid tidak tampak dan beberapa inti yang membesar (Diff-Quik). C. Bentuk asinar dan padat dari kelompokan sel-sel folikel (Diff-Quik). D. Gambaran histologik adenoma follikular dari C, tampak folikel kecil dengan koloid yang sangat

sedikit dan pucat 14

Secara histopatologik adenoma folikuler menunjukkan folikel-folikel yang

mengandung koloid dengan sel-sel yang uniformis dan hanya sedikit bervariasi,

serta mitosis yang jarang. Kadang-kadang terdapat sel Hurthle. Tanda pasti adalah

kapsul yang intak yang mengelilingi tumor. Harus hati-hati melihat kapsul karena

untuk membedakan adenoma folikular dengan karsinoma folikular adalah dengan

melihat adanya invasi tumor secara aktif pada kapsul atau vaskular.9,11,12

Gambar 2.11. Adenoma folikular. A. Varian normofolikuler, terdiri dari folikel-folikel dengan ukuran yang mirip dengan folikel normal. B. Adenoma folikular dengan arsitektur

mikrofolikuler yang dominan. C. Varian makrofolikuler dengan folikel distensi berisi koloid, menyerupai colloid goiter. D. Dengan pola trabekular, tampak sitoplasma bervakuol

sehubungan dengan akumulasi deposit lemak 4

A B

(45)

2.7.7. Tumor-tumor Sel Hurthle

Hürthle Cell Tumors (Oxyphilic/Oncocytic Adenoma and Carcinoma)

merupakan tumor berkapsul yang terdiri dari lembaran dan folikel-folikel dengan

sel-sel Hurthle yang dominan (75% atau lebih) dengan vakuol intrasitoplasmik

mengandung tiroglobulin. Folikel mengandung sedikit atau tanpa koloid.

Abnormalitas inti berupa inti yang besar, iregular, hiperkromatik sering dijumpai.

Konfigurasi inti tidak mempunyai makna prognosis karena kebanyakan tumor

berkapsul.5,14

Gambar 2.12. Tumor sel Hürthle dengan berbagai pewarnaan. A. May-Grünwald-Giemsa (MGG), B. Wright's, C. Papanicolaou. Dalam ketiga pewarnaan tampak sel-sel Hürthle

yang besar, monoton dan menunjukkan sitoplasma bergranul halus. D. Tumor sel Hürthle

sudah melibatkan trakhea 14

Kurang dari 10% tumor-tumor sel Hurthle mengalami invasi kapsul,

pembuluh darah dan organ sekitar sehingga dinyatakan sebagai keganasan. Karena

perilakunya tidak dapat diprediksi maka terapi bedah adalah pilihan terapi untuk

tumor ini.5,14

A B

(46)

2.7.8. Papillary Carcinoma (Karsinoma Papiler Tiroid)

Karsinoma papiler tiroid (KPT) adalah tumor epitel ganas yang

menunjukkan diferensiasi sel-sel folikel dan mempunyai karakteristik gambaran inti

yang khusus.4 Gambaran sitologi KPT biasanya hiperseluler, dengan sel-sel yang tersusun dalam beberapa struktur seperti anastomosing papillary fragment, struktur

folikular atau dalam lembaran satu lapis atau struktur tiga dimensi. Sel-sel tumor

mirip dengan sel-sel folikular normal tetapi ukurannya lebih besar.4,9,14,16,36,37 Diagnosis KPT secara sitologis berdasarkan dijumpainya kelompokan kompleks

papiler yang dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran kecil.14,16 Potongan papiler biasanya menunjukkan cabang dengan bentuk eksternal yang teratur dan inti

yang tersusun palisading. Bentuk sel-sel tumor biasanya kuboid tetapi bisa juga

kolumnar, poligonal, spindel atau skuamous. Inti biasanya membesar dan ireguler

mengandung kromatin dusty dan powdery.4,37 Sitoplasma bervariasi dalam ukuran, dapat basofilik, opak, pucat, foamy, bervakuol, bergranul atau mirip dengan sel

Hurthle.37 Gambaran lain yang dapat terlihat antara lain massa koloid dengan gambaran ropy (chewing gum) dan calsified psammoma bodies.4,37 Harus diingat bahwa struktur kalsifikasi yang menyerupai psammoma bodies juga terkadang

ditemukan pada tiroid normal, tiroiditis kronis dan terkadang pada beberapa tipe

tumor.14,16

Gambaran inti opaque “ground glass”atau Orphan Annie-eyed nuclei

dengan kromatin terdorong ke pinggir dan nukleoli kecil berada di tengah.

Karakteristik lain adalah ditemukannya intranuclear cytoplasmic inclusion yang

berbatas tegas yang dapat dikenali dengan pewarnaan Diff-Quik atau Papanicolaou,

patognomonik KPT meskipun tidak dijumpai struktur papiler. Gambaran lainnya

(47)

gambaran inti coffee bean).14,16,37 Intranuclear cytoplasmic inclusion harus dibedakan dari penjernihan inti yang bisa dijumpai pada lesi tiroid jinak.14

Multinucleated giant cell of the foreign body type sering dijumpai dalam apusan

KPT, yang biasanya berdekatan dengan fragmen monolayer atau papilari sel-sel

tumor.14

A B

C D

Gambar 2.13. Sitologi karsinoma papiler tiroid. A. Sel-sel tumor tersusun dalam papillary fragment yang multilayered. B. Sel tumor menunjukkan intranuclear cytoplasmic inclusion. C. Sel-sel folikel dengan inti membesar, bergranul halus dengan intranuclear

cytoplasmic inclusion. D. Sel-sel tumor sangat mirip dengan sel folikel normal kecuali ukuran yang sedikit membesar dan adanya nukleoli 14

KPT memiliki gambaran makroskopis yang bervariasi. Kebanyakan

merupakan massa padat berwarna abu-abu keputihan dengan batas tidak teratur.

Beberapa dengan kalsifikasi dan kadang-kadang dapat menunjukkan pembentukan

tulang. Ukuran tumor mulai dari yang kecil (<1mm) sampai beberapa centimeter

dan sering multisentrik. Banyak tumor dengan perubahan kistik. Beberapa tumor

(48)

menunjukkan perluasan secara langsung ke lemak peritiroid, otot skeletal, esofagus,

larings dan trakhea.4

Gambar 2.14. Gambaran makroskopis karsinoma papiler tiroid. A. Tampak tumor berkapsul yang timbul di isthmus. B. Tumor dijumpai pada multinodular goiter. C. Tumor berbentuk bulat D. Tumor dengan kista multipel dengan perdarahan 4

Secara histopatologik KPT didiagnosis berdasarkan karakteristik gambaran

inti. Tumor ini biasanya infiltratif tetapi beberapa tumor dapat berbatas tegas

bahkan berkapsul. Jika pada pemeriksaan terlihat tumor telah berinfiltrasi luas

biasanya kemungkinan metastasis ke KGB telah terjadi. Papil-papil biasanya

kompleks dengan cabang-cabang dengan fibrovascular cores. Papil dapat lebar

dengan cores yg dibentuk oleh fibroseluler yang edematous atau jaringan ikat hialin

yang dapat berisi foamy macrophage, sel-sel lemak atau folikel kecil yang ganas, 37 dengan pelapis epitel mengalami dispolarisasi.4

Folikel banyak dengan ukuran yang bervariasi tetapi biasanya dengan

bentuk elongasi atau ireguler dan berisi koloid yang gelap. Beberapa folikel dapat

besar berisi koloid atau massa perdarahan. Pola arsitektur lain antara lain

microglandular, cribriform, anastomosing tubular, trabecular, dan solid, dapat

dijumpai bersamaan dengan papil dan jarang dijumpai hanya pola papil yang murni.

Gambar

Tabel 2.2. Lesi-lesi utama pada kelenjar tiroid 14
Gambar 2.4. Gambaran histologik kistik dan perdarahan. B. Mikroskopik dengan pembentukan struktur papiler jinak yang nodular hyperplasia A
Gambar 2.6. Gambaran histologik tiroiditis pemotongan mirip dengan gambaran hiperplasia kelenjar getah bening
Gambar 2.7. Tiroiditis de Quervain. A. Gambaran sitologik, tampak multinucleated giant cell dikelilingi oleh debris (pewarnaan Diff-Quik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengaruh Karakteristik Wirausaha Terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan Di Krobokan Semarang.. Universitas

Penelitian siklisasi lateks karet alam dengan katalis asam sulfat ini dilakukan untuk mengetahui kinetika reaksi siklisasi lateks karet alam dan nilai konstanta

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan

Mempelajari tentang Hak Asasi Manusia (HAM), terutama soal penyelesaian pelanggaran yang terjadi di masa orde baru pada negara- negara transisi dari rezim otoritarian ke

kedisiplinan salat berjama‟ah pada santriwati Pondok Pesantren Al -Muntaha Salatiga?, 3) Apa sajakah faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi

Kendaraan Senen Kendaraan Karcseri W~ndaraan Kendaraan Kendaraan

P-4 menjenuhkan/membosankan, 58% mahasiswa memberikan penilaian bahwa pelaksanaan metoda penataran P-4 tidak sesuai dengan tujuan, 76% mahasiswa menyatakan pandang- -. , I 1

Pembelajaran Problem Solving yang diterapkan di SDN Suko I Sidoarjo dalam memecahkan masalah soal cerita dapat berjalan dengan efektif karena adanya kemampuan guru